MAKALAH DASAR DASAR ILMU POLITIK DDIP

MAKALAH
DASAR DASAR ILMU POLITIK (DDIP)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester Dasar Dasar Ilmu Politik
(DDIP)

Disusun oleh:
Agraprana Pahlawan
NPM: 170210170118

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa., kami mengucapkan puji syukur
kehadiratNya karena dengan ridho dan restuNya saya masih diizinkan untuk membuat
makalah tugas akhir semester untuk memenuhi mata pelajaran Dasar Dasar Ilmu Politik
(DDIP).
Makalah ini menjelaskan meningkatnya politik aliran di India dari faktor, akar dari
pemicu fenomena tersebut, dan juga hubungannya dengan dunia internasional termasuk
Indonesia. Menariknya, fenomena di India tersebut selain karena faktor intercnal, faktor

eskternal seperti media sosial, dan iklim politik global juga mempengaruhi hal tersebut.
Saya sadar bahwa makalah yang saya buat ini jauh dari kata sempurna Tetapi, saya
harap makalah ini bisa membantu masyarakat yang ingin menggali lebih lanjut dengan topik
terkait. Saya juga menerima kritik dan saran dari makalah yang saya buat.

Jatinangor, 28 Desember 2017

Agraprana Pahlawan

i

DAFTAR ISI
Sampul Makalah............................................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
1. Pendahuluan........................................................................................................................ 1
2. Isi........................................................................................................................................ 4
2.1. Gaya kampanye Narendra Modi.................................................................................. 4
2.2. Gaya komunikasi Narendra Modi................................................................................ 5
2.3. Contoh politik aliran di Pilkada................................................................................... 5

2.4. Peran media arus utam dan media sosial dalam polarisasi.......................................... 6
2.5. Kebijakan luar negeri dan dampaknya pada polarisasi di India.................................. 7
2.6. Relevansi dengan Indonesia........................................................................................ 8
3. Sikap Penulis...................................................................................................................... 9
4. Penutupan.......................................................................................................................... 10
5. Daftar Pusaka.................................................................................................................... 11

ii

MENINGKATNYA POLITIK IDENTITAS DI INDIA
1. Pendahuluan
Pada tanggal 27 Februari 2002, kereta api Sabarmati Express yang mengangku
peziarah Hindu dari Ayodhya berhenti di Godhra setelah perayaan Purnahuti Maha Yagna.
Yagna merupakan program pembangunan kembali kuil Ayodhya yang merupakan bekas
Masjid Babri. 40 persen penduduk dari wilayah Godhra adalah Muslim. Kereta tersebut
dibakar yang menyebabkan 59 penumpang meninggal dunia. Kerusahan melanda Gujarat dua
hingga tiga bulan. Karena Muslim dituduh telah membakar kereta, masa Hindu menjarah,
membunuh, dan memperkosa. Menurut Sanjiv Bhatt, Narendra Modi menyuruhnya agar
masa meluapkan amarahnya. Pada tanggal 15 Desember 2002, Modi terpilih lagi menjadi
kepala menteri Gujarat dengan retorika Hindutva atau apapun yang berbau Hindu di tengah

ketakutan akan Muslim.
Pemerintahan Kongres di bawah koalisi UPA membentuk komisi penyelidikan dan
kemudian hakim UC Banerjee mengatakan bahwa peristiwa Godhra mungkin adalah
kecelakaan. Mahkamah Agung membantah hal tersebut karena dinilai tidak sah dan tidak
sesuai dengan konstitusi. Setelah itu, Mahkamah Agung membentuk Tim Investigasi Khusus,
11 orang dijatuhi hukuman mati dan 20 orang dijatuhi hukuman seumur hidup. Mahkamah
Agung juga menjatuhi hukuman kepada 63 orang diantaranya Maulana Umarji, Muhammad
Hussain Kalota, Mohammad Ansari, dan Nanumiya Chaudary. Pada tahun 2012, Narendra
Modi dinyatkan tidak bersalah oleh Tim Investigasi Khusus di bawah naungan Mahkamah
Agung. 1
Kelompok anti-BJP menyatakan bahwa kerusuhan Godhra adalah konspirasi untuk
memicu kekerasan dan kekerasan komunal. Modi dinilai sengaja menggunakan politik
Hindutva-nya untuk menarik masa Hindu agar mendapatkan suara yang banyak dalam
Pilkada. Tetapi, kelompok pro-BJP menyatakan bahwa Muslim yang patut disalahkan dalam
kerusuhan karena menurutnya Muslim menujukkan sikap yang tidak simpatik terhadap
kelompok Hindu. Selain itu Ayodhya memang seharusnya di bangun kembali karena kuil
Ayodhya dihancurkan oleh Babar yang merupakan raja Afghan. 2
1

Timeline of the Riots in Modi’s Gujarat. (2014, April 06). Retrieved December 23, 2017, from

https://www.nytimes.com/interactive/2014/04/06/world/asia/modi-gujarat-riots-timeline.html#/#time287_8193
2
Desk, E. W. (2017, October 09). What is the 2002 Godhra train burning case? Retrieved December 23, 2017,
from http://indianexpress.com/article/what-is/what-is-godhra-case-gujarat-riots-sabarmati-express-narendramodi-4881537/

1

Pada tahun 2012, pemerintah Britania Raya mencabut larang kunjungan pada
Narendra Modi dan setelah pemilu 2014, Narendra Modi diberikan imunitas setelah Modi
dilarang mengunjungi Amerika pada tahun 2005 karena masalah HAM.
Pada tahun 2013, Narendra Modi dinominasikan sebagai kandidat Perdana Menteri
dari partai BJP melawan Rahul Gandhi dari partai Kongres hingga khirnya dilantik pada 26
Mei tahun 2014.
Telah terjadi polarisasi yang masif dalam perpolitikan India semenjak itu. Salah
satunya, pada tahun 2014 Narendra Modi mengatakan bahwa dia bangga menjadi patrotik
dan Hindu. Selain itu, dia sering menggunakan istilah ‘Pakistan’ dalam retorika
kampanyenya. Narasi yang menggema dalam perpolitikan India adalah “Love Jihad”, “Ram
Mandir”, dan “Gauraksha”. Love Jihad adalah suatu fenomena di mana gadis Hindu menikahi
lelaki Muslim untuk menjadi mualaf. Oleh karena itu, harus ditangani dengan “Ghar Wapsi”.
Rashtriya Sevak Sangh (RSS), yang berafiliasi dengan partai BJP, berjanji akan membangun

kembali kuil Ayodhya. “Gauraksha” adalah pasukan pembela sapi yang melakukan tindakan
main hakim sendiri kepada Muslim yang membawa daging sapi. Salah satu tragedinya adalah
meninggalnya Akhlaq pada Idul Adha tahun 2015. 3
Meskipun dalam pilkada ibu kota Delhi dan pilkada Bihar BJP tidak mendapatkan
suara, tetapi di Maharashtra, Uttar Pradesh, Gujarat BJP memenangkan pilkada. Dalam
Pilkada Uttar Pradesh, ia mengatakan, “Kalau ada kuburan (qibristan), harus ada tempat
kremasi (shamshan). Apabila di bulan Ramadan ada listrik, maka di Diwali juga harus ada.”
Pilkada Gujarat tahun 2017 juga menjadi isu yang heboh di negara tersebut. Ketika Rahul
Gandhi mengunjungi kuil Hindu, para simpatisan BJP bertanya apakah Rahul Gandhi itu
beragama Hindu atau Katolik. Narendra Modi juga membuat pidato yang tdak berdasar
bahwa partai oposisi, Partai Kongres, bersekongkol dengan teroris Pakistan. Ditambah
dengan munculnya tokoh politik dari kasta rendah Dalit seperti Hardik Patel dan Jignesh
Mevani yang menjadi penyeimbang terhadap partai BJP. Semenjak Narendra Modi menjabat
sebagai perdana menetri tahun 2014, kepala menteri digantikan oleh Anandaben Patel dan
pada pilkada 2017, Vijar Rupani menjadi Kepala Menteri Gujarat.

3

2


Swain, A. (2017, May 22). Three years of Modi government has gifted India public lynching. Retrieved
December 23, 2017, from https://www.dailyo.in/politics/jharkhand-lynching-akhlaq-hindutva-adityanath-lovejihad-gau-rakshak-modi/story/1/17332.html

Politik identitas juga merambah ke dalam industri film Bollywood. Contohnya boikot
film Dilwale, Ae Dil Hai Mushkil dan Padmavati4
Internet juga menjadi salah satu media kampanye partai BJP. Tiap partai politik di
India mempunyai buzzer untuk mengkampanyekan agendanya. Tetapi, buzzer partai BJP
adalah kasus unik karena sering menyebarkan berita palsu atau hoaks. 5

4

S. (2017, November 19). Padmavati Row: Haryana BJP Leader Supports Call To Behead Deepika Padukone,
Sanjay Leela Bhansali - Highlights. Retrieved December 23, 2017, from
3
https://www.ndtv.com/india-news/padmavati-row-makers-defer-release-after-increasing-protests-live-updates1777455
5

Kumar, R. (2017, December 12). The growing tide of fake news in India. Retrieved December 23, 2017, from
http://www.aljazeera.com/news/2017/12/growing-tide-fake-news-india-171210122732217.html


2. Isi
2.1 Gaya kampanye Narendra Modi
Sebagian besar media asing memujinya karena ketika krisis ekonomi tahun 2008,
India merupakan salah satu negara yang tahan dari guncangan. Singh sendiri merupakan
ekonomis terkemuka yang meliberalisasi perekonoman India pada tahun 1991. Semenjak
liberalisasi tersebut, tingkat pertumbuhan ekonomi di India meningkat. Tetapi, pada masa
pemerintahannya, sederet kasus korupsi melanda India seperti 2G scam, Radiagate, Coalgate,
Aadarsh Scam, CWG Scam, dan lain-lainnya. Tingkah laku para pejabat koalisi UPA
membuat masyarakat India menjadi antipati terhadap koalisi tersebut khususnya Partai
Kongres. Akibat dari kasus korupsi partai Kongres, partai-partai daerah yang berafiliasi
dengan partai tersebut seperti partai Bahujan Smajwadi (BSP) terkena dampaknya. Tidak ada
partai-partai alternatif di luar koalisi UPA dan NDA (koalisi BJP) yang mumpuni. Dampak
dari skandal korupsi, Rahul Gandhi tidak mempunyai amunisi seperti ‘Model Gujarat’ ala
Narendra Modi selain menyerang kebijakannya. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan baik
oleh partai BJP yang merupakan partai oposisi kala itu. Terlebih lagi, partai-partai baru
seperti partai Aam Aadmi juga mendapat respon yang negatif akibat partai tersebut
mengedepankan drama-drama yang tidak produktif dalam kinerjanya.
Terjadi pertentangan antara kelompok sayap kanan dan kelompok sayap kiri. Partai
BJP menekankan pentingnya revitalisasi budaya India dan agama Sanathan Dharma dalam
kehidupannya. Pendukung partai tersebut menilai bahwa koalisi kiri tidak menghargai dan

bahkan anti budaya dan Sanathan Dharma. Oleh karena itu, partai BJP sering menyerang
partai-partai oposisinya contohnya partai Kongres, partai Komunis India, Partai Kongres
Trinamool dan lain-lain. Partai Kongres sendiri merupakan partai politik pertama yang
menguasai India selama 60 tahun dan juga mempunyai paham sekuler. Partai Kongres berada
di spektrum tengah-kiri. Sementara dari partai kiri benar, ada Partai Komunis India. Ada juga
partai politik yang berbasis kasta dan daerah tertentu seperti All India Anna Dravida
Munnetra Kazhagam (AIADMK), Partai Kongres Trinamool (TMC), Bahujan Smajwadi
Party (BSP), Janata Dal United (JDU), Shivsena, dll. Partai Shivsena berkoalisi dengan NDA.
Sementara TMC, BSP, dan JDU berkoalisi dengan UPA. Sisanya merupakan partai altenatif
Modi berbicara bahwa partai Kongres hanya memikirkan minoritas dan kasta rendah
tetapi lupa terhadap eksistensi ke-India-an itu sendiri. Sedangkan menurutnya partai BJP
merangkul semua komunitas bukan hanya Hindu, tetapi juga Dalit (kasta pariah) dan Muslim.
4

Terbukti, dia mengemukakan retorika “Sabka Saath Sabka Vikas” (Bersama semua,
pertumbuhan untuk semua). Bukan hanya itu, keadaan dinastii Gandhi yang korup juga
menjadi amunisi bagi pemerintahan Modi.
Masyarakat India putus asa dengan partai penguasa yang korup. Tetapi di sisi lain,
dalam Pemilu tahun 2014, masyarakat India hanya bisa memilih yang terbaik di antara yang
terburuk. Tentu saja, tidak semua pemilih yang memilih Modi itu rasis. Karena retorika

provokatif yang dikemas seolah-olah menjadi retorika yang sekuler, kaum Hindu moderat
pun banyak yang memilihnya.
2.2 Gaya komunikasi ketika menjadi Perdana Menteru
Dalam kasus Akhlaq dan juga kasus Una, Narendra Modi melakukan siasat dengan
tidak membicarakan sama sekali kasus itu dan tidak mengungkapkan pandangannya di media
sosial. Modi tahu di sisi lain dia tidak ingin mengecewakan pendukung Hindutva yang
memilihnya pada Pemilu 2014. Tetapi di sisi lain, dia takut bahwa pernyataan-pernyataannya
dapat memancing amarah dari dunia internasional. Meskipun kemudian, Modi mengatakan
bahwa dia tidak setuju dengan tindakan pembunhan atas nama sapi. Tetapi, sebagian orang
menanyakan mengapa Modi tidak serius dalam menghadapi isu tersebut dan baru berbicara
beberapa hari kemudian.
Selain itu, Narendra Modi juga pintar mengemas kata dengan baik dan memasarkan
agendanya dengan kosakata yang khas. Seperti ketika kasus terorisme Uri, kata ‘surgical
strike’ menjadi viral di media arus utama dan media sosial. Amit Shah mengatakan, “kami
akan melakukan ‘surgical strike’

yang menjadi viral di media arus utama dan media

elektronik meskipun kebijakan tersebut sering dikritisi.
2.3 Contoh politik aliran di Pilkada India

Terjadi perubahan diksi Narendra Modi dalam kampanye antara Pemilu 2014 dan
Pilkada Uttar Pradesh dan Gujarat tahun 2017. Slogan perkembangan dan pluralisme berubah
jadi slogan komunal seperti “kuburan dan kremasi”, “Ayodhya”, dan “persekongkolan
Kongres dengan Pakistan”. Untuk mendapatkan perhatian masyarakat awam dia semula-mula
mengemasnya dengan cara sekuler dan berubah menjadi komunal.

6

Mungkin, basis BJP

sudah kuat dan dinamika pun berubah sehingga Modi tidak perlu berbasa-basi untuk
mendapatkan suara baru.
6

PM Modi Won't Apologise For Accusing Dr. Manmohan Singh For Colluding With Pakistan: Govt. (2017,
December 21). Retrieved December 23, 2017, from https://thelogicalindian.com/news/pm-wont-apologise/

5

2.4 Peran media arus utama dan media sosial dalam polarisasi

Media arus utama India juga turut ramai dalam polarisasi di politik di India. Debat
yang seharusnya menjadi ajang bertukar pikiran, malah dijadikan ajang untuk saling serang
dan saling intimidasi. Republic TV yang didirikan oleh politisi partai BJP dinilai sangat bias
terhadap pemerintahan BJP, mengidentikkan oposisi dengan antinasional, serta sangat jingois
dan provokatif. Begitu pula dengan Aaj Tak dan Zee News Sementara saluran NDTV
cenderung menentang pemerintahan penguasa dan melunak kepada separatis Kashmir karena
saluran tersebut didirikan oleh poltisi Partai Komunis India. 7
Dari fenomena tersebut ada hal yang perlu dicermati dalam akar dari gaya dan diksi
media India dalam meliput suatu peristiwa baik domestik maupun internasional. Pertama,
pemilik suatu media televisi terafiliasi dengan parta politik tertentu.. Kedua, media India
ingin mendapatkan keuntungan yang maksimal dari politainment dan newstainment dari
liputannya.8 Ketiga, karena media lebih senang menyajikan mereka dengan hal yang
menyenangkan bagi pemirsa ketimbang mengajak untuk kritis, media India cenderung
melagengkan tradisi, sentimen, dan rasa primordialisme yang telah ada.
Keadaan politik di India juga terpengaruh oleh media sosial seperti Facebook,
Twitter, WhatsApp, dan lain sebagainya serupa di berbagai negara di dunia. Media sosial
membuat orang yang semula tidak menjabat sebagai pakar bisa mengungkapkan unekuneknya sebebas apapun. Karena orang sudah tidak percaya lagi kepada institusi yang ada
dan merasa sinis menjadi percaya pada fakta alternatif.
Meskipun berbagai negara di dunia mencoba memerangi hoax, tetapi di India,
meskipun beberapa media arus utama serta beberapa situs alternatif berusaha melawan berita
palsu dengan klarifikasi, pemerintah India tidak mempunyai itikad untuk melawan berita
palsu. Bahkan, secara disengaja atau tidak, pejabat-pejabat India kecolongan membagikan
kabar atau foto palsu di media sosial.
2.5. Kebijakan luar negeri India dan dampaknya pada polarisasi di India
India membuka hubungan diplomasi dengan Israel semenjak tahun 1991. Secara
historis, kaum Hindu jarang berkonflik dengan kaum Yahudi dengan komunitas Yahudi kecil
7

Times Now and hashtags, a case study of blatant media bias. (2017, May 12). Retrieved December 23, 2017,
from https://www.altnews.in/times-now-hashtags-case-study-blatant-media-bias/
6
8
Republic TV, Times Now viewership moves up as genre ratings fall. (2017, November 24). Retrieved
December 23, 2017, from http://www.indiantelevision.com/television/tv-channels/gecs/republic-tv-times-nowviewership-moves-up-as-genre-ratings-fall-171124

di Kochi. India mendukung Palestina dan tidak mempunyai keterikatan dengan Israel
sebelumnya semenjak kemerdekaan. Tetapi, dari sisi realis, India membuka hubungan Israel
karena hal itu mempunyai keuntungan dengan India dan negara-negara Islam cenderung
mendukung Pakistan dalam konflik Kashmir. Selain mendanai militer India, Perdana Menteri
Netanyahu juga mengunjungi India pada tahun 2017. Narasi media arus utama dan komentar
netizen di media sosial cenderung bernada positif. Sebagian Muslim dan juga pengamat
menilai bahwa hubungan tersebut disatukan akibat sentimen terhadap kaum Muslim. Terlebih
lagi pengalaman pahit kasus ‘Partisi 1947’ dan berbagai kekerasan komunal membuat
sebagian kaum Hindu menaruh curiga terhadap Muslim. Meskipun demikian, India tetap
mengakui eksistensi Palestina. Sushma Swaraj menyatakan bahwa India bersedia menjadi
penyeimbang antara Palestina dan Israel. Dia akan tetap mendukung hak Palestina tetapi di
sisi lain tetap mempertahankan hubungan baik dengan Israel. 9 Beberapa bulan setelah
kunjungan Netanyahu ke India, India dengan konsisten akan mendukung resolusi PBB untuk
menentang Yerusalem sebagai kota Israel. 10
Dalam kasus tragedi kemanusiaan Rohingya, narasi media arus utama India justru
mendukung langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Myanmar.11 Yogi Adityanath
berkata bahwa pengungsi Rohingya merupakan penyusup yang akan membahayakan
keselamatan negara. Motif dari itu semua kemungkinan berasal dari kepentingan ekonomis.
Menurut The Conversation, dilihat dari sisi geopolitik, India, Tiongkok, dan Rusia
merupakan investor terbesar di Myanmar. Sikap India, Tiongkok, Rusia cenderung
mendukung narasi pemerintah Myanmar meskipun negara-negara Barat mengecam
pembersihan etnis di Rakhine. Tiongkok sendiri merupakan mitra dalam kerja sama politik,
ekonomi, dan keamanan yang paling penting. Amerika Serikat sendiri tidak mempunyai
kepentingan di Meskipun India menerima pengungsi Rohingya, tetapi ketakutan bahwa
pemerintah India ak an mendeportasi mereka karena tidak mempunyai dokumen. Sementara
dokumen yang ada malah disita oleh pemerintah Myanmar. 12
2.6.

Relevansi dengan Indonesia

9

Why Modi's India aligns more closely with Israel than with Palestinians. (n.d.). Retrieved December 23, 2017,
from http://america.aljazeera.com/articles/2014/8/3/modi-israel-relations.html
10
Times, W. Y. (2017, December 22). India's Jerusalem vote consistent with its position on Palestine. Retrieved
December 23, 2017, from http://www.hindustantimes.com/world-news/india-s-jerusalem-vote-marked-an-endand-a-beginning/story-nYxmnZ5T9JvlIJCSzz3JXP.html
7
11
(2017, September 20). Retrieved December 23, 2017, from https://www.youtube.com/watch?
v=QEebAzH74PA
12
Fumagalli , M. (2017, December 12). How geopolitics helped create th e latest Rohingya crisis. Retrieved
December 23, 2017, from http://theconversa tion.com/how-geopolitics-helped-create-the-latest-rohingya-crisis84309

12

Bangkitnya politik identitas di India tidak ada hubungan dan implikasi langsung
terhadap perpolitikan Indonesia. Tetapi, muncul wacana bahwa Zakir Naik dicabut
kewarganegaraannya oleh pemerintah India. Berarti, Zakir Naik tidak mempunyai status
kewarganegaraan lagi. Hal itu merupakan reaksi dari teroris yang menyerang kafe di
Bangladesh pada tahun 2016 terinspirasi oleh ceramah Zakir Naik. Zakir Naik dikenal
sebagai da’i evangelis yang terkenal karena berdebat dengan non-Islam seperti Kristen,
Hindu, ateis, dan lain-lainnya. Karena kiprahnya tersebut, pemerintah India mulai khawatir
dengan ceramahnya yang dinilai menyebarkan ujaran kebencian khusunya terhadap agma
mayoritas, Hindu. Oleh karena itu, selain pemerintah India, pemerintah Bangladesh juga
mulai mencekal Peace TV karena serangan teroris di tahun 2016. Zakir Naik bahkan menjadi
narasumber di beberapa universitas di Indonesia dan bertemu dengan Wakil Presiden, Yusuf
Kala. Zakir Naik mempunyai pendukung yang besar meskipun sebagian menentangnya.
Tetapi, Zakir Naik sendiri sering dikritik oleh netizen lainnya. Dalam video yang dibagikan
oleh Nabeel Qureshi di Youtube, Zakir Naik menyebutkan 25 pernyataan yang salah dalam
waktu 5 menit. 13

8

13

(2011, June 23). Retrieved December 23, 2017, from https://youtu.be/bk5q9TeGo14

3. Sikap Penulis
India merupakan negara yang akan budaya dan tradisi. Selain itu, India merupakan
negara heterogen yang terdiri dari berbagai suku, bangsa, ras, dan agama. Meskipun begitu,
di India India, sering terjadi pergesekan SARA karena perbedaan-perbedaan tersebut. Pada
tahun 1947, India merupkan negara yang sekuler berdasarkan konstitusi. Tetapi, pada tahun
2014, politik agama dan politik aliran semakin marak. Di samping berbagai gesekan-gesekan
tersebut, masih ada semangat toleransi di India. Meskipun berita tersebut tidak menjual
dibandingkan berita SARA.
Memang pengalaman Partisi 1947 – pemisahan negara koloni Inggris di Asia Selatan
menjadi India dan Pakistan – merupakan pengalaman yang pahit. Masih terjadi sentimen
antara India dan Pakistan dan juga antara Hindu dan Muslim. Tetapi, daripada mengungkitungkit masa lalu tiadak akhirnya, sebaiknya mereka belajar agar sejarah tidak terculang untuk
yang kedua kalinya. Di samping itu, masyarakat dunia, khususnya masyarakat India, sudah
seharusnya berpikir ke depan dan bukan berpikir ke belakang dengan mengungkit-ungkit
kembali wacana historis seperti ‘Ram Mandir’ dan teori konspirasi bahwa Taj Mahal
merupakan kuil Hindu. Boleh saja mereka mengagung-agungkan budaya dan sejarahnya.
Tetapi, jangan sampai ia terlalu mengkultuskan budaya masa lalu yang akibatnya akan
mengalihkan apa yang seharusnya dilakukan pada saat ini dan yang akan datang.

9

4. Kesimpulan dan Penutupan
Penulis menjelaskan masalah intoleransi di India dari berbagai macam perspektif.
Meskipun nampak bahwa masalah tersebut hanya masalah agama, budaya, dan identitas.
Tetapi, ada faktor lain atas bangkitnya populis Hindu yang selalu dilupakan oleh pengamat
luar India dan masyarakat awan kebanyakan. Yakni, ketidakpuasan masyarakat terhadap
birokrasi dan ekonomi khususnya masalah kenaikan harga barang serta kurangnya alternatif
Penulis juga menganalisa liputan-liputan media India dalam mendukung atau
menentang partai politik tertentu. Kami juga menganalisa diksi-diksi yang digunakan media
India dalam pemberitaan dibandingkan media internasional. Dijelaskan pula fenomena global
bernama hoaks dan implikasinya terhadap politik Asia Selatan termasuk India. Selain itu,
dijelaskan pula kebijakan luar negeri India seperti Palestina dan Rohingya terhadap
pergesekan komunal antara Hindu dan Muslim di India.

10

DAFTAR PUSAKA
(2017, September 20). Retrieved December 23, 2017, from https://www.youtube.com/watch?
v=QEebAzH74PA
Clinton, H. R. (2017). What happened. London: Simon et Schuster Ltd.
Desk, E. W. (2017, October 09). What is the 2002 Godhra train burning case? Retrieved
December 23, 2017, from http://indianexpress.com/article/what-is/what-is-godhra-casegujarat-riots-sabarmati-express-narendra-modi-4881537/
Fumagalli , M. (2017, December 12). How geopolitics helped create the latest Rohingya
crisis. Retrieved December 23, 2017, from http://theconversation.com/how-geopoliticshelped-create-the-latest-rohingya-crisis-84309
Jazeera, A. (2016, July 10). Deaths as Indian troops open fire on Kashmir protesters.
Retrieved December 23, 2017, from http://www.aljazeera.com/news/2016/07/deaths-indiantroops-open-fire-kashmir-protesters-160709125142182.html
Johari, A. (2017, December 18). 'He will bring us justice': Dalits in Gujarat pin their hopes on
Jignesh Mevani's big win. Retrieved December 23, 2017, from
https://scroll.in/article/861948/he-will-bring-us-justice-dalits-in-gujarat-pin-their-hopes-onjignesh-mevanis-big-win
Kumar, R. (2017, December 12). The growing tide of fake news in India. Retrieved
December 23, 2017, from http://www.aljazeera.com/news/2017/12/growing-tide-fake-newsindia-171210122732217.html
Kumar, R., & Chandrakar, T. (2017, December 9). हहंद ू बनाम मुहससम: रोहहत सरदाना 100%, रहबिका
हसयािकत 80%. Retrieved December 23, 2017, from
https://www.newslaundry.com/2017/12/09/hindu-vs-muslim-zee-news-rubika-liyaqat-aaj-takrohit-saradana
PM Modi Won't Apologise For Accusing Dr. Manmohan Singh For Colluding With Pakistan:
Govt. (2017, December 21). Retrieved December 23, 2017, from
https://thelogicalindian.com/news/pm-wont-apologise/

11

Republic TV, Times Now viewership moves up as genre ratings fall. (2017, November 24).
Retrieved December 23, 2017, from http://www.indiantelevision.com/television/tv-channels/
gecs/republic-tv-times-now-viewership-moves-up-as-genre-ratings-fall-171124
S. (2017, November 19). Padmavati Row: Haryana BJP Leader Supports Call To Behead
Deepika Padukone, Sanjay Leela Bhansali - Highlights. Retrieved December 23, 2017, from
https://www.ndtv.com/india-news/padmavati-row-makers-defer-release-after-increasingprotests-live-updates-1777455
Sethi, G. (2017, December 18). Gujarat election results 2017: Why the Dalit vote went
against BJP. Retrieved December 23, 2017, from
http://www.hindustantimes.com/analysis/gujarat-election-results-2017-why-the-dalit-votewent-against-bjp/story-0fOeluhElvrBKA9Cbl6o3N.html
Sharma, S. (2017, December 12). No matter who wins, Modi is no longer larger than life in
Gujarat. Retrieved December 23, 2017, from https://scroll.in/article/861033/no-matter-whowins-modi-is-no-longer-larger-than-life-in-gujarat
Swain, A. (2017, May 22). Three years of Modi government has gifted India public lynching.
Retrieved December 23, 2017, from https://www.dailyo.in/politics/jharkhand-lynchingakhlaq-hindutva-adityanath-love-jihad-gau-rakshak-modi/story/1/17332.html
Timeline of the Riots in Modi’s Gujarat. (2014, April 06). Retrieved December 23, 2017,
from https://www.nytimes.com/interactive/2014/04/06/world/asia/modi-gujarat-riotstimeline.html#/#time287_8193
Times Now and hashtags, a case study of blatant media bias. (2017, May 12). Retrieved
December 23, 2017, from https://www.altnews.in/times-now-hashtags-case-study-blatantmedia-bias/
Times, W. Y. (2017, December 22). India's Jerusalem vote consistent with its position on
Palestine. Retrieved December 23, 2017, from
http://www.hindustantimes.com/world-news/india-s-jerusalem-vote-marked-an-end-and-abeginning/story-nYxmnZ5T9JvlIJCSzz3JXP.html

11

Why Modi's India aligns more closely with Israel than with Palestinians. (n.d.). Retrieved
December 23, 2017, from http://america.aljazeera.com/articles/2014/8/3/modi-israelrelations.html

12