IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA DI KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012 2013 | Basuki | Jurnal Pendidikan Insan Mandiri 6946 14651 1 SM
1
IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN DAN
SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA DI KABUPATEN
PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Basuki, Baedhowi1, Bandi2
Magister Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana UNS
bbas_17@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas implementasi Lesson
Study pada mata pelajaran ekonomi di SMA, untuk mengetahui kemandirian siswa SMA
pada mata pelajaran ekonomi, untuk mengetahui sikap kewirausahaan siswa di SMA
pada mata pelajaran ekonomi. Data penelitian yang diambil data primer. Metode
penelitian berbentuk deskriptif kualitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA
Negeri 1 Ngadirojo dan SMA Negeri 2 Ngadirojo di Kabupaten Pacitan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik analisis data yang
digunakan
melalui
pemaparan
data,
reduksi
data,
kategorisasi
data,
penafsiran/pemaknaan, dan penyimpulan hasil analisis. Teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lesson Study sangat efektif dalam
meningkatkan proses pembelajaran siswa dan aktivitas guru. Lesson Study efektif untuk
menanamkan kemandirian siswa. Lesson Study dapat menumbuhkan sikap
kewirausahaan pada siswa.
Kata Kunci: Lesson Study, Kemandirian, Sikap Kewirausahaan
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu
sangat
penting
dalam
menentukan
wadah untuk melahirkan dan mencetak
kuantitas dan kualitas pengajaran yang
generasi yang berkualitas, beretika, dan
dilaksanakan. Guru dalam menjalankan
mandiri. Perbaikan mutu pendidikan dan
profesi kependidikan memang sangat
pengajaran senantiasa dilakukan dalam
kompleks di satu sisi tugas guru adalah
upaya
sebagai pendidik dan sebagai pengajar.
meningkatkan
kualitas
pembelajaran. Guru memiliki peran yang
Dalam
pembelajaran
bagaimana
2
memungkinkan
dapat
peserta
belajar
menyenangkan
didik
dengan
dan
dapat
untuk
bangsa
berakibat
pada
rendahnya
mudah,
peluang
sumber
tercapai
Indonesia untuk go internasional.
daya
manusia
tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Rendahnya penguasaan materi
Dengan demikian, guru dituntut untuk
pelajaran disebabkan antara lain oleh
dapat
proses
meningkatkan
pembelajaran
tersebut
keefektifan
agar
dapat
pembelajaran
berguna.
Efektifitas
pembelajaran
yang
kurang
sesuai dengan kondisi siswa. Dengan
siswa yang heterogen hendaknya guru
pendidikan saat ini sangat rendah, salah
menggunakan
satu penyebabnya adalah tidak adanya
yang tepat, efektif dan efisien sehingga
tujuan pendidikan yang jelas sebelum
siswa dapat menerima, memahami dan
kegiatan
mengembangkan
pembelajaran
dilaksanakan.
metode
pembelajaran
bahan
pelajaran.
Hal ini menyebabkan siswa dan guru
Rendahnya mutu pengajar jugalah yang
tidak tahu apa yang akan dihasilkan
menyebabkan siswa kurang mencapai
sehingga tidak mempunyai gambaran
hasil yang diharapkan dan menurunnya
yang jelas dalam proses pendidikan.
kualitas pendidikan. Kurangnya mutu
Jelas
pembelajaran disebabkan oleh guru
hal
terpenting
ini
merupakan
jika
kita
masalah
menginginkan
efektifitas pengajaran.
yang
mengajar
tidak
pada
kompetensinya. Hal lain adalah pendidik
Menurut Baedhowi (Anam, 2009:
tidak dapat mengomunikasikan bahan
36) bahwa dampak dari permasalahan
pengajaran
guru
mudah dimengerti dan menbuat tertarik
antara
lain:
guru
kurang
menyiapkan pembelajaran yang baik
(silabus,
rancangan
pembelajaran,
baik,
sehingga
peserta didik.
pelaksanaan
bahan
dengan
Dalam
kegiatan
proses
ajar),
pembelajaran cenderung menggunakan
kekurangsiapan pembelajaran berakibat
pendekatan yang berorientasi pada guru
pada kurang efektifnya pelaksanaan
atau
pembelajaran,
teacher
centered.
Pendekatan
kurang
efektifnya
tersebut lebih menekankan bagaimana
pembelajaran
berakibat
guru mengajar (teacher centered) dari
pada rendahnya mutu pembelajaran,
pada bagaimana peserta didik belajar
rendahnya mutu pembelajaran berakibat
(student centered).
pelaksanaan
pada
rendahnya
mutu
lulusan,
Kegiatan
pembelajaran
berpusat
pada
guru
yang
rendahnya mutu lulusan berakibat pada
hanya
rendahnya mutu sumber daya manusia,
menimbulkan
rendahnya mutu sumber daya manusia
pada sumber belajar tertentu. Siswa
berakibat pada rendahnya daya saing
tidak mempunyai kemampuan untuk
bangsa dan rendahnya daya saing
belajar
ketergantungan
secara
mandiri,
akan
siswa
hanya
3
mengharapkan apa yang di sampaikan
pengetahuan
guru. Rendahnya sikap kemandirian
pembelajaran di kelas, sehingga akan
menimbulkan sikap yang kurang kreatif
mengubah keluaran siswa menjadi lebih
dan aktif dalam proses pembelajaran di
baik.
kelas.
masih jarang diterapkan di sekolahKemandirian siswa rendah karena
guru
Model
dalam
praktek
pembelajaran
tersebut
sekolah, bahkan belum begitu dikenal di
ada kecenderungan hanya menerima
lembaga pendidikan.
materi dari guru, tidak ada upaya untuk
Tinjauan Pustaka
belajar secara mandiri manakala ada
Pengertian Pendidikan
pekerjaan rumah saling mencontek, dan
Mudyaharjo (2001: 6) bahwa
pada saat pembelajaran di kelas kurang
pendidikan adalah segala pengalaman
aktif
akan
belajar yang berlangsung dalam segala
terbentuk apabila proses belajar siswa
lingkungan dan sepanjang hidup serta
melalui kerjasama dengan kelompok.
pendidikan
berdiskusi.
Dengan
Kemandirian
demikian,
dapat
diartikan
sebagai
kualitas
pengajaran yang diselenggarakan di
sumber daya manusia yang dibutuhkan
sekolah sebagai lembaga pendidikan
adalah disamping memiliki pengetahuan
formal. Pendidikan bisa berlangsung
dan keterampilan yang tinggi, juga sikap
dimana saja, tidak mengenal usia dan
mental yang tangguh terutama mental
waktu. Menurut Muhibinsyah (2003: 10)
kewirausahaan.
bahwa
Dalam
kegiatan
pendidikan
adalah
sebagai
pembelajaran perlu ditumbuhkan sikap
sebuah proses dengan metode-metode
bermoral tinggi, optimistik, proaktif, kerja
tertentu sehingga orang memperoleh
keras,
keuletan,
pengetahuan, pemahaman, dan cara
kesungguhan, percaya diri, bertanggung
bertingkah laku yang sesuai dengan
jawab,
humoris,
kebutuhan. Karena pendidikan adalah
berani memikul risiko, jujur-adil, motivasi
suatu proses, maka di dalamnya ada
dan jiwa bersaing tinggi.
unsur-unsur
kegigihan
dan
bersemangat
dan
Rendahnya kualitas pendidikan
karena
di
sebabkan
juga
oleh
yang
perlu
dengan metode tertentu sehingga akan
menimbulkan
perubahan
rendahnya kualitas sarana fisik. Untuk
baik.
sarana fisik misalnya, banyak sekali
Pengertian Implementasi
sekolah
yang
gedungnya
diperbaiki
rusak,
Implementasi
yang
adalah
lebih
proses
kepemilikan dan penggunaan media
untuk memastikan terlaksananya suatu
belajar rendah, buku perpustakaan tidak
kebijakan dan tercapainya kebijakan
lengkap.
tersebut.
Dengan Lesson Study pula dapat
mengubah
kepercayaan
dan
Implementasi
dimaksudkan
untuk
menyediakan
membuat
sesuatu
juga
sarana
dan
4
memberikan hasil yang bersifat praktis
diskusi refleksi
baik yang dilakukan pihak-pihak yang
umpan
berwenang
atau
yaitu
meningkatkan
pemerintah
maupun
yang
berikutnya. Lesson Study adalah model
kepentingan
swasta
untuk mendapatkan
balik
dalam
proses
rangka
pembelajaran
bertujuan untuk mewujudkan cita-cita
pembinaan
atau
ditetapkan.
pengkajian
Implementasi di sini adalah merupakan
kolaboratif
arah
berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas
tujuan
yang
dalam
peningkatan
menerapkan
mutu
ditujukan kepada
tunjuk
telah
oleh
kebijakan
pendidikan
lembaga
yang
yang
Direktorat
di
Jenderal
profesi
pendidik
pembelajaran
dan
dan mutual learning untuk membangun
komunitas belajar (Thobroni, 2011: 316).
Berdasarkan
uraian
menurut
pendapat
Kependidikan tanggal 31 Maret 2008.
Lesson
Study
Pengertian Lesson Study
pengkajian
study,
di
atas
peneliti
adalah
pembelajaran
maka
bahwa
kegiatan
yang
dalam
dilakukan secara bertahap yang meliputi
bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu,
plan, do, see yang dilakukan secara
adalah
untuk
berkelanjutan
perbaikan-perbaikan
meningkatkan
Jepang.
Perbaikan
Dirjen PMPTK ( Saiful Anam, 2009: 83)
pembelajaran tersebut dilakukan melalui
bahwa pengamatan open lesson oleh
proses-proses kolaborasi antar para
orang tua siswa pada kegiatan Lesson
guru. Syamsuri dan Ibrohim (2011: 19)
Study di kelas maupun di sekolah
bahwa
adalah
menunjukkan adanya dampak positif
suatu kegiatan pengkajian bagaimana
bagi masyarakat terutama mereka yang
merencanakan
pembelajaran,
concern terhadap pendidikan. Kegiatan
melaksanakan proses pembelajaran di
yang dilakukan dalam Lesson Study
kelas nyata dan selanjutnya melakukan
dapat dilihat pada bagan berikut ini.
sebuah
pendekatan
melakukan
pembelajaran
Study
yang
secara
berkesinambungan
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Lesson
melalui
di
Pembelajaran
dalam
kulaitas
rangka
pembelajaran.
5
2. Pelaksanaan(Do)
-Pelaksanaan Pembelajaran
-Pengamatan oleh rekan sejawat
1.Perencanaan (Plan
3. Refleksi (See)
-Penggalian akademik
- refleksi dengan teman
-Perencanaan pembelajaran
- komentar dan diskusi
-Penyiapan alat-alat
Gambar 1. Tahapan Lesson Study
Pengertian Kewirausahaan
Seorang
entrepreneur
sendiri
adalah
orang
kemudian
kegiatannya
mengembangkan
dengan
menggunakan
yang memiliki karakter motivator dan
tenaga orang lain dan selalu berpegang
inovator. Menurut Wiedy (2009: 22)
pada nilai-nilai disiplin dan kejujuran
bahwa kewirausahaan adalah suatu
yang tinggi. Untuk menjadi pribadi yang
proses yang dilakukan baik oleh individu
hebat membutuhkan kedisiplinan yang
maupun
kuat maka kreatifitas
kelompok
menggunakan
dengan
yang
dengan sendirinya. Selanjutnya menurut
terorganisir untuk mengejar peluang
Leonardus (2011: 43) bahwa wirausaha
untuk menghasilkan nilai dan terus
adalah hal-hal atau upaya-upaya yang
tumbuh
berkaitan dengan penciptaan kegiatan
tujuan
upaya-upaya
akan tercipta
untuk
dengan
memenuhi/mencapai
melalui
inovasi
dan
atau usaha atau aktivitas bisnis atas
keunikan. Wirausaha diciptakan secara
dasar
langsung tetapi melalui proses yang
mendirikan usaha atau bisnis dengan
panjang.
kemauan
Dalam
proses
itulah
kemauan
atau
sendiri
dan
kemampuan
atau
sendiri.
bagaimana untuk menumbuhkan jiwa
Wirausaha adalah orang-orang yang
wirausaha. Sedangkan menurut Alma
memiliki
(2011: 22) bahwa wiraswasta adalah
kewiraswastaan/kewirausahaan
seseorang
memiliki
umumnya memiliki keberanian dalam
produktif,
kreatif,
pribadi
hebat,
melaksanakan
kegiatan perencanaan bermula dari ide
mengambil
sifat-sifat
risiko
terutama
dan
dalam
menangani usaha atau perusahaanya
6
dengan berpijak pada kemampuan dan
atau kemauan sendiri. Wijatno (2009: 3)
mengemukakan
yang
satu pelajaran yang di dalamnya ada
bahwa
entrepreneurship adalah suatu proses
inovatif
pelajaran ekonomi merupakan salah
menghasilkan
sesuatu
yang baru. Untuk menghasilkan sesuatu
unsur
nilai
kewirausahaan.
Mata
pelajaran ekonomi merupakan salah
satu pelajaran yang di dalamnya ada
yang baru tentu tidak terlepas adanya
risiko yang akan di alami oleh seorang
wirausaha. Pendapat Wibowo (2011: 24)
bahwa wirausaha adalah orang yang
unsur
nilai
kewirausahaan.
Nilai
kewirausahaan yang diimplementasikan
pada silabus kemudian di jabarkan ke
berani mengambil risiko, inovatif, kreatif,
pantang
menyerah,
menyiasati
dan
peluang
Kemendiknas
mampu
secara
tepat.
(2010:
15)
dalam
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang diintegrasikan
dalam proses pembelajaran ekonomi.
mengemukakan bahwa kewirausahaan
adalah
suatu
sikap,
jiwa
dan
kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru, yang sangat bernilai dan
berguna,
baik
bagi
dirinya
kewirausahaan ke dalam mata pelajaran
ekonomi hendaknya bisa merubah pola
dan inovatif.
Pembelajaran
kemampuan
nilai
pikir siswa menjadi lebih aktif, kreatif,
Mata Pelajaran Ekonomi
mampu
pengintegrasian
sendiri
maupun bagi orang lain.
diharapkan
Dengan
ekonomi
Pengertian Kemandirian
Menurut
mengembangkan
pemahaman
terhadap
(2012:
165)
Baron
konsep
dan
self
Byrne
adalah
kumpulan keyakinan dan persepsi diri
fenomena yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan
tujuan
mempelajari mata pelajaran ekonomi
mengenai diri sendiri yang terorganisir.
Konsep yang sering digunakan atau
yang berdekatan dengan kemandirian
adalah autonomy. Sunaryo Kartadinata
adalah untuk membekali siswa tentang
konsep ekonomi untuk mengetahui dan
mengerti
peristiwa
ekonomi
dalam
seperti yang dikutip oleh Asrori (2007:
135),
mengatakan
bahwa
tingkat
kemandirian remaja pada umumnya
bervariasi dan menyebar pada tingkat
kehidupan sehari-hari, baik dlingkungan
individu,
masyarakat,
baik
secara
regional maupun internasional. Mata
sadar diri, seksama, individualistik, dan
mandiri. Fuad (2005: 206) menyebutkan
ada tiga komponen kemandirian anak
yang
paling
mendasar
yang
perlu
7
ditanamkan sejak dini oleh para orang
dikemukakan oleh Muhibbin (2011: 118)
tua, yaitu sebagai berikut.
bahwa
sikap
(attitude)
adalah
Bahwa
kecenderungan yang relatif menetap
intelektual adalah akal atau budi atau
untuk bereaksi dengan cara baik atau
intelegensi yang berarti kemampuan
buruk
untuk
tertentu.
1. Kemandirian
Intelektual.
meletakkan hubungan dari
Sikap
orang
bisa
atau
barang
mempengaruhi
tingkah laku, maka memahami sikap
proses berfikir.
2. Kemandirian
terhadap
Emosional.
kecenderungan
Adanya
dapat
membantu
atau
memprediksi tingkah laku orang tersebut
perasaan
dalam kontek yang luas. Hutagalung
yang khas bila berhadapan dengan
(2008: 45) mengemukakan bahwa sikap
obyek tertentu dalam lingkungan.
adalah
individu
seseorang
seseorang
untuk
memiliki
Kemandirian
Spiritual.
kemampuan dalam mengajarkan sikap
cara
seseorang
mengkomunikasikan
perasaannya
kepada orang lain (melalui perilaku).
Menurut
positif,
memiliki
norma,
memahami
perbedaan dengan menunjukkan sikap
bijaksana dan mempunyai sikap yang
Baron
dan
Byrne
(2012: 123) bahwa sikap dibentuk dapat
melalui beberapa hal, yaitu sebagai
berikut.
1. Pembelajaran sosial (social learning).
mandiri. Kemandirian bukanlah sematamata
merupakan
pembawaan
yang
melekat pada diri individu sejak lahir.
Mengadopsi dari sikap orang lain
melalui proses pembelajaran sosial
(social
learning).
Bahwa
banyak
pandangan saat berinteraksi dengan
Perkembangannya
juga
dipengaruhi
oleh berbagai stimulasi yang datang dari
lingkungannya, selain potensi yang telah
orang lain atau dengan observasi
tingkah laku maka sikap kita akan
terbentuk.
2. Belajar
dimiliki sejak lahir sebagai keturunan
dari orang tuanya (Asrori, 2007: 137).
Djaali
(2011:
114)
mengemukakan
bahwa sikap adalah kecenderungan
untuk
bertindak
berkenaan
dengan
obyek tertentu. Sikap bukan tindakan
nyata (overt behavior) melainkan masih
bersifat
tertutup
(covert
behavior).
Sependapat dengan pandangan yang
mempertahankan
pandangan yang benar (instrumen
talconditioning). Bahwa tingkah laku
yang
Pengertian Sikap
untuk
diikuti
hasil
positif
akan
membentuk penguatan, hasil positif
diperkuat
dan
cenderung
akan
diulangi. Dan sebaliknya tingkah laku
yang
diikuti
hasil
negatif
akan
semakin lemah dan berkurang.
3. Belajar
melalui
observasi
(observational learning). Proses ini
8
terjadi ketika individu mempelajari
mesti dilalui seseorang agar
bentuk tingkah laku orang lain.
menjadi
entrepreneur
Dengan
demikian,
Perbandingan
sosial
(social
yang
dapat
sukses.
pendapat
bahwa
comparison). Kecenderungan kita untuk
entrepreneur dilahirkan adalah mitos
membandingkan diri kita sendiri dengan
(Wijatno, 2009: 21).
orang lain untuk menentukan apakah
METODE PENELITIAN:
apakah pandangan kita terhadap suatu
Teknik
kenyataan benar atau salah. Dengan
menggunakan simple random sampling.
implementasi nilai kewirausahaan yang
Pengumpulan
data
terintegrasi pada kegiatan pembelajaran
wawancara,
observasi,
akan lebih memberikan makna terhadap
dokumentasi. Teknik analisis data yang
pembentukan
di gunakan melalui pemaparan data,
kemandirian
karakter
siswa.
dan
Pada
sikap
akhirnya,
pengambilan
reduksi
data,
menggunakan
penafsiran/pemaknaan,
entrepreneurship
penyimpulan
diajarkan
angket,
kategorisasi
entrepreneur dapat diciptakan karena
dapat
sampel
hasil
data,
dan
analisis.
Teknik
meskipun berbagai program tersebut
sampling yaitu random sampling. Teknik
tidak
pengumpulan data yaitu wawancara,
menjamin
seratus
persen.
Kurikulum program yang dikembangkan
observasi,
angket
dan
dokumentasi
guru
dalam
mengelola
dapat mendemonstrasikan proses yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN:
Hasil Observasi SMAN 1 Ngadirojo.
Tabel
4.3
Hasil
observasi
kemampuan
pembelajaran pada siklus I.
Aspek
Rata-rata
Persentase
Kegiatan awal
3,8
93,7%
Kegiatan inti
4,0
100%
Kegiatan akhir
4,0
100%
Sesuai waktu
4,0
100%
Suasana kelas
4,0
100%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data tabel di atas,
sangat baik, kegiatan akhir rata-rata 4,0
maka tampak bahwa pada siklus I
atau 100% dalam kategori sangat baik,
kemampuan
sesuai waktu rata-rata 4,0 atau 100%
pembelajaran
guru
yang
dalam
mengelola
meliputi
aspek
dalam
kategori
sangat
baik,
dan
kegiatan awal rata-rata 3,8 atau 93,7%
suasana kelas rata-rata 4,0 atau 100%
dalam kategori sangat baik, kegiatan inti
dalam kategori sangat baik.
rata-rata 4,0 atau 100% dalam kategori
1
Tabel 4.4 Hasil observasi kemandirian siswa pada siklus I
Aspek
Rata-rata
Motivasi
Persentase
67,42%
2,70
Disiplin
89,39%
3,58
Inisiatif
39%
1,55
Tanggungjawab
81,8%
3,27
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,
89,39% dalam kategori sangat baik,
maka tampak bahwa pada siklus I untuk
inisiatif rata-rata 1,55 atau 39% dalam
kemandirian siswa pada aspek motivasi
kategori cukup baik, dan tanggungjawab
rata-rata
rata-rata
2,70
atau
67,42%
dalam
kategori baik, disiplin rata-rata 3,58 atau
3,27
atau
81,8%
dalam
kategori sangat baik.
Tabel 4.5 Hasil observasi kemampuan guru pada siklus II.
Aspek
Rata-rata
Persentase
Kegiatan awal
4
100%
Kegiatan inti
4
100%
Kegiatan akhir
4
100%
Sesuai waktu
4
100%
Suasana kelas
4
100%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel diatas, maka tampak
(100%), sesuai waktu 4 atau (100%),
bahwa pada siklus II kemampuan guru
dan suasana kelas 4 atau (100%). Dari
dalam mengelola pembelajaran dengan
beberapa
rata-rata untuk aspek yang meliputi
dalam
kegiatan awal 4 atau 100%, kegiatan inti
dianggap sangat baik dari indikator
4 atau (100%), kegiatan akhir 4 atau
ketercapaian baik.
aspek
kemampuan
mengelola
guru
pembelajaran
Tabel 4.6 Hasil observasi kemandirian siswa pada siklus II
Rata-rata
Persentase
Motivasi
3,46
86,43%
Disiplin
3,77
94,29%
Inisiatif
3,2
80%
Tanggungjawab
3,77
94%
Aspek
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,
mencapai rata-rata untuk setiap aspek
maka tampak bahwa pada siklus II
meliputi motivasi 3,46 atau 86,43%
menanamkan
kategori sangat baik, disiplin 3,77 atau
kemandirian
siswa
10
94,29% dengan kategori sangat baik,
rata-rata
inisiatif 3,2 atau 80% dengan kategori
aspek sangat baik dari skor yang di
baik, dan tanggungjawab 3,77 atau 94%
harapkan 80% atau baik.
keseluruhan
untuk
semua
dengan kategori sangat baik. Sehingga
Tabel
4.7
Peningkatan
Kemampuan
Guru
Dalam
Mengelola
Pembelajaran Pada Siklus I Dan Siklus II
Perbandingan siklus I dan II
Kemampuan Guru
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
Kegiatan awal
3,8
4,0
3,9
Kegiatan inti
4,0
4,0
4,0
Kegiatan akhir
4,0
4,0
4,0
Sesuai waktu
4,0
4,0
4,0
Suasana kelas
4,0
4,0
4,0
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan hasil siklus I dan II rata-
kategori sangat baik, kegiatan akhir 4,0
rata dari setiap aspek keterlaksanaan
dalam kategori sangat baik, sesuai
guru dalam mengelola pembelajaran
dengan
yaitu kegiatan awal 3,9 dalam kategori
sangat baik dan suasana kelas 4,0
sangat baik, kegiatan inti 4,0 dalam
dalam
waktu
4,0
kategori
dalam
kategori
sangat
baik.
Tabel 4.8. Peningkatan Kemandirian Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan II
Kemandirian
Siklus I
Motivasi
67,42%
Disiplin
89,39%
Inisiatif
39%
Tanggungjawab
82%
Siklus II
Rata-rata
86,43%
76,93%
94,29%
91,84%
80%
59,5%
94%
88%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data akhir siklus II dapat
kategori sangat baik, disiplin 94,29%
dikatakan bahwa kemandirian siswa
dalam kategori sangat baik, inisiatif 80%
untuk belajar ekonomi selama proses
dalam kategori baik dan tanggungjawab
pembelajaran
94%
banyak
mengalami
peningkatan pada masing-masing aspek
yaitu motivasi sebesar 86,43% dalam
dalam
kategori
sangat
baik.
11
Hasil Observasi SMAN 2 Ngadirojo.
Tabel 4.9 Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
pada siklus I.
Aspek
Rata-rata
Persentase
Kegiatan awal
4,0
100%
Kegiatan inti
3,83
97,7%
Kegiatan akhir
3,7
92%
Sesuai waktu
4,0
100%
Suasana kelas
4,0
100%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel di atas,
3,83 atau 97,7% dalam kategori sangat
maka tampak bahwa pada siklus I
baik, kegiatan akhir 3,7 atau 92% dalam
kemampuan
mengelola
kategori sangat baik, sesuai waktu 4,0
pembelajaran dalam aspek kegiatan
atau 100% dalam kategori sangat baik,
awal rata-rata 4,0 atau skor 100%
dan suasana kelas 4,0 atau 100%.
guru
dalam
dalam kategori sangat baik, kegiatan inti
Tabel 4.10 Hasil observasi menanamkan kemandirian siswa pada siklus I
Aspek
Rata-rata
Persentase
Motivasi
2,31
54%
Disiplin
3,12
72%
Inisiatif
1,50
35%
Tanggungjawab
2,73
63%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,
atau 72% dalam kategori baik, inisiatif
maka tampak bahwa pada siklus I rata-
1,50 atau 35% dalam kategori cukup
rata menanamkan kemandirian siswa
baik, dan tanggungjawab 2,73 atau 63%
pada aspek motivasi 2,31 atau 54%
dalam kategori baik.
dalam kategori cukup baik, disiplin 3,12
Tabel
4.11
Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran yang diperoleh melalui observasi pada
siklus II.
Aspek
Rata-rata
Persentase
Kegiatan awal
Kegiatan inti
Kegiatan akhir
Sesuai waktu
Suasana kelas
Sumber: data primer diolah
4,0
3,94
4,0
4,0
4,0
100%
98,4%
100%
100%
100%
1
Berdasarkan data pada tabel
kategori sangat baik, sesuai waktu 4,0
diatas, maka tampak bahwa pada siklus
atau 100% dalam kategori sangat baik,
II kemampuan guru dalam mengelola
dan suasana kelas 4,0 atau 100%
pembelajaran dengan rata-rata untuk
dalam
masing-masing aspek meliputi kegiatan
Berdasarkan skor di atas bahwa Lesson
awal 4,0 atau 100% dalam kategori
Study
sangat baik, kegiatan inti 3,94 atau
meningkatkan
98,4% dalam kategori sangat baik,
dari skor yang diharapkan 80%.
kategori
sangat
sangat
efektif
kualitas
baik.
untuk
pembelajaran
kegiatan akhir 4,0 atau 100% dalam
Tabel 4.12 Hasil observasi menanamkan kemandirian siswa siklus II
Aspek
Rata-rata
Persentase
Motivasi
3,50
81%
Disiplin
3,8
89%
Inisiatif
2,3
54%
Tanggungjawab
3,3
77%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,
kategori baik, disiplin 3,8 atau 89%
maka tampak bahwa pada siklus II
dalam kategori baik, inisiatif 2,3 atau
menanamkan
siswa
54% dalam kategori cukup baik, dan
mencapai rata-rata untuk setiap aspek
tanggungjawab 3,3 atau 77% dalam
meliputi motivasi 3,50 atau 81% dalam
kategori baik.
kemandirian
Tabel
4.13
Peningkatan
Kemampuan
Guru
Dalam
Mengelola
Pembelajaran Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan II
Kemampuan Guru
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
Kegiatan awal
3,83
4,0
3,92
Kegiatan inti
3,7
3,94
3,82
Kegiatan akhir
4,0
4,0
4,0
Sesuai waktu
4,0
4,0
4,0
Suasana kelas
4,0
4.0
4,0
Sumber: data primer diolah
Keterlaksanaan
dalam kategori sangat baik, kegiatan
pembelajaran dapat diperoleh rata-rata
akhir 4,0 dalam kategori sangat baik,
untuk
meliputi
masing-masing
kegiatan
awal
aspek
yang
sesuai waktu 4,0 dalam kategori sangat
3,92
dalam
baik, dan suasana kelas 4,0 dalam
kategori sangat baik, kegiatan inti 3,82
kategori sangat baik.
1
Tabel 4.15 Peningkatan Kemandirian Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan I
Kemandirian
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
Motivasi
54%
81%
67,5%
Disiplin
72%
89%
80,5%
Inisiatif
35%
54%
44%
Tanggungjawab
63%
77%
70%
Sumber: data primer diolah
Kemandirian
siswa
untuk
belajar
ekonomi selama proses pembelajaran
kelas 4,0 dalam kategori sangat baik.
Untuk SMA Negeri 2 Ngadirojo hasil
banyak mengalami peningkatan yaitu
pada aspek motivasi persentasenya
yaitu
sebesar
81%
dalam
kategori
sangat baik, disiplin persentasenya 89%
siklus I dan II rata-rata dari setiap
aspek keterlaksanaan
mengelola
guru dalam
pembelajaran
yaitu
dalam kategori sangat baik, inisiatif
persentasenya
54%
cukup
dan
baik
persentasenya
dalam
kategori
tanggungjawab
77%
dalam
kategori
kegiatan awal 3,9 dalam kategori
sangat baik, kegiatan inti 4,0 dalam
kategori sangat baik, kegiatan akhir
baik.
4,0 dalam kategori sangat baik,
PENUTUP
sesuai dengan waktu 4,0 dalam
Simpulan
kategori sangat baik dan suasana
1. Lesson Study efektif meningkatkan
kelas 4,0 dalam kategori sangat baik.
kemampuan guru dalam mengelola
2. Respon
siswa
terhadap
pembelajaran pada SMA Negeri 1
pembelajaran dengan lesson study
Ngadirojo berdasarkan rata-rata dari
berdasarkan hasil angket pada SMA
hasil siklus I dan II dari setiap aspek
Negeri 1 Ngadirojo 85,71% sangat
yaitu
kegiatan
awal
3,9
dalam
setuju dan 14,29% tidak setuju.
kategori sangat baik, kegiatan inti 4,0
Sedangkan pada SMA Negeri 2
dalam kategori sangat baik, kegiatan
Ngadirojo respon siswa terhadap
akhir 4,0 dalam kategori sangat baik,
pembelajaran dengan lesson study
sesuai dengan waktu 4,0 dalam
kategori sangat baik dan suasana
14
sangat setuju 94,23% dan tidak
SMA Negeri 2 Ngadirojo dengan
setuju 5,77%.
rerata 4,18 berarti sangat baik.
3. Lesson Study dapat menanamkan
kemandirian siswa berdasarkan hasil
Saran
1. Siswa
hendaknya
mampu
mengembangkan potensi diri melalui
observasi di SMA Negeri 1 Ngadirojo
pada siklus II untuk setiap aspek
yang
meliputi
motivasi
86,43%
model pembelajaran Lesson Study,
sehingga
dengan kategori sangat baik, inisiatif
80% dengan kategori baik, dan
meningkatkan
kreativitas.
2. Proses
kategori sangat baik, disiplin 94,29%
dapat
pembelajaran
di
kelas
hendaknya dapat dilakukan dengan
menggunakan model Lesson study,
sebagai
upaya
untuk
dapat
meningkatkan kemandirian dan sikap
tanggungjawab 94% dengan kategori
sangat baik. Dan untuk observasi
SMA Negeri 2 Ngadirojo pada siklus
berwirausaha siswa.
3. Perlu
dapat
kemandirian
dikatakan
siswa
bahwa
untuk
belajar
ekonomi
selama
proses
pembelajaran
banyak
mengalami
penerapan
pada
masing-masing
aspek yaitu motivasi sebesar 86,43%
model
Lesson
Study pada pembelajaran ekonomi,
sehingga
selalu
ada
perbaikan
terhadap metode yang digunakan.
Perlunya
peningkatan
hambatan
yang dialami oleh guru dan siswa
dalam
II
memperhatikan
melakukan
pembinaan
kepada guru mata pelajaran ekonomi
dalam
menggunakan
metode
pada
berbagai
penerapan
Lesson
ekonomi
melalui
Study.
dalam kategori sangat baik, disiplin
94,29% dalam kategori sangat baik,
inisiatif 80% dalam kategori baik dan
4. Pembelajaran
penerapan
model
Lesson
Study
dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif upaya untuk meningkatkan
tanggungjawab 94% dalam kategori
sangat baik.
4. Lesson study dapat menanamkan
kemandirian dan sikap berwirausaha
siswa.
5. Pembelajaran dengan model Lesson
Study perlu ditindak
sikap kewirausahaan pada siswa
SMA Negeri 1 Ngadirojo dengan
rerata 4,19 berarti sangat baik dan
lanjuti oleh
Dinas Pendidikan setempat, sebagai
salah
kualitas
satu
upaya
peningkatan
pembelajaran
dan
15
peningkatan
profesionalitas
guru
Hutagalung.
2007.
Pengembangan
yang semakin beradab. Hal ini perlu
Kepribadian.
adanya
Kemendiknas.
kontribusi
dari
lembaga
Dirjen
terkait sumber dana yang diperlukan
Machfoedz,
Mas’ud.2011.
Kewirausahaan,
Metode,
Manajemen,
Dan
Implementasi.Yogyakarta:
BPFE.
untuk kegiatan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alma,
Buchari.2011. Kewirausahaan
Untuk Mahasiswa Dan Umum.
Bandung: Alfabeta.
Anam, Saiful.2009. Dr.Baedhowi, M. Si,
Dirjen
PMPTK
Depdiknas,
Pergumulan
Dalam
Meningkatkatkan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Mahamedia.
Asrori,
Muhammad. 2007. Psikologi
Pembelajaran.
Bandung:
Wacana Prima.
.
Study (Studi Pembelajaran).
Malang: UM Press.
Raposo
dan
Do
Paco.
2011.
Relationship between education
and
entrepreneurial
Psicothema.
education:
activity.
Entrepreneurship
An
international
Journal 23 (3): 453-457.
2008. Psikologi
Pembelajaran.
Bandung:
Wacana Prima.
Baron, Roberta dan Byrne, Donn. 2012.
Psikologi
Syamsuri dan Ibrohim. 2011. Lesson
Sosial.
Mudyaharjo, R. 2001.
Pengantar
Pendidikan: Sebuah Study Awal
Tentang
Dasar-Dasar
Pendidikan Pada Umumnya Dan
Pendidikan
Di
Indonesia.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Jakarta:
Erlangga.
Basrowi. 2011. Kewirausahaan Untuk
Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Murtini, Wiedy. 2009. Kewirausahaan
Pendekatan Succes Story.
Surakarta: LPP UNS dan UNS
Press.
Muhibbin
Syah.
2011.
Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Djaali.
2011.
Psikologi
Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan
Makna
Hamdani.
2010.
Mengajar.
Setia.
Strategi
Belajar
Bandung:
Pustaka
Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
16
Saiman,
Leonardus.
2011.
Kewirausahaan: Teori, Praktik,
dan Kasus-Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.
Thobroni dan Mustofa. 2011. Belajar
dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Wibowo,
Agus.
2011.
Kewirausahaan.
Pendidikan
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wijatno,
Serian.
2009.
Pengantar
Entrepreneurship. Jakarta: PT
Gramedia
Indonesia.
Widiasarana
IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN DAN
SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA DI KABUPATEN
PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Basuki, Baedhowi1, Bandi2
Magister Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana UNS
bbas_17@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas implementasi Lesson
Study pada mata pelajaran ekonomi di SMA, untuk mengetahui kemandirian siswa SMA
pada mata pelajaran ekonomi, untuk mengetahui sikap kewirausahaan siswa di SMA
pada mata pelajaran ekonomi. Data penelitian yang diambil data primer. Metode
penelitian berbentuk deskriptif kualitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA
Negeri 1 Ngadirojo dan SMA Negeri 2 Ngadirojo di Kabupaten Pacitan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik analisis data yang
digunakan
melalui
pemaparan
data,
reduksi
data,
kategorisasi
data,
penafsiran/pemaknaan, dan penyimpulan hasil analisis. Teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lesson Study sangat efektif dalam
meningkatkan proses pembelajaran siswa dan aktivitas guru. Lesson Study efektif untuk
menanamkan kemandirian siswa. Lesson Study dapat menumbuhkan sikap
kewirausahaan pada siswa.
Kata Kunci: Lesson Study, Kemandirian, Sikap Kewirausahaan
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu
sangat
penting
dalam
menentukan
wadah untuk melahirkan dan mencetak
kuantitas dan kualitas pengajaran yang
generasi yang berkualitas, beretika, dan
dilaksanakan. Guru dalam menjalankan
mandiri. Perbaikan mutu pendidikan dan
profesi kependidikan memang sangat
pengajaran senantiasa dilakukan dalam
kompleks di satu sisi tugas guru adalah
upaya
sebagai pendidik dan sebagai pengajar.
meningkatkan
kualitas
pembelajaran. Guru memiliki peran yang
Dalam
pembelajaran
bagaimana
2
memungkinkan
dapat
peserta
belajar
menyenangkan
didik
dengan
dan
dapat
untuk
bangsa
berakibat
pada
rendahnya
mudah,
peluang
sumber
tercapai
Indonesia untuk go internasional.
daya
manusia
tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Rendahnya penguasaan materi
Dengan demikian, guru dituntut untuk
pelajaran disebabkan antara lain oleh
dapat
proses
meningkatkan
pembelajaran
tersebut
keefektifan
agar
dapat
pembelajaran
berguna.
Efektifitas
pembelajaran
yang
kurang
sesuai dengan kondisi siswa. Dengan
siswa yang heterogen hendaknya guru
pendidikan saat ini sangat rendah, salah
menggunakan
satu penyebabnya adalah tidak adanya
yang tepat, efektif dan efisien sehingga
tujuan pendidikan yang jelas sebelum
siswa dapat menerima, memahami dan
kegiatan
mengembangkan
pembelajaran
dilaksanakan.
metode
pembelajaran
bahan
pelajaran.
Hal ini menyebabkan siswa dan guru
Rendahnya mutu pengajar jugalah yang
tidak tahu apa yang akan dihasilkan
menyebabkan siswa kurang mencapai
sehingga tidak mempunyai gambaran
hasil yang diharapkan dan menurunnya
yang jelas dalam proses pendidikan.
kualitas pendidikan. Kurangnya mutu
Jelas
pembelajaran disebabkan oleh guru
hal
terpenting
ini
merupakan
jika
kita
masalah
menginginkan
efektifitas pengajaran.
yang
mengajar
tidak
pada
kompetensinya. Hal lain adalah pendidik
Menurut Baedhowi (Anam, 2009:
tidak dapat mengomunikasikan bahan
36) bahwa dampak dari permasalahan
pengajaran
guru
mudah dimengerti dan menbuat tertarik
antara
lain:
guru
kurang
menyiapkan pembelajaran yang baik
(silabus,
rancangan
pembelajaran,
baik,
sehingga
peserta didik.
pelaksanaan
bahan
dengan
Dalam
kegiatan
proses
ajar),
pembelajaran cenderung menggunakan
kekurangsiapan pembelajaran berakibat
pendekatan yang berorientasi pada guru
pada kurang efektifnya pelaksanaan
atau
pembelajaran,
teacher
centered.
Pendekatan
kurang
efektifnya
tersebut lebih menekankan bagaimana
pembelajaran
berakibat
guru mengajar (teacher centered) dari
pada rendahnya mutu pembelajaran,
pada bagaimana peserta didik belajar
rendahnya mutu pembelajaran berakibat
(student centered).
pelaksanaan
pada
rendahnya
mutu
lulusan,
Kegiatan
pembelajaran
berpusat
pada
guru
yang
rendahnya mutu lulusan berakibat pada
hanya
rendahnya mutu sumber daya manusia,
menimbulkan
rendahnya mutu sumber daya manusia
pada sumber belajar tertentu. Siswa
berakibat pada rendahnya daya saing
tidak mempunyai kemampuan untuk
bangsa dan rendahnya daya saing
belajar
ketergantungan
secara
mandiri,
akan
siswa
hanya
3
mengharapkan apa yang di sampaikan
pengetahuan
guru. Rendahnya sikap kemandirian
pembelajaran di kelas, sehingga akan
menimbulkan sikap yang kurang kreatif
mengubah keluaran siswa menjadi lebih
dan aktif dalam proses pembelajaran di
baik.
kelas.
masih jarang diterapkan di sekolahKemandirian siswa rendah karena
guru
Model
dalam
praktek
pembelajaran
tersebut
sekolah, bahkan belum begitu dikenal di
ada kecenderungan hanya menerima
lembaga pendidikan.
materi dari guru, tidak ada upaya untuk
Tinjauan Pustaka
belajar secara mandiri manakala ada
Pengertian Pendidikan
pekerjaan rumah saling mencontek, dan
Mudyaharjo (2001: 6) bahwa
pada saat pembelajaran di kelas kurang
pendidikan adalah segala pengalaman
aktif
akan
belajar yang berlangsung dalam segala
terbentuk apabila proses belajar siswa
lingkungan dan sepanjang hidup serta
melalui kerjasama dengan kelompok.
pendidikan
berdiskusi.
Dengan
Kemandirian
demikian,
dapat
diartikan
sebagai
kualitas
pengajaran yang diselenggarakan di
sumber daya manusia yang dibutuhkan
sekolah sebagai lembaga pendidikan
adalah disamping memiliki pengetahuan
formal. Pendidikan bisa berlangsung
dan keterampilan yang tinggi, juga sikap
dimana saja, tidak mengenal usia dan
mental yang tangguh terutama mental
waktu. Menurut Muhibinsyah (2003: 10)
kewirausahaan.
bahwa
Dalam
kegiatan
pendidikan
adalah
sebagai
pembelajaran perlu ditumbuhkan sikap
sebuah proses dengan metode-metode
bermoral tinggi, optimistik, proaktif, kerja
tertentu sehingga orang memperoleh
keras,
keuletan,
pengetahuan, pemahaman, dan cara
kesungguhan, percaya diri, bertanggung
bertingkah laku yang sesuai dengan
jawab,
humoris,
kebutuhan. Karena pendidikan adalah
berani memikul risiko, jujur-adil, motivasi
suatu proses, maka di dalamnya ada
dan jiwa bersaing tinggi.
unsur-unsur
kegigihan
dan
bersemangat
dan
Rendahnya kualitas pendidikan
karena
di
sebabkan
juga
oleh
yang
perlu
dengan metode tertentu sehingga akan
menimbulkan
perubahan
rendahnya kualitas sarana fisik. Untuk
baik.
sarana fisik misalnya, banyak sekali
Pengertian Implementasi
sekolah
yang
gedungnya
diperbaiki
rusak,
Implementasi
yang
adalah
lebih
proses
kepemilikan dan penggunaan media
untuk memastikan terlaksananya suatu
belajar rendah, buku perpustakaan tidak
kebijakan dan tercapainya kebijakan
lengkap.
tersebut.
Dengan Lesson Study pula dapat
mengubah
kepercayaan
dan
Implementasi
dimaksudkan
untuk
menyediakan
membuat
sesuatu
juga
sarana
dan
4
memberikan hasil yang bersifat praktis
diskusi refleksi
baik yang dilakukan pihak-pihak yang
umpan
berwenang
atau
yaitu
meningkatkan
pemerintah
maupun
yang
berikutnya. Lesson Study adalah model
kepentingan
swasta
untuk mendapatkan
balik
dalam
proses
rangka
pembelajaran
bertujuan untuk mewujudkan cita-cita
pembinaan
atau
ditetapkan.
pengkajian
Implementasi di sini adalah merupakan
kolaboratif
arah
berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas
tujuan
yang
dalam
peningkatan
menerapkan
mutu
ditujukan kepada
tunjuk
telah
oleh
kebijakan
pendidikan
lembaga
yang
yang
Direktorat
di
Jenderal
profesi
pendidik
pembelajaran
dan
dan mutual learning untuk membangun
komunitas belajar (Thobroni, 2011: 316).
Berdasarkan
uraian
menurut
pendapat
Kependidikan tanggal 31 Maret 2008.
Lesson
Study
Pengertian Lesson Study
pengkajian
study,
di
atas
peneliti
adalah
pembelajaran
maka
bahwa
kegiatan
yang
dalam
dilakukan secara bertahap yang meliputi
bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu,
plan, do, see yang dilakukan secara
adalah
untuk
berkelanjutan
perbaikan-perbaikan
meningkatkan
Jepang.
Perbaikan
Dirjen PMPTK ( Saiful Anam, 2009: 83)
pembelajaran tersebut dilakukan melalui
bahwa pengamatan open lesson oleh
proses-proses kolaborasi antar para
orang tua siswa pada kegiatan Lesson
guru. Syamsuri dan Ibrohim (2011: 19)
Study di kelas maupun di sekolah
bahwa
adalah
menunjukkan adanya dampak positif
suatu kegiatan pengkajian bagaimana
bagi masyarakat terutama mereka yang
merencanakan
pembelajaran,
concern terhadap pendidikan. Kegiatan
melaksanakan proses pembelajaran di
yang dilakukan dalam Lesson Study
kelas nyata dan selanjutnya melakukan
dapat dilihat pada bagan berikut ini.
sebuah
pendekatan
melakukan
pembelajaran
Study
yang
secara
berkesinambungan
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Lesson
melalui
di
Pembelajaran
dalam
kulaitas
rangka
pembelajaran.
5
2. Pelaksanaan(Do)
-Pelaksanaan Pembelajaran
-Pengamatan oleh rekan sejawat
1.Perencanaan (Plan
3. Refleksi (See)
-Penggalian akademik
- refleksi dengan teman
-Perencanaan pembelajaran
- komentar dan diskusi
-Penyiapan alat-alat
Gambar 1. Tahapan Lesson Study
Pengertian Kewirausahaan
Seorang
entrepreneur
sendiri
adalah
orang
kemudian
kegiatannya
mengembangkan
dengan
menggunakan
yang memiliki karakter motivator dan
tenaga orang lain dan selalu berpegang
inovator. Menurut Wiedy (2009: 22)
pada nilai-nilai disiplin dan kejujuran
bahwa kewirausahaan adalah suatu
yang tinggi. Untuk menjadi pribadi yang
proses yang dilakukan baik oleh individu
hebat membutuhkan kedisiplinan yang
maupun
kuat maka kreatifitas
kelompok
menggunakan
dengan
yang
dengan sendirinya. Selanjutnya menurut
terorganisir untuk mengejar peluang
Leonardus (2011: 43) bahwa wirausaha
untuk menghasilkan nilai dan terus
adalah hal-hal atau upaya-upaya yang
tumbuh
berkaitan dengan penciptaan kegiatan
tujuan
upaya-upaya
akan tercipta
untuk
dengan
memenuhi/mencapai
melalui
inovasi
dan
atau usaha atau aktivitas bisnis atas
keunikan. Wirausaha diciptakan secara
dasar
langsung tetapi melalui proses yang
mendirikan usaha atau bisnis dengan
panjang.
kemauan
Dalam
proses
itulah
kemauan
atau
sendiri
dan
kemampuan
atau
sendiri.
bagaimana untuk menumbuhkan jiwa
Wirausaha adalah orang-orang yang
wirausaha. Sedangkan menurut Alma
memiliki
(2011: 22) bahwa wiraswasta adalah
kewiraswastaan/kewirausahaan
seseorang
memiliki
umumnya memiliki keberanian dalam
produktif,
kreatif,
pribadi
hebat,
melaksanakan
kegiatan perencanaan bermula dari ide
mengambil
sifat-sifat
risiko
terutama
dan
dalam
menangani usaha atau perusahaanya
6
dengan berpijak pada kemampuan dan
atau kemauan sendiri. Wijatno (2009: 3)
mengemukakan
yang
satu pelajaran yang di dalamnya ada
bahwa
entrepreneurship adalah suatu proses
inovatif
pelajaran ekonomi merupakan salah
menghasilkan
sesuatu
yang baru. Untuk menghasilkan sesuatu
unsur
nilai
kewirausahaan.
Mata
pelajaran ekonomi merupakan salah
satu pelajaran yang di dalamnya ada
yang baru tentu tidak terlepas adanya
risiko yang akan di alami oleh seorang
wirausaha. Pendapat Wibowo (2011: 24)
bahwa wirausaha adalah orang yang
unsur
nilai
kewirausahaan.
Nilai
kewirausahaan yang diimplementasikan
pada silabus kemudian di jabarkan ke
berani mengambil risiko, inovatif, kreatif,
pantang
menyerah,
menyiasati
dan
peluang
Kemendiknas
mampu
secara
tepat.
(2010:
15)
dalam
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang diintegrasikan
dalam proses pembelajaran ekonomi.
mengemukakan bahwa kewirausahaan
adalah
suatu
sikap,
jiwa
dan
kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru, yang sangat bernilai dan
berguna,
baik
bagi
dirinya
kewirausahaan ke dalam mata pelajaran
ekonomi hendaknya bisa merubah pola
dan inovatif.
Pembelajaran
kemampuan
nilai
pikir siswa menjadi lebih aktif, kreatif,
Mata Pelajaran Ekonomi
mampu
pengintegrasian
sendiri
maupun bagi orang lain.
diharapkan
Dengan
ekonomi
Pengertian Kemandirian
Menurut
mengembangkan
pemahaman
terhadap
(2012:
165)
Baron
konsep
dan
self
Byrne
adalah
kumpulan keyakinan dan persepsi diri
fenomena yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan
tujuan
mempelajari mata pelajaran ekonomi
mengenai diri sendiri yang terorganisir.
Konsep yang sering digunakan atau
yang berdekatan dengan kemandirian
adalah autonomy. Sunaryo Kartadinata
adalah untuk membekali siswa tentang
konsep ekonomi untuk mengetahui dan
mengerti
peristiwa
ekonomi
dalam
seperti yang dikutip oleh Asrori (2007:
135),
mengatakan
bahwa
tingkat
kemandirian remaja pada umumnya
bervariasi dan menyebar pada tingkat
kehidupan sehari-hari, baik dlingkungan
individu,
masyarakat,
baik
secara
regional maupun internasional. Mata
sadar diri, seksama, individualistik, dan
mandiri. Fuad (2005: 206) menyebutkan
ada tiga komponen kemandirian anak
yang
paling
mendasar
yang
perlu
7
ditanamkan sejak dini oleh para orang
dikemukakan oleh Muhibbin (2011: 118)
tua, yaitu sebagai berikut.
bahwa
sikap
(attitude)
adalah
Bahwa
kecenderungan yang relatif menetap
intelektual adalah akal atau budi atau
untuk bereaksi dengan cara baik atau
intelegensi yang berarti kemampuan
buruk
untuk
tertentu.
1. Kemandirian
Intelektual.
meletakkan hubungan dari
Sikap
orang
bisa
atau
barang
mempengaruhi
tingkah laku, maka memahami sikap
proses berfikir.
2. Kemandirian
terhadap
Emosional.
kecenderungan
Adanya
dapat
membantu
atau
memprediksi tingkah laku orang tersebut
perasaan
dalam kontek yang luas. Hutagalung
yang khas bila berhadapan dengan
(2008: 45) mengemukakan bahwa sikap
obyek tertentu dalam lingkungan.
adalah
individu
seseorang
seseorang
untuk
memiliki
Kemandirian
Spiritual.
kemampuan dalam mengajarkan sikap
cara
seseorang
mengkomunikasikan
perasaannya
kepada orang lain (melalui perilaku).
Menurut
positif,
memiliki
norma,
memahami
perbedaan dengan menunjukkan sikap
bijaksana dan mempunyai sikap yang
Baron
dan
Byrne
(2012: 123) bahwa sikap dibentuk dapat
melalui beberapa hal, yaitu sebagai
berikut.
1. Pembelajaran sosial (social learning).
mandiri. Kemandirian bukanlah sematamata
merupakan
pembawaan
yang
melekat pada diri individu sejak lahir.
Mengadopsi dari sikap orang lain
melalui proses pembelajaran sosial
(social
learning).
Bahwa
banyak
pandangan saat berinteraksi dengan
Perkembangannya
juga
dipengaruhi
oleh berbagai stimulasi yang datang dari
lingkungannya, selain potensi yang telah
orang lain atau dengan observasi
tingkah laku maka sikap kita akan
terbentuk.
2. Belajar
dimiliki sejak lahir sebagai keturunan
dari orang tuanya (Asrori, 2007: 137).
Djaali
(2011:
114)
mengemukakan
bahwa sikap adalah kecenderungan
untuk
bertindak
berkenaan
dengan
obyek tertentu. Sikap bukan tindakan
nyata (overt behavior) melainkan masih
bersifat
tertutup
(covert
behavior).
Sependapat dengan pandangan yang
mempertahankan
pandangan yang benar (instrumen
talconditioning). Bahwa tingkah laku
yang
Pengertian Sikap
untuk
diikuti
hasil
positif
akan
membentuk penguatan, hasil positif
diperkuat
dan
cenderung
akan
diulangi. Dan sebaliknya tingkah laku
yang
diikuti
hasil
negatif
akan
semakin lemah dan berkurang.
3. Belajar
melalui
observasi
(observational learning). Proses ini
8
terjadi ketika individu mempelajari
mesti dilalui seseorang agar
bentuk tingkah laku orang lain.
menjadi
entrepreneur
Dengan
demikian,
Perbandingan
sosial
(social
yang
dapat
sukses.
pendapat
bahwa
comparison). Kecenderungan kita untuk
entrepreneur dilahirkan adalah mitos
membandingkan diri kita sendiri dengan
(Wijatno, 2009: 21).
orang lain untuk menentukan apakah
METODE PENELITIAN:
apakah pandangan kita terhadap suatu
Teknik
kenyataan benar atau salah. Dengan
menggunakan simple random sampling.
implementasi nilai kewirausahaan yang
Pengumpulan
data
terintegrasi pada kegiatan pembelajaran
wawancara,
observasi,
akan lebih memberikan makna terhadap
dokumentasi. Teknik analisis data yang
pembentukan
di gunakan melalui pemaparan data,
kemandirian
karakter
siswa.
dan
Pada
sikap
akhirnya,
pengambilan
reduksi
data,
menggunakan
penafsiran/pemaknaan,
entrepreneurship
penyimpulan
diajarkan
angket,
kategorisasi
entrepreneur dapat diciptakan karena
dapat
sampel
hasil
data,
dan
analisis.
Teknik
meskipun berbagai program tersebut
sampling yaitu random sampling. Teknik
tidak
pengumpulan data yaitu wawancara,
menjamin
seratus
persen.
Kurikulum program yang dikembangkan
observasi,
angket
dan
dokumentasi
guru
dalam
mengelola
dapat mendemonstrasikan proses yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN:
Hasil Observasi SMAN 1 Ngadirojo.
Tabel
4.3
Hasil
observasi
kemampuan
pembelajaran pada siklus I.
Aspek
Rata-rata
Persentase
Kegiatan awal
3,8
93,7%
Kegiatan inti
4,0
100%
Kegiatan akhir
4,0
100%
Sesuai waktu
4,0
100%
Suasana kelas
4,0
100%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data tabel di atas,
sangat baik, kegiatan akhir rata-rata 4,0
maka tampak bahwa pada siklus I
atau 100% dalam kategori sangat baik,
kemampuan
sesuai waktu rata-rata 4,0 atau 100%
pembelajaran
guru
yang
dalam
mengelola
meliputi
aspek
dalam
kategori
sangat
baik,
dan
kegiatan awal rata-rata 3,8 atau 93,7%
suasana kelas rata-rata 4,0 atau 100%
dalam kategori sangat baik, kegiatan inti
dalam kategori sangat baik.
rata-rata 4,0 atau 100% dalam kategori
1
Tabel 4.4 Hasil observasi kemandirian siswa pada siklus I
Aspek
Rata-rata
Motivasi
Persentase
67,42%
2,70
Disiplin
89,39%
3,58
Inisiatif
39%
1,55
Tanggungjawab
81,8%
3,27
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,
89,39% dalam kategori sangat baik,
maka tampak bahwa pada siklus I untuk
inisiatif rata-rata 1,55 atau 39% dalam
kemandirian siswa pada aspek motivasi
kategori cukup baik, dan tanggungjawab
rata-rata
rata-rata
2,70
atau
67,42%
dalam
kategori baik, disiplin rata-rata 3,58 atau
3,27
atau
81,8%
dalam
kategori sangat baik.
Tabel 4.5 Hasil observasi kemampuan guru pada siklus II.
Aspek
Rata-rata
Persentase
Kegiatan awal
4
100%
Kegiatan inti
4
100%
Kegiatan akhir
4
100%
Sesuai waktu
4
100%
Suasana kelas
4
100%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel diatas, maka tampak
(100%), sesuai waktu 4 atau (100%),
bahwa pada siklus II kemampuan guru
dan suasana kelas 4 atau (100%). Dari
dalam mengelola pembelajaran dengan
beberapa
rata-rata untuk aspek yang meliputi
dalam
kegiatan awal 4 atau 100%, kegiatan inti
dianggap sangat baik dari indikator
4 atau (100%), kegiatan akhir 4 atau
ketercapaian baik.
aspek
kemampuan
mengelola
guru
pembelajaran
Tabel 4.6 Hasil observasi kemandirian siswa pada siklus II
Rata-rata
Persentase
Motivasi
3,46
86,43%
Disiplin
3,77
94,29%
Inisiatif
3,2
80%
Tanggungjawab
3,77
94%
Aspek
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,
mencapai rata-rata untuk setiap aspek
maka tampak bahwa pada siklus II
meliputi motivasi 3,46 atau 86,43%
menanamkan
kategori sangat baik, disiplin 3,77 atau
kemandirian
siswa
10
94,29% dengan kategori sangat baik,
rata-rata
inisiatif 3,2 atau 80% dengan kategori
aspek sangat baik dari skor yang di
baik, dan tanggungjawab 3,77 atau 94%
harapkan 80% atau baik.
keseluruhan
untuk
semua
dengan kategori sangat baik. Sehingga
Tabel
4.7
Peningkatan
Kemampuan
Guru
Dalam
Mengelola
Pembelajaran Pada Siklus I Dan Siklus II
Perbandingan siklus I dan II
Kemampuan Guru
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
Kegiatan awal
3,8
4,0
3,9
Kegiatan inti
4,0
4,0
4,0
Kegiatan akhir
4,0
4,0
4,0
Sesuai waktu
4,0
4,0
4,0
Suasana kelas
4,0
4,0
4,0
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan hasil siklus I dan II rata-
kategori sangat baik, kegiatan akhir 4,0
rata dari setiap aspek keterlaksanaan
dalam kategori sangat baik, sesuai
guru dalam mengelola pembelajaran
dengan
yaitu kegiatan awal 3,9 dalam kategori
sangat baik dan suasana kelas 4,0
sangat baik, kegiatan inti 4,0 dalam
dalam
waktu
4,0
kategori
dalam
kategori
sangat
baik.
Tabel 4.8. Peningkatan Kemandirian Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan II
Kemandirian
Siklus I
Motivasi
67,42%
Disiplin
89,39%
Inisiatif
39%
Tanggungjawab
82%
Siklus II
Rata-rata
86,43%
76,93%
94,29%
91,84%
80%
59,5%
94%
88%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data akhir siklus II dapat
kategori sangat baik, disiplin 94,29%
dikatakan bahwa kemandirian siswa
dalam kategori sangat baik, inisiatif 80%
untuk belajar ekonomi selama proses
dalam kategori baik dan tanggungjawab
pembelajaran
94%
banyak
mengalami
peningkatan pada masing-masing aspek
yaitu motivasi sebesar 86,43% dalam
dalam
kategori
sangat
baik.
11
Hasil Observasi SMAN 2 Ngadirojo.
Tabel 4.9 Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
pada siklus I.
Aspek
Rata-rata
Persentase
Kegiatan awal
4,0
100%
Kegiatan inti
3,83
97,7%
Kegiatan akhir
3,7
92%
Sesuai waktu
4,0
100%
Suasana kelas
4,0
100%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel di atas,
3,83 atau 97,7% dalam kategori sangat
maka tampak bahwa pada siklus I
baik, kegiatan akhir 3,7 atau 92% dalam
kemampuan
mengelola
kategori sangat baik, sesuai waktu 4,0
pembelajaran dalam aspek kegiatan
atau 100% dalam kategori sangat baik,
awal rata-rata 4,0 atau skor 100%
dan suasana kelas 4,0 atau 100%.
guru
dalam
dalam kategori sangat baik, kegiatan inti
Tabel 4.10 Hasil observasi menanamkan kemandirian siswa pada siklus I
Aspek
Rata-rata
Persentase
Motivasi
2,31
54%
Disiplin
3,12
72%
Inisiatif
1,50
35%
Tanggungjawab
2,73
63%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,
atau 72% dalam kategori baik, inisiatif
maka tampak bahwa pada siklus I rata-
1,50 atau 35% dalam kategori cukup
rata menanamkan kemandirian siswa
baik, dan tanggungjawab 2,73 atau 63%
pada aspek motivasi 2,31 atau 54%
dalam kategori baik.
dalam kategori cukup baik, disiplin 3,12
Tabel
4.11
Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran yang diperoleh melalui observasi pada
siklus II.
Aspek
Rata-rata
Persentase
Kegiatan awal
Kegiatan inti
Kegiatan akhir
Sesuai waktu
Suasana kelas
Sumber: data primer diolah
4,0
3,94
4,0
4,0
4,0
100%
98,4%
100%
100%
100%
1
Berdasarkan data pada tabel
kategori sangat baik, sesuai waktu 4,0
diatas, maka tampak bahwa pada siklus
atau 100% dalam kategori sangat baik,
II kemampuan guru dalam mengelola
dan suasana kelas 4,0 atau 100%
pembelajaran dengan rata-rata untuk
dalam
masing-masing aspek meliputi kegiatan
Berdasarkan skor di atas bahwa Lesson
awal 4,0 atau 100% dalam kategori
Study
sangat baik, kegiatan inti 3,94 atau
meningkatkan
98,4% dalam kategori sangat baik,
dari skor yang diharapkan 80%.
kategori
sangat
sangat
efektif
kualitas
baik.
untuk
pembelajaran
kegiatan akhir 4,0 atau 100% dalam
Tabel 4.12 Hasil observasi menanamkan kemandirian siswa siklus II
Aspek
Rata-rata
Persentase
Motivasi
3,50
81%
Disiplin
3,8
89%
Inisiatif
2,3
54%
Tanggungjawab
3,3
77%
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan data pada tabel diatas,
kategori baik, disiplin 3,8 atau 89%
maka tampak bahwa pada siklus II
dalam kategori baik, inisiatif 2,3 atau
menanamkan
siswa
54% dalam kategori cukup baik, dan
mencapai rata-rata untuk setiap aspek
tanggungjawab 3,3 atau 77% dalam
meliputi motivasi 3,50 atau 81% dalam
kategori baik.
kemandirian
Tabel
4.13
Peningkatan
Kemampuan
Guru
Dalam
Mengelola
Pembelajaran Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan II
Kemampuan Guru
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
Kegiatan awal
3,83
4,0
3,92
Kegiatan inti
3,7
3,94
3,82
Kegiatan akhir
4,0
4,0
4,0
Sesuai waktu
4,0
4,0
4,0
Suasana kelas
4,0
4.0
4,0
Sumber: data primer diolah
Keterlaksanaan
dalam kategori sangat baik, kegiatan
pembelajaran dapat diperoleh rata-rata
akhir 4,0 dalam kategori sangat baik,
untuk
meliputi
masing-masing
kegiatan
awal
aspek
yang
sesuai waktu 4,0 dalam kategori sangat
3,92
dalam
baik, dan suasana kelas 4,0 dalam
kategori sangat baik, kegiatan inti 3,82
kategori sangat baik.
1
Tabel 4.15 Peningkatan Kemandirian Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Dan II
Perbandingan siklus I dan I
Kemandirian
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
Motivasi
54%
81%
67,5%
Disiplin
72%
89%
80,5%
Inisiatif
35%
54%
44%
Tanggungjawab
63%
77%
70%
Sumber: data primer diolah
Kemandirian
siswa
untuk
belajar
ekonomi selama proses pembelajaran
kelas 4,0 dalam kategori sangat baik.
Untuk SMA Negeri 2 Ngadirojo hasil
banyak mengalami peningkatan yaitu
pada aspek motivasi persentasenya
yaitu
sebesar
81%
dalam
kategori
sangat baik, disiplin persentasenya 89%
siklus I dan II rata-rata dari setiap
aspek keterlaksanaan
mengelola
guru dalam
pembelajaran
yaitu
dalam kategori sangat baik, inisiatif
persentasenya
54%
cukup
dan
baik
persentasenya
dalam
kategori
tanggungjawab
77%
dalam
kategori
kegiatan awal 3,9 dalam kategori
sangat baik, kegiatan inti 4,0 dalam
kategori sangat baik, kegiatan akhir
baik.
4,0 dalam kategori sangat baik,
PENUTUP
sesuai dengan waktu 4,0 dalam
Simpulan
kategori sangat baik dan suasana
1. Lesson Study efektif meningkatkan
kelas 4,0 dalam kategori sangat baik.
kemampuan guru dalam mengelola
2. Respon
siswa
terhadap
pembelajaran pada SMA Negeri 1
pembelajaran dengan lesson study
Ngadirojo berdasarkan rata-rata dari
berdasarkan hasil angket pada SMA
hasil siklus I dan II dari setiap aspek
Negeri 1 Ngadirojo 85,71% sangat
yaitu
kegiatan
awal
3,9
dalam
setuju dan 14,29% tidak setuju.
kategori sangat baik, kegiatan inti 4,0
Sedangkan pada SMA Negeri 2
dalam kategori sangat baik, kegiatan
Ngadirojo respon siswa terhadap
akhir 4,0 dalam kategori sangat baik,
pembelajaran dengan lesson study
sesuai dengan waktu 4,0 dalam
kategori sangat baik dan suasana
14
sangat setuju 94,23% dan tidak
SMA Negeri 2 Ngadirojo dengan
setuju 5,77%.
rerata 4,18 berarti sangat baik.
3. Lesson Study dapat menanamkan
kemandirian siswa berdasarkan hasil
Saran
1. Siswa
hendaknya
mampu
mengembangkan potensi diri melalui
observasi di SMA Negeri 1 Ngadirojo
pada siklus II untuk setiap aspek
yang
meliputi
motivasi
86,43%
model pembelajaran Lesson Study,
sehingga
dengan kategori sangat baik, inisiatif
80% dengan kategori baik, dan
meningkatkan
kreativitas.
2. Proses
kategori sangat baik, disiplin 94,29%
dapat
pembelajaran
di
kelas
hendaknya dapat dilakukan dengan
menggunakan model Lesson study,
sebagai
upaya
untuk
dapat
meningkatkan kemandirian dan sikap
tanggungjawab 94% dengan kategori
sangat baik. Dan untuk observasi
SMA Negeri 2 Ngadirojo pada siklus
berwirausaha siswa.
3. Perlu
dapat
kemandirian
dikatakan
siswa
bahwa
untuk
belajar
ekonomi
selama
proses
pembelajaran
banyak
mengalami
penerapan
pada
masing-masing
aspek yaitu motivasi sebesar 86,43%
model
Lesson
Study pada pembelajaran ekonomi,
sehingga
selalu
ada
perbaikan
terhadap metode yang digunakan.
Perlunya
peningkatan
hambatan
yang dialami oleh guru dan siswa
dalam
II
memperhatikan
melakukan
pembinaan
kepada guru mata pelajaran ekonomi
dalam
menggunakan
metode
pada
berbagai
penerapan
Lesson
ekonomi
melalui
Study.
dalam kategori sangat baik, disiplin
94,29% dalam kategori sangat baik,
inisiatif 80% dalam kategori baik dan
4. Pembelajaran
penerapan
model
Lesson
Study
dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif upaya untuk meningkatkan
tanggungjawab 94% dalam kategori
sangat baik.
4. Lesson study dapat menanamkan
kemandirian dan sikap berwirausaha
siswa.
5. Pembelajaran dengan model Lesson
Study perlu ditindak
sikap kewirausahaan pada siswa
SMA Negeri 1 Ngadirojo dengan
rerata 4,19 berarti sangat baik dan
lanjuti oleh
Dinas Pendidikan setempat, sebagai
salah
kualitas
satu
upaya
peningkatan
pembelajaran
dan
15
peningkatan
profesionalitas
guru
Hutagalung.
2007.
Pengembangan
yang semakin beradab. Hal ini perlu
Kepribadian.
adanya
Kemendiknas.
kontribusi
dari
lembaga
Dirjen
terkait sumber dana yang diperlukan
Machfoedz,
Mas’ud.2011.
Kewirausahaan,
Metode,
Manajemen,
Dan
Implementasi.Yogyakarta:
BPFE.
untuk kegiatan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alma,
Buchari.2011. Kewirausahaan
Untuk Mahasiswa Dan Umum.
Bandung: Alfabeta.
Anam, Saiful.2009. Dr.Baedhowi, M. Si,
Dirjen
PMPTK
Depdiknas,
Pergumulan
Dalam
Meningkatkatkan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Mahamedia.
Asrori,
Muhammad. 2007. Psikologi
Pembelajaran.
Bandung:
Wacana Prima.
.
Study (Studi Pembelajaran).
Malang: UM Press.
Raposo
dan
Do
Paco.
2011.
Relationship between education
and
entrepreneurial
Psicothema.
education:
activity.
Entrepreneurship
An
international
Journal 23 (3): 453-457.
2008. Psikologi
Pembelajaran.
Bandung:
Wacana Prima.
Baron, Roberta dan Byrne, Donn. 2012.
Psikologi
Syamsuri dan Ibrohim. 2011. Lesson
Sosial.
Mudyaharjo, R. 2001.
Pengantar
Pendidikan: Sebuah Study Awal
Tentang
Dasar-Dasar
Pendidikan Pada Umumnya Dan
Pendidikan
Di
Indonesia.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Jakarta:
Erlangga.
Basrowi. 2011. Kewirausahaan Untuk
Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Murtini, Wiedy. 2009. Kewirausahaan
Pendekatan Succes Story.
Surakarta: LPP UNS dan UNS
Press.
Muhibbin
Syah.
2011.
Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Djaali.
2011.
Psikologi
Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan
Makna
Hamdani.
2010.
Mengajar.
Setia.
Strategi
Belajar
Bandung:
Pustaka
Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
16
Saiman,
Leonardus.
2011.
Kewirausahaan: Teori, Praktik,
dan Kasus-Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.
Thobroni dan Mustofa. 2011. Belajar
dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Wibowo,
Agus.
2011.
Kewirausahaan.
Pendidikan
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wijatno,
Serian.
2009.
Pengantar
Entrepreneurship. Jakarta: PT
Gramedia
Indonesia.
Widiasarana