ANALISIS PENILAIAN KINERJA (KEUANGAN DAN NON KEUANGAN) PADA SPBU X MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD.
ANALISIS PENILAIAN KINERJA (KEUANGAN DAN NON KEUANGAN) PADA SPBU X MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD ”. SUSNANINGSIH MU’AT
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja keuangan dan non keuangan pada SPBU X. Analisis penilian kinerja ini menggunakan pendekatan Balance Scorecard yang meliputi perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan pembelajaran. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh secara langsung melalui survei kepuasan pelanggan menggunakan metode sampling insidental dan survei kepuasan karyawan menggunakan metode sensus, serta hasil dari pengamatan dilapangan dan wawancara dengan manajer SPBU X. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis dari SPBU X, internet, lembaga-lembaga yang terkait, dan studi pustaka. Kuesioner kepuasan konsumen dan karyawan dianalisis melalui uji validitas dan reliabilitas.
Penilaian kinerja pada perspektif keuangan dilakukan dengan mengkaji laporan laba rugi, neraca dan arus kas dari laporan keuangan SPBU X periode 2010, 2011, 2012. Kinerja keuangan diukur dari nilai Current Asset, Debt Ratio, Return on Asset (ROA) dan Total Asset Turn Over (TATO), menunjukan hasil yang memuaskan dengan skor akhir 93.75%. Pada perspektif pelanggan, kinerja SPBU X dinilai cukup baik dengan skor akhir 70%, yang dianalisis melalui survei kepuasan konsumen dan menghitung tingkat profitabilitas konsumen. Penilaian pada perspektif proses bisnis internal menunjukan hasil yang baik dengan skor akhir 83.3%, kriteria pengukuran dianalisis melalui inovasi penjualan produk dan jasa yang dilakukan, minimalisasi masalah dan kecepatan pelayanan. Kinerja SPBU X pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dinilai belum optimal dengan skor akhir 66.6%. Kinerja keseluruhan SPBU X melalui pendekatan Balance Scorecard dinilai cukup baik dengan skor akhir 77.98%. SPBU X sebaiknya memperhatikan aspek-aspek nonkeuangan lainnya dan direkmendasikan untuk menggunakan konsep Balance Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja dalam pencapaian visi, misi dan tujuan perusahaan.
Kata kunci: Strategi, Penilaian Kinerja, Balance Scorecard, SPBU.
PENDAHULUAN
besar pengelolaannya diberikan kepada Indonesia merupakan negara yang
Pertamina.
memiliki banyak sumber daya alam yang Pertamina adalah perusahaan minyak merupakan
dan gas bumi yang dimiliki oleh Pemerintah pembangunan nasional dan peningkatan
Indonesia (National Oil Company). Maksud kemakmuran masyarakat. Salah satu sumber
didirikannya Pertamina adalah untuk daya alam yang ada di Indonesia adalah
menyelenggarakan usaha di bidang minyak minyak bumi dan gas bumi, yang sebagian
dan gas bumi, baik didalam maupun luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait, dan gas bumi, baik didalam maupun luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait,
dengan transformasi yang dilaksanakan di Pertamina kemudian melaksanakan
Pertamina, SPBU dapat dibedakan menjadi pendistribusian
dua, yaitu SPBU pertamina biasa (non-Pasti keseluruhan produknya terutama untuk
dan
pemasaran atas
Pas!) dan SPBU Pasti Pas!. SPBU memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Pertamina Pasti Pas!adalah merupakan Dalam kegiatan pendistribusian produk
perwujudan nyata dari transformasi Pertamina, khususnya BBM, Pertamina
Pertamina, yaitu pembenahan industri ritel dituntut untuk melaksanakan pendistribusian
BBM. Melalui program Pertamina Way, ke seluruh pelosok tanah air dalam jumlah
yaitu program pembenahan manajemen dan yang cukup, waktu yang cepat, mutu yang
pelayanan di SPBU yang terdiri dari 5 baik dan harga yang layak (sesuai ketentuan
elemen: playanan staf yang terlatih, jaminan berlaku).
kualitas dan kuantitas, peralatan yang Luasnya wilayah yang harus
terawat dengan baik, format fisik yang dijangkau
konsisten, serta penawaran produk dan pendistribusian
pelayanan bernilai tambah. Selanjutnya, Pertamina melakukan kerja sama dengan
BBM
mengharuskan
SPBU Pertamina Way tersebut disertifikasi pihak ketiga sebagai mitra kerja yang akan
menjadi SPBU Pasti Pas!yang berarti SPBU menyalurkan BBM, serta produk lain yang
tersebut telah memenuhi jaminan pelayanan disediakan dan dijual oleh Pertamina.
terbaik sesuai standar internasional. Pengusaha pemilik SPBU (Stasiun Pengisian
Sedangkan SPBU Pertamina biasa Bahan Bakar Minyak Umum) sebagai salah
(non-Pasti Pas!) adalah SPBU yang belum satu mitra kerja Pertamina dalam kegiatan
mengikuti program Pertamina Way . penyaluran BBM dalam mengemban tugas
Karakteristik kedua jenis SPBU ini tentunya dari Pertamina untuk melayani kebutuhan
berbeda, baik secara fisik yang dapat dilihat masyarakat dengan cara yang mudah, cepat,
langsung seperti, bentuk bangunan, kondisi tertib dan aman.
peralatan, pelayanan konsumen maupun Dari struktur kepemilikan ada 3 jenis
yang tidak dapat terlihat langsung, misalnya SPBU Pertamina, yaitu:
tingkat kepercayaan konsumen, citra,
1. SPBU DODO (Dealer Owned kepastian kalibrasi pompa, dan lainnya. Dealer Operated) yaitu SPBU
sendiri berusaha milik swasta, baik lahan, aset,
Pertamina
merangkul mitra kerjanya, yaitu para maupun
pengusaha SPBU untuk mengikuti program seluruhnya adalah dimiliki dan
pengoperasiannya,
Pertamina Way Pasti Pas!dan sejak dikelola oleh swasta.
dimulainya program ini tahun 2006
2. SPBU CODO (Company Owned mendapatkan tanggapan yang baik dari Dealer Operated ) yaitu SPBU
pihak SPBU, dimana SPBU yang menjadi sebagai bentuk kerja sama antara
peserta Pertamina Way dan lolos sertifikasi Pertamina dengan swasta.
Pasti Pas!meningkat dari waktu ke waktu
3. SPBU COCO (Company Owned yaitu hingga periode per 31 September 2012 Company Operated ) yaitu SPBU
sebanyak 3664 SPBU yang telah lolos yang dimiliki dan dikelola oleh
sertifikasi
Pasti Pas!
Pertamina, dalam hal ini adalah (www.majalahtambang.com). Pesatnya PT Pertamina Retail (anak
pertumbuhan SPBU Pertamina di Indonesia, perusahaan dari PT Pertamina
disebabkan karena bisnis BBM termasuk Persero).
bisnis favorit dengan tingkat keuntungan bisnis favorit dengan tingkat keuntungan
(empat) perspektif, yaitu : usaha ritel BBM ini. Lebih jauh kedepan, masuknya
keuangan (Financial produk pesaing dalam penjualan BBM di
1. Perspektif
Perspective ),
Indonesia turut mempengaruhi omset
Kepuasan Pelanggan penjualan BBM Pertamina. Salah satu
2. Perspektif
(Costumer Perspective), bentuk persiapan menyambut dunia
3. Perspektif Efisiensi Proses Bisnis persaingan adalah menjadikan SPBU
Internal (Internal Bussines Procces Pertamina biasa menjadi SPBU Pasti Pas!,
Efficiency ),
hal ini tidak terlepas dari kinerja yang
Pembelajaran dan dilakukan dan memerlukan investasi yang
4. Perspektif
Pertumbuhan (Learning and Growth cukup tinggi sehingga diharapkan adanya
Perspektive ).
kenaikan penjualan yang akhirnya dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Berdasarkan uraian diatas, pada SPBU merupakan ujung tombak
umumnya perusahaan mengukur kinerja krusial bagi Pertamina.Karenannya SPBU
hanya melihat dari perspektif keuangannya harus dibenahi serta dikelola secara terus
memasukkan dan menerus, Pihak SPBU harus dapat melihat
saja
tanpa
mempertimbangkan aspek non keuangan. sejauh mana kinerja yang telah dicapainya
Aspek non keuangan yang sangat penting sesuai dengan syarat dan ketentuan
untuk mengetahui sampai sejauh mana Pertamina
kinerja yang sesungguhnya telah dicapai internasional.Tujuannya agar bisa bersaing
yang
berstandar
perusahaan. Dalam penelitian ini akan secara luas dengan SPBU non Pertamina
dilihat bagaimana kinerja (Keuangan dan seperti Petronas dan Shell. Selama ini yang
NonKeuangan) pada SPBU X menggunakan umum digunakan adalah pengukuran kinerja
pendekatan Balance Scorecard. tradisional yang hanya menitikberatkan pada sektor keuangan saja. Pengukuran kinerja
Konsep Balance Scorecard
dengan sistem ini menyebabkan orientasi Balance Scorecard merupakan alat perusahaan hanya pada keuntungan jangka
manajemen kontemporer yang didesain pendek dan cenderung mengabaikan
meningkatkan kemampuan kelangsungan hidup perusahaan dalam
untuk
perusahaan dalam melipatgandakan kinerja jangka panjang. Pengukuran kinerja yang
luarbiasa secara menitikberatkan pada sektor keuangan saja
keuangan
berkesinambungan (sustainable outstanding kurang mampu mengukur kinerja harta-harta
financial performance ), (Mulyadi ; 2007;3). tak nampak (intangible assets) dan harta-
Balance Scorecard teridiri dari dua harta intelektual (sumber daya manusia)
kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) perusahaan. Salah satu alat untuk mengukur
(balanced). Pada tahap kinerja perusahaan adalah dengan metode
berimbang
eksperimen awal, Balance Scorecard Balance Scorecard (BSC).
merupakan kartu skor yang dimanfaatkan Melalui
untuk mencatat skor hasil kinerja eksekutif. pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya
Balance
Scorecard
Melalui kartu skor, skor yang hendak didasarkan pada aspek keuangan saja tetapi
diwujudkan eksekutif di masa depan juga memasukan dan mempertimbangkan
dengan hasil kinerja aspek-aspek nonkeuangan lain. Pengukuran
dibandingkan
sesungguhnya. Hasil perbandingan ini kinerja
perusahaan
menggunakan
dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi atas dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi atas
yang teru-menerus meningkat (perspektif dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
kinerja eksekutif diukur secara berimbang Balance Scorecard digunakan untuk dari dua perspektif: keuangan dan non
mengukur kinerja eksekutif di masa depan keuangan, jangka pendek dan jangka
dengan keempat perspektif diatas. Dengan panjang, intern dan ekstern. Oleh karena
Balance Scorecard ukuran kinerja eksekutif eksekutif akan dinilai kinerja mereka
memperluas ke kinerja non keuangan, berdasarkan kartu skor yang dirumuskan
kinerja menjadi secara berimbang, eksekutif diharapkan
sehingga
ukuran
komprehensif. Balance Scorecard telah akan memusatkan perhatian dan usaha
menjadi sistem inti manajemen strategis, mereka pada ukuran kinerja non keuangan
tidak hanya bagi eksekutif namun bagi dan ukuran jangka panjang.
seluruh personel perusahaan terutama dalam Konsep
perusahaan yang telah memanfaatkan berkembang sejalan dengan perkembangan
Balance
Scorecard
inisiatif teknologi informasi dalam sistem pengimplementasian
operasi bisnisnya. Dengan teknologi Balance Scorecard telah mengalami evolusi
konsep
tersebut.
Balance Scorecard perkembangan: (1) Balance Scorecard
informasi,
dikomunikasikan ke seluruh personel untuk sebagai perbaikan atas sistem pengukuran
berkoordinasi dalam mewujudkan berbagai kinerja eksekutif, (2) Balance Scorecard
sasaran strategis yang telah ditetapkan dapat sebagai kerangka perencanaan strategik, dan
dilakukan. Tahap perkembangan yang (3) Balance Scorecaard basis sistem terpadu
terkini, membawa Balance Scorecard pengelolaan kinerja personal.
dimanfaatkan untuk setiap tahap sistem Menurut Gasperz ( 2005 ; 2 ) pada
manajemen strategis.
dasarnya Balance Scorecard merupakan sistem manajemen bagi perusahaan untuk
Aspek-Aspek Pengukuran dalam Balance
berinvestasi dalam jangka panjang untuk
Scorecard
pelanggan (costumer), pembelajaran dan pertumbuhan
karyawan,
termasuk
1. Perspektif keuangan (Financial)
manajemen (learning and growth), proses
keuangan memberikan bisnis internal (system) demi memperoleh
Kinerja
gambaran prestasi bagi perusahaan tersebut hasil-hasil finansial yang memungkinkan
yang dapat dianalisis dari laporan keuangan perkembangan organisasi bisnis daripada
kinerja pada mengelola bottom line untuk memacu hasil-
perusahaan.Pengukuran
keuangan perusahaan di maksudkan untuk hasil jangka pendek. Gaspersz (2005 ; 3 )
memberikan perbaikan-perbaikan pada mengatakan bahwa Balance Scorecard
Perbaikan-perbaikan ini memberi manajemen organisasi suatu
perusahaan.
tercermin dalam sasaran yang secara khusus pengetahuan, keterampilan, dan sistem yang
berhubungan dengan keuntungan yang memungkinkan karyawan dan manajemen
terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai belajar dan berkembang terus-menerus
pemegang saham.
(Perspektif
Menurut Kaplan dan Norton dalam pertumbuhan) dalam berinovasi untuk
pembelajaran
dan
Yuwono dan Ichsan ( 2004 ; 31), membangun kapabilitas strategis yang tepat
kinerja keuangan serta efisiensi (Perspektif proses bisnis
pengukuran
mempertimbangkan adanya tahapan dari internal) agar mampu menyerahkan nilai
siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, spesifik ke pasar (perspektif pelanggan) dan
sustain dan harvest. Tiap tahapan memiliki selanjutnya akan mengarah pada nilai saham sustain dan harvest. Tiap tahapan memiliki selanjutnya akan mengarah pada nilai saham
2. Perspektif Pelanggan
pengukurannya berbeda pula. Filosofi manajemen terkini telah Growth adalah tahapan awal siklus menunjukan peningkatan pengakuan atas kehidupan perusahaan dimana perusahaan
pentingnya costumer focus dan costumer memiliki produk atau jasa yang secara
satisfaction. Perspektif ini merupakan signifikan memiliki potensi pertumbuhan
ukuran hasil, jadi apabila pelanggan tidak terbaik. Disini, manajemen terikat dengan
puas mereka akan mencari produsen lain komitmen untuk mengembangkan suatu
yang sesuai dengan kebutuhan mereka. produk atau jasa baru, membangun dan
Kinerja yang buruk pada perspektif ini akan mengembangkan suatu produk atau jasa dan
menurunkan jumlah pelanggan di masa fasilitas produksi, menambah kemampuan
depan meskipun saat ini kinerja keuangan operasi,
mengembangkan
sistem,
terlihat baik.
infrastruktur, dan jaringan distribusi yang Menurut Norton dan Kaplan dalam akan mendukung hubungan global, serta
Yuwono dan Ichsan ( 2004 ; 32) perspektif membina dan mengembangkan hubungan
dua kelompok dengan pelanggan.
pelanggan
memiliki
pengukuran, yaitu : Costumer core Dalam tahap
Costumer value perusahaan biasanya beroperasi dengan arus
kas yang negatif dan tingkat pengembalian modal rendah. Dengan demikian, tolak ukur
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah, Analisis proses bisnis internal misalnya tingkat pertumbuhan pendapatan
perusahaan dilakukan dengan menggunakan atau penjualan dalam segmen pasar yang
analisis value-chain. Manajemen perusahaan telah ditargetkan. mengidentifikasi proses bisnis internal yang Sustain adalah tahapan keduadimana kritis yang harus diunggulkan perusahaan.
perusahaan masih melakukan investasi dan
persepektif ini reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat
Penilaian
dalam
memungkinkan manajer untuk mengetahui pengembalian terbaik. Sasaran pada tahap
seberapa baik bisnis mereka berjalan dan ini diarahkan pada besarnya tingkat
apakah produk atau jasa mereka sesuai pengembalian atas investasi yang dilakukan.
dengan spesifikasi pelanggan. Kaplan dan Tolak ukur yang kerap digunakan pada
Norton dalam Yuwono ( 2004 ; 37 ) tahap ini, misalnya ROI, ROCE, dan EVA.
membagi proses bisnis internal kedalam tiga Harvest adalah tahapan ketiga
proses, yaitu :
dimana perusahaan benar-benar menerima
a. Proses inovasi, dalam proses ini hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya.
pemahaman tentang Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi
mengenali
kebutuhan dari pelanggan dan maupun pembangunan kemampuan baru,
menciptakan produk dan jasa yang kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan
mereka inginkan.
danperbaikan fasilitas. Sasaran keuangan
b. Proses operasi, merupakan proses utama dalam tahap ini, sehingga dapat
untuk membuat dan menyampaikan sebagai tolak ukur adalah memaksimumkan
produk atau jasa. Proses operasi arus kas masuk dan pengurangan modal
terbagi menjadi dua aktivitas, yaitu kerja.
proses pembuatan produk dan penyampaian kepada konsumennya.
c. Proses pelayanan purna jual, proses ini merupakan jasa pelayanan pada c. Proses pelayanan purna jual, proses ini merupakan jasa pelayanan pada
pelanggan, dan proses internal perusahaan dapat dideteksi dengan menggunakan
Balance Scorecard. Untuk Perspektif melakukan
dan mengurangi
Pembelajaran
kesenjangan tersebut perusahaan perlu Didalam perspektif ini mengukur melaksanakan program pelatihan karyawan
hal-hal yang berhubungan dengan sumber dan perbaikan sistem secara berkelanjutan daya manusia. Terdapat tiga dimensi yang
dengan prosedur harus dipertimbangkan dalam perspektif ini,
yang
diselaraskan
(Wardhani dalam Zudia ; 2010;32). yaitu:
a. Kemampuan karyawan pada upaya perusahaan investasi untuk
Balance Scorecard menekankan
Pengukuran dilakukan atas tiga hal kepentingan di masa datang, meliputi pokok yaitu pengukuran terhadap
investasi manusia, sistem dan prosedur. kepuasan karyawan, pengukuran
Karyawan perlu diberikan pelatihan secara terhadap perputaran karyawan dalam
rutin untuk menambah keahlian atau perusahaan,
kemampuan dalam rangka memenuhi terhadap produktivitas karyawan.
pelanggan dan
b. Kemampuan sistem informasi lingkungan.Sistem perlu diperbaiki dengan
memanfaatkan teknologi informasi. dilakukan
Pada persepektif ini mengukur persentase ketersediaan informasi
dengan
mengukur
betapa pentingnya suatu organisasi bisnis yang diperlukan oleh karyawan
untuk terus memperhatikan karyawannya, mengenai pelanggannya, persentase
memantau kesejahteraan karyawannya dan ketersediaan informasi mengenai
meningkatkan pengetahuan karyawan. Hal biaya produksi dan lain-lain.
c. Motivasi, pemberian wewenang, dan tingkat pengetahuan karyawan akan
ini terjadi karena dengan meningkatnya
pembatasan wewenang karyawan meningkatkan kemampuan karyawan untuk Pengukuran dapat dilakukan dengan
berpartisipasi dalam pencapaian hasil tujuan beberapa dimensi,
yaitu: (1)
perusahaan.
pengukuran terhadap saran yang
METODE PENELITIAN
diimplementasikan, (2) pengukuran
atas perbaikan dan peningkatan
Jenis Penelitian
kinerja karyawan,
Penelitian ini merupakan penelitian pengukuran terhadap keterbatasan
dan
pustaka (library research). Data yang individu dalam organisasi.
digunakan dalam penelitian ini berupa buku- buku, jurnal dan sumber lain yang relevan.
Untuk menentukan tujuan dan Setelah data penelitian ini terkumpul ukuran yang berkaitan dengan kemampuan
dilanjutkan dengan analisis data dengan karyawan
metode analisis deskriptif kualitatif dan dipertimbangkan, yaitu: a. Produktivitas
b. Persentase
Pelatihan
Karyawan yang Terampil, dan c. Kepuasan
Metode Pengambilan Sampel
Karyawan
sasaran strategis kepuasan pelanggan dilakukan survei
Untuk
ukuran ukuran
survei kepuasan konsumen, diberikan dengan
kepada 30 konsumen yang berkunjung ke samplingInsidentalyaitu teknik penentuan
menggunakan
metode
SPBU Fadli Elmi dan untuk survei kepuasan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
dan motivasi karyawan, kusioner diberikan saja yang secara kebetulan / insidental
kepada seluruh karyawan SPBU Fadli Elmi. bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
Pengolahan Data
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber Kuesioner penelitian yang sudah data, (Sugiyono ; 2011 ; 85 ). Jumlah
diisi oleh responden akan diuji dengan uji sampel yang diambil dalam penelitian ini
validitas dan reliabilitas. Dalam Sujianto adalah 30, karena ukuran sampel yang layak
(2009; 105), uji validitas digunakan untuk dalam penelitian adalah 30 sampai 500
mengukur sah atau valid tidaknya suatu (Sugiyono dalam Nanang ; 2011 ; 81).
kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid Untuk ukuran sasaran strategis kepuasan dan
jika nilai Corrected Item-Total Correlation motivasi karyawan dilakukan survei
lebih besar dibandingkan 0.3 seperti yang kepuasan dan motivasi karyawan pada
dijelaskan oleh Sugiyono, Sugiyono (2011; SPBU X. Jumlah kuesioner yang disebar
126) yang menyatakan bila korelasi tiap adalah sebanyak jumlah karyawan yang
faktor positif dan besarnya 0.3 ke atas maka bekerja di SPBU X yaitu sebanyak 20 orang
faktor tersebut merupakan construct yang dengan menggunakan metode sensus.
kuat. Reliabilitas instrumen adalah hasil Sensus adalah cara pengumpulan data yang
dapat dipercaya. mengambil setiap elemen populasi atau
pengukuran
yang
Reliabilitas instrumen diperlukan untuk karakteristik yang ada dalam populasi
mendapatkan data sesuai dengan tujuan (Hasan ; 2002 ; 85).
pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan
uji
reliabilitas dengan
Metode Pengambilan Data
menggunakan mettode Alpha Croncbach’s Metode pengumpulan data yang relavan
yang diukur berdasarkan skala Alpa digunakan dalam perspektif keuangan,
Croncbach’s 0 sampai 1. perspektif pelanggan, perspektif proses bisinis internal dan perspektif pertumbuhan
Kemudian penolahan data dilakukan dengan dan pembelajaran untuk menunjang analisis
menghitung bobot dan skor menggunakan penelitian adalah: 1) Wawancara: Dilakukan
nilai rata-rata jumlah indicator. Cara dengan nara sumber dari pihak perusahaan,
menghitung Bobot dan Skor balance yaitu manajer operasional dan FAP
Scorecard adalah memberikan bobot untuk (Financial and Personalia) SPBU Nomor
indikator, dengan 14.283.6116 untuk memperoleh gambaran
masing-masing
menghitung banyaknya indikator dan yang jelas mengenai informasi perusahaan
menghitung bobot indikator berdasarkan yang dibutuhkan dalam penelitian, serta
nilai rata-rata bobot untuk perspekktif yang informasi mengenai penentuan target serta
bersangkutan dibagi dengan banyaknya pembobotan sasaran strategis dan ukuran
indikator. Misalnya perspektif keuangan strategis
diberi bobot sebanyak 26 dan jumlah Scorecard. 2) Studi Kepustakaan: data dan
indikator di perspektif keuangan ini adalah informasi diperoleh dengan cara membaca,
4. Maka bobot masing-masing indikator mempelajari, dan mengutip pendapat dari
pada perspektif keuangan ini adalah 26/4 = berbagai buku, skripsi, dan arsip-arsip
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
didukung
dengan pengembangan produk terbaru dan promosi. Perusahaan
1. Pembobotan Perspektif Balanced Score menganggap kedua perspektif ini sama
Card
dalam memberikan Balance Scorecard merupakan sistem
pentingnya
mencapai keberhasilan pengukuran kinerja komprehensif yang perusahaan. Pencapaian tujuan strategi meliputi aspek keuangan dan aspek
kontribusi
dilakukan dengan cara nonkeuangan. Langkah awal yang harus menentukan ukuran sasaran yang dilakukan adalah menetapkan bobot relavan. Ukuran sasaran tersebut terdiri pada masing-masing perspektifuntuk dari ukuran hasil (lagging indicator) mencapai tujuan utama yang ditetapkan. yang dapat dijabarkan pada tabel 1 SPBU X memberikan bobot pada
dapat
dibawah ini:
perspektif keuangan dan pelanggan
Pertumbuhan penjualan didukung oleh
kepuasan dan kepercayaan pelanggan
kepada perusahaan, yang kemudian
akan mencapai
pertumbuhan
profitabilitas. Kedua perspektif ini sama
pentingnya dalam
keberhasilan
perusahaan. Sedangkan untuk perspektif
proses bisnis internal dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran, SPBU
X memberikan bobot masing-masing
sebesar 20% perusahaan membutuhkan Sumber daya yang berkualitas dan
Tabel 1 Pembobotan Balance Scorecard
Lagging Indicators Perspektif Keuangan (F) (30%)
Sasaran Strategi
1. Peningkatan Likuiditas Perusahaan
Current Assets
2. Turunya tingkat hutang perusahaan
Debt to Equity Ratio
3. Peningkatan efektivitas perusahaan Total Assets Turn Over
1. Peningkatan Profitabilitas perusahaan
ROA
Perspektif Konsumen (C) (30%)
1. Peningkatan Kepuasan Konsumen Survey kepuasan konsumen 2. Peningkatan pendapatan dari produk dan jasa yang Rasio Profatibiltas konsumen ditawarkan kepada konsumen
Prospektif Bisnis Internal (I) (20%)
1. Pengembangan Produk dan Jasa Penjualan produk baru 2. Minimalisasi Masalah
Tanggapan keluhan pelanggan 3. Meningkatkan kecepatan pelayanan
Waktu pemesanan produk
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (G)
1. Peningkatan kepuasan karyawan Survey kepuasan karyawan 2. Peningkatan produktivitas karyawan.
produktvitas karyawan 3. Meningkatkan hubungan dengan karyawan
Retensi Karyawan
Sumber : Wawancara FAP Manajer SPBU X (diolah)
2. Hasil Penilain Kinerja pada masing- aktiva lancar dikonversikan kedalam masing Perspektif
kas. Rumusnya adalah:
a. Hasil Penilaian Kinerja Pada Perspektif Keuangan
keuangan pada SPBU X dengan konsep Rasio ini sangat bermanfaat untuk mengetahui Balance Scorecard dilakukan melalui empat sampai seberapa jauh perusahaan dapat tolak ukur menggunakan rasio keuangan, melunasi hutang jangka pendeknya. Semakin antara lain :
besar rasio yang diperoleh, semakin lancar hutang pembayaran jangka pendeknya
CR ( Current Ratio)
(Rangkuti; 2011 ; 184). Perhitungan Current Rasio likuiditas yang di gunakan Assets pada SPBU X dapat dilihat pada tabel 2
dalam penelitian
ini
adalah dibawah ini:
menggunakan Curren Ratio untuk
mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek dengan asumsi bahwa semua
Tabel 2 Current Assets Pada SPBU X
(Rp) Aktiva Lancar
Pasiva Lancar
Sumber : SPBU X (diolah).
Dari hasil analisis, Current ratio pada indikasi jaminan yang baik bagi kreditor SPBU X dari tahun 2010-2012 terus
jangka pendek, dalam arti setiap saat meningkat yaitu 383% atau 3.83 pada 2010,
perusahaan memiliki kemampuan untuk 598% atau 5.98 pada 2011 dan 896% atau
melunasi kewajiban-kewajiban finansial
8.96 pada tahun 2012. Rata-rata current ratio
jangka pendeknya.
625% atau 6.25. Hal ini memberikan
Hasil wawancara dengan manajer FAP adalah A karena berada pada interval (Financial and Personalia), SPBU X
562.5% - 750%.nilai A=4, B=3, C=2 dan menetapkan nilai target rata-rata CR sebesar
D=1, yaitu dengan menggunakan nilai 750% atau 7.50. Dilihat dari perhitungan
interval kelas dan rumus: rata-rata Current ratio dari tahun 2010-2012 maka, besarnya persentase pencapaian target
SPBU X adalah sebesar 83.33%.
DR ( Debt to Total Asset)
Selanjutnya adalah mengukur jumlah skor
dipakai untuk indikator Current Asset dengan memberikan
Ukuran
yang
mengetahui Rasio leverage dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Debt to
Total Asset , yaitu perbandingan antara total kewajiban (total hutang) dengan total aktiva.
Rasio ini menunjukan berapa bagian dari seluruh aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Jadi, kriteria skor indikator CR adalah :
Rumusnya adalah:
A = 562.5 - 750%
B = 375 - < 562.5%
C = 187.5% - < 375%
D = < 187.5% Perhitungan nilai Debt to Total Asset pada SPBU X dapat dilihat pada
Berdasarkan perhitungan rata-rata tabel 3 dibawah ini: Current Asset pada SPBU Fadli Elmi
yaitu sebesar 625% atau 6.25 maka, dapat ditentukan skor indikator Current Ratio
Tabel 3 Debt to Total Asset SPBU Fadli Elmi
(Rp) Total Hutang
Jumlah Aktiva
Sumber : SPBU X (diolah).
Dari perhitungan Debt to Total Asset 2010 sampai tahun 2012 didapat nilai Debt pada data keuangan SPBU X tahun 2010 -
to Total Asset sebesar 36%. 2012 mengalami penurunan, yaitu 53% pada
Hasil wawancara dengan manajer FAP tahun 2010, 36% pada tahun 2011 dan 19%
(Financial and Personalia), SPBU X pada tahun 2012 (Grafik 5.2), meskipun
menetapkan nilai target rata-rata DR sebesar pada tahun 2012 nilai DR menurun menjadi
50%. Selanjutnya adalah 19% namun jika di rata-ratakan dari tahun
maksimal
mengukur jumlah skor indikator Debt to
Total Asset dengan memberikan nilai A = 4, masih dibawah target yang diinginkan
B = 3, C = 2 dan D = 1, yaitu dengan perusahaan. Selanjutnya, dapat ditentukan menggunakan nilai interval kelas dan rumus:
skor indikator Debt to total Asset pada SPBU Fadli Elmi adalah B karena berada pada interval 25 - < 37.5%
ROA ( Return On Assets)
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Jadi, kriteria skor indikator DR
dalam memperoleh laba secara keseluruhan. adalah :
Rumusnya adalah:
A = 37.5% - 50%
B = 25% - < 37.5%
C = 12.5% - <25%
D = < 12.5% Perhitungan ROA pada SPBU X Berdasarkan perhitungan rata-rata Debt to
dapat dilihat pada tabel 4 dibawah Total Asset pada SPBU Fadli Elmi yaitu
ini:
sebesar 36% maka, Nilai DR yang diperoleh
Tabel 4 Return on Assets Pada SPBU X
Tahun 2010 (Rp) Tahun 2011 (Rp) Tahun 2012 (Rp) Laba bersih Stlh Pajak
Total Aktiva
Sumber : SPBU X (diolah).
Dari perhitungan di atas dapat dilihat perusahaan lebih cepat berputar dan bahwa ROA meningkat dari tahun ke tahun
memperoleh laba.
yaitu dari tahun 2010 sebesar 7% meningkat Hasil wawancara dengan manajer pada tahun 2011 menjadi 20%, dan pada
FAP (Financial and Personalia), SPBU X tahun 2012 ROA mengalami penurunan
menetapkan nilai target rata-rata ROA menjadi 19%. Semakin besar rasio ini maka
sebesar 20%. Dilihat dari perhitungan rata- perusahaan semakin baik artinya aktiva
rata ROA dari tahun 2010-2012 maka, rata ROA dari tahun 2010-2012 maka,
X adalah sebesar 75%. Selanjutnya adalah dan D= 1, yaitu dengan menggunakan nilai mengukur jumlah skor indikator ROA
interval kelas dan rumus:
TATO (Total Assets Turn Over)
Activity ratio ini mengukur sejauh mana efektifitas manajemen perusahaan dalam
mengelola asset-asetnya. Dalam penelitian ini menggunakan pengukuran Total Asset
Jadi, kriteria skor indikator ROA adalah : Turnover (Perputaran Aktiva) yang
A = 15% - 20% mengukur perputaran dari semua asset yang
B = 10% - < 15% dimiliki perusahaan. Total Asset Turnover
C = 5% - < 10% dihitung dari pembagian antara penjualan
D = < 5% dengan total asetnya. Rumusnya adalah:
Berdasarkan perhitungan rata-rata ROA pada SPBU Fadli Elmi yaitu sebesar 15% maka, dapat ditentukan skor indikator ROA adalah A karena berada pada interval
Perhitungan TATO dari tahun 2010 sampai 15% - 20%.
tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini:
Tabel 5 Total Assets Turn Over SPBU X
7.922.568.132 Total Aktiva
13.56 atau 1356% Rata-Rata
Sumber : SPBU X (diolah). Dari hasil perhitungan diatas terlihat
artinya perusahaan mampu bahawa rasio aktivitas TATO yang
menghasilkan penjualan yang meningkat diperoleh dari pembagian antara penjualan
setiap tahunnya dari setiap rupiah asetnya. bersih dengan total aktiva, menunjukkan
Hasil wawancara dengan manajer angka TATO yang meningkat dari tahun
FAP (Financial and Personalia), SPBU X 2010 sebesar 975% menjadi 1276% pada
menetapkan nilai target rata-rata TATO tahun 2011 meningkat lagi pada tahun 2012
sebesar 1500%. Dilihat dari perhitungan menjadi 1356%. Rata-rata TATO pada
rata-rata TATO dari tahun 2010-2012 maka, SPBU X dari tahun 2010-2012 sebesar
besarnya persentase pencapaian target SPBU
Fadli Elmi adalah sebesar 80.13%. Alpha. Apabila Cronbach’s Alpha> 0.6 Selanjutnya adalah mengukur jumlah skor
menunjukan instrument yang digunakan indikator TATO dengan memberikan nilai A
reliable.
= 4, B = 3, C = 2 dan D = 1, yaitu dengan menggunakan nilai interval kelas dan rumus:
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu item dikatakan valid jika nilai
Corrected Item-Total Correlation lebih besar dibandingkan 0.3.
Dari hasil uji validitas diketahui bahwa Jadi, kriteria skor indikator
keseluruhan variabel penelitian ini memiliki TATO adalah :
nilai Corrected Item-Total Correlation
A = 1125% - 1500% diatas tingkat signifikasi 0.3 sehingga data
B = 750% - < 1125% kuesioner kepuasan konsumen dikatakan
C = 375% - < 750% valid. Untuk mengetahui tingkat kepuasan
D = < 375% konsumen terhadap atribut pada SPBU X dapat dilihat skor rata-rata (mean) kepuasan
Berdasarkan perhitungan rata-rata konsumen sebesar 4.17. Angka yang TATO pada SPBU X yaitu sebesar 1202%
dari nilai rata-rata ini maka, dapat ditentukan skor indikator
dihasilkan
menginterprestasikan bahwa angka diatas TATO adalah A karena berada pada interval
4.00 memiliki penilaian dengan kategori 1125% - 1500%.
puas/baik.
b. Hasil Penilaian Kinerja pada Hasil wawancara dengan manajer Perspektif Pelanggan.
operasional, SPBU X menetapkan nilai target rata-rata kepuasan konsumen sebesar
5.00. Dilihat dari perhitungan rata-rata pelanggan dilihat dari persentase kepuasan
Penilaian kinerja pada perspektif
kepuasan konsumen, besarnya persentase konsumen
pencapaian target SPBU Fadli Elmi adalah menggunakan Survey kepuasan konsumen,
dapat
di
ukur dengan
83.4%. Selanjutnya adalah mengukur jumlah dan persentase profitabilitas konsumen.
skor indikator kepuasan konsumen dengan Dalam penelitian ini alat ukur yang
memberikan nilai A = 4, B = 3, C = 2, D = 1 digunakan adalah :
dan E = 0, yaitu dengan menggunakan nilai interval kelas dan rumus:
Survey Kepuasan Konsumen
Hasil uji reliabilitas dan validitas kuesioner untuk mengukur kepuasan konsumen menunjukkan hasil yang valid dan
reliable. Tanggapan
konsumen
mengenai penawaran produk, prosedur Jadi, kriteria skor indikator pelayanan, penanganan keluhan pelanggan,
kepuasan konsumen adalah : kondisi dan kualitas karyawan, fasilitas dan
A = 4.3 – 5.0 peralatan perusahaan dan kenyamanan
B = 3.5 – 4.2 SPBU dinyatakan reliable, dengan indikator
C = 2.7 – 3.4 untuk uji reliabilitas adalah Cronbach’s
D = 1.9 – 2.6
E = 1.0 – 1.8
Profitabilitas Konsumen
Berdasarkan perhitungan rata-rata Profitabilitas Konsumen digunakan kepuasan konsumen pada SPBU X yaitu
untuk mengukur seberapa besar keuntungan sebesar 4.17 maka, dapat ditentukan skor
yang berhasil dicapai perusahaan dari indikator kepuasan konsumen adalah B
Pertamina yang karena berada pada interval 3.5 – 4.2.
penjualan
produk
ditawarkan kepada konsumen dengan cara Terkait penilaian tersebut, SPBU X akan
membagi laba bersih sebelum pajak dengan berusaha memberikan pelayanan terbaik.
penjualan bersih. Profitabilitas konsumen Hal ini bertujuan untuk mempertahankan
dapat dilihat pada tabel 5.9 dibawah ini: loyalitas
meningkatkan pencapaian konsumen baru.
Tabel 6 Profitabilitas Konsumen SPBU X
Tahun 2012 (Rp) Laba Bersih Sebelum Pajak
Tahun 2010 (Rp) Tahun 2011(Rp)
Penjualan Bersih
% Profitabiltas konsumen
Sumber : SPBU Fadli Elmi Nomor 14.283.6116 (diolah)
Hasil tabel 6 menjelaskan bahwa Selanjutnya adalah mengukur jumlah skor persentase profitabilitas konsumen pada
indikator profitabilitas konsumen dengan tahun 2010 sebesar 1.01% serta tahun 2011
memberikan nilai A = 4, B = 3, C = 2 dan D meningkat menjadi 1.88% dan mengalami
= 1, yaitu dengan menggunakan nilai penurunan menjadi 1.72% pada tahun 2012.
interval kelas dan rumus: Meskipun nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan profitabilitas konsumen pada tahun 2010 namun profitabilitas perusahaan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya melebihi nilai rata-rata, jadi semakin tinggi nilai profitabilitas konsumen berarti menunjukan semakin tinggi laba
Jadi, kriteria skor indikator profitabilitas yang berhasil dicapai oleh perusahaan.
konsumen adalah :
Hasil wawancara dengan manajer
A = 1.5% - 3%
FAP (financial and Personalia), SPBU
B = 1% - < 1.5% Fadli Elmi menetapkan nilai target rata-rata
C = 0.5% - < 1% profitabilitas konsumen sebesar 2%. Dilihat
D = < 0.5%
dari perhitungan rata-rata profitabilitas konsumen dari tahun 2010-2012 maka,
Berdasarkan perhitungan rata-rata besarnya persentase pencapaian target SPBU
profitabilitas konsumen pada SPBU X yaitu Fadli Elmi adalah sebesar 76.5%.
sebesar 1.53% maka, dapat ditentukan skor sebesar 1.53% maka, dapat ditentukan skor
D = < 0.75%
karena berada pada interval 1.5% - 3%. Berdasarkan persentase produk yang dijual SPBU Fadli Elmi saat ini maka, dapat
c. Hasil Penilaian Kinerja pada
ditentukan skor indikator pengembangan penjualan produk / jasa baru adalah B
Perspektif Proses Bisnis Internal
karena berada pada interval 1.5% - < 2.25%.
Untuk mengukur pencapaian kinerja SPBU
X pada perspektif proses bisnis internal
Minimalisasi Masalah
dapat dari pengembangan penjualan produk Dalam hal menjaga loyalitas / jasa baru baik itu produk Pertamina
konsumen, SPBU menyediakan formulir maupun non Pertamina, minimalisasi
keluhan pelanggan yang akan ditindaklanjuti masalah keluhan pelanggan dan kecepatan
oleh perusahaan dalam waktu 48 jam, target dan ketepatan pelayanan.
perusahaan adalah tidak adanya keluhan dari pelanggan, hal ini berhasil dicapai SPBU X
Pengembangan Penjualan Produk / Jasa
karna tidak adanya keluhan dari pelanggan
Baru
maka dalam hal ini SPBU X terus Untuk menarik pelanggan SPBU
pelayanan dengan Fadli Elmi melakukan inovasi dengan
mempertahankan
konsumennya.
pengembangan produk-produk Pertamina maupun non Pertamina, pengembangan
Peningkatan Kecepatan pelayanan
produk baru saat ini adalah adanya Dalam meningkatkan kualitas dan penjualan produk Pertamina non BBM
kuantitas bahan bakar minyak perusahaan seperti pelumas kendaraan, dan minimarket
terus mengikatkan jalinan kerja sama yang dengan persentase keduanya sebesar 2%,
baik terhadap para pemasok dari Pertamina. lebih
Hal ini dilakukan setelah perusahaan meningkatkan pelayanan kepada konsumen
jauh kedepan
untuk
lebih
pemesanan minyak ke SPBU Fadli Elmi akan menambah bahan
melakukan
PT.Pertamina, dari wawancara dengan bakar minyak jenis Pertamax dan Café untuk
manajer oprasional idealnya perusahaan produk non BBM sehingga ditargetkan
harus memesan minyak setiap hari dengan inovasi produk meingkat menjadi 4%.
nilai persentase 100% meliputi pemesanan Selanjutnya adalah mengukur jumlah
premium dan solar agar ketersediaan minyak skor indikator inovasi penjualan produk /
di stasiun pengisian bahan bakar selalu ada jasa baru dengan memberikan nilai A = 4, B
sehingga minyak tidak pernah habis, hal ini = 3, C = 2 dan D = 1, yaitu dengan
memberikan kepuasan tersendiri bagi menggunakan nilai interval kelas dan rumus:
pelanggan
dan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Namun saat ini SPBU X hanya dapat memesan minyak pada Pertamina setiap 2 hari skali atau 50% dari yang seharusnya.
Selanjutnya adalah mengukur jumlah skor indikator kecepatan dan ketepatan
Jadi, kriteria skor indikator inovasi pelayanan dengan memberikan nilai A = 4, produk / jasa baru adalah :
B = 3, C = 2 dan D = 1, yaitu dengan
A = 2.25% - 3% menggunakan nilai interval kelas dan rumus:
B = 1.5% - < 2.25%
C = 0.75% - < 1.5% C = 0.75% - < 1.5%
Jadi, kriteria skor indikator kecepatan dan ketepatan adalah :
A = 75% - 100%
B = 50% - < 75% Jadi, kriteria skor indikator kepuasan
C = 25% - < 50% karyawan adalah :
D = < 25%
A = 4.3 – 5.0
Berdasarkan kriteria skor indikator
B = 3.5 – 4.2
maka, dapat ditentukan skor indikator
C = 2.7 – 3.4
kecepatan dan ketepatan pelayanan adalah B
D = 1.9 – 2.6
karena berada pada interval 50% - < 75%.
E = 1.0 – 1.8 Berdasarkan perhitungan rata-rata
d. Hasil penilaian Kinerja pada
kepuasan karyawan pada SPBU X yaitu
perspektif Pertumbuhan
dan
sebesar 4.16 maka, dapat ditentukan skor
Pembelajaran
indikator kepuasan karyawan adalah B karena berada pada interval 3.5 – 4.2.
penilaian tersebut, pertumbuhan dan pembelajaran ditentukan
Tujuan strategis
perspektif
Terkait
keberhasilan SPBU Fadli Elmi terjuwud melalui alat pengukuran sebagai berikut :
dengan penerapan teori Gilmerdengan baik
yang meliputi pemberian kompensasi,
Survey Kepuasan Karyawan
pekerjaan yang dijalani karyawan, kondisi Pengujian
kualitas
data
menggunakan uji reliabilitas dan uji kerja, promosi pekerjaan, hubungan dengan validitas. Uji reliabilitas pada keseluruhan
atasan atau kepemimpinan, hubungan variabel tersebut menghasilkan nilai
dengan teman kerja dan pemberian motivasi Cronbach’s Alphalebih dari 0.60. sehingga
karyawan dalam hasil keseluruhan variabel mengenai
sebagai
dorongan
melaksanakan pekerjaannya. kuesioner kepuasan karyawan terhadap
SPBU X dikatakan reliable. Hasil Uji validitas mengenai data kuesioner kepuasan
Produktivitas Karyawan
karyawan pada SPBU X menunjukkkan
produktivitas karyawan hasil skor nilai rata-rata keseluruhan adalah
Tingkat
digunakan untuk mengetahui produktivitas
4.16. Hasil tersebut menunjukkan hasil karyawan dalam periode tertentu pada dengan kategori baik karena memiliki nilai
SPBU X yang dihitung dengan membagi rata-rata diatas 4.00. Hasil wawancara
laba usaha dengan jumlah karyawan dikali dengan manajer FAP (Financial and
100 %. Produktivitas karyawan pada tahun Personalia ), SPBU Fadli Elmi menetapkan
2010 adalah 248.17% artinya setiap target rata-rata kepuasan konsumen adalah
karyawan memberikan bagian laba bersih
5.00. Selanjutnya adalah mengukur jumlah kepada perusahaan sebesar 248.17%, skor indikator kepuasan karyawan dengan
Sedangkan pada tahun 2011 mengalami memberikan nilai A = 4, B = 3, C = 2, D = 1
kenaikan sebesar 750.28%. dan pada tahun 2012 meningkat sebesar 928.18%. Jumlah produktivitas karyawan pada tahun 2012 kenaikan sebesar 750.28%. dan pada tahun 2012 meningkat sebesar 928.18%. Jumlah produktivitas karyawan pada tahun 2012
rata-rata
D = <248.75%
produktivitas selama tiga tahun yaitu sebesar 642.21%.
Berdasarkan perhitungan rata-rata Hasil wawancara dengan manajer
produktivitas karyawan pada SPBU Fadli FAP (Financial and personalia), SPBU X
Elmi yaitu sebesar 642.21% maka, dapat menetapkan
ditentukan skor indikator produktivitas produktivitas karyawan sebesar 995%.
karyawan adalah B karena berada pada Dilihat
interval 497.5% - <746.25%.Meskipun produktivitas karyawan dari tahun 2010-
dari perhitungan
rata-rata
rata-rata produktivitas 2012 maka, besarnya persentase pencapaian
jumlah
nilai
karyawan masih jauh dari target yang target SPBU Fadli Elmi adalah 64.5%.
ditetapkan, namun tingkat produktivitas Selanjutnya adalah mengukur jumlah skor
karyawan telah mengalami peningkatan indikator produktivitas karyawan dengan
setiap tahun.
memberikan nilai A = 4, B = 3, C = 2, dan D =1, yaitu dengan menggunakan nilai interval
Retensi Karyawan
kelas dan rumus: Retensi Karyawan, mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan karyawannya. Rumusnya adalah:
Persentase retensi karyawan dapat dilihat produktivitas karyawan adalah :
Jadi, kriteria
skor
indikator
pada tabel 7 dibawah ini:
A = 746.25% - 995%
B = 497.5% - <746.25%
C = 248.75%- <497.5%
Tabel 7 Retensi Karyawan SPBU X
(b-a) / b x 100%
Sumber : SPBU X (diolah).
Dari tabel diatas hasil dari perhitungan meningkat dari tahun 2010 – 2011 dan efektivitas kinerja perspektif pertumbuhan
kembali menurun pada tahun 2012 menjadi dan pembelajaran menunjukan hasil yang
90.9%, namun persentase penurunan masih baik. Selama 3 tahun total karyawan yang
di atas retensi karyawan pada tahun 2010 keluar adalah 9 orang. Retensi karyawan
yaitu sebesar 82.76%. Dapat disimpulkan yaitu sebesar 82.76%. Dapat disimpulkan
B = 50% - <75% pembelajaran pada SPBU X masih dinilai
pertumbuhan
dan
C = 25% - <50% baik.
D = < 25%
Hasil wawancara dengan manajer Berdasarkan perhitungan rata-rata FAP (Financial and personalia), SPBU X
retensi karyawan pada SPBU Fadli Elmi menetapkan nilai target rata-rata retensi
yaitu sebesar 88.44% maka, dapat karyawan sebesar 100%. Dilihat dari
ditentukan skor indikator produktivitas perhitungan rata-rata retensi karyawan dari
karyawan adalah A karena berada pada tahun 2010-2012 maka, besarnya persentase
interval 75% - 100%.
pencapaian target SPBU Fadli Elmi adalah 88.44%. Selanjutnya adalah mengukur
3. Hasil Penilaian Kinerja Keseluruhan
jumlah skor indikator
produktivitas
Pada SPBU Fadli Elmi
karyawan dengan memberikan nilai A = 4, Setelah dilakukan pengukuran
perspektif kemudian menggunakan nilai interval kelas dan rumus:
B = 3, C = 2, dan D = 1, yaitu dengan
masing-masing
dilanjutkan dengan analisis pengukuran kinerja secara keseluruhan. Penilaian kinerja dilakukan dengan pembobotan sesuai
dengan yang tetapkan SPBU X dengan hasil akhir berupa bobot indikator yang diperoleh
Jadi kriteria skor indikator retensi dari membagi bobot dengan jumlah karyawan adalah :
indikator yang dapat dilihat pada tabel 8
A = 75% - 100%
dibawah ini:
Tabel 8 Mengukur Bobot dan Bobot Indikator Perspektif
Performance Indikator
1 Finansial 4 30 7.5 4 Butir
Current Asset DR
ROA TATO
2 Pelanggan 2 30 15 2 Butir
Indeks kepuasan konsumen Profitabilitas konsumen
3 Proses Internal 3 20 6.6
2. Butir
Inovasi Minimalisasi
masalah Kecepatan
pelayanan
4 Pembelajaran 3 20 6.6 3 butir
Indeks kepuasan karyawan Produktivitas karyawan Retensi karyawan
TOTAL Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2011 hlm. 143
Pada tabel 9 diatas didapat bobot pertumbuhan pembelajaran masing-masing indikator masing-masing yaitu pada
sebesar 6.6. Tahap selanjutnya adalah perspektif keuangan sebesar 7.5, perspektif
mengukur skor tertimbang maksimum yang pelanggan 15, perspektif proses internal dan
dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini:
Tabel 9 Mengukur Skor Tertimbang Maksimum Perspektif
Jumlah
Skor Indikator
Tertimbang Maks
Finansial 4 4 7.5 120 Pelanggan
2 5 15 150 Proses
3 4 6.6 79.2 Internal Pembelajaran
TOTAL 448.2
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2011 hlm.144.
Untuk menghitung skor tertimbang pemberian nilai A = 4, B = 3, C = 2, D = 1 maksimum, rumusnya adalah:
untuk masing-mmasing indikator adalah berdasarkan empat kriteria masing-masing indikator (tabel 10), dengan menggunakan nilai interval kelas dan rumus:
Tahap selanjutnya
adalah
menghitung jumlah
skor
indikator,
Tabel 10 Nilai Skor Indikator
Perspektif
Key Performance
Nilai
Skor Indikator
Indicator
1 Finansial
Current Asset
DR
ROA
TATO
TOTAL
2 Pelanggan
Indeks
kepuasan
konsumen
3 Proses Internal Inovasi B 3
Minimalisasi masalah
Kecepatan pelayanan
karyawan Retensi karyawan
TOTAL
TOTAL Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2011 hlm. 145.
pertumbuhan pembelajaran indikator
Dilihat dari tabel 10 diatas total skor
10 dan
memperoleh skor indikator 10. Tahap diperoleh sebesar 10 yang dihitung dari
pada perspektif
keuangan
selanjutnya adalah menghitung nilai akhir penjumlahan tiap-tiap indikator pada
total per komponen yang dapat dilihat pada perspektif keuangan, total skor indikator
tabel 11 dibawah ini:
pelanggan sebesar 7, proses internal sebesar
Tabel 11 Menghitung Nilai Akhir Total per Komponen Perspektif
Skor Tertimbang
Skor
Nilai Akhir
70% Proses Internal
99 66 66.66% Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2011 hlm. 146.
Rumus nilai akhir komponen (0-100) adalah:
93.75%, pelanggan sebesar 70%, proses internal sebesar 83.33% dan pembelajaran sebesar 66.66%. Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai akhir total atau total skor yang dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini:
Dari tabel 11 diperoleh nilai akhir komponen pada perspektif keuangan sebesar
Tabel 12 Total Skor Keseluruhan
Perspektif
Jumlah Skor
Bobot
Skor Tertimbang
Indikator
Indikator
Finansial 15 7.5 112.5 Pelanggan
7 15 105 Proses Internal
10 6.6 66 Pembelajaran
Jumlah Skor 349.5 Tertimbang
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2011 hlm. 146.
Selanjutnya dengan menggunakan kriteria standar kinerja perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini:
Tabel 13 Standar Kriteria Pengukuran Perusahaan
Kondisi
Total Skor SANGAT SEHAT
KURANG SEHAT
BBB
BB B
TIDAK SEHAT
CCC
CC C Sumber : Rangkuti, 2011 hlm. 147.
Kesimpulan yang diperoleh adalah, skor sebesar 77.98%. Terkait penilaian kinerja SPBU X secara keseluruhan dinilai
tersebut, SPBU Fadli Elmi dituntut untuk sangat sehat dengan kategori A, dengan total