PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA
PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP
TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Oleh:
Moch Bachruddin
201110230311146
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP
TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai
salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi
Oleh:
Moch Bachruddin
201110230311146
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh Big Five Personality Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada
Mahasiswa
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Peneliti
NIM
Fakultas
Perguruan Tinggi
Waktu Penelitian
: Moch. Bachruddin
: 201110230311146.
: Psikologi.
: Universitas Muhammadiyah Malang.
: 5Maret 2015 – 18Maret 2015.
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal
Dewan Penguji :
Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si
Anggota Penguji
: 1. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si
2. SitiMaimunah, S.Psi, M.M, M.A
3. YuniNurhamida, S.Psi, M.Si
Pembimbing I
(
(
(
(
)
)
)
)
Pembimbing II
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si
Malang,
Mengesahkan
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
i
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Moch Bachruddin
NIM
: 201110230311146
Fakultas
: Psikologi
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :
Pengaruh Big Five Personality Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada Mahasiswa
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan
hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undangundang yang berlaku.
Mengetahui
Ketua Program Studi
Malang, 13April 2015
Yang menyatakan
Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si
Moch. Bachruddin
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah
serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Big Five Personality Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada
Mahasiswa”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang.
Terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan dan
petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang serta selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu serta kesabaran untuk memberikan arahan serta motivasi,
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
2. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan
banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan. Sehingga skripsi ini
bisa selesai dengan baik.
3. Yudi SuharsonoS. Psi. M. Si selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi,
arahan sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.
4. Kepada seluruh bagian Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan tersendiri sejak awal sampai
selesainya skripsi ini.
5. Kepada keluarga, Ibu Titik Sujatmawati, Ayah Abdullah, kakak dan adek yang
selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga membuat penulis
selalu mempunyai motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman, ibu, kakak, bapak di Pusat Layanan Psikologi yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan kepada penulis.
7. Terima kasih buat Geraldien Putri Ash-Shidiqa&RestuAsih, yang
menjadipenasehatumumdanmemberikanmotivasitersendiribagipenulis.
8. Kawan – kawan Psikologi C’11 yang selalu mewarnai hari-hari penulis, temanteman lainnya yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi, try out
serta proses turun lapang. Sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan
tepat waktu.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Malang, 13 April
2015
Penulis,
Moch. Bachruddin
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ..................................................................................................
Surat Pernyataan .......................................................................................................
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar isi ...................................................................................................................
Daftar tabel ...............................................................................................................
Daftar lampiran .........................................................................................................
Identitas ......................................................................................................................
Intisari ........................................................................................................................
Kata Kunci / Keywords .............................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
1
1
1
Pendahuluan .....................................................................................................
Landasan Teori .................................................................................................
Metode Penelitian .............................................................................................
Hasil Penelitian ................................................................................................
Diskusi ..............................................................................................................
Simpulan dan Implikasi ...................................................................................
2
5
10
14
15
17
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 18
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
UjiValiditasSkalaKorupsi ..............................................................
RangkumanReliabilitasSkalaKorupsi ............................................
Indeksvaliditas ...............................................................................
IndeksReliabilitas ..........................................................................
PengaruhOpeness to experience
TerhadapSikapTentangKorupsi .....................................................
PengaruhExtraversion terhadapsikaptentangkorupsi ....................
PengaruhAgreeablenesssTerhadapSikapTentangKorupsi .............
PengaruhConcientiousnessTerhadapSikapTentangKorupsi . ........
PengaruhNeuroticism TerhadapSikapTentangKorupsi .................
11
12
12
12
13
14
14
14
15
v
Daftar Lampiran
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Blue Print Sikap Korupsi Untuk Try Out ......................................
Skala Untuk Try Out ......................................................................
Data Kasar Skala Sikap Korupsi (Try Out) ...................................
Hasil Validitas Dan Reliabilitas Sikap Korupsi (Try Out) ............
Instrumen Penelitian ......................................................................
Data Kasar Skala Sikap Korupsi ...................................................
Data Kasar Skala Big Five Personality .........................................
Hasil Analisa Data .........................................................................
Kata Pengantar Kuisioner Penelitian .............................................
21
23
27
31
35
40
53
67
85
vi
1
PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG
KORUPSI PADA MAHASISWA
Moch. Bachruddin
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Sikap korupsi dalam individu disebabkan banyak faktor, salah satunya
adalah kepribadian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tipe
kepribadian big five personality terhadap sikap korupsi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, jumlah subjek yang dilibatkan adalah
340 mahasiswa yang diambil menggunakan metode accidental sampling.
Skala yang digunakan adalah skala big five personality berjumlah 41 item
dan skala sikap korupsi sejumlah 49 item. Teknik analisis data yang
digunakan adalah multiple regresi. Hasil penelitian menunjukkan diantara
lima dimensi big five personality hanya satu yang menunjukkan korelasi
positif dengan sikap tentang korupsi yaitu neuroticism, sementara untuk
openes to experience, extraversion, concientiousness, agreeableness
menunjukkan korelasi negatif dengan sikap tentang korupsi. Selain itu
diantara lima dimensi big five personality yang memiliki pengaruh terkuat
adalah agreeableness dan concientiousness.
Kata Kunci
: Sikap, Korupsi, Big Five Personality
Attitude toward corruption in the individual due to many factors , one of
which is personality . The purpose of this study was to determine the
influence of big five personality personality type attitude towards corruption.
This study uses a quantitative approach , totale subject 340 students were
taken using accidental sampling method . The scale used is the scale of big
five personality totaling 41 items and scale corruption attitude some 49
items. Data analysis technique used is multiple regression . The results
showed between five big five personality dimensions only one that showed a
positive correlation with attitudes about corruption that neuroticism , while
for openes to experience , extraversion , concientiousness , agreeableness
showed a negative correlation with attitudes about corruption . Besides the
big five among the five dimensions of personality that have the strongest
influence is agreeableness and concientiousness .
Keywords
: Attitudes, Corruption , Big Five Personality
2
Perilaku korupsi hal yang biasa saat ini. Banyaknya individu yang melakukan korupsi,
menurut data yang dilansir viva (2013), menjadikan Indonesia menjadi negara terkorup
peringkat 127 dengan derajat nilai persepsi korupsi sebanyak 28%. Contoh kasus yang
menjerat menteri agama terjadi karena beliau dianggap memanfaatkan biaya perjalanan
haji, pengadaan pemondokan, transportasi, catering, serta pemberangkatan haji pejabat
dan sejumlah tokoh dengan menggunakan dana masyarakat (Jawa Pos 23 Mei 2014).
Berdasarkan data yang dirilis Indonesia Corruption Watch (ICW), jumlah kasus korupsi
cenderung menurun dalam rentang tahun 2010-2012, namun kembali meningkat pada
tahun 2013-2014. Pada tahun 2010 jumlah kasus korupsi yang disidik kejaksaan,
kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencapai 448 kasus. Pada 2011,
jumlahnya menurun mencapai 436 kasus dan menurun lagi pada 2012 menjadi 402
kasus. Namun pada 2013, jumlahnya naik signifikan menjadi 560 kasus. Pada 2014,
jumlah kasus korupsi diperkirakan akan meningkat lagi peningkatan pada semester 12014 jumlahnya sudah mencapai 308 kasus. Korupsi marak lagi disebabkan beberapa
faktor menurut ICW, hukuman terhadap koruptor tidak menciptakan efek jera dan
gentar, menurut riset ICW, sebagian besar koruptor hanya dihukum 2 tahun oleh
pengadilan. Setelah dikurangi remisi dan pengurangan masa tahanan lain, koruptor
hanya menjalani hukuman penjara yang singkat, kurangnya upaya pemiskinan koruptor
melalui penerapan pasal pencucian uang. Pasal pencucian uang yang bisa memiskinkan
koruptor memang semakin sering digunakan KPK. Namun, kejaksaan dan kepolisian
masih sangat kurang menggunakan pasal ini dalam kasus korupsi. Kurangnya
pencegahan melalui perbaikan sistem birokrasi yang menyebabkan selalu ada
kesempatan untuk korupsi. Solusinya adalah lembaga peradilan harus mampu
memberikan hukuman yang menciptakan efek jera pada para koruptor. (Kompas 18
Agustus 2014).
Dalam survei integritas anak muda 2012 didapatkan hasil hampir tiga puluh persen anak
muda menganggap bahwa kesediaan untuk melakukan pelanggaran hukum ketika hal
tersebut merupakan bentuk solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan teman-teman,
tetap merupakan ciri orang yang berintegritas. Permisivitas ini menguat dengan adanya
temuan bahwa separuh dari anak muda (50%) maupun orang dewasa (51%)
menganggap bahwa berbohong atau berbuat curang tetap merupakan sikap yang
berintegritas ketika tindakan tersebut dilakukan dalam situasi yang sulit bagi dirinya
atau keluarganya. Secara umum, baik anak muda maupun orang dewasa memiliki
pengalaman yang cenderung rendah dengan tindakan korupsi. Pengalaman terbanyak
diperoleh dalam hal menghindari tilang polisi dan mendapatkan dokumen/izin. Dalam
hal pengalaman menghindari tilang polisi, baik anak muda maupun orang dewasa,
memilik pengalaman cukup tinggi (47% dan 36%). Dan terlihat pula bahwa dibanding
orang dewasa, anak muda cenderung lebih memilih untuk “berdamai” dengan polisi
supaya mereka tidak ditilang.
Berdasarkan makalah empiris Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Airlangga 2012/2013 dituliskan bahwa contoh korupsi kecil yang
menunjukkan krisisnya identitas nasional kaum muda di Indonesia. Menyontek atau
plagiat saat ini merupakan hal yang biasa dilakukan ketika seseorang mengalami
kejenuhan berfikir dan merasa bahwa menggunakan metode copy-paste jauh lebih
mudah dilakukan karena menghemat waktu dan praktis tanpa harus bersusah payah
untuk berfikir. Namun menyontek atau plagiat dengan cara megcopy ide, tulisan,
3
gambar dan apa saja karya milik orang lain tanpa seijin pemiliknya tentu saja hal
tersebut akan merugikan pihak pemilik aslinya. Oleh karena itu sikap anti plagiat perlu
ditananamkan dalam diri kaum pemuda Indonesia khususnya kaum mahasiswa yang
dinggap oleh masyarakat sebagai kaum terpelajar.
Dari beberapa contoh kasus korupsi diatas, pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya
kesempatan melalui gangguan atau tuntutan kebutuhannya sehingga muncullah
pemikiran untuk menguntungkan diri sendiri. Ketika individu mampu beradaptasi
dengan baik, disertai pengendalian diri yang baik hal ini dapat meminimalisir terjadinya
kasus korupsi. Sikap dan perilaku individu juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian
yang dimilikinya, faktor-faktor kepribadian tiap individu berbeda, dengan kepribadian
yang berbeda ini maka sikap tiap individu menjadi bereda juga.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku korupsi yakni
Individu (internal) dan lingkungan (external), faktor internal ( rendahnya integritas,
identitas moral, self control, empati, rendahnya level perkembangan moral kognitif,
psikopatologi ) dan external ( sistem, budaya, struktur, nilai-nilai yang dianut, cabang
organisasi ). (dalam Agata). Dari kedua faktor ini yang menjadi fokus peneliti adalah
faktor internal yang lebih mengedepankan pada level individual yakni tipe kepribadian
big five personality.
Dalam penelitian Adebayo (2010) didapatkan data bahwasanya kepribadian memiliki
pengaruh dalam pembentukan sikap untuk melakukan korupsi, kepribadian individu
membentuk dasar untuk merespon situasi tertentu yang berada dalam lingkungannya,
proses tersebut mempengaruhi individu untuk bertindak. Dalam penelitian ini terdapat
hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert cenderung memiliki respon
atau menanggapi untuk melakukan korupsi lebih tinggi karena cenderung memiliki rasa
malu yang rendah, banyak bicara dan kecenderungan untuk mencoba hal baru serta
berani mengambil resiko. Penelitian ini juga menjelaskan hasil bahwasanya usia dan
sikap memiliki hubungan yang saling menguatkan dimana semakin bertambah usia
kecenderungan untuk melakukan korupsi juga semakin tinggi. Individu akan
memberikan penilaian yang berbeda akan suatu hal serta pengambilan keputusan yang
berbeda pula dan dipengaruhi oleh kepribadian yang ada dalam individu.
Kepribadian tiap individu berbeda-beda kepribadian dapat mempengaruhi individu
dalam berperilaku. Pada dasarnya kepribadian merupakan bawaan sejak lahir, namun
yang menjadi berbeda antara individu satu dengan yang lain, lingkungan akan
mempengaruhi banyak faktor lain yang mempengaruhi, sikap merupakan dampak dari
tipe kepribadian individu , masing-masing tipe kepribadian individu akan berbeda untuk
menentukan sikap akan suatu hal, tipe keribadian yang menjadi fokus merupakan Big
Five Personality dimana menurut McCrae dan Costa dalam jess & Feist (2010) ada lima
macam keribadian yaitu, opennes, conscientiousness, extraversion, agreeableness,
neuroticism. Pada penelitian yang dilakukan Zainal abidin (2014) kepada penghuni
lapas yang tidak terlibat kasus korupsi dengan profesi sebelum masuk lapas antara lain
PNS (46 %), pegawai BUMN (11%), dan lain-lain seperti politisi, pengusaha, karyawan
sebanyak (43%) didapatkan hasil sebagai berikut :
4
No.
1.
2.
3.
4.
Terlibat / Tidak terlibat
Tidak pernah terlibat seperti yang
dituduhkan hakim
Terlibat, tetapi hanya melaksanakan
tugas atasan
Terlibat seperti yang didakwakan di
pengadilan
Lainnya
Jumlah
32
Persen
32%
49
49%
3
3%
16
16%
Dari data diatas para partisipan umumnya mengaku tidak terlibat tindak pidana korupsi,
hanya 3% yang mengaku terlibat, sisanya 32% mengaku tidak pernah terlibat dan 49%
mengaku terlibat karena perintah atasan, sedangkan 16% tidak memberikan jawaban.
Para partisipan umumnya memiliki kepribadian dengan trait agreeableness dan
conscientousness tinggi tetapi openness relatif rendah, pada dasarnya dengan skor
openness yang rendah diartikan bahwa seorang memiliki kecenderungan untuk maju
dan berprestasi dengan membuka diri pada pengetahuan-pengetahuan baru, mereka
lebih mengutamakan keharmonisan dan conformity dengan orang lain dan bukan
memberikan prioritas pada keterbukaan berprestasi untuk masa depan dari 49 orang atau
49% partisipan mengaku bahwa keterlibatannya hanya melaksanakan tugas.
Hasil penelitian Brian (2008) menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian
Adebayo, dalam penelitiannya menunjukkan hasil skor rendah pada neuroticism dan
tinggi pada extraversion menunjukkan kecenderungan untuk melakukan korupsi rendah.
Banyaknya kasus korupsi yang terjadi dan melibatkan remaja, hal ini membuat
penelitian dilakukan dengan mengedepankan faktor internal individu yakni kepribadian.
Dalam penelitian ini kepribadian yang diteliti adalah Big Five Personality. Sehingga
diharapkan penelitian ini mampu menyumbangkan pengetahuan baru penyebab
munculnya korupsi serta mengetahui dimensi kepribadian Big Five Personality yang
berpengaruh pada sikap tentang korupsi, sebagai bentuk preventif korupsi sejak dini.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah, apakah trait
dalam Big Five Personality mempengaruhi individu ketika melakukan korupsi ? tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui trait pada Big Five Personality yang
mempengaruhi individu untuk melakukan korupsi, Sehingga manfaat dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi
pengembangan disiplin Psikologi sosial, sebagai bentuk preventif pada generasi penerus
untuk meminimalisir terjadinya korupsi serta memberikan masukan kepada pihak terkait
untuk selektif memilih individu yang memiliki kecenderungan perilaku rendah terhadap
korupsi untuk mengurangi kasus korupsi di Indonesia.
Sikap Korupsi
Menurut Sherif & Sherif (1956) sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan
timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Sedangkan menurut Fishbein & Ajzen
(1975) menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk
melakukan suatu tindakan. (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003).
Menurut pendekatan Allport (1976) sikap dipengaruhi tiga komponen, kognitif, afektif,
konatif. Komponen Kognitif merupakan komponen yang tersusun
atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya dari
5
pengetahuan ini akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap,
komponen Afektif merupakan suatu hal yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak
senang. Bersifat evaluatif dan berhubungan dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem
nilai yang dimilikinya. Komponen Konatif merupakan kesiapan individu untuk
bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Dari ketiga komponen sikap
ini saling berhubungan untuk merespon suatu hal. (dalam Dayakisni & Hudaniah,
2003).
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mendapatkan keuntungan pribadi,
merugikan kepentingan umum dan negara. Sedangkan menurut Menurut Mochtar
(dikutip dari Syamsul 2006) korupsi merupakan salah satu penyakit masyarakat, sama
dengan kejahatan lain seperti pencurian yang sudah ada sejak manusia ada di muka
bumi ini. Masalah utama yang dihadapi adalah korupsi meningkat seiring dengan
kemajuan, kemakmuran, dan teknologi. Kenyataanya membuktikan bahwa semakin
maju pembangunan suatu bangsa semakin meingkat pula kebutuhan hidup dan
mendorong orang untuk melakukan kejahatan, termasuk korupsi.
Menurut Alatas (dalam wibowo agus 2013). Menyebutkan terdapat beberapa bentuk
korupsi yaitu :
a. Bribery (sogokan), memberikan barang atau uang dengan tujuan memperlancar
keinginan individu.
b. Nepotisme, dalam hal ini nepotisme diartikan atau dicontohkan seperti
pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu politik untuk menduduki atau
menempati jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang dimilkinya
dan dampaknya akan mempengaruhi kebutuhan publik.
c. Extortion (pemerasan), tindakan meminta secara paksa sejumlah uang atau
barang untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan tujuan menutupi atau
memperlancar keinginan individu.
d. Penggelapan (fraud) yaitu perbuatan mengambil barang milik orang lain
sebagian atau seluruhnya.
e. Berbuat curang yaitu perbuatan yang dilakukan individu untuk mendapat
keuntungan pribadi dengan membenarkan segala cara
Dari beberapa pendapat tentang definisi sikap terhadap korupsi dapat disimpulkan
bahwa sikap merupakan respon terhadap stimulus yang dapat berubah akibat adanya
pengaruh lingkungan. Sedangkan korupsi merupakan tindakan atau tingkah laku yang
dilakukan individu untuk menguntungkan diri sendiri. Maka sikap korupsi dapat
diartikan sebagai kecenderungan untuk memberikan suatu respon yang diwujudkan
melalui persepsi dan pemahaman terhadap korupsi yang dicirikan menjadi beberapa
bentuk, yaitu fraud (penggelapan), penipuan, penghianatan, dilakukan secara rahasia,
penyuapan, meminta imbalan (timbal balik).
Faktor-Faktor Penyebab Korupsi
Dalam teori yang dikemukakan Jack Bologne yang disebut GONE theory ( dikutip dari
Nyoman, 2000), bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :
1. Greeds (keserakahan)
6
Berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada didalam
diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan)
Berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang
sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan.
3. Needs (kebutuhan)
Berkaitan dengan faktor- faktor yang dibutuhkan oleh individu-individu untuk
menunjang hidupnya yang wajar.
4. Exposures (pengungkapan)
Berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku
kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.
Faktor yang mempengaruhi korupsi terdiri dari faktor external dan internal, antara lain :
1. Faktor external :
a. System organisasi
b. Budaya
c. Nilai-nilai yang dianut
d. Struktur
e. Cabang organisasi
2. Faktor internal :
a. Rendahnya integritas
b. Identitas moral
c. Self control
d. Empati
e. Rendahnya level perkembangan moral kognitif
f. Psikopatologi
Faktor internal tidak hanya berpengaruh pada individu saja, melainkan dapat
mempengaruhi kelompok. (dalam, Agata).
Big Five Personality
Menurut Carl Gustav Jung (dalam Alwisol, 2010). Kepribadian adalah mencakup
keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidaksadaran.
Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik. Sedangkan menurut Gordon Allport (dalam Alwisol, 2010).
Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang
menentukkan penyesuaian yang unik dengan lingkungannya.
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu sistem
yang ada dalam psikis individu mencakup fikiran, perasaan yang bisa mempengaruhi
perilaku individu untuk melakukan penyesuaian diri dilingkungannya.
Sedangkan dalam dimensi Big Five Personality dijelaskan bahwa kepribadian individu
terdiri dari lima sifat (trait) dasar. Kelima dimensi dasar tersebut menggambarkan
perbedaan dalam perilaku kognitif, afektif dan sosialnya. Menurut Pevin & Jhon Kelima
dimensi dasar ini sering diartikan sebagai model big five personality dan cenderung
stabil sepanjang rentang kehidupan (Zulkarnaen, 2010). Sama halnya dengan pendapat
dari Goldberg (1993) bahwa lima faktor kepribadian (personality trait) yang terbagi atas
7
extraversion, agreeableness, concientiousness, neurotism, dan openess to experience.
Menurut McCrae & Costa (dalam Jeis & Feist, 2010). Big Five Personality terdiri dari 5
macam, yaitu: opennes to experience (keterbukaan dan pengalaman), conscientiousness
(kesadaran), extraversion, agreeableness (keramahan), neuroticism.
Opennes to experience (keterbukaan dan pengalaman) adalah kemampuan menyerap
ide-ide, pendekatan-pendekatan, dan percobaan-percobaan baru. Individu yang
memiliki skor tinggi dalam openness ditandai oleh sifat-sifat seperti imajinatif,
berbudaya, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, orisinal, berwawasan luas, cerdas,
artistik. Sebaliknya individu yang memiliki openness rendah maka ditandai oleh sifat
konvensional, memiliki minat yang dangkal, tidak memiliki apresiasi seni, tidak mampu
berfikir analitik.
Extraversion adalah dimensi kepribadian yang cenderung memiliki ambisi dan
kemampuan bersosialisasi, individu yang memiliki skor tinggi digambarkan dengan
orang yang suka bersosialisaisi, aktif bicara, agresif, enerjik, antusias, asertif, dan
optimistik.
Agreeableness (keramahan) dengan skor tinggi cenderung mementingkan diri sendiri
dalam berhubungan dengan orang lain, percaya pada keinginan baik orang lain, baik
dan altruistik. Sebaliknya individu dengan skor rendah ditandai dengan sifat sinis, kasar,
berprasangka, tidak kooperatif, pendendam, manipulatif, tidak berperasaan.
Conscientiousness (kesadaran) adalah dimensi kepribadian yang ditandai oleh ciri
seperti : efisien, organized, dapat dipercaya, terencana, cermat, bertanggungjawab,
berorientasi pada prestasi, produktif, mampu menunda kepuasan untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik dimasa depan. Individu-individu yang memiliki skor tinggi
dalam conscientiousness pada umumnya sangat patuh dan disiplin, dapat dipercaya,
tidak mudah putus asa, disiplin, ambisius dan kerja keras, bahkan sebagian dari mereka
“kecanduan kerja”. Sebaliknya individu yang memiliki skor rendah dicirikan oleh
malas, tidak memiliki tujuan, ceroboh, hedonis, tidak dapat dipercaya, kurang memiliki
kemauan, loyo.
Neuroticism dengan skor tinggi pada umunya sering mengasihani diri sendiri,
pencemas, kurang mempercayai orang lain, depresif, kurang mampu beradaptasi dengan
lingkungan sosial secara positif, merasa tidak berdaya, rentan terhadap perubahan atau
reaksi lingkungan. Sedangkan individu yang memiliki skor rendah cenderung tenag,
rileks, merasa aman, puas dengan dirinya, tidak emosional, mampu bertahan dalam
kondisi yang sulit.
Pengaruh Kepribadian Big Five Personality Terhadap Sikap Tentang Korupsi
Sikap korupsi ditinjau dari big five personality bahwasanya orang yang memiliki skor
tinggi pada faktor kepribadian opennes to experience (keterbukaan dan pengalaman)
cenderung memiliki sikap kemampuan menyerap ide-ide, pendekatan-pendekatan, dan
percobaan-percobaan baru. Sehingga dia akan berani mencoba hal-hal baru seperti
kecenderungan untuk melakukan korupsi.
8
Extraversion adalah dimensi kepribadian yang cenderung memiliki ambisi dan
kemampuan bersosialisasi, individu yang memiliki skor tinggi pada kepribadian ini
memiliki kecenderungan untuk melakukan korupsi dikarenakan mempunyai sikap yang
mudah bersosialisasi dengan lingkungan, karena lingkungan yang membentuk sikap
dari individu maka tidak menutup kemungkinan individu yang memiliki skor tinggi
pada faktor kepribadian ini akan melakukan korupsi.
Agreeableness (keramahan) dengan skor tinggi cenderung mementingkan diri sendiri
dalam berhubungan dengan orang lain, percaya pada keinginan baik orang lain, baik
dan altruistik. Jika digambarkan individu yang memiliki skor tinggi pada faktor
kepribadian ini akan cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungannya sehingga ada
kecenderungan untuk melakukan korupsi.
Conscientiousness (kesadaran) adalah dimensi kepribadian yang ditandai oleh ciri
seperti : efisien, organized, dapat dipercaya, terencana, cermat, bertanggung jawab,
berorientasi pada prestasi, produktif, mampu menunda kepuasan untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik dimasa depan. Individu yang memiliki skor tinggi pada faktor
kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk melakukan korupsi lebih kecil karena
lebih menekankan kepada tanggung jawab terhadap pekerjaan, jujur, dan dapat
dipercaya.
Neuroticism dengan skor tinggi pada faktor ini maka dicirikan memiliki sikap sering
mengasihani diri sendiri, pencemas, kurang mempercayai orang lain, depresif, kurang
mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial secara positif, merasa tidak berdaya,
rentan terhadap perubahan atau reaksi lingkungan. Dari gambaran yang ada, individu
yang memiliki skor tinggi pada faktor kepribadian ini memiliki kecenderungan
menghindari sikap korupsi karena ada sifat yang menggambarkan individu dengan
kepribadian ini cenderung penakut dan kurang percaya dengan orang lain.
Dari penjelasan diatas dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
9
Openness to experience dengan ciri-ciri
cenderung
memiliki
sikap
kemampuan
menyerap
ide-ide,
pendekatan-pendekatan,
dan
percobaan-percobaan baru. Sehingga
dia akan berani mencoba hal-hal baru
Extraversion dengan ciri-ciri cenderung
memiliki ambisi dan kemampuan
bersosialisasi.
Agreeableness
dengan
ciri-ciri
cenderung mementingkan diri sendiri
dalam berhubungan dengan orang
lain, percaya pada keinginan baik
Big Five
Personality
Conscientouiness
dengan
Skor tinggi
memiliki
kecenderung
an untuk
melakukan
korupsi
ciri-ciri
efisien, organized, dapat dipercaya,
terencana, cermat, bertanggung jawab,
berorientasi pada prestasi, produktif,
mampu menunda kepuasan untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik
dimasa depan
Neuroticism dicirikan memiliki sikap
sering mengasihani diri sendiri,
pencemas, kurang mempercayai orang
lain, depresif, kurang mampu
beradaptasi dengan lingkungan sosial
Skor tinggi
Kecenderun
gan tidak
melakukan
korupsi
10
Hipotesa
Berdasarkan uraian mengenai sikap korupsi ditinjau dari big five personality, secara
rinci hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh dengan rincian sebagai
berikut :
-
Individu yang memiliki oppeness to experience tinggi lebih positif terhadap
sikap tentang korupsi,
Individu yang memiliki exstraversion tinggi lebih positif terhadap sikap tentang
korupsi,
Individu yang memiliki agreeableness tinggi lebih positif terhadap sikap tentang
korupsi,
Individu yang memiliki conscientiousness tinggi lebih negatif terhadap sikap
tentang korupsi.
Individu yang memiliki neuroticism tinggi lebih negatif terhadap sikap tentang
korupsi,
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimen dikarenakan analisa
menekankan pada data-data numerical (angka) yang dioalah dengan metode statistika
dan penelitian ini tidak menggunakan treatment atau eksperimental (Azwar, 2012).
Peneltian inii bersifat korelasional kausalitas yang bertujuan untuk mengetahui kuat
lemah hubungan disebabkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah
Malang, dimana sample yang diambil. Penentuan sample dalam penelitian ini
menggunakan metode accidental sampling adalah tekhnik penentuan sampel berdasar
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, jika orang yang kebetulan ditemui tersebut dianggap cocok
sebagai sumber data (Sugiyono,2007)
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 340 yang merupakan
perwakilan jumlah mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah malang, tahun 2013
didapatkan data 26.171 maka data tahun 2014 diperkirakan ada sekitar 30.000
mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2015. Untuk
menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan tabel Krejcie dan Morgan.
11
Variabel dan Instrumen Penelitian
Terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel terikat adalah sikap korupsi dan
variabel bebas berupa big five personality. Sikap korupsi adalah kecenderungan yang
dilakukan individu untuk mendapat keuntungan pribadi dan dipengaruhi oleh aspek
sikap yaitu kognitif, konatif, dan afektif. Big five personality adalah kelompok
kepribadian yang terdiri dari lima macam yaitu: Neuroticism (N), Extraversion (E),
Openness to Experience (O), Agreeableness (A), Conscientiousness (C)
Metode pengumpulan data untuk mengukur variabel terikatnya yaitu sikap korupsi,
peneliti akan menggunakan skala Likert yang dibuat sendiri sejumlah 49 item untuk
mengetahui kecenderungan perilaku korupsi yang dilakukan oleh remaja. Sementara itu
untuk mengukur tipe kepribadian big five personality, peneliti menggunakan alat ukur
Big Five Inventory yang disusun ulang oleh Annisa Yunita (2012) berjumlah 41 item.
Tabel 1. Uji Validitas Skala Korupsi
No
Aspek
No. Aitem
No Aitem
Valid
No Aitem
Gugur
Indeks
Validitas
1
Bribery
1,31,16,46,
16,46,17,47,2,
32, 3,33, 18,48
1, 31
0,308 – 0,615
19,49,4,34,5,
50,20,35,6,36
19,4,34,5,20,3
5,6,36
49, 50
0,371 – 0,597
21,51
21,51
7,37,22,52,8,
53,23,38
7,37,22,52,53,
23,38,39,9,
8, 24
0,310 – 0,653
24,39,9,54
54
25,55, 10,40
25,40
55,10,56,12
0,352 – 0,643
11,41,26,56
11,41,26,
27,57,12,42
27,57,42
13,43,28,58,2
9,59,14,44,15
,45,30,60
13,43,28,58,29
,59,14,15,45,3
0,60
44
0,359 – 0,626
60
49
11
-
17,47,2,32,3,
33,18,48
2
3
4
5
Nepotisme
Berbuat curang
Extortion
Fraud
(penggelapan)
Total
Berdasarkan uji validitas skala Sikap Tentang Korupsi di atas, diketahui bahwa untuk
skala Sikap Korupsi yang terdiri dari 60 aitem setelah try out dan dianalisis diperoleh 49
aitem valid dan 11 aitem gugur (tidak valid). Dari hasil penelitian uji validitas skala
Sikap Korupsi aitem yang gugur yaitu no 1,8,12,14,24,25,26,31,40,49,50.
12
Tabel 2. Rangkuman Reliabilitas Skala Korupsi
No
Aspek
Alpha
Keterangan
1
2
3
4
5
Bribery
Nepotisme
Berbuat curang
Extortion
Fraud
(penggelapan)
Skala Sikap Korupsi secara keseluruhan
0.615
0.597
0.608
0.643
0,626
Reliabel
Kurang Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
0,936
Reliabel
6
Tabel 3. Indeks Validitas
Alat ukur
Skala Korupsi
Skala Big Five
Jumlah Item yang
diujikan
60
-
Jumlah item valid
Indeks validitas
49
41
0,308 – 0,653
0,940
Tabel 4. Indeks Reliabilitas
Alat Ukur
Skala Korupsi
Skala Big Five
Alpha
0,936
0,940
Dari uji reliabilitas pada skala Sikap Korupsi di atas, diketahui pada aspek pertama
memiliki alpha sebesar 0.615, aspek kedua memiliki alpha sebesar 0.597, aspek ketiga
memiliki alpha 0.608, aspek keempat alpha sebesar 0,643, aspek kelima alpha sebesar
0,626 dan reliabilitas skala Sikap Korupsi keseluruhan menunjukkan alpha sebesar
0.936. Dari kelima aspek, kecuali aspek kedua dan nilai secara keseluruhan memiliki
jumlah alpha yang lebih besar dari jumlah standar, yaitu 0.6 atau 60 %, sehingga secara
garis besar kelima aspek tersebut memiliki reliabilitas aitem.
Untuk skala Big Five Personality tidak memerlukan tryout dikarenakan peneliti
menggunakan skala Big Five Inventory yang disusun ulang oleh Annisa Yunita (2012)
dengan reliabilita sebesar 0.940 sejumlah 41 aitem dan tidak perlu dilakukan modifikasi
karena karakteristik subjek penelitian peneliti sebelumnya sama dengan subjek
penelitian yang digunakan peneliti saat ini.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu sikap korupsi, untuk mengetahui
kecenderungan perilaku korupsi yang dilakukan, peneliti menggunakan alat ukur berupa
skala Likert. Dan untuk melakukan pengukuran atau mengetahui dimensi kepribadian
dari big five personality. Peneliti menggunakan alat ukur baru yang dibuat sendiri dan
alat ukur yang sudah ada. Dalam penelitian ini tidak memerlukan treatment karena
dalam penelitian ini peneliti mencari sebab-akibat dari variabel. Selanjutnya
menggunakan analisis secara kuantitatif yaitu memasukkan angka dan perhitungan
dalam metode statistik, Secara spesifik, digunakan multiple regression untuk
menganalisis lebih dari satu variabel bebas yaitu Big Five Personality serta satu
variabel tetap yakni sikap korupsi. Kemudian peneliti melakukan uji coba atau try out
yang dilakukan pada tanggal 9 Maret sampai 13 Maret 2015 kepada responden yang
13
memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Setelah mengetahui validitas dan reliabilitas
dari try out tersebut, pernyataan yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian ini.
Tahap berikutnya adalah pelaksanaan penelitian dimana peneliti menyebarkan skala
yang telah di try out dan telah melewati proses penghilangan aitem aitem yang tidak
valid pada tanggal Tahap berikutnya adalah pelaksanaan penelitian dengan
menyebarkan skala, penyebaran skala dilakukan pada tanggal 16 Maret sampai 27
Maret 2015 dengan cara peneliti mendatangi subjek atau mahasiswa yang sedang
berkumpul untuk mengisi skala yang sudah ada.
Dalam penelitian ini menggunakan analisa data multiple regresi karena penelitian ini
menguji hubungan yang mempunyai kausal (sebab akibat) lebih dari satu variabel bebas
ke variabel terikat.
HASIL PENELITIAN
Teknik analisis Big five Personality sebagai prediktor Sikap tentang Korupsi pada
mahasiswa menggunakan analisis multiple regresi dengan menggunakan software SPSS
versi 21. Data yang digunakan dalam analisis statistik penelitian ini adalah skor murni .
Hal ini bertujuan untuk mempermudah membandingkan antara skor hasil yang dari
pengukuran variabel yang diteliti dan untuk menghindari kesalahan pengukuran
Tabel 5. Pengaruh Openess to experience terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
-0,168
0,168
0,028
0,001
Berdasarkan pada tabel 5 menjelaskan bahwa korelasi antara Openess to experience
dengan sikap tentang korupsi adalah -0,168 dengan tingkat siginfikansi 0,001, karena
jauh dibawah 0,05 maka korelasi antara Openess to experience dengan sikap tentang
korupsi jelas, arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Openess to
experience dengan sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor trait openess to
experience tersebut maka semakin rendah sikap tentang korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,028 yang berarti sumbangan efektif Openess to
experience sebesar 2,8% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu,
sedangkan sisanya (100% - 2,8% = 97,2%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
Tabel 6. Pengaruh Extraversion terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
-0,132
0,132
0,017
0,007
14
Berdasarkan pada tabel 6 menjelaskan bahwa korelasi antara Extraversion dengan sikap
tentang korupsi adalah -0,132 dengan tingkat siginfikansi 0,007, karena jauh dibawah
0,05 maka korelasi antara Extraversion dengan sikap tentang korupsi jelas, arah
hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Extraversion dengan sikap
tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor trait tersebut maka semakin rendah sikap
korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,017 yang berarti sumbangan efektif extraversion
sebesar 1,7% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu, sedangkan sisanya
(100% - 1,7% = 98,3%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
Tabel 7. Pengaruh Agreeableness terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
-0,336
0,336
0,113
0,000
Berdasarkan pada tabel 7 menjelaskan bahwa korelasi antara Agreeableness dengan
sikap tentang korupsi adalah -0,336 dengan tingkat siginfikansi 0,000, karena jauh
dibawah 0,05 maka korelasi antara Agreeableness dengan sikap tentang korupsi jelas,
arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Agreeableness dengan
sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor trait tersebut maka semakin rendah
sikap tentang korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,113 yang berarti sumbangan efektif agreeableness
terhadap sikap tentang korupsi sebesar 11,3%, sedangkan sisanya (100% - 11,3% =
88,7%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Tabel 8. Pengaruh Concientiousness terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
-0,232
0,232
0,054
0,000
Berdasarkan pada tabel 8 menjelaskan bahwa korelasi antara Concientiousness dengan
sikap tentang korupsi adalah -0,232 dengan tingkat siginfikansi 0,000, karena jauh
dibawah 0,05 maka korelasi antara Concientiousness dengan sikap tentang korupsi
jelas, arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Concientiousness
dengan sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor trait tersebut maka semakin
rendah sikap tentang korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,054 yang berarti sumbangan efektif concientiousness
sebesar 5,4% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu, sedangkan sisanya
(100% - 5,4% = 94,6%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
15
Tabel 9. Pengaruh Neuroticism terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
0,090
0,090
0,008
0,049
Berdasarkan pada tabel 9 menjelaskan bahwa korelasi antara Neuroticism dengan sikap
tentang korupsi adalah 0,090 dengan tingkat siginfikansi 0,049, karena dibawah 0,05
maka korelasi antara Neuroticism dengan sikap tentang korupsi jelas, arah hubungan
negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Neuroticism dengan sikap tentang
korupsi, dimana semakin tinggi skor trait tersebut maka semakin tinggi juga sikap
tentang korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,008 yang berarti sumbangan efektif neuroticism
sebesar 0,8% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu, sedangkan sisanya
(100% - 0,8% = 99,2%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
DISKUSI
Berdasarkan hasil analisis regresi yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara
concientiousness dengan kecenderungan sikap korupsi. Hal ini selaras dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sonya (2013) yang menguji adanya hubungan negatif antara trait
conscientiouesness terhadap perilaku kerja kontraproduktif dalam artian individu
dengan skor tinggi pada trait ini akan jauh dari perilaku kerja kontraproduktif
disebabkan adanya pembawaan dari concientiousness yang berorientasi pada
pencapaian tujuan, apabila dihubungkan dengan penelitian ini individu yang memiliki
skor tinggi pada concientiousness dengan ciri-ciri memiliki tujuan , dapat dipercaya,
memiliki kemauan yang keras, hal ini berhubungan juga dengan salah satu faktor
internal penyebab korupsi yakni kontrol diri , maka ketika individu dihadapkan pada
suatu kondisi yang membuatnya untuk memilih seperti godaan untuk melakukan
korupsi dia akan lebih memikirkan untuk mencapai tujuan dan mengontrol dirinya
untuk tidak merugikan orang lain yaitu dengan cenderung menghindari untuk
melakukan korupsi.
Dalam penelitian ini terdapat hubungan negatif antara openess to experience dengan
sikap korupsi individu hal ini selaras dengan penelitian Nurul & Nilan (Tanpa Tahun).
Yang menjelaskan terdapat hubungan negatif antara openes to experience dengan sikap
terhadap seks pra nikah hasil ini menunjukkan individu dengan openess to experience
dengan skor tinggi akan cenderung menolak adanya seks pranikah karena lebih melihat
ke norma-norma yang ada dilingkungannya, sama halnya dengan sikap korupsi individu
dengan openess to experience tinggi maka sikapnya akan cenderung menolak terjadinya
korupsi dengan ciri-ciri terbuka dengan lingkungan maka individu tersebut cenderung
akan menyeleksi perbuatan yang dilakukan itu sesuai norma atau tidak, jika dirasa tidak
sesuai dengan norma yang ada maka individu akan cenderung menolak hal tersebut.
Diperkuat dengan faktor internal penyebab korupsi tentang perkembangan moral, sesuai
dengan pendapat Santrock (1995) tentang perkembangan moral berkaitan dengan aturan
16
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakuan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain, dengan adanya perkembangan moral yang baik maka individu
tersebut akan menyesuaikan dirinya dengan norma norma dan hukum yang ada
dilingkungannya, seperti halnya tidak boleh melakukan korupsi maka dia tidak
melakukan korupsi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan J. William Stoughton dkk (2013). Mengenai Big
Five Personality Traits Reflected in Job Applicants’ Social Media Postings
menunjukkan hasil bahwasanya individu dengan agreeableness rendah sangat mungkin
terlibat dalam perilaku untuk merusak perasaan melalui postingan di media sosial
karena kurangnya kesadaran dalam dirinya, sama halnya dengan penelitian ini hasil
agreeableness mempunyai skor negatif dimana semakin tinggi skor agreeableness yang
dimiliki individu maka kecenderungan sikap individu untuk melakukan korupsi akan
semakin rendah. agreeableness tinggi akan memiliki empati salah satu faktor internal
penyebab terjadinyanya korupsi yakni empati yang rendah pada individu kepada orang
lain, maka ketika individu tersebut memiliki empati yang tinggi terhadap sesama maka
dia akan cenderung untuk menghindari melakukan korupsi.
Untuk hasil neuroticism yang menunjukan adanya hubungan positif, hal ini selaras
dengan penelitian Abidin (2014) yang menyatakan bahwa individu yang mempunyai
skor sedang pada neuroticism partisipan melakukan korupsi berdasarkan pada persepsi
adanya kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi, mereka memiliki kebutuhan
yang tinggi, memperoleh kekuasaan, meskipun mereka juga mengalami kecemasan,
atau tidak nyaman secara psikologis, dari pernyataan diatas apabila dihubungkan
dengan hasil penelitian ini, sesuai dengan faktor penyebab korupsi dengan adanya
kesempatan, peluang serta tekanan psikologis (psikopatologi) maka individu dengan
skor tinggi pada neuroticism akan cenderung melakukan korupsi karena adanya tekanan
dari lingkungan pada dirinya, melihat adanya kesempatan dan kekuasaan yang ada
maka individu tersebut akan melakukan korupsi.
Sedangkan hasil extraversion yang menunjukkan adanya hubungan negatif dengan
sikap korupsi hal ini selaras dengan penjelasan dalam McShane & Von Glinov (2010)
dengan ciri individu yang memiliki skor extraversion tinggi dicirikan dengan mudah
bergaul atau beradaptasi, menurut Matsuba (dalam Fauzia & Frieda, 2014). Mudah
bergaul atau beradaptasi merupakan salah satu elemen identitas moral yang menjadi
salah faktor internal penyebab korupsi, ketika dihubungkan dengan hasil penelitian ini
ketika individu memiliki identitas moral dan penyesuaian diri yang baik dengan
lingkungan dan lebih mengedepankan penyesuaian dalam hal positif maka, ketika
lingkungan mempengaruhi individu untuk melakukan korupsi maka individu tersebut
akan menolak akan hal itu akibat adanya identitas moral yang tinggi pada dirinya.
Jika semua sudah dijelaskan diatas mampu dipahami dengan baik, maka korupsi yang
terjadi bisa diminamilisir dengan melihat Big Five Personality yang ada pada individu.
dipengaruhi sebab lain yaitu lingkungan, kebutuhan, dll.
17
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing dimensi big five personality dapat
menjadi prediktor yang signifikan terhadap sikap korupsi. dan openes to experience,
extraversion, concientiousness, agreeableness menunjukkan arah korelasi negatif.
Sedangkan neuroticism menunjukkan korelasi positif dengan sikap korupsi, selain itu
diantara lima dimensi big five personality dari hasil penelitian yang menjadi pengaruh
terkuat adalah agreeableness dan concientiousness. Agreeableness menjadi dimensi
terbesar yang menjadi pengaruh terhadap sikap korupsi dengan sumbangan efektif
sebesar 11,3%, sedangkan dimensi big five personality yang memiliki sumbangan efektif
paling rendah adalah neuroticism dengan sumbangan efektif sebesar 0,8%.
Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi bagi semua individu serta
perusahaan atau instansi untuk mengetahui kecenderungan sikap korupsi yang ada pada
individu dilihat dari Big Five Personality dan menciptakan langkah preventif untuk
meminimalisir terjadinya korupsi yang dilakukan individu.
Kemudian bagi peneliti selanjutnya, untuk mempertimbangkan variabel lain faktor
internal individu seperti konsep diri, integritas moral, intensitas moral, locus of control,
self efficacy, dan juga mempertimbangkan faktor external seperti pengaruh peer-group,
role model yang ditemui di lingkungan,dll.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z & Prathama, G.S. 2014. Integritas, keberbedaan & kesejahteraan psikologi,
kontribusi (Ed. Supratiknya, S. Faturoc
TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Oleh:
Moch Bachruddin
201110230311146
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP
TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai
salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi
Oleh:
Moch Bachruddin
201110230311146
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh Big Five Personality Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada
Mahasiswa
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Peneliti
NIM
Fakultas
Perguruan Tinggi
Waktu Penelitian
: Moch. Bachruddin
: 201110230311146.
: Psikologi.
: Universitas Muhammadiyah Malang.
: 5Maret 2015 – 18Maret 2015.
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal
Dewan Penguji :
Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si
Anggota Penguji
: 1. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si
2. SitiMaimunah, S.Psi, M.M, M.A
3. YuniNurhamida, S.Psi, M.Si
Pembimbing I
(
(
(
(
)
)
)
)
Pembimbing II
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si
Malang,
Mengesahkan
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
i
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Moch Bachruddin
NIM
: 201110230311146
Fakultas
: Psikologi
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :
Pengaruh Big Five Personality Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada Mahasiswa
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan
hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undangundang yang berlaku.
Mengetahui
Ketua Program Studi
Malang, 13April 2015
Yang menyatakan
Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si
Moch. Bachruddin
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah
serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Big Five Personality Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada
Mahasiswa”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang.
Terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan dan
petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang serta selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu serta kesabaran untuk memberikan arahan serta motivasi,
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
2. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan
banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan. Sehingga skripsi ini
bisa selesai dengan baik.
3. Yudi SuharsonoS. Psi. M. Si selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi,
arahan sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.
4. Kepada seluruh bagian Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan tersendiri sejak awal sampai
selesainya skripsi ini.
5. Kepada keluarga, Ibu Titik Sujatmawati, Ayah Abdullah, kakak dan adek yang
selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga membuat penulis
selalu mempunyai motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman, ibu, kakak, bapak di Pusat Layanan Psikologi yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan kepada penulis.
7. Terima kasih buat Geraldien Putri Ash-Shidiqa&RestuAsih, yang
menjadipenasehatumumdanmemberikanmotivasitersendiribagipenulis.
8. Kawan – kawan Psikologi C’11 yang selalu mewarnai hari-hari penulis, temanteman lainnya yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi, try out
serta proses turun lapang. Sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan
tepat waktu.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Malang, 13 April
2015
Penulis,
Moch. Bachruddin
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ..................................................................................................
Surat Pernyataan .......................................................................................................
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar isi ...................................................................................................................
Daftar tabel ...............................................................................................................
Daftar lampiran .........................................................................................................
Identitas ......................................................................................................................
Intisari ........................................................................................................................
Kata Kunci / Keywords .............................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
1
1
1
Pendahuluan .....................................................................................................
Landasan Teori .................................................................................................
Metode Penelitian .............................................................................................
Hasil Penelitian ................................................................................................
Diskusi ..............................................................................................................
Simpulan dan Implikasi ...................................................................................
2
5
10
14
15
17
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 18
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
UjiValiditasSkalaKorupsi ..............................................................
RangkumanReliabilitasSkalaKorupsi ............................................
Indeksvaliditas ...............................................................................
IndeksReliabilitas ..........................................................................
PengaruhOpeness to experience
TerhadapSikapTentangKorupsi .....................................................
PengaruhExtraversion terhadapsikaptentangkorupsi ....................
PengaruhAgreeablenesssTerhadapSikapTentangKorupsi .............
PengaruhConcientiousnessTerhadapSikapTentangKorupsi . ........
PengaruhNeuroticism TerhadapSikapTentangKorupsi .................
11
12
12
12
13
14
14
14
15
v
Daftar Lampiran
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Blue Print Sikap Korupsi Untuk Try Out ......................................
Skala Untuk Try Out ......................................................................
Data Kasar Skala Sikap Korupsi (Try Out) ...................................
Hasil Validitas Dan Reliabilitas Sikap Korupsi (Try Out) ............
Instrumen Penelitian ......................................................................
Data Kasar Skala Sikap Korupsi ...................................................
Data Kasar Skala Big Five Personality .........................................
Hasil Analisa Data .........................................................................
Kata Pengantar Kuisioner Penelitian .............................................
21
23
27
31
35
40
53
67
85
vi
1
PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG
KORUPSI PADA MAHASISWA
Moch. Bachruddin
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Sikap korupsi dalam individu disebabkan banyak faktor, salah satunya
adalah kepribadian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tipe
kepribadian big five personality terhadap sikap korupsi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, jumlah subjek yang dilibatkan adalah
340 mahasiswa yang diambil menggunakan metode accidental sampling.
Skala yang digunakan adalah skala big five personality berjumlah 41 item
dan skala sikap korupsi sejumlah 49 item. Teknik analisis data yang
digunakan adalah multiple regresi. Hasil penelitian menunjukkan diantara
lima dimensi big five personality hanya satu yang menunjukkan korelasi
positif dengan sikap tentang korupsi yaitu neuroticism, sementara untuk
openes to experience, extraversion, concientiousness, agreeableness
menunjukkan korelasi negatif dengan sikap tentang korupsi. Selain itu
diantara lima dimensi big five personality yang memiliki pengaruh terkuat
adalah agreeableness dan concientiousness.
Kata Kunci
: Sikap, Korupsi, Big Five Personality
Attitude toward corruption in the individual due to many factors , one of
which is personality . The purpose of this study was to determine the
influence of big five personality personality type attitude towards corruption.
This study uses a quantitative approach , totale subject 340 students were
taken using accidental sampling method . The scale used is the scale of big
five personality totaling 41 items and scale corruption attitude some 49
items. Data analysis technique used is multiple regression . The results
showed between five big five personality dimensions only one that showed a
positive correlation with attitudes about corruption that neuroticism , while
for openes to experience , extraversion , concientiousness , agreeableness
showed a negative correlation with attitudes about corruption . Besides the
big five among the five dimensions of personality that have the strongest
influence is agreeableness and concientiousness .
Keywords
: Attitudes, Corruption , Big Five Personality
2
Perilaku korupsi hal yang biasa saat ini. Banyaknya individu yang melakukan korupsi,
menurut data yang dilansir viva (2013), menjadikan Indonesia menjadi negara terkorup
peringkat 127 dengan derajat nilai persepsi korupsi sebanyak 28%. Contoh kasus yang
menjerat menteri agama terjadi karena beliau dianggap memanfaatkan biaya perjalanan
haji, pengadaan pemondokan, transportasi, catering, serta pemberangkatan haji pejabat
dan sejumlah tokoh dengan menggunakan dana masyarakat (Jawa Pos 23 Mei 2014).
Berdasarkan data yang dirilis Indonesia Corruption Watch (ICW), jumlah kasus korupsi
cenderung menurun dalam rentang tahun 2010-2012, namun kembali meningkat pada
tahun 2013-2014. Pada tahun 2010 jumlah kasus korupsi yang disidik kejaksaan,
kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencapai 448 kasus. Pada 2011,
jumlahnya menurun mencapai 436 kasus dan menurun lagi pada 2012 menjadi 402
kasus. Namun pada 2013, jumlahnya naik signifikan menjadi 560 kasus. Pada 2014,
jumlah kasus korupsi diperkirakan akan meningkat lagi peningkatan pada semester 12014 jumlahnya sudah mencapai 308 kasus. Korupsi marak lagi disebabkan beberapa
faktor menurut ICW, hukuman terhadap koruptor tidak menciptakan efek jera dan
gentar, menurut riset ICW, sebagian besar koruptor hanya dihukum 2 tahun oleh
pengadilan. Setelah dikurangi remisi dan pengurangan masa tahanan lain, koruptor
hanya menjalani hukuman penjara yang singkat, kurangnya upaya pemiskinan koruptor
melalui penerapan pasal pencucian uang. Pasal pencucian uang yang bisa memiskinkan
koruptor memang semakin sering digunakan KPK. Namun, kejaksaan dan kepolisian
masih sangat kurang menggunakan pasal ini dalam kasus korupsi. Kurangnya
pencegahan melalui perbaikan sistem birokrasi yang menyebabkan selalu ada
kesempatan untuk korupsi. Solusinya adalah lembaga peradilan harus mampu
memberikan hukuman yang menciptakan efek jera pada para koruptor. (Kompas 18
Agustus 2014).
Dalam survei integritas anak muda 2012 didapatkan hasil hampir tiga puluh persen anak
muda menganggap bahwa kesediaan untuk melakukan pelanggaran hukum ketika hal
tersebut merupakan bentuk solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan teman-teman,
tetap merupakan ciri orang yang berintegritas. Permisivitas ini menguat dengan adanya
temuan bahwa separuh dari anak muda (50%) maupun orang dewasa (51%)
menganggap bahwa berbohong atau berbuat curang tetap merupakan sikap yang
berintegritas ketika tindakan tersebut dilakukan dalam situasi yang sulit bagi dirinya
atau keluarganya. Secara umum, baik anak muda maupun orang dewasa memiliki
pengalaman yang cenderung rendah dengan tindakan korupsi. Pengalaman terbanyak
diperoleh dalam hal menghindari tilang polisi dan mendapatkan dokumen/izin. Dalam
hal pengalaman menghindari tilang polisi, baik anak muda maupun orang dewasa,
memilik pengalaman cukup tinggi (47% dan 36%). Dan terlihat pula bahwa dibanding
orang dewasa, anak muda cenderung lebih memilih untuk “berdamai” dengan polisi
supaya mereka tidak ditilang.
Berdasarkan makalah empiris Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Airlangga 2012/2013 dituliskan bahwa contoh korupsi kecil yang
menunjukkan krisisnya identitas nasional kaum muda di Indonesia. Menyontek atau
plagiat saat ini merupakan hal yang biasa dilakukan ketika seseorang mengalami
kejenuhan berfikir dan merasa bahwa menggunakan metode copy-paste jauh lebih
mudah dilakukan karena menghemat waktu dan praktis tanpa harus bersusah payah
untuk berfikir. Namun menyontek atau plagiat dengan cara megcopy ide, tulisan,
3
gambar dan apa saja karya milik orang lain tanpa seijin pemiliknya tentu saja hal
tersebut akan merugikan pihak pemilik aslinya. Oleh karena itu sikap anti plagiat perlu
ditananamkan dalam diri kaum pemuda Indonesia khususnya kaum mahasiswa yang
dinggap oleh masyarakat sebagai kaum terpelajar.
Dari beberapa contoh kasus korupsi diatas, pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya
kesempatan melalui gangguan atau tuntutan kebutuhannya sehingga muncullah
pemikiran untuk menguntungkan diri sendiri. Ketika individu mampu beradaptasi
dengan baik, disertai pengendalian diri yang baik hal ini dapat meminimalisir terjadinya
kasus korupsi. Sikap dan perilaku individu juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian
yang dimilikinya, faktor-faktor kepribadian tiap individu berbeda, dengan kepribadian
yang berbeda ini maka sikap tiap individu menjadi bereda juga.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku korupsi yakni
Individu (internal) dan lingkungan (external), faktor internal ( rendahnya integritas,
identitas moral, self control, empati, rendahnya level perkembangan moral kognitif,
psikopatologi ) dan external ( sistem, budaya, struktur, nilai-nilai yang dianut, cabang
organisasi ). (dalam Agata). Dari kedua faktor ini yang menjadi fokus peneliti adalah
faktor internal yang lebih mengedepankan pada level individual yakni tipe kepribadian
big five personality.
Dalam penelitian Adebayo (2010) didapatkan data bahwasanya kepribadian memiliki
pengaruh dalam pembentukan sikap untuk melakukan korupsi, kepribadian individu
membentuk dasar untuk merespon situasi tertentu yang berada dalam lingkungannya,
proses tersebut mempengaruhi individu untuk bertindak. Dalam penelitian ini terdapat
hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert cenderung memiliki respon
atau menanggapi untuk melakukan korupsi lebih tinggi karena cenderung memiliki rasa
malu yang rendah, banyak bicara dan kecenderungan untuk mencoba hal baru serta
berani mengambil resiko. Penelitian ini juga menjelaskan hasil bahwasanya usia dan
sikap memiliki hubungan yang saling menguatkan dimana semakin bertambah usia
kecenderungan untuk melakukan korupsi juga semakin tinggi. Individu akan
memberikan penilaian yang berbeda akan suatu hal serta pengambilan keputusan yang
berbeda pula dan dipengaruhi oleh kepribadian yang ada dalam individu.
Kepribadian tiap individu berbeda-beda kepribadian dapat mempengaruhi individu
dalam berperilaku. Pada dasarnya kepribadian merupakan bawaan sejak lahir, namun
yang menjadi berbeda antara individu satu dengan yang lain, lingkungan akan
mempengaruhi banyak faktor lain yang mempengaruhi, sikap merupakan dampak dari
tipe kepribadian individu , masing-masing tipe kepribadian individu akan berbeda untuk
menentukan sikap akan suatu hal, tipe keribadian yang menjadi fokus merupakan Big
Five Personality dimana menurut McCrae dan Costa dalam jess & Feist (2010) ada lima
macam keribadian yaitu, opennes, conscientiousness, extraversion, agreeableness,
neuroticism. Pada penelitian yang dilakukan Zainal abidin (2014) kepada penghuni
lapas yang tidak terlibat kasus korupsi dengan profesi sebelum masuk lapas antara lain
PNS (46 %), pegawai BUMN (11%), dan lain-lain seperti politisi, pengusaha, karyawan
sebanyak (43%) didapatkan hasil sebagai berikut :
4
No.
1.
2.
3.
4.
Terlibat / Tidak terlibat
Tidak pernah terlibat seperti yang
dituduhkan hakim
Terlibat, tetapi hanya melaksanakan
tugas atasan
Terlibat seperti yang didakwakan di
pengadilan
Lainnya
Jumlah
32
Persen
32%
49
49%
3
3%
16
16%
Dari data diatas para partisipan umumnya mengaku tidak terlibat tindak pidana korupsi,
hanya 3% yang mengaku terlibat, sisanya 32% mengaku tidak pernah terlibat dan 49%
mengaku terlibat karena perintah atasan, sedangkan 16% tidak memberikan jawaban.
Para partisipan umumnya memiliki kepribadian dengan trait agreeableness dan
conscientousness tinggi tetapi openness relatif rendah, pada dasarnya dengan skor
openness yang rendah diartikan bahwa seorang memiliki kecenderungan untuk maju
dan berprestasi dengan membuka diri pada pengetahuan-pengetahuan baru, mereka
lebih mengutamakan keharmonisan dan conformity dengan orang lain dan bukan
memberikan prioritas pada keterbukaan berprestasi untuk masa depan dari 49 orang atau
49% partisipan mengaku bahwa keterlibatannya hanya melaksanakan tugas.
Hasil penelitian Brian (2008) menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian
Adebayo, dalam penelitiannya menunjukkan hasil skor rendah pada neuroticism dan
tinggi pada extraversion menunjukkan kecenderungan untuk melakukan korupsi rendah.
Banyaknya kasus korupsi yang terjadi dan melibatkan remaja, hal ini membuat
penelitian dilakukan dengan mengedepankan faktor internal individu yakni kepribadian.
Dalam penelitian ini kepribadian yang diteliti adalah Big Five Personality. Sehingga
diharapkan penelitian ini mampu menyumbangkan pengetahuan baru penyebab
munculnya korupsi serta mengetahui dimensi kepribadian Big Five Personality yang
berpengaruh pada sikap tentang korupsi, sebagai bentuk preventif korupsi sejak dini.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah, apakah trait
dalam Big Five Personality mempengaruhi individu ketika melakukan korupsi ? tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui trait pada Big Five Personality yang
mempengaruhi individu untuk melakukan korupsi, Sehingga manfaat dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi
pengembangan disiplin Psikologi sosial, sebagai bentuk preventif pada generasi penerus
untuk meminimalisir terjadinya korupsi serta memberikan masukan kepada pihak terkait
untuk selektif memilih individu yang memiliki kecenderungan perilaku rendah terhadap
korupsi untuk mengurangi kasus korupsi di Indonesia.
Sikap Korupsi
Menurut Sherif & Sherif (1956) sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan
timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Sedangkan menurut Fishbein & Ajzen
(1975) menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk
melakukan suatu tindakan. (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003).
Menurut pendekatan Allport (1976) sikap dipengaruhi tiga komponen, kognitif, afektif,
konatif. Komponen Kognitif merupakan komponen yang tersusun
atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya dari
5
pengetahuan ini akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap,
komponen Afektif merupakan suatu hal yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak
senang. Bersifat evaluatif dan berhubungan dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem
nilai yang dimilikinya. Komponen Konatif merupakan kesiapan individu untuk
bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Dari ketiga komponen sikap
ini saling berhubungan untuk merespon suatu hal. (dalam Dayakisni & Hudaniah,
2003).
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mendapatkan keuntungan pribadi,
merugikan kepentingan umum dan negara. Sedangkan menurut Menurut Mochtar
(dikutip dari Syamsul 2006) korupsi merupakan salah satu penyakit masyarakat, sama
dengan kejahatan lain seperti pencurian yang sudah ada sejak manusia ada di muka
bumi ini. Masalah utama yang dihadapi adalah korupsi meningkat seiring dengan
kemajuan, kemakmuran, dan teknologi. Kenyataanya membuktikan bahwa semakin
maju pembangunan suatu bangsa semakin meingkat pula kebutuhan hidup dan
mendorong orang untuk melakukan kejahatan, termasuk korupsi.
Menurut Alatas (dalam wibowo agus 2013). Menyebutkan terdapat beberapa bentuk
korupsi yaitu :
a. Bribery (sogokan), memberikan barang atau uang dengan tujuan memperlancar
keinginan individu.
b. Nepotisme, dalam hal ini nepotisme diartikan atau dicontohkan seperti
pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu politik untuk menduduki atau
menempati jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang dimilkinya
dan dampaknya akan mempengaruhi kebutuhan publik.
c. Extortion (pemerasan), tindakan meminta secara paksa sejumlah uang atau
barang untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan tujuan menutupi atau
memperlancar keinginan individu.
d. Penggelapan (fraud) yaitu perbuatan mengambil barang milik orang lain
sebagian atau seluruhnya.
e. Berbuat curang yaitu perbuatan yang dilakukan individu untuk mendapat
keuntungan pribadi dengan membenarkan segala cara
Dari beberapa pendapat tentang definisi sikap terhadap korupsi dapat disimpulkan
bahwa sikap merupakan respon terhadap stimulus yang dapat berubah akibat adanya
pengaruh lingkungan. Sedangkan korupsi merupakan tindakan atau tingkah laku yang
dilakukan individu untuk menguntungkan diri sendiri. Maka sikap korupsi dapat
diartikan sebagai kecenderungan untuk memberikan suatu respon yang diwujudkan
melalui persepsi dan pemahaman terhadap korupsi yang dicirikan menjadi beberapa
bentuk, yaitu fraud (penggelapan), penipuan, penghianatan, dilakukan secara rahasia,
penyuapan, meminta imbalan (timbal balik).
Faktor-Faktor Penyebab Korupsi
Dalam teori yang dikemukakan Jack Bologne yang disebut GONE theory ( dikutip dari
Nyoman, 2000), bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :
1. Greeds (keserakahan)
6
Berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada didalam
diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan)
Berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang
sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan.
3. Needs (kebutuhan)
Berkaitan dengan faktor- faktor yang dibutuhkan oleh individu-individu untuk
menunjang hidupnya yang wajar.
4. Exposures (pengungkapan)
Berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku
kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.
Faktor yang mempengaruhi korupsi terdiri dari faktor external dan internal, antara lain :
1. Faktor external :
a. System organisasi
b. Budaya
c. Nilai-nilai yang dianut
d. Struktur
e. Cabang organisasi
2. Faktor internal :
a. Rendahnya integritas
b. Identitas moral
c. Self control
d. Empati
e. Rendahnya level perkembangan moral kognitif
f. Psikopatologi
Faktor internal tidak hanya berpengaruh pada individu saja, melainkan dapat
mempengaruhi kelompok. (dalam, Agata).
Big Five Personality
Menurut Carl Gustav Jung (dalam Alwisol, 2010). Kepribadian adalah mencakup
keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidaksadaran.
Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik. Sedangkan menurut Gordon Allport (dalam Alwisol, 2010).
Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang
menentukkan penyesuaian yang unik dengan lingkungannya.
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu sistem
yang ada dalam psikis individu mencakup fikiran, perasaan yang bisa mempengaruhi
perilaku individu untuk melakukan penyesuaian diri dilingkungannya.
Sedangkan dalam dimensi Big Five Personality dijelaskan bahwa kepribadian individu
terdiri dari lima sifat (trait) dasar. Kelima dimensi dasar tersebut menggambarkan
perbedaan dalam perilaku kognitif, afektif dan sosialnya. Menurut Pevin & Jhon Kelima
dimensi dasar ini sering diartikan sebagai model big five personality dan cenderung
stabil sepanjang rentang kehidupan (Zulkarnaen, 2010). Sama halnya dengan pendapat
dari Goldberg (1993) bahwa lima faktor kepribadian (personality trait) yang terbagi atas
7
extraversion, agreeableness, concientiousness, neurotism, dan openess to experience.
Menurut McCrae & Costa (dalam Jeis & Feist, 2010). Big Five Personality terdiri dari 5
macam, yaitu: opennes to experience (keterbukaan dan pengalaman), conscientiousness
(kesadaran), extraversion, agreeableness (keramahan), neuroticism.
Opennes to experience (keterbukaan dan pengalaman) adalah kemampuan menyerap
ide-ide, pendekatan-pendekatan, dan percobaan-percobaan baru. Individu yang
memiliki skor tinggi dalam openness ditandai oleh sifat-sifat seperti imajinatif,
berbudaya, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, orisinal, berwawasan luas, cerdas,
artistik. Sebaliknya individu yang memiliki openness rendah maka ditandai oleh sifat
konvensional, memiliki minat yang dangkal, tidak memiliki apresiasi seni, tidak mampu
berfikir analitik.
Extraversion adalah dimensi kepribadian yang cenderung memiliki ambisi dan
kemampuan bersosialisasi, individu yang memiliki skor tinggi digambarkan dengan
orang yang suka bersosialisaisi, aktif bicara, agresif, enerjik, antusias, asertif, dan
optimistik.
Agreeableness (keramahan) dengan skor tinggi cenderung mementingkan diri sendiri
dalam berhubungan dengan orang lain, percaya pada keinginan baik orang lain, baik
dan altruistik. Sebaliknya individu dengan skor rendah ditandai dengan sifat sinis, kasar,
berprasangka, tidak kooperatif, pendendam, manipulatif, tidak berperasaan.
Conscientiousness (kesadaran) adalah dimensi kepribadian yang ditandai oleh ciri
seperti : efisien, organized, dapat dipercaya, terencana, cermat, bertanggungjawab,
berorientasi pada prestasi, produktif, mampu menunda kepuasan untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik dimasa depan. Individu-individu yang memiliki skor tinggi
dalam conscientiousness pada umumnya sangat patuh dan disiplin, dapat dipercaya,
tidak mudah putus asa, disiplin, ambisius dan kerja keras, bahkan sebagian dari mereka
“kecanduan kerja”. Sebaliknya individu yang memiliki skor rendah dicirikan oleh
malas, tidak memiliki tujuan, ceroboh, hedonis, tidak dapat dipercaya, kurang memiliki
kemauan, loyo.
Neuroticism dengan skor tinggi pada umunya sering mengasihani diri sendiri,
pencemas, kurang mempercayai orang lain, depresif, kurang mampu beradaptasi dengan
lingkungan sosial secara positif, merasa tidak berdaya, rentan terhadap perubahan atau
reaksi lingkungan. Sedangkan individu yang memiliki skor rendah cenderung tenag,
rileks, merasa aman, puas dengan dirinya, tidak emosional, mampu bertahan dalam
kondisi yang sulit.
Pengaruh Kepribadian Big Five Personality Terhadap Sikap Tentang Korupsi
Sikap korupsi ditinjau dari big five personality bahwasanya orang yang memiliki skor
tinggi pada faktor kepribadian opennes to experience (keterbukaan dan pengalaman)
cenderung memiliki sikap kemampuan menyerap ide-ide, pendekatan-pendekatan, dan
percobaan-percobaan baru. Sehingga dia akan berani mencoba hal-hal baru seperti
kecenderungan untuk melakukan korupsi.
8
Extraversion adalah dimensi kepribadian yang cenderung memiliki ambisi dan
kemampuan bersosialisasi, individu yang memiliki skor tinggi pada kepribadian ini
memiliki kecenderungan untuk melakukan korupsi dikarenakan mempunyai sikap yang
mudah bersosialisasi dengan lingkungan, karena lingkungan yang membentuk sikap
dari individu maka tidak menutup kemungkinan individu yang memiliki skor tinggi
pada faktor kepribadian ini akan melakukan korupsi.
Agreeableness (keramahan) dengan skor tinggi cenderung mementingkan diri sendiri
dalam berhubungan dengan orang lain, percaya pada keinginan baik orang lain, baik
dan altruistik. Jika digambarkan individu yang memiliki skor tinggi pada faktor
kepribadian ini akan cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungannya sehingga ada
kecenderungan untuk melakukan korupsi.
Conscientiousness (kesadaran) adalah dimensi kepribadian yang ditandai oleh ciri
seperti : efisien, organized, dapat dipercaya, terencana, cermat, bertanggung jawab,
berorientasi pada prestasi, produktif, mampu menunda kepuasan untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik dimasa depan. Individu yang memiliki skor tinggi pada faktor
kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk melakukan korupsi lebih kecil karena
lebih menekankan kepada tanggung jawab terhadap pekerjaan, jujur, dan dapat
dipercaya.
Neuroticism dengan skor tinggi pada faktor ini maka dicirikan memiliki sikap sering
mengasihani diri sendiri, pencemas, kurang mempercayai orang lain, depresif, kurang
mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial secara positif, merasa tidak berdaya,
rentan terhadap perubahan atau reaksi lingkungan. Dari gambaran yang ada, individu
yang memiliki skor tinggi pada faktor kepribadian ini memiliki kecenderungan
menghindari sikap korupsi karena ada sifat yang menggambarkan individu dengan
kepribadian ini cenderung penakut dan kurang percaya dengan orang lain.
Dari penjelasan diatas dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
9
Openness to experience dengan ciri-ciri
cenderung
memiliki
sikap
kemampuan
menyerap
ide-ide,
pendekatan-pendekatan,
dan
percobaan-percobaan baru. Sehingga
dia akan berani mencoba hal-hal baru
Extraversion dengan ciri-ciri cenderung
memiliki ambisi dan kemampuan
bersosialisasi.
Agreeableness
dengan
ciri-ciri
cenderung mementingkan diri sendiri
dalam berhubungan dengan orang
lain, percaya pada keinginan baik
Big Five
Personality
Conscientouiness
dengan
Skor tinggi
memiliki
kecenderung
an untuk
melakukan
korupsi
ciri-ciri
efisien, organized, dapat dipercaya,
terencana, cermat, bertanggung jawab,
berorientasi pada prestasi, produktif,
mampu menunda kepuasan untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik
dimasa depan
Neuroticism dicirikan memiliki sikap
sering mengasihani diri sendiri,
pencemas, kurang mempercayai orang
lain, depresif, kurang mampu
beradaptasi dengan lingkungan sosial
Skor tinggi
Kecenderun
gan tidak
melakukan
korupsi
10
Hipotesa
Berdasarkan uraian mengenai sikap korupsi ditinjau dari big five personality, secara
rinci hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh dengan rincian sebagai
berikut :
-
Individu yang memiliki oppeness to experience tinggi lebih positif terhadap
sikap tentang korupsi,
Individu yang memiliki exstraversion tinggi lebih positif terhadap sikap tentang
korupsi,
Individu yang memiliki agreeableness tinggi lebih positif terhadap sikap tentang
korupsi,
Individu yang memiliki conscientiousness tinggi lebih negatif terhadap sikap
tentang korupsi.
Individu yang memiliki neuroticism tinggi lebih negatif terhadap sikap tentang
korupsi,
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimen dikarenakan analisa
menekankan pada data-data numerical (angka) yang dioalah dengan metode statistika
dan penelitian ini tidak menggunakan treatment atau eksperimental (Azwar, 2012).
Peneltian inii bersifat korelasional kausalitas yang bertujuan untuk mengetahui kuat
lemah hubungan disebabkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah
Malang, dimana sample yang diambil. Penentuan sample dalam penelitian ini
menggunakan metode accidental sampling adalah tekhnik penentuan sampel berdasar
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, jika orang yang kebetulan ditemui tersebut dianggap cocok
sebagai sumber data (Sugiyono,2007)
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 340 yang merupakan
perwakilan jumlah mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah malang, tahun 2013
didapatkan data 26.171 maka data tahun 2014 diperkirakan ada sekitar 30.000
mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2015. Untuk
menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan tabel Krejcie dan Morgan.
11
Variabel dan Instrumen Penelitian
Terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel terikat adalah sikap korupsi dan
variabel bebas berupa big five personality. Sikap korupsi adalah kecenderungan yang
dilakukan individu untuk mendapat keuntungan pribadi dan dipengaruhi oleh aspek
sikap yaitu kognitif, konatif, dan afektif. Big five personality adalah kelompok
kepribadian yang terdiri dari lima macam yaitu: Neuroticism (N), Extraversion (E),
Openness to Experience (O), Agreeableness (A), Conscientiousness (C)
Metode pengumpulan data untuk mengukur variabel terikatnya yaitu sikap korupsi,
peneliti akan menggunakan skala Likert yang dibuat sendiri sejumlah 49 item untuk
mengetahui kecenderungan perilaku korupsi yang dilakukan oleh remaja. Sementara itu
untuk mengukur tipe kepribadian big five personality, peneliti menggunakan alat ukur
Big Five Inventory yang disusun ulang oleh Annisa Yunita (2012) berjumlah 41 item.
Tabel 1. Uji Validitas Skala Korupsi
No
Aspek
No. Aitem
No Aitem
Valid
No Aitem
Gugur
Indeks
Validitas
1
Bribery
1,31,16,46,
16,46,17,47,2,
32, 3,33, 18,48
1, 31
0,308 – 0,615
19,49,4,34,5,
50,20,35,6,36
19,4,34,5,20,3
5,6,36
49, 50
0,371 – 0,597
21,51
21,51
7,37,22,52,8,
53,23,38
7,37,22,52,53,
23,38,39,9,
8, 24
0,310 – 0,653
24,39,9,54
54
25,55, 10,40
25,40
55,10,56,12
0,352 – 0,643
11,41,26,56
11,41,26,
27,57,12,42
27,57,42
13,43,28,58,2
9,59,14,44,15
,45,30,60
13,43,28,58,29
,59,14,15,45,3
0,60
44
0,359 – 0,626
60
49
11
-
17,47,2,32,3,
33,18,48
2
3
4
5
Nepotisme
Berbuat curang
Extortion
Fraud
(penggelapan)
Total
Berdasarkan uji validitas skala Sikap Tentang Korupsi di atas, diketahui bahwa untuk
skala Sikap Korupsi yang terdiri dari 60 aitem setelah try out dan dianalisis diperoleh 49
aitem valid dan 11 aitem gugur (tidak valid). Dari hasil penelitian uji validitas skala
Sikap Korupsi aitem yang gugur yaitu no 1,8,12,14,24,25,26,31,40,49,50.
12
Tabel 2. Rangkuman Reliabilitas Skala Korupsi
No
Aspek
Alpha
Keterangan
1
2
3
4
5
Bribery
Nepotisme
Berbuat curang
Extortion
Fraud
(penggelapan)
Skala Sikap Korupsi secara keseluruhan
0.615
0.597
0.608
0.643
0,626
Reliabel
Kurang Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
0,936
Reliabel
6
Tabel 3. Indeks Validitas
Alat ukur
Skala Korupsi
Skala Big Five
Jumlah Item yang
diujikan
60
-
Jumlah item valid
Indeks validitas
49
41
0,308 – 0,653
0,940
Tabel 4. Indeks Reliabilitas
Alat Ukur
Skala Korupsi
Skala Big Five
Alpha
0,936
0,940
Dari uji reliabilitas pada skala Sikap Korupsi di atas, diketahui pada aspek pertama
memiliki alpha sebesar 0.615, aspek kedua memiliki alpha sebesar 0.597, aspek ketiga
memiliki alpha 0.608, aspek keempat alpha sebesar 0,643, aspek kelima alpha sebesar
0,626 dan reliabilitas skala Sikap Korupsi keseluruhan menunjukkan alpha sebesar
0.936. Dari kelima aspek, kecuali aspek kedua dan nilai secara keseluruhan memiliki
jumlah alpha yang lebih besar dari jumlah standar, yaitu 0.6 atau 60 %, sehingga secara
garis besar kelima aspek tersebut memiliki reliabilitas aitem.
Untuk skala Big Five Personality tidak memerlukan tryout dikarenakan peneliti
menggunakan skala Big Five Inventory yang disusun ulang oleh Annisa Yunita (2012)
dengan reliabilita sebesar 0.940 sejumlah 41 aitem dan tidak perlu dilakukan modifikasi
karena karakteristik subjek penelitian peneliti sebelumnya sama dengan subjek
penelitian yang digunakan peneliti saat ini.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu sikap korupsi, untuk mengetahui
kecenderungan perilaku korupsi yang dilakukan, peneliti menggunakan alat ukur berupa
skala Likert. Dan untuk melakukan pengukuran atau mengetahui dimensi kepribadian
dari big five personality. Peneliti menggunakan alat ukur baru yang dibuat sendiri dan
alat ukur yang sudah ada. Dalam penelitian ini tidak memerlukan treatment karena
dalam penelitian ini peneliti mencari sebab-akibat dari variabel. Selanjutnya
menggunakan analisis secara kuantitatif yaitu memasukkan angka dan perhitungan
dalam metode statistik, Secara spesifik, digunakan multiple regression untuk
menganalisis lebih dari satu variabel bebas yaitu Big Five Personality serta satu
variabel tetap yakni sikap korupsi. Kemudian peneliti melakukan uji coba atau try out
yang dilakukan pada tanggal 9 Maret sampai 13 Maret 2015 kepada responden yang
13
memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Setelah mengetahui validitas dan reliabilitas
dari try out tersebut, pernyataan yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian ini.
Tahap berikutnya adalah pelaksanaan penelitian dimana peneliti menyebarkan skala
yang telah di try out dan telah melewati proses penghilangan aitem aitem yang tidak
valid pada tanggal Tahap berikutnya adalah pelaksanaan penelitian dengan
menyebarkan skala, penyebaran skala dilakukan pada tanggal 16 Maret sampai 27
Maret 2015 dengan cara peneliti mendatangi subjek atau mahasiswa yang sedang
berkumpul untuk mengisi skala yang sudah ada.
Dalam penelitian ini menggunakan analisa data multiple regresi karena penelitian ini
menguji hubungan yang mempunyai kausal (sebab akibat) lebih dari satu variabel bebas
ke variabel terikat.
HASIL PENELITIAN
Teknik analisis Big five Personality sebagai prediktor Sikap tentang Korupsi pada
mahasiswa menggunakan analisis multiple regresi dengan menggunakan software SPSS
versi 21. Data yang digunakan dalam analisis statistik penelitian ini adalah skor murni .
Hal ini bertujuan untuk mempermudah membandingkan antara skor hasil yang dari
pengukuran variabel yang diteliti dan untuk menghindari kesalahan pengukuran
Tabel 5. Pengaruh Openess to experience terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
-0,168
0,168
0,028
0,001
Berdasarkan pada tabel 5 menjelaskan bahwa korelasi antara Openess to experience
dengan sikap tentang korupsi adalah -0,168 dengan tingkat siginfikansi 0,001, karena
jauh dibawah 0,05 maka korelasi antara Openess to experience dengan sikap tentang
korupsi jelas, arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Openess to
experience dengan sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor trait openess to
experience tersebut maka semakin rendah sikap tentang korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,028 yang berarti sumbangan efektif Openess to
experience sebesar 2,8% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu,
sedangkan sisanya (100% - 2,8% = 97,2%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
Tabel 6. Pengaruh Extraversion terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
-0,132
0,132
0,017
0,007
14
Berdasarkan pada tabel 6 menjelaskan bahwa korelasi antara Extraversion dengan sikap
tentang korupsi adalah -0,132 dengan tingkat siginfikansi 0,007, karena jauh dibawah
0,05 maka korelasi antara Extraversion dengan sikap tentang korupsi jelas, arah
hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Extraversion dengan sikap
tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor trait tersebut maka semakin rendah sikap
korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,017 yang berarti sumbangan efektif extraversion
sebesar 1,7% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu, sedangkan sisanya
(100% - 1,7% = 98,3%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
Tabel 7. Pengaruh Agreeableness terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
-0,336
0,336
0,113
0,000
Berdasarkan pada tabel 7 menjelaskan bahwa korelasi antara Agreeableness dengan
sikap tentang korupsi adalah -0,336 dengan tingkat siginfikansi 0,000, karena jauh
dibawah 0,05 maka korelasi antara Agreeableness dengan sikap tentang korupsi jelas,
arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Agreeableness dengan
sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor trait tersebut maka semakin rendah
sikap tentang korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,113 yang berarti sumbangan efektif agreeableness
terhadap sikap tentang korupsi sebesar 11,3%, sedangkan sisanya (100% - 11,3% =
88,7%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Tabel 8. Pengaruh Concientiousness terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
-0,232
0,232
0,054
0,000
Berdasarkan pada tabel 8 menjelaskan bahwa korelasi antara Concientiousness dengan
sikap tentang korupsi adalah -0,232 dengan tingkat siginfikansi 0,000, karena jauh
dibawah 0,05 maka korelasi antara Concientiousness dengan sikap tentang korupsi
jelas, arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Concientiousness
dengan sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor trait tersebut maka semakin
rendah sikap tentang korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,054 yang berarti sumbangan efektif concientiousness
sebesar 5,4% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu, sedangkan sisanya
(100% - 5,4% = 94,6%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
15
Tabel 9. Pengaruh Neuroticism terhadap sikap tentang korupsi
Koefisien korelasi
R
R Square
Signifikansi
0,090
0,090
0,008
0,049
Berdasarkan pada tabel 9 menjelaskan bahwa korelasi antara Neuroticism dengan sikap
tentang korupsi adalah 0,090 dengan tingkat siginfikansi 0,049, karena dibawah 0,05
maka korelasi antara Neuroticism dengan sikap tentang korupsi jelas, arah hubungan
negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari Neuroticism dengan sikap tentang
korupsi, dimana semakin tinggi skor trait tersebut maka semakin tinggi juga sikap
tentang korupsi yang ada pada individu.
Angka R Square diatas sebesar 0,008 yang berarti sumbangan efektif neuroticism
sebesar 0,8% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu, sedangkan sisanya
(100% - 0,8% = 99,2%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
DISKUSI
Berdasarkan hasil analisis regresi yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara
concientiousness dengan kecenderungan sikap korupsi. Hal ini selaras dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sonya (2013) yang menguji adanya hubungan negatif antara trait
conscientiouesness terhadap perilaku kerja kontraproduktif dalam artian individu
dengan skor tinggi pada trait ini akan jauh dari perilaku kerja kontraproduktif
disebabkan adanya pembawaan dari concientiousness yang berorientasi pada
pencapaian tujuan, apabila dihubungkan dengan penelitian ini individu yang memiliki
skor tinggi pada concientiousness dengan ciri-ciri memiliki tujuan , dapat dipercaya,
memiliki kemauan yang keras, hal ini berhubungan juga dengan salah satu faktor
internal penyebab korupsi yakni kontrol diri , maka ketika individu dihadapkan pada
suatu kondisi yang membuatnya untuk memilih seperti godaan untuk melakukan
korupsi dia akan lebih memikirkan untuk mencapai tujuan dan mengontrol dirinya
untuk tidak merugikan orang lain yaitu dengan cenderung menghindari untuk
melakukan korupsi.
Dalam penelitian ini terdapat hubungan negatif antara openess to experience dengan
sikap korupsi individu hal ini selaras dengan penelitian Nurul & Nilan (Tanpa Tahun).
Yang menjelaskan terdapat hubungan negatif antara openes to experience dengan sikap
terhadap seks pra nikah hasil ini menunjukkan individu dengan openess to experience
dengan skor tinggi akan cenderung menolak adanya seks pranikah karena lebih melihat
ke norma-norma yang ada dilingkungannya, sama halnya dengan sikap korupsi individu
dengan openess to experience tinggi maka sikapnya akan cenderung menolak terjadinya
korupsi dengan ciri-ciri terbuka dengan lingkungan maka individu tersebut cenderung
akan menyeleksi perbuatan yang dilakukan itu sesuai norma atau tidak, jika dirasa tidak
sesuai dengan norma yang ada maka individu akan cenderung menolak hal tersebut.
Diperkuat dengan faktor internal penyebab korupsi tentang perkembangan moral, sesuai
dengan pendapat Santrock (1995) tentang perkembangan moral berkaitan dengan aturan
16
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakuan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain, dengan adanya perkembangan moral yang baik maka individu
tersebut akan menyesuaikan dirinya dengan norma norma dan hukum yang ada
dilingkungannya, seperti halnya tidak boleh melakukan korupsi maka dia tidak
melakukan korupsi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan J. William Stoughton dkk (2013). Mengenai Big
Five Personality Traits Reflected in Job Applicants’ Social Media Postings
menunjukkan hasil bahwasanya individu dengan agreeableness rendah sangat mungkin
terlibat dalam perilaku untuk merusak perasaan melalui postingan di media sosial
karena kurangnya kesadaran dalam dirinya, sama halnya dengan penelitian ini hasil
agreeableness mempunyai skor negatif dimana semakin tinggi skor agreeableness yang
dimiliki individu maka kecenderungan sikap individu untuk melakukan korupsi akan
semakin rendah. agreeableness tinggi akan memiliki empati salah satu faktor internal
penyebab terjadinyanya korupsi yakni empati yang rendah pada individu kepada orang
lain, maka ketika individu tersebut memiliki empati yang tinggi terhadap sesama maka
dia akan cenderung untuk menghindari melakukan korupsi.
Untuk hasil neuroticism yang menunjukan adanya hubungan positif, hal ini selaras
dengan penelitian Abidin (2014) yang menyatakan bahwa individu yang mempunyai
skor sedang pada neuroticism partisipan melakukan korupsi berdasarkan pada persepsi
adanya kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi, mereka memiliki kebutuhan
yang tinggi, memperoleh kekuasaan, meskipun mereka juga mengalami kecemasan,
atau tidak nyaman secara psikologis, dari pernyataan diatas apabila dihubungkan
dengan hasil penelitian ini, sesuai dengan faktor penyebab korupsi dengan adanya
kesempatan, peluang serta tekanan psikologis (psikopatologi) maka individu dengan
skor tinggi pada neuroticism akan cenderung melakukan korupsi karena adanya tekanan
dari lingkungan pada dirinya, melihat adanya kesempatan dan kekuasaan yang ada
maka individu tersebut akan melakukan korupsi.
Sedangkan hasil extraversion yang menunjukkan adanya hubungan negatif dengan
sikap korupsi hal ini selaras dengan penjelasan dalam McShane & Von Glinov (2010)
dengan ciri individu yang memiliki skor extraversion tinggi dicirikan dengan mudah
bergaul atau beradaptasi, menurut Matsuba (dalam Fauzia & Frieda, 2014). Mudah
bergaul atau beradaptasi merupakan salah satu elemen identitas moral yang menjadi
salah faktor internal penyebab korupsi, ketika dihubungkan dengan hasil penelitian ini
ketika individu memiliki identitas moral dan penyesuaian diri yang baik dengan
lingkungan dan lebih mengedepankan penyesuaian dalam hal positif maka, ketika
lingkungan mempengaruhi individu untuk melakukan korupsi maka individu tersebut
akan menolak akan hal itu akibat adanya identitas moral yang tinggi pada dirinya.
Jika semua sudah dijelaskan diatas mampu dipahami dengan baik, maka korupsi yang
terjadi bisa diminamilisir dengan melihat Big Five Personality yang ada pada individu.
dipengaruhi sebab lain yaitu lingkungan, kebutuhan, dll.
17
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing dimensi big five personality dapat
menjadi prediktor yang signifikan terhadap sikap korupsi. dan openes to experience,
extraversion, concientiousness, agreeableness menunjukkan arah korelasi negatif.
Sedangkan neuroticism menunjukkan korelasi positif dengan sikap korupsi, selain itu
diantara lima dimensi big five personality dari hasil penelitian yang menjadi pengaruh
terkuat adalah agreeableness dan concientiousness. Agreeableness menjadi dimensi
terbesar yang menjadi pengaruh terhadap sikap korupsi dengan sumbangan efektif
sebesar 11,3%, sedangkan dimensi big five personality yang memiliki sumbangan efektif
paling rendah adalah neuroticism dengan sumbangan efektif sebesar 0,8%.
Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi bagi semua individu serta
perusahaan atau instansi untuk mengetahui kecenderungan sikap korupsi yang ada pada
individu dilihat dari Big Five Personality dan menciptakan langkah preventif untuk
meminimalisir terjadinya korupsi yang dilakukan individu.
Kemudian bagi peneliti selanjutnya, untuk mempertimbangkan variabel lain faktor
internal individu seperti konsep diri, integritas moral, intensitas moral, locus of control,
self efficacy, dan juga mempertimbangkan faktor external seperti pengaruh peer-group,
role model yang ditemui di lingkungan,dll.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z & Prathama, G.S. 2014. Integritas, keberbedaan & kesejahteraan psikologi,
kontribusi (Ed. Supratiknya, S. Faturoc