IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA DI KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012 2013 | Basuki | Jurnal Pendidikan Insan Mandiri 6946 14651 1 SM

1

IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN DAN
SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA DI KABUPATEN
PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Basuki, Baedhowi1, Bandi2
Magister Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana UNS
bbas_17@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas implementasi Lesson
Study pada mata pelajaran ekonomi di SMA, untuk mengetahui kemandirian siswa SMA
pada mata pelajaran ekonomi, untuk mengetahui sikap kewirausahaan siswa di SMA
pada mata pelajaran ekonomi. Data penelitian yang diambil data primer. Metode
penelitian berbentuk deskriptif kualitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA
Negeri 1 Ngadirojo dan SMA Negeri 2 Ngadirojo di Kabupaten Pacitan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik analisis data yang
digunakan
melalui

pemaparan
data,
reduksi
data,
kategorisasi
data,
penafsiran/pemaknaan, dan penyimpulan hasil analisis. Teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lesson Study sangat efektif dalam
meningkatkan proses pembelajaran siswa dan aktivitas guru. Lesson Study efektif untuk
menanamkan kemandirian siswa. Lesson Study dapat menumbuhkan sikap
kewirausahaan pada siswa.

Kata Kunci: Lesson Study, Kemandirian, Sikap Kewirausahaan

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu

sangat


penting

dalam

menentukan

wadah untuk melahirkan dan mencetak

kuantitas dan kualitas pengajaran yang

generasi yang berkualitas, beretika, dan

dilaksanakan. Guru dalam menjalankan

mandiri. Perbaikan mutu pendidikan dan

profesi kependidikan memang sangat

pengajaran senantiasa dilakukan dalam


kompleks di satu sisi tugas guru adalah

upaya

sebagai pendidik dan sebagai pengajar.

meningkatkan

kualitas

pembelajaran. Guru memiliki peran yang

Dalam

pembelajaran

bagaimana

2


memungkinkan
dapat

peserta

belajar

menyenangkan

didik

dengan
dan

dapat

untuk

bangsa


berakibat

pada

rendahnya

mudah,

peluang

sumber

tercapai

Indonesia untuk go internasional.

daya

manusia


tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

Rendahnya penguasaan materi

Dengan demikian, guru dituntut untuk

pelajaran disebabkan antara lain oleh

dapat

proses

meningkatkan

pembelajaran
tersebut

keefektifan

agar


dapat

pembelajaran

berguna.

Efektifitas

pembelajaran

yang

kurang

sesuai dengan kondisi siswa. Dengan
siswa yang heterogen hendaknya guru

pendidikan saat ini sangat rendah, salah


menggunakan

satu penyebabnya adalah tidak adanya

yang tepat, efektif dan efisien sehingga

tujuan pendidikan yang jelas sebelum

siswa dapat menerima, memahami dan

kegiatan

mengembangkan

pembelajaran

dilaksanakan.

metode


pembelajaran

bahan

pelajaran.

Hal ini menyebabkan siswa dan guru

Rendahnya mutu pengajar jugalah yang

tidak tahu apa yang akan dihasilkan

menyebabkan siswa kurang mencapai

sehingga tidak mempunyai gambaran

hasil yang diharapkan dan menurunnya

yang jelas dalam proses pendidikan.


kualitas pendidikan. Kurangnya mutu

Jelas

pembelajaran disebabkan oleh guru

hal

terpenting

ini

merupakan

jika

kita

masalah


menginginkan

efektifitas pengajaran.

yang

mengajar

tidak

pada

kompetensinya. Hal lain adalah pendidik

Menurut Baedhowi (Anam, 2009:

tidak dapat mengomunikasikan bahan

36) bahwa dampak dari permasalahan

pengajaran

guru

mudah dimengerti dan menbuat tertarik

antara

lain:

guru

kurang

menyiapkan pembelajaran yang baik
(silabus,

rancangan

pembelajaran,

baik,

sehingga

peserta didik.

pelaksanaan

bahan

dengan

Dalam

kegiatan

proses

ajar),

pembelajaran cenderung menggunakan

kekurangsiapan pembelajaran berakibat

pendekatan yang berorientasi pada guru

pada kurang efektifnya pelaksanaan

atau

pembelajaran,

teacher

centered.

Pendekatan

kurang

efektifnya

tersebut lebih menekankan bagaimana

pembelajaran

berakibat

guru mengajar (teacher centered) dari

pada rendahnya mutu pembelajaran,

pada bagaimana peserta didik belajar

rendahnya mutu pembelajaran berakibat

(student centered).

pelaksanaan

pada

rendahnya

mutu

lulusan,

Kegiatan

pembelajaran

berpusat

pada

guru

yang

rendahnya mutu lulusan berakibat pada

hanya

rendahnya mutu sumber daya manusia,

menimbulkan

rendahnya mutu sumber daya manusia

pada sumber belajar tertentu. Siswa

berakibat pada rendahnya daya saing

tidak mempunyai kemampuan untuk

bangsa dan rendahnya daya saing

belajar

ketergantungan

secara

mandiri,

akan
siswa

hanya

3

mengharapkan apa yang di sampaikan

pengetahuan

guru. Rendahnya sikap kemandirian

pembelajaran di kelas, sehingga akan

menimbulkan sikap yang kurang kreatif

mengubah keluaran siswa menjadi lebih

dan aktif dalam proses pembelajaran di

baik.

kelas.

masih jarang diterapkan di sekolahKemandirian siswa rendah karena

guru

Model

dalam

praktek

pembelajaran

tersebut

sekolah, bahkan belum begitu dikenal di

ada kecenderungan hanya menerima

lembaga pendidikan.

materi dari guru, tidak ada upaya untuk

Tinjauan Pustaka

belajar secara mandiri manakala ada

Pengertian Pendidikan

pekerjaan rumah saling mencontek, dan

Mudyaharjo (2001: 6) bahwa

pada saat pembelajaran di kelas kurang

pendidikan adalah segala pengalaman

aktif

akan

belajar yang berlangsung dalam segala

terbentuk apabila proses belajar siswa

lingkungan dan sepanjang hidup serta

melalui kerjasama dengan kelompok.

pendidikan

berdiskusi.

Dengan

Kemandirian

demikian,

dapat

diartikan

sebagai

kualitas

pengajaran yang diselenggarakan di

sumber daya manusia yang dibutuhkan

sekolah sebagai lembaga pendidikan

adalah disamping memiliki pengetahuan

formal. Pendidikan bisa berlangsung

dan keterampilan yang tinggi, juga sikap

dimana saja, tidak mengenal usia dan

mental yang tangguh terutama mental

waktu. Menurut Muhibinsyah (2003: 10)

kewirausahaan.

bahwa

Dalam

kegiatan

pendidikan

adalah

sebagai

pembelajaran perlu ditumbuhkan sikap

sebuah proses dengan metode-metode

bermoral tinggi, optimistik, proaktif, kerja

tertentu sehingga orang memperoleh

keras,

keuletan,

pengetahuan, pemahaman, dan cara

kesungguhan, percaya diri, bertanggung

bertingkah laku yang sesuai dengan

jawab,

humoris,

kebutuhan. Karena pendidikan adalah

berani memikul risiko, jujur-adil, motivasi

suatu proses, maka di dalamnya ada

dan jiwa bersaing tinggi.

unsur-unsur

kegigihan

dan

bersemangat

dan

Rendahnya kualitas pendidikan
karena

di

sebabkan

juga

oleh

yang

perlu

dengan metode tertentu sehingga akan
menimbulkan

perubahan

rendahnya kualitas sarana fisik. Untuk

baik.

sarana fisik misalnya, banyak sekali

Pengertian Implementasi

sekolah

yang

gedungnya

diperbaiki

rusak,

Implementasi

yang

adalah

lebih

proses

kepemilikan dan penggunaan media

untuk memastikan terlaksananya suatu

belajar rendah, buku perpustakaan tidak

kebijakan dan tercapainya kebijakan

lengkap.

tersebut.

Dengan Lesson Study pula dapat
mengubah

kepercayaan

dan

Implementasi

dimaksudkan
untuk

menyediakan

membuat

sesuatu

juga
sarana
dan

4

memberikan hasil yang bersifat praktis

diskusi refleksi

baik yang dilakukan pihak-pihak yang

umpan

berwenang

atau

yaitu

meningkatkan

pemerintah

maupun

yang

berikutnya. Lesson Study adalah model

kepentingan
swasta

untuk mendapatkan

balik

dalam
proses

rangka

pembelajaran

bertujuan untuk mewujudkan cita-cita

pembinaan

atau

ditetapkan.

pengkajian

Implementasi di sini adalah merupakan

kolaboratif

arah

berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas

tujuan

yang

dalam

peningkatan

menerapkan
mutu

ditujukan kepada
tunjuk

telah

oleh

kebijakan

pendidikan
lembaga

yang

yang

Direktorat

di

Jenderal

profesi

pendidik

pembelajaran
dan

dan mutual learning untuk membangun
komunitas belajar (Thobroni, 2011: 316).
Berdasarkan

uraian

menurut

pendapat

Kependidikan tanggal 31 Maret 2008.

Lesson

Study

Pengertian Lesson Study

pengkajian

study,

di

atas

peneliti
adalah

pembelajaran

maka
bahwa

kegiatan
yang

dalam

dilakukan secara bertahap yang meliputi

bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu,

plan, do, see yang dilakukan secara

adalah

untuk

berkelanjutan

perbaikan-perbaikan

meningkatkan

Jepang.

Perbaikan

Dirjen PMPTK ( Saiful Anam, 2009: 83)

pembelajaran tersebut dilakukan melalui

bahwa pengamatan open lesson oleh

proses-proses kolaborasi antar para

orang tua siswa pada kegiatan Lesson

guru. Syamsuri dan Ibrohim (2011: 19)

Study di kelas maupun di sekolah

bahwa

adalah

menunjukkan adanya dampak positif

suatu kegiatan pengkajian bagaimana

bagi masyarakat terutama mereka yang

merencanakan

pembelajaran,

concern terhadap pendidikan. Kegiatan

melaksanakan proses pembelajaran di

yang dilakukan dalam Lesson Study

kelas nyata dan selanjutnya melakukan

dapat dilihat pada bagan berikut ini.

sebuah

pendekatan

melakukan
pembelajaran

Study

yang

secara

berkesinambungan

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Lesson

melalui

di

Pembelajaran

dalam
kulaitas

rangka

pembelajaran.

5

2. Pelaksanaan(Do)
-Pelaksanaan Pembelajaran
-Pengamatan oleh rekan sejawat

1.Perencanaan (Plan

3. Refleksi (See)

-Penggalian akademik

- refleksi dengan teman

-Perencanaan pembelajaran

- komentar dan diskusi

-Penyiapan alat-alat

Gambar 1. Tahapan Lesson Study

Pengertian Kewirausahaan
Seorang

entrepreneur

sendiri

adalah

orang

kemudian

kegiatannya

mengembangkan

dengan

menggunakan

yang memiliki karakter motivator dan

tenaga orang lain dan selalu berpegang

inovator. Menurut Wiedy (2009: 22)

pada nilai-nilai disiplin dan kejujuran

bahwa kewirausahaan adalah suatu

yang tinggi. Untuk menjadi pribadi yang

proses yang dilakukan baik oleh individu

hebat membutuhkan kedisiplinan yang

maupun

kuat maka kreatifitas

kelompok

menggunakan

dengan
yang

dengan sendirinya. Selanjutnya menurut

terorganisir untuk mengejar peluang

Leonardus (2011: 43) bahwa wirausaha

untuk menghasilkan nilai dan terus

adalah hal-hal atau upaya-upaya yang

tumbuh

berkaitan dengan penciptaan kegiatan

tujuan

upaya-upaya

akan tercipta

untuk
dengan

memenuhi/mencapai
melalui

inovasi

dan

atau usaha atau aktivitas bisnis atas

keunikan. Wirausaha diciptakan secara

dasar

langsung tetapi melalui proses yang

mendirikan usaha atau bisnis dengan

panjang.

kemauan

Dalam

proses

itulah

kemauan

atau

sendiri

dan

kemampuan

atau

sendiri.

bagaimana untuk menumbuhkan jiwa

Wirausaha adalah orang-orang yang

wirausaha. Sedangkan menurut Alma

memiliki

(2011: 22) bahwa wiraswasta adalah

kewiraswastaan/kewirausahaan

seseorang

memiliki

umumnya memiliki keberanian dalam

produktif,

kreatif,

pribadi

hebat,

melaksanakan

kegiatan perencanaan bermula dari ide

mengambil

sifat-sifat

risiko

terutama

dan

dalam

menangani usaha atau perusahaanya

6

dengan berpijak pada kemampuan dan
atau kemauan sendiri. Wijatno (2009: 3)
mengemukakan

yang

satu pelajaran yang di dalamnya ada

bahwa

entrepreneurship adalah suatu proses
inovatif

pelajaran ekonomi merupakan salah

menghasilkan

sesuatu

yang baru. Untuk menghasilkan sesuatu

unsur

nilai

kewirausahaan.

Mata

pelajaran ekonomi merupakan salah
satu pelajaran yang di dalamnya ada

yang baru tentu tidak terlepas adanya
risiko yang akan di alami oleh seorang
wirausaha. Pendapat Wibowo (2011: 24)
bahwa wirausaha adalah orang yang

unsur

nilai

kewirausahaan.

Nilai

kewirausahaan yang diimplementasikan
pada silabus kemudian di jabarkan ke

berani mengambil risiko, inovatif, kreatif,
pantang

menyerah,

menyiasati

dan

peluang

Kemendiknas

mampu

secara

tepat.

(2010:

15)

dalam

rencana

pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang diintegrasikan
dalam proses pembelajaran ekonomi.

mengemukakan bahwa kewirausahaan
adalah

suatu

sikap,

jiwa

dan

kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru, yang sangat bernilai dan
berguna,

baik

bagi

dirinya

kewirausahaan ke dalam mata pelajaran
ekonomi hendaknya bisa merubah pola

dan inovatif.

Pembelajaran

kemampuan

nilai

pikir siswa menjadi lebih aktif, kreatif,

Mata Pelajaran Ekonomi

mampu

pengintegrasian

sendiri

maupun bagi orang lain.

diharapkan

Dengan

ekonomi

Pengertian Kemandirian
Menurut

mengembangkan

pemahaman

terhadap

(2012:

165)

Baron
konsep

dan
self

Byrne
adalah

kumpulan keyakinan dan persepsi diri
fenomena yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.

Sedangkan

tujuan

mempelajari mata pelajaran ekonomi

mengenai diri sendiri yang terorganisir.
Konsep yang sering digunakan atau
yang berdekatan dengan kemandirian
adalah autonomy. Sunaryo Kartadinata

adalah untuk membekali siswa tentang
konsep ekonomi untuk mengetahui dan
mengerti

peristiwa

ekonomi

dalam

seperti yang dikutip oleh Asrori (2007:
135),

mengatakan

bahwa

tingkat

kemandirian remaja pada umumnya
bervariasi dan menyebar pada tingkat

kehidupan sehari-hari, baik dlingkungan
individu,

masyarakat,

baik

secara

regional maupun internasional. Mata

sadar diri, seksama, individualistik, dan
mandiri. Fuad (2005: 206) menyebutkan
ada tiga komponen kemandirian anak
yang

paling

mendasar

yang

perlu

7

ditanamkan sejak dini oleh para orang

dikemukakan oleh Muhibbin (2011: 118)

tua, yaitu sebagai berikut.

bahwa

sikap

(attitude)

adalah

Bahwa

kecenderungan yang relatif menetap

intelektual adalah akal atau budi atau

untuk bereaksi dengan cara baik atau

intelegensi yang berarti kemampuan

buruk

untuk

tertentu.

1. Kemandirian

Intelektual.

meletakkan hubungan dari

Sikap

orang
bisa

atau

barang

mempengaruhi

tingkah laku, maka memahami sikap

proses berfikir.
2. Kemandirian

terhadap

Emosional.

kecenderungan

Adanya

dapat

membantu

atau

memprediksi tingkah laku orang tersebut

perasaan

dalam kontek yang luas. Hutagalung

yang khas bila berhadapan dengan

(2008: 45) mengemukakan bahwa sikap

obyek tertentu dalam lingkungan.

adalah

individu

seseorang

seseorang

untuk

memiliki

Kemandirian

Spiritual.

kemampuan dalam mengajarkan sikap

cara

seseorang

mengkomunikasikan

perasaannya

kepada orang lain (melalui perilaku).
Menurut

positif,

memiliki

norma,

memahami

perbedaan dengan menunjukkan sikap
bijaksana dan mempunyai sikap yang

Baron

dan

Byrne

(2012: 123) bahwa sikap dibentuk dapat
melalui beberapa hal, yaitu sebagai
berikut.
1. Pembelajaran sosial (social learning).

mandiri. Kemandirian bukanlah sematamata

merupakan

pembawaan

yang

melekat pada diri individu sejak lahir.

Mengadopsi dari sikap orang lain
melalui proses pembelajaran sosial
(social

learning).

Bahwa

banyak

pandangan saat berinteraksi dengan
Perkembangannya

juga

dipengaruhi

oleh berbagai stimulasi yang datang dari
lingkungannya, selain potensi yang telah

orang lain atau dengan observasi
tingkah laku maka sikap kita akan
terbentuk.
2. Belajar

dimiliki sejak lahir sebagai keturunan
dari orang tuanya (Asrori, 2007: 137).

Djaali

(2011:

114)

mengemukakan

bahwa sikap adalah kecenderungan
untuk

bertindak

berkenaan

dengan

obyek tertentu. Sikap bukan tindakan
nyata (overt behavior) melainkan masih
bersifat

tertutup

(covert

behavior).

Sependapat dengan pandangan yang

mempertahankan

pandangan yang benar (instrumen
talconditioning). Bahwa tingkah laku
yang

Pengertian Sikap

untuk

diikuti

hasil

positif

akan

membentuk penguatan, hasil positif
diperkuat

dan

cenderung

akan

diulangi. Dan sebaliknya tingkah laku
yang

diikuti

hasil

negatif

akan

semakin lemah dan berkurang.
3. Belajar

melalui

observasi

(observational learning). Proses ini

8

terjadi ketika individu mempelajari

mesti dilalui seseorang agar

bentuk tingkah laku orang lain.

menjadi

entrepreneur

Dengan

demikian,

Perbandingan

sosial

(social

yang

dapat
sukses.

pendapat

bahwa

comparison). Kecenderungan kita untuk

entrepreneur dilahirkan adalah mitos

membandingkan diri kita sendiri dengan

(Wijatno, 2009: 21).

orang lain untuk menentukan apakah

METODE PENELITIAN:

apakah pandangan kita terhadap suatu

Teknik

kenyataan benar atau salah. Dengan

menggunakan simple random sampling.

implementasi nilai kewirausahaan yang

Pengumpulan

data

terintegrasi pada kegiatan pembelajaran

wawancara,

observasi,

akan lebih memberikan makna terhadap

dokumentasi. Teknik analisis data yang

pembentukan

di gunakan melalui pemaparan data,

kemandirian

karakter
siswa.

dan

Pada

sikap

akhirnya,

pengambilan

reduksi

data,

menggunakan

penafsiran/pemaknaan,

entrepreneurship

penyimpulan

diajarkan

angket,

kategorisasi

entrepreneur dapat diciptakan karena
dapat

sampel

hasil

data,
dan

analisis.

Teknik

meskipun berbagai program tersebut

sampling yaitu random sampling. Teknik

tidak

pengumpulan data yaitu wawancara,

menjamin

seratus

persen.

Kurikulum program yang dikembangkan

observasi,

angket

dan

dokumentasi

guru

dalam

mengelola

dapat mendemonstrasikan proses yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN:
Hasil Observasi SMAN 1 Ngadirojo.
Tabel

4.3

Hasil

observasi

kemampuan

pembelajaran pada siklus I.
Aspek

Rata-rata

Persentase

Kegiatan awal

3,8

93,7%

Kegiatan inti

4,0

100%

Kegiatan akhir

4,0

100%

Sesuai waktu

4,0

100%

Suasana kelas

4,0

100%

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data tabel di atas,

sangat baik, kegiatan akhir rata-rata 4,0

maka tampak bahwa pada siklus I

atau 100% dalam kategori sangat baik,

kemampuan

sesuai waktu rata-rata 4,0 atau 100%

pembelajaran

guru
yang

dalam

mengelola

meliputi

aspek

dalam

kategori

sangat

baik,

dan

kegiatan awal rata-rata 3,8 atau 93,7%

suasana kelas rata-rata 4,0 atau 100%

dalam kategori sangat baik, kegiatan inti

dalam kategori sangat baik.

rata-rata 4,0 atau 100% dalam kategori

1

Tabel 4.4 Hasil observasi kemandirian siswa pada siklus I
Aspek

Rata-rata

Motivasi

Persentase
67,42%

2,70

Disiplin

89,39%

3,58

Inisiatif

39%

1,55

Tanggungjawab

81,8%

3,27

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,

89,39% dalam kategori sangat baik,

maka tampak bahwa pada siklus I untuk

inisiatif rata-rata 1,55 atau 39% dalam

kemandirian siswa pada aspek motivasi

kategori cukup baik, dan tanggungjawab

rata-rata

rata-rata

2,70

atau

67,42%

dalam

kategori baik, disiplin rata-rata 3,58 atau

3,27

atau

81,8%

dalam

kategori sangat baik.

Tabel 4.5 Hasil observasi kemampuan guru pada siklus II.
Aspek

Rata-rata

Persentase

Kegiatan awal

4

100%

Kegiatan inti

4

100%

Kegiatan akhir

4

100%

Sesuai waktu

4

100%

Suasana kelas

4

100%

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel diatas, maka tampak

(100%), sesuai waktu 4 atau (100%),

bahwa pada siklus II kemampuan guru

dan suasana kelas 4 atau (100%). Dari

dalam mengelola pembelajaran dengan

beberapa

rata-rata untuk aspek yang meliputi

dalam

kegiatan awal 4 atau 100%, kegiatan inti

dianggap sangat baik dari indikator

4 atau (100%), kegiatan akhir 4 atau

ketercapaian baik.

aspek

kemampuan

mengelola

guru

pembelajaran

Tabel 4.6 Hasil observasi kemandirian siswa pada siklus II
Rata-rata

Persentase

Motivasi

3,46

86,43%

Disiplin

3,77

94,29%

Inisiatif

3,2

80%

Tanggungjawab

3,77

94%

Aspek

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,

mencapai rata-rata untuk setiap aspek

maka tampak bahwa pada siklus II

meliputi motivasi 3,46 atau 86,43%

menanamkan

kategori sangat baik, disiplin 3,77 atau

kemandirian

siswa

10

94,29% dengan kategori sangat baik,

rata-rata

inisiatif 3,2 atau 80% dengan kategori

aspek sangat baik dari skor yang di

baik, dan tanggungjawab 3,77 atau 94%

harapkan 80% atau baik.

keseluruhan

untuk

semua

dengan kategori sangat baik. Sehingga
Tabel

4.7

Peningkatan

Kemampuan

Guru

Dalam

Mengelola

Pembelajaran Pada Siklus I Dan Siklus II
Perbandingan siklus I dan II
Kemampuan Guru

Siklus I

Siklus II

Rata-rata

Kegiatan awal

3,8

4,0

3,9

Kegiatan inti

4,0

4,0

4,0

Kegiatan akhir

4,0

4,0

4,0

Sesuai waktu

4,0

4,0

4,0

Suasana kelas

4,0

4,0

4,0

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan hasil siklus I dan II rata-

kategori sangat baik, kegiatan akhir 4,0

rata dari setiap aspek keterlaksanaan

dalam kategori sangat baik, sesuai

guru dalam mengelola pembelajaran

dengan

yaitu kegiatan awal 3,9 dalam kategori

sangat baik dan suasana kelas 4,0

sangat baik, kegiatan inti 4,0 dalam

dalam

waktu

4,0

kategori

dalam

kategori

sangat

baik.

Tabel 4.8. Peningkatan Kemandirian Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan II
Kemandirian

Siklus I

Motivasi

67,42%

Disiplin

89,39%

Inisiatif

39%

Tanggungjawab

82%

Siklus II

Rata-rata

86,43%

76,93%

94,29%

91,84%

80%

59,5%

94%

88%

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data akhir siklus II dapat

kategori sangat baik, disiplin 94,29%

dikatakan bahwa kemandirian siswa

dalam kategori sangat baik, inisiatif 80%

untuk belajar ekonomi selama proses

dalam kategori baik dan tanggungjawab

pembelajaran

94%

banyak

mengalami

peningkatan pada masing-masing aspek
yaitu motivasi sebesar 86,43% dalam

dalam

kategori

sangat

baik.

11

Hasil Observasi SMAN 2 Ngadirojo.
Tabel 4.9 Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
pada siklus I.
Aspek

Rata-rata

Persentase

Kegiatan awal

4,0

100%

Kegiatan inti

3,83

97,7%

Kegiatan akhir

3,7

92%

Sesuai waktu

4,0

100%

Suasana kelas

4,0

100%

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel di atas,

3,83 atau 97,7% dalam kategori sangat

maka tampak bahwa pada siklus I

baik, kegiatan akhir 3,7 atau 92% dalam

kemampuan

mengelola

kategori sangat baik, sesuai waktu 4,0

pembelajaran dalam aspek kegiatan

atau 100% dalam kategori sangat baik,

awal rata-rata 4,0 atau skor 100%

dan suasana kelas 4,0 atau 100%.

guru

dalam

dalam kategori sangat baik, kegiatan inti
Tabel 4.10 Hasil observasi menanamkan kemandirian siswa pada siklus I
Aspek

Rata-rata

Persentase

Motivasi

2,31

54%

Disiplin

3,12

72%

Inisiatif

1,50

35%

Tanggungjawab

2,73

63%

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,

atau 72% dalam kategori baik, inisiatif

maka tampak bahwa pada siklus I rata-

1,50 atau 35% dalam kategori cukup

rata menanamkan kemandirian siswa

baik, dan tanggungjawab 2,73 atau 63%

pada aspek motivasi 2,31 atau 54%

dalam kategori baik.

dalam kategori cukup baik, disiplin 3,12
Tabel

4.11

Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran yang diperoleh melalui observasi pada
siklus II.
Aspek
Rata-rata
Persentase

Kegiatan awal
Kegiatan inti
Kegiatan akhir
Sesuai waktu
Suasana kelas
Sumber: data primer diolah

4,0
3,94
4,0
4,0
4,0

100%
98,4%
100%
100%
100%

1

Berdasarkan data pada tabel

kategori sangat baik, sesuai waktu 4,0

diatas, maka tampak bahwa pada siklus

atau 100% dalam kategori sangat baik,

II kemampuan guru dalam mengelola

dan suasana kelas 4,0 atau 100%

pembelajaran dengan rata-rata untuk

dalam

masing-masing aspek meliputi kegiatan

Berdasarkan skor di atas bahwa Lesson

awal 4,0 atau 100% dalam kategori

Study

sangat baik, kegiatan inti 3,94 atau

meningkatkan

98,4% dalam kategori sangat baik,

dari skor yang diharapkan 80%.

kategori

sangat

sangat

efektif

kualitas

baik.
untuk

pembelajaran

kegiatan akhir 4,0 atau 100% dalam
Tabel 4.12 Hasil observasi menanamkan kemandirian siswa siklus II
Aspek

Rata-rata

Persentase

Motivasi

3,50

81%

Disiplin

3,8

89%

Inisiatif

2,3

54%

Tanggungjawab

3,3

77%

Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,

kategori baik, disiplin 3,8 atau 89%

maka tampak bahwa pada siklus II

dalam kategori baik, inisiatif 2,3 atau

menanamkan

siswa

54% dalam kategori cukup baik, dan

mencapai rata-rata untuk setiap aspek

tanggungjawab 3,3 atau 77% dalam

meliputi motivasi 3,50 atau 81% dalam

kategori baik.

kemandirian

Tabel

4.13

Peningkatan

Kemampuan

Guru

Dalam

Mengelola

Pembelajaran Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan II
Kemampuan Guru

Siklus I

Siklus II

Rata-rata

Kegiatan awal

3,83

4,0

3,92

Kegiatan inti

3,7

3,94

3,82

Kegiatan akhir

4,0

4,0

4,0

Sesuai waktu

4,0

4,0

4,0

Suasana kelas

4,0

4.0

4,0

Sumber: data primer diolah
Keterlaksanaan

dalam kategori sangat baik, kegiatan

pembelajaran dapat diperoleh rata-rata

akhir 4,0 dalam kategori sangat baik,

untuk
meliputi

masing-masing
kegiatan

awal

aspek

yang

sesuai waktu 4,0 dalam kategori sangat

3,92

dalam

baik, dan suasana kelas 4,0 dalam

kategori sangat baik, kegiatan inti 3,82

kategori sangat baik.

1

Tabel 4.15 Peningkatan Kemandirian Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan I
Kemandirian

Siklus I

Siklus II

Rata-rata

Motivasi

54%

81%

67,5%

Disiplin

72%

89%

80,5%

Inisiatif

35%

54%

44%

Tanggungjawab

63%

77%

70%

Sumber: data primer diolah
Kemandirian

siswa

untuk

belajar

ekonomi selama proses pembelajaran

kelas 4,0 dalam kategori sangat baik.
Untuk SMA Negeri 2 Ngadirojo hasil

banyak mengalami peningkatan yaitu
pada aspek motivasi persentasenya
yaitu

sebesar

81%

dalam

kategori

sangat baik, disiplin persentasenya 89%

siklus I dan II rata-rata dari setiap
aspek keterlaksanaan
mengelola

guru dalam

pembelajaran

yaitu

dalam kategori sangat baik, inisiatif
persentasenya

54%

cukup

dan

baik

persentasenya

dalam

kategori

tanggungjawab

77%

dalam

kategori

kegiatan awal 3,9 dalam kategori
sangat baik, kegiatan inti 4,0 dalam
kategori sangat baik, kegiatan akhir

baik.
4,0 dalam kategori sangat baik,
PENUTUP

sesuai dengan waktu 4,0 dalam

Simpulan

kategori sangat baik dan suasana

1. Lesson Study efektif meningkatkan
kelas 4,0 dalam kategori sangat baik.
kemampuan guru dalam mengelola
2. Respon

siswa

terhadap

pembelajaran pada SMA Negeri 1
pembelajaran dengan lesson study
Ngadirojo berdasarkan rata-rata dari
berdasarkan hasil angket pada SMA
hasil siklus I dan II dari setiap aspek
Negeri 1 Ngadirojo 85,71% sangat
yaitu

kegiatan

awal

3,9

dalam
setuju dan 14,29% tidak setuju.

kategori sangat baik, kegiatan inti 4,0
Sedangkan pada SMA Negeri 2
dalam kategori sangat baik, kegiatan
Ngadirojo respon siswa terhadap
akhir 4,0 dalam kategori sangat baik,
pembelajaran dengan lesson study
sesuai dengan waktu 4,0 dalam
kategori sangat baik dan suasana

14

sangat setuju 94,23% dan tidak

SMA Negeri 2 Ngadirojo dengan

setuju 5,77%.

rerata 4,18 berarti sangat baik.

3. Lesson Study dapat menanamkan
kemandirian siswa berdasarkan hasil

Saran
1. Siswa

hendaknya

mampu

mengembangkan potensi diri melalui
observasi di SMA Negeri 1 Ngadirojo
pada siklus II untuk setiap aspek
yang

meliputi

motivasi

86,43%

model pembelajaran Lesson Study,
sehingga

dengan kategori sangat baik, inisiatif
80% dengan kategori baik, dan

meningkatkan

kreativitas.
2. Proses

kategori sangat baik, disiplin 94,29%

dapat

pembelajaran

di

kelas

hendaknya dapat dilakukan dengan
menggunakan model Lesson study,
sebagai

upaya

untuk

dapat

meningkatkan kemandirian dan sikap
tanggungjawab 94% dengan kategori
sangat baik. Dan untuk observasi
SMA Negeri 2 Ngadirojo pada siklus

berwirausaha siswa.
3. Perlu

dapat

kemandirian

dikatakan
siswa

bahwa

untuk

belajar

ekonomi

selama

proses

pembelajaran

banyak

mengalami

penerapan

pada

masing-masing

aspek yaitu motivasi sebesar 86,43%

model

Lesson

Study pada pembelajaran ekonomi,
sehingga

selalu

ada

perbaikan

terhadap metode yang digunakan.
Perlunya

peningkatan

hambatan

yang dialami oleh guru dan siswa
dalam

II

memperhatikan

melakukan

pembinaan

kepada guru mata pelajaran ekonomi
dalam

menggunakan

metode

pada

berbagai

penerapan

Lesson

ekonomi

melalui

Study.
dalam kategori sangat baik, disiplin
94,29% dalam kategori sangat baik,
inisiatif 80% dalam kategori baik dan

4. Pembelajaran
penerapan

model

Lesson

Study

dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif upaya untuk meningkatkan

tanggungjawab 94% dalam kategori
sangat baik.
4. Lesson study dapat menanamkan

kemandirian dan sikap berwirausaha
siswa.
5. Pembelajaran dengan model Lesson
Study perlu ditindak

sikap kewirausahaan pada siswa
SMA Negeri 1 Ngadirojo dengan
rerata 4,19 berarti sangat baik dan

lanjuti oleh

Dinas Pendidikan setempat, sebagai
salah
kualitas

satu

upaya

peningkatan

pembelajaran

dan

15

peningkatan

profesionalitas

guru

Hutagalung.

2007.

Pengembangan

yang semakin beradab. Hal ini perlu

Kepribadian.

adanya

Kemendiknas.

kontribusi

dari

lembaga

Dirjen

terkait sumber dana yang diperlukan
Machfoedz,
Mas’ud.2011.
Kewirausahaan,
Metode,
Manajemen,
Dan
Implementasi.Yogyakarta:
BPFE.

untuk kegiatan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alma,

Buchari.2011. Kewirausahaan
Untuk Mahasiswa Dan Umum.
Bandung: Alfabeta.

Anam, Saiful.2009. Dr.Baedhowi, M. Si,
Dirjen
PMPTK
Depdiknas,
Pergumulan
Dalam
Meningkatkatkan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Mahamedia.
Asrori,

Muhammad. 2007. Psikologi
Pembelajaran.
Bandung:
Wacana Prima.
.

Study (Studi Pembelajaran).
Malang: UM Press.

Raposo

dan

Do

Paco.

2011.

Relationship between education
and

entrepreneurial

Psicothema.
education:

activity.

Entrepreneurship
An

international

Journal 23 (3): 453-457.

2008. Psikologi

Pembelajaran.

Bandung:

Wacana Prima.

Baron, Roberta dan Byrne, Donn. 2012.
Psikologi

Syamsuri dan Ibrohim. 2011. Lesson

Sosial.

Mudyaharjo, R. 2001.
Pengantar
Pendidikan: Sebuah Study Awal
Tentang
Dasar-Dasar
Pendidikan Pada Umumnya Dan
Pendidikan
Di
Indonesia.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Jakarta:

Erlangga.

Basrowi. 2011. Kewirausahaan Untuk
Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Murtini, Wiedy. 2009. Kewirausahaan
Pendekatan Succes Story.
Surakarta: LPP UNS dan UNS
Press.
Muhibbin

Syah.

2011.

Psikologi

Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Djaali.

2011.

Psikologi

Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan
Makna

Hamdani.

2010.

Mengajar.
Setia.

Strategi

Belajar

Bandung:

Pustaka

Pembelajaran.

Bandung: Alfabeta.

16

Saiman,

Leonardus.
2011.
Kewirausahaan: Teori, Praktik,
dan Kasus-Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.

Thobroni dan Mustofa. 2011. Belajar
dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Wibowo,

Agus.

2011.

Kewirausahaan.

Pendidikan
Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wijatno,

Serian.

2009.

Pengantar

Entrepreneurship. Jakarta: PT
Gramedia
Indonesia.

Widiasarana

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAAN SISWA SMA DI KABUPATEN PACITAN TAHUN 2012 2013

0 3 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI 9 Implementasi Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2

0 3 14

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK Implementasi Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 3 16

PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 Profesionalisme Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 11

PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 Profesionalisme Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 16

IMPLEMENTASI LESSON STUDY DALAM PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN PADA MATA Implementasi Lesson Study Dalam Pengembangan Metode Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTS Muhammadiyah Surakarta (Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 1 18

PENDAHULUAN Implementasi Lesson Study Dalam Pengembangan Metode Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTS Muhammadiyah Surakarta (Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 1 19

IMPLEMENTASI LESSON STUDY DALAM PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN AQIDAH Implementasi Lesson Study Dalam Pengembangan Metode Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTS Muhammadiyah Surakarta (Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 2 16

IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA KELAS X DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN.

0 1 19

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012 2013 | Nuryani | Jurnal Pendidikan Insan Mandiri 9317 19817 1 SM

0 0 15