Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan, Pertumbuhan Ukuran Perusahaan dan Good Corporate Governance Terhadap Pertumbuhan Laba Kotor Dengan Pertumbuhan Penjualan Sebagai Variabel Pemoderasi Chapter III V
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN TEORITIS
3.1.
Kerangka Konsep
Adapun yang menjadi kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Pertumbuhan
Rasio Lancar (CR_Gro)
Pertumbuhan Rasio Hutang
Terhadap Total Aset
(DAR_Gro)
Pertumbuhan Rasio Tingkat
Pengembalian Ekuitas
(ROE_Gro)
Pertumbuhan Ukuran
Perusahaan (Size_Gro)
Good Corporate
Governance (GCG)
Pertumbuhan
Laba Kotor
(GP_Gro)
Pertumbuhan
Penjualan
(Sales_Gro)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Dari gambar 3.1.kerangka konsep, terlihat bahwa variabel independen terdiri
pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan
rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good
corporate governance. Selain itu juga terdapat variabel dependen yaitu pertumbuhan
laba kotor dan variabel pemoderasi yaitu pertumbuhan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dwimulyani dan Shirley (2007), rasio keuangan merupakan alat
analisis yang membandingkan perkiraan-perkiraanyang terdapat dalam laporan
keuangan untuk mengetahui hubungan antara perkiraan-perkiraan tersebut. Dengan
mengetahui hubungan antara perkiraan-perkiraantersebut, maka memungkinkan
untuk melakukan prediksi terhadap keadaan di masa mendatang yang salah satunya
yaitu memprediksi pertumbuhan laba. Demikian pula dengan ukuran perusahaan,
juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa mendatang. Hal
inidisebabkan bahwa ukuran perusahaan yang terlihat pada aktiva yang dimiliki
perusahaanmenentukan
kemampuan
perusahaan
dalam
mengendalikan
dan
menghasilkan laba.
Shleifer dan Vishny (1997), menyatakan corporate governance berkaitan
dengan cara atau mekanisme untuk menyakinkan pemilik modal dalam memperoleh
return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Corporate governance
merujuk pada kerangka aturan dan peraturan yang memungkinkan seluruh pihak yang
bersangkutan didalamnya untuk membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan
untuk memperoleh return.
Adapun hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen
antara lain :
1. Hubungan antara pertumbuhan rasio lancar terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Fahmi (2011), kondisi perusahaan yang memiliki rasio lancar yang
terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasi adanya masalah
seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan
sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over
Universitas Sumatera Utara
investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak
tertagih. Hal ini mengindikasi bahwa rasio lancar berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan laba. Sehingga dapat disimpulkan jika rasio lancar bertumbuh, laba
perusahaan akan bertumbuh meskipun adanya masalah dalam jumlah persediaan.
Akan tetapi, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahaputra
(2013), dimana rasio lancar berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba
perusahaan. Wibowo dan Pujiati (2011), rasio lancar pada emiten di Bursa Efek
Indonesia berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan laba perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan jika rasio lancar bertumbuh maka laba perusahaan akan
ikut bertumbuh.
2. Hubungan antara pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset terhadap
pertumbuhan laba.
Menurut Syamsuddin (2006), rasio hutang terhadap total aset digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
berusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara
pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset dengan pertumbuhan laba. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Pujiati (2011), dimana
rasio hutang terhadap total aset berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan
laba. Dwimulyani dan Shirley (2007), dimana pertumbuhan rasio hutang terhadap
total aset berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba usaha perusahaan
satu tahun mendatang.
Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan
antara
pertumbuhan
tingkat
pengembalian
ekuitas
terhadap
pertumbuhan laba.
Rasio tingkat pengembalian ekuitas mengukur berapa persen diperoleh laba
bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009), semakin besar
rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam
menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan laba.
4. Hubungan antara pertumbuhan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba.
Ukuran
perusahaan
perusahaan
secara
tidak
langsung
menentukan
kemampuan suatu perusahaan dalam mengendalikan dan menghasilkan laba
(Dwimulyani dan Shirley, 2007). Dimana semakin besar ukuran sebuah perusahaan
akan meningkatkan kemampuaannya untuk menghasilkan laba yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
5. Hubungan antara good corporate governance terhadap pertumbuhan laba
Good corporate governance merupakan tata cara kelola perusahaan yang
baik, bagaimana cara dan seharusnya perusahaan tersebut menjalan kegiatan
korporasinya. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik tersebut, maka segala
tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan dapat di cegah. Dengan demikian hal
tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Jadi dapat disimpulkan bahwa good corporate governance
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hubungan antara variabel pemoderasi dapat memoderasi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen antara lain :
1. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
antara pertumbuhan rasio lancar terhadap pertumbuhan laba.
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator penting untuk
menilai
perkembangan dari suatu perusahaan, dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan
yang biasa lebih dikenal dengan pertumbuhan maka pendapatan perusahaan akan
tinggi. Demikian juga sebaliknya apabila pertumbuhan penjualan perusahaan
menurun, maka pendapatan perusahaan akan ikut menurun juga. Maka pertumbuhan
penjualan secara tidak lansung langsung akan memperkuat pengaruhpertumbuhan
rasio lancar terhadap pertumbuhan laba.
2. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
antara pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Higgins (2003), current asset dan current liablities mempunyai
tendensi terhadap penjualan suatu perusahaan, sehingga merupakan suatu ide yang
bagus melihat perkembangan suatu perusahaan dari pertumbuhan penjualan. Maka
pertumbuhan penjualan secara langsung akan memperkuat pengaruh pertumbuhan
rasio hutang terhadap total aset terhadap pertumbuhan laba.
3. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
antara pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas terhadap pertumbuhan
laba.
Rasio tingkat pengembalian ekuitas merupakan salah satu dari rasio
profitabilitas. Dimana apabila pertumbuhan penjualan suatu perusahaan bertumbuh,
Universitas Sumatera Utara
maka secara langsung akan meningkat profitabilitas perusahaan itu sendiri. Maka
pertumbuhan penjualan secara langsung akan memperkuat pengaruh antara
pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas terhadap pertumbuhan laba.
4. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
antara pertumbuhan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba.
Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin baik perusahaan
tersebut dalam memasarkan produk dan jasanya sehingga laba perusahaan juga akan
semakin tinggi. Hal ini didukung dengan kantor pemasaran yang tersebar luas,
produk dan jasa yang sudah dikenal secara umum oleh masyarakat dan layanan
penjualan perusahaan yang baik. Maka pertumbuhan penjualan secara lansung akan
memperkuat pengaruh antara pertumbuhan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan
laba.
5. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
hubungan antara good corporate governance terhadap pertumbuhan laba.
Good corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang baik.
Tata kelola perusahaan tersebut tidak hanya terbatas dari sisi penyajian laporan
keuangan saja, tetapi juga menyangkut best practice dari perusahaan tersebut dalam
memaksimal seluruh sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan laba baik dari
sisi produksi maupun pemasaran produk dan jasa. Maka pertumbuhan penjualan
secara lansung dapat memperkuat pengaruh antara good corporate governance
terhadap pertumbuhan laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3.1.
Hipotesis
Jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian atau hipotesis yang
didasarkan pada teori dan hasil penelitian terdahulu dirumuskan sebagai berikut :
1. Pertumbuhanrasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset,
pertumbuhan
rasio
tingkat
pengembalian
ekuitas,
pertumbuhan
ukuran
perusahaan dangood corporate governance berpengaruh signifikan positif
terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan secara simultan dan parsial.
2. Pertumbuhan penjualan dapat memoderasi hubungan antara pertumbuhanrasio
lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas,pertumbuhan ukuran perusahaan dangood corporate
governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif
yaitu untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan
ukuran perusahaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor
perusahaan, serta apakah pertumbuhan penjualan dapat memoderasi pengaruh
pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate
governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan. Dimana pertumbuhan rasio
keuangan tersebut terdiri dari pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang
terhadap total aset dan pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas.
Menurut Sugiyono (2011), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel
atau lebih. Penelitian ini lebih mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan penelitian
deskriptif dan komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori
yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil
dari perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia sektor perkebunan,
pertambangan, makanan dan minuman dari periode 2009 sampai dengan 2013.
Dimana data sekuder tersebut diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan data
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate
governace yang diperlukan dalam penelitian.
4.3.
Populasi dan Sampel
Populasi yang diteliti meliputi perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011).
Penelitian ini menggunakan Non Probability Sampling yaituPurposive
Sampling. Purposive Sampling adalah teknik
menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi (Sugiyono, 2011).
Adapun berdasarkan kriteria dari pengambilan sampel yang akan digunakan
untuk mendapatkan sampel yang respresentatif adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan sektor perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan konsisten ada selama periode penelitian
(2009 sampai dengan 2013)
2. Perusahaan sektor perkebunan, pertambangan, makanan dan minumanyang
konsisten menyediakan laporan keuangan tahunan selama periode penelitian(2009
sampai dengan 2013).
Universitas Sumatera Utara
3. Perusahaan sektor perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang tidak
menghasilkan laba negatif selama periode penelitian (2009 sampai dengan 2013).
Karena apabila terdapat laba negatif, maka tidak dapat dihitung pertumbuhan laba
tersebut.
4. Data yang diperoleh dari laporan keuangan selama periode penelitian (2009
sampai dengan 2013) bukan merupakan data ekstrim. Karena data ekstrim
tersebut tidak dapat digunakan dalam pengolahan data secara statistik.
Adapun jumlah populasi penelitian adalah sebanyak 70 perusahaan yang
terdiri dari 16 perusahaan sektor perkebunan, 39 perusahaan sektor pertambangan,
dan 15 perusahaan sektor makanan dan minuman. Berdasarkan kriteria pengambilan
sampel dengan metode purposive sampling maka diperoleh sampel sebanyak 26
perusahaan yang terdiri dari 6 perusahaan sektor perkebunan, 10 perusahaan sektor
pertambangan dan 10 perusahaan sektor makanan dan minuman. Adapun periode
penelitian adalah selama 5 tahun (2009 sampai dengan 2013), sehingga total data
yang diperoleh adalah sebanyak 130 data. Berikut perincian jumlah populasi dan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 4.2. Tabel deskripsi populasi dan sampel
Deskripsi
Populasi
Sampel
Perusahaan sektor
perkebunan
16
6
Perusahaan sektor
pertambangan
39
Perusahaan sektor
makanan dan minuman
15
Total
70
Keterangan
Terdapat 10 perusahaan sektor
perkebunanyang tidak memenuhi kriteria.
Terdapat 29 perusahaan sektor
10 pertambangan yang tidak memenuhi
kriteria.
Terdapat 5 perusahaan sektor makanan
10 dan minuman yang tidak memenuhi
kriteria
26 n = 26 x 5 = 130
Sumber : www.sahamok.com
Universitas Sumatera Utara
4.4.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu dengan
mengumpulkandokumen-dokumen berupa laporan keuangan perusahaan yang
bergerak di sektor perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang didownload dari www.idx.co.id.
4.5.
Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel pertumbuhan rasio
lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate
governance.Adapun defensi operasional dan metode pengukuran dari variabelvariabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Laba Kotor (Gross Profit Growth)
Pertumbuhan laba kotor merupakan hasil perbandingan antara laba kotor
perusahaan periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana
pertumbuhan laba kotor dihitung dengan cara mengurangkan laba kotor periode
sekarang dengan laba kotor periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan laba kotor
pada periode sebelumnya.
��_��� =
Dimana :
GP_Gro
GP t
GP t – 1
�� � − �� �−1
�� �−1
= Pertumbuhan laba kotor
= Laba kotor periode sekarang (t)
= Laba kotor periode sebelumnya (t – 1)
Universitas Sumatera Utara
2. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)
Pertumbuhan penjualan merupakan hasil perbandingan antara penjualan
periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana Pertumbuhan
penjualan dihitung dengan cara mengurangkan penjualan periode sekarang dengan
penjualan periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan laba penjualan pada periode
sebelumnya.
�����_��� =
Dimana :
Sales_Gro
Sales t
Salest – 1
����� � − ����� �−1
����� �−1
= Pertumbuhan penjualan
= Penjualan periode sekarang (t)
= Penjualan periode sebelumnya (t – 1)
3. Pertumbuhan Rasio Lancar (Current Ratio Growth)
Pertumbuhan rasio lancar merupakan hasil perbandingan antara rasio lancar
periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana pertumbuhan
rasio lancar dihitung dengan cara mengurangkan rasio lancar periode sekarang
dengan rasio lancar periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan rasio lancar pada
periode sebelumnya.
��_��� =
Dimana :
CR_Gro
CR t
CR t – 1
��� − ���−1
���−1
= Pertumbuhan rasio lancar
= Rasio lancar periode sekarang (t)
= Rasio lancar periode sebelumnya (t – 1)
Universitas Sumatera Utara
4. Pertumbuhan Rasio Hutang Terhadap Total Aset (Debt To Total Assets Ratio
Growth)
Pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset merupakan hasil perbandingan
antara rasio hutang terhadap total aset periode tertentu dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Dimana pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset dihitung dengan
cara mengurangkan rasio hutang terhadap total aset periode sekarang dengan rasio
hutang terhadap total aset periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan rasio hutang
terhadap total aset pada periode sebelumnya.
���_��� =
Dimana :
DAR_Gro
DAR t
DAR t – 1
���� − ����−1
����−1
= Pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset
= Rasio hutang terhadap total aset periode sekarang (t)
= Rasio hutang terhadap total aset periode sebelumnya (t – 1)
5. Pertumbuhan rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity Growth)
Pertumbuhan
rasio
tingkat
pengembalian
ekuitas
perbandingan antara rasio tingkat pengembalian ekuitas
merupakan
hasil
periode tertentu
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian
ekuitas
dihitung
dengan
cara
mengurangkan
rasio
tingkat
pengembalian ekuitas periode sekarang dengan rasio tingkat pengembalian ekuitas
periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan rasio tingkat pengembalian ekuitas
pada periode sebelumnya.
���_��� =
���� − ����−1
����−1
Dimana :
ROE_Gro = Pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas
ROE t = Rasio tingkat pengembalian ekuitas periode sekarang (t)
ROE t – 1 = Rasio tingkat pengembalian ekuitas periode sebelumnya (t–1)
Universitas Sumatera Utara
6. Pertumbuhan Ukuran Perusahaan (Size Growth)
Pertumbuhan ukuran perusahaan merupakan hasil perbandingan antara ukuran
perusahaan
periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana
pertumbuhan ukuran perusahaan dihitung dengan cara mengurangkan ukuran
perusahaan periode sekarang dengan ukuran perusahaan periode sebelumnya,
kemudian dibagi dengan laba ukuran perusahaan pada periode sebelumnya. Dimana
ukuran perusahaan tersebut diukur dengan menggunakan natural logaritma dari total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
����_��� =
Dimana :
Size_Gro
Size t
Size t – 1
����� − �����−1
�����−1
= Pertumbuhan ukuran perusahaan
= Ukuran perusahaan periode sekarang (t)
= Ukuran perusahaan periode sebelumnya (t – 1)
7. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)
Good Corporate Governance adalah tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan
kinerja perusahaan (Monks dan Minow, 2001). Variabel independen good corporate
governance diproyeksikan dengan kepemilikan institusional. Hal ini dikarenakan
kepemilikan institusional merupakan kepemilikan yang paling besar didalam suatu
perusahaan yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Tabel Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Nama/Jenis
Variabel
Pertumbuhan
laba kotor
(gross profit
growth)
Pertumbuhan
penjualan
(sales growth)
Pertumbuhan
rasio lancar
(current ratio
growth)
Pertumbuhan
rasio hutang
terhadap total
aset (debt to
assets ratio
growth)
Pertumbuhan
rasio tingkat
pengembalian
ekuitas
(return on
equity
growth)
Pertumbuhan
ukuran
perusahaan
(company size
growth)
Defenisi Variabel
Pertumbuhan laba kotor dihitung
dengan cara mengurangkan laba
kotor periode sekarang dengan laba
kotor periode sebelumnya,
kemudian dibagi dengan laba kotor
pada periode sebelumnya.
Pertumbuhan penjualan dihitung
dengan cara mengurangkan
penjualan periode sekarang dengan
penjualan periode sebelumnya,
kemudian dibagi dengan penjualan
pada periode sebelumnya.
Parameter
��_��� =
�� � − �� �−1
�� �−1
Skala
Rasio
����� � − ����� �−1
����� �−1
Rasio
��� − ���−1
Pertumbuhan rasio lancar dihitung
��_��� =
dengan cara mengurangkan rasio
���−1
lancar periode sekarang dengan
rasio lancar periode sebelumnya,
kemudian dibagi dengan lancar
cepat pada periode sebelumnya.
���� − ����−1
Pertumbuhan rasio hutang terhadap
���_��� =
total aset dihitung dengan cara
����−1
mengurangkan rasio hutang
terhadap total aset periode sekarang
dengan rasio hutang terhadap total
aset periode sebelumnya, kemudian
dibagi dengan rasio hutang
terhadap total aset pada periode
sebelumnya.
���� − ����−1
Pertumbuhan rasio tingkat
���_��� =
pengembalian ekuitas dihitung
����−1
dengan cara mengurangkan rasio
tingkat pengembalian ekuitas
periode sekarang dengan rasio
tingkat pengembalian ekuitas
periode sebelumnya, kemudian
dibagi dengan rasio tingkat
pengembalian ekuitas pada periode
sebelumnya.
����� − �����−1
Pertumbuhanukuran perusahaan
����_��� =
dihitung dengan cara mengurangkan
���� �−1
ukuran perusahaan periode sekarang
dengan ukuran perusahaan periode
sebelumnya, kemudian dibagi
dengan ukuran perusahaan pada
periode sebelumnya.
Ukuran perusahaan = Logaritma
Natural dari Total Aktiva
Rasio
�����_��� =
Rasio
Rasio
Rasio
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 4.2
Nama/Jenis
Variabel
Tata Kelola
Perusahaan
yang Baik
(Good
Corporate
Governance)
4.6.
Defenisi Variabel
Good Corporate Governance adalah
tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara
berbagai partisipan dalam
perusahaan yang menentukan arah
dan kinerja perusahaan (Monks dan
Minow, 2001).
Parameter
Good Corporate
Governancediproyeksikan
dengan kepemilikan
instutisional.
Skala
Rasio
Metode Analisis Data
Penelitan ini didesain sebagai suatu studi empiris. Dalam rangka menguji
hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu untuk membuktikan pengaruh pertumbuhan
rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan, dan good corporate governance
terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan dengan pertumbuhan penjualan sebagai
variabel moderating. Dimana pertumbuhan rasio keuangan terdiri dari pertumbuhan
rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset dan pertumbuhan rasio
tingkat pengembalian ekuitas. Maka bentuk dari model regresinya adalah sebagai
berikut:
1. Model regresi I untuk model regresi berganda adalah :
GP_Gro = b0+b1.CR_Gro+b2.DAR_Gro+b3.ROE_Gro+b4.Size_Gro +
b5.GCG + e
(Model Regresi I)
2. Model regresi II untuk model regresi moderasi dengan uji residual adalah :
Sales_Gro = b0+b1.CR_Gro+b2.DAR_Gro+b3.ROE_Gro+b4.Size_Gro +
(Model Regresi II)
b5.GCG + e
|e|
= b0 + b1.GP_Gro
Dimana :
b0=
b1 – b6
GP_Gro
=
=
(Model Regresi Uji Residual)
Intercept, pertumbuhanlaba yang diasumsikan
berhubungan dengan variabel independen
koefisien regresi
Gross Profit Growth (Pertumbuhan laba kotor)
tidak
Universitas Sumatera Utara
CR_Gro
DAR_Gro
=
=
ROE_Gro
=
Size_Gro
GCG
Sales_Gro
e
|e|
=
=
=
=
=
4.6.1
Current Ratio Growth (Pertumbuhan rasio lancar)
Debt to Total Asset Ratio Growth (Pertumbuhan rasio
hutang terhadap total asset)
Return on Equity Growth (Pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas)
Size Growth (PertumbuhanUkuran Perusahaan)
Good Corporate Governance
Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan)
Kesalahan residual
Absolute Residual
Statistik deskriptif
Menurut Ghozali (2013), yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).
4.6.2.
Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda memerlukan uji asumsi klasik sebagai
persyaratan distribusi data. Uji asumsi klasik antara lain adalah:
1. Uji Multikolinaritas
Menurut Ghozali (2013), uji multikolinaritas yang bertujuan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas
(independen). Untuk mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari
permasalahan multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation
Factor) dan tolerance value. Sebagai dasaracuannya dapat disimpulkan:
a. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapatdisimpulkan bahwa tidak
ada multikolinearitas antar variabelindependen dalam model regresi.
Universitas Sumatera Utara
b. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapatdisimpulkan bahwa ada
multikolinearitas antar variabel independendalam model regresi.
2. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali(2013), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t–1 (sebelumnya). Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi apakah model
regresi yang dipakai bebas dari permasalah autokorelasi dapat dinilai dari uji DurbinWatson (DW test). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat
dilihat dari tabel 5.5.
Tabel 4.3. Tabel Dasar Pengambulan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
No.
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
1.
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
2.
Tidak ada autokorelasi positf
Tidak ada keputusan
dl ≤ d ≤ du
3.
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
4.
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada keputusan
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ditolak
du < d < 4 – du
5.
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif
Sumber : Ghozali (2013)
Dimana :
H0
= tidak ada autokorelasi (r = 0)
H1
d
du
dl
= ada autokorelasi (r ≠ 0)
= nilai Durbin-Watson
= batas atas tabel Durbin-Watson
= batas bawah tabel Durbin-Watson
Universitas Sumatera Utara
3. Uji heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi apakah model regresi yang
dipakai bebas dari masalah heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplots.
Suatu model regresi dapat dikatakan bebas dari permasalahan heteroskedastisitas jika:
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang, melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali
c. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
Menurut Ghozali (2013), analisis dengan grafit plots memiliki kelemahan
yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil plotting.
Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik
plot. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang dapat menjamin keakuratan hasil.
Adapun salah satu uji statistik tersebut adalah uji glejser. Dimana uji glejser
mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
sehingga persamaan regresinya menjadi :
Abs_Ut = b0 + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + ...... + e
Adapun dasar pengambilan keputusannya adalah dengan melihat tabel
Coefficient, dimana hasil regresi dari tabel tersebut haruslah menjukkan bahwa tak
ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen nilai absolut Ut (Abs_Ut)
Universitas Sumatera Utara
4. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
model
regresi,
variabel
pengganggu
atau
residual
memiliki
distribusi
normal.Asumsi normalitas dapat diketahui dengan berbagai cara. Baik
melaluipengujian statistik seperti Chi Square, Kolmogorov-Smirnov maupun
Shapiro Wilk, Histogram dan juga Normal Propabilty Plot. Pada Normal
Propabilty Plot, normalitas data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan jika :
a. Data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi Normalitas.
4.6.3.
Uji Hipotesis
Hipotesis yang telah diajukan akan diuji signifikansinya. Pengujian akan
dilakukan dengan uji statistik berikut ini:
a. Uji Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menguju goodness-fit dari model
regresi. Besar dari nilai R2 menjelaskan seberapa besar variabilitas variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen.
b. Uji Pengaruh Simultan (F Test)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi seluruh koefisien variabel
independen secara bersama-sama atau keseluruhan terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
Jika,
p > 0,05 = Ho
diterima
p < 0,05 = Ho
ditolak
c. Uji Parsial (t test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari setiap
koefisien variabel independen mempengaruhi variabel dependenya. Jika nilai
probabiltas lebih kecil dari nilai 0,05 maka hipotesis nol ditolak, artinya pengaruh
variabel bebas tersebut terhadap variabel terikatnya adalah signifikan. Sebaliknya bila
nilai probabiltas berada lebih besar dari 0,05 maka itu berarti pengaruhnya tidak
signifikan dan hipotesis nol diterima.
Jika,
4.6.4.
p > 0,05 = Ho
diterima
p < 0,05 = Ho
ditolak
Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Moderasi
Tujuan dalam analisis regresi moderasi adalah untuk melihat apakah variabel
moderating dapat memoderasi/memperkuat hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Dalam analisis regresi moderasi, penelitian ini menguji
hipotesi analisis regresi moderasi dengan uji residual. Menurut Ghozali (2013),
pengujian varibel moderating dengan uji interaksi maupun uji selisih mutlak
mempunyai kencenderungan akan terjadi multikolinieritas yang tinggi antara variabel
independen dan hal ini menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least square
(OLS). Untuk mengatasi multikolineritas ini, maka dikembangkan metode lain yang
disebut uji residual.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kriteria untuk dapat menentukan apakah variabel tersebut dapat
memoderasi dapat dilihat dari signifikan pada tabel coeficient dimana jika :
a. Nilai parameter dari Standardized Coefficients Beta yang diperoleh bernilai
negatif.
b. Nilai signifikannya :
p > 0,05 = Ho
diterima
p < 0,05 = Ho
ditolak
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
5.1.1.
Statistik Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan rasio
keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governance terhadap
pertumbuhan laba kotor perusahaan serta apakah pertumbuhan penjualan dapat
memoderasi pengaruh tersebut pada perusahaan perkebunan, pertambangan, makanan
dan minuman yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2013. Dimana
pertumbuhan rasio keuangan terdiri dari pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio
hutang terhadap total aset, dan pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas.
Variabel dependen penelitian ini adalah pertumbuhan laba kotor, variabel
pemoderasinya adalah pertumbuhan penjualan dan variabel independen yang
digunakan terdiri dari pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap
total aset, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran
perusahaan, dan good corporate governance.
Populasi yang dipilih untuk diteliti pada penelitian ini meliputi perusahaan
perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dimana total perusahan tersebut berjumlah 70 perusahaan pada tahun
2013. Kemudian dari populasi tersebut dipilih sampel melalui metode pemilihan
Purposive Sampling, sehingga total perusahaan yang terpilih sebanyak 26
perusahaan. Dan data yang digunakan dalam penelitian adalah selama 5 tahun yaitu
Universitas Sumatera Utara
dari 2009 - 2013, sehingga total data yang digunakan dalam penelitian berjumlah 130
data.
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N
Min
Max
Sum
Mean
Skewness
Kurtosis
Deviation
Std.
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std.
Statistic
Error
GP_Gro
130
-72,64
313,14 2434,99
18,7307
53,42163
1,883
Sales_Gro
130
-56,38
212,58 2359,09
18,1468
40,95060
2,244
CR_Gro
130
-76,38
281,63
427,70
3,2900
42,62214
2,863
DAR_Gro
130
-72,57
139,22
370,97
2,8536
24,01555
ROE_Gro
130
-92,90
666,23 2981,44
22,9342
Size_Gro
130
-5,48
128,08
GCG
130
35,63
97,20 9214,53
Valid N
130
5,77
,212
Error
6,885
,422
7,593
,422
,212
15,094
,422
1,457
,212
8,277
,422
115,64717
3,106
,212
11,737
,422
,9852
1,37217
-,288
,212
5,445
,422
70,8810
14,75920
,066
,212
-,665
,422
,212
(listwise)
Sumber : Lampiran
Dari Tabel 5.1. Statistik Deskriptif, deskripsi dan gambaran data yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, total
nilai data, mean, standar deviasi, skewness, kurtosis dan jumlah data yang valid (N)
untuk pertumbuhan laba kotor (GP_Gro), pertumbuhan penjualan (Sales_Gro),
pertumbuhan rasio lancar (CR_Gro), pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset
(DAR_Gro),
pertumbuhan
pertumbuhan
ukuran
rasio
tingkat
perusahaan
pengembalian
ekuitas
(ROE_Gro),
(Size_Gro),
good
corporate
governance(GCG)sebanyak 130.
Nilai minimum dan maksimum variabel GP_Gro adalah -72,64 dan 313,14,
total nilai seluruh variabel sebesar 2.434,99, nilai rata-rata sebesar 18,7307, standar
Universitas Sumatera Utara
deviasi sebesar 53,42163, nilai skewness sebesar 1,883 dan nilai kurtosis sebesar
6,885. Nilai maksimum dan minimun dari Sales_Gro adalah -56,38 dan 212,58, total
nilai seluruh variabel sebesar 2.359,09, nilai rata-rata sebesar 18,1468, standar deviasi
sebesar 49,95060, nilai skewness sebesar 2,244 dan nilai kurtosis sebesar 7,593.
Nilai maksimum dan minimum dari CR_Gro adalah -76,38 dan 281,63, nilai
total seluruh variabel sebesar 427,70, nilai rata-rata sebesar 3,2900, standar deviasi
sebesar 42,62214, nilai skewness sebesar 2,863 dan nilai kurtosis sebesar 15,094.
Nilai maksimum dan minimun dari DAR_Gro adalah -72,57 dan 139,22, nilai total
seluruh variabel sebesar 370,97, nilai rata-rata sebesar 2,8536, standar deviasi sebesar
24,01555, nilai skewness sebesar 1,457 dan nilai kurtosis sebesar 8,277. Nilai
maksimum dan minimun dari ROE_Gro adalah -92,90 dan 666,23, nilai total seluruh
variabel sebesar 2.981,44, nilai rata-rata sebesar 22,9342, standar deviasi sebesar
115,64717, nilai skewnes sebesar 3,106, dan nilai kurtosis sebesar 11,737.
Nilai maksimum dan minimun dari Size_Gro adalah -5,48 dan 5,77, nilai
total seluruh variabel sebesar 128,08, nilai rata-rata sebesar 0,9852, standar deviasi
sebesar 1,37217, nilai skewness sebesar -0,288, dan nilai kurtosis sebesar 5,445. Nilai
maksimum dan minimun dari GCG adalah 35,63 dan 97,20, nilai total seluruh variabel
sebesar 9.214,53, nilai rata-rata sebesar 70,8810, standar deviasi sebesar 14,75920,
nilai skewness sebesar 0,66, dan nilai kurtosis sebesar -0,665
Dari Tabel 5.1 maka akan dapat diketahui nilai mean memiliki jarak
yangekstrim dengan jarak nilai minimum dan maksimum dan standar deviasi yang
cukupekstrim pada setiap variabel. Tingkat normalitas data dapat dilihat berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
padabesarnya mean dan standar deviasi. Standar deviasi akan menunjukkan
tingkatkemencengan data, jika jumlahnya semakin besar maka data tersebut
semakinmenceng, artinya data tidak tersebar dengan rata yang disebabkan oleh data
yangekstrim yang akan menyebabkan data tidak terdistribusi secara normal.
Untukmemperoleh tingkat normalitas data yang lebih baik maka perlu dilakukan
transformasi pada data ekstrim dengan menggunakan logaritma natural. Akan tetapi,
data-data tersebut mengandung data negatif, sehingga data tidak dapat langsung di
transformasi. Adapun solusi yang dapat digunakan menurut Rick Wicklin (2011)
dalam www.blogs.sas.com untuk mengatasi masalah transform data negatif adalah
Translate, Then Transform dan Using Missing Value
Adapun solusi yang peneliti gunakan adalah Translate, Then Transform.
Dimana dengan cara men-traslate terlebih darhulu dengan menambahkan sebuah
nilai konstanta dalam data prior kemudian di transform. Bentuk translate, then
transformasi yang digunakan adalah logaritma natural dari variabel ditambahkan
konstanta 100 kemudian dikurangkan dengan nilai minimal dari variabel tersebut,
sehingga jika dijabarkan dalam bentuk matematis adalah sebagai berikut :
Y = {-3,1,2,.,5,10,100}; /* negative datum */
LY= LN ( Y + 100 - min(Y)); /* translate, then transform */
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data
Descriptive Statistics
Std.
N
Min
Max
Sum
Mean
Skewness
Kurtosis
Deviation
Std.
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std.
Statistic
Error
Error
GP_Gro
130
4,61
6,19
678,74
5,2211
,25214
,507
,212
1,419
,422
Sales_Gro
130
4,61
5,91
668,15
5,1396
,20524
,959
,212
3,224
,422
CR_Gro
130
4,61
6,13
671,95
5,1689
,20339
1,029
,212
4,039
,422
DAR_Gro
130
4,61
5,74
670,59
5,1584
,13234
,098
,212
4,732
,422
ROE_Gro
130
4,61
6,76
687,13
5,2856
,38668
1,316
,212
2,660
,422
Size_Gro
130
4,61
4,71
606,81
4,6677
,01292
-,430
,212
5,821
,422
GCG
130
4,61
5,08
637,15
4,9012
,10998
-,161
,212
-,530
,422
Valid N
130
(listwise)
Sumber : Lampiran
Dari Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data, dapat diketahui
nilai minimum dan maksimum variabel GP_Gro adalah 4,61 dan 6,19, total nilai
seluruh variabel sebesar 678,74, nilai rata-rata sebesar 5,2211, standar deviasi sebesar
0,25214, nilai skewness sebesar 0,57 dan nilai kurtosis sebesar 1,419. Nilai
maksimum dan minimun dari Sales_Gro adalah 4,61 dan 5,91, total nilai seluruh
variabel sebesar 668,15, nilai rata-rata sebesar 5,1396, standar deviasi sebesar
0,20524, nilai skewness sebesar 0,959 dan nilai kurtosis sebesar 3,224.
Nilai maksimum dan minimum dari CR_Gro adalah 4,61 dan 6,13, nilai total
seluruh variabel sebesar 671,95, nilai rata-rata sebesar 5,1689, standar deviasi sebesar
0,20339, nilai skewness sebesar 1,029 dan nilai kurtosis sebesar 4,039. Nilai
maksimum dan minimun dari DAR_Gro adalah 4,61 dan 5,74, nilai total seluruh
Universitas Sumatera Utara
variabel sebesar 670,59, nilai rata-rata sebesar 5,1584, standar deviasi sebesar
0,13234, nilai skewness sebesar 0,098 dan nilai kurtosis sebesar 4,732. Nilai
maksimum dan minimun dari ROE_Gro adalah 4,61 dan 6,76, nilai total seluruh
variabel sebesar 687,13, nilai rata-rata sebesar 5,2856, standar deviasi sebesar
0,38668, nilai skewnes sebesar 1,316, dan nilai kurtosis sebesar 2,660.
Nilai maksimum dan minimun dari Size_Gro adalah 4,61 dan 4,71, nilai
total seluruh variabel sebesar 606,81, nilai rata-rata sebesar 4,6677, standar deviasi
sebesar 0,01292, nilai skewness sebesar -0,430, dan nilai kurtosis sebesar 5,821. Nilai
maksimum dan minimun dari GCG adalah 4,61 dan 5,08, nilai total seluruh variabel
sebesar 637,15, nilai rata-rata sebesar 4,9012, standar deviasi sebesar 0,10998, nilai
skewness sebesar -0,161, dan nilai kurtosis sebesar -0,530.
5.1.2.Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda memerlukan uji asumsi klasik sebagai
persyaratan distribusi data. Setelah dilakukannya transformasi data maka uji asumsi
klasik yang dilakukan pada penelitian ini antara lain adalah:
5.1.2.1. Uji Multikorelasi
Untuk mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas daripermasalahan
multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF (Variance InflationFactor) dan
tolerance, di mana nilai VIF tidak lebih besar dari 10 dan nilai tolerance tidak lebih
kecildari 0,1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas Model Regresi I
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
t
B
1 (Constant)
Correlations
Std.
Error
Collinearity
Statistics
Sig.
Zero- Part
Beta
order
ial
Part
Toler
ance
VIF
-38,160
6,379
CR_Gro
,265
,089
,214
2,984 ,003
,262 ,259 ,197
,845
1,184
DAR_Gro
,190
,140
,100
1,359 ,177 -,006 ,121 ,090
,810
1,234
ROE_Gro
,319
,045
,489
7,079 ,000
,479 ,536 ,467
,911
1,098
Size_Gro
8,148
1,316
,418
6,193 ,000
,405 ,486 ,408
,956
1,046
,268
,156
,117
1,718 ,088
,020 ,152 ,113
,941
1,063
GCG
-5,982 ,000
a. Dependent Variable: GP_Gro
Sumber : Lampiran
Dari Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas Model Regresi I, dapat dilihat variabel
pertumbuhan rasio lancar (CR_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,845 dengan
nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,184, variabel pertumbuhan rasio hutang
terhadap total aset (DAR_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,810 dengan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1,234, variabel pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas (ROE_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,911 dengan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1,098, variabel pertumbuhan ukuran perusahaan
(Size_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,956 dengan nilai Variance Inflation
Factor sebesar 1,046, dan variabel good corporate governance (GCG) memiliki nilai
tolarance sebesar 0,941 dengan nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,063. Hal ini
menunjukkan bahwa model analisis regresi berganda yang digunakan untuk melihat
Universitas Sumatera Utara
pengaruh pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset,
pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan
dan good corporate governace terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan tidak
memiliki masalah multikolinearitas, dimana nilai tolerance tidak lebih kecil dari
0,100 dan nilai Variance Inflation Factor tidak lebih besar dari 10, sehingga model
ini layak digunakan.
Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas Model Regresi II
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Correlations
t
Model
Zero- Part
Beta
order
Error
1 (Constant)
-28,832 5,827
Statistics
Sig.
Std.
B
Collinearity
-4,948
,000
ial
Part
Toler
ance
VIF
CR_Gro
,211
,081
,209
2,595
,011
,226 ,227
,192
,845
1,184
DAR_Gro
,222
,127
,143
1,745
,083
,023 ,155
,129
,810
1,234
ROE_Gro
,177
,041
,333
4,301
,000
,337 ,360
,318
,911
1,098
6,432 1,202
,405
5,352
,000
,387 ,433
,396
,956
1,046
,085
1,109
,269
,020 ,099
,082
,941
1,063
Size_Gro
GCG
,158
,142
a. Dependent Variable: Sales_Gro
Sumber : Lampiran
Dari Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas Model Regresi II, dapat dilihat variabel
pertumbuhan rasio lancar (CR_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,845 dengan
nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,184, variabel pertumbuhan rasio hutang
terhadap total aset (DAR_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,810 dengan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1,234, variabel pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas (ROE_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,911dengan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1,098, variabel pertumbuhan ukuran perusahaan
Universitas Sumatera Utara
(Size_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,956 dengan nilai Variance Inflation
Factor sebesar 1,046, dan variabel good corporate governance (GCG) memiliki nilai
tolarance sebesar 0,941 dengan nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,063. Hal ini
menunjukkan bahwa model tersebut tidak memiliki masalah multikolinearitas,
dimana nilai tolerance tidak lebih kecil dari 0,100 dan nilai Variance Inflation Factor
tidak lebih besar dari 10, sehingga model ini layak digunakan sebagai variabel
Residual Unstandarized untuk melihat apakah pertumbuhan penjualan dapat
memoderasi pengaruh pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap
total aset, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran
perusahaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor
perusahaan.
5.1.2.2. Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari permasalah autokorelasi
dapat dinilai dari uji Durbin-Watson (DW test). Dasar pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari tabel 5.5.
Tabel 5.5. Dasar Pengambulan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
No.
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
1.
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
2.
Tidak ada autokorelasi positf
Tidak ada keputusan
dl ≤ d ≤ du
3.
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
4.
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada keputusan
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
5.
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif
Tidak ditolak
du < d < 4 – du
Universitas Sumatera Utara
Dimana : H 0 = tidak ada autokorelasi (r = 0)
H 1 = ada autokorelasi (r ≠ 0)
d = nilai Durbin-Watson
du = batas atas tabel Durbin-Watson
dl = batas bawah tabel Durbin-Watson
Tabel 5.6. Uji Autokorelasi Model Regresi I
Model Summaryb
Model
1
R
,679a
R
Square
Adjusted
R Square
,461
,439
Change Statistics
Std. Error
Durbin-
of the
R Square
F
Estimate
Change
Change
,18881
,461
21,208
df1
5
df2
124
Sig. F
Watson
Change
,000
2,325
a. Predictors: (Constant), GCG, Size_Gro, CR_Gro, ROE_Gro, DAR_Gro
b. Dependent Variable: GP_Gro
Sumber : Lampiran
Dari tabel 5.6. Uji Autokorelasi Model Regresi I, dapat dilihat nilai DurbinWatson yang diperoleh adalah sebesar 2,325. Nilai tersebut akan dibandingkan
dengan niali tabel dengan menggunakan nilai signifikan 5 %, jumlah sampel 130 (n)
dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin-Watson akan
diperoleh nilai batas bawah (dl) sebesar 1,6346 dan nilai batas atas (du) sebesar
1,7941. Oleh karena nilai 4 – du (4 – 1,7941) lebih kecil dari nilai Durbin-Watson
2,325 dan nilai Durbin-Watson 2,322 lebih kecil 4 – dl (4 – 1,6346), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada keputusan apakah model tersebut mendapat masalah
autokorelasi atau bebas dari masalah autkorelasi (lihat tabel 5.5. point 4) . Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
4 – du
≤
4 – 1,7941 ≤
2,2059
≤
d
2,3220
2,3220
≤ 4 – dl
≤ 4 – 1,6346
≤ 2,3654
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Uji Autokorelasi Model Regresi II
Model Summaryb
Model
1
R
,567a
R
Square
,321
Adjusted
Change Statistics
Std. Error
R Square
,294
Durbin-
of the
R Square
F
Estimate
Change
Change
,17247
,321
11,733
df1
df2
5
124
Sig. F
Watson
Change
,000
2,036
a. Predictors: (Constant), GCG, Size_Gro, CR_Gro, ROE_Gro, DAR_Gro
b. Dependent Variable: Sales_Gro
Sumber : Lampiran
Dari tabel 5.7. Uji Autokorelasi Model Regresi II, dapat dilihat nilai DurbinWatson yang diperoleh adalah sebesar 2,036. Nilai tersebut akan dibandingkan
dengan niali tabel dengan menggunakan nilai signifikan 5 %, jumlah sampel 130 (n)
dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin-Watson akan
diperoleh nilai batas bawah (dl) sebesar 1,6346 dan nilai batas atas (du) sebesar
1,7941. Oleh karena nilai Durbin-Watson 2,073 lebih besar dari batas atas (du)
1,7941 dan kurang dari 4 – du (4 – 1,7941 = 2,2059), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak bisa menolak H 0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau
negatif (lihat tabel 5.5. point 5) atau dapat disimpulkan tiadak terdapat autokorelasi.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
du
<
d
KERANGKA KONSEP DAN TEORITIS
3.1.
Kerangka Konsep
Adapun yang menjadi kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Pertumbuhan
Rasio Lancar (CR_Gro)
Pertumbuhan Rasio Hutang
Terhadap Total Aset
(DAR_Gro)
Pertumbuhan Rasio Tingkat
Pengembalian Ekuitas
(ROE_Gro)
Pertumbuhan Ukuran
Perusahaan (Size_Gro)
Good Corporate
Governance (GCG)
Pertumbuhan
Laba Kotor
(GP_Gro)
Pertumbuhan
Penjualan
(Sales_Gro)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Dari gambar 3.1.kerangka konsep, terlihat bahwa variabel independen terdiri
pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan
rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good
corporate governance. Selain itu juga terdapat variabel dependen yaitu pertumbuhan
laba kotor dan variabel pemoderasi yaitu pertumbuhan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dwimulyani dan Shirley (2007), rasio keuangan merupakan alat
analisis yang membandingkan perkiraan-perkiraanyang terdapat dalam laporan
keuangan untuk mengetahui hubungan antara perkiraan-perkiraan tersebut. Dengan
mengetahui hubungan antara perkiraan-perkiraantersebut, maka memungkinkan
untuk melakukan prediksi terhadap keadaan di masa mendatang yang salah satunya
yaitu memprediksi pertumbuhan laba. Demikian pula dengan ukuran perusahaan,
juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa mendatang. Hal
inidisebabkan bahwa ukuran perusahaan yang terlihat pada aktiva yang dimiliki
perusahaanmenentukan
kemampuan
perusahaan
dalam
mengendalikan
dan
menghasilkan laba.
Shleifer dan Vishny (1997), menyatakan corporate governance berkaitan
dengan cara atau mekanisme untuk menyakinkan pemilik modal dalam memperoleh
return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Corporate governance
merujuk pada kerangka aturan dan peraturan yang memungkinkan seluruh pihak yang
bersangkutan didalamnya untuk membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan
untuk memperoleh return.
Adapun hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen
antara lain :
1. Hubungan antara pertumbuhan rasio lancar terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Fahmi (2011), kondisi perusahaan yang memiliki rasio lancar yang
terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasi adanya masalah
seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan
sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over
Universitas Sumatera Utara
investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak
tertagih. Hal ini mengindikasi bahwa rasio lancar berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan laba. Sehingga dapat disimpulkan jika rasio lancar bertumbuh, laba
perusahaan akan bertumbuh meskipun adanya masalah dalam jumlah persediaan.
Akan tetapi, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahaputra
(2013), dimana rasio lancar berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba
perusahaan. Wibowo dan Pujiati (2011), rasio lancar pada emiten di Bursa Efek
Indonesia berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan laba perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan jika rasio lancar bertumbuh maka laba perusahaan akan
ikut bertumbuh.
2. Hubungan antara pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset terhadap
pertumbuhan laba.
Menurut Syamsuddin (2006), rasio hutang terhadap total aset digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
berusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara
pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset dengan pertumbuhan laba. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Pujiati (2011), dimana
rasio hutang terhadap total aset berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan
laba. Dwimulyani dan Shirley (2007), dimana pertumbuhan rasio hutang terhadap
total aset berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba usaha perusahaan
satu tahun mendatang.
Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan
antara
pertumbuhan
tingkat
pengembalian
ekuitas
terhadap
pertumbuhan laba.
Rasio tingkat pengembalian ekuitas mengukur berapa persen diperoleh laba
bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009), semakin besar
rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam
menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan laba.
4. Hubungan antara pertumbuhan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba.
Ukuran
perusahaan
perusahaan
secara
tidak
langsung
menentukan
kemampuan suatu perusahaan dalam mengendalikan dan menghasilkan laba
(Dwimulyani dan Shirley, 2007). Dimana semakin besar ukuran sebuah perusahaan
akan meningkatkan kemampuaannya untuk menghasilkan laba yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
5. Hubungan antara good corporate governance terhadap pertumbuhan laba
Good corporate governance merupakan tata cara kelola perusahaan yang
baik, bagaimana cara dan seharusnya perusahaan tersebut menjalan kegiatan
korporasinya. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik tersebut, maka segala
tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan dapat di cegah. Dengan demikian hal
tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Jadi dapat disimpulkan bahwa good corporate governance
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hubungan antara variabel pemoderasi dapat memoderasi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen antara lain :
1. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
antara pertumbuhan rasio lancar terhadap pertumbuhan laba.
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator penting untuk
menilai
perkembangan dari suatu perusahaan, dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan
yang biasa lebih dikenal dengan pertumbuhan maka pendapatan perusahaan akan
tinggi. Demikian juga sebaliknya apabila pertumbuhan penjualan perusahaan
menurun, maka pendapatan perusahaan akan ikut menurun juga. Maka pertumbuhan
penjualan secara tidak lansung langsung akan memperkuat pengaruhpertumbuhan
rasio lancar terhadap pertumbuhan laba.
2. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
antara pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Higgins (2003), current asset dan current liablities mempunyai
tendensi terhadap penjualan suatu perusahaan, sehingga merupakan suatu ide yang
bagus melihat perkembangan suatu perusahaan dari pertumbuhan penjualan. Maka
pertumbuhan penjualan secara langsung akan memperkuat pengaruh pertumbuhan
rasio hutang terhadap total aset terhadap pertumbuhan laba.
3. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
antara pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas terhadap pertumbuhan
laba.
Rasio tingkat pengembalian ekuitas merupakan salah satu dari rasio
profitabilitas. Dimana apabila pertumbuhan penjualan suatu perusahaan bertumbuh,
Universitas Sumatera Utara
maka secara langsung akan meningkat profitabilitas perusahaan itu sendiri. Maka
pertumbuhan penjualan secara langsung akan memperkuat pengaruh antara
pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas terhadap pertumbuhan laba.
4. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
antara pertumbuhan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba.
Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin baik perusahaan
tersebut dalam memasarkan produk dan jasanya sehingga laba perusahaan juga akan
semakin tinggi. Hal ini didukung dengan kantor pemasaran yang tersebar luas,
produk dan jasa yang sudah dikenal secara umum oleh masyarakat dan layanan
penjualan perusahaan yang baik. Maka pertumbuhan penjualan secara lansung akan
memperkuat pengaruh antara pertumbuhan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan
laba.
5. Pertumbuhan penjualan sebagai variabel pemoderasi dalam memoderasi pengaruh
hubungan antara good corporate governance terhadap pertumbuhan laba.
Good corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang baik.
Tata kelola perusahaan tersebut tidak hanya terbatas dari sisi penyajian laporan
keuangan saja, tetapi juga menyangkut best practice dari perusahaan tersebut dalam
memaksimal seluruh sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan laba baik dari
sisi produksi maupun pemasaran produk dan jasa. Maka pertumbuhan penjualan
secara lansung dapat memperkuat pengaruh antara good corporate governance
terhadap pertumbuhan laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3.1.
Hipotesis
Jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian atau hipotesis yang
didasarkan pada teori dan hasil penelitian terdahulu dirumuskan sebagai berikut :
1. Pertumbuhanrasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset,
pertumbuhan
rasio
tingkat
pengembalian
ekuitas,
pertumbuhan
ukuran
perusahaan dangood corporate governance berpengaruh signifikan positif
terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan secara simultan dan parsial.
2. Pertumbuhan penjualan dapat memoderasi hubungan antara pertumbuhanrasio
lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas,pertumbuhan ukuran perusahaan dangood corporate
governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif
yaitu untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan
ukuran perusahaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor
perusahaan, serta apakah pertumbuhan penjualan dapat memoderasi pengaruh
pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate
governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan. Dimana pertumbuhan rasio
keuangan tersebut terdiri dari pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang
terhadap total aset dan pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas.
Menurut Sugiyono (2011), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel
atau lebih. Penelitian ini lebih mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan penelitian
deskriptif dan komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori
yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil
dari perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia sektor perkebunan,
pertambangan, makanan dan minuman dari periode 2009 sampai dengan 2013.
Dimana data sekuder tersebut diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan data
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate
governace yang diperlukan dalam penelitian.
4.3.
Populasi dan Sampel
Populasi yang diteliti meliputi perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011).
Penelitian ini menggunakan Non Probability Sampling yaituPurposive
Sampling. Purposive Sampling adalah teknik
menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi (Sugiyono, 2011).
Adapun berdasarkan kriteria dari pengambilan sampel yang akan digunakan
untuk mendapatkan sampel yang respresentatif adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan sektor perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan konsisten ada selama periode penelitian
(2009 sampai dengan 2013)
2. Perusahaan sektor perkebunan, pertambangan, makanan dan minumanyang
konsisten menyediakan laporan keuangan tahunan selama periode penelitian(2009
sampai dengan 2013).
Universitas Sumatera Utara
3. Perusahaan sektor perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang tidak
menghasilkan laba negatif selama periode penelitian (2009 sampai dengan 2013).
Karena apabila terdapat laba negatif, maka tidak dapat dihitung pertumbuhan laba
tersebut.
4. Data yang diperoleh dari laporan keuangan selama periode penelitian (2009
sampai dengan 2013) bukan merupakan data ekstrim. Karena data ekstrim
tersebut tidak dapat digunakan dalam pengolahan data secara statistik.
Adapun jumlah populasi penelitian adalah sebanyak 70 perusahaan yang
terdiri dari 16 perusahaan sektor perkebunan, 39 perusahaan sektor pertambangan,
dan 15 perusahaan sektor makanan dan minuman. Berdasarkan kriteria pengambilan
sampel dengan metode purposive sampling maka diperoleh sampel sebanyak 26
perusahaan yang terdiri dari 6 perusahaan sektor perkebunan, 10 perusahaan sektor
pertambangan dan 10 perusahaan sektor makanan dan minuman. Adapun periode
penelitian adalah selama 5 tahun (2009 sampai dengan 2013), sehingga total data
yang diperoleh adalah sebanyak 130 data. Berikut perincian jumlah populasi dan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 4.2. Tabel deskripsi populasi dan sampel
Deskripsi
Populasi
Sampel
Perusahaan sektor
perkebunan
16
6
Perusahaan sektor
pertambangan
39
Perusahaan sektor
makanan dan minuman
15
Total
70
Keterangan
Terdapat 10 perusahaan sektor
perkebunanyang tidak memenuhi kriteria.
Terdapat 29 perusahaan sektor
10 pertambangan yang tidak memenuhi
kriteria.
Terdapat 5 perusahaan sektor makanan
10 dan minuman yang tidak memenuhi
kriteria
26 n = 26 x 5 = 130
Sumber : www.sahamok.com
Universitas Sumatera Utara
4.4.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu dengan
mengumpulkandokumen-dokumen berupa laporan keuangan perusahaan yang
bergerak di sektor perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang didownload dari www.idx.co.id.
4.5.
Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel pertumbuhan rasio
lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate
governance.Adapun defensi operasional dan metode pengukuran dari variabelvariabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Laba Kotor (Gross Profit Growth)
Pertumbuhan laba kotor merupakan hasil perbandingan antara laba kotor
perusahaan periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana
pertumbuhan laba kotor dihitung dengan cara mengurangkan laba kotor periode
sekarang dengan laba kotor periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan laba kotor
pada periode sebelumnya.
��_��� =
Dimana :
GP_Gro
GP t
GP t – 1
�� � − �� �−1
�� �−1
= Pertumbuhan laba kotor
= Laba kotor periode sekarang (t)
= Laba kotor periode sebelumnya (t – 1)
Universitas Sumatera Utara
2. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)
Pertumbuhan penjualan merupakan hasil perbandingan antara penjualan
periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana Pertumbuhan
penjualan dihitung dengan cara mengurangkan penjualan periode sekarang dengan
penjualan periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan laba penjualan pada periode
sebelumnya.
�����_��� =
Dimana :
Sales_Gro
Sales t
Salest – 1
����� � − ����� �−1
����� �−1
= Pertumbuhan penjualan
= Penjualan periode sekarang (t)
= Penjualan periode sebelumnya (t – 1)
3. Pertumbuhan Rasio Lancar (Current Ratio Growth)
Pertumbuhan rasio lancar merupakan hasil perbandingan antara rasio lancar
periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana pertumbuhan
rasio lancar dihitung dengan cara mengurangkan rasio lancar periode sekarang
dengan rasio lancar periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan rasio lancar pada
periode sebelumnya.
��_��� =
Dimana :
CR_Gro
CR t
CR t – 1
��� − ���−1
���−1
= Pertumbuhan rasio lancar
= Rasio lancar periode sekarang (t)
= Rasio lancar periode sebelumnya (t – 1)
Universitas Sumatera Utara
4. Pertumbuhan Rasio Hutang Terhadap Total Aset (Debt To Total Assets Ratio
Growth)
Pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset merupakan hasil perbandingan
antara rasio hutang terhadap total aset periode tertentu dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Dimana pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset dihitung dengan
cara mengurangkan rasio hutang terhadap total aset periode sekarang dengan rasio
hutang terhadap total aset periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan rasio hutang
terhadap total aset pada periode sebelumnya.
���_��� =
Dimana :
DAR_Gro
DAR t
DAR t – 1
���� − ����−1
����−1
= Pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset
= Rasio hutang terhadap total aset periode sekarang (t)
= Rasio hutang terhadap total aset periode sebelumnya (t – 1)
5. Pertumbuhan rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity Growth)
Pertumbuhan
rasio
tingkat
pengembalian
ekuitas
perbandingan antara rasio tingkat pengembalian ekuitas
merupakan
hasil
periode tertentu
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian
ekuitas
dihitung
dengan
cara
mengurangkan
rasio
tingkat
pengembalian ekuitas periode sekarang dengan rasio tingkat pengembalian ekuitas
periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan rasio tingkat pengembalian ekuitas
pada periode sebelumnya.
���_��� =
���� − ����−1
����−1
Dimana :
ROE_Gro = Pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas
ROE t = Rasio tingkat pengembalian ekuitas periode sekarang (t)
ROE t – 1 = Rasio tingkat pengembalian ekuitas periode sebelumnya (t–1)
Universitas Sumatera Utara
6. Pertumbuhan Ukuran Perusahaan (Size Growth)
Pertumbuhan ukuran perusahaan merupakan hasil perbandingan antara ukuran
perusahaan
periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dimana
pertumbuhan ukuran perusahaan dihitung dengan cara mengurangkan ukuran
perusahaan periode sekarang dengan ukuran perusahaan periode sebelumnya,
kemudian dibagi dengan laba ukuran perusahaan pada periode sebelumnya. Dimana
ukuran perusahaan tersebut diukur dengan menggunakan natural logaritma dari total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
����_��� =
Dimana :
Size_Gro
Size t
Size t – 1
����� − �����−1
�����−1
= Pertumbuhan ukuran perusahaan
= Ukuran perusahaan periode sekarang (t)
= Ukuran perusahaan periode sebelumnya (t – 1)
7. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)
Good Corporate Governance adalah tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan
kinerja perusahaan (Monks dan Minow, 2001). Variabel independen good corporate
governance diproyeksikan dengan kepemilikan institusional. Hal ini dikarenakan
kepemilikan institusional merupakan kepemilikan yang paling besar didalam suatu
perusahaan yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Tabel Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Nama/Jenis
Variabel
Pertumbuhan
laba kotor
(gross profit
growth)
Pertumbuhan
penjualan
(sales growth)
Pertumbuhan
rasio lancar
(current ratio
growth)
Pertumbuhan
rasio hutang
terhadap total
aset (debt to
assets ratio
growth)
Pertumbuhan
rasio tingkat
pengembalian
ekuitas
(return on
equity
growth)
Pertumbuhan
ukuran
perusahaan
(company size
growth)
Defenisi Variabel
Pertumbuhan laba kotor dihitung
dengan cara mengurangkan laba
kotor periode sekarang dengan laba
kotor periode sebelumnya,
kemudian dibagi dengan laba kotor
pada periode sebelumnya.
Pertumbuhan penjualan dihitung
dengan cara mengurangkan
penjualan periode sekarang dengan
penjualan periode sebelumnya,
kemudian dibagi dengan penjualan
pada periode sebelumnya.
Parameter
��_��� =
�� � − �� �−1
�� �−1
Skala
Rasio
����� � − ����� �−1
����� �−1
Rasio
��� − ���−1
Pertumbuhan rasio lancar dihitung
��_��� =
dengan cara mengurangkan rasio
���−1
lancar periode sekarang dengan
rasio lancar periode sebelumnya,
kemudian dibagi dengan lancar
cepat pada periode sebelumnya.
���� − ����−1
Pertumbuhan rasio hutang terhadap
���_��� =
total aset dihitung dengan cara
����−1
mengurangkan rasio hutang
terhadap total aset periode sekarang
dengan rasio hutang terhadap total
aset periode sebelumnya, kemudian
dibagi dengan rasio hutang
terhadap total aset pada periode
sebelumnya.
���� − ����−1
Pertumbuhan rasio tingkat
���_��� =
pengembalian ekuitas dihitung
����−1
dengan cara mengurangkan rasio
tingkat pengembalian ekuitas
periode sekarang dengan rasio
tingkat pengembalian ekuitas
periode sebelumnya, kemudian
dibagi dengan rasio tingkat
pengembalian ekuitas pada periode
sebelumnya.
����� − �����−1
Pertumbuhanukuran perusahaan
����_��� =
dihitung dengan cara mengurangkan
���� �−1
ukuran perusahaan periode sekarang
dengan ukuran perusahaan periode
sebelumnya, kemudian dibagi
dengan ukuran perusahaan pada
periode sebelumnya.
Ukuran perusahaan = Logaritma
Natural dari Total Aktiva
Rasio
�����_��� =
Rasio
Rasio
Rasio
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 4.2
Nama/Jenis
Variabel
Tata Kelola
Perusahaan
yang Baik
(Good
Corporate
Governance)
4.6.
Defenisi Variabel
Good Corporate Governance adalah
tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara
berbagai partisipan dalam
perusahaan yang menentukan arah
dan kinerja perusahaan (Monks dan
Minow, 2001).
Parameter
Good Corporate
Governancediproyeksikan
dengan kepemilikan
instutisional.
Skala
Rasio
Metode Analisis Data
Penelitan ini didesain sebagai suatu studi empiris. Dalam rangka menguji
hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu untuk membuktikan pengaruh pertumbuhan
rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan, dan good corporate governance
terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan dengan pertumbuhan penjualan sebagai
variabel moderating. Dimana pertumbuhan rasio keuangan terdiri dari pertumbuhan
rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset dan pertumbuhan rasio
tingkat pengembalian ekuitas. Maka bentuk dari model regresinya adalah sebagai
berikut:
1. Model regresi I untuk model regresi berganda adalah :
GP_Gro = b0+b1.CR_Gro+b2.DAR_Gro+b3.ROE_Gro+b4.Size_Gro +
b5.GCG + e
(Model Regresi I)
2. Model regresi II untuk model regresi moderasi dengan uji residual adalah :
Sales_Gro = b0+b1.CR_Gro+b2.DAR_Gro+b3.ROE_Gro+b4.Size_Gro +
(Model Regresi II)
b5.GCG + e
|e|
= b0 + b1.GP_Gro
Dimana :
b0=
b1 – b6
GP_Gro
=
=
(Model Regresi Uji Residual)
Intercept, pertumbuhanlaba yang diasumsikan
berhubungan dengan variabel independen
koefisien regresi
Gross Profit Growth (Pertumbuhan laba kotor)
tidak
Universitas Sumatera Utara
CR_Gro
DAR_Gro
=
=
ROE_Gro
=
Size_Gro
GCG
Sales_Gro
e
|e|
=
=
=
=
=
4.6.1
Current Ratio Growth (Pertumbuhan rasio lancar)
Debt to Total Asset Ratio Growth (Pertumbuhan rasio
hutang terhadap total asset)
Return on Equity Growth (Pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas)
Size Growth (PertumbuhanUkuran Perusahaan)
Good Corporate Governance
Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan)
Kesalahan residual
Absolute Residual
Statistik deskriptif
Menurut Ghozali (2013), yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).
4.6.2.
Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda memerlukan uji asumsi klasik sebagai
persyaratan distribusi data. Uji asumsi klasik antara lain adalah:
1. Uji Multikolinaritas
Menurut Ghozali (2013), uji multikolinaritas yang bertujuan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas
(independen). Untuk mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari
permasalahan multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation
Factor) dan tolerance value. Sebagai dasaracuannya dapat disimpulkan:
a. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapatdisimpulkan bahwa tidak
ada multikolinearitas antar variabelindependen dalam model regresi.
Universitas Sumatera Utara
b. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapatdisimpulkan bahwa ada
multikolinearitas antar variabel independendalam model regresi.
2. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali(2013), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t–1 (sebelumnya). Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi apakah model
regresi yang dipakai bebas dari permasalah autokorelasi dapat dinilai dari uji DurbinWatson (DW test). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat
dilihat dari tabel 5.5.
Tabel 4.3. Tabel Dasar Pengambulan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
No.
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
1.
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
2.
Tidak ada autokorelasi positf
Tidak ada keputusan
dl ≤ d ≤ du
3.
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
4.
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada keputusan
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ditolak
du < d < 4 – du
5.
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif
Sumber : Ghozali (2013)
Dimana :
H0
= tidak ada autokorelasi (r = 0)
H1
d
du
dl
= ada autokorelasi (r ≠ 0)
= nilai Durbin-Watson
= batas atas tabel Durbin-Watson
= batas bawah tabel Durbin-Watson
Universitas Sumatera Utara
3. Uji heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi apakah model regresi yang
dipakai bebas dari masalah heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplots.
Suatu model regresi dapat dikatakan bebas dari permasalahan heteroskedastisitas jika:
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang, melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali
c. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
Menurut Ghozali (2013), analisis dengan grafit plots memiliki kelemahan
yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil plotting.
Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik
plot. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang dapat menjamin keakuratan hasil.
Adapun salah satu uji statistik tersebut adalah uji glejser. Dimana uji glejser
mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
sehingga persamaan regresinya menjadi :
Abs_Ut = b0 + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + ...... + e
Adapun dasar pengambilan keputusannya adalah dengan melihat tabel
Coefficient, dimana hasil regresi dari tabel tersebut haruslah menjukkan bahwa tak
ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen nilai absolut Ut (Abs_Ut)
Universitas Sumatera Utara
4. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
model
regresi,
variabel
pengganggu
atau
residual
memiliki
distribusi
normal.Asumsi normalitas dapat diketahui dengan berbagai cara. Baik
melaluipengujian statistik seperti Chi Square, Kolmogorov-Smirnov maupun
Shapiro Wilk, Histogram dan juga Normal Propabilty Plot. Pada Normal
Propabilty Plot, normalitas data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan jika :
a. Data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi Normalitas.
4.6.3.
Uji Hipotesis
Hipotesis yang telah diajukan akan diuji signifikansinya. Pengujian akan
dilakukan dengan uji statistik berikut ini:
a. Uji Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menguju goodness-fit dari model
regresi. Besar dari nilai R2 menjelaskan seberapa besar variabilitas variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen.
b. Uji Pengaruh Simultan (F Test)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi seluruh koefisien variabel
independen secara bersama-sama atau keseluruhan terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
Jika,
p > 0,05 = Ho
diterima
p < 0,05 = Ho
ditolak
c. Uji Parsial (t test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari setiap
koefisien variabel independen mempengaruhi variabel dependenya. Jika nilai
probabiltas lebih kecil dari nilai 0,05 maka hipotesis nol ditolak, artinya pengaruh
variabel bebas tersebut terhadap variabel terikatnya adalah signifikan. Sebaliknya bila
nilai probabiltas berada lebih besar dari 0,05 maka itu berarti pengaruhnya tidak
signifikan dan hipotesis nol diterima.
Jika,
4.6.4.
p > 0,05 = Ho
diterima
p < 0,05 = Ho
ditolak
Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Moderasi
Tujuan dalam analisis regresi moderasi adalah untuk melihat apakah variabel
moderating dapat memoderasi/memperkuat hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Dalam analisis regresi moderasi, penelitian ini menguji
hipotesi analisis regresi moderasi dengan uji residual. Menurut Ghozali (2013),
pengujian varibel moderating dengan uji interaksi maupun uji selisih mutlak
mempunyai kencenderungan akan terjadi multikolinieritas yang tinggi antara variabel
independen dan hal ini menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least square
(OLS). Untuk mengatasi multikolineritas ini, maka dikembangkan metode lain yang
disebut uji residual.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kriteria untuk dapat menentukan apakah variabel tersebut dapat
memoderasi dapat dilihat dari signifikan pada tabel coeficient dimana jika :
a. Nilai parameter dari Standardized Coefficients Beta yang diperoleh bernilai
negatif.
b. Nilai signifikannya :
p > 0,05 = Ho
diterima
p < 0,05 = Ho
ditolak
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
5.1.1.
Statistik Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan rasio
keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governance terhadap
pertumbuhan laba kotor perusahaan serta apakah pertumbuhan penjualan dapat
memoderasi pengaruh tersebut pada perusahaan perkebunan, pertambangan, makanan
dan minuman yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2013. Dimana
pertumbuhan rasio keuangan terdiri dari pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio
hutang terhadap total aset, dan pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas.
Variabel dependen penelitian ini adalah pertumbuhan laba kotor, variabel
pemoderasinya adalah pertumbuhan penjualan dan variabel independen yang
digunakan terdiri dari pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap
total aset, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran
perusahaan, dan good corporate governance.
Populasi yang dipilih untuk diteliti pada penelitian ini meliputi perusahaan
perkebunan, pertambangan, makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dimana total perusahan tersebut berjumlah 70 perusahaan pada tahun
2013. Kemudian dari populasi tersebut dipilih sampel melalui metode pemilihan
Purposive Sampling, sehingga total perusahaan yang terpilih sebanyak 26
perusahaan. Dan data yang digunakan dalam penelitian adalah selama 5 tahun yaitu
Universitas Sumatera Utara
dari 2009 - 2013, sehingga total data yang digunakan dalam penelitian berjumlah 130
data.
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N
Min
Max
Sum
Mean
Skewness
Kurtosis
Deviation
Std.
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std.
Statistic
Error
GP_Gro
130
-72,64
313,14 2434,99
18,7307
53,42163
1,883
Sales_Gro
130
-56,38
212,58 2359,09
18,1468
40,95060
2,244
CR_Gro
130
-76,38
281,63
427,70
3,2900
42,62214
2,863
DAR_Gro
130
-72,57
139,22
370,97
2,8536
24,01555
ROE_Gro
130
-92,90
666,23 2981,44
22,9342
Size_Gro
130
-5,48
128,08
GCG
130
35,63
97,20 9214,53
Valid N
130
5,77
,212
Error
6,885
,422
7,593
,422
,212
15,094
,422
1,457
,212
8,277
,422
115,64717
3,106
,212
11,737
,422
,9852
1,37217
-,288
,212
5,445
,422
70,8810
14,75920
,066
,212
-,665
,422
,212
(listwise)
Sumber : Lampiran
Dari Tabel 5.1. Statistik Deskriptif, deskripsi dan gambaran data yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, total
nilai data, mean, standar deviasi, skewness, kurtosis dan jumlah data yang valid (N)
untuk pertumbuhan laba kotor (GP_Gro), pertumbuhan penjualan (Sales_Gro),
pertumbuhan rasio lancar (CR_Gro), pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset
(DAR_Gro),
pertumbuhan
pertumbuhan
ukuran
rasio
tingkat
perusahaan
pengembalian
ekuitas
(ROE_Gro),
(Size_Gro),
good
corporate
governance(GCG)sebanyak 130.
Nilai minimum dan maksimum variabel GP_Gro adalah -72,64 dan 313,14,
total nilai seluruh variabel sebesar 2.434,99, nilai rata-rata sebesar 18,7307, standar
Universitas Sumatera Utara
deviasi sebesar 53,42163, nilai skewness sebesar 1,883 dan nilai kurtosis sebesar
6,885. Nilai maksimum dan minimun dari Sales_Gro adalah -56,38 dan 212,58, total
nilai seluruh variabel sebesar 2.359,09, nilai rata-rata sebesar 18,1468, standar deviasi
sebesar 49,95060, nilai skewness sebesar 2,244 dan nilai kurtosis sebesar 7,593.
Nilai maksimum dan minimum dari CR_Gro adalah -76,38 dan 281,63, nilai
total seluruh variabel sebesar 427,70, nilai rata-rata sebesar 3,2900, standar deviasi
sebesar 42,62214, nilai skewness sebesar 2,863 dan nilai kurtosis sebesar 15,094.
Nilai maksimum dan minimun dari DAR_Gro adalah -72,57 dan 139,22, nilai total
seluruh variabel sebesar 370,97, nilai rata-rata sebesar 2,8536, standar deviasi sebesar
24,01555, nilai skewness sebesar 1,457 dan nilai kurtosis sebesar 8,277. Nilai
maksimum dan minimun dari ROE_Gro adalah -92,90 dan 666,23, nilai total seluruh
variabel sebesar 2.981,44, nilai rata-rata sebesar 22,9342, standar deviasi sebesar
115,64717, nilai skewnes sebesar 3,106, dan nilai kurtosis sebesar 11,737.
Nilai maksimum dan minimun dari Size_Gro adalah -5,48 dan 5,77, nilai
total seluruh variabel sebesar 128,08, nilai rata-rata sebesar 0,9852, standar deviasi
sebesar 1,37217, nilai skewness sebesar -0,288, dan nilai kurtosis sebesar 5,445. Nilai
maksimum dan minimun dari GCG adalah 35,63 dan 97,20, nilai total seluruh variabel
sebesar 9.214,53, nilai rata-rata sebesar 70,8810, standar deviasi sebesar 14,75920,
nilai skewness sebesar 0,66, dan nilai kurtosis sebesar -0,665
Dari Tabel 5.1 maka akan dapat diketahui nilai mean memiliki jarak
yangekstrim dengan jarak nilai minimum dan maksimum dan standar deviasi yang
cukupekstrim pada setiap variabel. Tingkat normalitas data dapat dilihat berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
padabesarnya mean dan standar deviasi. Standar deviasi akan menunjukkan
tingkatkemencengan data, jika jumlahnya semakin besar maka data tersebut
semakinmenceng, artinya data tidak tersebar dengan rata yang disebabkan oleh data
yangekstrim yang akan menyebabkan data tidak terdistribusi secara normal.
Untukmemperoleh tingkat normalitas data yang lebih baik maka perlu dilakukan
transformasi pada data ekstrim dengan menggunakan logaritma natural. Akan tetapi,
data-data tersebut mengandung data negatif, sehingga data tidak dapat langsung di
transformasi. Adapun solusi yang dapat digunakan menurut Rick Wicklin (2011)
dalam www.blogs.sas.com untuk mengatasi masalah transform data negatif adalah
Translate, Then Transform dan Using Missing Value
Adapun solusi yang peneliti gunakan adalah Translate, Then Transform.
Dimana dengan cara men-traslate terlebih darhulu dengan menambahkan sebuah
nilai konstanta dalam data prior kemudian di transform. Bentuk translate, then
transformasi yang digunakan adalah logaritma natural dari variabel ditambahkan
konstanta 100 kemudian dikurangkan dengan nilai minimal dari variabel tersebut,
sehingga jika dijabarkan dalam bentuk matematis adalah sebagai berikut :
Y = {-3,1,2,.,5,10,100}; /* negative datum */
LY= LN ( Y + 100 - min(Y)); /* translate, then transform */
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data
Descriptive Statistics
Std.
N
Min
Max
Sum
Mean
Skewness
Kurtosis
Deviation
Std.
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std.
Statistic
Error
Error
GP_Gro
130
4,61
6,19
678,74
5,2211
,25214
,507
,212
1,419
,422
Sales_Gro
130
4,61
5,91
668,15
5,1396
,20524
,959
,212
3,224
,422
CR_Gro
130
4,61
6,13
671,95
5,1689
,20339
1,029
,212
4,039
,422
DAR_Gro
130
4,61
5,74
670,59
5,1584
,13234
,098
,212
4,732
,422
ROE_Gro
130
4,61
6,76
687,13
5,2856
,38668
1,316
,212
2,660
,422
Size_Gro
130
4,61
4,71
606,81
4,6677
,01292
-,430
,212
5,821
,422
GCG
130
4,61
5,08
637,15
4,9012
,10998
-,161
,212
-,530
,422
Valid N
130
(listwise)
Sumber : Lampiran
Dari Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data, dapat diketahui
nilai minimum dan maksimum variabel GP_Gro adalah 4,61 dan 6,19, total nilai
seluruh variabel sebesar 678,74, nilai rata-rata sebesar 5,2211, standar deviasi sebesar
0,25214, nilai skewness sebesar 0,57 dan nilai kurtosis sebesar 1,419. Nilai
maksimum dan minimun dari Sales_Gro adalah 4,61 dan 5,91, total nilai seluruh
variabel sebesar 668,15, nilai rata-rata sebesar 5,1396, standar deviasi sebesar
0,20524, nilai skewness sebesar 0,959 dan nilai kurtosis sebesar 3,224.
Nilai maksimum dan minimum dari CR_Gro adalah 4,61 dan 6,13, nilai total
seluruh variabel sebesar 671,95, nilai rata-rata sebesar 5,1689, standar deviasi sebesar
0,20339, nilai skewness sebesar 1,029 dan nilai kurtosis sebesar 4,039. Nilai
maksimum dan minimun dari DAR_Gro adalah 4,61 dan 5,74, nilai total seluruh
Universitas Sumatera Utara
variabel sebesar 670,59, nilai rata-rata sebesar 5,1584, standar deviasi sebesar
0,13234, nilai skewness sebesar 0,098 dan nilai kurtosis sebesar 4,732. Nilai
maksimum dan minimun dari ROE_Gro adalah 4,61 dan 6,76, nilai total seluruh
variabel sebesar 687,13, nilai rata-rata sebesar 5,2856, standar deviasi sebesar
0,38668, nilai skewnes sebesar 1,316, dan nilai kurtosis sebesar 2,660.
Nilai maksimum dan minimun dari Size_Gro adalah 4,61 dan 4,71, nilai
total seluruh variabel sebesar 606,81, nilai rata-rata sebesar 4,6677, standar deviasi
sebesar 0,01292, nilai skewness sebesar -0,430, dan nilai kurtosis sebesar 5,821. Nilai
maksimum dan minimun dari GCG adalah 4,61 dan 5,08, nilai total seluruh variabel
sebesar 637,15, nilai rata-rata sebesar 4,9012, standar deviasi sebesar 0,10998, nilai
skewness sebesar -0,161, dan nilai kurtosis sebesar -0,530.
5.1.2.Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda memerlukan uji asumsi klasik sebagai
persyaratan distribusi data. Setelah dilakukannya transformasi data maka uji asumsi
klasik yang dilakukan pada penelitian ini antara lain adalah:
5.1.2.1. Uji Multikorelasi
Untuk mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas daripermasalahan
multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF (Variance InflationFactor) dan
tolerance, di mana nilai VIF tidak lebih besar dari 10 dan nilai tolerance tidak lebih
kecildari 0,1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas Model Regresi I
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
t
B
1 (Constant)
Correlations
Std.
Error
Collinearity
Statistics
Sig.
Zero- Part
Beta
order
ial
Part
Toler
ance
VIF
-38,160
6,379
CR_Gro
,265
,089
,214
2,984 ,003
,262 ,259 ,197
,845
1,184
DAR_Gro
,190
,140
,100
1,359 ,177 -,006 ,121 ,090
,810
1,234
ROE_Gro
,319
,045
,489
7,079 ,000
,479 ,536 ,467
,911
1,098
Size_Gro
8,148
1,316
,418
6,193 ,000
,405 ,486 ,408
,956
1,046
,268
,156
,117
1,718 ,088
,020 ,152 ,113
,941
1,063
GCG
-5,982 ,000
a. Dependent Variable: GP_Gro
Sumber : Lampiran
Dari Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas Model Regresi I, dapat dilihat variabel
pertumbuhan rasio lancar (CR_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,845 dengan
nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,184, variabel pertumbuhan rasio hutang
terhadap total aset (DAR_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,810 dengan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1,234, variabel pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas (ROE_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,911 dengan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1,098, variabel pertumbuhan ukuran perusahaan
(Size_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,956 dengan nilai Variance Inflation
Factor sebesar 1,046, dan variabel good corporate governance (GCG) memiliki nilai
tolarance sebesar 0,941 dengan nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,063. Hal ini
menunjukkan bahwa model analisis regresi berganda yang digunakan untuk melihat
Universitas Sumatera Utara
pengaruh pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset,
pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan
dan good corporate governace terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan tidak
memiliki masalah multikolinearitas, dimana nilai tolerance tidak lebih kecil dari
0,100 dan nilai Variance Inflation Factor tidak lebih besar dari 10, sehingga model
ini layak digunakan.
Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas Model Regresi II
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Correlations
t
Model
Zero- Part
Beta
order
Error
1 (Constant)
-28,832 5,827
Statistics
Sig.
Std.
B
Collinearity
-4,948
,000
ial
Part
Toler
ance
VIF
CR_Gro
,211
,081
,209
2,595
,011
,226 ,227
,192
,845
1,184
DAR_Gro
,222
,127
,143
1,745
,083
,023 ,155
,129
,810
1,234
ROE_Gro
,177
,041
,333
4,301
,000
,337 ,360
,318
,911
1,098
6,432 1,202
,405
5,352
,000
,387 ,433
,396
,956
1,046
,085
1,109
,269
,020 ,099
,082
,941
1,063
Size_Gro
GCG
,158
,142
a. Dependent Variable: Sales_Gro
Sumber : Lampiran
Dari Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas Model Regresi II, dapat dilihat variabel
pertumbuhan rasio lancar (CR_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,845 dengan
nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,184, variabel pertumbuhan rasio hutang
terhadap total aset (DAR_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,810 dengan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1,234, variabel pertumbuhan rasio tingkat
pengembalian ekuitas (ROE_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,911dengan nilai
Variance Inflation Factor sebesar 1,098, variabel pertumbuhan ukuran perusahaan
Universitas Sumatera Utara
(Size_Gro) memiliki nilai tolarance sebesar 0,956 dengan nilai Variance Inflation
Factor sebesar 1,046, dan variabel good corporate governance (GCG) memiliki nilai
tolarance sebesar 0,941 dengan nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,063. Hal ini
menunjukkan bahwa model tersebut tidak memiliki masalah multikolinearitas,
dimana nilai tolerance tidak lebih kecil dari 0,100 dan nilai Variance Inflation Factor
tidak lebih besar dari 10, sehingga model ini layak digunakan sebagai variabel
Residual Unstandarized untuk melihat apakah pertumbuhan penjualan dapat
memoderasi pengaruh pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap
total aset, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran
perusahaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor
perusahaan.
5.1.2.2. Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari permasalah autokorelasi
dapat dinilai dari uji Durbin-Watson (DW test). Dasar pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari tabel 5.5.
Tabel 5.5. Dasar Pengambulan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
No.
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
1.
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
2.
Tidak ada autokorelasi positf
Tidak ada keputusan
dl ≤ d ≤ du
3.
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
4.
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada keputusan
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
5.
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif
Tidak ditolak
du < d < 4 – du
Universitas Sumatera Utara
Dimana : H 0 = tidak ada autokorelasi (r = 0)
H 1 = ada autokorelasi (r ≠ 0)
d = nilai Durbin-Watson
du = batas atas tabel Durbin-Watson
dl = batas bawah tabel Durbin-Watson
Tabel 5.6. Uji Autokorelasi Model Regresi I
Model Summaryb
Model
1
R
,679a
R
Square
Adjusted
R Square
,461
,439
Change Statistics
Std. Error
Durbin-
of the
R Square
F
Estimate
Change
Change
,18881
,461
21,208
df1
5
df2
124
Sig. F
Watson
Change
,000
2,325
a. Predictors: (Constant), GCG, Size_Gro, CR_Gro, ROE_Gro, DAR_Gro
b. Dependent Variable: GP_Gro
Sumber : Lampiran
Dari tabel 5.6. Uji Autokorelasi Model Regresi I, dapat dilihat nilai DurbinWatson yang diperoleh adalah sebesar 2,325. Nilai tersebut akan dibandingkan
dengan niali tabel dengan menggunakan nilai signifikan 5 %, jumlah sampel 130 (n)
dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin-Watson akan
diperoleh nilai batas bawah (dl) sebesar 1,6346 dan nilai batas atas (du) sebesar
1,7941. Oleh karena nilai 4 – du (4 – 1,7941) lebih kecil dari nilai Durbin-Watson
2,325 dan nilai Durbin-Watson 2,322 lebih kecil 4 – dl (4 – 1,6346), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada keputusan apakah model tersebut mendapat masalah
autokorelasi atau bebas dari masalah autkorelasi (lihat tabel 5.5. point 4) . Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
4 – du
≤
4 – 1,7941 ≤
2,2059
≤
d
2,3220
2,3220
≤ 4 – dl
≤ 4 – 1,6346
≤ 2,3654
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Uji Autokorelasi Model Regresi II
Model Summaryb
Model
1
R
,567a
R
Square
,321
Adjusted
Change Statistics
Std. Error
R Square
,294
Durbin-
of the
R Square
F
Estimate
Change
Change
,17247
,321
11,733
df1
df2
5
124
Sig. F
Watson
Change
,000
2,036
a. Predictors: (Constant), GCG, Size_Gro, CR_Gro, ROE_Gro, DAR_Gro
b. Dependent Variable: Sales_Gro
Sumber : Lampiran
Dari tabel 5.7. Uji Autokorelasi Model Regresi II, dapat dilihat nilai DurbinWatson yang diperoleh adalah sebesar 2,036. Nilai tersebut akan dibandingkan
dengan niali tabel dengan menggunakan nilai signifikan 5 %, jumlah sampel 130 (n)
dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin-Watson akan
diperoleh nilai batas bawah (dl) sebesar 1,6346 dan nilai batas atas (du) sebesar
1,7941. Oleh karena nilai Durbin-Watson 2,073 lebih besar dari batas atas (du)
1,7941 dan kurang dari 4 – du (4 – 1,7941 = 2,2059), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak bisa menolak H 0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau
negatif (lihat tabel 5.5. point 5) atau dapat disimpulkan tiadak terdapat autokorelasi.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
du
<
d