ETIKA KEHIDUPAN MUSLIM SEHARI-HARI

SEHARI ‐HARI

[ Indonesia – Indonesian – ] ﴘﻴﻧوﺪﻧإ

Penyusun : Div. Ilmiyah Dar Al Wathan

Terjemah : Tim Dar Al Wathan

Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

ETIKA KEHIDUPAN MUSLIM SEHARI-HARI

Pengantar

Dengan m enyebut nam a Allah Yang Maha Pengasih lagi m aha Penyayang. Segala puj i bagi Allah Subhanahu w at a’ala yang t elah m engaj arkan kesem purnaan et ika kepada m anusia dan m em buka pint u bagi m ereka unt uk m engam alkannya. Shalaw at dan salam sem oga t et ap dilim pahkan kepada m anusia t erbaik yang beribadah dan kem bali kepada Allah Tabaroka w at a'ala.

Sesungguhnya I slam benar- benar m enaruh perhat ian yang sangat besar kepada m anusia di dalam segala perihal dan urusannya, agam a dan dunianya, lapang dan kesulit annya, bangun dan t idurnya, dikala bepergian dan iqam ah, m akan dan m inum , bahagia dan sedihnya. Tidak ada perkara kecil at aupun besar apapun yang t idak dij elaskan oleh I slam .

Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam t elah m enggoreskan buat kit a m elalui ucapan dan perbuat annya ram bu- ram bu et ika yang seyogya- nya dit em puh oleh set iap m u'm in di dalam hidupnya. Melalui kepribadiannya yang m ulia, Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam t elah m enj elaskan kepada kit a cont oh et ika yang seharusnya dit iru. Maka barang siapa yang m enghendaki kebahagiaan, hendaklah ia m enem puh j alan hidup Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dan m eneladani et ikanya.

Oleh karena kebanyakan orang pada akhir- akhir ini yang t idak m enget ahui et ika- et ika t ersebut at au but uh unt uk diingat kan kem bali, m aka kam i m em andang perlu m enyaj ikannya secara singkat , dengan iringan do` a kepada Allah Tabaroka w at a'ala sem oga am al ini berguna bagi segenap kaum m uslim in. Sem oga shalawat dan salam t et ap dilim pahkan kepada Nabi Muham m ad Shallallahu'alaihi wasallam , keluarga dan para sahabat nya.

Etika Tidur dan Bangun

1. Berint rospeksi diri ( m uhasabah) sesaat sebelum t idur. Sangat dianj urkan sekali bagi set iap m uslim berm uhasabah ( berint rospeksi diri) sesaat sebelum t idur, m engevaluasi segala perbuat an yang t elah ia lakukan di siang hari. Lalu j ika ia dapat kan perbuat annya baik m aka hendaknya m em uj i kepada Allah Subhanahu wat a'ala dan j ika sebaliknya m aka hendaknya segera m em ohon am punan- Nya, kem bali dan bert obat kepada- Nya.

2. Tidur dini, berdasarkan hadit s yang bersum ber dari ` Aisyah Radhiallahu'anha " Bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam t idur pada awal m alam dan bangun pada penguj ung m alam , lalu beliau m elakukan shalat " .( Mut t afaq ` alaih)

3. Disunnat kan berwudhu' sebelum t idur, dan berbaring m iring sebelah kanan. Al- Bara' bin ` Azib Radhiallahu'anhu m enut urkan : Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: " Apabila kam u akan t idur, m aka berw udlu'lah sebagaim ana wudlu' unt uk shalat , kem udian berbaringlah dengan m iring ke sebelah kanan..." Dan t idak m engapa berbalik kesebelah kir i nant inya.

4. Disunnat kan pula m engibaskan sperei t iga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadit s Abu Hurairah Radhiallahu'anhu bahw asanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: " Apabila seorang dari kam u akan t idur pada t em pat t idurnya, m aka hendaklah m engirapkan kainnya pada t em pat t idurnya it u t erlebih dahulu, karena ia t idak t ahu apa yang ada di at asnya..." Di dalam sat u riw ayat dikat akan: " t iga kali" . ( Mut t afaq ` alaih) .

5. Makruh t idur t engkurap. Abu Dzar Radhiallahu'anhu m enut urkan : " Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah lew at m elint asi aku, dikala it u aku sedang berbaring t engkurap. Maka Nabi Shallallahu'alaihi w asallam m em bangunkanku dengan kakinya sam bil bersabda : " Wahai Junaidab ( panggilan Abu Dzar) , sesungguhnya berbaring sepert i ini ( t engkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka" . ( H.R. I bnu Maj ah dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

6. Makruh t idur di at as dak t erbuka, karena di dalam hadit s yang bersum ber dari ` Ali bin Syaiban disebut kan bahwasanya Nabi Shallallahu'alaihi w asallam t elah bersabda: " Barangsiapa yang t idur m alam di at as at ap rum ah yang t idak ada penut upnya, m aka hilanglah j am inan darinya" . ( HR. Al- Bukhari di dalam al- Adab al- Mufrad, dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

7. Menut up pint u, j endela dan m em adam kan api dan lam pu sebelum t idur. Dari Jabir ra diriwayat kan bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam t elah bersabda: " Padam kanlah lam pu di m alam hari apa bila kam u akan t idur, t ut uplah pint u, t ut uplah rapat - rapat bej ana- bej ana dan t ut uplah m akanan dan m inum an" . ( Mut t afaq'alaih) .

8. Mem baca ayat Kursi, dua ayat t erakhir dari Surah Al- Baqarah, Surah Al-

I khlas dan Al- Mu` awwidzat ain ( Al- Falaq dan An- Nas) , karena banyak hadit s-

hadit s shahih yang m enganj urkan hal t ersebut .

9. Mem baca do` a- do` a dan dzikir yang ket erangannya shahih dari Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam , sepert i : Allaahum m a qinii yaum a t ab'at su 'ibaadaka. " Ya Allah, peliharalah aku dari adzab- Mu pada hari Engkau m em bangkit kan kem bali segenap ham ba- ham ba- Mu" . Dibaca t iga kali.( HR. Abu Dawud dan di hasankan oleh Al Albani)

10. Dan m em baca: Bism ika Allahum m a Am uut u Wa ahya. " Dengan m enyebut

nam a- Mu ya Allah, aku m at i dan aku hidup." ( HR. Al Bukhari)

11. Apabila di saat t idur m erasa kaget at au gelisah at au m erasa ket akut an, m aka disunnat kan ( dianj urkan) berdo` a dengan do` a berikut ini : " A'uudzu bikalim aat illaahit t aam m at i m in ghadhabihi Wa syarri 'ibaadihi, wa m in ham azaat isy syayaat hiini w a an yahdhuruuna." Art inya, " Aku berlindung dengan Kalim at ullah yang sem purna dari m urka- Nya, kej ahat an ham ba- ham ba- Nya, dari gangguan syet an dan kehadiran m ereka kepadaku" . ( HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al Albani)

12. Hendaknya apabila bangun t idur m em baca : " Alham du Lillahilladzii Ahyaanaa ba'da m aa Am aat anaa wa ilaihinnusyuur" Art inya, " Segala puj i bagi Allah yang t elah m enghidupkan kam i set elah kam i dim at ikan- Nya, dan kepada- Nya lah kam i dikem balikan." ( HR. Al- Bukhari)

Etika (Adab) Buang Hajat

1. Segera m em buang haj at .

2. Apabila seseorang m erasa akan buang air m aka hendaknya bersegera m elakukannya, karena hal t ersebut berguna bagi agam anya dan bagi kesehat an j asm ani.

3. Menj auh dari pandangan m anusia di saat buang air ( haj at ) . berdasarkan hadit s yang bersum ber dari al- Mughirah bin Syu` bah Radhiallaahu 'anhu disebut kan " Bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila pergi unt uk buang air ( haj at ) m aka beliau m enj auh" . ( Diriw ayat kan oleh em pat

I m am dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

4. Menghindari t iga t em pat t erlarang, yait u aliran air, j alan- j alan m anusia dan t em pat bert eduh m ereka. Sebab ada hadit s dari Mu` adz bin Jabal Radhiallaahu 'anhu yang m enyat akan dem ikian.

5. Tidak m engangkat pakaian sehingga sudah dekat ke t anah, yang dem ikian it u supaya aurat t idak kelihat an. Di dalam hadit s yang bersum ber dari Anas Radhiallaahu 'anhu ia m enut urkan: " Biasanya apabila Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam hendak m em buang haj at nya t idak m engangkat ( m eninggikan) kainnya sehingga sudah dekat ke t anah. ( HR. Abu Daud dan At - Turm udzi, dinilai shahih oleh Albani) .

6. Tidak m em bawa sesuat u yang m engandung penyebut an Allah kecuali karena t erpaksa. Karena t em pat buang air ( WC dan yang serupa) m erupakan t em pat kot oran dan hal- hal yang naj is, dan di sit u set an berkum pul dan dem i unt uk m em elihara nam a Allah dari penghinaan dan t indakan m erem ehkannya.

7. Dilarang m enghadap at au m em belakangi kiblat , berdasarkan hadit s yang bersum ber dari Abi Ayyub Al- Anshari Radhiallahu'anhu m enyebut kan bahw asanya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Apabila kam u t elah t iba di t em pat buang air, m aka j anganlah kam u m enghadap kiblat dan j angan pula m em belak anginya, apakah it u unt uk buang air kecil at aupun air besar. Akan t et api m enghadaplah ke arah t im ur at au ke arah barat " . ( Mut t afaq'alaih) .

8. Ket ent uan di at as berlaku apabila di ruang t erbuka saj a. Adapun j ika di dalam ruang ( WC) at au adanya pelindung / penghalang yang m em bat asi ant ara si pem buang haj at dengan kiblat , m aka boleh m enghadap ke arah kiblat .

9. Dilarang kencing di air yang t ergenang ( t idak m engalir) , karena hadit s yang bersum ber dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Jangan sekali- kali seorang diant ara kam u buang air kecil di air yang m enggenang yang t idak m engalir kem udian ia m andi di sit u" .( Mut t afaq'alaih) .

10. Makruh m encuci kot oran dengan t angan kanan, karena hadit s yang bersum ber dari Abi Qat adah Radhiallaahu 'anhu m enyebut kan bahw asanya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Jangan sekali- kali seor ang diant ara kam u m em egang dzakar ( kem aluan) nya dengan t angan kanannya di saat ia kencing, dan j angan pula bersuci dari buang air dengan t angan kanannya." ( Mut t afaq'alaih) .

11. Dianj urkan kencing dalam keadaan duduk, t et api boleh j ika sam bil berdir i. Pada dasarnya buang air kecil it u di lakukan sam bil duduk, berdasarkan hadit s ` Aisyah Radhiallaahu 'anha yang berkat a: Siapa yang t elah m em ber it akan kepada kam u bahw a Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam kencing sam bil berdir i, m aka j angan kam u percaya, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t idak pernah kencing kecuali sam bil duduk. ( HR. An- Nasa` i dan dinilai shahih oleh Al- Albani) . Sekalipun dem ikian seseorang dibolehkan kencing sam bil berdiri dengan syarat badan dan pakaiannya am an dari percikan air kencingnya dan am an dari pandangan orang lain kepadanya. Hal it u karena ada hadit s yang bersum ber dari Hudzaifah, ia berkat a: " Aku pernah bersam a Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam ( di suat u perj alanan) dan ket ika sam pai di t em pat pem buangan sam pah suat u kaum beliau buang air kecil sam bil berdiri, m aka akupun m enj auh daripadanya. Maka beliau bersabda: " Mendekat lah kem ari" . Maka aku m endekat i beliau hingga aku berdiri di sisi kedua m at a kakinya. Lalu beliau berw udhu dan m engusap kedua khuf- nya." ( Mut t afaq alaih) .

12. Makruh berbicara di saat buang haj at kecuali darurat . berdasarkan hadit s yang bersum ber dari I bnu Um ar Shallallaahu 'alaihi w a sallam dir iw ayat kan: " Bahw a sesungguhnya ada seorang lelak i lew at , sedangkan Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam . sedang buang air kecil. Lalu orang it u m em beri salam ( kepada Nabi) , nam un beliau t idak m enj awabnya. ( HR. Muslim ) .

13. Makruh bersuci ( ist ij m ar) dengan m engunakan t ulang dan kot oran hew an, dan disunnat kan bersuci dengan j um lah ganj il. Di dalam hadit s yang 13. Makruh bersuci ( ist ij m ar) dengan m engunakan t ulang dan kot oran hew an, dan disunnat kan bersuci dengan j um lah ganj il. Di dalam hadit s yang

14. Dan Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam j uga bersabda: " Barangsiapa yang

bersuci m enggunakan bat u ( ist ij m ar) , m aka hendaklah diganj ilkan."

15. Disunnat kan m asuk ke WC dengan m endahulukan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan berbarengan dengan dzikirnya m asing- m asing. Dari Anas bin Malik Radhiallaahu 'anhu diriw ayat kan bahwa ia berkat a: " Adalah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila m asuk ke WC m engucapkan : " Allaahum m a inni a'udzubika m inal khubusi w al khabaait s" Art inya, " Ya Allah, aku berlindung kepada- Mu dari pada syet an j ant an dan set an bet ina" .

16. Dan apabila keluar, m endahulukan kaki kanan sam bil m engucapkan : " Ghufraanaka" ( am punan- Mu ya Allah) .

17. Mencuci kedua t angan sesudah m enunaikan haj at . Di dalam hadis yang bersum ber dari Abu Hurairah ra. diriwayat kan bahwasanya " Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam m enunaikan haj at nya ( buang air) kem udian bersuci dari air yang berada pada sebej ana kecil, lalu m enggosokkan t angannya ke t anah. ( HR. Abu Daud dan I bnu Maj ah) .

Etika Berpakaian dan Berhias

1. Disunnat kan m em akai pakaian baru, bagus dan bersih.

2. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda kepada salah seorang shahabat nya di saat beliau m elihat nya m engenakan pakaian j elek : " Apabila Allah Tabaroka w at a'ala m engaruniakan kepadam u hart a, m aka t am pakkanlah bekas ni` m at dan kem urahan- Nya it u pada dirim u. ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

3. Pakaian harus m enut up aurat , yait u longgar t idak m em bent uk lekuk t ubuh

dan t ebal t idak m em perlihat kan apa yang ada di baliknya.

4. Pakaian laki- laki t idak boleh m enyerupai pakaian perem puan at au sebaliknya. Karena hadit s yang bersum ber dari I bnu Abbas Radhiallaahu 'anhu ia m enut urkan: " Rasulullah m elaknat ( m engut uk) kaum laki- lak i yang m enyerupai kaum w anit a dan kaum w anit a yang m enyerupai kaum pria." ( HR. Al- Bukhari) .

5. Tasyabbuh at au penyerupaan it u bisa dalam bent uk pakaian at aupun

lainnya.

6. Pakaian t idak m erupakan pakaian show ( unt uk ket enaran) , karena Rasulullah Radhiallaahu 'anhu t elah bersabda: " Barang siapa yang m engenakan pakaian ket enaran di dunia niscaya Allah akan m engenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiam at ." ( HR. Ahm ad, dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

7. Pakaian t idak boleh ada gam bar m akhluk yang bernyaw a at au gam bar salib, karena hadit s yang bersum ber dari Aisyah Radhiallaahu 'anha m enyat akan bahw asanya beliau ber kat a: " Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t idak pernah m em biarkan pakaian yang ada gam bar salibnya m elainkan Nabi m enghapusnya" . ( HR. Al- Bukhari dan Ahm ad) .

8. Laki- laki t idak boleh m em akai em as dan kain sut era kecuali dalam keadaan t erpaksa. Karena hadit s yang bersum ber dari Ali Radhiallaahu 'anhu m engat akan: " Sesungguhnya Nabi Allah Subhaanahu wa Ta'ala pernah m em bawa kain sut era di t angan kanannya dan em as di t angan kirinya, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya dua j enis benda ini haram bagi kaum lelaki dari um at ku" . ( HR. Abu Daud dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

9. Pakaian laki- laki t idak boleh panj ang m elebihi kedua m at a kaki. Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda : " Apa yang berada di bawah kedua m at a kaki dari kain it u di dalam neraka" ( HR. Al- Bukhari) . – pent ing- < t ilm idzi>

10. Adapun perem puan, m aka seharusnya pakaiannya m enut up seluruh badannya, t erm asuk kedua kakinya. Adalah haram hukum nya orang yang m enyeret ( m eng- gusur) pakaiannya karena som bong dan bangga diri. Sebab ada hadit s yang m enyat akan : " Allah t idak akan m em perhat ikan di hari Kiam at kelak kepada orang yang m enyeret kainnya karena som bong" . ( Mut t afaq'alaih) .

11. Disunnat kan m endahulukan bagian yang kanan di dalam berpakaian at au lainnya. Aisyah Radhiallaahu 'anha di dalam hadit snya berkat a: " Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam suka bert ayam m un ( m em ulai dengan yang kanan) di dalam segala perihalnya, ket ika m em akai sandal, m enyisir ram but dan bersuci'. ( Mut t afaq'- alaih) .

12. Disunnat kan kepada orang yang m engenakan pakaian baru m em baca : " Segala puj i bagi Allah yang t elah m enut upi aku dengan pakaian ini dan m engaruniakannya kepada- ku t anpa daya dan kekuat an dariku" . ( HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

13. Disunnat kan m em akai pakaian berwarna put ih, karena hadit s m engat akan: " Pakailah yang berw arna put ih dari pakaianm u, karena yang put ih it u adalah yang t erbaik dari pakaian kam u ..." ( HR. Ahm ad dan dinilah shahih oleh Albani) .

14. Disunnat kan m enggunakan farfum bagi laki- laki dan perem puan, kecuali bila keduanya dalam keadaan berihram unt uk haj i at aupun um rah, at au j ika perem puan it u sedang berihdad ( berkabung) at as kem at ian suam inya, at au j ika ia berada di suat u t em pat yang ada laki- laki asing ( bukan m ahram nya) , karena larangannya shahih.

15. Haram bagi perem puan m em asang t at o, m enipiskan bulu alis, m em ot ong gigi supaya cant ik dan m enyam bung ram but ( bersanggul) . Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam di dalam hadit snya m engat akan: " Allah m elaknat ( m engut uk) w anit a pem asang t at o dan yang m int a dit at oi, w anit a yang m enipiskan bulu alisnya dan yang m em int a dit ipiskan dan w anit a yang m eruncingkan giginya supaya kelihat an cant ik, ( m ereka) m engubah cipt aan Allah" . Dan di dalam riw ayat I m am Al- Bukhari disebut kan: " Allah m elaknat w anit a yang m enyam bung ram but nya" . ( Mut t afaq'alaih) .

Etika di Jalanan

1. Berj alan dengan sikap waj ar dan t awadlu, t idak berlagak som bong di saat berj alan at au m engangkat kepala karena som bong at au m engalihkan waj ah dari orang lain karena t akabbur. Allah Subhaanahu w a Ta'ala berfirm an yang art inya: " Dan j anganlah kam u m em alingkan m ukam u dari m anusia ( karena som bong) dan j anganlah kam u berj alan di m uka bum i dengan angkuh. Sesungguhnya Allah t idak m enyukai orang- orang yang som bong lagi m em banggakan diri" . ( Luqm an: 18)

2. Mem elihara pandangan m at a, baik bagi laki- laki m aupun perem puan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirm an yang art inya: " Kat akanlah kepada orang laki- lak i berim an: " Hendaklah m ereka m enahan pandangannya, dan m em elihara kem aluannya; yang dem ikian it u adalah lebih suci bagi m ereka. Sesungguhnya Allah Yang Maha Menget ahui apa yang m ereka perbuat . Dan kat akanlah kepada w anit a yang berim an: " Hendaklah m ereka m enahan pandangannya, dan m em elihara kem aluannya...." ( An- Nur: 30- 31) .

3. Tidak m engganggu, yait u t idak m em buang kot oran, sisa m akanan di j alan- j alan m anusia, dan t idak buang air besar at au kecil di sit u at au di t em pat yang dij adik an t em pat m ereka bernaung.

4. Menyingkirkan gangguan dari j alan. I ni m erupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa m asuk surga. Dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu diriw ayat kan bahw asanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Ket ika ada seseorang sedang berj alan di suat u j alan, ia m enem ukan dahan berduri di j alan t ersebut , lalu orang it u m enyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan m engam puni dosanya..." Di dalam suat u riwayat disebut kan: m aka Allah m em asukkannya ke surga" . ( Mut t afaq'alaih) .

5. Menj awab salam orang yang dikenal at aupun yang t idak dikenal. I ni hukum nya w aj ib, karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Ada lim a perkara waj ib bagi seorang m uslim t erhadap saudaranya- diant aranya: m enj awab salam " . ( Mut t afaq alaih) .

6. Beram ar m a` ruf dan nahi m unkar. I ni j uga waj ib dilakukan oleh set iap

m uslim , m asing- m asing sesuai kem am puannya.

7. Menunj ukkan orang yang t ersesat ( salah j alan) , m em berikan bant uan kepada orang yang m em but uhkan dan m enegur orang yang berbuat keliru sert a m em bela orang yang t eraniaya. Di dalam hadit s disebut kan: " Set iap persendian m anusia m em punyai kew aj iban sedekah...dan disebut kan diant aranya: berbuat adil di ant ara m anusia adalah sedekah, m enolong dan m em bawanya di at as kendaraannya adalah sedekah at au m engangkat kan barang- barangnya ke at as kendaraannya adalah sedekah dan m enunj ukkan j alan adalah sedekah...." ( Mut t afaq alaih) .

8. Perem puan hendaknya berj alan di pinggir j alan. Pada suat u ket ika Nabi pernah m elihat cam pur baurnya laki- lak i dengan w anit a di j alanan, m aka ia bersabda kepada wanit a: " Mem inggirlah kalian, kalain t idak layak m em enuhi j alan, hendaklah kalian m enelusuri pinggir j alan. ( HR. Abu Daud, dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

9. Tidak ngebut bila m engendarai m obil khususnya di j alan- j alan yang ram ai dengan pej alan kaki, m elapangkan j alan unt uk orang lain dan m em berikan kesem pat an kepada orang lain unt uk lewat . Sem ua it u t ergolong di dalam t olong- m enolong di dalam kebaj ikan.

Etika Memberi Salam

1. Makruh m em beri salam dengan ucapan: " Alaikum us salam " karena di dalam hadit s Jabir Radhiallaahu 'anhu diriw ayat kan bahw asanya ia m enut urkan : Aku pernah m enj um pai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam m aka aku berkat a: " Alaikas salam ya Rasulallah" . Nabi m enj awab: " Jangan kam u m engat akan: Alaikas salam " . Di dalam riw ayat Abu Daud disebut kan: " karena sesungguhnya ucapan " alaikas salam " it u adalah salam unt uk orang- orang yang t elah m at i" . ( HR. Abu Daud dan At - Turm udzi, dishahihkan oleh Al- Albani) .

2. Dianj urkan m engucapkan salam t iga kali j ika khalayak banyak j um lahnya. Di dalam hadit s Anas disebut kan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila ia m engucapkan suat u kalim at , ia m engulanginya t iga kali. Dan apabila ia dat ang kepada suat u kaum , ia m em beri salam kepada m ereka t iga kali" ( HR. Al- Bukhari) .

3. Term asuk sunnah adalah orang m engendarai kendaraan m em berikan salam kepada orang yang berj alan kaki, dan orang yang berj alan kaki m em beri salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada yang banyak, dan orang yang lebih m uda kepada yang lebih t ua. Dem ikianlah disebut kan di dalam hadit s Abu Hurairah yang m ut t afaq'alaih.

4. Disunnat kan keras ket ika m em beri salam dan dem ikian pula m enj awabnya, kecuali j ika di sekit arnya ada orang- orang yang sedang t idur. Di dalam hadit s Miqdad bin Al- Aswad disebut kan di ant aranya: " dan kam i pun m em erah susu ( binat ang t ernak) hingga set iap orang dapat bagian m inum dari kam i, dan kam i sediak an bagian unt uk Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam Miqdad berkat a: Maka Nabi pun dat ang di m alam hari dan m em berikan salam yang t idak m em bangunkan orang yang sedang t idur, nam un dapat didengar oleh orang yang bangun" .( HR. Muslim ) .

5. Disunat kan m em berikan salam di w akt u m asuk ke suat u m aj lis dan ket ika akan m eninggalkannya. Karena hadit s m enyebut kan: " Apabila salah seorang kam u sam pai di suat u m aj lis hendaklah m em berikan salam . Dan apabila hendak keluar, hendaklah m em berikan salam , dan t idaklah yang pert am a lebih berhak daripada yang kedua. ( HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al- Albani) .

6. Disunnat kan m em beri salam di saat m asuk ke suat u rum ah sekalipun rum ah it u kosong, karena Allah t elah berfirm an yang art inya: " Dan apabila kam u akan m asuk ke suat u rum ah, m aka ucapkanlah salam at as diri kalian" ( An- Nur: 61)

7. Dan karena ucapan I bnu Um ar Radhiallaahu 'anhum a : " Apabila seseorang akan m asuk ke suat u rum ah yang t idak berpenghuni, m aka hendaklah ia 7. Dan karena ucapan I bnu Um ar Radhiallaahu 'anhum a : " Apabila seseorang akan m asuk ke suat u rum ah yang t idak berpenghuni, m aka hendaklah ia

8. Dim akruhkan m em beri salam kepada orang yang sedang di WC ( buang haj at ) , karena hadit s I bnu Um ar Radhiallaahu 'anhum a yang m enyebut kan " Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam sedang buang air kecil, dan orang it u m em beri salam . Maka Nabi t idak m enj awabnya" . ( HR. Muslim )

9. Disunnat kan m em beri salam kepada anak- anak, karena hadit s yang bersum ber dari Anas Radhiallaahu 'anhu m enyebut kan: Bahw asanya ket ika ia lew at di sekit ar anak- anak ia m em beri salam , dan ia m engat akan: " Dem ikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam " . ( Mut t afaq'alaih) .

10. Tidak m em ulai m em berikan salam kepada Ahlu Kit ab, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda : " Janganlah kalian t erlebih dahulu m em beri salam kepada orang- orang Yahudi dan Nasrani....." ( HR. Muslim ) . Dan apabila m ereka yang m em beri salam m aka kit a j awab dengan m engucapkan " w a ` alaikum " saj a, karena sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam : " Apabila Ahlu Kit ab m em beri salam kepada kam u, m aka j aw ablah: wa ` alaikum " .( Mut t afaq'alaih) .

11. Disunnat kan m em beri salam kepada orang yang kam u kenal at aupun yang t idak kam u kenal. Di dalam hadit s Abdullah bin Um ar Radhiallaahu 'anhu disebut kan bahwasanya ada seseorang yang bert anya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam : " I slam yang m anakah yang paling baik? Jaw ab Nabi: Engkau m em berikan m akanan dan m em beri salam kepada orang yang t elah kam u kenal dan yang belum kam u kenal" . ( Mut t afaq'alaih) .

12. Disunnat kan m enj awab salam orang yang m enyam paikan salam lewat orang lain dan kepada yang dit it ipinya. Pada suat u ket ika seorang lelaki dat ang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam lalu berkat a: Sesungguhnya ayahku m enyam paikan salam unt ukm u. Maka Nabi m enj awab : " ` alaika wa` ala abikas salam "

13. Dilarang m em beri salam dengan isyarat kecuali ada uzur, sepert i karena sedang shalat at au bisu at au karena orang yang akan diberi salam it u j auh j araknya. Di dalam hadit s Jabir bin Abdillah Radhiallaahu 'anhu diriw ayat kan bahw asanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Janganlah kalian m em beri salam sepert i orang- orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya pem berian salam m ereka m em akai isyarat dengan t angan" . ( HR. Al- Baihaqi dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

14. Disunnat kan kepada seseorang berj abat t angan dengan saudaranya. Hadit s Rasulullah m engat akan: " Tiada dua orang m uslim yang saling berj um pa lalu berj abat t angan, m elainkan diam puni dosa keduanya sebelum m erek a berpisah" ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

15. Dianj urkan t idak m enarik ( m elepas) t angan kit a t erlebih dahulu di saat berj abat t angan sebelum orang yang dij abat t angani it u m elepasnya. Hadit s yang bersum ber dari Anas Radhiallaahu 'anhu m enyebut kan: " Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila ia dit erim a oleh seseorang lalu berj abat t angan, m aka Nabi t idak m elepas t angannya sebelum orang it u yang m elepasnya...." ( HR. At - Tirm idzi dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

16. Haram hukum nya m em bungkukkan t ubuh at au suj ud ket ika m em beri penghorm at an, karena hadit s yang bersum ber dari Anas m enyebut kan: Ada seorang lelaki berkat a: Wahai Rasulullah, kalau salah seorang di ant ara kam i berj um pa dengan t em annya, apakah ia harus m em bungkukkan t ubuhnya kepadanya? Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam m enj aw ab: " Tidak" . Orang it u bert anya: Apakah ia m erangkul dan m encium nya? Jaw ab nabi: Tidak. Orang it u bert anya: Apakah ia berj abat t angan dengannya? Jawab Nabi: Ya, j ika ia m au. ( HR. At - Turm udzi dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

17. Haram berj abat t angan dengan w anit a yang bukan m ahram . Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam ket ika akan dij abat t angani oleh kaum wanit a di saat baiat , beliau bersabda: " Sesung- guhnya aku t idak berj abat t angan dengan kaum w anit a" . ( HR.Turm udzi dan Nasai, dan dishahihkan oleh Albani) .

Etika Minta Izin

1. Hendaknya orang yang akan m em int a izin m em ilih w akt u yang t epat unt uk

m int a izin.

2. Hendaknya orang yang akan m int a izin m enget uk pint u rum ah orang yang akan dikunj unginya secara pelan. Anas Radhiallaahu 'anhu m eriw ayat kan bahw asanya ia t elah berkat a: Sesung- guhnya pint u- pint u kediam an Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam diket uk ( oleh para t am unya) dengan uj ung kuku" . ( HR. Al- Bukhari di dalam Al- Adab Al- Mufrad dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

3. Hendaknya orang yang m enget uk pint u t idak m enghadap ke pint u yang diket uk, t et api sebaiknya m enolehkan pandangannya ke kanan at au ke kiri agar pandangan t idak t erj at uh kepada sesuat u di dalam rum ah t ersebut yang dim ana penghuni rum ah t idak ingin ada orang lain yang m elihat nya. Karena m int a izin it u sebenarnya dianj urkan unt uk m enj aga pandangan.

4. Sebelum m int a izin hendaknya m em beri salam t erlebih dahulu. Rib` iy berkat a: Telah bercerit a kepada saya seorang lelaki dar i Bani ` Am ir, bahw asanya ia pernah m int a izin kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam di saat beliau ada di suat u rum ah. Orang it u berkat a: Bolehkah saya m asuk? Maka Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam berkat a kepada pem bant unya: " Jum pailah orang it u dan aj ari dia cara m int a izin, dan kat akan kepadanya: Ucapkan Assalam u ` alaikum , bolehkah saya m asuk?" . ( HR. Ahm ad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Al- Albani) .

5. Mint a izin it u sam pai t iga kali, j ika sesudah t iga kali t idak ada j aw aban m aka hendaknya pulang. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Apabila salah seorang di ant ara kam u m int a izin sudah t iga kali, lalu t idak diber i izin, m aka hendaklah ia pulang" . ( Mut t afaq'alaih) .

6. Apabila orang yang m int a izin it u dit anya t ent ang nam anya, m aka hendaklah ia m enyebut kan nam a dan panggilannya, dan j angan m engat akan: " Saya" . Jabir Radhiallaahu 'anhu m enut urkan: " Aku pernah dat ang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam unt uk m enanyakan hut ang yang ada pada ayah saya. Maka aku ket uk pint u ( rum ah Nabi) . Lalu Nabi berkat a: " Siapa it u?" .

Maka aku j awab: Saya. Maka Nabi berkat a: " Saya! Saya! " dengan nada t idak suka." ( Mut t afaq'alaih) .

7. Hendaknya pem int a izin pulang apabila perm int aan izinnya dit olak, karena Allah t elah berfirm an yang art inya: " Dan j ika dikat akan kepada kam u " pulang" , m aka pulanglah kam u, karena yang dem ikian it u lebih suci bagi kam u" . ( An- Nur: 28) .

8. Hendaknya pem int a izin t idak m em asuki rum ah apabila t idak ada orangnya,

karena hal t ersebut m erupakan perbuat an m elam paui hak orang lain.

Etika Majlis

1. Hendaknya m em beri salam kepada orang- orang yang di dalam m aj lis di saat m asuk dan keluar dari m aj lis t ersebut . Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu t elah m eriw ayat kan bahw asanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Apabila salah seorang kam u sam pai di suat u m aj lis, m aka hendaklah m em beri salam , lalu j ika dilihat layak baginya duduk m aka duduklah ia. Kem udian j ika bangkit ( akan keluar) dari m aj lis hendaklah m em beri salam pula. Bukanlah yang pert am a lebih berhak daripada yang selanj ut nya. ( HR. Abu Daud dan At - Tirm idzi, dinilai shahih oleh Al- Albani) .

2. Hendaknya duduk di t em pat yang m asih t ersisa. Jabir bin Sam urah t elah m enut urkan: Adalah kam i, apabila kam i dat ang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam m aka m asing- m asing kam i duduk di t em pat yang m asih t ersedia di m aj lis. ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

3. Jangan sam pai m em indahkan orang lain dari t em pat duduknya kem udian m endudukinya, akan t et api berlapang- lapanglah di dalam m aj lis. I bnu Um ar Radhiallaahu 'anhum a t elah m eriw ayat kan bahw a sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Seseorang t idak boleh m em indahkan orang lain dari t em pat duduknya, lalu ia m enggant ikannya, akan t et api berlapanglah dan perluaslah." ( Mut t afaq'alaih) .

4. Tidak duduk di t engah- t engah halaqah ( lingkaran m aj lis) .

5. Tidak duduk di ant ara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin m ereka. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Tidak halal bagi seseorang m em isah di ant ara dua orang kecuali seizin keduanya" . ( HR. Ahm ad dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

6. Tidak boleh m enem pat i t em pat duduk orang lain yang keluar sem ent ara w akt u unt uk suat u keperluan. Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Apabila seorang di ant ara kam u bangkit ( keluar) dari t em pat duduknya, kem udian kem bali, m aka ia lebih berhak m enem pat inya" . ( HR.Muslim )

7. Tidak berbisik berduaan dengan m eninggalkan orang ket iga. I bnu Mas` ud Radhiallaahu 'anhu m enut urkan : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Apabila kam u t iga orang, m aka dua orang t idak boleh berbisik- bisik t anpa m elibat kan yang ket iga sehingga kalian bercam pur baur 7. Tidak berbisik berduaan dengan m eninggalkan orang ket iga. I bnu Mas` ud Radhiallaahu 'anhu m enut urkan : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Apabila kam u t iga orang, m aka dua orang t idak boleh berbisik- bisik t anpa m elibat kan yang ket iga sehingga kalian bercam pur baur

8. Para anggot a m aj lis hendaknya t idak banyak t ert aw a. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Janganlah kam u m em perbanyak t aw a, karena banyak t aw a it u m em at ikan hat i" . ( HR. I bnu Maj ah dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

9. Hendaknya set iap anggot a m aj lis m enj aga pem bicaraan yang t erj adi di dalam forum ( m aj lis) . Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Apabila seseorang m em bicarakan suat u pem bicaraan kem udian ia m enoleh, m aka it u adalah am anat " . ( HR. At - Tirm idzi, dinilai hasan oleh Al- Albani) .

10. Anggot a m aj lis hendaknya t idak m elakukan suat u perbuat an yang bert ent angan dengan perasaan orang lain, sepert i m enguap at au m em buang ingus at au bersendawa di dalam m aj lis.

11. Tidak m elakukan perbuat an m em at a- m at ai. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Janganlah kam u m encari- cari at au m em at a- m at ai orang" . ( Mut t afaq'alaih) .

12. Disunnat kan m enut up m aj lis dengan do` a Kaffarat m aj lis, karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Barang siapa yang duduk di dalam suat u m aj lis dan di m aj lis it u t erj adi banyak gaduh, kem udian sebelum bubar dari m aj lis it u ia m em baca :

" Maha Suci Engkau ya Allah, dengan segala puj i bagi- Mu; aku bersaksi bahwasanya t iada yang berhak disem bah selain engkau; aku m em ohon am punanm u dan aku bert obat kepada- Mu" , m elainkan Allah m engam puni apa yang t erj adi di m aj lis it u baginya" . ( HR. Ahm ad dan At - Tirm idzi, dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

Etika Berbicara

1. Hendaknya pem bicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu w a Ta'ala berfir m an yang art inya: " Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik- bisikan m ereka, kecuali bisik- bisikan dari orang yang m enyuruh ( m anusia) m em beri sedekah at au berbuat m a` ruf, at au m engadakan perdam aian diant ara m anusia" . ( An- Nisa: 114) .

2. hendaknya pem bicaran dengan suara yang dapat dide- ngar, t idak t erlalu keras dan t idak pula t erlalu rendah, ungkapannya j elas dapat difaham i oleh sem ua orang dan t idak dibuat - buat at au dipaksa- paksakan.

3. Jangan m em bicarakan sesuat u yang t idak berguna bagim u. Hadit s Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam m enyat akan: " Term asuk kebaikan islam nya seseorang adalah m eninggalkan sesuat u yang t idak berguna" . ( HR. Ahm ad dan I bnu Maj ah) .

4. Janganlah kam u m em bicarakan sem ua apa yang kam u dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya m enut urkan : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Cukuplah m enj adi suat u dosa bagi seseorang yait u apabila ia m em bicarakan sem ua apa yang t elah ia dengar" .( HR. Muslim )

5. Menghindari perdebat an dan saling m em bant ah, sekali- pun kam u berada di fihak yang benar dan m enj auhi perkat aan dust a sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Aku adalah penj am in sebuah ist ana di t am an surga bagi siapa saj a yang m enghindari bert ikaian ( perdebat an) sekalipun ia benar; dan ( penj am in) ist ana di t engah- t engah surga bagi siapa saj a yang m eninggalkan dust a sekalipun bercanda" . ( HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

6. Tenang dalam berbicara dan t idak t ergesa- gesa. Aisyah Radhiallaahu 'anha. t elah m enut urkan: " Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila m em bicarakan suat u pem bicaraan, sekiranya ada orang yang m enghit ungnya, niscaya ia dapat m enghit ungnya" . ( Mut t a- faq'alaih) .

7. Menghindari perkat aan j orok ( kej i) . Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Seorang m u'm in it u pencela at au pengut uk at au kej i pem bicaraannya" . ( HR. Al- Bukhari di dalam Al- Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

8. Menghindari sikap m em aksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadit s Jabir Radhiallaahu 'anhu disebut kan: " Dan sesungguhnya m anusia yang paling aku benci dan yang paling j auh dariku di hari Kiam at kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura- pura fasih dan orang- orang yang m ut afaihiqun" . Para shahabat bert anya: Wahai Rasulllah, apa art i m ut afaihiqun? Nabi m enj awab: " Orang- orang yang som bong" . ( HR. At - Turm udzi, dinilai hasan oleh Al- Albani) .

9. Menghindari perbuat an m enggunj ing ( ghibah) dan m engadu dom ba. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirm an yang art inya: " Dan j anganlah sebagian kam u m enggunj ing sebagian yang lain" .( Al- Huj urat : 12) .

10. Mendengarkan pem bicaraan orang lain dengan baik dan t idak m em ot ongnya, j uga t idak m enam pakkan bahwa kam u m enget ahui apa yang dibicarakannya, t idak m enganggap rendah pendapat nya at au m endust akannya.

11. Jangan m em onopoli dalam berbicara, t et api berikanlah kesem pat an kepada

orang lain unt uk berbicara.

12. Menghindari perkat aan kasar, keras dan ucapan yang m enyakit kan perasaan dan t idak m encari- cari kesalahan pem bicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal t ersebut dapat m engundang kebencian, perm usuhan dan pert ent angan.

13. Menghindari sikap m engej ek, m em perolok- olok dan m em andang rendah orang yang berbicara. Allah Subhaanahu w a Ta'ala berfirm an yang art inya: " Wahai orang- orang yang berim an, j anganlah suat u kaum m engolok- olokan kaum yang lain ( karena) boleh j adi m ereka ( yang diolok- olokan) lebih baik dari m ereka ( yang m engolok- olokan) , dan j angan pula wanit a- wanit a ( m engolok- olokan) w anit a- w anit a lain ( karena) boleh j adi w anit a- w anit a ( yang diperolok- olokan) lebih baik dari w anit a ( yang m engolok- olokan) . ( Al- Huj urat : 11) .

Etika Berbeda Pendapat

1. I khlas dan m encari yang haq sert a m elepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat . Juga m enghindari sikap show ( ingin t am pil) dan m em bela diri dan nafsu.

2. Mengem balikan perkara yang diperselisihkan kepada Kit ab Al- Qur'an dan Sunnah. Karena Allah Subhaanahu w a Ta'ala t elah berfirm an yang art inya: " Dan j ika kam u berselisih pendapat t ent ang sesuat u m aka kem balikanlah ia kepada Allah ( Kit ab) dan Rasul" . ( An- Nisa: 59) .

3. Berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat denganm u dan t idak

m enuduh buruk niat nya, m encela dan m enganggapnya cacat .

4. Sebisa m ungkin berusaha unt uk t idak m em peruncing perselisihan, yait u dengan cara m enafsirkan pendapat yang keluar dari law an at au yang dinisbat kan kepadanya dengan t afsiran yang baik.

5. Berusaha sebisa m ungkin unt uk t idak m udah m enyalahkan orang lain,

kecuali sesudah penelit ian yang dalam dan difikirkan secara m at ang.

6. Berlapang dada di dalam m enerim a krit ikan yang dit uj ukan kepada anda

at au cat at an- cat at ang yang dialam at kan kepada anda.

7. Sedapat m ungkin m enghindari perm asalahan- perm asalahan khilafiyah dan

fit nah.

8. Berpegang t eguh dengan et ika berdialog dan m enghindari perdebat an,

bant ah- m em bant ah dan kasar m enghadapi lawan.

Etika Bercanda

1. Hendaknya percandaan t idak m engandung nam a Allah, ayat - ayat - Nya, Sunnah rasul- Nya at au syi` ar- syi` ar I slam . Karena Allah t elah berfir m an t ent ang orang- orang yang m em perolok- olokan shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam , yang ahli baca al- Qur` an yang art im ya: " Dan j ika kam u t anyakan kepada m ereka ( t ent ang apa yang m ereka lak ukan) , t ent ulah m ereka m enj awab: " Sesungguh- nya kam i hanyalah bersenda gurau dan berm ain- m ain saj a" . Kat akanlah: " Apakah dengan Allah, ayat - ayat - Nya dan Rasul- Nya kam u selalu berolok- olok?" . Tidak usah kam u m int a m a` af, karena kam u kafir sesudah berim an" . ( At - Taubah: 65- 66) .

2. Hendaknya percandaan it u adalah benar t idak m engandung dust a. Dan hendaknya pecanda t idak m engada- ada cerit a- cerit a khayalan supaya orang lain t ert aw a. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdust a supaya dengannya orang banyak j adi t ert aw a. Celakalah baginya dan celakalah" . ( HR. Ahm ad dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

3. Hendaknya percandaan t idak m engandung unsur m enyakit i perasaan salah seorang di ant ara m anusia. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Janganlah seorang di ant ara kam u m engam bil barang t em annya apakah it u hanya canda at au sungguh- sungguh; dan j ika ia t elah m engam bil t ongkat t em annya, m aka ia harus m engem balikannya kepadanya" . ( HR. Ahm ad dan Abu Daud; dinilai hasan oleh Al- Albani) .

4. Bercanda t idak boleh dilakukan t erhadap orang yang lebih t ua darim u, at au t erhadap orang yang t idak bisa bercanda at au t idak dapat m enerim anya, at au t erhadap perem puan yang bukan m ahram m u.

5. Hendaknya anda t idak m em perbanyak canda hingga m enj adi t abiat m u, dan

j at uhlah wibawam u dan akibat nya kam u m udah diperm ainkan oleh orang lain.

Etika Bergaul Dengan Orang Lain

1. Horm at i perasaan orang lain, t idak m encoba m enghina at au m enilai m ereka

cacat .

2. Jaga dan perhat ikanlah kondisi orang, kenalilah karakt er dan akhlaq m ereka,

lalu pergaulilah m ereka, m asing- m asing m enurut apa yang sepant asnya.

3. Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan m asing- m asing dari

m ereka diberi hak dan dihargai.

4. Perhat ikanlah m ereka, kenalilah keadaan dan kondisi m ereka, dan

t anyakanlah keadaan m ereka.

5. Bersikap t awadhu'lah kepada orang lain dan j angan m erasa lebih t inggi at au

t akabbur dan bersikap angkuh t erhadap m ereka.

6. Berm uka m anis dan senyum lah bila anda bert em u orang lain.

7. Berbicaralah kepada m ereka sesuai dengan kem am puan akal m ereka.

8. Berbaik sangkalah kepada orang lain dan j angan m em at a- m at ai m ereka.

9. Mem aafkan kekelir uan m ereka dan j angan m encari- cari kesalahan-

kesalahannya, dan t ahanlah rasa benci t erhadap m ereka.

10. Dengarkanlah pem bicaraan m ereka dan hindarilah perdebat an dan bant ah-

m em bant ah dengan m ereka.

Etika di Masjid

1. Berdo` a di saat pergi ke m asj id. Berdasarkan hadit s I bnu Abbas Radhiallaahu anhu beliau m enyebut kan: Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam apabila ia keluar ( rum ah) pergi shalat ( di m asj id) berdo` a : " Ya Allah, j adik anlah cahaya di dalam hat iku, dan cahaya pada lisanku, dan j adikanlah cahaya pada pendengaranku dan cahaya pada penglihat anku, dan j adikanlah cahaya dari belakangku, dan cahaya dari depanku, dan j adikanlah cahaya dari at asku dan cahaya dari baw ahku. Ya Allah, anugerahilah aku cahaya" . ( Mut t afaq'alaih) .

2. Berj alan m enuj u m asj id unt uk shalat dengan t enang dan khidm at . Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah bersabda: " Apabila shalat t elah diiqam at kan, m aka j anganlah kam u dat ang m enuj unya dengan berlari, t et api dat anglah kepadanya dengan berj alan dan m em perhat ikan ket enangan. Maka apa ( bagian shalat ) yang kam u dapat i ikut ilah dan yang t ert inggal sem purnakanlah. ( Mut t afaq'alaih) .

3. Berdo` a disaat m asuk dan keluar m asj id. Disunat kan bagi orang yang m asuk m asj id m endahulukan kaki kanan, kem udian bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam lalu m engucapkan: " ( Ya Allah, bukakanlah bagiku pint u- pint u rahm at - Mu) "

4. Dan bila keluar m endahulukan kaki kiri, lalu bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam kem udian m em baca do` a: " ( Ya Allah, sesungguhnya aku m em ohon bagian dari karunia- Mu) " . ( HR. Muslim ) .

5. Disunnat kan m elakukan shalat sunnah t ahiyat ul m asj id bila t elah m asuk m asj id. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila seorang di ant ara kam u m asuk m asj id hendaklah shalat dua raka` at sebelum duduk" . ( Mut t afaq alaih) .

6. Dilarang berj ual- beli dan m engum um kan barang hilang di dalam m asj id. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila kam u m elihat orang yang m enj ual at au m em beli sesuat u di dalam m asj id, m aka doakanlah " Sem oga Allah t idak m em beri keunt ungan bagim u" . Dan apabila kam u m elihat orang yang m engum um kan barang hilang, m aka do` akanlah " Sem oga Allah t idak m engem balikan barangm u yang hilang" . ( HR. At - Turm udzi dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

7. Dilarang m asuk ke m asj id bagi orang m akan baw ang put ih, baw ang m erah at au orang yang badannya berbau t idak sedap. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: " Barangsiapa yang m em akan bawang put ih, baw ang m erah at au bawang daun, m aka j angan sekali- kali m endekat ke m asj id kam i ini, karena m alaikat m erasa t erganggu dari apa yang dengan- nya m anusia t erganggu" . ( HR. Muslim ) . Dan t erm asuk j uga rokok dan bau lain yang t idak sedap yang keluar dari badan at au pakaian.

8. Dilarang keluar dari m asj id sesudah adzan. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila t ukang adzan t elah adzan, m aka j angan ada seorangpun yang keluar sebelum shalat " . ( HR. Al- Baihaqi dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

9. Tidak lew at di depan orang yang sedang shalat , dan disunnat kan bagi orang yang sholat m enaroh bat as di depannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: " Kalau sekiranya orang yang lewat di depan orang yang sedang sholat it u m enget ahui dosa perbuat annya, niscaya ia berdir i dari j arak em pat puluh it u lebih baik baginya daripada lewat di depannya" . ( Mut t afaq alaih) .

10. Tidak m enj adikan m asj id sebagai j alan. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Janganlah kam u m enj adikan m asj id sebagai j alan, kecuali ( sebagai t em pat ) unt uk berzikir dan shalat " . ( HR. At h- Thabrani, dinilai hasan oleh Al- Albani) .

11. Tidak m enyaringkan suara di dalam m asj id dan t idak m engganggu orang- orang yang sedang shalat . Term asuk perbuat an m engganggu orang shalat adalah m em biarkan Handphone anda dalam keadaan akt if di saat shalat .

12. Hendaknya w anit a t idak m em akai farfum at au berhias bila akan pergi ke m asj id. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila salah seorang di ant ara kam u ( kaum wanit a) ingin shalat di m asj id, m aka j anganlah m enyent uh farfum " . ( HR. Muslim ) .

13. Orang yang j unub, w anit a haid at au nifas t idak boleh m asuk m asj id. Allah berfirm an: " ( Dan j angan pula m engham piri m asj id) , sedang kam u dalam keadaan j unub, kecuali sekedar berlalu saj a, hingga kam u m andi" . ( an- Nisa:

43) . dan dari ` Aisyah Radhiallaahu anha m eriwayat kan bahw a Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah bersabda kepadanya: " Am bilkan buat saya kain alas dari m asj id" . Aisyah m enj aw ab: Sesungguhnya aku haid? Nabi bersabda: " Sesungguhnya haidm u bukan di t anganm u" . ( HR. Muslim ) .

Etika Membaca Al-Qur'an

1. Sebaiknya orang yang m em baca Al- Qur'an dalam keadaan sudah berwudhu,

suci pakaiannya, badannya dan t em pat nya sert a t elah bergosok gigi.

2. Hendaknya m em ilih t em pat yang t enang dan w akt unya pun pas, karena hal

t ersebut lebih dapat konsent rasi dan j iw a lebih t enang.

3. Hendaknya m em ulai t ilawah dengan t a` awwudz, kem u- dian basm alah pada set iap aw al surah selain selain surah At - Taubah. Allah Subhanahu w a Ta'ala berfirm an yang art inya: " Apabila kam u akan m em - baca al- Qur'an, m aka m em ohon perlindungan- lah kam u kepada Allah dari godaan syet an yang t erkut uk" . ( An- Nahl: 98) .

4. Hendaknya selalu m em perhat ikan hukum - hukum t aj wid dan m em bunyikan huruf sesuai dengan m akhraj nya sert a m em bacanya dengan t art il ( perlahan- lahan) . Allah berfirm an yang Subhanahu w a Ta'ala art inya: " Dan Bacalah Al- Qur'an it u dengan perlahan- lahan" . ( Al- Muzzam m il: 4) .

5. Disunnat kan m em anj angkan bacaan dan m em perindah suara di saat m em bacanya. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu pernah dit anya: Bagaim ana bacaan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam ( t erhadap Al- Qur'an? Anas m enj awab: " Bacaannya panj ang ( m ad) , kem udian Nabi m em baca " Bism illahirr ahm anirrahim " sam bil m em anj angkan Bism illahi, dan m em anj angkan bacaan ar- rahm ani dan m em anj angkan bacaan ar- rahim " . ( HR. Al- Bukhari) . Dan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam j uga bersabda: " Hiasilah suara kalian dengan Al- Qur'an" . ( HR. Abu Daud, dan dishahih- kan oleh Al- Albani) .