Budaya Khas Semarang - Kumpulan data - OPEN DATA PROVINSI JAWA TENGAH
Nganten Semarangan
Tradisi nganten Semarang unik, berbeda dengan adat daerah
terdekat sekalipun, yakni Solo, dan Yogyakarta. Perbedaan tersebut antara lain pengantin pria tidak menggunakan
blankon melainkan surban. Lalu, pakaiannya juga ada adat Tiongkok, serta Jawa, sebuah penggambaran tentang
akulturasi kebudayaan. Ritual Nganten Semarang dimasukkan berbagai unsur Jawa mulai dari ruwatan, tumpengan,
midodareni, ijab, bleketepe, dan berbagai upacara pelengkap nganten Semarang. Karena khasanah pengantin yang
unik inilah Pemerintah Kota Semarang bersama masyarakat kotanya terus melestarikannya agar terus dipelihara dari
generasi ke generasi.
Gambang Semarang
[empat penari kian kemari jalan berlenggang, aduh…
Langkah gayanya menurut suara irama gambang
Sambil bernyanyi, jongkok berdiri kaki melintang, aduh…
Sungguh jenaka tari merekatari berdendang]
Itulah sepenggal lirik Lagu Gambang Semarang merupakan pembauran antara dua etnis, yaitu budaya Cina dan
Jawa. Gambang Semarang telah memiliki nilai historis sehingga lazim dilestarikan sebagai suatu karya seni tradisi
kota Semarang yang mengandung nilai estetika dan nilai–nilai simbolik tradisional. Gambang Semarang mencakup
berbagai aspek seni yaitu seni musik, seni tari, vokal dan seni lawak. Sedangkan macam alatalat Musik Gambang
Semarang terdiri atas kendang (jawa barat), bonang, kempul, suling, kecrek, gambang, sukong / siter, kanghayan,
balungan (saron, demung ). Tari Gambang Semarang menggambarkan ekspresi gembira empat orang penari di
suatu malam saat mereka berkumpul, berdendang dan menari bersama. Gerak tari yang penuh vitalitas dan gairah
tanpa disertai emosi yang berlebihan adalah sesuai dengan gambaran masyarakat kota Semarang. Goyangan
pinggul dan putaran pantat yang mengalun bila dihayati bagaikan riak gelombang air laut yang menghiasi garis pantai
kota Semarang. Unsur gerak tari Jawa pesisiran yang lugas, dinamis dan mengalir membuat tari Gambang
Semarang menjadi indah.
Sesaji Rewanda
Ritual Sesaji Rewanda adalah ritual wujud syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Ritual ini diawali dengan arakarak yang mengusung empat gunungan dari Kampung Kandri ke Goa
Kreo. Peserta arakarakan adalah warga Desa Kandri, di barisan terdepan, empat orang dengan riasan dan kostum
monyet warna merah, putih, hitam, dan kuning. Barisan selanjutnya adalah replika batang kayu jati yang konon
diambil oleh Sunan Kalijaga. Baru kemudian barisan gunungan dan para penari. Ritual arakarakan dengan
mengusung replika batang kayu jati tersebut merupakan bagian dari napak tilas Sunan Kalijaga saat ke Goa Kreo
yang dahulu merupakan kawasan hutan jati. Sunan Kalijaga mencari batang kayu jati pilihan untuk mendirikan Masjid
Agung di Demak. Ritual sesaji ini juga untuk memberi makan para monyet. Ini bentuk upaya warga untuk menjaga
keseimbangan alam dan hewan di kawasan Kreo. Para monyet itu konon juga membantu Sunan Kalijaga
menggulirkan batang kayu jati supaya bisa hanyut ke Sungai Kreo untuk dibawa ke Demak.
Peringatan Laksamana Cheng Ho
Kisah Laksamana Cheng Ho bagi warga Semarang seolah tidak ada habisnya. Kenangan akan hadirnya Cheng Ho
sampai saat ini masih dapat dirasakan di saat Anda berkunjung ke Klenteng yang terletak di kawasan Simongan,
Semarang Barat. Klenteng ini lebih dikenal dengan nama Klenteng Sam Poo Kong atau Klenteng Gedong Batu.
Bangunannya seluas 1.020 meter persegi dan didominasi warna merah. Menurut cerita, saat Laksamana Cheng Ho
berlayar melewati Laut Jawa ada seorang awak kapalnya yang sakit yaitu Wang Jinghong atau nama lainnya Dampo
Awang atau Kiai Jurumudi Dampo Awang. Cheng Ho memerintahkan membuang sauh, kemudian merapat ke pantai
utara Semarang dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi Klenteng.
Bangunan itu sekarang berada di tengah kota Semarang diakibatkan Pantai Utara Jawa selalu mangalami
pendangkalan karena sedimentasi sehingga lambatlaun daratan akan semakin bertambah luas ke arah utara.
Setiap tanggal 29 Lak Gwee penanggalan Tionghoa, di tempat ini diadakan upacara ritual memperingati kedatangan
Cheng Ho. Diawali pawai dari Klenteng Tay Kak Sie Gang Lombok menuju Klenteng Sam Poo Kong.
Barongsai
Kesenian barongsai (tarian singa) di Kota Semarang berkembang pesat. Komunitas Tionghoa selalu
mempertontonkan kehebatannya. Barongsai adalah tarian tradisional China dengan menggunakan sarung yang
menyerupai singa.
Kesenian Barongsai mulai populer di zaman dinasti SelatanUtara (Nan Bei) tahun 420589 Masehi. Secara
tradisional, orang China menggunakan barongsai sebagai simbol pembawa kesuksesan dan keberuntungan,
digunakan pada acaraacara perayaan seperti Tahun Baru Imlek atau acara seremonial seperti pembukaan tempat
usaha baru. Barongsai juga dipercaya dapat “membersihkan” suatu tempat dari halhal negatif. Dalam Feng Shui,
barongsai memiliki beberapa arti yang dapat dapat membuat tempat anda menjadi lebih bagus karena dapat
menghilangkan energi negatif, mengusir roh halus yang tidak baik, dan membawa keberuntungan.
Liong
Liong (tarian naga, 舞 龙 / 舞 龍 ; wǔ lóng) atau adalah suatu pertunjukan dan tarian tradisional dalam kebudayaan
masyarakat Tionghoa. Seperti juga tari singa atau barongsai, tarian ini sering tampil pada waktu perayaanperayaan
tertentu. Orang Tionghoa sering menggunakan istilah 'keturunan naga' sebagai suatu simbol identitas etnis.
Naga dipercaya bisa membawa keberuntungan untuk masyarakat karena kekuatan, martabat, kesuburan,
kebijaksanaan dan keberuntungan yang dimilikinya. Penampilan naga terlihat menakutkan dan gagah berani, namun
ia tetap memiliki watak yang penuh kebajikan. Halhal inilah yang pada akhirnya menjadikannya lambang lencana
untuk mewakili kekuasaan kekaisaran.
Dalam tarian ini, satu regu orang Tionghoa memainkan naganagaan yang diusung dengan belasan tongkat. Penari
terdepan mengangkat, menganggukkan, menyorongkan dan mengibaskibaskan kepala naganagaan tersebut yang
merupakan bagian dari gerakan tarian yang diarahkan oleh salah seorang penari. Terkadang bahkan kepala naga ini
bisa mengeluarkan asap dengan menggunakan peralatan pyrotechnic.
Festival Kaligarang
Kaligarang adalah nama sungai yang membelah Kota Semarang sisi barat. Kaligarang sering diidentikan dengan
Kanal Banjir Barat. Di sebagian bantaran ini setiap tahun diselenggarakan festival. Bertepatan dengan Hari Air
sedunia, Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggelar Festival
Kaligarang yang dimeriahkan dengan penyalaan lampion secara serentak. Setiap pengunjung yang datang dapat
turut serta dalam pelepasan lampion ini. Di tempat itu pula diselenggarakan pameran Produk UMKM seKota
Semarang. Pengunjung yang hadir juga akan dihibur dengan pertunjukan musik, lawak, kuliner, dan lainlain. Acara
ini dapat memberikan pesan moral kepada warga masyarakat akan pentingnya pemeliharaan sumber daya air bagi
pariwisata.
Semarang Great Sale
Semarang Great Sale, sering disingkat Semargres, merupakan agenda Kota Semarang dalam ajang berpromosi dan
menarik wisatawan berkunjung. Agenda ini diselenggarakan selama 1 bulan penuh di pertengahan April sampai
dengan pertengahan Mei. Semargres memberikan diskon banyak hal seperti pada wisata belanja, kuliner, produk
kerajinan maupun fasilitas hiburan yang ada di. Semua pihak, baik pelaku pariwisata maupun pelaku usaha, mulai
usaha perhotelan, mal, hingga pedagang kaki lima (PKL) terlibat untuk memeriahkannya. Berbagai pameran pun
digelar, seperti REI Expo, Apkomindo Computer Expo, Tourism and Investment Expo, Semarang Industry Expo.
Diharapkan dengan adanya Semarang Great Sale (Semargres) ini dapat mempromosikan dan mengangkat potensi
wisata Kota Semarang baik dari dalam maupun luar negeri serta menggairahkan perekonomian dan perdagangan
Kota Semarang.
Semarjawi
Semarjawi merupakan singkatan Semarang Jalanjalan Wisata. Jalanjalan wisata dlakukan dengan armada
bustram, bus 2 tingkat dengan bagian atas yang terbuka. Saat ini baru 1 unit bus diberi nama Semarjawi 01. Bus
pariwisata bertingkat ini dipersembahkan oleh PT Telekomunikasi Selular kepada warga Kota Semarang untuk
meningkatkan kunjungan pariwisata di Kota Semarang. Seharihari bus ini dikelola oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat ERTIM Indonesia yang berkedudukan di Semarang yang juga bertujuan untuk memberikan pendidikan
mengenai sejarah Kota Semarang kepada penumpang bus ini. Bus pariwisata yang beroperasi di Kota Lama
Semarang ini memiliki desain yang unik menyerupai sebuah tram di Eropa. Bus ini memiliki panjang 7,2 m; lebar 1,3
m; dan tinggi 3,7m, berkapasitas penumpang dari 25 sampai 40 orang. Jam operasional adalah Selasa Jumat
(15.0021.00) dan Sabtu Minggu (07.0021.00). Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi 082225546763
(hanya melayani telepon saat jam operasional) atau www.semarjawi.com.
Kirab Bende Nangkasawit
Setiap tahunnya yaitu pada hari Kamis Wage di bulan Rajab Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati,
Kota Semarang menyelenggarakan kirab pusaka yang berwujud bende. Bende – sejenis alat gamelan merupakan
peninggalan Syeh Hasan Munadi, seorang murid dari Sunan Kalijogo yang menyebarkan ajaran Islam pada masa itu
melalui kesenian karawitan di wilayah Kecamatan Gunungpati.
Sebelum diarak keliling kampung, pusaka tersebut dijamasi dengan air dari sembilan mata air yang ada di wilayah
tersebut, kemudian diarak keliling kampung diikuti berbagai kesenian masa lalu yang masih dipertahankan, seperti
jaranan, warag ngendog, Tari sigologolo serta gunungan berupa hasil pertanian. Kirab ini merupakan acara puncak
dari sejumlah acara yang sudah diselenggarakan seperti festival pohon, trabas dan doa bersama di pemakaman
desa. Setiap Rukun Tetangga (RT), karang taruna dan sekolah yang ada di kelurahan tersebut menyiapkan kesenian
untuk diikutkan dalam arakarakan. Para anakanak dan pemuda desa juga tidak mau kalah dalam acara tersebut,
mereka membuat replika kartun, robot dan helikopter agar gelaran tersebut lebih meriah. Di akhir acara, gunungan
berupa hasil pertanian tersebut juga menjadi rebutan sebagai wujud berkah dari sang pencipta.
Denok Kenang Semarang
Kata ‘denok’ merupakan panggilan untuk anak perempuan dalam bahasa Jawa Semarangan. sedangkan ‘kenang’
adalah sebutan untuk anak lakilaki. Pemilihan Denok Kenang Semarang adalah agenda rutin tahunan yang
diselenggarakan Pemerintah Kota Semarang untuk memilih pasangan yang akan menjadi duta wisata Kota
Semarang. Melalui persyaratan administratif dan tes inteligensia, kepribadian, dan fotogenik, Denok Kenang
Semarang terpilih setiap tahunnya akan dilibatkan dalam setiap tugas yang berkenaan dengan promosi pariwisata
Kota Semarang, sekaligus wakil Kota dalam Pemilihan Duta Wisata di tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Batik Semarangan
Sebagai sebuah wilayah, memiliki batik dengan ciri khas tersendiri sangatlah membanggakan. Semarang contohnya.
Kota ini memiliki batik bermotif perpaduan antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan
batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga dengan corak batik atau pola batik. Motif batik Semarangan identik
dengan icon dan naturalis. Ikon kota Semarang yang dijadikan motif antara lain Ngarak Warak, Laksamana Cheng
Ho, Lawang Sewu, Warak Ngendog, Gambang Semarangan, Blekok Srondol, Tugu Muda, Gereja Blenduk, Asem
Arang. Sedangkan naturalis seperti ikan, kupukupu, bunga, pohon, kombinasi bukit dan bunga mempunyai makna
karakter masyarakat pesisiran yang bersifat lebih terbuka dan eskpresionis.
Ruwatan
Ruwatan merupakan tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian, atas dosa atau kesalahan
manusia yang diperkirakan bisa berdampak kesialan di dalam hidupnya. Tradisi ritual ini hingga kini masih
dilestarikan dengan cara menggelar wayang kulit yang bertemakan atau lakon Murwakala. Dalam lakon tersebut
diceritakan inti persoalan penyucian jiwaraga manusia agar menjadi suci kembali. Kata murwakala atau purwakala
berasal dari kata ‘purwa’ yaitu asalmuasal manusia, dan kata ‘kala’ berarti waktu. Meruwat berarti mengatasi atau
menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan ritual dengan media wayang kulit
yang mengambil tema atau cerita Murwakala.
Gebyar Keroncong
Acara Gebyar Keroncong secara rutin digelar oleh Persatuan Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI )
di Museum Ranggawarsita Semarang. Gebyar Keroncong HAMKRI ini bertujuan untuk memperkenalkan lebih jauh
lagi tentang budaya jaman dulu terhadap generasi muda agar tidak punah di generasi selanjutnya. Selain itu untuk
mempererat tali persaudaraan komunitaskomunitas yang ada di Semarang. Dulu musik keroncong identik dengan
lagu yang mendayu sendu. Kini semua lagu, baik lagu Jawa, Indonesia, pop, dangdut, barat, mandarin pun
diaransement dan pemilihan lagunya disesuaikan dengan lagulagu keroncong modern yang sedang popular
sekarang ini. Selain dalam bentuk pertunjukan, Gebyar Keroncong juga sudah mulai dilombakan di tingkat Kota
Semarang.
Tradisi nganten Semarang unik, berbeda dengan adat daerah
terdekat sekalipun, yakni Solo, dan Yogyakarta. Perbedaan tersebut antara lain pengantin pria tidak menggunakan
blankon melainkan surban. Lalu, pakaiannya juga ada adat Tiongkok, serta Jawa, sebuah penggambaran tentang
akulturasi kebudayaan. Ritual Nganten Semarang dimasukkan berbagai unsur Jawa mulai dari ruwatan, tumpengan,
midodareni, ijab, bleketepe, dan berbagai upacara pelengkap nganten Semarang. Karena khasanah pengantin yang
unik inilah Pemerintah Kota Semarang bersama masyarakat kotanya terus melestarikannya agar terus dipelihara dari
generasi ke generasi.
Gambang Semarang
[empat penari kian kemari jalan berlenggang, aduh…
Langkah gayanya menurut suara irama gambang
Sambil bernyanyi, jongkok berdiri kaki melintang, aduh…
Sungguh jenaka tari merekatari berdendang]
Itulah sepenggal lirik Lagu Gambang Semarang merupakan pembauran antara dua etnis, yaitu budaya Cina dan
Jawa. Gambang Semarang telah memiliki nilai historis sehingga lazim dilestarikan sebagai suatu karya seni tradisi
kota Semarang yang mengandung nilai estetika dan nilai–nilai simbolik tradisional. Gambang Semarang mencakup
berbagai aspek seni yaitu seni musik, seni tari, vokal dan seni lawak. Sedangkan macam alatalat Musik Gambang
Semarang terdiri atas kendang (jawa barat), bonang, kempul, suling, kecrek, gambang, sukong / siter, kanghayan,
balungan (saron, demung ). Tari Gambang Semarang menggambarkan ekspresi gembira empat orang penari di
suatu malam saat mereka berkumpul, berdendang dan menari bersama. Gerak tari yang penuh vitalitas dan gairah
tanpa disertai emosi yang berlebihan adalah sesuai dengan gambaran masyarakat kota Semarang. Goyangan
pinggul dan putaran pantat yang mengalun bila dihayati bagaikan riak gelombang air laut yang menghiasi garis pantai
kota Semarang. Unsur gerak tari Jawa pesisiran yang lugas, dinamis dan mengalir membuat tari Gambang
Semarang menjadi indah.
Sesaji Rewanda
Ritual Sesaji Rewanda adalah ritual wujud syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Ritual ini diawali dengan arakarak yang mengusung empat gunungan dari Kampung Kandri ke Goa
Kreo. Peserta arakarakan adalah warga Desa Kandri, di barisan terdepan, empat orang dengan riasan dan kostum
monyet warna merah, putih, hitam, dan kuning. Barisan selanjutnya adalah replika batang kayu jati yang konon
diambil oleh Sunan Kalijaga. Baru kemudian barisan gunungan dan para penari. Ritual arakarakan dengan
mengusung replika batang kayu jati tersebut merupakan bagian dari napak tilas Sunan Kalijaga saat ke Goa Kreo
yang dahulu merupakan kawasan hutan jati. Sunan Kalijaga mencari batang kayu jati pilihan untuk mendirikan Masjid
Agung di Demak. Ritual sesaji ini juga untuk memberi makan para monyet. Ini bentuk upaya warga untuk menjaga
keseimbangan alam dan hewan di kawasan Kreo. Para monyet itu konon juga membantu Sunan Kalijaga
menggulirkan batang kayu jati supaya bisa hanyut ke Sungai Kreo untuk dibawa ke Demak.
Peringatan Laksamana Cheng Ho
Kisah Laksamana Cheng Ho bagi warga Semarang seolah tidak ada habisnya. Kenangan akan hadirnya Cheng Ho
sampai saat ini masih dapat dirasakan di saat Anda berkunjung ke Klenteng yang terletak di kawasan Simongan,
Semarang Barat. Klenteng ini lebih dikenal dengan nama Klenteng Sam Poo Kong atau Klenteng Gedong Batu.
Bangunannya seluas 1.020 meter persegi dan didominasi warna merah. Menurut cerita, saat Laksamana Cheng Ho
berlayar melewati Laut Jawa ada seorang awak kapalnya yang sakit yaitu Wang Jinghong atau nama lainnya Dampo
Awang atau Kiai Jurumudi Dampo Awang. Cheng Ho memerintahkan membuang sauh, kemudian merapat ke pantai
utara Semarang dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi Klenteng.
Bangunan itu sekarang berada di tengah kota Semarang diakibatkan Pantai Utara Jawa selalu mangalami
pendangkalan karena sedimentasi sehingga lambatlaun daratan akan semakin bertambah luas ke arah utara.
Setiap tanggal 29 Lak Gwee penanggalan Tionghoa, di tempat ini diadakan upacara ritual memperingati kedatangan
Cheng Ho. Diawali pawai dari Klenteng Tay Kak Sie Gang Lombok menuju Klenteng Sam Poo Kong.
Barongsai
Kesenian barongsai (tarian singa) di Kota Semarang berkembang pesat. Komunitas Tionghoa selalu
mempertontonkan kehebatannya. Barongsai adalah tarian tradisional China dengan menggunakan sarung yang
menyerupai singa.
Kesenian Barongsai mulai populer di zaman dinasti SelatanUtara (Nan Bei) tahun 420589 Masehi. Secara
tradisional, orang China menggunakan barongsai sebagai simbol pembawa kesuksesan dan keberuntungan,
digunakan pada acaraacara perayaan seperti Tahun Baru Imlek atau acara seremonial seperti pembukaan tempat
usaha baru. Barongsai juga dipercaya dapat “membersihkan” suatu tempat dari halhal negatif. Dalam Feng Shui,
barongsai memiliki beberapa arti yang dapat dapat membuat tempat anda menjadi lebih bagus karena dapat
menghilangkan energi negatif, mengusir roh halus yang tidak baik, dan membawa keberuntungan.
Liong
Liong (tarian naga, 舞 龙 / 舞 龍 ; wǔ lóng) atau adalah suatu pertunjukan dan tarian tradisional dalam kebudayaan
masyarakat Tionghoa. Seperti juga tari singa atau barongsai, tarian ini sering tampil pada waktu perayaanperayaan
tertentu. Orang Tionghoa sering menggunakan istilah 'keturunan naga' sebagai suatu simbol identitas etnis.
Naga dipercaya bisa membawa keberuntungan untuk masyarakat karena kekuatan, martabat, kesuburan,
kebijaksanaan dan keberuntungan yang dimilikinya. Penampilan naga terlihat menakutkan dan gagah berani, namun
ia tetap memiliki watak yang penuh kebajikan. Halhal inilah yang pada akhirnya menjadikannya lambang lencana
untuk mewakili kekuasaan kekaisaran.
Dalam tarian ini, satu regu orang Tionghoa memainkan naganagaan yang diusung dengan belasan tongkat. Penari
terdepan mengangkat, menganggukkan, menyorongkan dan mengibaskibaskan kepala naganagaan tersebut yang
merupakan bagian dari gerakan tarian yang diarahkan oleh salah seorang penari. Terkadang bahkan kepala naga ini
bisa mengeluarkan asap dengan menggunakan peralatan pyrotechnic.
Festival Kaligarang
Kaligarang adalah nama sungai yang membelah Kota Semarang sisi barat. Kaligarang sering diidentikan dengan
Kanal Banjir Barat. Di sebagian bantaran ini setiap tahun diselenggarakan festival. Bertepatan dengan Hari Air
sedunia, Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggelar Festival
Kaligarang yang dimeriahkan dengan penyalaan lampion secara serentak. Setiap pengunjung yang datang dapat
turut serta dalam pelepasan lampion ini. Di tempat itu pula diselenggarakan pameran Produk UMKM seKota
Semarang. Pengunjung yang hadir juga akan dihibur dengan pertunjukan musik, lawak, kuliner, dan lainlain. Acara
ini dapat memberikan pesan moral kepada warga masyarakat akan pentingnya pemeliharaan sumber daya air bagi
pariwisata.
Semarang Great Sale
Semarang Great Sale, sering disingkat Semargres, merupakan agenda Kota Semarang dalam ajang berpromosi dan
menarik wisatawan berkunjung. Agenda ini diselenggarakan selama 1 bulan penuh di pertengahan April sampai
dengan pertengahan Mei. Semargres memberikan diskon banyak hal seperti pada wisata belanja, kuliner, produk
kerajinan maupun fasilitas hiburan yang ada di. Semua pihak, baik pelaku pariwisata maupun pelaku usaha, mulai
usaha perhotelan, mal, hingga pedagang kaki lima (PKL) terlibat untuk memeriahkannya. Berbagai pameran pun
digelar, seperti REI Expo, Apkomindo Computer Expo, Tourism and Investment Expo, Semarang Industry Expo.
Diharapkan dengan adanya Semarang Great Sale (Semargres) ini dapat mempromosikan dan mengangkat potensi
wisata Kota Semarang baik dari dalam maupun luar negeri serta menggairahkan perekonomian dan perdagangan
Kota Semarang.
Semarjawi
Semarjawi merupakan singkatan Semarang Jalanjalan Wisata. Jalanjalan wisata dlakukan dengan armada
bustram, bus 2 tingkat dengan bagian atas yang terbuka. Saat ini baru 1 unit bus diberi nama Semarjawi 01. Bus
pariwisata bertingkat ini dipersembahkan oleh PT Telekomunikasi Selular kepada warga Kota Semarang untuk
meningkatkan kunjungan pariwisata di Kota Semarang. Seharihari bus ini dikelola oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat ERTIM Indonesia yang berkedudukan di Semarang yang juga bertujuan untuk memberikan pendidikan
mengenai sejarah Kota Semarang kepada penumpang bus ini. Bus pariwisata yang beroperasi di Kota Lama
Semarang ini memiliki desain yang unik menyerupai sebuah tram di Eropa. Bus ini memiliki panjang 7,2 m; lebar 1,3
m; dan tinggi 3,7m, berkapasitas penumpang dari 25 sampai 40 orang. Jam operasional adalah Selasa Jumat
(15.0021.00) dan Sabtu Minggu (07.0021.00). Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi 082225546763
(hanya melayani telepon saat jam operasional) atau www.semarjawi.com.
Kirab Bende Nangkasawit
Setiap tahunnya yaitu pada hari Kamis Wage di bulan Rajab Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati,
Kota Semarang menyelenggarakan kirab pusaka yang berwujud bende. Bende – sejenis alat gamelan merupakan
peninggalan Syeh Hasan Munadi, seorang murid dari Sunan Kalijogo yang menyebarkan ajaran Islam pada masa itu
melalui kesenian karawitan di wilayah Kecamatan Gunungpati.
Sebelum diarak keliling kampung, pusaka tersebut dijamasi dengan air dari sembilan mata air yang ada di wilayah
tersebut, kemudian diarak keliling kampung diikuti berbagai kesenian masa lalu yang masih dipertahankan, seperti
jaranan, warag ngendog, Tari sigologolo serta gunungan berupa hasil pertanian. Kirab ini merupakan acara puncak
dari sejumlah acara yang sudah diselenggarakan seperti festival pohon, trabas dan doa bersama di pemakaman
desa. Setiap Rukun Tetangga (RT), karang taruna dan sekolah yang ada di kelurahan tersebut menyiapkan kesenian
untuk diikutkan dalam arakarakan. Para anakanak dan pemuda desa juga tidak mau kalah dalam acara tersebut,
mereka membuat replika kartun, robot dan helikopter agar gelaran tersebut lebih meriah. Di akhir acara, gunungan
berupa hasil pertanian tersebut juga menjadi rebutan sebagai wujud berkah dari sang pencipta.
Denok Kenang Semarang
Kata ‘denok’ merupakan panggilan untuk anak perempuan dalam bahasa Jawa Semarangan. sedangkan ‘kenang’
adalah sebutan untuk anak lakilaki. Pemilihan Denok Kenang Semarang adalah agenda rutin tahunan yang
diselenggarakan Pemerintah Kota Semarang untuk memilih pasangan yang akan menjadi duta wisata Kota
Semarang. Melalui persyaratan administratif dan tes inteligensia, kepribadian, dan fotogenik, Denok Kenang
Semarang terpilih setiap tahunnya akan dilibatkan dalam setiap tugas yang berkenaan dengan promosi pariwisata
Kota Semarang, sekaligus wakil Kota dalam Pemilihan Duta Wisata di tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Batik Semarangan
Sebagai sebuah wilayah, memiliki batik dengan ciri khas tersendiri sangatlah membanggakan. Semarang contohnya.
Kota ini memiliki batik bermotif perpaduan antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan
batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga dengan corak batik atau pola batik. Motif batik Semarangan identik
dengan icon dan naturalis. Ikon kota Semarang yang dijadikan motif antara lain Ngarak Warak, Laksamana Cheng
Ho, Lawang Sewu, Warak Ngendog, Gambang Semarangan, Blekok Srondol, Tugu Muda, Gereja Blenduk, Asem
Arang. Sedangkan naturalis seperti ikan, kupukupu, bunga, pohon, kombinasi bukit dan bunga mempunyai makna
karakter masyarakat pesisiran yang bersifat lebih terbuka dan eskpresionis.
Ruwatan
Ruwatan merupakan tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian, atas dosa atau kesalahan
manusia yang diperkirakan bisa berdampak kesialan di dalam hidupnya. Tradisi ritual ini hingga kini masih
dilestarikan dengan cara menggelar wayang kulit yang bertemakan atau lakon Murwakala. Dalam lakon tersebut
diceritakan inti persoalan penyucian jiwaraga manusia agar menjadi suci kembali. Kata murwakala atau purwakala
berasal dari kata ‘purwa’ yaitu asalmuasal manusia, dan kata ‘kala’ berarti waktu. Meruwat berarti mengatasi atau
menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan ritual dengan media wayang kulit
yang mengambil tema atau cerita Murwakala.
Gebyar Keroncong
Acara Gebyar Keroncong secara rutin digelar oleh Persatuan Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI )
di Museum Ranggawarsita Semarang. Gebyar Keroncong HAMKRI ini bertujuan untuk memperkenalkan lebih jauh
lagi tentang budaya jaman dulu terhadap generasi muda agar tidak punah di generasi selanjutnya. Selain itu untuk
mempererat tali persaudaraan komunitaskomunitas yang ada di Semarang. Dulu musik keroncong identik dengan
lagu yang mendayu sendu. Kini semua lagu, baik lagu Jawa, Indonesia, pop, dangdut, barat, mandarin pun
diaransement dan pemilihan lagunya disesuaikan dengan lagulagu keroncong modern yang sedang popular
sekarang ini. Selain dalam bentuk pertunjukan, Gebyar Keroncong juga sudah mulai dilombakan di tingkat Kota
Semarang.