Laporan Praktikum Penyuluhan dan Komunik

1

BAB I
PENDAHULUAN
Sektor peternakan memiliki prospek yang baik di negara Indonesia seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk yang disertai munculnya kesadaran akan
produk-produk dari bidang peternakan. Akan tetapi pembangunan di sektor
peternakan khususnya di daerah perdesaan masih kurang atau bahkan belum maju
dan berkembang seiring dengan kemajuan informasi dan teknologi, sehingga hasil
yang diperoleh dari bidang ini belum mencapai optimal. Program penyuluhan
terhadap para peternak perlu dilakukan agar tercapai pembangunan di sektor
peternakan. Keberhasilan program penyuluhan tidak terlepas dari peranan
peternak itu sendiri sebagai subyek pembangunan. Program penyuluhan
dilaksanakan untuk mengubah perilaku peternak supaya mampu dan mau
mengelola peternakannya dengan baik dan diharapkan timbulnya kesadaran
peternak sehingga ikut memajukan bidang peternakan serta meningkatkan
produktivitas.
Tujuan praktikum penyuluhan ini adalah untuk mengetahui masalahmasalah yang dihadapi oleh peternak dalam hal pembibitan sehingga produktifitas
akan meningkat serta memberikan solusi yang efektif dan efisien. Manfaat yang
diperoleh dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat merencanakan program
penyuluhan, menentukan metode penyuluhan dan mengetahui cara-cara

penyuluhan yang baik sehingga peternak mampu menerapkannya.

2

BAB II
KEADAAN UMUM
2.1.

Kondisi Wilayah
Desa Dengkek Sari merupakan salah satu desa di Kecamatan Tembalang,

Kota Semarang. Kecamatan Tembalang merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan tanah antara 30% - 75%, memiliki luas wilayah sekitar 3.871,765 Ha
dan ketinggian tempat 200 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Tembalang
terbagi dalam 12 kelurahan yaitu Kelurahan Tembalang, Kramas, Bulusan, Jangli,
Tandang, Sendangguwo, Rowosari, Mangunharjo dan Meteseh.
Data

statistik


menyebutkan

bahwa

jumlah

penduduk

Kelurahan

Tembalang sebanyak ±5.470 jiwa, 1.276 kepala keluarga, jumlah penduduk lakilaki ±2.889 jiwa dan perempuan ±2.581 jiwa dengan luas wilayah sekitar 392,26
Ha dengan 37 RT dan 8 RW. Akan tetapi, data tersebut masih kurang valid
mengingat sebagian besar penduduk yang tinggal di kelurahan ini adalah
mahasiswa luar kota. Wilayah Kelurahan Tembalang pada bagian utara berbatasan
dengan Kelurahan Mangunharjo, dibagian timur berbatasan dengan Kelurahan
Bulusan, dibagian selatan berbatasan dengan Kelurahan Kramas, dibagian barat
berbatasan dengan Kelurahan Ngesrep dan dibagian utara berbatasan dengan
Kelurahan Jangli. Wilayah Desa Dengkek Sari sangat strategis dan masih terdapat
banyak lahan kosong yang ditumbuhi rumput yang banyak digunakan masyarakat
sekitar sebagai hijauan pakan ternak.


3

2.2.

Keadaan Sosial Ekonomi

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No.
Tingkat Pendidikan Penduduk
Jumlah (Jiwa)
1.
Tamat Perguruan Tinggi
1.160
2.
Tamat Akademi
969
3.
Tamat SLTA
894

4.
Tamat SLTP
658
5.
Tamat SD
474
6.
Tidak Tamat SD
560
7.
Belum Tamat SD
139
8.
Tidak Sekolah
129
Jumlah
4.983
Sumber : Kantor Kelurahan Tembalang, 2014.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No.

Tingkat Pendidikan Penduduk
1.
Buruh tani
2.
Pengusaha
3.
Buruh industri
4.
Buruh bangunan
5.
Pedagang
6.
Pengangkutan
7.
Pegawai negeri
8.
Pensiunan
9.
Lain-lain (jasa)
Jumlah

Sumber: Kantor Kelurahan Tembalang, 2014.

Jumlah (Jiwa)
20
78
389
239
353
24
702
121
1.963
3.889

Secara ekonomi dan sosial budaya yang dimiliki Desa Dengkek Sari cukup
memadai dilihat dari beberapa aspek contohnya terdapat sarana pendidikan yang
tidak jauh dari Desa Dengkek Sari (TK,SD, Perguruan Tinggi), sarana komunikasi
(televisi, radio, handphone), sarana transportasi (sepeda, motor, mobil bak
terbuka), sarana kesehatan (bidan), sarana perekonomian (warung, peternakan),
sarana peribadatan (tempat ibadah) serta sarana air bersih sehingga warganya


4

tidak kesulitan mendapatkan air bersih. Tingkat kesadaran pendidikan juga sudah
tergolong baik, dapat dilihat dari sebagian besar penduduknya dapat mengenyam
pendidikan mulai dari tamatan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Keadaan
penduduk menurut mata pencaharian (bagi usia 10 tahun ke atas) paling banyak
bekerja sebagai pegawai negeri (sipil sebanyak 682 orang dan ABRI sebanyak 20
orang), jasa sebanyak 1.963 orang dan buruh industri sebanyak 389 orang.
2.3.

Kondisi Peternakan
Populasi ternak di Desa Dengkek Sari sebagian besar terdiri dari ternak

kambing. Keadaan peternakan di Desa Dengkek Sari dapat dikatakan masih
bersifat tradisional dengan pola pemeliharaan yang masih sederhana. Ternak yang
dimiliki hanya dipelihara dan dikelola berdasarkan pengetahuan peternak
sehingga produksi yang diharapkan belum mencapai maksimal. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah kepemilikan ternak yang masih sedikit, pengelolaan harian
seperti sanitasi dan pemberian pakan yang belum dilaksanakan secara optimal.

Pakan yang diberikan berupa rumput yang diambil dari pekarangan sekitar, jika
ketersediaannya pada musim kemarau tidak mencukupi maka peternak membeli
hijauan. Kandang yang dibangun untuk tempat tinggal ternak hampir keseluruhan
dibangun dekat atau satu lokasi dengan rumah tempat tinggal peternak, kandang
dibuat terbuka dan sederhana dengan dinding kandang berupa papan/kayu,
lantainya tanah, kayu (untuk kandang panggung) dan atapnya dari genteng. Usaha
peternakan di Kelurahan Tembalang sebagian besar hanya digunakan sebagai
usaha sampingan atau hanya sebagai tabungan atau dengan kata lain ternak dapat

5

dijual sewaktu-waktu jika diperlukan. Pemasaran hasil ternak biasanya dilakukan
dengan cara peternak bertransaksi jual-beli di pasar hewan terdekat.
2.4.

Potensi Sumber Daya Alam
Peternakan yang berada di Kelurahan Tembalang Kecamatan Tembalang

kondisinya dapat dikatakan belum berkembang dengan baik jika dibandingkan
dengan potensi dan kondisi alam yang ada. Kondisi alam di Kelurahan Tembalang

dengan curah hujan yang tinggi, suhu lingkungan yang tinggi dan banyak lahan
yang digunakan untuk pemukiman penduduk maka wilayah tersebut dinilai
kurang layak untuk peternakan yang ada. Secara geografis sebenarnya Kelurahan
Tembalang memiliki potensi dalam pengembangan usaha peternakan khususnya
untuk ternak ruminansia. Hal ini dapat dilihat dengan masih adanya lahan yang
ditanami tanaman hijauan untuk menyediakan sumber pakan bagi ternak. Sumber
air bersih di desa ini juga cukup melimpah. Selain itu lokasi yang mudah
dijangkau dan sarana transportasi yang cukup memadai dapat digunakan untuk
mengembangkan usaha peternakan di Desa Dengkek Sari karena jarak kelurahan
Tembalang juga tidak terlalu jauh dari pusat Kota Semarang.

6

BAB III
RUMUSAN MASALAH
3.1.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil praktikum dari kegiatan mendatangai


tiga peternakan rakyat dengan ternak kambing yang berada di
Kelurahan Tembalang bahwa masalah yang sering dihadapi
peternak diantaranya adalah mengenai rendahnya hasil produksi
dari ternak yang dipelihra. Kurang maksimalnya hasil produksi
disebabkan

oleh

beberapa

faktor

diantaranya

masalah

pemanfaatan ternak yang kurang optimal, jadi ternak hanya
dijadikan

sebagai


tabungan dan kegiatan beternak

hanya

merupakan usaha sampingan sehingga dari segi pemeliharaan
kurang intensif. Faktor tingkat pendidikan yang rendah dilihat
dari rata-rata peternak yang berada di Kelurahan Tembalang
adalah tamatan sekolah dasar hingga sekolah menengah,
sehingga dalam beternak hanya mengandalkan pengalaman
beternak
peternak

yaitu berdasarkan pemahaman dan pengetahuan
saja,

selain

itu

peternak

kurang

mampu

dalam

memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang. Rendahnya
kesadaran peternak terhadap kesehatan ternak menyebabkan
ternak sering terserang penyakit misalnya cacingan dan kutu, hal
ini disebabkan karena sanitasi kandang yang kurang baik dan

7

tumpukan kotoran di bawah kandang yang tidak tertangani
dengan baik. Masalah yang lainnya yaitu kualitas pemeliharaan
ternak dilihat dari pemberian pakan ternak yang masih kurang
diperhatikan

secara

kuantitas

dan

kualitasnya

(kesulitan

mendapatkan pakan saat musim kemarau sehingga ternak
kekurangan pakan), kontruksi kandang yang kurang sesuai dan
letak

kandang

yang

dekat

dengan

pemukiman,

teknik

perkawinan ternak secara alami dan belum terstruktur sehingga
interval kelahiran anak tidak tetap dan interal kelahiran menjadi
lebih lama. Dari masalah-masalah yang dihadapi seperti diatas
dapat

menyebabkan

produksi

ternak

kurang

optimal

dan

keuntungan peternak menjadi kurang maksimal.
3.2. Penetapan Masalah
Berdasarkan identifkasi masalah diatas dapat ditetapkan
masalah yaitu mengenai rendahnya produksi yang dihasilkan
dari ternak yang dipelihara. Kurang maksimalnya hasil produksi
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pemanfaatan
ternak yang kurang optimal, faktor pendidikan dan kurang
mengembangkan

informasi

dan

teknologi,

kurang

adanya

penyuluhan, rendahnya kesadaran peternak terhadap kesehatan
ternak dan kualitas pemeliharaan dan pengelolaan ternak yang
kurang optimal.

8

9

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1. Materi Penyuluhan
Materi yang diberikan oleh penyuluh untuk peternak adalah sesuai dengan
masalah yang ada di lapangan. Mengidentifikasi masalah yang dikeluhkan oleh
peternak dan sebagai penyuluh juga harus memiliki kemampuan penguasaan
materi, cara penyampaian materi dan pemberian motivasi agar peternak merubah
pola pemikirannya menjadi lebih maju

(Yunasaf dan Tasripin, 2011).

Berdasarkan hasil kunjungan di beberapa peternakan rakyat di Desa Dengkek Sari
Kelurahan Tembalang didapatkan beberapa masalah yang berpengaruh terhadap
hasil produksi dari ternak yang dipelihara. Materi yang digunakan oleh penyuluh
yaitu dengan memberi beberapa masukan supaya ternak tidak hanya dipelihara
sebagai usaha sampingan sehingga hasilnya dapat meningkat dan diperoleh
keuntungan yang lebih, memberikan penyuluhan tentang pentingnya sanitasi
sebagai usaha untuk pencegahan penyakit pada ternak, memberikan informasi
bagaimana cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak serta cara
membangun kandang yang baik, cara untuk memilih induk yang berkualitas
dalam arti mampu melahirkan anak tiap tahun, memilih induk yang memiliki
naluri keibuan yang baik dan kemampuan menyusui baik sehingga dapat
mencapai bobot sapih sesuai standar, karena anak yang dihasilkan selalu jantan
dan kemudian dijual tidak ada anak betina yang dihasilkan sebagai pengganti
induk maka peternak harus mengetahui indukan yang kualitasnya baik. Pemberian

10

penyuluhan dengan metode dan media yang tepat agar peternak lebih mudah
menyerap inovasi. Menurut Sadono (2009) materi yang diberikan pada peternak
harus dapat menarik perhatian peternak dan dapat merangsang untuk didiskusikan
sehingga dapat

menimbulkan

keinginan

peternak untuk merubah pola

pemikirannya menjadi lebih baik.
4.2. Aspek Permasalahan
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, ditemukan beberapa
masalah terkait dengan bibit salah satunya adalah peternak belum dapat
menentukan kriteria bibit yang baik dan hanya memilih bibit berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman peternak sehingga produksi anak dari induk
kambing masih dikatakan rendah. Bibit yang baik harus memenuhi standar
Persyaratan Teknis Minimal (PTM), meliputi syarat umum dan syarat khusus.
Syarat umumnya adalah sehat dan tidak cacat tubuh sedangkan syarat khususnya
terdiri atas kualitatif dan kuantitatif. Tintondp (2011) menyatakan bahwa ciri- ciri
bibit yang baik untuk indukan maupun pejantan yaitu memiliki bentuk tubuh
bagus, bobot tubuh normal, mata cerah, bulu mengkilap, tampak sehat. Indukan
memiliki ambing yang besar tetapi proporsional dan pejantan memiliki tubuh
besar , kaki lurus dan kuat, buah zakar normal dan memiliki libido yang tinggi.
Menurut Susilorini et al. (2011) pemberian pakan dan tata laksana yang baik
memberikan pertumbuhan yang baik sehingga usaha pembibitan dapat berjalan
dengan baik, kambing cepat beranak dan anaknya cepat besar.

11

4.3. Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan dibedakan menjadi tiga yaitu berdasarkan jumlah
sasaran

yang

dapat

dicapai

meliputi

metode

berdasarkan

pendekatan

perseorangan. Dalam metode pendekatan perseorangan penyuluh berhubungan
dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara
perorangan. Metode kedua berdasarkan pendekatan kelompok, dalam pendekatan
kelompok

penyuluh

berhubungan

dengan

sekelompok

orang

untuk

menyampaikan pesannya sehingga sangat efektif. Menurut Rasyid (2012) metode
pendekatan kelompok sangat efektif dibandingkan dari metode lainnya karena
peternak dibimbing dan diarahkan secara berkelompok untuk melakukan sesuatu
kegiatan yang lebih produktivitas atas dasar kerja. Metode pendekatan kelompok
terdapat berbagai manfaat yang dapat diambil di samping dari transfer teknologi
informasi juga terjadi pertukaran pengalaman dan pendapat antar sasaran
penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan dengan penyuluh. Selain dapat
menambah pengetahuan atau wawasan bagi peternak diskusi kelompok ini juga
dapat merubah perilaku peternak. Ketiga adalah metode berdasarkan pendekatan
massal. Menurut Suriatna (1987) metode pendekatan massal dapat menjangkau
sasaran yang lebih luas. Kekurangan dari metode pendekatan massal yaitu apabila
ada informasi yang salah dari anggota kelompok tidak dikoreksi dan terdapat
peternak yang berbicara berlebihan serta mendominasi diskusi.

12

4.4. Media Penyuluhan
Media yang digunakan dalam menyampaikan penyuluhan adalah folder
kemudian menyampaikan materi dan pemberian motivasi agar peternak merubah
pola pemikirannya menjadi lebih maju. Media folder adalah jenis media hubungan
masyarakat dalam bentuk cetakan atau disebut juga “printed material” yang
bersifat mendidik, informatif dan biasanya digunakan untuk memberikan
informasi, memiliki sifat yang lebih praktis, efisien, dan dapat menghemat biaya,
mudah dibawa dan dapat dibaca berkali - kali. Menurut Mardiningsih (2009)
media folder dapat digunakan oleh berbagai golongan masyarakat, semua
tingkatan umur, tingkatan pendidikan, semua jenis profesi, laki – laki maupun
perempuan, cara penyajian lebih fleksibel dapat dikirim lewat pos atau dibagikan
pada khalayak. Folder berbahasa daerah dapat meningkatkan pengetahuan
peternak Menurut Kusmiati (2007) kelebihan folder yaitu selain biaya
pembuatannya murah, folder berisikan materi yang disampaikan sehingga sasaran
lebih mudah mempelajari kembali materi yang disampaikan. Materi penyuluhan
perlu disampaikan dengan pelan - pelan agar tidak menyinggung perasaan
peternak dan dalam penyampaianya juga harus dengan kata - kata yang mudah
dipahami agar maksud yang baik dapat diterima oleh peternak. Media penyuluhan
yang tepat disertai penyampaian dengan komunikasi yang baik sangat
berpengaruh dalam suksesnya penyuluhan di lapangan. Dengan pendekatan,
peternak diajak untuk mengevaluasi apa yang seharusnya dilakukan agar
peternakan yang dimilikinya agar lebih maju. Menurut Siti (2010) media adalah

13

komponen utama yang penting untuk diperhatikan. Media yang akan digunakan
dalam model komunikasi tersebut dipilih berdasarkan pada strategi komunikasi
yang dimiliki untuk mendapatkan perubahan perilaku yang diinginkan secara
optimal.
4.5. Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau
menyimpang dari program yang telah ditetapkan. Pada program
penyuluhan tentang ternak kambing di Kelurahan Tembalang,
evaluasi program dilakukan 3 bulan setelah penyuluhan tersebut
dilakukan. Evaluasi ini meliputi bagaimana mereka mampu
menerapkan informasi yang diberikan, apakah dengan informasi
yang diberikan terjadi adanya perubahan yang lebih baik atau
sebaliknya.
4.5.1. Solusi
Solusi yang diberikan berdasarkan permasalahan yang dihadapi peternak
adalah dengan memberikan informasi kepada peternak terkait dengan cara
pemilihan bibit yang baik, pengetahuan mengenai reproduksi kambing, cara
penanganan induk dan anak, perbaikan pemeliharaan seperti pemenuhan
kebutuhan pakan serta sistem sanitasi yang baik. Setiawan (2005) menyatakan
bahwa solusi dalam penyuluhan dapat memperbaiki kegiatan penyuluhan. Setiana

14

(2005) menyatakan bahwa sebuah solusi untuk masalah biasanya didapat dari
evaluasi beberapa kemungkinan solusi.

15

4.5.1.

Pretest

Sebelum melakukan penyuluhan, responden diberikan
kuesioner (pretest) terlebih dahulu. Pretest merupakan beberapa
pertanyaan yang dilontarkan penyuluh kepada responden yang
akan

diberikan

materi

sebelum

penyuluh

tersebut

menyampaikan materinya. Pretest bertujuan untuk mengetahui
wawasan responden yang akan diberi materi terhadap materi
yang akan disampaikan penyuluh. Menurut Zulfkri (2009)
pretest bertujuan untuk mengetahui wawasan responden yang
akan diberikan materi mengenai materi yang akan diberikan.
Pretest dilakukan untuk mengetahui pengetahuan responden
tentang materi, sebelum materi tersebut diberikan (Mardiningsih,
2009). Berikut beberapa contoh pretest :
1. Bagaimana kriteria bibit kambing unggul menurut anda?
2.

Langkah apa yang anda lakukan untuk menunjang produktivitas ternak
kambing?

3.

Apa yang anda ketahui mengenai sistem perkawinan/reproduksi ternak
kambing?

4.5.2.

Postest

Setelah penyuluhan dilakukan, responden diberi kuesioner
untuk

yang

kedua

kalinya

(postest).

Postest

merupakan

16

beberapa

pertanyaan

responden

sesudah

yang

dilontarkan

penyuluh

penyuluh

tersebut

kepada

menyampaikan

materinya. Postest bertujuan untuk mengetahui peningkatan
wawasan responden setelah diberikan materi. Mardiningsih
(2009) menyatakan bahwa postes dilakukan untuk mengetahui
peningkatan pengetahuan setelah responden diberi materi.
Menurut Zulfkri (2009) postest bertujuan untuk mengetahui
pemahaman materi penyuluhan setelah responden mendapat
materi dari penyuluh. Berikut beberapa contoh postest:
1. Bagaimana kriteria bibit kambing unggul menurut anda?
2.

Langkah apa yang anda lakukan untuk menunjang produktivitas ternak
kambing?

3.

Apa yang anda ketahui mengenai sistem perkawinan/reproduksi ternak
kambing?

17

BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan observasi dan wawancara di beberapa peternakan rakyat
di Desa Dengkek Sari Kelurahan Tembalang dapat disimpulkan bahwa keadaan
peternakan di wilayah ini masih bersifat tradisional dengan pola pemeliharaan
yang masih sederhana. Masalah yang dihadapi peternak yaitu mengenai
rendahnya hasil produksi dari ternak yang dipelihara salah satu faktornya adalah
peternak masih belum dapat menentukan kriteria bibit kambing yang unggul.
Media penyuluhan yang digunakan adalah folder. Pelaksanaan penyuluhan
diharapkan agar para peternak dapat lebih menyerap informasi dan inovasi,
sehingga para peternak dapat menerapkan pada usaha ternaknya dan dapat
meningkatkan produktivitas ternaknya ditinjau dari segi peningkatan kualitas dan
kuantitas. Penyuluhan diharapkan dapat menyampaikan pesan bahwa menjadikan
usaha ternak sebagai usaha pokok yang dapat dikembangkan.

18

DAFTAR PUSTAKA
Kusmiati, I., U. Subekti dan W. Windari. 2007. Adopsi Petani Ternak terhadap
Pelaksanaan Inseminasi Buatan pada Kambing Kacang di Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Magelang.
Mardiningsih, D. 2009. Efektivitas Media Cetak dalam Usaha Meningkatkan
Pengetahuan Peternak Ayam Buras tentang Flu Burung. Seminar Nasional
Kebangkitan Peternakan. Semarang.

Rasyid, A. 2012. Metode komunikasi penyuluhan pada petani sawah. Jurnal Ilmu
Komunikasi 1 (1) : 1-55

Sadono, D. 2009. Perkembangan pola komunikasi dalam penyuluhan pertanian di
Indonesia. Jurnal Komunikasi Pembangunan. Jurusan Komunikasi
Pembangunan, Institut Pertanian Bogor. 2 (7) : 45-56

Siti, A. 2010. Strategi Komunikasi Pembinaan Pembudidayaan Kambing Boer
untuk Meningkatkan Taraf Ekonomi Masyarakat di Desa Wonosari,
Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Program
Studi Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya,
Malang. (7) : 1-128

Suriatna, S. 1987. Metode Penyuluh Pertanian. PT. Mediatama, Jakarta.

Susilorini, T. E., M. E. Sawitri dan Muharlien. 2011. Budidaya 22 Ternak
Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Titondp. 2011. 19 Peluang Bisnis Peternakan. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Yunasaf, U. dan D. S. Tasripin. 2011. Peran penyuluh dalam proses pembelajaran
peternakan sapi perah di KSU Tandangsari Sumedang ( role of extention
agents in dairy smallholder farmer leaning process at KSU Tandangsari
Sumedang. Jurnal Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan Universitas
Padjajaran, Bandung. 2 (11) : 98-103

19

Zulfikri. 2009. Apa itu Pretest dan Postest?. http://fikrinatuna.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 18 Desember 2014 pukul 22.37 WIB.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Responden
Peternak ke 1
Nama

: Bapak Sapin

Pendidikan

: Sekolah dasar

Jumlah ternak

: 60 ekor (dengan jumlah induk wal 5 ekor)

Lama beternak

: Dari kecil, meneruskan memelihara ternak milik orang tua

Kebutuhan

: Usaha sampingan, dijual sesuai kebutuhan

Masalah

: Pengelolaan dan pemeliharaan kurang optimal, sanitasi
belum optimal, anak yang dilahirkan kebanyakan berjenis
kelamin jantan, perkandangan.

Peternak ke 2
Nama

: Bapak Pandi

Pendidikan

: Sekolah dasar

Jumlah ternak

: 9 ekor (dengan jumlah induk awal 3 ekor)

Lama beternak

: Sejak 1999 hingga sekarang

Kebutuhan

: Sebagai usaha untuk mencukupi kebutuhan

Masalah

: Persediaan pakan saat musim kemarau, penanganan
penyakit yang kurang optimal

Peternak ke 3
Nama

: Ibu Rukita dan Bapak Ngadi

Pendidikan

: Sekolah menengah

20

Jumlah ternak

: 14 ekor (7 ekor induk dan 7 ekor anak)

Lama beternak

: Sejak 1999 hingga sekarang

Kebutuhan

: Usaha sampingan, dijual bila dibutuhkan

Masalah

: Pengelolaan dan pemeliharaan yang kurang optimal,
perkandangan, sanitasi

Lampiran 2. Kuisioner
A. KEADAAN UMUM
1. Lokasi Peternakan
-

Alamat
Kemudahan dijangkau
Curah hujan
Suhu
Kelembaban
Jarak dengan pemukiman penduduk
Jarak dengan tempat pembelian bakalan
Jarak dengan tempat pembelian pakan
Jarak dengan tempat pemasaran
Luas Perusahaan

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

2. Kondisi Sosial Ekonomi Peternakan
a. Nama perusahaan
:
b. Nama pemilik
:
c. Alamat peternakan
:
d. Latar belakang pendirian usaha
:
e. Jenis usaha
:
f. Sistem pemeliharaan
:
g. Pemasaran
:
h. Hasil samping usaha
:
i. Pengaruh keberadaan peternakan bagi masyarakat sekitar :
j. Perizinan perusahaan
:
k. Modal Awal
:
l. Jenis modal (pribadi/pinjaman)
:
m. Bunga kredit (jangka pinjaman)
:
B. KEADAAN USAHA PETERNAKAN

21

1. Pengadaan Bakalan/ Bibit
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Jenis
Asal
Populasi
Harga bakalan
Cara penanganan
Seleksi bakalan
Jenis kelamin
Umur bakalan
Ciri bakalan sehat

:
:
:
:
:
:
:
:
:

2. Pengadaan Pakan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Jenis pakan dan komposisi :
Asal pakan
:
Pola penyajian pakan
:
Kebutuhan pakan/hari
:
Pakan tambahan
:
Kebutuhan minum/hari
:
Vitamin yang diberikan :
Harga pakan
:
Harga vitamin
:

3. Sanitasi dan Kesehatan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Program penanganan limbah
Jenis limbah
Pemasaran limbah
Harga jual
Program vaksinasi
Vaksin yang diberikan
Harga vaksin
Harga obat-obatan
Sanitasi yg dilakukan

:
:
:
:
:
:
:
:
:

4. Perkandangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Jumlah kandang
Tipe kandang
Lantai kandang
Dinding kandang
Atap kandang
Ukuran kandang
Kapasitas kandang
Bahan kandang

:
:
:
:
:
:
:
:

22

i. Jenis kandang
j. Peralatan kandang
k. Bangunan kandang
l. Luas area peternakan
m. Luas bangunan
n. Modal pembuatan kandang

:
:
:
:
:
:

5. Penerimaandan Kontinyuitas Produksi
a.
b.
c.
d.
e.

Harga jual kambing
:
Pola pemasaran
:
Berat kambing yang dijual
:
Penjualan kambing dalam jumlah besar sekaligus atau tidak
Penjualan tergantung permintaan atau tidak

:
:

23

Lampiran 3. Media Penyuluhan

24

Lampiran 4. Dokumentasi

25

Lampiran 5. Data Sekunder

26