MAKALAH TENTANG INDUSTRI RAMAH LINGKUNGA

MAKALAH TENTANG INDUSTRI RAMAH
LINGKUNGAN

Nama

:

Irvan Agung Pahastri

NIM

:

8111414177

Makul

:

Pendidikan Lingkungan Hidup


Dosen

:

Andi Irwan Benardi S.Pd. M.Pd.

Universitas Negeri Semarang

A. Definisi dan pengertian industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah
jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Sektor industri mungkin bisa dianggap sebagai salah satu penghasil polusi dan limbah
terbesar. Sejak industri besar mulai berdiri, polusi meningkat pesat. Hasil dari proses produksi
tidak hanya berupa barang jadi yang bisa dijual, tetapi limbah sisa produksi tersebut bisa
merusak lingkungan. Setiap industri harus dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah yang
tepat untuk mengantisipasi kerusakan yang ditimbulkan oleh proses produksi. Limbah harus
dibuang ke tempat yang tepat dan diolah dengan cara yang tepat. Industri ramah lingkungan
adalah cara tepat yang bisa digunakan untuk menjaga kelestarian alam.

Industri ramah lingkungan bisa diwujudkan dengan menggunakan cara yang tepat dan efisien
untuk produksi tanpa merusak kelestarian alam. Mungkin sektor indutri perlu dirombak untuk
mengolah proses produksinya yang selalu menghasilkan limbah tanpa kontrol. Metode
industrialisasi baru perlu diterapkan dengan kelestarian lingkungan sebagai salah satu fokus
utamanya. Konsep seperti ini sudah diterapkan di negara maju karena pola pikir masyarakat
negara maju sudah memahami pentingnya lingkungan bagi kelangsungan hidup mereka. Industri
ramah lingkungan juga harus diterapkan di Indonesia karena negeri ini mempunyai potensi
sumber daya alam yang begitu melimpah. Potensi tersebut harus dirawat dan dipertahankan.
Kekayaan alam harus diolah dan diperbaharui sehingga bisa digunakan lagi.
Banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh industri. Kegiatan produksi yang tidak
mementingkan kelestarian lingkungan hidup hanya akan berakibat pada kerusakan alam. Hujan
asam bisa timbul karena pencemaran yang begitu parah. Fenomena ini juga disebabkan oleh
kerusakan lingkungan hidup karena proses industri yang tak terkendali. Kebocoran reaktor nuklir
sebagai pemasok energi untuk proses industri bisa menjadi ancaman besar. Indonesia juga sudah
cukup sering mendapatkan masalah karena tidak bisa mengelola kegiatan industri secara efektif.
Industri ramah lingkungan tampaknya menjadi solusi menarik untuk mengontrol kegiatan
industri yang cenderung merusak lingkungan. Pembangunannya harus diatur dan diawasi oleh
pemerintah, tetapi masyarakat juga harus diberi kesempatan yang sama untuk mengawasi
jalannya industri. Jika industri dinilai tidak mementingkan kelestarian lingkungan, masyarakat
bisa menuntutnya. Salah satu wujud nyata tindakan pemerintah untuk mengontrol industri adalah

Analisa Dampak Lingkungan. Setiap industri harus memenuhi kriteria yang disebutkan dalam
peraturan tersebut.
Kontrol terhadap industri ramah lingkungan bisa dilakukan melalui pengontrolan pembuangan
limbah dan pemilihan bahan baku. Pembuangan limbah yang baik seharusnya tidak
menghasilkan polusi berlebihan yang menganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Cerobong
asap harus dilengkapi dengan filter untuk mengurangi polusi. Sementara itu, limbah padat dan
cair harus dibuang ke tempat yang tepat. Pemilihan bahan baku untuk proses industri juga perlu

diperhatikan. Gas berbahaya sepeti CFC, Neon, atau metanol tidak layak digunakan karena
berpotensi merusak lingkungan. Jadi, pembangunan industri sebaiknya tidak hanya
mempertimbangkan lokasi untung rugi saja. Industri harus peduli terhadap kelestarian
lingkungan.
Pemilihan lokasi industri yang tepat juga akan berdampak bagi lingkungan. Kota-kota besar
biasanya menjadi tempat yang penuh dengan pabrik-pabrik. Sentralisasi industri di satu tempat
akan mendatangkan banyak kerugian sehingga pengalihan industri ke lokasi lain perlu
dipertimbangkan. Industri sebaiknya didirikan di wilayah kosong untuk mengurangi polusi dan
persaingan yang tidak sehat. Berdasarkan lokasinya, industri bisa dibedakan menjadi industri
perkotaan dan pedesaan. Indusri perkotaan mengolah bahan baku dan menghasilkan produk baru
dalam jumlah besar. Industri pedesaan bergerak dalam sektor pertanian atau peternakan.
B. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku

1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain
lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam
sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual
kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional
maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam
pembangunan serta pengoperasiannya.

D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya

= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry)

Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini
akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar
akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented
industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis
industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau
memotong biaya transportasi yang besar.

G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah
terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barangbarang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier

Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang
lainnya.
B.Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berimbang haruslah berorientasi pada
kebutuhan pokok hidup manusia, pemerataan sosial, peningkatan kualitas hidup, serta
pembangunan yang berkesinambungan.
Agar pembangunan yang berwawasan lingkungan ini dapat berjalan dengan baik, maka
pembangunan tersebut perlu memiliki pandangan jauh ke depan yang dirumuskan sebagai visi
pembangunan. Dan dapat diimplementasikan ke dalam pembangunan jangka panjang secara
ideal serta berorientasi kepada kepentingan seluruh rakyat. Visi pembangunan yang dimaksud
adalah tercapainya peningkatan kualitas hidup seluruh masyarakat melalui: pengembangan
kecerdasan, pengembangan teknologi, ketrampilan dan moral pembangunan sumber daya
manusia yang tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, serta seni untuk mengelola
sumber daya alam secara bijaksana dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, pembangunan harus mengandung makna perkembangan dan perbaikan kualitas
hidup masyarakat melalui keadilan.

Berhasil atau tidaknya visi ini sangat tergantung pada misi pembangunan melalui strategi
pembangunan yang dijalankan.
Strategi pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam

mendayagunakan sumber daya alam dengan segenap peluang serta kendalanya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
1. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala perencanaan yang
baik dan layak.
2.

Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam

menghasilkan barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi, yang berdampak
positif bagi kelangsungan hidup pembangunan itu sendiri.
3.Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan, sehingga sesuai
dengan rencana dan tujuannya.
Selain itu pembangunan harus dilaksanakan sesuai misinya, seperti adanya rencana
pembangunan dan pemantauan, harus dilakukan pengevaluasian serta pengauditan. Bertujuan
untuk memberikan umpan balik yang diperlukan bagi penyempurnaan pelaksanaan maupun
tahap perencanaan pembangunan berikutnya.
G.Dampak Industri Terhadap Lingkungan
dari proses industri. Hal ini perlu dicermati karena di Indonesia masih banyak industri yang
belum bisa menerapkan sistem yang ramah terhadap lingkungan. Industri seperti ini menyebakan
pencemaran terhadap lingkungan yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan

kerugian bagi lingkungannya baik itu penduduk yang tinggal disekitar kawasan industri atau
dampak terhadap kerusakan lingkungan daerah sekitarnya.
Permasalahan lingkungan hidup telah menjadi suatu penyakit kronis yang dirasa sangat
sulit untuk dipulihkan. Pada zaman orde baru, pembangunan diarahkan dari sektor agraris
kemudian beralih ke sektor industri. Selama 20 tahun terakhir pembangunan ekonomi Indonesia
mengarah kepada industrialisasi. Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di
Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan (Suardana, 2008). Peningkatan jumlah
ini menimbulkan dampak ikutan dari industrialisasi ini yaitu terjadinya peningkatan dampak dari
hasil buangan industri ini dirasakan sekarang ini.

Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
dihasilkan dari proses produksi industri. Salah satu penyebab yang terjadi karena pemerintah dan
pelaku industri kurang mengedepankan sektor lingkungan. Akibatanya merupakan persoalan
yang harus dihadapi oleh komunitas-komunitas yang tinggal di sekitar kawasan industri.
Limbah industri umumnya berupa bahan sintetik, logam berat, bahan beracun berbahaya yang
sulit untuk diurai oleh proses biologi (nondegradable) selain itu limbah industri bersifat menetap
dan mudah terakumulasi (biomagnifikasi) bahkan logam berat sebagai sebuah unsur memiliki
kodrat menetap di alam tidak dapat dihilangkan.
Sedangkan limbah domestik umumnya tersusun atas limbah organik, jenis limbah ini dapat
terurai menjadi zat-zat yang tidak berbahaya dan dapat dihilangkan dari perairan dengan proses

biologis alamiah (biodegradable), proses kimia dan fisika. Selain itu yang perlu dikawatirkan
adalah dampak limbah industri terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Limbah industri
yang bersifat nonbiodegradable berbahaya terhadap kesehatan manusia karena beberapa unsur
logam berat seperti merkuri memiliki sifat toksik dan destruktif terhadap organ penting manusia.
Akibat lalainya Pemerintah dalam melakukan kontrol terhadap industri maka sumber
pencemar kandungan logam berat seperti merkuri di air setiap tahun mengalami peningkatan.
Dari aspek pengendalian sebenarnya limbah cair industri lebih mudah untuk dipantau dan
dikendalikan karena lokasinya yang terpusat (point source) sebaliknya limbah domestik letaknya
yang tersebar (disperse source).
Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah industri yang segera tampak adalah
berubahnya keadaan fisik. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang
semula berwarna jernih, berubah menjadi keruh berbuih dan terbau busuk, sehingga tidak layak
dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan
baku air minum. Terhadap kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari yang
ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetik pada anak cucu dan
generasi berikutnya.
Parahnya lagi, penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun kemudian setelah
cukup lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan menurut daur ulang ekologik,
seperti yang terjadi pada kasus penyakit minamata sekitar 1956 di Jepang. Terdapat lebih dari
100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Minamata.

Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari sebuah pabrik plastik. Bila merkuri masuk ke dalam

tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal
sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/ acrodynia, alergi kulit dan
kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome (Suardana, 2008).
Hampir di seluruh wilayah Indonesia terjadi pencemaran industri dalam berbagai skala dan
dalam beragam bentuk. Sejak awal berdiri, sektor industri seringkali menimbulkan masalah,
misalnya, lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk, pembebasan tanah yang
bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat dalam kebijakan ini, buruknya kualitas AMDAL,
sering tidak adanya pengolahan limbah, dan lain sebagainya. Dampak lainnya yang timbul
adalah polusi udara, polusi air, kebisingan, dan sampah. Semua dampak tersebut menjadi faktor
utama penyebab kerentanan yang terjadi dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat menjadi
tambah rentan karena buruknya kualitas lingkungan.
Beberapa fakta yang disebabakan buruknya penanganan terhadap lingkungan yang berasal dari
sektor industri antara lain (Suardana, 2008):
Sulawesi-kasus pencemaran Teluk Buyat, dugaan pencemaran Teluk Buyat akibat dari
pembuangan limbah tailing (submarine tailing disposal).
Dugaan yang sama terhadap perairan Laut Lombok Timur akibat operasi PT. Newmont
Nusa Tenggara (PT.NTT) NTB.
Papua; PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan dampak Hancurnya
Gunung Grasberg, tercemarnya Sungai Aigwa, meluapnya air Danau Wanagon, tailing
mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan 84.158 hektar Laut Arafura.
Di Kalimantan Selatan, pembuangan limbah industri ke aliran sungai oleh PT Galuh
Cempaka.
Kalimantan Tengah; tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih tercemar air raksa
(merkuri) akibat penambangan emas di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito, Kahayan,
dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
Di Jawa, Pembuangan limbah pabrik-pabrik di Sungai Cikijing selama puluhan tahun
(Jawa Barat).
Pembuangan limbah oleh beberapa pabrik ke kali Surabaya, dan sederetan kasus
pencemaran industri yang telah nyata-nyata menimbulkan korban.

Kasus lumpur lapindo yang diakibatkan keteledoran pihak industri menyebabkan ribuan
rumah warga terendam lumpur. Selain itu aliran lumpur yang melewati Sungai Porong
menyebabkan kerusakan vegetasi sekitarnya dan pencemaran lingkungan.
H.Indikasi Pencemaran Lingkungan
Jenis-jenis pencemaran yang disebabkan oleh industri antara lain pencemaran air, udara, tanah,
dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Gejala pencemaran lingkungan dapat dilihat dari
parameter fisik dan kimia. Indikasi secara fisik dan kimia dari pencemaran air misalnya dapat
dilihat dari parameter-parameter fisika dan kimia. Parameter fisika dan kimia yang ditimbulkan
dari penecemaran itu menyebabkan perubahan-perubahan yang cukup signifikan dibandingkan
dengan kondisi normalnya. Perubahan pada parameter ini menimbulkan perubahan pH,
perubahan warna, bau, rasa dan timbulnya endapan (http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah).
1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen). Air normal yang memenuhi
syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah
industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air
sungai dan dapat mengganggu kehidupan organisme di dalamnya. Hal ini akan semakin parah
jika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH
asam/rendah bersifat korosif terhadap logam.
2. Perubahan warna, bau dan rasa. Air normal dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga
tampak bening/jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu
indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat
bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal dari limbah industri atau dari hasil
degradasi oleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan
yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut. Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal
dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila
tidak larut sempurna akan mengendap di dasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi
koloid dan akan menghalangi bahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena
sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur melalui uji COD.
Kronisnya permasalahan lingkungan hidup terutama menyangkut pencemaran industri yang
selama ini terjadi di Indonesia sepertinya tidak memberikan pelajaran yang berarti bagi Negara,

minimal berbenah untuk melakukan tindakan-tindakan secara komprehensif dalam menangani
pencemaran oleh limbah industri.
I.Kebijakan Pemerintah Lebih Mengedepankan Profit Daripada Aspek Lingkungan
Massifnya pencemaran limbah industri dalam beberapa dekade menyebabkan tidak
diperlukannya keahlian khusus untuk mengetahui akar persoalan dari tidak tuntasnya
penanganan pencemaran limbah industri ini. Secara gamblang dapat dikatakan bahwa paradigma
pembangunan yang mementingkan pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan faktor lingkungan
yang dianggap sebagai penghambat adalah faktor utama dari masalah ini. Posisi tersebut
menyebabkan

terabaikannya

pertimbangan-pertimbangan

lingkungan

hidup

di

dalam

pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Akibatnya kualitas lingkungan makin hari
semakin menurun, ditandai dengan terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di
berbagai wilayah di Indonesia.
Penanganan limbah industri di Indonesia kerapkali mengabaikan standar penanganan limbah
industri yang aman bagi kelangsungan lingkungan hidup. Misalnya, perusahaan tambang yang
menerapkan pembuangan limbah tailingnya ke laut (sub marine tailing disposal). Pertama,
adalah Newmont Minahasa Raya (NMR) sejak 1996 di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara,
dan kemudian menyusul PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Sumbawa-Nusa Tenggara Barat
sejak 1999. Setiap harinya 2.000 metrik ton tailing berbentuk pasta dibuang ke Perairan Buyat di
Minahasa dan 120.000 metrik ton di Teluk Senunu, Sumbawa. Pada akhirnya dari proses ini
terjadi berbagai dampak yang berujung kepada turunnya kualitas lingkungan hidup dan kualitas
hidup manusia (Suardana, 2008).
Sampai hari ini belum terlihat upaya serius dari seluruh jajaran pemerintah dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Dalam hal kasus-kasus pencemaran tidak terlihat adanya penegakan
hukum bagi perusahaan pencemar yang ada justru adalah viktimisasi terhadap korban
pencemaran limbah industri. Lemahnya pemahaman aparat penegak hukum seperti kepolisian
dan pengadilan mengenai peraturan perundangan lingkungan hidup termasuk pula lemahnya
penegakan hukum menjadikan penanganan limbah industri ini tidak akan tuntas.
Keadaan ini disebabkan karena Negara menutup akses rakyat atas informasi yang terkait dengan
industri dan termasuk limbah industri. Tidak dilibatkannya masyarakat secara maksimal dalam
pengelolaan lingkungan sehingga seolah-olah urusan lingkungan hanya menjadi urusan

pemerintah dan perusahaan tidak menjadi urusan publik sebagai pihak yang banyak
menggunakan jasa lingkungan.
J. Teknologi Pengolahan Air Limbah
Untuk mengatasi dampak lingkungan yang dihasilkan lebih buruk maka diperlukan suatu
teknologi pengolahan limbah. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka sekarang
dapat diketahui mengenai cara pengolahan limbah yang baik dan benar. Salah satu pengolahan
limbah yang akan dijelaskan pada resume ini diantaranya mengenai teknologI pengolahan
limbah cair. Limbah cair merupakan limbah yang dampaknya dapat dirasakan secara langsung
sehingga perlu dibahas secara integratif mengenai penanganan limbah cair.
Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun
industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah
tidak memenuhi baku mutu limbah.
Bagaimana dengan air limbah industri? Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung
zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk
terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti
kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu,
industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam
proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution
prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah
yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian
setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan pencemar sehingga pada
akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan

TEKNOLOGI INDUSTRI YANG RAMAH LINGKUNGAN
Kesadaran akan pentingnya untuk menjaga bumi yang lebih sehat demi kelangsungan
generasi di masa mendatang mendorong pelaku industri menciptakan dan mempergunakan
teknologi baru dengan memaksimalkan penggunaan sumber daya alam yang baru dan
terbaharukan, seperti teknologi listrik yang dihasilkan oleh tenaga angin, panas bumi, dan
sumber daya air tenaga surya ataupun bahan bakar bio. Sebuah perubahan dramatis yang akan
disiapkan oleh Negara-negara dunia untuk menciptakan sumber energi yang ramah lingkungan.
Berikut Uniknya.com menghimpun 5 Teknologi ramah lingkungan untuk masa depan:
1. Meningkatkan Sistem Panas Bumi (Enhanced Geothermal Systems / EGS)
Tujuan dari sistem ini adalah memanfaatkan panas alami yang dihasilkan oleh bumi untuk
menghasilkan sumber listrik. Panas yang berasal dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi
keseluruhan unsur-unsur radioaktif seperti uranium dan potassium. Reaksi nuklir yang sama saat
ini masih terjadi di matahari dan bintang-bintang yang tersebar di jagad raya. Reaksi ini
menghasilkan panas hingga jutaan derajat celcius. Permukaan bumi pada awal terbentuknya juga
memiliki panas yang dahsyat. Namun setelah melewati masa milyaran tahun, temperatur bumi
terus menurun dan saat ini sisa-sisa reaksi nuklir tersebut hanya terdapat dibagian inti bumi saja.
Pada kedalaman 10.000 meter atau 33.000 kaki, energi panas yang dihasilkan bisa mencapai
50.000 kali dari jumlah energi seluruh cadangan minyak bumi dan gas alam yang masih
tersimpan di dunia. Inilah yang menjadi sumber energi panas bumi.
Keberhasilan di proyek EGS seperti di Cooper Basin di Australia, di mana mereka mencapai
tiga setengah kapasitas aliran setelah pengeboran ke 250 ° C hingga empat kilometer di bawah
tanah. EGS adalah beban dasar sumber daya, yang mampu untuk menghasilkan tenaga listrik 24
jam sehari. Mengandalkan Sistem panas bumi ini juga sangat ekonomis untuk mendirikan sebuah
pengoperasian EGS daripada mendirikan pabrik pembakaran batubara listrik baru.

2. Nanosolar (Energi listrik tenaga surya)
Energi listrik tenaga surya selalu menjadi salah satu sumber energi terbaik, karena dalam
pengoperasiannya tidak melepaskan gas gas berbahaya ke udara. Namun biaya produksi dan
operasionalnya secara historis cukup tinggi, tetapi lebih intensif dalam menghasilkan energi
listrik. Nanosolar berhasil mengurangi biaya produksi dari $ 3 per watt sampai 30 sen per watt
selama pembuatan sel PowerSheet mereka. Panel surya ini dapat memaksimalkan transfer sinar
matahari menjadi listrik. Dan harus ditempatkan dimana langsung kontak dengan cahaya
matahari tanpa terhalangi oleh benda atau obyek. Perusahaan Nanosolar ini secara ambisius akan
memproduksi massal energi surya dengan biaya yang efisien di pabrik mereka di San Jose. yang
diharapkan akan menghasilkan tenaga sebanyak 430 megawatt per tahun, atau empat kali
produksi gabungan dari semua perusahaan yang ada, yang berbasis tenaga surya.

3. Mencegah dan Mengendalikan Emisi CO2 (Carbon Capture & Storage / CCS)
Berbagai cara ditempuh untuk mencegah dan mengendalikan emisi CO2. Mencegah emisi CO2
jelas lebih murah tetapi lebih sulit. Bagaimana mungkin menghentikan pengeboran migas (bahan
bakar fosil), menghentikan industri baja, semen, LNG serta menghentikan transportasi. Karena
itu sejak tahun 1980-an negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan
Norwegia berjibaku mencari jalan mengendalikan emisi CO2 agar tidak dilepas ke atmosfer.
Cara untuk menangani Emisi CO2 adalah dengan cara memanfaatkan teknologi dengan
memisahkan Emisi CO2 dan kemudian menguburnya jauh di bawah tanah.
Jepang merupakan salah satu negara terbaru yang menerapkan teknologi CCS. Pada tahun 2009
dialokasikan 3,3 miliar yen ( 35 juta dollar AS) untuk proyek tersebut dan pada Maret 2010
mulai menyimpan CO2 100,000 ton per tahun. Sebuah organisasi penelitian pemanasan global
Jepang, Research Institute of Innovative Technology for the Earth memperkirakan 150 miliar
ton CO2 dapat disimpan bawah tanah di Jepang dan di sekitar wilayah pesisir dalam laut.
Bagaimana penerapan teknologi carbon capture storage (CCS) di Indonesia? Agaknya masih
jauh, karena belum ada negara berkembang yang mengembangkan risetnya. Apalagi
mengaplikasikannya. Hal tersebut disebabkan biayanya yang mahal dan jauh dari komersial.

4. Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana
panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Satu gram
U-235 setara dengan 2650 batu bara, membuat sumber tenaga ini memberikan efisiensinya yang
sangat tinggi. Semakin efisiensi sebuah proses, semakin banyak keuntungan (baik finansial
maupun teknologi) yang didapat. Banyak Negara – Negara di dunia menggunakan PLTN.
Selain dari efisiensinya Tenaga nuklir lebih ramah lingkungan. Batu bara, minyak bumi, dan gas
alam dapat berperan sebagai bahan bakar untuk mendidihkan air, tapi semuanya adalah penghasil
polusi udara. Nuklir tidak memberikan polusi udara, kecuali limbah radioaktif yang dapat
dikelola dengan teknik tersendiri. Teknologi PLTN juga jauh lebih canggih daripada
pembangkit listrik lainnya. Prinsip dalam teknik adalah semakin canggih, semakin aman.

5. Jaringan Cerdas (Smart Grids)
Smart grid merupakan sistem ketenagalistrikan generasi baru yang dicirikan oleh meningkatnya
penggunaan komunikasi dan teknologi informasi dalam pembangkitan, distribusi dan konsumsi
energi listrik. Ini merupakan sumber energi kelistrikan dengan konsep terintegrasi dan
mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Beberapa
sumber energi potensial yang dapat digunakan dalam pengembangan konsep ini adalah panas
matahari dan panas bumi.
Menurut laporan Badan Energi Internasional , antara tahun 2003 hingga tahun 2030 dari seluruh
dunia akan menghabiskan dana lebih dari 16 triliun dollar untuk mengembangkan dan
menginstal smart grid. Tujuan utama smart grid adalah untuk mengatasi masalah umum sistem
jaringan listrik saat ini. Smart grid akan membuat pendistribusian dan penggunaan energi yang
lebih efisien dan hemat biaya.
Sedangkan di Indonesia Smart Grid sedang dikembangkan. Untuk menyuplai kebutuhan listrik
dalam negeri memiliki tingkat kerumitan tersendiri. Pasalnya letak geografis dengan jumlah
pulau yang mencapai 13.487 baru 67% yang sudah mendapatkan saluran listrik. Banyak negara
maju yang sudah menerapkan smart grid menuju masyarakat smart electrification. Seperti di
Australia, Korea Selatan dan Norwegia.

Penerapan
Industri

Ekologi

Ekologi industri adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau material
sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi. Tujuan utamanya
adalah untuk mengorganisasi sistem industri sehingga diperoleh suatu jenis operasi yang ramah
lingkungan dan berkesinambungan. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi
industri ada empat elemen utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada,
membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi, proses dematerialisasi
dan pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan.
Dengan menerapkan konsep ekologi industri, kawasan industri dapat mengembangkan sistem
pertukaran limbah yang dapat bermanfaat bagi industri tersebut. Indonesia sebagai negara agraris
dapat mengembangkan ekologi industri berbasis agroindustri. Keuntungan yang dapat diperoleh
yaitu penurunan jumlah konsumsi energi fosil, sumber daya alam, dan mengurangi dampak
lingkungan. Biaya produksi juga dapat dikurangi.
Konsep ekologi industri terkait secara dekat dengan proses produksi bersih (cleaner production)
dan merupakan komplementer satu dengan lainnya. Kedua konsep melibatkan pencegahan
pencemaran dalam rangka melindungi lingkungan dan meningkatkan efisiensi ekonomi.
Produksi bersih lebih memfokuskan pada aspek pengurangan limbah, sementara ekologi industri
lebih menekankan pada pendauran suatu limbah yang terbentuknya tidak bisa dihindari
(unavoidably produced waste) dengan mensinergikan antara unit satu dengan lainnya atau antara
satu industri dengan industri lainnya. Selain terjadi pemanfaatan suatu material yang dihasilkan
oleh suatu unit oleh unit lain, juga dimungkinkan terjadinya integrasi energi dari suatu unit oleh
unit lain di dalam suatu kawasan.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang sedang memacu pertumbuhan industri. Salah
satu kebijakan yang ditempuh adalah dengan membangun kawasan-kawasan industri terpadu.
Pada awal perkembangan kawasan industri di Indonesia masih berupa kumpulan industri yang
ditata dengan terpadu namun masih terpisah satu sama lain.
Karakteristik kawasan industri di Negara berkembang termasuk di Indonesia adalah:
1.
2.
3.
4.

Ketersediaan sumber daya alam yang masih melimpah dan disubsidi pemerintah.
Bahan baku lebih murah dibandingkan dengan proses daur ulang bahan.
Pembuangan limbah atau polusi masih kurang diawasi secara ketat.
Kurangnya perhatian masyarakat konsumen pada dampak negatif proses produksi
terhadap lingkungan.

Indonesia sebagai negara agraris yang besar sangat berpeluang untuk dikembangkan kawasan
ekologi industri berbasis industry pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Penduduk Indonesia
yang mayoritas sebagai petani harus tetap menjadi fokus untuk terus dikembangkan
kesejahteraannya. Penataan kawasan ekologi industri dapat dimulai dari pendirian kawasan
industri terpadu di dekat kawasan pertanian masyarakat.
Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen utama yaitu : (1)
mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada; (2) membuat suatu siklus material yang

tertutup dan meminimalkan emisi; (3) proses dematerialisasi; dan (4) pengurangan dan
penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan.
Empat konsep ekologi industri yaitu:
(1) Optimasi penggunaan sumber daya (resource)
Dengan sistem ekologi industri berbasis industry tebu dapat menghasilkan konsep rantai
makanan industri, yaitu pemanfaatan produk samping dan limbah menjadi bahan baku bagi
komponen sistem industri lain. Konsep ini menghasilkan suatu konsep kawasan ekologi industri
terpadu. Dalam kawasan ini, industri-industri bekerja sama untuk mengoptimasi penggunaan
sumber daya yang ada sehingga limbah industri yang dihasilkan bisa diminimalisasi.
(2) Siklus material yang tertutup dan minimalisasi emisi
Pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama limbah yang dihasilkan industri.
Ekologi industri pada industri tebu diatas secara nyata dapat meningkatkan efisiensi energi dan
emisi. Siklus material yang tertutup dapat memberikan keuntungan. Masing-masing industri
yang terlibat membutuhkan energi yang jauh lebih kecil karena dibantu oleh pasokan dari energi
alternatif yang bersumber dari limbah industri-industri lain. Dengan demikian, dampak
lingkungan yang dihasilkan bisa diminimalisir.

(3) Proses dematerialisasi

Tujuan utama ekologi industri tidak hanya untuk menghasilkan suatu siklus aliran material yang
tertutup tetapi juga meminimalkan jumlah aliran bahan dan energi yang digunakan untuk proses
produksi. Proses dematerialisasi relatif menjelaskan bahwa suatu proses produksi dan jasa
diusahakan dapat menghasilkan produk dan jasa yang sebesar-besarnya dari penggunaan bahan
baku yang ada. Proses dematerialisasi absolut menganggap bahwa dalam proses produksi harus
meminimalkan penggunaan bahan baku. Pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada
sumber energi tidak terbarukan. Penggunaan bahan bakar fosil dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan seperti efek gas rumah kaca, pemanasan global, dan hujan asam. Dalam rangka untuk
mensinergikan dengan tujuan utama ekologi industri maka diperlukan langkah perbaikan. Dalam
contoh ekologi industri berbasis industri gula di atas dapat diketahui bahwa langkah perbaikan
yang dilakukan diantaranya yaitu usaha diversifikasi energi terutama energi yang dapat
terbarukan yaitu limbah dari industri tebu berupa tetes tebu dimanfaatkan sebagai bahan baku
pada industri penyulingan bioetanol.

(4) Simbiosis industry

Simbiosis industri merupakan suatu bentuk kerja sama diantara industri-industri yang berbeda.
Bentuk kerja sama ini dapat meningkatkan keuntungan masing-masing industri dan pada
akhirnya berdampak positif pada lingkungan. Dalam proses simbiosis ini limbah suatu industri
diolah menjadi bahan baku industri lain. Proses simbiosis ini akan sangat efektif jika komponenkomponen industri tersebut tertata dalam suatu kawasan industri terpadu (eco-industrial parks).
Kawasan ekologi industri dapat diimplementasikan dengan baik jika masing-masing industri
dalam kawasan tersebut dapat saling terbuka dan terhubung dengan baik. Dalam hal ini
diperlukan kesepakatan bersama tentang pengelolaan kawasan industri bersama dengan tetap
berpegang pada prinsip ekonomi dan keselamatan lingkungan. Penerapan kawasan ekologi
industri di Indonesia saat ini masih pada tahap pengembangan dan masih sangat sedikit kawasan
industri yang menerapkannya. Hal ini disebabkan adanya ketakutan industri untuk membagi
informasi tentang bahan baku, proses produksi, dan limbah apa yang dihasilkan. Industri masih
menganggap informasi tersebut dapat disalahgunakan oleh industri lain untuk meniru produknya.
Peran pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen sangat diperlukan untuk mendorong
industri menerapkan ekologi industri. Pemerintah dapat berperan dalam pembuatan kebijakan
peraturan dan pemberian insentif bagi industri yang menerapkan ekologi industri. Masyarakat
sebagai konsumen dapat menekan industri dengan memilih produk yang dihasilkan dari proses
yang ramah lingkungan.

Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan

Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern
berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumbersumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa
mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam waktu yang
relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya
dan pola pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang
berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka
Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri dihadapkan pada persaingan yang ketat,
sehingga keunggulan komparatif yang menjadi andalan pada masa lalu sudah tak mampu untuk
menghadapi tantangan pasar bebas. Peningkatan efisiensi merupakan salah satu kunci untuk
meningkatkan daya saing terhadap produk-produk sejenis dari Negara tetangga maupun negara
lain yang masuk ke Indonesia dan juga dalam melakukan produk ekspor ekspor. Hanya dengan
keunggulan kompetitif dan produk yang berkualitas yang akan mampu berkembang dan
memenangkan persaingan dalam pasar bebas.
Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan jasa menuju pada suatu sistem yang
mempertimbangkan aspek keunggulan dan kepuasan konsumen. Harga suatu produk dan layanan
jasa besaing dengan ketat, sementara tuntutan kualitas semakin tinggi. Produsenpun mulai
dituntut berbagai aturan dan standar yang berhubungan dengan lingkungan seperti ISO 14001
dan Ecolabeling.
Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari kegiatan industri. Sebagian besar
industri masih berkutat pada pola pendekatan yang tertuju pada aspek limbah. Bahkan masih ada

yang berpandangan bahwa limbah bukanlah menjadi suatu permasalahan dan kalau perlu
keberadaannya tidak diperlihatkan. Pihak industri mungkin masih belum menyadari bahwa
sebenarnya ”limbah” sama dengan ”uang” atau pengertian tentang limbah yang terbalik, artinya
bahwa limbah merupakan uang atau biaya yang harus dikeluarkan dan mengurangi keuntungan.
Memang benar bahwa dengan mengabaikan persoalan limbah, keuntungan tidak akan berkurang
untuk jangka pendek.
Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang berkaitan dengan
”image” perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar negri yang mensyaratkan pengelolaan
lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa ada peluang yang sebenarnya mempunyai nilai
ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya terlepas karena mengabaikan aspek lingkungan.
Produksi Bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan mengedepankan bagaimana
pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai
efisiensi tinggi sehingga timbulan limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi.
Penerapan Produksi Bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi,
adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di
suatu kawasan industri dipakai sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Eco-industrial
(Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan). Penerapan Produksi Bersih di kawasan akan
memberikan keuntungan berlebih dibanding dengan keuntungan yang diperoleh industri secara
sendiri-sendiri.

Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park/ Esatate) merupakan
sekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada suatu tempat di mana pelaku-pelaku di
dalamnya secara bersama meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi dan sosialnya melalui
kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan cara bekerjasama akan
diperoleh manfaat bersama yang lebih besar dibanding penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh
setiap industri. Bahasan komprehensif mengenai Kawasan Indutri Berwasasn Lingkungan
dilakukan oleh Lowe (2001).
Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki kinerja
ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak lingkungannya.

Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur kawasan dan pabrik berwawasan
lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi, dan kemitraan antar perusahaan.
Suatu kawasan industri tidak serta merta dapat menyatakan sebagai kawasan industry
berwawasan lingkungan sekedar hanya telah melaksanakan satu atau beberapa hal sebagai
berikut :
• pertukaran satu jenis produk samping • sebagai kluster bisnis daur ulang • kumpulan
perusahaan berteknologi ramah lingkungan • kumpulan perusahaan yang membuat produk ramah
lingkungan • kawasan industri yang dirancang dengan satu tema lingkungan seperti pemanfaatan
energi tenaga sinar matahari • kawasan yang memiliki infrastruktur atau konstruksi ramah
lingkungan • pengembangan kawasan multi-pakai untuk industri, komersial dan permukiman
Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri berwawasan lingkungan
melalui :
1. Eco-industrial park (estate) (EIP / EIE) – kawasan industri yang dikembangkan dan
dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial sebanyak mungkin dan
juga manfaat bisnis Virtual Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang
tidak harus berada dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah
dan kerjasama pada tingkatan yang berbeda
2. By-product exchange (BPX) – sekelompok perusahaan yang saling mempertukarkan dan
menggunakan produk samping (energi, air, dan bahan) daripada membuangnya sebagai
limbah. Istilah-istilah yang sering dipakai BPX adalah industrial ecosystem, by-product
synergy, industrial symbiosis, industrial recycling network, green twinning, zero
emission network.
3. Eco-industrial network (EIN)- sekelompok perusahaan di suatu daerah yang bekerja sama
untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi
Konsep dasar dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi ekologi
industri, produksi bersih, perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi berkelanjutan. Beberapa
dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan
Lingkungan meliputi:
1. Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri, menggunakan pendekatan
• Lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang • Memaksimalkan efisiensi pemakaian
bahan dan energi • Meminimisasi timbulan limbah • Memanfaatkan semua limbah sebagai
produk-produk potensial dan mencari pasar limbah
2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas ekosistem alam
• Mengurangi beban lingkungan yang diakibatka oleh adanya pelepasan energi dan bahan ke
lingkungan • Merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan karakteristik dan
sensitivitas (kepekaan) alam • Menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi
bahan-bahan berbahaya dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila diperlu

3. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan untuk keperluan
industri
• Merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi • Mengganti teknologi dan desain
produk untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan yang penyebarannya kurang memungkinkan
untuk dilakukan pungut ulang (recapture) • Membuat produk menggunakan bahan sesedikit
mungkin (Dematerialisasi)
4. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka panjang dari evolusi system
industri
5. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi
masyarakat lokal
• Mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja • Memperkecil
dampak pembangunan industri pada sistem regional melalui berbagai investasi dalam programprogram masyarakat
Dasar-dasar Desain dan Konstruksi Berkelanjutan yang diterapkan mulai dari pengembangan,
perencanaan, desain, konstruksi, operasi, dan dekonstruksi. Aspek yang perlu dipertimbangkan
meliputi sumberdaya energi, air, bahan baku, dan tanah.
Prinsip-prinsip yang diapkai meliputi : konservasi (conservation), pakai ulang (reuse), dapat
diperbarui/daur ulang (renew/recycle), perlindungan alam (protect nature), tidak beracun (nontoxic) dan perpaduan (integrasi).
1. Konservasi (Conservation) : Meminimasi pemakaian sumberdaya
• Merancang efisiensi energi untuk desain bangunan, sistem pemanasan, ventilasi, air
conditioning, dan penerangan • Menggunakan penerangan sinar matahari pada siang hari
2. Pakai Ulang (Reuse) : Memilih bahan-bahan yang dapat didesain tahan lama.
• Memaksimalkan pemakaian ulang sumber daya • Mengembangkan wilayah yang sudah ada
daripada membuka lahan baru • Menggunakan kembali bahan-bahan, produk-produk bangunan •
Melakukan pengolahan air sehingga dapat dipakai ulang
3. Dapat diperbarui /Daur ulang (Renew/Recycle) :
• Menggunakan sumberdaya yang dapat diperbarui dan dapat didaur ulang • Menggunakan
bahan-bahah bangunan yang mengandung bahan yang dapat diadur ulang • Menggunakan kayukayu dari hutan berkelanjutan
4. Perlindungan Alam (Protect Nature) : Melakukan perlindungan terhadap alam

• Meminimasi kerusakan lingkungan pada saat persiapan dan pembangunan • Memilih bahanbahan yang mempunyai dampak lingkungan reandah pada saat pengambilan dan pemrosesan
5. Tidak-Beracun (Non-toxic) : Menciptakan lingkungan yang sehat, bebas dari bahanbahan beracun
• Memilih material dan peralatan yang tidak beracun • Menyediakan udara segar bagi semua
penghuni
6. Perpaduan (Integrasi) : Memadukan desain bangunan dan infrastruktur ke dalam
lingkungan alam dan manusia
• Perencanaan tata ruang dengan memanfaatkan danau, lahan basah yang telah ada dan tanamtamanan asli daerah untuk menangkap limpahan air • Mengembangkan untuk mengurangi
dampak dari pengembangan system transportasi masyarakat
Untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan dimulai dari tingkatan
perusahaan secara terus menerus dengan cara meningkatkan kinerja lingkungannya. Lima buah
skenario dalam mewujudkannya (Research Triangle Institute dalam Fleig (2000), adalah sebagai
berikut :
Skenario 1 – Keadaan Awal
Keadaan awal yang menggambarkan industri-industri anggota kawasan dan kegiatan-kegiatan
produksinya
Skenario 2 – Pencegahan Pencemaran
Industri-industri di suatu kawasan mengimplementasikan kegiatan Pencegahan Pencemaran
secara sendiri-sendiri
Skenario 3 – Pencegahan Pencemaran dan Simbiose Industri
Industri-industri di suatu kawasan mengembangkan hubungan dengan anggota-anggota lainnya
di kawasan dan mitra di luar kawasan
Skenario 4 – Penambahan Industri Baru
Hubungan simbiose baru terjalin sebagai hasil adanya anggota baru di kawasan
Skenario 5 – Relokasi dan Layanan BersamaMitra di luar kawasan berpindah lokasi masuk ke
dalam kawasan. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan menyediakan layanan yang
berkaitan dengan lingkungan Produksi Bersih dapat diterapkan secara bersama-sama dengan
melibatkan pihak manajemen kawasan, atau dengan asosiasi industri di suatu kawasan

Dokumen yang terkait

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22