Makalah sistem pemerintahan bu ida

makalah sistem pemerintahan
07.44 CINTA KIRANA
MAKALAH SISTEM PEMERINTAHAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun pokok bahasan yang
dikaji dalam makalah ini adalah tentang ”Sistem Pemerintahan Negara Indonesia
Menurut UUD 1945 dan Demokrasi Indonesia” yang bertujuan untuk melengkapi
tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila .
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang turut berpartisipasi langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian makalah ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak J. Naibaho, S.Pd selaku Dosen Pengampu yang telah setia
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan dan selama penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa/i teman sejawat yang turut
memberikan dukungan baik berupa materil maupun moril.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai

kekurangan dan kesilapan baik dalam hal penulisan maupun isi. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian yang bersifat
membangun yang bisa menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi penulis
untuk kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian umumnya dan bagi penulis khususnya untuk memahami Sistem
Pemerintahan Negara Indonesia Menurut UUD 1945 dan Demokrasi Indonesia.

Sibolga,

Penulis,

Desember 2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................

i


DAFTAR ISI .............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

1

1.1.Latar Belakang ..........................................................................

1

1.2.Rumusan Masalah .....................................................................

1

1.3.Tujuan Penulisan .......................................................................

1


BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................

2

2.1.Pengertian Sistem Pemerintahan ...............................................

2

2.2.Sistem Pemerintahan Indonesia ................................................

3

2.3.Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia ...............

4

2.4.Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945.........
2.4.1.

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan


UUD 1945 Sebelum Diamandemen .............................
2.4.2.

6

6

Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan

UUD 1945 Setelah Diamandemen ...............................

7

2.5. Sistem Pemerintahan Demokrasi Indonesia..............................

9

2.5.1.


Demokrasi di Indonesia ................................................

9

2.5.2.

Prinsip-Prinsip Demokrasi .............................................

12

2.5.3.

Asas Pokok Demokrasi .................................................

12

2.5.4.

Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis ...............................


12

BAB III PENUTUP ..................................................................................

15

3.1.Kesimpulan ...............................................................................

15

3.2.Saran .........................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga kestabilan
Negara, baik itu secara internal maupun eksternal. Secara luas sistem
pemerintahan itu berarti menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku
kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem yang
kontiniu. Sampai saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem
pemerintahan itu secara menyeluruh. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi
yang kuat dimana penerapannya kebanyakan sudah mendarah daging dalam
kebiasaan hidup masyarakatnya dan terkesan tidak bisa diubah dan cenderung
statis.

1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas penulis merumuskan beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yakni :
1.

Apa Pengertian Sistem Pemerintahan ?

2.


Bagaimana Sistem Pemerintahan di Indonesia ?

3.

Bagaimana Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia ?

4.
?

Bagaimana Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945

5.

Bagaimana Sistem Pemerintahan Demokrasi Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan
Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan dan
pengetahuan tentang Sistem Pemerintahan Indonesia dari sebelum amandemen
hingga sesudah amandemen.

Selain itu,bertujuan agar kita semua lebih mengenal sistem Pemerintahan
Indonesia serta dapat ikut berpartisipasi didalamnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan
Sistem berarti suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian yang
mempunyai hubungan fungsional.
Pemerintahan dalam arti luas adalah pemerintah/ lembaga-lembaga Negara
yang menjalankan segala tugas pemerintah baik sebagai lembaga eksekutif,
legislative maupun yudikatif.
Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang
dilakukan oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara
dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang
sempit, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan
eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan
negara. Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri
atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan
memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan

dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifkasikan menjadi tiga, yaitu

Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau
kekuasaan menjalankan pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berate
kekuasaan membentuk undang-undang; Dan Kekuasaan Yudiskatif yang berate
kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponenkomponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislative
dan yudikatif. Jadi, system pemerintaha negara menggambarkan adanya
lembaga-lembaga negara, hubungan antarlembaga negara, dan bekerjanya
lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang
bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau
tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Lembaga-lembaga yang berada dalam satu system pemerintahan Indonesia
bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari
pemerintahan di negara Indonesia.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah
kepala negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang

akan melaksakan kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap
departemen akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabila semua menteri yang
ada tersebut dikoordinir oleh seorang perdana menteri maka dapat disebut
dewan menteri/cabinet. Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet
ministrial.

2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa
bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya
adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus
kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi,
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensial.
Kekuasaan pemerintahan Negara Indonesia menurut undang–undang dasar 1
sampai dengan pasal 16. pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5),
serta pasal 24 adalah:

1.
Kekuasaan menjalan perundang – undangan Negara atau kekuasaan
eksekutif yang dilakukan oleh pemerintah.
2.
Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah
atau kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA.
3.
Kekuasaan membentuk perundang – undang Negara atau kekuasaan
legislatif yang dilakukan oleh DPR.
4.
Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara atau kekuasaan
eksaminatif atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.
5.
Kekuasaan mempertahankan perundang – undangan Negara atau
kekuasaan yudikatif yang dilakukan oleh MA.

Berdasarkan ketetapan MPR nomor III / MPR/1978 tentang kedudukan
dan hubungan tata kerja lembaga tertinggi Negara dengan atau antara Lembaga
– lembaga Tinggi Negara ialah sebagai berikut.
1.
Lembaga tertinggi Negara adalah majelis permusyawaratan rakyat. MPR
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara dengan pelaksana
kedaulatan rakyat memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil
presiden untuk melaksanakan garis – garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan
putusan – putusan MPR lainnya. MPR dapat pula diberhentikan presiden sebelum
masa jabatan berakhir atas permintaan sendiri, berhalangan tetap sesuai
dengan pasal 8 UUD 1945, atau sungguh – sungguh melanggar haluan Negara
yang ditetapkan oleh MPR.
2.
Lembaga – lembaga tinggi Negara sesuai dengan urutan yang terdapat
dalam UUD 1945 ialah presiden (pasal 4 – 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 1922), BPK (pasal 23), dan MA (pasal 24).
a.
Presiden adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan tertinggi
dibawah MPR. Dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh seorang wakil
presiden. Presiden atas nama pemerintah (eksekutif) bersama – sama dengan
DPR membentuk UU termasuk menetapkan APBN. Dengan persetujuan DPR,
presiden dapat menyatakan perang.
b.
Dewan pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat
pemerintah yang berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presien.
Selain itu DPA berhak mengajukan pertimbangan kepada presiden.
c.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebauh badan legislative yang
dipilih oleh masyarakat berkewajiban selain bersama – sama dengan presiden
membuat UU juga wajib mengawasi tindakkan – tindakan presiden dalam
pelaksanaan haluan Negara.
d.
Badan pemeriksa keuangan (BPK) ialah Badan yang memeriksa tanggung
jawab tentang keuangan Negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari

pengaruh kekuasaan pemerintah. BPK memriksa semua pelaksanaan APBN. Hasil
pemeriksaannya dilaporkan kepada DPR.
e.
Mahkamah Agung (MA) adalah Badan yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh lainnya. MA dapat mempertimbangkan dalam bidang
hukum, baik diminta maupun tidak diminta kepada kepada lembaga – lembaga
tinggi Negara.

2.3. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia
Tahun 1945 – 1949
Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD ’45 antara lain:
Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi
badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang
merupakan wewenang MPR.
Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer
berdasarkan usul BP – KNIP.
Tahun 1949 – 1950
Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah
sistem parlementer kabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem Pemerintahan
yang dianut pada masa konstitusi RIS bukan kabinet parlementer murni karena
dalam sistem parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.
Tahun 1950 – 1959
Landasannya adalah UUD ’50 pengganti konstitusi RIS ’49. Sistem Pemerintahan
yang dianut adalah parlementer cabinet dengan demokrasi liberal yang masih
bersifat semu. Ciri-ciri:
Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
Presiden berhak membubarkan DPR.
Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
Tahun 1959 – 1966 (Demokrasi Terpimpin)
Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk
melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib
parpol ditentukan oleh presiden (10 parpol yang diakui). Tidak ada kebebasan
mengeluarkan pendapat.

Tahun 1966 – 1998
Orde baru pimpinan Soeharto lahir dengan tekad untuk melakukan koreksi
terpimpin pada era orde lama. Namun lama kelamaan banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan. Soeharto mundur pada 21 Mei ’98.
Tahun 1998 – Sekarang (Reformasi)
Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan
ruang gerak pada parpol maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis
dan dibenarkan untuk unjuk rasa.

2.4. Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945
2.4.1.Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum
Diamandemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh
kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
Sistem Konstitusional.
Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan
Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah
adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hamper
semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan

tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.
Karena itui tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka
kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan.
Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada
dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan
yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh
atau berganti. Konfik dan pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari.
Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata
kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan
negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan
yang konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi.
Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi
1. Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
2. Jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan
perubahan atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD
1945 menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk
sistem pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas
UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun
1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen
itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.

2.4.2. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah
Diamandemen.
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa
transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD
1945 hasil amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia
masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring
dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem
pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya
Pemilu 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.
Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi.
Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.

Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun.
Untuk masa jabatan 2004-2009, presiden dan wakil presiden akan dipilih secara
langsung oleh rakyat dalam satu paket.
Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota
MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya
pemerintahan.
Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsure-unsur dari sistem pemerintahan
parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahankelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem
pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut.
Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kekuasaan megawasi presiden meskipun secara tidak
langsung.
Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undangundang dan hak budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan
Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang
lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung,
sistem bikameral, mekanisme check and balance, dan pemberian kekuasaan
yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi
anggaran.
Perbandingan Sistem Pemerintahan Indonesia dengan Sistem Pemerintahan
Negara Lain
Berdasarkan penjelasan UUD ’45, Indonesia menganut sistem Presidensial. Tapi
dalam praktiknya banyak elemen-elemen Sistem Pemerintahan Parlementer. Jadi
dapat dikatakan Sistem Pemerintahan Indonesia adalah perpaduan antara
Presidensial dan Parlementer.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia

Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan DPR.
Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak
dibayangi krisis kabinet.
Presiden tidak dapat memberlakukan dan atau membubarkan DPR.
Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
Ada kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan di
tangan Presiden.
Sering terjadinya pergantian para pejabat karena adanya hak perogatif presiden.
Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh.
Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat perhatian.

2.5. Sistem Pemerintahan Demokrasi Indonesia
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi
langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari
bahasa Yunani δημοκρατία – (dēmokratía) "kekuasaan rakyat", yang dibentuk
dari kata δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (Kratos) "kekuasaan", merujuk
pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di
negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada
tahun 508 SM. Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles
sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan
bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak (rakyat). Abraham Lincoln
dalam pidato Gettysburgnya mendefnisikan demokrasi sebagai "pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Hal ini berarti kekuasaan tertinggi
dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak,
kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan.
Melalui demokrasi, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.

2.5.1. Demokrasi di Indonesia
Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, Undang Undang Dasar 1945
memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam
mekanisme kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR

dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara
hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui
mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami
masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya
diselenggarakan pemilu bebas di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno
menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah
mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan
untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam
alam demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan junta militer Soeharto
tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun
1999 yang menempatkan Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan sebagai
pemenang Pemilu.

Diskursus demokrasi di Indonesia tak dapat dipungkiri, telah melewati perjalanan
sejarah yang demikian panjangnya. Berbagai ide dan cara telah coba dilontarkan
dan dilakukan guna memenuhi tuntutan demokratisasi di negara kepulauan ini.
Usaha untuk memenuhi tuntutan mewujudkan pemerintahan yang demokratis
tersebut misalnya dapat dilihat dari hadirnya rumusan model demokrasi
Indonesia di dua zaman pemerintahan Indonesia, yakni Orde Lama dan Orde
Baru. Di zaman pemerintahan Soekarno dikenal yang dinamakan model
Demokrasi Terpimpin, lalu berikutnya di zaman pemerintahan Soeharto model
demokrasi yang dijalankan adalah model Demokrasi Pancasila. Namun, alih-alih
mempunyai suatu pemerintahan yang demokratis, model demokrasi yang
ditawarkan di dua rezim awal pemerintahan Indonesia tersebut malah
memunculkan pemerintahan yang otoritarian, yang membelenggu kebebasan
politik warganya.

Dipasungnya demokrasi di dua zaman pemerintahan tersebut akhirnya
membuat rakyat Indonesia berusaha melakukan reformasi sistem politik di
Indonesia pada tahun 1997. Reformasi yang diperjuangkan oleh berbagai pihak
di Indonesia akhirnya berhasil menumbangkan rezim Orde Baru yang otoriter di
tahun 1998. Pasca kejadian tersebut, perubahan mendasar di berbagai bidang
berhasil dilakukan sebagai dasar untuk membangun pemerintahan yang solid
dan demokratis. Namun, hingga hampir sepuluh tahun perubahan politik pasca
reformasi 1997-1998 di Indonesia, transisi menuju pemerintahan yang
demokratis masih belum dapat menghasilkan sebuah pemerintahan yang
profesional, efektif, efsien, dan kredibel. Demokrasi yang terbentuk sejauh ini,
meminjam istilah Olle Tornquist hanya menghasilkan Demokrasi Kaum Penjahat,
yang lebih menonjolkan kepentingan pribadi dan golongan ketimbang
kepentingan rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Tulisan ini berusaha
menguraikan lebih lanjut bagaimana proses transisi menuju konsolidasi
demokrasi di Indonesia belum menuju kepada proses yang baik, karena masih
mencerminkan suatu pragmatisme politik. Selain itu di akhir, penulis akan

berupaya menjawab pilihan demokrasi yang bagaimana yang cocok untuk
diterapkan di Indonesia.

Munculnya Kekuatan Politik Baru yang Pragmatis Pasca jatuhnya
Soeharto pada 1998 lewat perjuangan yang panjang oleh mahasiswa, rakyat dan
politisi, kondisi politik yang dihasilkan tidak mengarah ke perbaikan yang
signifkan. Memang secara nyata kita bisa melihat perubahan yang sangat besar,
dari rezim yang otoriter menjadi era penuh keterbukaan. Amandemen UUD 1945
yang banyak merubah sistem politik saat ini, penghapusan dwi fungsi ABRI,
demokratisasi hampir di segala bidang, dan banyak hasil positif lain. Namun
begitu, perubahan-perubahan itu tidak banyak membawa perbaikan kondisi
ekonomi dan sosial di tingkat masyarakat.

Perbaikan kondisi ekonomi dan sosial di masyarakat tidak kunjung
berubah dikarenakan adanya kalangan oposisi elit yang menguasai berbagai
sektor negara. Mereka beradaptasi dengan sistem yang korup dan kemudian
larut di dalamnya. Sementara itu, hampir tidak ada satu pun elit lama berhaluan
reformis yang berhasil memegang posisi-posisi kunci untuk mengambil inisiatif.
Perubahan politik di Indonesia, hanya menghasilkan kembalinya kekuatan Orde
Baru yang berhasil berkonsolidasi dalam waktu singkat, dan munculnya
kekuatan politik baru yang pragmatis. Infltrasi sikap yang terjadi pada kekuatan
baru adalah karena mereka terpengaruh sistem yang memang diciptakan untuk
dapat terjadinya korupsi dengan mudah.

Selain hal tersebut, kurang memadainya pendidikan politik yang
diberikan kepada masyarakat, menyebabkan belum munculnya artikulatorartikulator politik baru yang dapat mempengaruhi sirkulasi elit politik Indonesia.
Gerakan mahasiswa, kalangan organisasi non-pemerintah, dan kelas menengah
politik yang ”mengambang” lainnya terfragmentasi. Mereka gagal membangun
aliansi yang efektif dengan sektor-sektor lain di kelas menengah. Kelas
menengah itu sebagian besar masih merupakan lapisan sosial yang berwatak
anti-politik produk Orde Baru. Dengan demikian, perlawanan para reformis
akhirnya sama sekali tidak berfungsi di tengah-tengah situasi ketika hampir
seluruh elit politik merampas demokrasi. Lebih lanjut, gerakan mahasiswa yang
pada awal reformasi 1997-1998 sangatlah kuat, kini sepertinya sudah kehilangan
roh perjuangan melawan pemerintahan. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh
berbedanya situasi politik, tetapi juga tingkat apatisme yang tinggi yang
disebabkan oleh depolitisasi lewat berbagai kebijakan di bidang pendidikan.
Mulai dari mahalnya uang kuliah yang menyebabkan mahasiswa dituntut untuk
segera lulus. Hingga saringan masuk yang menyebabkan hanya orang kaya yang
tidak peduli dengan politik.

Akibat dari hal tersebut, representasi keberagaman kesadaran politik
masyarakat ke dunia publik pun menjadi minim. Demokrasi yang terjadi di
Indonesia kini, akhirnya hanya bisa dilihat sebagai demokrasi elitis, dimana
kekuasaan terletak pada sirkulasi para elit. Rakyat hanya sebagai pendukung,
untuk memilih siapa dari kelompok elit yang sebaiknya memerintah masyarakat.

2.5.2. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik
dan sosial. Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi
telah terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian
dikenal dengan "soko guru demokrasi". Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi
adalah:
Kedaulatan rakyat;
Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
Kekuasaan mayoritas;
Hak-hak minoritas;
Jaminan hak asasi manusia;
Pemilihan yang bebas dan jujur;
Persamaan di depan hukum;
Proses hukum yang wajar;
Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

2.5.3. Asas Pokok Demokrasi
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai
kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar
tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:

Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakilwakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas,
dan rahasia serta jujur dan adil; dan
Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan
pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan
bersama.

2.5.4. Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis
Pemilihan umum secara langsung mencerminkan sebuah demokrasi yang baik.
Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan
dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan
demokrasi adalah sebagai berikut:
Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
rakyat (warga negara).
Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai
alat penegakan hukum
Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan,
dan sebagainya).
Sejak merdeka, Indonesia telah mempraktekkan beberapa sistem politik
pemerintahan atas nama demokrasi, dari, oleh dan untuk rakyat.
1.

Tahun 1945-1959; Demokrasi Parlementer, dengan ciri ;

Ø Dominasi partai politik di DPR Kabinet silih berganti dalam waktu singkat
Ø Demokrasi Parlementer ini berakhir dengan Dekrit Presiden 1959.
2.

Tahun 1959-1965; Demokrasi Terpimpin, dengan ciri-ciri :

Ø Dominasi presiden, yang membubarkan DPR hasil Pemilu 1955,
menggantikannya dengan DPR-GR yang diangkat oleh Presiden, juga diangkat
presiden seumur hidup oleh anggota parlemen yang diangkat presiden itu.
Terbatasnya peran partai politik Berkembangnya pengaruh komunis
Ø Munculnya ideologi Nasional, Agama, Komunis (NASAKOM)
Ø Meluasnya peranan militer sebagai unsur sosial politik
Ø Demokrasi terpimpin berakhir dengan pemberontakan PKI September 1965.
3.

Tahun 1965-1998; Demokrasi Pancasila; dengan ciri-ciri:

Ø Demokrasi berketuhanan
Ø Demokrasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab
Ø Demokrasi bagi persatuan Indonesia
Ø Demokrasi yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
Ø Demokrasi berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kita tidak menafkan betapa indah susunan kata berkaitan dengan Demokrasi
Pancasila, tetapi pada tataran praksis sebagaimana yang kita lihat dan rasakan:
Ø Mengabaikan eksistensi dan peran Tuhan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, di mana tidak merasa dikontrol oleh Tuhan. Para pemimpin, terutama
presiden tabu untuk dikritik, apalagi dipersalahkan. Ini bermakna menempatkan
dirinya dalam posisi Tuhan yang selalu harus dimuliakan dan dilaksanakan
segala titahnya serta memegang kekuasaan yang absolut
Ø Tidak manusiawi, tidak adil dan tidak beradab, dengan fakta eksistensi nyawa,
darah, harkat dan martabat manusia lebih rendah dari nilai-nilai kebendaan
Ø Tidak ada keadilan hukum, ekonomi, politik dan penegakan HAM.
Ø Pemilu rutin lima tahunan, tetapi sekedar ritual demokrasi. Dimana dalam
prakteknya diberlakukan sistem Kepartaian Hegemonik, yakni pemilu diikuti oleh
beberapa partai politik, tetapi yang harus dimenangkan, dengan menempuh
berbagai cara, intimidasi, teror, ancaman dan uang, hanya satu partai politik.
4.

Tahun 1998- sekarang, orde reformasi dengan ciri-ciri enam agenda:

Ø Amandemen UUD 1945
Ø Penghapusan peran ganda (multifungsi) TNI
Ø Penegakan supremasi hukum dengan indikator mengadili mantan Presiden
Soeharto atas kejahatan politik, ekonomi dan kejahatan atas kemanusiaan.
Ø Melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya

Ø Penegakan budaya demokrasi yang anti feodalisme dan kekerasan
Ø Penolakan sisa-sisa Orde Lama dan Orde Baru dalam pemerintahan

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan Makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa Sistem
pemerintahan Negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga-lembaga
yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju
tercapainya tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam
suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif,
legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti
parlemen, pemilu, dan dewan menteri.
Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lebaga-lembaga negara berjalan sesuai
dengan mekanisme demokratis.
Sistem pemerintahan negara Indonesia berbeda dengan sistem pemerintahan
yang dijalankan di negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan
antarsistem pemerintahan negara. Misalnya, dua negara memiliki sistem
pemerintahan yang sama.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat
perpindahan kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan
pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu
bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.

3.2. Saran
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan demokrasi
yang telah dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh
Indonesia. Unsur-unsur demokrasi yangkadang menjadi akar permasalahan
harus bisa diselesaikan dan diperbaiki, karena konsep demokrasi bukan hak

paten yang tidak bisa dirubah. Ia harus bersifat dinamis dan bisa mengikuti
kultur sosial- politik-budaya Negara yang menggunakannya sebagai asas
Negara. Usaha perubahan tersebutsebenarnya telah sering dilakukan dan
sayangnya malah menjadi ancaman bukan kenyamanan.Rakyat perlu diperkuat
kembali bahwa mereka bukan alat kekuasaan yang dengan mudah diatur kesana
ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus bisa bekerja sama selama tujuan
demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto.2006.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas XII. Jakarta :
Erlangga
Algemeene Secretarie, Regeringsalmanaak voor Nederlandsch-Indie 1942, eerste
gedeelte: Grondgebied en Bevolking, Inrichting van het Bestuur van
Neder¬landsch-Indie, Batavia: Landsrukkerij
Bagehot, Walter, The English Constitution, London: Oxford University Press,
second ed., eighth printed, 1955
Bonar Sidjabat, 'Notulen Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia',
Majalah Ragi Buana, 52, 1968
Clive Day, The Policy and Administration of the Dutch in Java, Kuala Lumpur:
Oxford University Press, 1972