calk 1 tahun 2011 audited 2

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai
posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja
keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumberdaya.
Laporan
Keuangan
terutama
digunakan
untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan

dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan.
Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah disusun untuk menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:
1) menyajikan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;
2)
menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh
sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang
ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;
3) menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai;
4) menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan
mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan masyarakat;
5) menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman;
6) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan
Pemerintah Daerah, mengenai kenaikan atau penurunan, sebagai
akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan
pemerintah daerah menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas pemerintah
daerah.

1.2.

Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang Keuangan Pemerintah Daerah. Landasan hukum

1

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
penyusunan Laporan Keuangan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta:
1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ;
4) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
9) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun
2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran

Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 4)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 Nomor 11);
10)Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 14 Tahun
2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 14);
11)Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun
2011 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Nomor 9);
12)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 61 Tahun 2010
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 61);
13)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 41 Tahun 2011
tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2011
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Nomor 42);
14)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 13 Tahun 2011
tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 42 Tahun 2010 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Berita Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Nomor
13);

2

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
15)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2007
dan Perubahannya Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntansi;
16)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22.1 Tahun
2010 tentang Verifikasi, Klasifikasi dan Penilaian Barang Milik Daerah
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010

Nomor 22.1);
17)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22.2 Tahun
2010 tentang Pengelolaan Barang Persediaan (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 22.2);
18)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 37 Tahun 2011
tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Nomor 37).
1.3.

Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan
1.1.Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
1.2.Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
1.3.Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Bab II
Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target
Kinerja APBD

2.1.Ekonomi Makro
2.2.Kebijakan Keuangan
2.3.Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
3.1.Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
Bab IV Kebijakan Akuntansi
4.1.Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
4.2.Basis Akuntansi yang mendasari Penyusunan Laporan
Keuangan
4.3.Basis Pengukuran yang mendasari Penyusunan Laporan
Keuangan
Bab V
Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan
5.1.Rincian dan Penjelasan masing-masing Pos-Pos Pelaporan
Keuangan
5.1.1. Pendapatan
5.1.2. Belanja
5.1.3. Pembiayaan
5.1.4. Aset
5.1.5. Kewajiban

5.1.6. Ekuitas Dana
5.1.7. Komponen-Komponen Arus Kas
5.2.Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan
dan belanja dan rekonsiliasinya dengan basis kas, untuk
entitas akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan basis
akrual pada SKPD

3

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
Bab VI.

Penutup

4

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
2.1. Ekonomi Makro
Perekonomian adalah salah satu unsur penting dalam kesejahteraan
penduduk. Perekonomian yang baik dan mengalami pertumbuhan
memberikan sumbangan penting bagi pertumbuhan ekonomi dan akan
berdampak positif pada peningkatan penghasilan. Artinya bila ekonomi
semakin berkembang maka terbuka peluang bagi masyarakat untuk
memperoleh penghasilan melalui peran sertanya dalam aktivitas ekonomi.
Namun demikian perekonomian regional memiliki kaitan erat dengan
perkembangan ekonomi nasional bahkan situasi perkembangan ekonomi
dunia. Perubahan atau gangguan yang cukup drastis yang terjadi di negara
tertentu dapat berpengaruh bahkan pada ekonomi regional. Dalam
perspektif ini, maka pendapatan masyarakat di tingkat regional dapat
dipengaruhi ekonomi nasional atau negara lainnya.
Perkembangan kondisi umum ekonomi di Provinsi DIY yang
merupakan gambaran kinerja makro dari penyelenggaraan pemerintahan

dan pelaksanaan pembangunan menunjukkan perkembangan yang positif,
meskipun pada kenyataannya perkembangan kondisi nasional tetap
memberikan warna dalam menyertai dinamika perkembangan kondisi
ekonomi pada daerah - daerah di seluruh Indonesia, termasuk DIY.
Selama tahun 2005-2008 perkembangan pertumbuhan ekonomi di
Provinsi DIY cenderung fluktuatif. Pada tahun 2005 dan 2008 tingkat
pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY masing-masing adalah 4,47% dan
5,01%. Tingkat pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2006
yaitu sebesar 3,71%. Pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY tahun 2009
sebesar 4,39%. Kondisi perekonomian Provinsi DIY tahun 2011 masih
mengindikasikan arah yang relatif baik. Meskipun, secara umum
perekonomian daerah maupun nasional belum terlepas dari pengaruh krisis
keuangan global.
Sesuai dengan tema pembangunan Tahun 2011 yaitu “Peningkatan
Ketahanan Ekonomi Lokal dan Sinergi Provinsi dengan Kabupaten/Kota
untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, maka kebijakan ekonomi
makro Provinsi DIY diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat
melalui perkuatan ekonomi daerah, penanganan kemiskinan dan
pengangguran serta sinergitas antara provinsi dengan kabupaten/kota.
Kebijakan ini ditempuh dengan prioritas pembangunan sebagai berikut:

1. Peningkatan Mutu Pelayanan Dasar melalui peningkatan kualitas
layanan pendidikan, kesehatan, peningkatan partisipasi dan apresiasi
budaya, kreatifitas, inovasi teknologi, serta penanggulangan kemiskinan
dan penanganan daerah tertinggal.
2. Peningkatan Produktivitas dan Stabilitas Ekonomi melalui peningkatan
ketahanan pangan serta peningkatan iklim investasi dan usaha.
3. Peningkatan Profesionalisme Tata Kelola Pemerintahan melalui reformasi
birokrasi dan tata kelola.
5

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
4. Peningkatan Sarana Prasarana Pelayanan Publik melalui pemantapan
infrastruktur, pemenuhan energi, pelestarian lingkungan hidup dan
penanggulangan bencana.
Melalui kebijakan yang diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat
melalui perkuatan ekonomi daerah, penanganan kemiskinan dan
pengangguran serta sinergitas antara provinsi dengan kabupaten/kota,
maka asumsi yang digunakan dalam Tahun 2011 adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi berkisar antara 4,5 -5,3%.
2. Tingkat inflasi berkisar pada angka 4,2 – 5,4%.
3. Tingkat pengangguran terbuka berkisar 5,5 – 6,3%.
4. Jumlah penduduk miskin berkisar 548.525 -585.800 jiwa.
5. Investasi (PMA dan PMDN) mempunyai kecenderungan meningkat
sebesar 5,87 – 13,12% atau menjadi Rp4,8 – 5,7 trilyun.
Dalam rangka mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang
bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip
persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai
keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan sehingga terjamin kesempatan yang sama
dalam berusaha dan bekerja, perlindungan hak-hak konsumen, serta
perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat, maka arah pengembangan
perekonomian daerah adalah:
1. Memperkuat koordinasi perencanaan program pembangunan lintas
dinas dan lintas kabupaten/kota, sehingga dapat fokus pada orientasi
program yang dapatmempertahankan pertumbuhan ekonomi serta
perbaikan tingkat kesenjanganantar kabupaten/kota se-DIY.
2. Mempertajam fokus program pembangunan yang bersumber dari
danaAPBD/APBN pada daerah yang potensial selain di Kota Yogyakarta
dan KabupatenSleman. Perbaikan indeks ketimpangan (disparitas antar
daerah) dapatdisinergikan dengan penguatan pada sektor prima dan
sektor potensial.
3. Mendorong produktivitas sektor prima serta sektor potensial, khususnya
industri manufaktur dan industri kreatif.
4. Mengintensifkan koordinasi dinas/badan/lembaga eksekutif dengan
kelembagaanswasta (asosiasi bisnis), termasuk perbankan guna
membangun kesepahaman tentang kondisi dan kebutuhan masingmasing sektor (sektor riil, sektor keuangan/perbankan, dan
regulator/Pemerintah Daerah).
5. Mendorong bank milik daerah (BPD) dan bank umum lain, khususnya
BUMD, serta lembaga keuangan lokal untuk melonggarkan pembiayaan
pada sektorunggulan.
6. Membentuk crisis center untuk melakukan mitigasi dampak dan
rekomendasi penanganannya. Hal ini sebagai tindakan antisipasi
meluasnya dampak krisis keuangan global terhadap perekonomian lokal
DIY. Mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan orientasi
menjaga kesempatan kerja agar tidak menyempit/menurun akibat krisis
keuangan global.

6

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011

2.1.1.Potensi Unggulan Daerah
Secara spesifik, arah kebijakan ekonomi makro daerah difokuskan pada
bidang/sektor-sektor sebagai berikut:
1. Pertanian
a. Penguatan sektor pertanian melalui pendampingan teknis pertanian
(dalam arti luas, termasuk perkebunan, peternakan dan perikanan)
dan peningkatan kapasitas non teknis sehingga meningkatkan nilai
tukar pertanian yang secara langsung mengindikasikan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
b. Intensifikasi lahan pertanian dan pemanfaatan lahan kosong (yang
masih produktif).
c. Diversifikasi produk-produk pangan, peningkatan produktivitas
produk-produk pertanian dan pemanfaatan teknologi tepat guna
terutama pada pasca panen.
d. Penguatan kelembagaan sektor pertanian termasuk peningkatan
kualitas sumberdaya manusia (SDM) di bidang pertanian.
e. Peningkatan pembangunan perkebunan yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan industri dan ekspor.
f. Peningkatan pembangunan peternakan yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani.
g. Mengembangkan agribisnis/sektor pertanian yang terintegrasi
(integrated farming).
2. Perikanan dan Kelautan
a. Pembangunan perikanan dan kelautan yang terintegrasi meliputi
benih ikan, ikan konsumsi, ikan hias, penanganan pasca panen dan
diversifikasi produkproduk perikanan dan kelautan.
b. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) di bidang
perikanan dan kelautan.
c. Memperluas jaringan pemasaran produk-produk perikanan dan
kelautaterutama untuk tujuan ekspor.
3. Industri (Dunia Usaha)
a. Pengembangan secara intensif industri kreatif di Provinsi DIY yang
mampu menjadi leading sektor ekonomi daerah.
b. Kebijakan insentif dan dis-insentif pada industri dan sektor lain yang
mampu meningkatkan kapasitas produk lokal serta penyerapan
tenaga kerja.
c. Meningkatkan
pembangunan
industri
di
kawasan-kawasan
sentra/klaster dengan mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku
lokal.
d. Pengembangan dan pendampingan industri supaya lebih bankable
dan ramah lingkungan.
e. Peningkatan sumberdaya manusia (SDM) di bidang industri terutama
dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi.

7

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
f.

Gerakan budaya hidup cukup (sederhana) dan menggunakan produk
lokal sebagai upaya meredam inflasi dan meningkatkan nilai tambah
pada pelaku ekonomi lokal. Program ini akan efektif jika dengan
pendekatan ketauladanan (pemimpin dan birokrasi menjadi pelopor
gerakan ini).

4. Perdagangan
a. Mewujudkan sistem perdagangan yang efisien dan efektif dengan
mengoptimalkan ketersediaan barang dan jasa serta kelancaran arus
distribusi.
b. Memelihara dan meningkatkan pangsa pasar produk-produk lokal
terutama yang berorientasi ekspor.
c. Meningkatkan profesionalisme pelaku dan daya saing industri lokal.
d. Memberikan peluang usaha yang cukup besar pada pelaku usaha
informal dan tradisional.
5.

Hotel dan Restoran
a. Pencitraan positif bahwa Yogyakarta adalah tempat tujuan yang
memberikan kenyamanan, kemanan dan mempunyai karakteristik
unik.
b. Promosi produk-produk lokal dan keanekaragaman produk-produk
nasional (terutama kuliner) sebagai keunggulan Industri Hotel dan
Restoran di DIY.
c. Pencitraan Industri Hotel dan Restoran yang ramah lingkungan.

6. Pariwisata
a. Promosi pariwisata yang diimbangi dengan pengembangan produk
wisata untuk wisatawan domestik, seperti pembangunan arena
hiburan alternatif. Untuk wisatawan asing didorong pada pencitraan
produk wisata minat khusus dan budaya.
b. Pengembangan
pariwisata
yang
terintegrasi
terutama
mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan.
c. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas sumberdaya manusia
(SDM) di bidang kepariwisataan.
7. Investasi
a. Mendorong kreativitas birokrasi untuk mendapatkan berbagai
pembiayaan pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang
bersumber dari dana pusat maupun grant internasional.
b. Menjalin kerjasama yang mengikat dan saling menguntungkan
dengan lembaga keuangan domestik.
c. Mengalokasikan anggaran pemerintah daerah dalam jumlah yang
signifikan terutama untuk infrastruktur.
8. Ketenagakerjaan
a. Menjalin kerjasama bilateral maupun multilateral dalam penyaluran
tenaga kerja.

8

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
b. Mengoptimalkan peran Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan
kualitas dan keterampilan sumberdaya tenaga kerja.
c. Mengembangkan sistem ketenagakerjaan yang terintegrasi mulai
dari
informasi
lowongan
kerja,
penyaluran
sampai
advokasi/pendampingan termasuk jaminan sosial tenaga kerja.
9. Pendidikan
a. Memfasilitasi jasa pendidikan, khususnya pendidikan tinggi untuk
melaksanakan
berbagai
kegiatan-kegiatan
ilmiah
bertaraf
internasional.
b. Menjaga dan meningkatkan citra DIY sebagai salah satu Kota
Pendidikan terkemuka baik di tingkat nasional maupun internasional.
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan
terutama dalam mewujudkan wajib belajar 12 tahun.

2.1.2.Pertumbuhan Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah dapat mencerminkan tingkat
kesejahteraan suatu daerah. Adanya pertumbuhan ekonomi menunjukkan
adanya peningkatan produksi di suatu daerah pada periode waktu tertentu.
Adanya peningkatan produksi diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat sehingga juga terjadi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam perekonomian terbuka, pertumbuhan ekonomi tidak hanya
dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian di wilayah tersebut namun juga
dipengaruhi oleh perekonomian global. Demikian halnya dengan
perekonomian di Provinsi DIY, tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas
ekonomi penduduk DIY namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar
seperti kondisi ekonomi nasional dan bahkan ekonomi global.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dengan melihat indikator
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan sektor/lapangan
usaha Tahun 2006-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Nilai PDRB Provinsi DIY Berdasarkan Lapangan Usaha (Harga Konstan
2000)
Tahun 2006-2011 (Rp juta)
No

Sektor/Subsektor

2006

1

Pertanian

2
3

Pertambangan
Penggalian
Industri Pengolahan

4
5

Listrik, Gas, dan Air Bersih
Konstruksi

6

Perdagangan, Hotel,

dan

dan

2007

2008

2009

2010

2011

3.306.92
8
126.137

3.333.38
2
138.358

3.523.94
3
138.328

3.642.69
6
138.748

3.632.68
1
139.967

3.555.80
0
156.710

2.481.16
7
152.862
1.580.31
2
3.569.62

2.528.02
0
165.772
1.732.94
5
3.750.36

2.562.54
9
174.933
1.838.42
9
3.947.66

2.610.76
0
185.599
1.923.72
0
4.162.11

2.793.58
0
193.027
2.040.30
6
4.383.85

2.983.17
0
201.240
2.187.80
0
4.611.40

9

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
7
8
9

Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real Estate,
dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
PDRB

2
1.761.67
2
1.591.88
5
2.965.16
4
17.535.7
49

5
1.875.30
7
1.695.16
3
3.072.20
0
18.291.5
12

2
2.008.91
9
1.793.78
9
3.223.93
0
19.212.4
82

6
2.128.59
4
1.903.41
1
3.368.61
4
20.064.2
58

1
2.250.66
4
2.024.36
8
3.585.59
8
21.044.0
42

0
2.430.70
0
2.185.22
0
3.817.67
0
22.129.7
10

Sumber: BPS Provinsi DIY
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY di sisi penawaran
tercermin pada peningkatan pertumbuhan di sektor utama. Kontribusi
sektor tersier pada PDRB DIY Tahun 2011 tetap mengalami pertumbuhan
yang tinggi. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pertumbuhannya
5,19%. Sektor Keuangan, real estate dan jasa perusahaan pertumbuhannya
sebesar 7,95% dan sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan sebesar
6,4%. Selain itu, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
pertumbuhan 8% selanjutnya diikuti kelompok sektor sekunder (sektor
pengolahan sebesar 6,79%). Sementara itu, sektor pertanian yang
merupakan kelompok sektor primer mengalami penurunan -2,12%
sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan
sebesar 11,96%.
Tabel 2
Nilai dan Laju PDRB Provinsi DIY menurut Penggunaan Atas Dasar Harga
Konstan
Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
N
o
1

Lapangan Usaha

Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah

3
4

Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB)
Lainnya

Produk
Domestik
Regional Bruto
Sumber: BPS Provinsi DIY

2010

2011

9.881.63
0
4.215.31
0
5.561.44
0
1.385.66
0
21.044.
040

10.568.42
0
4.437.720

Laju
Pertumbu
han 2011
(%)
6,95
5,28

5.815.810

4,57

1.307.760

-5,62

22.129.7
10

5,16

*termasuk ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori
dan diskrepansi statistik (residual)
Laju inflasi di Provinsi DIY pada Tahun 2011 sebesar 3,88%. Angka inflasi
Tahun 2011 ini lebih rendah dibandingkan inflasi Tahun 2010 yang sebesar
7,38% atau turun 3,50%. Penurunan laju inflasi tersebut disebabkan

10

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
turunnya laju inflasi utamanya pada komponen bahan makanan yang
menurun cukup tajam dibandingkan tahun lalu. Pada Tahun 2011, laju inflasi
kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
termasuk rendah. Sementara itu, kelompok sandang menunjukkan laju
inflasi yang cukup tinggi dan mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Laju inflasi kelompok sandang pada Tahun 2011
mencapai 9,40%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
juga menyumbang laju inflasi yang cukup tinggi selain kelompok sandang,
dengan laju inflasi sebesar 7,07%.

2.2. Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah meliputi penerimaan atau pendapatan daerah,
pengeluaran daerah atau belanja daerah dan pembiayaan daerah.
Keuangan daerah dikelola dengan menganut azas-azas: tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat.
Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah. Ditinjau dari sisi APBD, APBD Provinsi DIY
yang dipergunakan untuk membiayai program/kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dari tahun ke tahun
terus meningkat. Peningkatan ini menyesuaikan dengan perkembangan
kebutuhan pembangunan. Pendapatan daerah yang meliputi pendapatan
asli daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah
juga menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat dari tahun ke
tahun.

2.2.1.Pengelolaan Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana, sebagai hak
pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD
secara bruto yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang
dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yangdigunakan dalam
rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangdengan
bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Pendapatadaerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang
dapat dicapaiuntuk setiap sumber pendapatan.
a. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah
Strategi yang ditempuh dalam meningkatkan pendapatan daerah
adalah dengan melalui:
1) Perbaikan manajemen terhadap semua potensi pendapatan daerah
yang kemudian dapat langsung direalisasikan, dengan manajemen
profesional, dukungan sumber daya manusia yang handal, serta
diikuti dengan kemudahan pengoperasian sistem informasi dan

11

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
teknologi pendukung yang mutakhir guna perbaikan kinerja dan
pelayanan.
2) Peningkatan investasi dengan membangun iklim usaha yang
kondusif melalui penciptaan kondisi keamanan, ketertiban sosial
masyarakat yang kondusif, perbaikan pelayanan informasi investasi
dan deregulasi untuk kemudahan prosedur investasi.
Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan sebagai
berikut :
1) Peningkatan
Pendapatan
Daerah
dengan
menggali
dan
mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan
kewenangan
daerah
melaluintensifikasi
dan
ekstensifikasi
pendapatan daerah.
2) Peningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan
daerah.
3) Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah.
4) Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan
pendapatan daerah.
5) Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat
6) Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber
pendapatan daerah.
Upaya yang dilakukan dalam pemenuhan target pendapatan dilakukan
antara lain dengan:
1) Intensifikasi berupa operasionalisasi penagihan pajak daerah door
to door, pelayanan pajak kendaraan bermotor dengan mobil samsat
kelililing, pelayanan pada event tertentu di kabupaten/kota seperti
pameran pembangunan, pasar malam sekaten dan lain-lain.
2)
Entensifikasi antara lain berupa penelitian proposal potensi
pendapatan daerah, pembebasan dan penyederhanaan prosedur
pajak dan non pajak, pembebasan sanksi administrasi berupa denda
dan bunga dan sebagainya.
b. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah
1) Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan
Lain - lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah
direncanakan sebesar Rp775.117.447.989,00 dengan realisasi
sebesar Rp867.112.885.352,87 sehingga lebih dari rencana
Rp91.995.437.363,87 atau 11,87%.
a) Pajak Daerah
Pajak Daerah terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor dan Pajak
Air Permukaan, direncanakan sebesar
Rp655.306.917.953,00,
dan
realisasinya
sebesar
Rp735.226.105.916,20 sehingga lebih dari anggaran sebesar
Rp79.919.187.963,20, atau 12,20%.

12

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
b) Retribusi Daerah
Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, disebutkan
bahwa obyek retribusi terdiri atas:
 Retribusi Jasa Umum.
 Retribusi Jasa Usaha.
 Retribusi Perizinan Tertentu.
Secara
keseluruhan,
pendapatan
dari
retribusi
daerah
direncanakan
sebesar
Rp33.575.099.081,00
sedangkan
realisasinya sebesar Rp35.985.658.458,15. Dengan demikian,
realisasinya lebih dari anggaran sebesar Rp2.410.559.377,15 dari
rencana atau 7,18%.
c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri atas:
 Bank Pembangunan Daerah.
Realisasi pendapatan Bank Pembangunan Daerah Provinsi DIY
tahun 2011 sebesar 100% yaitu sebesar Rp25.642.976.275,97
dari target yang dianggarkan.
 PD Taru Martani.
Realisasi pendapatan PD Taru Martani Tahun 2011 Rp0,00 dari
yang direncanakan sebesar Rp877.684.885,00.
 PT Anindya Mitra Internasional.
Pada tahun 2011, Bagian Laba dari PT Anindya Mitra
Internasional
direncanakan
sebesar
Rp100.000.000,00,
sedangkan realisasinya sebesar Rp0,00.
 PT Yogya Indah Sejahtera (YIS).
Pada Tahun anggaran 2011 realisasi pendapatan PT Yogya
Indah Sejahtera (YIS) sebesar 100% yaitu Rp335.000.000,00
dari target yang ditetapkan.
 PT Asuransi Bangun Askrida.
Realisasi pendapatan dari Bagian Laba PT Asuransi Bangun
Askrida tahun 20111 sebesar Rp92.665.162,00 dari target
sebesar Rp29.979.901,00.
 Badan Usaha Kredit Perdesaan (BUKP)
Badan Usaha Kredit Perdesaan didirikan oleh Pemerintah
Provinsi DIY berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun
1989 tentang Badan Usaha Kredit Perdesaan yang bertujuan
untuk ikut serta mengembangkan perekonomian masyarakat
dengan cara mendekatkan permodalan kepada masyarakat.
Pada Tahun 2011, BUKP mampu memberikan kontribusi PAD
sebesar Rp2.890.742.034,79, naik sebesar Rp676.016.141,79
atau 30,52% dari target yang ditetapkan sebesar
Rp2.214.725.893,00.
d) Lain - lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Penerimaan ini dimaksudkan untuk menampung penerimaanpenerimaan dari Pendapatan Asli Daerah di luar Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, dan Hasil

13

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Penerimaan Lain
- lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri atas antara lain:
 Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan;
 Jasa Giro;
 Penerimaan Bunga Deposito;
 Pendapatan dari Kerjasama Penyelenggaraan Diklat;
 Pendapatan Usaha BLUD Rumah Sakit Grhasia dan BLPT;
 Pendapat Denda Kelebihan Muatan ;
 Pendapatan dari Denda maupun Pemanfaatan Asset Pemda
yang
Belum Dianggarkan pada Tahun 2011;
 Penerimaan Lain-lain yang tidak dianggarkan.
Secara keseluruhan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
direncanakan sebesar Rp57.035.064.000,00 dan realisasinya
sebesar Rp66.939.737.505,76, sehingga lebih dari anggaran
sebesar Rp9.904.673.505,76 atau 17,37% dari anggaran.

2) Pendapatan Transfer
Dana Perimbangan adalah penerimaan yang berasal dari Pemerintah
Pusat, dianggarkan sebesar Rp724.309.246.806,00 dengan realisasi
sebesar Rp731.481.974.053,00, sehingga lebih dari anggaran
sebesar Rp7.172.727.247,00 atau 0,99%. Dana Perimbangan antara
lain bersumber dari:
a) Dana Bagi Hasil Pajak dianggarkan sebesar Rp69.720.877.327,00,
dan realisasi sebesar Rp75.967.201.558,00, sehingga lebih dari
anggaran sebesar Rp6.246.324.231,00 atau 8,96%.
b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) dianggarkan
sebesar
Rp5.144.120.479,00
dan
realisasi
sebesar
Rp6.070.523.495,00, sehingga lebih dari anggaran sebesar
Rp926.403.016,00 atau 18,01%.
c) Dana Alokasi Umum, secara keseluruhan direncanakan sebesar
Rp620.812.328.000,00, dan terealisasi 100%.
d) Dana Alokasi Khusus, secara keseluruhan direncanakan sebesar
Rp19.489.600.000,00, dan terealisasi 100%.
e) Dana Penyesuaian dianggarkan sebesar Rp9.142.321.000,00 dan
realisasi sebesar 100% dari anggaran yang ditetapkan.
3) Lain - lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain - lain Pendapatan Daerah yang Sah berasal dari
sumbangan dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri
dan dari Pendapatan Lain - lain, secara keseluruhan direncanakan
sebesar
Rp5.037.565.500,00,
dengan
realisasi
sebesar
Rp6.315.972.000,00, sehingga lebih dari yang direncanakan sebesar
Rp1.278.406.500,00 atau 25,38%.
c. Permasalahan

14

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
Peningkatan PAD dapat ditempuh dengan melakukan intensifikasi
dan ekstensifikasi sumber - sumber pendapatan. Intensifikasi dikaitkan
dengan usaha untuk melakukan pemungutan yang intensif, yaitu secara
ketat, giat, dan teliti, sedangkan ekstensifikasi berhubungan dengan
usaha untuk menggali sumber - sumber pendapatan baru.
Akan tetapi, dalam usaha peningkatan pendapatan daerah
tersebut masih ditemui beberapa permasalahan. Permasalahan yang
paling utama antara lain:
1) Pendapatan Asli Daerah yang masih bertumpu pada pajak daerah;
2) Belum optimalnya pemanfaatan aset daerah sebagai sumber
penerimaan retribusi;
3) Dana Perimbangan yang lebih bersifat given (terberikan) dari
Pemerintah Pusat;
4) Ekstensifikasi pendapatan daerah terkendala oleh kewenangan dan
kebijakan Pemerintah Pusat.
d. Solusi
Untuk mengatasi hal - hal tersebut, telah dilakukan berbagai upaya,
antara lain:
1) Peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dengan system
online, pelayanan dengan bus Samsat Keliling, partisipasi pada
kegiatan-kegiatan yang diadakan di kabupaten/kota (perayaan pasar
malam Sekaten, hari jadi kabupaten), pelayanan “drive thru”,
pelayanan di outlet BPD dan perlindungan masyarakat;
2) Optimalisasi/pemanfaatan aset Pemerintah Daerah sebagai sumber
PAD;
3) Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan
Daerah dengan pemerintah pusat, kabupaten/kota, POLRI, dan
instansi penghasil;
4) Kegiatan Pembebanan BBN-KB II dan Pembebasan sanksi
administrasi berupa denda dan bunga;
5) Peningkatan kemampuan aparatur pajak daerah dan retribusi daerah
melalui kegiatan bimbingan;
6) Koordinasi
dalam
rangka
optimalisasi
pendapatan
untuk
memecahkan pengelolaan pendapatan di masing-masing SKPD;
7) Forum komunikasi antara Pemerintah Provinsi DIY dengan para
pengusaha dalam upaya peningkatan sumbangan fihak ketiga;
8) Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi dangan kementrian
Keuangan Republik Indonesia, Cq: Dirjen Perimbangan Keuangan,
Kanwil Direktorat Jenderal Pajak, Kanwil Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Bank Persepsi, Bank
Operasional III dan Kas Daerah.

2.2.2.Pengelolaan Belanja Daerah
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
15

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah terdiri dari belanja
tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan
belanja yang tidak terkait dengan kegiatan, sedangkan Belanja Langsung
merupakan belanja yang terkait langsung dengan program/kegiatan.
Kebijakan Belanja Daerah ditempuh sebagai berikut :
a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi yang terdiri dari
urusan wajib dan urusan pilihan.
b. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan
untumelindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upayamemenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam
bentuk peningkatapelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas
sosial dan fasilitas umumyang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial.
c. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja
yangberorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.
Hal tersebutbertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
anggaran sertmemperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan
anggaran.
d. Penyusunan
belanja
daerah
diprioritaskan
untuk
menunjang
efektivitaspelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah
dalam rangkamelaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi
tanggung jawabnyPeningkatan alokasi anggaran belanja yang
direncanakan oleh setiap SKPharus terukur yang diikuti dengan
peningkatan
kinerja
pelayanan
dapeningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Sebagaimana yang telah dituangkan dalam dokumen Kebijakan
Umum APBD (KUA) Perubahan Tahun 2011 dan dokumen Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan Tahun 2011, belanja daerah
diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan urusan pemerintahan dan
pelayanan dasar yang sesuai dengan kewenangan, baik urusan wajib
maupun urusan pilihan. Mengingat kondisi kemampuan keuangan daerah
yang sangat terbatas, Belanja Daerah Tahun 2011 diusulkan sebesar
Rp1.708.874.569.772,00 terdiri atas Belanja Tidak Langsung sebesar
Rp1.028.144.706.158,00
dan
Belanja
Langsung
sebesar
Rp680.729.863.614,00.
Belanja
Tidak
Langsung
terdiri
atas
Belanja
Pegawai
Rp431.785.979.061,00,
Belanja
Bunga
Rp0,00,
Belanja
Hibah
Rp17.943.134.000,00, Belanja Bantuan Sosial Rp148.359.261.200,00,
Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
Rp268.047.340.000,00, Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa Rp150.394.530.362,00, dan Belanja Tidak Terduga
Rp11.614.461.535,00. Adapun Belanja Langsung terdiri atas Belanja
Pegawai
Rp93.575.509.381,00,
Belanja
Barang
dan
Jasa
Rp426.372.440.757,00, dan Belanja Modal Rp160.781.913.476,00.
Realisasi belanja adalah sebesar Rp1.562.268.734.645,00 atau
sebesar 91,42% dari anggaran yang tersedia, dengan rincian realisasi

16

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
untuk Belanja Tidak Langsung sebesar Rp961.364.910.688,00 atau sebesar
93,50%, dan untuk Belanja Langsung sebesar Rp600.903.823.957,00 atau
sebesar 88,27%.
a. Permasalahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
2010 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2011,
belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Oleh
karena itu, penyusunan APBD Tahun Anggaran 2011 mengutamakan
pencapaian hasil melalui program dan kegiatan (belanja langsung)
daripada belanja tidak langsung. Belanja daerah digunakan dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang sesuai dengan
kewenangan, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja dalam
rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Permasalahan lain adalah orientasi sebagian program dan
kegiatan masih jangka pendek sehingga kurang memperhatikan
keberlanjutan dan dampak yang dapat ditimbulkan. Belum optimalnya
koordinasi antar SKPD provinsi dengan SKPD kabupaten/kota dikaitkan
dengan kewenangan masing-masing. Antisipasi yang kurang akurat
terhadap permasalahan masyarakat sebagai akibat dari penafsiran
kewenangan dan produk-produk hukum yang belum mantap. Sedangkan
dlam proses APBD, dengan menggunakan sistem aplikasi masih banyak
SKPD yang belum memahami penempatan kode rekening pendapatan
maupun belanja. Hal ini dapat memperpanjang waktu proses
penyusunan RAPBD.
b. Solusi
Pelaksanaan APBD untuk menyelesaikan permasalahan yang
terkait dengan urusan pemerintahan yang terdiri atas urusan wajib dan
urusan pilihan memerlukan dana yang besar. Keterbatasan anggaran
yang tersedia merupakan masalah utama belanja daerah di dalam
menyelesaikan permasalahan urusan wajib dan urusan pilihan tersebut.
Di samping itu, belanja untuk memenuhi permasalahan kebutuhan
dasar serta memenuhi standar pelayanan minimal masih sangat
membutuhkan dukungan Pemerintah Pusat, sehingga dalam hal ini
diperlukan sumber pembiayaan selain APBD, misalnya dari APBN dan
sebagainya.
Di dalam pelaksanaan, dilakukan bimbingan teknis dan koordinasi
dengan semua SKPD pada setiap tahapan pelaksanaan, baik berupa
penatausahaan keuangan, pencatatan barang milik daerah dan
akuntansi. Pada tingkat sistem informasi manajemen melalui software
yang dipergunakan terus dikembangkan dan disempurnakan, baik
aplikasi atau sistem informasi tentang pendapatan, perencanaan,

17

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
penatausahaan keuangan, barang milik daerah dan pelaporan keuangan
daerah.
2.2.3.Pengelolaan Asset Yang Dipisahkan
a. Bank Pembangunan Daerah DIY
Untuk kajian perubahan status Bank BPD dari perusahaan Daerah
(PD) menjadi Perusahaan Terbatas (PT) dari sisi pelayanan kepada
masyarakat sudah siap untuk dilaksanakan dengan bukti sudah
dipersiapkan penambahan SDM maupun sarana penunjang lainnya
antara lain sebagai berikut:
1) Adanya tambahan SDM dari 724 karyawan menjadi 824 orang untuk
tahun 2011.
2) Penambahan 2 kantor cabang (konvensional & syariah).
3) Penambahan 19 kantor kas (konvensional).
4) Penambahan ATM bersama dari 47 unit menjadi 48 unit.
5) Peningkatan status 2 kantor payment point menjadi kantor kas.
6) Peningkatan status 5 kantor kas menjadi kantor cabang pembantu.
7) Pembangunan 2 gedung kantor cabang pembantu Godean dan
Semin serta 1 gedung kantor kas Sanden Bantul.
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk peningkatan
pelayanan dan kualitas SDM dalam rangka perubahan status dan
kinerja BPD.
b. PT Anindya Mitra Internasional (AMI)
PT AMI masih dalam masa perbaikan manajemen dari
keterpurukan di tahun-tahun sebelumnya, serta perbaikan status legal
atas aset-aset yang dimilikinya.
PT
AMI
Tahun
2008
mengalami
kerugian
sebesar
Rp3.547.710.308,00. Seiring dengan perbaikan manajemen yang
dilaksanakan pada tahun berikutnya, maka sampai dengan tahun
anggaran 2009 PT AMI telah mampu menyelesaikan tunggakan
kewajiban perusahaan (manajemen lama) sebesar Rp6.229.789.993,00
dan mampu membukukan laba pada anggaran 2009 sebesar
Rp344.785.526,00.
PT AMI sedang melakukan pengembangan usaha-usaha baru,
seperti usaha bidang telekomunikasi, pupuk organic, packaging dengan
melibatkan berbagai investor.

c. PT Tarumartani
Setoran PAD PT Tarumartani dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena regulasi pemerintah terkait cukai
tembakau dan produk cerutu sampai saat ini mengalami kelesuan serta
pasarnya terbatas pada negara atau wilayah tertentu.
Sesuai pasal 9 Perda Provinsi Nomor 8 Tahun 1985 disebutkan
bahwa Perusahaan Daerah Tarumartani bergerak dalam bidang usaha
processing tembakau untuk membuat cerutu shaq, cigarette dan usahausaha lain yang secara langsung atau tidak langsung ada sangkut

18

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
pautnya dengan usaha tersebut, sehingga untuk pengembangan usaha
dari rokok cerutu ke jenis usaha lain menjadi sulit karena terkendala
regulasi.
Terhadap permasalahan tenaga kerja yang sampai saat ini tenaga
tetap berjumlah 268 orang yang rata - rata sudah mendekati masa
pensiun sehingga kemungkinan sudah tidak efektif lagi untuk bekerja
secara optimal, sedangkan di satu sisi terbebani biaya tenaga kerja
yang cukup berat, apalagi tahun 2011 ada 11 karyawan yang sudah
pensiun dengan pembayaran pensiun sebesar Rp565.000.000,00, hal ini
yang menjadi kendala di bidang SDM dan tingkat likuiditas juga
berpengaruh sekali.
Solusi yang harus dicapai adalah dengan percepatan pensiun
bagi karyawan yang sudah mendekati pensiun, untuk itu perlu
disediakan dana dari pemerintah untuk memberikan pesangon bagi
karyawan tersebut.
d. Badan Usaha Kredit Perdesaan (BUKP)
Sesuai Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 1 tahun 1989 tentang
Badan Usaha Kredit Perdesaan Provinsi DIY, lembaga ini mempunyai
maksud dan tujuan untuk mengembangkan perekonomian perdesaan
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat perdesaan, dengan
menyediakan dana pembangunan dengan prosedur sederhana, cepat,
dan murah.
Penyertaan modal Pemerintah Provinsi DIY kepada BUKP sampai
dengan Tahun 2011 adalah sebesar Rp13.586.959.724,00 sedangkan
realisasi penyetoran PAD sebesar Rp2.890.742.034,79. Hal ini melebihi
rencana sebesar Rp676.016.141,79 dari target yang direncanakan
sebesar Rp2.214.725.893,00.
2.2.4.Pengelolaan Barang Milik Daerah
a. Pensertifikatan Tanah Hak Pakai Pemerintah Provinsi DIY
Pada Tahun Anggaran 2011, Pemerintah Provinsi DIY telah selesai
mensertifikatkan sebanyak 20 bidang tanah dan masih dalam proses
sebanyak 5 bidang, yaitu :
NO.

LOKASI

1

2

LUAS
(M2)
3

1

Jl.Tompeyan TR III/201 Yogyakarta

954

2

Jl.Tompeyan TR III/201 Yogyakarta

923

3

Jl.Tompeyan TR III/201 Yogyakarta

1.919

4

Jl.HOS Cokroaminoto No.160,Tegalrejo
Yogyakarta

585

5

Jl.HOS Cokroaminoto No.160,Tegalrejo
Yogyakarta

901

19

KETERANGAN
4
Sudah Hak
Provinsi DIY
Nomor : 113
Sudah Hak
Provinsi DIY
Nomor : 114
Sudah Hak
Provinsi DIY
Nomor : 115
Sudah Hak
Provinsi DIY
Nomor : 116
Sudah Hak
Provinsi DIY
Nomor : 117

Pakai

An.Pemerintah

Pakai

An.Pemerintah

Pakai

An.Pemerintah

Pakai

An.Pemerintah

Pakai

An.Pemerintah

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
6

Jl.HOS. Cokroaminoto No 12 Yk
(Kuncen IA Wirobrajan Yogakarta)

7
8

Bangunharjo, Sewon, Bantul
(eks Gedung Serbaguna Diklat PMD)
Barongan, Sumberagung, Jetis, Bantul

9

Barongan, Sumberagung, Jetis, Bantul

10

Barongan, Sumberagung, Jetis, Bantul

11

Gesikan,Wijirejo,Pandak, Bantul.
(Dusun kauman)

47.597

12

Banguntapan, Banguntapan,Bantul

15.269

13

Banguntapan, Banguntapan,Bantul

18.948

14

Bangunharjo,
(Jl.Parangtritis)

15

Bantul, Bantul,
Bantul)

16

Pandak, Wijirejo, Bantul

17

Srigading, Sanden, Bantul

200

18

Srigading, Sanden, Bantul

6.502

19

Srimulyo , Piyungan, Bantul

2.411

20

Srigading, Sanden, Bantul

45.842

21
22
23

Jl.Kyai Mojo No.9 Jetis Yogyakarta
Pendowo,Pendowoharjo,Sewon,
Salakan Randubelang Sewon Btl,YK
Jl.Sisingamangaraja gg.Cemara 40
RT02/RW8
Panggungharjo, Sewon,Bantul
Bokoharjo,Prambanan, Sleman

12.042
60.300
350

24
25

Sewon,
Bantul

724
1.500
55.711
12.672
1.056

Bantul

5.552

(Jl.Badegan

2.037
16.348

2.070
6.801

Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 20
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 3
Sudah Hak Pakai Pemerintah Provinsi
DIY
Nomor : 2
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 1
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 1
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 2
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 3
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 2
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 5
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 2
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 2
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 1
Sudah Hak Pakai Pemerintah Provinsi
DIY
Nomor : 1
Sudah Hak Pakai An.Pemerintah
Provinsi DIY
Nomor : 3
Dalam proses
Dalam proses
Dalam proses
Dalam proses
Dalam proses

b. Verifikasi, Klasifikasi, Penilaian Barang Daerah
Dalam rangka tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah dan
untuk memperoleh data barang daerah yang benar, akurat serta bisa
dipertanggungjawabkan telah dilakukan Verifikasi , Klasifikasi dan
Penilaian Barang Milik Daerah berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor
52 Tahun 2011 tentang Verifikasi, Klasifikasi dan Penilaian Barang Milik
Daerah.

20

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
Verifikasi adalah suatu proses kegiatan pencermatan terhadap data/fakta
yang obyektif dengan dukungan dokumen yang falid dan akurat untuk
meyakini sebagai barang yang benar-benar ada dan merupakan barang
milik daerah. Klasifikasi adalah suatu proses kegiatan pengelompokan
terhadap data barang milik daerah sesuai dengan kode barang milik
daerah kedalam Golongan, Bidang, Kelompok, Sub Kelompok dan Subsub Kelompok Aset Tetap, dan Penilaian adalah suatu proses kegiatan
penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang objektif dan
relevan
dengan
menggunakan
metode/teknis
tertentu
untuk
memperoleh nilai barang milik daerah.
c. Pengamanan Aset Daerah
Dalam rangka pengamanan asset kendaraan operasional roda 2, 4 dan 6
, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah memasang
stiker kendaraan milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebanyak :
 Kendaraan roda dua
869 unit
 Kendaraan roda empat & enam
477 unit
Pemasangan stiker kendaraan milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta telah dituangkan dalam Surat Edaran Gubernur DIY Nomor
024/3335, Tanggal 2 Nopember 2011.
d. Pemanfaatan
Terlaksananya pemanfaatan Barang Milik Daerah, terdiri dari:
1) Aset (Tanah dan/atau Bangunan) yang dioptimalkan melalui
sewa ada sebanyak 32 bidang, yaitu:

21

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

LOKASI
Tanah dan Bangunan Eks Pabrik sabut Pengasih Kulonprogo
Gedung Eks DIPARDA Lantai I Bagian Selatan
Tanah di Desa Sentolo Kulon Progo
Tanah dan bangunan Eks Diklat Perindustrian, Malangan, Ring Road
Selatan
Tanah dan bangunan Eks Rumah Dinas Jl AM Sangaji
Bangunan Eks Gd pangan Jl Abubakar Ali
Tanah bekas OG no:16 di Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul
Tanah di pantai Glagah, Kulon Progo
Tanah dan bangunan Eks rumah Dinas Jl Munggur 32 Yogyakarta
Tanah di Jl Wisata, Babarsari, Sleman
Tanah & Bangunan di Jl Jenggotan
Tanah Srimulya, Piyungan, Bantul
Tanah dan bangunan Eks PPK Kulonprogo
Tanah dan bangunan Eks Jembatan Timbang, Jl Bantul, Dongkelan
Tanah di Jl. D I Panjaitan 66 Yogyakarta
Tanah dan bangunan di Jl Perwakilan, Wates, Kulonprogo
Tanah dan bangunan di Glugo, Panggungharjo, Krapyak, Yogyakarta
Tanah dan Bangunan di Kedongkiron, Dongkelan, Yogyakarta
Tanah di Ambarketawang, Jl. Jogja - Wates, Sleman
Tanah di Hargotirto, Kokap, Kulon
Tanah dan Bangunan JEC
Lahan Parkir Basement Malioboro Mall
Tanah di Jangkang, Widodomartani, Ngemplak, Sleman
Tanah di Komplek Dishutbun, Baciro
Tanah di Jl. Beskalan, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta
Tanah dan Bangunan di Jl. Jenggotan, Pingit, Jetis, Yogyakarta
Tanah di Jalan Kenari Yogyakarta (eks Gudang BLPT)
Tanah di Jalan Kenari Nomor 4 Yogyakarta (eduhotel)
Tanah dan bangunan di Gading, Playen, Gunungkidul
Tanah di Patehan Tengah No 25 Kraton Yogyakarta
Tanah dan bangunan di Karangjati, Mlati, Sleman
Tanah dan bangunan di Mrican Baru, Caturtunggal, Depok, Sleman

2) Barang Milik Daerah yang dioptimalkan melalui pinjam pakai
sebanyak 52 bidang tanah dan/atau bangunan, 2 kendaraan
dinas dan 1 barang inventaris yang terangkum dalam 29
perjanjian, yaitu:

22

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2011
No
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.

9.

10.
11.
12.
13.
14.
15.

16.

LOKASI
Tanah d