Laporan Kegiatan Tenaga Ahli Perencanaan

2017

LAPORAN ANTARA

TENAGA AHLI PERENCANAAN DAN ANGGARAN-PROGRAM
PAMSIMAS PHASE III
TIAR PANDAPOTAN PURBA, ST, IAP
KEMENTERIAN DALAM NEGERI | Subdit Perumahan dan Kawasan Permukiman
~0~

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Anugerah-Nya Laporan Antara Tenaga Ahli
Perencanaan dan Penganggaran Program Pamsimas Tahap III dengan Judul Kegiatan: “Penyusunan
Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran Daerah Terkait Program Prioritas Nasional “Penyediaan
Akses Air Minum dan Sanitasi” Yang Terintegrasi dalam Dokumen Perencanaan Daerah”, dapat selesai
pada waktunya.
Pada periode ini, tenaga ahli perencanaan dan penganggaran lebih memfokuskan pada penyiapan analisis,
draf rekomendasi dan pelaksanaan tugas fungsi subdit perumahan dan permukiman, Ditjen Bina
Pembangunan Daerah.
Beberapa hasil kajian telah dihasilkan termasuk mempelajari Aide Memoire yang merupakan hasil
evaluasi Pamsimas periode I dan II yang menjadi baseline pekerjaan pada Pamsimas III.

Konsultan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Laporan Antara ini, masukan dan saran sangat diharapkan guna perbaikan.
Salam.

Jakarta, Oktober 2017

Penulis,

Tiar Pandapotan Purba, ST, IAP

~i~

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................................................ i
Daftar Isi....................................................................................................................................................................... i
Bab 1 Pendahuluan .....................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan .........................................................................................................................................4
1.3 Sasaran ............................................................................................................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan ............................................................................................................................... 5

1.5 Keluaran ............................................................................................................................................................. 6
1.6 Sistematika Laporan .........................................................................................................................................6
Bab 2 Tinjauan Kebijakan Bidang Air Minum ........................................................................................................1
2.1

Undang-Undang Dasar 1945 ...................................................................................................................1

2.2

Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 ......................................................................................................1

2.3

Undang-Undang No. 24 Tahun 2014 ......................................................................................................2

2.4

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 ........................................................................................................2

2.5


Peraturan Pemerintah No. 121 Tahun 2015 ...........................................................................................3

2.6

Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2017 ............................................................................................. 3

2.7

Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 ....................................................................................................4

2.8

Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 ..................................................................................................5

2.9

Peraturan Presiden No. 185 Tahun 2014 ................................................................................................ 8

2.10


Permendagri No. 86 Tahun 2017 .............................................................................................................8

Bab 3 ANALISIS ..........................................................................................................................................................1
3.1

Analisis dan Rekomendasi .......................................................................................................................1

3.2

Evaluasi Alokasi dan Realisasi APBD ....................................................................................................3

3.3

Analisa Kebutuhan, Permasalahan dan Rekomendasi ........................................................................4

~i~

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk melanjutkan keberhasilan capaian target
Millennium Development Goals sektor Air Minum dan Sanitasi (WSS-MDG), yang telah berhasil
menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar
pada Tahun 2015. Sejalan dengan itu, di Tahun 2014, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional [RPJMN] 2015-2019, Pemerintah Indonesia telah mengambil inisiatif untuk
melanjutkan komitmennya dengan meluncurkan program nasional Akses Universal Air Minum dan
Sanitasi Tahun 2019 dengan capaian target 100% akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk
Indonesia.
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) telah menjadi salah
satu program andalan nasional (Pemerintah dan Pemerintah Daerah) untuk meningkatkan akses
penduduk perdesaan terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis
masyarakat. Program Pamsimas I yang dimulai pada Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 dan
Pamsimas II dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015 telah berhasil meningkatkan jumlah warga
miskin perdesaan dan pinggiran kota yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi, serta
meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar 12.000 desa yang tersebar di 233
kabupaten/kota.
Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota terhadap fasilitas air
minum dan sanitasi dalam rangka pencapaian target Akses Universal Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019,
Program Pamsimas dilanjutkan pada Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2019 khusus untuk desa-desa di
Kabupaten. Program Pamsimas III dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk

meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang layak dan
berkelanjutan, yaitu (1) 100 - 100, yaitu 100% akses air minum dan 100% akses sanitasi, dan (2) Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat. Pada tahun 2017, target capaian akses air minum layak yaitu 84%, sedangkan
akses sanitasi layak sebesar 83,2%, yaitu 70,7% akses layak dan 12,4% akses dasar.
Program Pamsimas dilaksanakan dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui keterlibatan
masyarakat (perempuan dan laki-laki, kaya dan miskin, dan lain-lain) dan pendekatan yang tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsiveapproach). Kedua pendekatan tersebut dilakukan
melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan prakarsa, inisiatif, dan partisipasi aktif
masyarakat dalam memutuskan, merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengoperasikan dan
memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di
masyarakat termasuk di lingkungan sekolah.
Ruang lingkup Program Pamsimas mencakup lima komponen program:
1.
2.
3.
4.
5.

Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan daerah dan desa;
Peningkatan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi;

Penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum;
Hibah Insentif; dan,
Dukungan teknis dan manajemen pelaksanaan program.

~1~

Percepatan pencapaian akses universal air minum dan sanitasi tahun 2019 membutuhkan upaya
bersama dari pemerintah pusat sampai dengan pemerintah desa dan masyarakat, termasuk donor dan
swasta (CSR). Pamsimas menjadi program air minum dan sanitasi yang dapat digunakan oleh berbagai
pemangku kepentingan untuk menjadi program bersama dalam rangka pencapaian akses universal air
minum dan sanitasi pada Tahun 2019.
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 9 Ayat (1)
dan Ayat (3), Pasal 11 Ayat (3) dan Pasal 12 Ayat (1), pelayanan air minum dan sanitasi (air limbah) telah
menjadi urusan wajib Pemerintah Daerah karena sebagai pelayanan publik yang mendasar. Untuk
mendukung kapasitas Pemerintah Daerah dalam menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang
memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), Program Pamsimas berperan dalam menyediakan
dukungan finansial baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi nonfisik dalam bentuk manajemen, dukungan teknis, dan pengembangan kapasitas.
Kementerian Dalam Negeri sebagai salah satu Tim Pengarah berperan penting dalam a).
merumuskan kebijakan, strategi, dan program, b). melakukan koordinasi dan pengendalian pelaksanaan,
c). memberi arahan dalam pencapaian target Akses air Minum dan Sanitasi 2019, d). mengembangkan

potensi pembangunan dengan sumber dana dalam dan luar negeri. Dalam rangka program PAMSIMAS,
Tim pengarah bertugas untuk menetapkan kebijakan umum, kabupaten sasaran, serta pedoman dan
petunjuk pelaksanaan program PAMSIMAS.
Ditjen Bina Bangda sebagai salah satu pelaksana program PAMSIMAS (CPIU) mempunyai tugas
utama menyelenggarakan komponen/sub komponen Program Pamsimas, yaitu:
1.

2.
3.
4.
5.
6.

7.

Mengelola seluruh kegiatan dalam komponen 1. Pemberdayaan Masyarakat, dan Pengembangan
Kelembagaan Daerah, termasuk memastikan kecukupan unit pengelola program (kelembagaan dan
sumber daya manusia), penyusunan rencana alokasi anggaran, dan rencana kegiatan, pengelolaan
bantuan teknis. Serta pengelolaan kegiatan pengembangan kapasitas;
Mengendalikan pencapaian indikator kinerja kunci PAMSIMAS untuk komponen program yang

berada dalam tanggungjawabnya;
Bertanggungjawab terhadap kualitas dan akuntabilitas pelaksanaan serta pengembangan program
dalam komponen program;
Melaksanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi untuk pelaksanaan dan hasil komponen program;
Bersama CPMU, memantau dan mengevaluasi kinerja bantuan teknis (konsultan dan fasilitator);
Mensinkronkan kebijakan program dan alokasi anggaran untuk Pamsimas dengan kebijakan masingmasing kementerian dalam rangka pencapaian akses universal air minum dan sanitasi pedesaan,
termasuk dalam penyusunan kerangka regulasi dan perencanaan program regular, dan sinkronisasi
antar program dalam Kementarian Dalam Negeri;
Melaporkan kemajuan pelaksanaan program (keuangan, pengadaan, pengembangan kapasitas, dan
fisik) kepada CPMU.

Indikator kunci kinerja PAMSIMAS yang dapat dikawal oleh Ditjen Bina Bangda dalam pencapaiannya
adalah:
1.

Minimal 70% Pemerintah kabupaten memiliki dokumen perencanaan daerah bidang air minum dan
sanitasi untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan Pamsimas dan pencapaian
target pembangunan air minum dan sanitasi daerah;

~2~


2.

Minimal 60% Pemerintah kabupaten mempunyai peningkatan belanja di bidang air minum dan
sanitasi dalam rangka pemeliharaan sistem pelayanan air minum dan sanitasi saat ini serta pencapaian
akses universal air minum dan sanitasi.

Dalam pencapaian indikator kunci kinerja, tantangan utama dalam pengelolaan kegiatan
penyediaan air minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat antara lain adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Belum memadainya dukungan program dan anggaran daerah yang memberikan fokus pada
peningkatan kinerja pelayanan air minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat.
Belum sinkronnya perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan berbagai program dan anggaran untuk
air minum dan sanitasi perdesaan;
Belum memadainya pemanfaatan pendanaan dari sumber lainnya (swasta dan masyarakat) bagi

sistem penyediaan air minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat;
Belum optimalnya lembaga yang menangani pengelolaan air minum dan sanitasi di perdesaan;
Belum optimalnya pemanfaatan sistem data/ informasi air minum dan sanitasi perdesaan untuk
menjadi bagian dari sistem informasi kinerja penyelenggaraan pembangunan daerah sebagai basis
pengambilan keputusan program dan anggaran pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan.

Selama ini banyak program-program pembangunan yang tidak optimal akibat tidak dilakukannya
sinkronisasi terhadap perencanaan dan penganggaran. Jika pembangunan terus dilakukan tanpa
sinkronisasi, maka capaian program pembangunan tidak akan maksimal, yaitu secara sektoral akan bagus,
tetapi secara keseluruhan kurang optimum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan Nomenklatur
Program Kegiatan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang menjadi kendala sinkronisasi
pembangunan, dimana Pemerintah Pusat berdasarkan fungsi, sedangkan Pemerintah Daerah berdasarkan
Urusan (Permendagri No.13/2006). Oleh karena itu perlu harmonisasi perencanaan pusat dan daerah
untuk memudahkan sinergitas perencanaan pembangunan dan capaian target pembangunan nasional
terhadap sasaran dan indikator Program/Kegiatan.
Selain itu, masih terdapat sebagian program pembangunan yang ada dalam APBD, bukan
merupakan program yang direncanakan dalam RPJMD maupun RKPD. Artinya program tersebut muncul
bukan dari mekanisme perencanaan yang semestinya dan melibatkan para stakeholders dalam forumforum musrenbang. Hal tersebut tidak lepas dari sistem perencanaan dan penganggaran yang terpisah
semenjak berlakunya UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan. Tahapan politis dalam penyusunan anggaran, selain teknokratik dan
administratif, menjadi tahapan yang krusial berpengaruh terhadap konsistensi perencanaan dan
penganggaran. Oleh karena itu, penentuan prioritas harus jelas dan fokus. Kualitas perencanaan dan
kualitas penganggaran betul-betul ditingkatkan detilnya sehingga setiap lembaga bisa mengendalikan
langsung perencanaan dan penganggaran di lembaga masing-masing.
Salah satu strategi program PAMSIMAS adalah melakukan sharing program APBN, APBD dan
APBDes dalam pembiayaan program; dimana untuk ‘Desa-APBN’, dana APBN akan membiayai BLM
(Bantuan Langsung Masyarakat) untuk sebesar 70% dari kebutuhan pendanaan desa sasaran, APBDes
sebesar 10% untuk fisik maupun non-fisik dan Masyarakat sisanya sebesar 20%. Untuk ‘Desa-APBD’ , dana
APBD akan membiayai BLM untuk sejumlah 70% kebutuhan pendanaan desa sasaran, APBDes sebesar
10% untuk fisik maupun non-fisik dan Masyarakat sisanya sebesar 20%. Selain itu, upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan sinergitas antara program APBD reguler, DAK PAM
STBM/Kesehatan dan Hibah Air Minum Perdesaan. Program Pamsimas mendorong sinergi program air
minum dan sanitasi perdesaan melalui berbagai pendanaan dengan tujuan untuk percepatan pencapaian
akses universal air minum dan sanitasi di perdesaan.

~3~

Pada tingkat kabupaten, perencanaan air minum dan sanitasi disusun dalam Rencana Aksi Daerah
bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL). RAD AMPL adalah nama generik untuk
dokumen perencanaan daerah lima tahunan yang memuat strategi, program dan investasi prioritas limatahunan untuk air minum dan sanitasi termasuk untuk perdesaan dan berbasis masyarakat, yang
melibatkan berbagai sumber pendanaan, seperti pemerintah, pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten),
pemerintah desa, swasta, dan masyakat. RAD AMPL merupakan payung bagi pemerintah kabupaten bagi
seluruh program air minum dan sanitasi di wilayahnya dalam rangka pencapaian akses universal air
minum dan sanitasi pada tahun 2019.
RAD AMPL memuat lima program kunci, diantaranya: penyediaan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). RAD AMPL berorientasi kepada RPJMD,
dan dijabarkan dalam RKPD, untuk dapat menjadi acuan bagi SKPD terkait guna menyusun Renstra SKPD
dan anggaran tahunan untuk pelaksanaan program dan kegiatannya (Renja SKPD).
Sesuai dengan Permendagri No. 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Pengendalian dan
Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2017, Bab VI Konsistensi Perencanaan dan
Penganggaran, guna menjamin konsistensi antara Perencanaan dan Penganggaran dan Efektivitas serta
efisiensi pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan nasional dan daerah, Program dan Kegiatan yang
ditetapkan dalam RKPD menjadi Landasan Penyusunan KUA dan PPAS untuk menyusun RAPBD. Hal
tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (2), Pasal 18 ayat (1) dan ayat (3) UU No. 17/2003 tentang
Keuangan Negara; Pasal 25 ayat (2) UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
dan Pasal 16 Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dengan
adanya konsistensi antara perencanaan dan anggaran pusat hingga daerah, maka strategi-strategi yang
ditetapkan dalam Pedoman Umum PAMSIMAS III dapat dilakukan dengan maksimal oleh daerah
sehingga adanya kepastian program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh daerah untuk mencapai target
universal access penyediaan air minum dan sanitasi yang layak dapat terpenuhi.
Kemendagri melalui Ditjen Bina Pembangunan Daerah, mempunyai fungsi dalam melakukan
pembinaan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
373 UU No. 23 Tahun 2014 yang bersifat umum meliputi: a) pembagian Urusan Pemerintahan; b)
kelembagaan Daerah; c) kepegawaian pada Perangkat Daerah; d) keuangan Daerah; e) pembangunan
Daerah; f) pelayanan publik di Daerah; g) kerja sama Daerah; h) kebijakan Daerah; i) kepala Daerah dan
DPRD; dan j) bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembinaan tersebut dilakukan dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta
penelitian dan pengembangan.
Dalam rangka mendukung optimalisasi pelaksanaan kegiatan PAMSIMAS di tahun anggaran 2017
pada komponen input Dukungan Penyusunan RAD-AMPL di Daerah - Pamsimas III yang berada di
Subdit Perumahan dan Kawasan Permukiman, Direktorat SUPD II,
Direktorat Jenderal Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, maka diperlukan jasa konsultan perseorangan bidang
perencanaan dan penganggaran untuk Program PAMSIMAS Phase III, yang bersumber dari Loan IBRD
Tahun Anggaran 2017, yang tertuang dalam DIPA Ditjen Bina Pembangunan Daerah.
1.2 MAKSUD DAN TUJUA N
Maksud dari kegiatan Jasa konsultan perseorangan perencanaan dan penganggaran dimaksudkan
untuk memberikan bantuan dalam penyusunan mekanisme perencanaan dan penganggaran daerah
terkait program prioritas nasional “penyediaan akses air minum dan sanitasi” yang terintegrasi dalam
dokumen perencanaan daerah.

~4~

Sedangkan tujuannya adalah membantu tugas dan fungsi Subdit Perumahan dan Kawasan
Permukiman pada Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri dalam :
1.
2.

3.

Menyusun konsep dan strategi RAD AMPL secara teknis dalam Perencanaan dan Penganggaran yang
sesuai dengan peraturan dan perundang undangan (UU, PP, PMK, Perdirjen, dll) yang berlaku;
Menyusun mekanisme sinkronisasi dan koordinasi pusat dan daerah dalam perencanaan dan
penganggaran, sehingga rencana kerja dan pembiayaan yang disusun ada sinergitas antara pelaksana
pusat dan daerah (provinsi, kabupaten/ kota);
Melakukan analisis alokasi dan realisasi APBD Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan serta
rumusan rekomendasi perbaikan tahap perencanaan dan penganggaranan pada pemerintah
provinsi/kabupaten/kota penerima program nasional PAMSIMAS agar indikator kunci yang dikawal
Ditjen Bina Bangda dapat tercapai;

1.3 SASARAN
Sasaran dari kegiatan Jasa konsultan perseorangan perencanaan dan penganggaran adalah:
1.
2.

3.

Tersusunnya konsep dan strategi AMPL secara teknis dalam Perencanaan dan Penganggaran yang
sesuai dengan peraturan dan perundang undangan (UU, PP, PMK, Perdirjen, dll) yang berlaku;
Tersusunnya mekanisme sinkronisasi dan koordinasi pusat dan daerah dalam perencanaan dan
penganggaran, sehingga rencana kerja dan pembiayaan yang disusun ada sinergitas antara pelaksana
pusat dan daerah (provinsi, kabupaten/ kota) sehingga dua (2) target indicator kunci yang dikawal
oleh Ditjen Bina Bangda dapat terakselerasi. Akselerasi yang dimaksud adalah terjadinya keterpaduan,
keharmonisan dan percepatan pencapaian;
Tersusunnya analisis alokasi dan realisasi APBD Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan serta
rumusan rekomendasi perbaikan pada tahap perencanaan dan penganggaranan pada
provinsi/kabupaten/kota yang mendapat program nasional PAMSIMAS sebagai upaya pencapaian
dua (2) target indikator kunci yang dikawal oleh Ditjen Bina Bangda;

1.4 RUANG LINGKUP PE KERJAAN
Ruang lingkup kegiatan Jasa Konsultan Perseorangan bidang Perencanaan dan Penganggaran
untuk Program PAMSIMAS III adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.

Review dan sinkronisasi arah kebijakan, strategi, sasaran, program dan kegiatan dalam RPJMN 20152019 dan RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota Penerima Program PAMSIMAS III;
Penyusunan evaluasi alokasi dan realisasi APBD Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Provinsi/Kabupaten Penerima Program PAMSIMAS;
Penyusunan analisa kebutuhan, permasalahan, dan rekomendasi tindak lanjut hasil kajian mendalam
bidang perencanaan dan penganggaran di daerah Tahun 2017 berupa usulan program dan kegiatan
yang dapat diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan daerah;
Melakukan pertemuan internal (Internal Coordination Meeting);
Menyiapkan bahan koordinasi lintas KL pelaksana program PAMSIMAS III (Implementing Agency);
Menyiapkan bahan koordinasi pengintegrasian RAD-AMPL dalam dokumen perencanaan daerah
Program dengan stakeholder di tingkat provinsi/kabupaten/ kota; dan
Membantu mensosialisasikan Pedoman Integrasi RAD-AMPL dalam dokumen perencanaan daerah.

~5~

1.5 KELUARAN
Output (keluaran) yang dihasilkan pada kegiatan Jasa Konsultan Perseorangan bidang
Perencanaan dan Penganggaran untuk Program PAMSIMAS III adalah sebagai berikut :




hasil analisis dan rekomendasi sinkronisasi arah kebijakan, strategi, sasaran, program dan kegiatan
dalam RPJMN 2015-2019 dan RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota Penerima Program PAMSIMAS III;
hasil evaluasi alokasi dan realisasi APBD Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Provinsi/Kabupaten/Kota Penerima Program PAMSIMAS;
hasil analisa kebutuhan, permasalahan, dan rekomendasi tindak lanjut berupa usulan program dan
kegiatan terpadu yang dapat diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan daerah.

1.6 SISTEMATIKA LAPO RAN
Adapun sistematika laporan pendahuluan ini terdiri atas empat (4) bab, sebagai berikut:
1.
2.
3.

4.

Bab I Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dan
ruang lingkup pekerjaan.
Bab II Pemahamana terhadap pekerjaan, yang menguraikan tentang pemahaman mengenai
pamsimas dan Indikator Kinerja Utama yang dikawal oleh Ditjen Bina Pembangunan Daerah.
Bab III Metodologi Pekerjaan, yang menguraikan tentang pendekatan teknis pekerjaan
mengadobsi dari petunjuk teknis perencanaan rencana aksi daerah aksi air minum dan penyehatan
lingkungan. (RAD AMPL), kerangka pekerjaan dan metodologi pekerjaan.
Bab IV Rencana Kerja, yang menguraikan tentang program dan rencana kerja pekerjaan selama
sembilan setegah (9,5) bulan.

~6~

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN BIDANG AIR MINUM
2.1

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Kebijakan pembangunan bidang air di dalam Undang-Undang Dasar 1945 terdapat pada Bab XIV
tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Pada pasal 33 tersebut terdapat lima (5) butir
ayat yang dalam kerangka untuk ekonomi nasional dan kesejahteraan social rakyat Indonesia, diantaranya:
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; (2) Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara;
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;
dan (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Dalam amanat UUD ’45 tersebut sangat jelas menyatakan bahwa air dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk kemakmuran (kesejahteraan) rakyat. Oleh karenanya Pemerintah, mulai dari pusat,
hingga daerah harus memastikan bahwa seluruh rakyat mendapatkan akses air untuk kesejahteraannya.
2.2

UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 1974

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang lahir di zaman Kepemimpinan
Presiden Soeharto ini merupakan landasan hukum penting dalam pengelolaan air untuk kesejahteraan
masyarakat. Dalam batang tubuh undang-undang ini mengatur soal fungsi, perencanaan dan perencanaan
teknis, pembinaan, pengusahaan, eksploitasi dan pemeliharaan, perlindungan, pembiayaan, ketentuan
pidana, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
Dalam pasal dua (2) tentang Fungsi, dijelaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya berfungsi
untuk sosial dan digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemudian, dalam pasal dua (2)
dijelaskan negara memberikan wewenang kepada pemerintah untuk: (a). Mengelola serta
mengembangkan kemanfaatan air dan atau sumber-sumber air; (b). Menyusun, mengesahkan, dan atau
memberi izin berdasarkan perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata pengairan; (c).
Mengatur, mengesahkan, dan atau memberi izin peruntukan, penggunaan, penyediaan air, dan atau
sumber-sumber air; (d). Mengatur, mengesahkan, dan atau memberi izin pengusahaan air, dan atau
sumber-sumber air; (e). Menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum dan hubunganhubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dalam persoalan air dan atau sumber-sumber air.
Dalam pelaksanaannya pertimbangan masyarakat adat setempat dan pertimbangan kepentingan nasional
menjadi perhatian.
Selain itu, amanat lainnya yang penting adalah terkait perencanaan dan perencanaan teknis untuk
mengatur tata air dan tata pengairan dan pembangunannya. Kemudian, pada substansi pembinaannya
mengatur soal penetapan tata cara pembinaan yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah, yang
meliputi: (a) Menetapkan syarat-syarat dan mengatur perencanaan, perencanaan teknis, penggunaan,
pengusahaan, pengawasan dan perizinan pemanfaatan air dan atau sumber-sumber air; (b) Mengatur dan
melaksanakan pengelolaan serta pengembangan sumber-sumber air dan jaringan-jaringan pengairan
(saluran-saluran beserta bangunan-bangunannya) secara lestari dan untuk mencapai daya guna sebesarbesarnya; (c). Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang dapat merugikan
penggunaannya serta lingkungannya; d. Melakukan pengamanan dan atau pengendalian daya rusak air

~1~

terhadap daerah-daerah sekitarnya; (e). Menyelenggarakan penelitian dan penyelidikan sumber-sumber
air; (f). Mengatur serta menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan khusus dalam bidang pengairan.
Muatan penting dalam undang-undang ini adalah tentang Pengusahaan, dimana pada pasal 11
menyatakan bahwa pengusahaan air dan atau sumber-sumber air untuk kesejahteraan rakyat, dilakukan
oleh Pemerintah, baik pusat dan daerah. Jika ada badan usaha hukum yang ingin melakukan pengusahaan
air harus mendapatkan izin dari pemerintah, dengan berpedoman pada azas usaha bersama dan
kekeluargaan.
Muatan tentang eksploitasi dan pemeliharaan juga diatur pada pasal 12, yang menyatakan bahwa
untuk menjamin fungsi dan kelestarian dilakukan eksploitasi dan pemeliharaan. Dijelaskan, bangunanbangunan pengairan yang memberi manfaat langsung kepada masyarkat dilakukan dengan melibatkan
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun sosial dan perorangan. Sedangkan bangunan-bangunan
air untuk kesejahteraan dan keselamantan umum dilakukan oleh pemerintah.
Pada Bab VIII tentang perlindungan, dijelaskan juga pentingnya perlindungan terhadap air dan
sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan pengairan. Upaya-upaya perlindungan tersebut
dilakukan dengan cara: (a) melakukan usaha penyelamatan tanah dan air; (b) melakukan pengamanan dan
pengendalian daya rusak air; (c) melakukan pencegahan terhadap pengotoran air; dan (d) pengamanan
dan perlindungan terhadap bangunan air.
2.3

UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2014

Amanat penting dalam Undang-Undang nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
adalah pembagian urusan antar pemerintahan dan pengaturan soal urusan wajib konkuren dan pilihan.
Pada pasal 12 dinyatakan bahwa urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
meliputi enam (6) hal yang meliputi: (a) pendidikan; (b) kesehatan; (c) pekerjaan umum dan penataan
ruang; (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman; (e) ketenteraman, ketertiban umum, dan
perlindungan masyarakat; dan (f) sosial.
Pembangunan bidang air (air bersih dan air minum) terkait dalam urusan bidang pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang serta perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
Selanjutnya dalam lampiran pembagian urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang dijelaskan bahwa pemerintah pusat berwenang dalam: (a) penetapan pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) secara nasional; (b) Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas Daerah
provinsi, dan SPAM untuk kepentingan strategis nasional. Pemerintah Provinsi berwenangan dalam
Pengelolaan dan Pengembangan SPAM Lintas Daerah Kabupaten/Kota. Sementara itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota berwenang dalam Pengelolaan dan Pengembangan SPAM di Daerah Kabupaten/Kota.
Secara spasial, rakyat Indonesia yang berada di kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan
harus mendapat akses terhadap air dan air minum, oleh karenanya adalah peran pemerintah untuk
memastikan bahwa seluruh rakyat terakses dan terlayani.
2.4

UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2014

Lokus utama kegiatan Pamsimas Phase III adalah desa, oleh karenanya landasan hukum yang juga
harus dikaji harus mencakup desa. Dalam definisinya, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan

~2~

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kata air dalam UndangUndang Desa hanya terdapat pada pasal 76 ayat (1) yang menyatakan bahwa Aset Desa dapat berupa
tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan,
pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya
milik Desa.
Kemudian, kata ‘sanitasi’ terdapat pada lampiran penjelasan undang-undang yang menjelaskan
pasal 19 huruf b yang menjelaskan, tentang “kewenangan lokal berskala Desa” adalah kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan
efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa,
antara lain tambatan perahu, pasar Desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan,
pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan Desa, embung Desa, dan jalan Desa.
Penjelasan tersebut bermaksud untuk menguraikan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa,
yang dinyatakan dalam pasal 18 dengan bunyi: Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat
Desa. Yang artinya pemerintahan desa juga bertanggungjawab dalam bidang pembangunan air minum
dan sanitasi rakyat agar seluruh warga desa terakses air, sehingga kesejahteraan masyarakat terjamin.
2.5

PERATURAN PEMERINTAH NO. 121 TAHUN 2015

Program Pamsimas yang sudah memasuki fase ketiga (3) sangat mempermasalahkan penyerahan
aset-aset yang telah dibangun di 7000 lebih desa di Indonesia. Walaupun anggaran tersebut bersumber
dari APBN, APBD dan Dana Masyarakat penerima program, namun persoalan aset program harus
diyakinkan tidak bermasalah jika diserahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air menjelaskan
bahwa pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip: (a). tidak
mengganggu, mengesampingkan, dan meniadakan hak rakyat atas Air; (b). perlindungan negara terhadap
hak rakyat atas Air; (c). kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia; (d).
pengawasan dan pengendalian oleh negara atas Air bersifat mutlak; (e). prioritas utama pengusahaan atas
Air diberikan kepada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah; dan (f). pemberian Izin
Pengusahaan Sumber Daya Air dan Izin Pengusahaan Air Tanah kepada usaha swasta dapat dilakukan
dengan syarat tertentu dan ketat setelah prinsip sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf
e dipenuhi dan masih terdapat ketersediaan Air.
Pada pasal 13 dinyatakan bahwa pengusahaan sumber daya air dapat dilakukan oleh BUMN,
BUMD, BUMDes, Koperasi, Perseorangan, atau kerjasama antar badan usaha. Kemudian di pasal 30
dinyatakan izin pengusahaan sumber daya air kepada pemegang dan berhak untuk; (a) memperoleh dan
mengusahakan Air Permukaan, Sumber Air Permukaan, dan/atau Daya Air Permukaan sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam izin, dan (b) membangun prasarana dan sarana sumber daya air dan
bangunan lain sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin.
2.6

PERATURAN PEMERINTAH NO. 12 TAHUN 2017

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah menjadi landasan hukum pemerintah dalam hal ini kepala negara
untuk mengawasi pimpinan daerah agar menjalankan urusan penyelenggaraan pemerintahannya dengan
baik, sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

~3~

Muatan utama dalam Peraturan Pemerintah ini adalah terkait pemberian sanksi administratif
sebagaimana amanat di dalam pasal 383 UU 23/2014. Pemberian sanksi administratif diberikan akibat dari
pelanggaran yang dilakukan oleh kepala daerah, wakil kepala daerah, anggota DPRD dan daerah karena:
(a) tidak melaksanakan program strategis nasional; (b) tidak menyampaikan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dan ringkasan laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam waktu 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah anggaran berakhir; (c) kepala daerah tidak
menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD dalam waktu 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir; (d) kepala daerah dan/atau
wakil kepala daerah menjadi pengurus suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik negara/daerah
atau pengurus yayasan bidang apa pun; (e) kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah melakukan
perjalanan ke luar negeri tanpa izin dari menteri; (f) kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah
meninggalkan tugas dan wilayah kerja lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut atau tidak berturutturut dalam waktu 1 (satu) bulan tanpa izin dari Menteri untuk gubernur dan wakil gubernur serta tanpa
izin dari gubernur untuk bupati dan wakil bupati atau wali kota dan wakil wali kota, kecuali jika dilakukan
untuk kepentingan pengobatan yang bersifat mendesak; (g) kepala daerah tidak menyampaikan peraturan
daerah dan peraturan kepala daerah kepada Menteri/gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat paling
lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan; (h) kepala daerah dan anggota DPRD serta daerah masih
memberlakukan peraturan daerah yang telah dibatalkan oleh Menteri atau oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat; (i) daerah masih memberlakukan peraturan daerah mengenai pajak daerah dan/atau
retribusi daerah yang dibatalkan oleh Menteri atau dibatalkan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat; (j) kepala daerah tidak menyebarluaskan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang telah
diundangkan; (k) kepala daerah dan anggota DPRD tidak menetapkan peraturan daerah tentang rencana
pembangunan jangka panjang daerah dan rencana pembangunan jangka menengah daerah; (l) kepala
daerah tidak menetapkan peraturan kepala daerah tentang rencana kerja Pemerintah Daerah; (m) kepala
daerah melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang diatur dalam undang-undang; (n)
kepala daerah tidak mengajukan rancangan peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja
daerah kepada DPRD sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundangundangan; (o) kepala daerah dan anggota DPRD tidak menyetujui bersama rancangan peraturan daerah
tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun; (p)
kepala daerah tidak mengumumkan informasi tentang pelayanan publik kepada masyarakat melalui
media dan tempat yang dapat diakses oleh masyarakat luas; (q) kepala daerah tidak memberikan
pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (r) kepala daerah tidak
melaksanakan rekomendasi Ombudsman sebagai tindak lanjut pengaduan masyarakat; dan (s) kepala
daerah tidak mengumumkan informasi pembangunan daerah dan informasi keuangan daerah kepada
masyarakat serta tidak menyampaikan informasi keuangan daerah kepada Menteri dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.7

PERATURAN PRESIDEN NO. 2 TAHUN 2015

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) 2015 – 2019, mengamanatkan upaya-upaya yang harus dilakukan dalam pencapaian universal
access. Sebagaimana yang dilaporkan dalam Buku Agenda Pembangunan Nasional, target universal access
pada tahun 2019 diawali dengan baseline di tahun 2014, dimana akses sanitasi bertolak pada angka 61,06%
di tahun 2014, estimasi di 2015 di angka 62,44% dan target di tahun 2019 sebesar 100%. Kemudian, akses
air minum sebesar 68,11% pada tahun 2014, pada tahun 2015 di angka 69,65% dan target di tahun 2019
mencapai 100%. Sedangkan target MDGs 2015 air minum: 68,87% atau melampaui target MDG’s 2015.

~4~

Selain itu, disampaikan dalam laporannya bahwa untuk mencapai UA di tahun 2019, terdapat gap
yang harus ditangani yakni akses air minum sebesar 95,6 juta jiwa, sanitasi (air limbah) sebesar 120 juta,
dan sanitasi persampahan perkotaan sebesar 88 juta jiwa. Kemudian, nilai strategis yang didapat jika
rakyat Indonesia mencapai UA adalah (a) mencegah Rp. 56 Triliun/tahun kerugian ekonomi; (b)
menghemat Rp. 40 Triliun/tahun pengeluaran jika kondisi sanitasi baik.
Beberapa modal yang telah ada dalam upaya untuk mencapai universal akses meliputi:
kelembagaan, perencanaan teknis (dokumen strategis) dan pembiayaan. Kelembagaan di tingkat pusat dan
daerah meliputi: Pokja AMPL Sanitasi, AKKOPSI, NAWASIS. Sedangkan perencanaan teknis meliputi
dokumen strategis seperti RISPAM, SSK, MPS, RAD AMPL, Jakstrada dan RPIJM CK. Kemudian,
pembiayaan program yang meliputi: APBD untuk Air Minum, Air Limbah (Sanitasi), Masyarakat dan
peluang pendanaan lainnya seperti DAK, CSR dan Dana Desa.
Kemudian, untuk mencapai UA tersebut disusun arah dan kebijakan yang meliputi empat (4) hal
yaitu: menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku dalam
pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi; penyediaan insfrastruktur produktif melalui penerapan
manajemen aset baik di perencanaan, penanggaran dan investasi serta pemeliharaan dan pembaruan
infrastruktur terbangun; penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat; peningkatan efektfitas dan efisiensi pendanaan
infrastruktur air miinum dan sanitasi melalui sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan.
2.8

PERATURAN PRESIDEN N O. 59 TAHUN 2017

Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, menggaris-bawahi tentang pembangunan air minum dan sanitasi dalam kerangka Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 2030, sehingga perlu penyelarasan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah dan Jangka Panjang Nasional.
Tujuan Global

Sasaran Global

Menjamin
ketersediaan serta
pengelolaan
air
bersih
dan
sanitasi
yang
berkelanjutan
untuk semua

Pada tahun 2030, mencapai
akses universal dan merata
terhadap air minum yang aman
dan terjangkau bagi semua.

Pada tahun 2030, mencapai
akses terhadap sanitasi dan
kebersihan yang memadai dan
merata bagi semua, dan
menghentikan praktik buang air
besar di tempat terbuka,
memberikan perhatian khusus
pada
kebutuhan
kaum
perempuan, serta kelompok
masyarakat rentan

Sasaran Nasional RPJMN 20152019
Meningkatnya akses terhadap
layanan air minum layak pada
tahun 2019 menjadi 100% (2014:
70%).
Meningkatnya
kapasitas
prasarana air baku untuk melayani
rumah tangga, perkotaan dan
industri pada tahun 2019 menjadi
118,6 m3/detik (2015: 51,44
m3/detik) dan penyediaan air
baku untuk 60 pulau
Meningkatnya akses terhadap
sanitasi yang layak pada tahun
2019 menjadi 100% (2014: 60,9%).

Meningkatnya
desa/kelurahan
melaksanakan

~5~

jumlah
yang
Sanitasi
Total

Instansi Pelaksana
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian;
Kementerian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan;
Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Pemerintah Daerah
Provinsi; Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian;
Kementerian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan;
Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat; Kementerian Kesehatan;
Pemerintah Daerah Provinsi;
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota.
Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan;
Kementerian

Tujuan Global

Sasaran Global

Pada tahun 2030, meningkatkan
kualitas air dengan mengurangi
polusi,
menghilangkan
pembuangan,
dan
meminimalkan
pelepasan
material dan bahan kimia
berbahaya,
mengurangi
setengah proporsi air limbah
yang tidak diolah, dan secara
signifikan meningkatkan daur
ulang,
serta
penggunaan
kembali barang daur ulang yang
aman secara global.

Pada
tahun
2030,
secara
signifikan
meningkatkan
efisiensi penggunaan air di
semua sektor, dan menjamin
penggunaan dan pasokan air
tawar yang berkelanjutan untuk
mengatasi kelangkaan air, dan
secara signifikan
mengurangi jumlah orang yang
menderita akibat kelangkaan air.

Sasaran Nasional RPJMN 20152019
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
menjadi 45.000 pada tahun 2019
(2015: 25.000).

Terbangunnya infrastruktur air
limbah dengan sistem terpusat
skala kota, kawasan, komunal
pada
tahun
2019
di
438
kabupaten/kota

Peningkatan kualitas pengelolaan
air limbah sistem setempat melalui
peningkatan kualitas pengelolaan
lumpur tinja perkotaan dan
pembangunan
Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
di 409 kabupaten/kota.

Pengelolaan kualitas air, baik di
sungai, waduk, danau, situ, muara
sungai, pantai termasuk perbaikan
sistem monitoring hidrologis dan
kualitas air dengan indikator
membaiknya kualitas air di 15
danau, 5 wilayah sungai
Peningkatan kualitas air sungai
sebagai sumber air baku menuju
baku mutu rata-rata air sungai
kelas II.
Pengendalian dan penegakan
hukum bagi penggunaan air tanah
yang berlebihan yang diiringi
dengan percepatan penyediaan
dan pengelolaan air baku kawasan
perekonomian, dan penerapan
kebijakan pengenaan tarif air
industri yang kompetitif.
Pemberian insentif penghematan
air pertanian/perkebunan dan
industri termasuk penerapan
prinsip reduce, mengembangkan
reuse
dan
recycle,
serta
pengembangan
konsep
pemanfaatan air limbah yang

~6~

Instansi Pelaksana
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan;
Kementerian
Kesehatan;
Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
Pemerintah
Daerah
Provinsi; Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian; Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan; Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat; Kementerian Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan;
Pemerintah Daerah Provinsi;
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian; Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan; Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat; Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
Pemerintah Daerah Provinsi;
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian;
Kementerian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan;
Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat; Kementerian Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan;
Pemerintah Daerah
Provinsi; Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian; Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan; Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; Pemerintah Daerah
Provinsi; Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian; Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan; Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; Kementerian

Tujuan Global

Sasaran Global

Pada tahun 2030,
menerapkan pengelolaan
sumber daya air terpadu di
semua tingkatan, termasuk
melalui kerjasama lintas
batas yang tepat.

Pada tahun 2020,

Sasaran Nasional RPJMN 20152019
aman untuk pertanian (safe use of
astewater in agriculture).

Internalisasi
108
Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Terpadu (RPDAST) yang sudah
disusun ke dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW).
Updating dan revitalisasi stasiun
hidrologi dan klimatologi di 8
Wilayah Sungai dan Pembentukan
jaringan informasi sumber daya
air di 8 Wilayah Sungai.
Pembentukan jaringan informasi
sumber daya air di 8 Wilayah
Sungai.
Meningkatnya jumlah Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang
meningkat jumlah mata airnya
dan 19 DAS yang memiliki
Memorandum of Understanding
(MoU) lintas Negara pada tahun
2019.
Pemulihan kesehatan DAS melalui
pengembangan Hutan Tanaman
Rakyat
(HTR),
Hutan
Kemasyarakat (HKm), Hutan Desa
(HD), Hutan Adat dan Hutan
Rakyat (HR) serta peningkatan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
seluas 12,7 Juta Ha.

Peningkatan
partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan
daerah tangkapan sungai dan
danau di 10 Wilayah Sungai.
Melanjutkan
penataan
kelembagaan sumber daya air,
antara lain dengan:
Mensinergikan
pengaturan
kewenangan dan tanggung jawab
di semua tingkat pemerintahan
beserta seluruh pemangku
kepentingan
serta
menjalankannya secara konsisten;
Meningkatkan
kemampuan
komunikasi,
kerjasama,
dan
koordinasi antarlembaga serta
antarwadah
koordinasi pengelolaan sumber
daya air yang telah terbentuk; dan
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan pengelolaan sumber
daya air
Meningkatnya kualitas air pada 15

~7~

Instansi Pelaksana
Pertanian; Kementerian
Perindustrian; Pemerintah
Daerah Provinsi; Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian; Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas;
Kementerian Keuangan;
Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan; Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; Pemerintah
Daerah Provinsi.

Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian; Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan; Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; Pemerintah
Daerah Provinsi.

Kementerian Koordinator Bidang

Tujuan Global

Sasaran Global
melindungi dan merestorasi
ekosistem terkait sumber
daya air, termasuk
pegunungan, hutan, lahan
basah, sungai, air tanah,
dan danau.

2.9

Sasaran Nasional RPJMN 20152019
danau pada tahun 2019.
Meningkatnya 15 danau yang
pendangkalannya kurang dari 1%
pada tahun 2019.
Meningkatnya
danau
yang
menurun tingkat erosinya menjadi
15 danau pada tahun 2019.
Mengurangi luasan lahan kritis
melalui rehabilitasi di dalam KPH
seluas 5,5 juta hektar pada tahun
2019.
Perlindungan mata air dan
Pemulihan kesehatan sungai di 5
DAS Prioritas (DAS Ciliwung,
DAS Citarum, DAS Serayu, DAS
Bengawan Solo dan DAS Brantas)
dan 10 DAS prioritas lainnya
sampai dengan tahun 2019.

Instansi Pelaksana
Perekonomian; Kementerian
Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas; Kementerian
Keuangan; Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; Pemerintah
Daerah Provinsi; Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota

PERATURAN PRESIDEN N O. 185 TAHUN 2014

Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi, mengamanat beberapa hal penting dalam mendorong SPM Bidang Air Minum dan Sanitasi,
diantaranya:








Pada pasal tujuh (7) diamanatkan, pemerintah untuk menyusun kebijakan dan strategi nasional
pengembangan sistem air minum dan sanitasi. Kebijakan dan strategi dijabarkan dalam bentuk Peta
Jalan (Road Map) Air Minum Nasional dan Peta Jalan (Road Map) Sanitasi Nasional.
Untuk pemerintah provinsi, juga menyusun Peta Jalan Air Minum dan Sanitasi yang mengacu kepada
Peta Jalan Nasional.
Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota, menyusun Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum yang
selanjutnya disebut RISPAM dan Strategis Sanitasi Kabupaten/Kota yang selanjutnya di singkat SSK.
Amanat selanjutnya adalah (pasal 12), dibentuknya gugus tugas yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Presiden. Sedangkan di level Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota membentuk Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi atau kelompok kerja lain.
Ketentuan mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi
diatur oleh Gubernur di level provinsi, sedangkan di l