Tugas Makalah Observasi Pendidikan seni.

MAKALAH OBSERVASI PENDIDIKAN SENI
DI SANGGAR KESENIAN LINDU PANON
SEMARANG

DISUSUN
OLEH :
INTAN NURAINI KARUNIANINGTIAS (2501416168)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dijaman sekarang ini jarang ada orang yang mempunyai jiwa seni yg tinggi
namun sayangnya banyak orang yang sudah melupakan kesenian didaerahnya
masing masing dan sudah tidak mau melestarikan budaya kita ini . sebenernya
pendidikan seni sangatlah penting bagi kehidupan sehari hari , dan sebenarnya
seni itu sudah melekat pada diri manusia sejak lahir .seharusnya kita harus menjaga
dan melestarikan budaya di Indonesia . bukan sebaliknya yang malah terpengaruh

dengan budaya asing . baik diri kita sendiri maupun orang lain .
Kita sebagai masyarakat yang peduli akan kesenian di Negara indonesia , harus
bisa menggenalkan ,melestarikan dan bangga akan apa yang dimiliki kesenian
dinegara indonesia , dan sebaiknya kita sebagai masyarakat Indonesia harus
membuktikan kepada Negara tetangga bahwa kesenian diIndonesia dinegara
tercinta ini sangat banyak dan beraneka ragam dan ikut serta melestarikan budaya
kita ini agar tetap terjaga sampai anak cucu kita dapat mengenal dan melestarikan
budayanya .dengan demikian Saya tertarik observasi di Sanggar ini karena buat
saya disanggar Lindu Panon Semarang ini . Saya masuk ketika belum bisa
menari sampai bisa menari , tempat saya berlatih menari dan sampe saat ini.
Sanggar bertempat di Musium Ranggawarsito Semarang . Saya dr kecil dari tk
sudah berlatih disanggar tersebut, hingga sekarang, sanggar kesenian Lindu panon
ini berdiri dari tahun 1988 sampai sekarang .

Landasan Teori .
Pembelajaran tari pada umumnya dilakukan dengan metode imitatif, dimana
guru hanya mendemonstrasikan gerak tari yang kemudian ditirukan oleh anak.
Dengan metode imitatif ini, anak hanya boleh bergerak sesuai dengan gerakan
gurunya tanpa adanya kesempatan untuk mengeluarkan kreativitasnya sendiri.
Metode ini mempunyai kelemahan, yaitu anak tidak bisa mengeluarkan

kreativitasnya dan lebih cenderung pasif, menunggu perintah dari gurunya. Untuk
mengatasi hal-hal yang demikian, ditawarkan sebuah strategi pengajaran yang
melibatkan anak dalam proses kegiatan belajar mengajar, yaitu pendekatan ekpresi
bebas. Pendekatan ekspresi bebas diperkenalkan oleh Franz Cizek yang terkenal
dengan sebutan bapak dari pendekatan ekspresi bebas dalam pendidikan seni rupa
pada akhir abad ke-19. Pendekatan ekspresi bebas yang diperkenalkan oleh Cizek
kemudian dikembangkan dan lebih dipopulerkan oleh dua orang tokoh pendidikan
seni rupa yang juga memiliki reputasi internasional yaitu Victor Lowenfeld dan
Herbert Read (Salam 2005: 12).
Pendekatan ekspresi bebas merancang kegiatan pembelajarannya dengan
menggunakan model emerging curriculum yaitu kegiatan pembelajaran yang tidak
dirancang sebelumnya tetapi berkembang sesuai dengan keinginan anak. Dengan
cara ini, guru menanyakan kepada siswa, kegiatan apa yang ingin dilakukannya
dan kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk memberikan kemudahan bagi
siswa untuk melaksanakan kegiatannya. Ada kemungkinan oleh satu hal tiba-tiba
siswa berubah fikiran, maka guru pun harus segera menyesuaikan diri dengan
keinginan sang siswa. Implementasi pendekatan ekspresi bebas semacam ini cocok
dilakukan di sanggar tari yang bersifat non formal, sedangkan untuk sekolah yang
memiliki kurikulum serta jadwal yang ketat, sulit untuk dilakukan. Karena sulitnya
menerapkan pendekatan ekspresi bebas secara murni di sekolah, maka pendidik

seni rupa mengembangkan pendekatan ekpresi bebas secara lebih terarah.

Dengan pendekatan terarah ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan tetapi dengan siasat tertentu agar supaya
siswa dapat mengekpresikan dirinya sesuai dengan apa yang diharapkan. Siasat
tersebut berupa kegiatan pemanasan untuk merangsang dan memberikan motif
berekspresi kepada siswa. Kegiatan pemanasan atau biasa pula disebut pemberian
motivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
(1) Bercerita atau berdialog dengan anak untuk membangkitkan perhatian dan
merangsang lahirnya motif yang dapat dijadikan dasar dalam berkarya. Tema
ceritera atau dialog tentu saja yang menyentuh kehidupan siswa. Untuk siswa tema
ceritera atau dialog bisa disesuaikan dengan tema-tema dalam kurikulum
(2) Memberikan kepada siswa, pengalaman kontak langsung dengan alam secara
sadar, misalnya dengan mengajak siswa untuk mencermati keadaan sekelilingnya
yang mungkin selama ini diabaikan, seperti detail bunga-bungaan yang tumbuh
disekeliling sekolah, hewan yang berkeliaran mencari makan, pejalan kaki serta
kendaraan yang lalu-lalang. Untuk mengarahkan perhatian siswa, guru dapat
mengajukan beberapa pertanyaan seperti: bagaimana caranya kucing berjalan?,
bagaimana sikap pejalan kaki yang akan menyeberang jalan ?, bagaimana caranya
kucing mencari makan ?, dan lain sebagainya.

(3) Mendemonstrasikan proses penciptaan karya seni tari yang akan diajarkan.
Pemberian motivasi kepada siswa dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat
(kurang dari 5 menit) akan tetapi dapat pula dilakukan dalam waktu 10-15 menit.
Pembangkitan motivasi dalam bentuk kontak langsung dengan alam memerlukan
waktu yang relatif lama akan tetapi kegiatan ini dapat dirangkaikan dengan
kegiatan lain, misalnya darmawisata sehingga tidak perlu mengambil waktu yang
tersedia untuk praktik di kelas. Pada saat menjelang praktik, guru tinggal
memancing

ingatan

siswa

membangkitkan motivasinya.

tentang

apa

yang


telah

diamatinya

untuk

Setelah siswa termotivasi, maka siswa pun diminta untuk mengekspresikan
dirinya secara bebas. Peran guru pada saat berlangsungnya ekspresi tersebut adalah
mendampingi siswa untuk memberikan bantuan dan pujian bila diperlukan, Dalam
kaitannya dengan penilaian karya siswa, maka tentu saja guru harus kembali ke
filosofi pendekatan ekspresi bebas yaitu ekspresi anak bersifat unik dan alamiah
dan tidak ada istilah benar dan salah dalam mengekspresikan dirinya melalui seni
tari. Penilaian yang diberikan bersifat apresiatif, yaitu bersifat menerima dan
menghargai apa yang diungkapkan atau diciptakan oleh anak dengan menunjukkan
kemungkinan peningkatan kualitas dari karya yang diciptakannya tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
 Metode Observasi

Dalam pembuatan makalah ini . saya menggunakan metode observasi pengamatan
di SANGGAR KESENIAN LINDU PANON SEMARANG pada hari Rabu 26
Oktober 2016 dengan melakukan pengamatan dan wawancara disanggar tersebut .
 Biodata narasumber
Ibu Siti Salbiyah Spd (Ketua harian diSanggar Kesenian Lindu Panon
 Visi dan Misi Sanggar
Visi : Siswa dapat membangun karakter positif untuk lebih meningkatkan
kreativitas dan lebih percaya diri , dalam mengembangkan kepekaan rasa ,
keindahan dan kepeduliaan lingkungan
Misi : kegiatan untuk membantu mengoptimalkan potensi dibidang kesenian
seperti seni tari.
 Data Observasi
1.Materi yang diberikan guru terhadap siswa

 Catatan kurikulum
- Teknik Dasar
- Repetoar Tari
- Pendalaman Tari
- Apresiasi Seni
- Evaluasi

 Metode pelaksanaan pemblajaran seni tari.
Pelatih memberi contoh kemudian siswa menirukanya seperti gambar dibawah ini

Tujuan pelaksanaan pemblajaran seni tari
-secara umum : Untuk melestarikan budaya atau nguri nguri budaya jawa
khususnya seni tari.
-secara khusus : siswa mampu menghafal dan menarikan tarian dengan baik
 Media yang digunakan dalam pemblajaran
- Laptop
- Sound system
 Evaluasi
Nilai didapatkan saat adik-adik sanggar mengikuti ujian semester genap dan
ganjil setiap tiga bulan sekali,penilaian semester ganjil tidak menggunakan
kostum tetapi hanya menggunakan seragam sanggar biasa tetapi jika ujian pada
semester genap akan menggunakan kostum dan disertai dengan periasan yang
sesuai dengan tariannya. Masing-masing anak harus menghafalkan satu tarian
yang mengandung unsur wiroso,wirogo, dan wiromo, adik-adik diharapkan
sudah bisa menguasai tarian yang diujikan dan setelah itu saat acik-adik ujian
akan dinilai dua juri nilai didapatkan dari kemampuan masing-masing dengan
kriteria nilai kkm terendah 70 dan kkm tertinggi 95, jika adik-adik tidak bisa

memenuhi kkm terendah akan mengulang tarian yang diujikan dan tidak ada
remidi jika adik-adik yang sudah memenuhi kkm yang lebih tinggi maka akan
melanjutkan tarian yang lebih susah dari tarian sebelumnya.
Tulisan ini atau data ini saya ambil berdasarkan hasil wawancara observasi dan
dokumentasi

BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Disanggar Lindu Panon ini adik-adik sangat bersemangat dalam belajar menari dan
mereka sangat senang karena memiliki banyak teman yang juga ikut berlatih dan
sama-sama senang dalam hal menari tarian kreasi maupun tarian klasik.
Saran
Kepada kordinator dan kepada pelatih sanggar saya menyarankan untuk
menambahkan pelatih supaya ketika mengajar dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok sehingga anak dapat konsentrasi pada latihan dan tidak berbicara pada
teman latihan disampingnya
Statemen pribadi
Menurut saya sanggar ini memiliki visi dan misi yang menujang anak untuk bisa
belajar menari .


Daftar Pustaka
Narasumber Ibu Siti Salbiyah ( Ketua harian Sanggar )
Landasan Teori ibu Eni Kusumastuti :
De Bono, Edward. 1990. Berpikir Lateral (terjemahan Budi). Jakarta: Binarupa.
Golberg, Merryl. 1997. Arts and Learning. An Integrated Approach to Teaching
and Learning in Multicultural and Multilingual settings. New York:
Longman.
Kamaril, Cut. 2001. Konsep Pendidikan Seni Tingkat SD-SLTP_SMU. Makalah.
Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Seni. 18-20 April 2001.
Jakarta: Hotel Indonesia.
Lasky dan Mukerji, 1984 . Art: Basic for Young Children. Washington DC: The
National Assosiation for The education of Young Children.
Munandar, S.C.U. 1983. Kreativitas. Jakarta: Dian Rakyat.
--------------------- 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursito, 2000. Kiat Menggali Kreativitas. Mitra Gama Widya.
Primadi. 2000. Proses, Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB.
Rusyana, Yus. 2000. Tujuan Pendidikan Seni. Gelar: Jurnal Ilmu dan Seni STSI
Surakarta: STSI Press.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1999.Fungsi Seni dan Pendidikan Serta Implikasinya
dalam Pengembangan kebudayaan. Makalah dalam Penlok
Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Seni Rupa.
-------------

2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI
Bandung.

Salam, Sofyan. 2005. Paradigma Dan Masalah Pendidikan Seni. Semarang: PPS
UNNES.

Sumaryanto, Totok, F. 2001.Pemupukan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran
Musik. Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni vol.2
no.3/Januari-April 2001. Semarang: Jur. Sendratasik UNNES.