PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

  Jurnal EduBio Tropika, Volume 1, Nomor 2, Edisi Khusus, Desember 2013, hlm. 61-120 Azhari Guru SMA Negeri Unggul Sigli Korespondensi: azhari.jafar@yahoo.com

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

  ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mengetahui Penerapan pembelajaran berbasis masalah terha- dap peningkatan Penguasaan konsep dan keterampilan metakognitif siswa pada konsep sistem re- produksi manusia. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sigli dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian the one group pre-test and pos-test. Populasi pada pe- nelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil pada Tahun Ajaran 2012/2013 yang ber- jumlah 120 orang. Sampel diambil siswa kelas XI-B yang berjumlah 30 orang. Analisis data dila- kukan dengan uji t menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1) terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang signifikan (P>0,05) dengan nilai t hiting =17,74 > t tabel =2,045 antara sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis masalah, (2) terdapat perbedaan skor keterampilan metakognitif siswa yang signifikan (P>0,05) dengan nilai t hiting = 16,76 > t tabel =2,045 antara sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis masalah. Dapat disimpul- kan bahwa: (1) Penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan kon- sep siswa pada konsep sistem reproduksi manusia, (2) Penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa pada konsep sistem reproduksi manusia.

  Kata Kunci: pembelajaran berbasis masalah, penguasaan konsep siswa, keterampilan metakognitif siswa, konsep reproduksi manusia

  APPLICATION PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO IMPROVEMENT CONCEPTS MASTERY AND METACOGNITIVE SKILLS STUDENT ON THE CONCEPT OF HUMAN REPRODUCTIVE SYSTEM ABSTRACT: This study aims to determine the application of problem-based learning to the im- provement of concepts mastery and metacognitive skills of students to the concept of the human reproductive system. This research was conducted at SMAN 2 Sigli by using quasi-experimental research design with the one group pre-test and post-test. The population in this study were all stu- dents of class XI semester in Academic year 2012/2013, amounting to 120 students. Samples were taken of students of class XI-B, amounting to 30 people. Data analysis was performed by t-test us- ing SPSS 16.0 for Windows. The results showed that: (1) there are differences in students maste- ry of concepts significant (P > 0.05) with the value thiting = 17.74 > t table = 2.045 between before and after the problem based learning; (2) There are differences in students' metacognitive skills scores significant (P>0.05) with the value thinking = 16.76 > t table = 2.045 between before and after the pro- blem based learning. It can be concluded that: (1) The application of problem-based learning can improve students' mastery of concepts in the concept of the human reproductive system, (2) appli- cation of problem-based learning can improve students' metacognitive skills on the concept of the human reproductive system.

  Keywords: problem based learning, concept mastery students, students metacognitive skills, con- cepts of human reproduction

  PENDAHULUAN

  Sejauh ini pendidikan di Indonesia masih di to (2002) mengemukakan bahwa belum adanya dominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan se- peningkatan mutu pendidikan Education Response bagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafalkan. Alliance (ERA) ada hubungannya dengan belum Kelas masih terfokus kepada guru sebagai sumber terpecahnya masalah-masalah yang ada dalam pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan pembelajaran IPA. Menurut Sutanto (2002) terda-

  Pertama , pendidikan sains masih berorientasi ha-

  nya pada produk pengetahuan, kurang berorientasi pada proses sains. Kedua, pengajaran sains hanya mencurahkan pengetahuan, dalam hal ini fakta, konsep, dan prinsip sains lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek. Ketiga, penga- jaran sains berfokus pada menjawab pertanyaan, guru cenderung untuk menggunakan metode ta- nya-jawab, sementara jawaban yang “harus” di te- mukan adalah fakta, konsep, dan prinsip baku yang telah diajarkan guru atau tertulis dalam buku ajar. Seharusnya siswa menggali masalah sendiri dan menemukan jawaban atas masalahnya melalui pe- ngamatan atau percobaan. Akinoglu & Tandagon (2006) mengemukakan bahwa yang diharapkan dari pendidikan adalah membentuk individu-indi- vidu untuk menjadi pemecah masalah yang efektif dalam kehidupannya.

  Tujuan pembelajaran berbasis masalah yaitu: membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah (Ibrahim dan Nur 2002) Dalam mengembangkan kemampuan berpi- kir dan pemecahan masalah dibutuhkan Strategi berpikir. Menurut Quellmalz dalam Kuswara WS (2012) Kerangka kerja dari strategi berpikir dipeta- kan pada dua hal yaitu proses kognitif dan meta- kognitif.

  Peirce (2004) menekankan metakognisi ha- rus dilatih untuk menjadi keterampilan yang akan menuntun siswa untuk belajar dan menemukan pengetahuan sendiri. Siswa yang memiliki tingka- tan metakognisi tinggi akan menunjukkan kete- rampilan metakognisi yang baik, seperti merenca- nakan (planning) proses belajar, memonitor (moni-

  torring ) proses belajar, dan mengeveluasi (evalua- tion ) kognisi yang dimilikinya. Dalam melatih

  metakognisi, guru dalam hal ini sebagai fasilitator pembelajaran, hendaknya memberdayakan meta- kognisi siswa melalui strategi-strategi metakog- nitif. Strategi metakognitif terindikasi dari proses- proses berurutan yang menempatkan komponen- komponen metakognisi sebagai bagian dari moti- vasi dan arahan guru terhadap siswa dalam setiap pembelajaran. Guru melatih keterampilan siswa dalam hal perencanaan dan pemantauan aktivitas- aktivitas kognitif dan evaluasi terhadap hasil setiap aktivitas yang dilakukan.

  Metakognitif menjadi penting karena meta- kognitif adalah pengetahuan yang berasal dari pro- ses kognitif diri sendiri beserta hasil-hasilnya. Ka- rena itu, kemampuan metakognitif siswa dapat di- berdayakan melalui strategi-strategi pembelajaran kan yaitu dengan menerapkan pembelajaran berba- sis masalah.

  Butler & Winn (1995) dalam Slavin, 2000), Presley (1990), menyatakan bahwa keterampilan berpikir dengan cara pemantauan diri dan keteram- pilan belajar adalah contoh-contoh keterampilan metakognitif. Howard (2004) menyatakan kete- rampilan metakognitif diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif terma- suk pemahaman, komunikasi, perhatian (atten- tion ), ingatan (memory), dan pemecahan masalah.

  Keterampilan metakognitif dapat dilatih melalui pembelajaran berbasis masalah.

  Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sigli Kabupaten Pidie, pembelaja- ran sistem reproduksi manusia diajarkan melalui metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Penilai- an yang dilakukan guru masih berupa penilaian kognitif padahal selain kognitif guru juga dapat menilai keterampilan metakognitif siswa. Guru be- lum menerapkan pembelajaran berbasis masalah sehingga siswa hanya tahu tentang konsep sistem reproduksi pada manusia tetapi tidak memahami untuk apa sistem reproduksi manusia dipelajari dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari- hari. Penerapan pembelajaran yang masih konven- sional dan hanya menilai kognitif saja, menyebab- kan tidak terlatihnya keterampilan metakognitif siswa, padahal keterampilan metakognitif me- mungkinkan siswa berkembang sebagai siswa mandiri, karena mereka menjadi menejer atas diri- nya sendiri serta menjadi penilai atas pemikiran dan pembelajarannya sendiri. Tujuan dari peneli- tian ini adalah untuk mengetahuai peningkatan penguasaan konsep siswa dan peningkatan kete- rampilan metakognitif siswa dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah pada konsep sistem reproduksi manusia.

  METODE

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian The One Group Pre-test

  and Post-test . Perbedaan antara test awal dan test akhir diasumsikan sebagai efek dari perlakuan.

  Data tentang penguasaan konsep dan keterampilan metakognitif siswa diperoleh pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Desain Penelitian

  Kelompok Test Awal Perlakuan Tes Akhir Kelas Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sigli yang berjumlah 120 orang siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-B yang berjumlah 30 orang siswa. Sebelum kedua sampel ini ditetapkan, terlebih da- hulu dilakukan uji asumsi sebagai persyaratan pe- netapan sampel penelitian, yaitu uji homogenitas varian antar kelompok, dan setelah itu ditetapkan sebagai sampel penelitian. Analisis data dibantu dengan program SPSS 17.0 for windows dengan siginifikansi 95%.

  Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar berupa, penguasaan konsep dan keterampilan metakognitif siswa. Data tersebut dikumpulkan selama proses penelitian berlang- sung pada pembelajaran konsep sistem reproduksi manusia. Teknik pengumpulan data dalam peneli- tian ini melalui tahap berikut: 1)Tahap tes awal; 2) Tahap proses pembelajaran; dan 3) Tahap tes ak- hir. Data penguasaan konsep diperoleh dengan memberikan soal tes bentuk pilihan ganda dan keterampilan metakognitif siswa diukur dengan menggunakan lembar inventori keterampilan me- takognitif diadopsi dari assessing metacognitive

  57.0

  diterima artinya pembelajaran berbasis masa- lah dapat meningkatkan penguasaan konsep sis- wa pada sistem reproduksi manusia.

  Dari data N-Gain penguasaan konsep, da- pat dilihat peningkatan penguasaan konsep sis- wa yang dikategorikan atas tinggi, sedang dan rendah. Data dapat dilihat pada Gambar 2.

  Gambar 2 menunjukkan bahwa siswa de- ngan penguasaan konsep rendah berjumlah 2 or- ang siswa atau 6.67%. Penguasaan konsep se- dang berjumlah 21 orang siswa atau 70,00%. Se- dangkan penguasaan konsep tinggi berjumlah 7 orang atau 23,33%.

  Peningkatan penguasaan konsep yang terjadi Gambar 1. Data N-Gain Penguasaan Konsep Sis- wa SMAN 2 Sigli

  39.5

  73.6

  34.1

  10

  ditolak dan H

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80 Rata-rata R a ta -r a ta N -G a in Pe n g u a sa a n K o n se p S is w a

  a

  o

  awareness (Schraw dan Dennison, 1994).

  Nilai Tes Awal Tes Akhir Gain N-Gain Rata- rata

  Data tes awal dan tes akhir dihitung “gain” dengan cara mengurangi skor tes awal dan skor tes akhir. Data gain ternormalisasi (N-Gain) diguna- kan untuk membandingkan penguasaan konsep dan keterampilan metakognitif siswa antara sebe- lum dan sesudah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Kemampuan tersebut ditempuh dengan mengalisis skor tes awal dan tes akhir. Hasil kete- rampilan metakognitif kemudian dimasukkan ke- dalam rating skala keterampilan metakonitif yang diadaptasi dari Green, Robin (2000).

  Uji normalitas dan homogenitas dilakukan sebagai syarat untuk uji lanjut terhadap data hipo- tesis yng akan diuji. Uji normalitas menggunakan

  Kolmogorov-Smirnov Test dan uji homogenitas

  menggunakan Levene’s Test. Pada taraf sig. P.> 0,05). Pengujian hipotesis digunakan uji t dengan kategori Independent Samples t-Test pada taraf signifikan 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Penguasaan konsep

  Data N-Gain penguasaan konsep diperoleh dari selisih nilai tes awal dan nilai tes akhir ternor- malisasi yang diuji pada awal dan akhir pembelaja- ran PBM. Uji signifikansi peningkatan penguasaan konsep siswa dapat ditempuh dengan menguji rata- rata nilai gain yang ternormelisasi (N-Gain). Des- kripsi peningkatan N-Gain hasil belajar siswa konsep sistem reproduksi manusia dapat dilihat Tabel 2. Tabel 2. Deskripsi N-Gain Penguasaa Konsep

  Siswa

  39.5

  = 2,045 dan nilai signifikansi 0.000 <0.05. Hal ini menunjukan bahwa H

  73.6

  34.1

  57.0 Perbandingan perubahan nilai rerata pengua-

  saan konsep antara tes awal dan tes akhir kegiatan pembelajaran berbasis masalah juga dapat diamati pada Gambar 1.

  Berdasarkan hasil analisis dengan menggu- nakan bantuan Program SPSS 16.0, diperoleh hasil uji-t penguasaan konsep siswa sebelum pembelajaran berbasis masalah pada konsep sis- tem reproduksi manusia dan sesudah pembela- jaran berbasis masalah diperolehi nilai t

  hitung

  = 17,74 > t

  tabel

  Tes awal Tes akhir Gain N-Gain dalam penelitian ini dimungkinkan karena pem- belajaran berbasis masalah merupakan pembelaja- ran aktif yang berpusat pada siswa dengan menya- jikan suatu permasalahan, kemudian siswa diminta untuk mencari pemecahannya melalui serangkaian kegiatan dan investigasi berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajarinya. Dalam pembelaja- ran ini guru bertindak sebagai fasilisator bukan se- bagai pemberi informasi, siswa yang aktif memba- ngun konsep-konsep yang baru melalui masalah yang harus dipecahkannya. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk mengiden- tifikasi masalah, mengeksplorasi permasalah deng- an memunculkan pertanyaan-pertanyan yang dibu- tuhkan untuk menjawab masalah, kemudian siswa menentukan apa yang akan dilakukan untuk mem- peroleh informasi dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka munculkan. Dengan pembelajaran aktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Hal ini se- suai dengan pendapat Piaget (Ibrahim,2004) yang mengemukakan bahwa pengetahuan tidak dipero- leh secara pasif oleh seseorang, bahkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif me- manipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan- nya.

  Keterampilan Metakognitif Siswa

  Pretes % Postes %

  2

  1

  8

  3

  10

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80

  90 P e rs e n ta se R a ti n g S k a la K e te ra m p il a n Me ta k o g n it if S is w a

  Gambar 2. Data Rata-rata Kategori Penguasaan Konsep Siswa

  6

  7

  70

  23

  2

  21

  7

  10

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  8

  1

  Data N-Gain keterampilam metakognitif sis- wa diperoleh dari selisih nilai awal dan nilai akhir ternormalisasi yang diuji pada awal dan akhir pem- belajaran PBM. Deskripsi peningkatan N-Gain ha- sil belajar siswa konsep sistem reproduksi manu- sia dapat dilihat pada Tabel 3.

  45.1

  Berdasarkan Tabel 3. terlihat bahwa terda- pat perbedaan nilai N-Gain antara sebelum (aw- al) dan sesudah (akhir) pembelajaran PBM. Hal ini dapat diamati dari peningkatan pencapaian nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada nilai awal (37,7) dan nilai akhir (82,8). Untuk mem- perjelas perbedaan dari masing-masing peruba- han nilai, berikut disajikan pada Gambar 3.

  Gambar 3. Data N-Gain Keterampilan Metakogni- tif Siswa Hasil uji-t keterampilan metakognitif siswa sebelum pembelajaran berbasis masalah pada sis- tem reproduksi manusia dan sesudah pembelajaran berbasis masalah diperoleh nilai t

  hitung

  = 16,76 > t

  tabel = 2,045 dan nilai signifikansi 0.000 < 0.05.

  Hal ini menunjukan bahwa H ditolak dan H

  a

  diterima artinya pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa pada konsep sistem reproduksi manusia.

  Nilai keterampilan metakognitif siswa yang diperoleh, kemudian dimasukkan dalam rating ska- la keterampilan metakognitif yang diadaptasi dari Green,Robin, (2002). Rating skala keterampilan metakognitif . Dari hasil nilai awal dan nilai akhir, diperoleh data persentase rating skala keterampilan metakognitif siswa. Untuk memperjelas persenta- se rating skala keterampilan metakognitif siswa be- rikut disajikan Gambar 4.

  Gambar 4. Data Persentase Rating Skala Keteram- Tabel 3. Deskripsi N-Gain Keterampilan Meta- kognitif Siswa

  Nilai Awal Akhir Gain N-Gain Rata-rata

  37.7

  82.8

  71.6

  Tes awal Tes akhir Gain N-Gain

  3

  7 .7

  82.8

  45.1

  71.6

  10

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80

  90 Rata-rata R a ta -r a ta N -Ga in k e te ra m p il a n m e ta k o g n it if s is w a

  80 rendah sedang tinggi Pe rs e n ta se K a ta g o ri Pe n g u a sa a n K o n se p S is w a persentase jumlah siswa Dari Gambar 4. menunjukkan bahwa pada awal PBM, keterampilan metakognitif siswa ma- sih pada katagori Not yet (10%), artinya 10% siswa yang mengikuti awal PBM belum mengarah pada metakognisi. Siswa yang memperoleh kategori

  Risk (67,74%), artinya 67,74% siswa tidak mampu

  memisahkan apa yang dipikirkan dengan bagaima- na ia berpikir. Siswa yang memperoleh kategori

  Development (20%), artinya 20% siswa dapat

  dibantu menuju kesadaran berpikir sendiri jika tergugah atau didukung. Hasil pada akhir PBM menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif siswa kategori Development (10%), artinya 10% siswa dapat dibantu menuju kesadaran berpikir sendiri jika tergugah atau didukung. Siswa yang memperoleh kategari Ok (80%), artinya 80% siswa sadar akan proses berpikirnya sendiri dan dapat membedakan tahap-tahap input elaborasi dan out- put pikirannya sendiri. Terkadang mengguna-kan model ini untuk mengatur berpikir dan bela-jarnya sendiri. Siswa yang memperoleh kategori Super (3,33%), artinya 3,33% siswa mampu menggu- nakan keterampilan metakognitif secara teratur un- tuk mengatur proses berpikir dan belajarnya sendi- ri. Sadar akan banyak macam kemungkinan berpi- kir, mampu menggunakannya dengan lancar dan merefleksikan proses berpikirnya.

  Dari hasil penelitian terjadi peningkatan rata- rata nilai keterampilan metakognitif dari nilai awal 37,7 menjadi 82,8 nilai akhir dengan penerapan pembelajaran PBM. Menurut Arensd (2007), PBM merupakan suatu strategi pembelajaran dalam hal ini peserta didik mengerjakan permasalahan oten- tik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan kete- rampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

  Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diberdayakan dengan memberdayakan keterampi- lan metakognitif. Keterampilan metakognitif dapat dikembangkan malalui pembelajaran kooperatif, salah satu pembelajaran kooperatif tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pada pem- belajaran kooperatif dapat dikembangkan keteram- pilan metakognitif karena pada pembelajaran koo- peratif terjadi komunikasi, diantara anggota kelom- pok (Abdurrahman, 1999). Komunikasi diantara anggota kelompok terjadi dengan baik karena ada- nya keterampilan mental, aturan kelompok, upa- ya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan belajar yang harus dicapai atas dasar kesa- daran kelompok, diantaranya kemampuan bekerja sama dan berpikir metakognitif serta berpikir kog-

  Berdasarkan hasil rating skala keterampilan metakognitif dapat dijelaskan sebelum (awal) PBM tingkat keterampilan metakognitif siswa ma- sih pada ketegori Not yet, Risk dan Developmen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keterampilan metakognitif siswa masih rendah. Rendahnya kete- rampilan metakognitif siswa ini disebabkan siswa belum terbiasa memecahkan masalah sehingga siswa tidak dapat mandiri. Setelah (akhir) PBM tingkat keterampilan metakognitif siswa menjadi kategori Development , OK dan bahkan ada yang termasuk kategori Super. Peningkatan keterampi- lan metakonitif menunjukkan bahwa pembelajaran metakognitif sangat penting bagi siswa. Jika siswa telah memiliki metakognisi, siswa akan terampil dalam strategi metakognitif. Siswa yang terampil dalam stategi metakognitif akan lebih cepat menja- di anak mandiri.

  Keterampilan metakognitif siswa dapat ber- kembang dengan baik bila dilatih setiap saat deng- an memberikan masalah yang diselesaikan sendiri. Setiap siswa memiliki cara untuk memyelesaikan suatu masalah, tidak semua siswa yang memiliki penguasaan konsep tinggi dapat memperoleh kete- rampilan metakognitif Super, atau sebaliknya. Dari hasil penelitian menunjukkan siswa yang memili- ki penguasaan konsep tinggi, memperoleh kategori keterampilan metakognitif Ok dan tidak ada yang kategori Super. Siswa yang penguasaan konsep sedang memiliki keterampilan metakognitif Deve-

  lopment, Ok dan malah ada yng memiliki kategori Super . Siswa yang memiliki kemampuan pengua-

  saan konsep rendah, memperoleh keterampilan metakognitif Ok.

  Penerapan PBM bagi siswa SMA Negeri 2 Sigli, dapat melatih siswa untuk membuat perenca- naan strategi belajar, memonitor strategi dan pero- lehan hasil belajar, meregulasi strategi belajar dan pemikiran mereka, melakukan evaluasi dan reflek- si terhadap apa yang telah mereka dapat, juga me- latih untuk mengamati secara cermat atas masalah mereka. Semua komponen-komponen ini dapat mengarahkan sekaligus melatih dan mengembang- kan keterampilan metakognitif serta menjadi siswa yang mandiri.

  Keterampilan metakognitif siswa SMA Ne- geri 2 tercermin dari karya kooperatif kelompok kerja dalam menyusun laporan penyelidikan dan pembahasan yang diperoleh dari LKS, saat mem- presentasikan dan mendiskusikan temuan mereka di kelas, serta hasil awal dan akhir lembar invent- tori keterampilan metakognitif.

  Keterampilan metakognitif siswa dapat ber- an memberikan masalah yang diselesaikan sendiri. Setiap siswa memiliki cara untuk memyelesaikan suatu masalah, tidak semua siswa yang memiliki penguasaan konsep tinggi dapat memperoleh kete- rampilan metakognitif Super, atau sebaliknya. Dari hasil penelitian menunjukkan siswa yang memili- ki penguasaan konsep tinggi, memperoleh kategori keterampilan metakognitif Ok dan tidak ada yang kategori Super. Siswa yang penguasaan konsep se- dang memiliki keterampilan metakognitif Deve-

  lopment, Ok dan malah ada yng memiliki kategori Super . Siswa yang memiliki kemampuan pengua-

  saan konsep rendah, memperoleh keterampilan metakognitif Ok.

  Secara teoritis penguasaan konsep dapat me- ningkatkan keterampilan metekognitif siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara indivi- dual tidak semua siswa yang memiliki peningkatan penguasaan konsep akan meningkat pula keteram- pilan metakognitif. Hal ini terjadi berdasarkan ob- servasi yang dilakukan peneliti ada siswa yang memiliki kemampuan penguasaan konsep tinggi tetapi kurang dapat memecahkan masalah dan mempresentasikan hasil karena takut salah dan kurang percaya diri. Dari temuan ini menunjukkan siswa tersebut belum menjadi siswa yang mandiri dan masih terdapat interpensi guru dalam proses belajarnya. Siswa yang memiliki penguasaan kon- sep rendah mampu memecahkan masalah dan mempresentasikan hasil dengan baik, hal ini terjadi karena siswa tersebut memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran sehingga keterampilan metakognitif dapat berkem- bang dan tidak dibayang-bayangi interpensi guru. Siswa yang demikian telah memiliki strategi meta- kognitif, jadi guru melalui PBM telah mampu me- latih dan mengembangkan keterampilan serta stra- tegi metakognitif. Hal ini sejalan dengan (Holling- worth & McLouglin, 2001) mengemukakan bahwa siswa dapat belajar lebih aktif, bergairah, dan per- caya diri selama proses pembelajaran, karena pe- ngajar mampu mengembangkan strategi metakog- nitif.

  Kemampuan penguasaan konsep tidak sepe- nuhnya meningkatkan keterampilan metakognitif. Namun demikian bila dibandingkan antara peng- uasaan konsep pada saat tes awal dan tes akhir ser- ta keterampilan metakognitif awal dan akhir PBM terjadi peningkatan nilai rata-rata penguasaan kon- sep dan keterampilan metakognitif. Hal ini menun- jukkan bahwa penerapan PBM dapat meningkat- kan penguasaan konsep dan keterampilan meta- kognitif siswa.

  SIMPULAN

  Kesimpulan dari penelitian ini adalah pene- rapan pembelajaran berbasis masalah PBM dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada kon- sep sistem reproduksi manusia di SMA Negeri 2 Sigli serta penerapan pembelajaran berbasis masa- lah (PBM) dapat meningkatkan keterampilan me- takognitif siswa pada konsep sistem reproduksi manusia di SMA Negeri 2 Sigli.

DAFTAR RUJUKAN

  Science Education on Students Academic Achievent, Attitude and Concept Learning.

  Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education , 2007, 3(1), 71-81.

  Tersedia (On line) : Http://www.ejmdte.com. (05 januari 2013). Depdiknas. (2003 c). Kurukulum 2004 Standar

  Kompetensi Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakar- Community College. (Online), Diakses, 5 Desember 2012. Pressley, M., 1990. Metacognition in Literacy Learning: Then, Now, and in the Future.

  Abdurrahman, M., 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar . Jakarta: Rineka Cipta. Arends, R. I., 2007. Learning to Teach (Seventh Edition). New York: McGraw Hill Co.Inc. Akinoglu, O., & Tandagon, R. O., 2006. The Ef- fects of Problem-Based Active Learning in

  Kesadaran dan Keterampilan Metakognisi Mahasiswa Jurusan Biologi Melalui Penera-

  line) http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/ 2.%20Muhammad%20Danial%20UNM.pdf. Diakses 12 November 2012. Hollingworth, R. W. & McLoughlin, C., 2001. De- veloping Science Students Metacognitive

  Problem Solving Skills. Australian Journal of Education Tecnology, 17(1):50-55. Howard, J. B., 2004. Metacognitive Inquiry. Scho- ol of Education Elon University, (Online), diakses 11 November 2012. Ibrahim, M. dan Nur, M. 2002. Pembelajaran ber-

  dasarkan Masalah. Surabaya: UNESA Uni- versity Press.

  Kuswara, W.S., 2012, Taksonomi Kognitif Per-

  kembangan Ragam Berpikir . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Peirce, W., 2004. Metacognition: Study Strategies,

  Monitoring, and Motivation . A Greatly Ex-

  panded Text Version of a workshop Presen-

  ta: Departemen Pendidikan Nasional. Daniel, M., (tanpa tahun): Menumbuhkembangkan

  Michigan State University, (Online), (http:// www.msularc.org/IsraelBlockChapter.pdf, (diakses 13 Mei 2013). Schraw, G. & Dennison, R. S., 1994. Assessing

  Metacognitive Awareness. Contemporary Educational Psycology 19 no 4. 460-475.

  Slavin, R. E., 1994. Education Psychology Theory

  and Practical . Massachusetts: Allyn and Bacon.

  Susanto, P., 2002. Keterampilan Dasar Mengajar

  IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: juru-

  san Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.