Kerajaan Malaka dan penyebaran islam.doc

Kerajaan Malaka dan penyebaran islam

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Sejarah Asia Tenggara

Disusun oleh:
Eko Wahyu Rahman Diansyah
NIM 13030113140046

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Malaka/Kesultanan Malaka adalah kerajaan islam kedua di Asia Tenggara .
Kesultanan ini berdiri pada awal abad ke- 15 M. Kerajaan ini cepat berkembang, bahkan
dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudera

Pasai yang kalah bersaing. Sejauh menyangkut penyebaran Islam di Tanah Melayu,
peranan Kesultanan Malaka sama sekali tidak dapat dikesampingkan dalam proses
islamisasi, karena konversi Melayu terjadi terutama selama periode Kesultanan Malaka
pada abad ke- 15 M. Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 13801403 M.
Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia
masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di
Sumatera yang runtuh akibat diserang Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, di situ
terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah
lebih kurang tiga puluh keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang
yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi, karena itu, mereka berhasil
mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk asli tersebut, rombongan
pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota
tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk
asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu,
pisang, dan rempah-rempah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal berdirinya Kesultanan Malaka pada tahun 1402 ?
2. Bagaimana politik dan kepemerintahan yang dilakukan oleh Kesultanan Malaka?
3. Bagaimana eksisitensi Kesultanan Malaka dalam menyebarkan Islam ke Nusantara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui awal berdirinya Kesultanan Malaka.
2. Untuk mengetahui politik pemerintahan yang dilakukan oleh Kesultanan Malaka
dalam menjalankan kepemerintahannya.
3. Untuk mengetahui eksistensi Kesultanan Malaka dalam menyebarkan islam ke
Nusantara.
4. Untuk mengetahui kehidupan sosial ,ekonomi, dan budaya nya
5

Untuk mengetahui runtuhnya kesultanan Malaka

E. Metode
Heuristik, yaitu kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber sesuai dengan
permasalahan sejarah yang sedang diteliti Adapun metode yang dilakukan adalah
dengan mengumpulkan buku-buku sumber yang berkaitan membahas kerajaan
/Kesultanan Malaka, kemudian mencari informasi dari media cetak maupun media
elektronik koran, internet dll.1

1


Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta :

Universitas Indonesia Press, 1983), hlm. 19

BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Pendirian Kesultanan Malaka
Kerajaan Malaka di pantai barat semenanjung malaka merupakan sebuah kota pelabuhan besar
yang letaknya menghadap ke laut. Posisi seperti ini juga dimiliki oleh kerajaan kerajaan Maritim
yang lain seperti Banten, Batavia, Gresik, Makasar, Ternate, dan lain lain.Wilayah pusat
kerajaan dikelilingi benteng dan di lintasi oleh atau berdekatan dengan sungai yang
menyediakan

air

untuk

keperluan

sehari-hari


penduduknya. 2

Pada

masa

kejayaannya, Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di
Asia Tenggara. Perkembangan Kerajaan Malaka di berbagai bidang dikarenakan oleh
posisi dan letaknya yang strategis dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan pada masa
itu.
Letak Kerajaan MALAKA

semenanjung malaka3

2

A. M. Djulianti Suroyo, dkk. Sejarah Maritim Indonesia 1, hlm. 63

3


Sumber : http://www.nafiun.com

Pembentukan

kerajaan Malaka diduga ada kaitannya dengan perang saudara di

Majapahit setelah Hayam Wuruk (1360-89 M) meninggal dunia. Sewaktu perang
saudara tersebut, Parameswara, Putra raja Sriwijaya Palembang turut terlibat karena ia
menikah dengan salah seorang putri Majapahit.4 Parameswara kalah dalam perang
melawan kerajaan majapahit tersebut dan melarikan diri ke Tumasik (sekarang
Singapura) yang berada di bawah pemerintahan Siam saat itu. ia membunuh penguasa
Tumasik, yang bernama Temagi dan kemudian menobatkan dirinya sebagai penguasa
baru. Persoalan ini diketahui oleh Kerajaan Siam dan memutuskan untuk menuntut
balas atas kematian Temagi. Parameswara dan pengikutnya mengundurkan diri ke Muar
dan akhirnya sampai di Malaka lalu membuka sebuah kerajaan baru di sana pada tahun
1402 M.
kedatangan islam ke Malaka terjadi tahun 1406 M, ketika Parameswara menganut
Islam dan mengganti nama menjadi Muhammad Iskandar Syah. Pengislamannya diikuti
oleh pembesar-pembesar istana dan rakyat jelata. Dengan demikian Islam mulai tersebar

di Malaka. Parameswara (Muhammad Iskandar Syah) memerintah selama 12 tahun.
Baginda mendapati Malaka sebagai sebuah kampung dan meninggalkannya sebagai
sebuah kota serta pusat perdagangan terpenting di Selat Malaka, sehingga orang-orang
Arab menggelarinya sebagai malakat (perhimpunan segala pedagang). Kitab sejarah
melayu (The Malay Annals), turun menceritakan bahwa raja Malaka, Megat Iskandar
Syah, adalah orang pertama di kesultanan itu yang memeluk agama Islam. Selanjutnya
ia memerintahkan segenap warganya baik yang berkedudukan tinggi maupun rendah
untuk menjadi Muslim.

4

D. G. E. HALL Professor Emeritus of the History of south-East Asia University of

London, hlm 208

B. Periode Pemerintahan
Raja/Sultan yang memerintah di Malaka adalah sebagai berikut:
1. Parameswara yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1402—1414)
2. Megat Iskandar Syah (1414—1424)
3. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)

4. Sri Parameswara Dewa Syah (1444—1445)
5. Sultan Mudzaffar Syah (1445—1459)
6. Sultan Mansur Syah (1459—1477)
7. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477—1488)
8. Sultan Mahmud Syah (1488—1551)5
Setelah Parameswara masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Muhammad
Iskandar Syah pada tahun 1406, dan menjadi Sultan Malaka I. Kemudian, ia kawin
dengan putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai. Pada tahun 1414 Parameswara wafat dan
digantikan putranya, Megat Iskandar Syah. Ia memerintah selama 10 tahun, dan
kemudian digantikan oleh Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian
menggantikannya adalah Raja Ibrahim (Sri Parameswara Dewa Syah) yang tidak
menganut Islam. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat
karena

terbunuh

pada

1445.


Saudara

seayahnya,

Raja

Kasim,

kemudian

menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah atau Sultan Malaka V.6
Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan ekspansi di
Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri). Di kemudian
hari secara politik, Kesultanan Malaka membangun hubungan yang baik namun hatihati dengan Jawa (Majapahit) maupun Siam.
Pada masa pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan
Mansur Syah (Sultan Malaka VI), Malaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan
menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang sama Johor, Jambi, Siak dan
kepulauan Riau-Lingga juga takluk.
5
6


http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Malaka di akses tanggal 15 mei 2017
History of south-East Asia. Hlm 208

Dengan demikian Malaka mengendalikan sepenuhnya kedua pesisir yang mengapit
Selat Malaka. Jatuhnya Siak dibawah pengaruh Malaka mengakibatkan Malaka dapat
mempengaruhi perdagangan emas di hampir seluruh semenanjung Melayu.
Mansur Syah berkuasa sampai mangkatnya pada 1477. Dia digantikan oleh putranya
Alauddin Riayat Syah. Sultan memerintah selama 11 tahun, saat dia meninggal dan
digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah.
B. Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam
Sebelum muncul dan tersebarnya Islam di Semenanjung Arabia, para pedagang Arab
telah lama mengadakan hubungan dagang di sepanjang jalan perdagangan antara Laut
Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya agama Islam semakin memberikan
dorongan pada perkembangan perniagaan Arab, sehingga jumlah kapal maupun
kegiatan perdagangan mereka di kawasan timur semakin besar.
Pada abad VIII, para pedagang Arab sudah banyak dijumpai di pelabuhan Negeri Cina.
Diceritakan, pada tahun 758 M, Kanton merupakan salah satu tempat tinggal para
pedagang Arab. Pada abad IX, di setiap pelabuhan yang terdapat di sepanjang rute
perdagangan ke Cina, hampir dapat dipastikan ditemukan sekelompok kecil pedagang

Islam. Pada abad XI, mereka juga telah tinggal di Campa dan menikah dengan
penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk Islam di tempat itu semakin banyak. Namun,
rupanya mereka belum aktif berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga penyiaran
agama Islam tidak mengalami kemajuan.7
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh
para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam
perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada
tahun 1406M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian
menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk
Islam. Salatus Salatin, juga merekam dengan baik peristiwa ini dan menceritakan
bagaimana proses konversi Islam yang dialami Sultan Iskandar Muhammad Syah, di
mana Rasulullah hadir dalam mimpinya dan mengajarkannya mengucap syahadat. 8
7
8

History of south-East Asia. Hlm 209
History of south-East Asia. hlm 208

Kedatangan seorang makhdum dari Jeddah yang bernama Syed Abdul Azis yang
diberitakan dalam mimpinya, dikisahkan keesokan harinya menjadi kenyataan.

Dari Syed inilah Sultan Iskandar Muhammad Syah dan rakyatnya mendalami Islam. Di
negara Malaka yang terkenal sebagai pusat perdagangan Internasional, para sultan turut
mendukung proses islamisasi, dengan turut meningkatkan pemahaman terhadap Islam
dan berpatisipasi dalam pengembangan Islam. Pemerintah memberikan kontribusi yang
besar dalam mensukseskan kegiatan dakwah. Sultan Malaka yang lebih dulu menganut
islam misalnya, dilukiskan oleh

Tome Pires

sebagaimana dikutip oleh A.C.

Milner sebagai orang yang telah mengajarkan pengetahuan agama Islam kepada para
raja dari negara-negara Melayu lainnya karena pengetahuannya yang luas tentang
agama islam. Selain itu, para sultan Malaka, mulai dari sultan yang pertama begitu juga
para pejabat pemerintah sangat berminat terhadap ajaran Islam. 9
Banyak di antara mereka yang berguru kepada ulama- ulama yang terkenal. Sebagai
contoh, sejarah melayu menyebutkan Sultan Muhammad Syah berguru kepada Maulana
Abdul Azis, Sultan Mansur Syah berguru kepada Kadi Yusuf dan Maulana Abu Bakar.
Sementara Sultan Mahmud Syah, Bendara Seri Maharaja, Megat Seri Rama dan Tunai
Mai Ulat Bulu berguru kepada Sadr Johan, begitu juga Sultan Ahmad yang belajar ilmu
tasawuf kepadanya.
Kaum ulama saat itu sangat dihormati dan dihargai. Kadi dan ahli fikih mempunyai
kedudukan yang sama dengan pembesar negara yang lain. Sebagai ilustrasi, Wahid
mengemukakan contoh menarik mengenai status tinggi yang dinikmati oleh para kadi
dan sarjana Muslim ini. Katanya, seorang guru agama dari Arab, bernama Makhdum
Sadr Johan, bisa menolak untuk mengajar penguasa Malaka, Sultan Mahmud Syah,
ketika yang terahir ini menandatangi ruang kelasnya dengan menunggang seekor gajah.
Hal yang sama juga terjadi pada Menteri Kepala, ketika yang terakhir ini datang ke
kelasnya sambil minum. Penguasa Malaka yang lain, Sultan Mansur Syah, dikisahkan
konon telah mencari nasihat keagamaan dari Makhdum Patajkan, sufi ‘alim yang sangat
terkenal dari Pasai.

9

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Malaka di akses tanggal 15 mei 2017

Ini semua menunjukkan betapa para ulama dihormati dan dihargai. Selain turut
mendalami ajaran islam, para sultan juga diceritakan turut meningkatkan syiar islam.
Sejarah Melayu menceritakan bahwa Ramadhan, Sultan bersama pembesar istana turut
berangkat ke mesjid melaksanakan shalat tarawih, di mana kala itu mesjid menjadi
tumpuan umat islam terutama pada bulan Ramadhan. Respon sultan dan rakyat Malaka
yang antusias terhadap kedatangan agama islam, pada gilirannya turut pula mengangkat
posisi Malaka sebagai pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkan dakwah
ke luar negeri, banyak pula orang luar yang datang ke Malaka untuk menuntut ilmu.
Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, dua ulama dari jawa yang begitu terkenal
sebelumnya, menamatkan pengajiannya di Malaka. Adalah melalui kekuasaan kerajaan
Malaka, Islamisasi kepulauan mendapat dorongan baru. Malaka menjadi salah satu
pusat kunci dari mana islam berkembang dari sepanjang pesisir ke wilayah-wilayah
seperti kepulauan Sulu di Filipina.
luasnya pengaruh, kekuatan ekonomi dan kejayaan Malaka telah memungkinkannya
sampai derajat tertentu menjadi pusat Islam pada saat itu. Kejayaan dan pengaruh
Malaka yang begitu besar ini diakui oleh Tome Pires yang ada pada awal abad ke- 16,
mencatat bahwa “Malaka begitu penting dan menguntungkan sehingga tampak bagi
saya bahwa ia tidak ada tandingannya di dunia”. Selain itu, Sejarah Melayu seperti
halnya laporan dari sumber-sumber Portugis maupun Cina, juga membicarakan dengan
penuh semangat, walaupun dengan agak berlebihan, mengenai kejayaan dan keluasan
pengarih dan kekuatan ekonomi Malaka, suatu pengaruh yang hanya dapat diimbangi
oleh kerajaan Majapahit yang berbasis di Jawa.
Malaka tidak hanya menguasai beberapa kerajaan yang telah masuk Islam seperi Aru,
Pedir, dan Lambri, tetapi juga menguasai daerah- daerah baru di Sumatera yang juga
telah masuk Islam seperti Kampar, Indragiri, Siak, Jambi, Bengkalis, dan Lingga.
Di samping itu, pada tempat di Semenanjung Malaya, daerah seperti Pahang, Pattani,
Kedah, Johor, serta daerah lain yang telah menerima Islam juga mengakui kekuasaan
kerajaan Malaka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Islam telah menjadi
unsur penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan Malaka, pusat kunci dari mana
Islam menyebar ke seluruh bagian lain di Nusantara. 10
10

History of south-East Asia. Hlm 346

Beberapa tempat menjadi pusat penyebaran dan pengajaran dan pusat pengajian Islam,
Malaka begitu peka terhadap perkembangan Islam. Langkah para sultan yang
menitikberatkan pada pelayanan terhadap alim ulama memungkinkan Islam
berkembang pesat. Sementara itu, Islam yang mempunyai dasar filosofis dan rasional
yang kuat, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Melayu. Dalam kehidupan seharihari, ajaran Islam dan nilai yang konsisten dengan Islam, menjadi sumber penuntun
hidup yang penting bagi Melayu.
Setelahnya, Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia
Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah
(1459-1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama
Islam. Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk
agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan
perkawinan antar keluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di
Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa,
secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa.
Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan
Mindanau.
C. Kehidupan Politik Malaka
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan
menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang
dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui
hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga
keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus
diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan
damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara
tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.

Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap
menjalankan politik bertetangga baik tersebut. Sebagai bukti, Sultan Mansyur Syah
(1459-1477) yang memerintah pada masa awal puncak kejayaan Kerajaan Malaka juga
menikahi seorang putri Majapahit sebagai permaisurinya. Di samping itu, hubungan
baik dengan Cina tetap dijaga dengan saling mengirim utusan. Pada tahun 1405 seorang
duta Cina Ceng Ho datang ke Malaka untuk mempertegas kembali persahabatan Cina
dengan Malaka. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan lain tidak berani menyerang
Malaka.11
Pada tahun 1411, Raja Malaka balas berkunjung ke Cina beserta istri, putra, dan
menterinya. Seluruh rombongan tersebut berjumlah 540 orang. Sesampainya di Cina,
Raja Malaka beserta rombongannya disambut secara besar-besaran. Ini merupakan
pertanda bahwa, hubungan antara kedua negeri tersebut terjalin dengan baik. Saat akan
kembali ke Malaka, Raja Muhammad Iskandar Syah mendapat hadiah dari Kaisar Cina,
antara lain ikat pinggang bertatahkan mutu manikam, kuda beserta sadel-sadelnya,
seratus ons emas dan perak, 400.000 kwan uang kertas, 2600 untai uang tembaga, 300
helai kain khasa sutra, 1000 helai sutra tulen, dan 2 helai sutra berbunga emas. Dari
hadiah-hadiah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam pandangan Cina, Malaka
adalah kerajaan besar dan diperhitungkan.
Di masa Sultan Mansur Syah, juga terjadi perkawinan antara Hang Li Po, putri
Maharaja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan Sultan Mansur Shah. Dalam prosesi
perkawinan ini, Sultan Mansur Shah mengirim Tun Perpateh Puteh dengan
serombongan pengiring ke negeri China untuk menjemput dan membawa Hang Li Po ke
Malaka. Rombonga ini tiba di Malaka pada tahun 1458 dengan 500 orang pengiring.
Dalam pengabdiannya demi kebesaran Malaka, Laksamana Hang Tuah dikenal
memiliki semboyan berikut.
1. Esa hilang dua terbilang
2. Tak Melayu hilang di bumi.
3. Tuah sakti hamba negeri.
Laksamana yang kebesaran namanya dapat disamakan dengan Gajah Mada atau
Adityawarman ini adalah tangan kanan Sultan Malaka, dan sering dikirim ke luar negeri
11

History of south-East Asia. hlm 349

mengemban tugas kerajaan. Ia menguasai bahasa Keling, Siam dan Cina. Hingga saat
ini, orang Melayu masih mengagungkan Hang Tuah, dan keberadaanya hampir menjadi
mitos. Namun demikian, Hang Tuah bukanlah seorang tokoh gaib. Dia meninggal di
Malaka dan dimakamkan di tempat asalnya, Sungai Duyung di Singkep.
E. Kehidupan Ekonomi
Sejak Kerajaan Malaka berkuasa, jalur perdagangan internasional yang melalui Selat
Malaka semakin ramai. Bersamaan dengan melemahnya kekuatan Majapahit dan
Samudera Pasai, kerajaan Malaka tidak memiliki persaingan dalam perdagangan. Tidak
adanya saingan di wilayah tersebut, mendorong kerajaan Malaka membuat aturanaturan bagi kapal yang sedang melintasi dan berlabuh di Semenanjung Malaka. Aturan
tersebut adalah diberlakukan pajak bea cukai untuk setiap barang yang datang dari
wilayah barat (luar negeri) sebesar 6% dan upeti untuk pedagang yang berasal dari
wilayah Timur (dalam negeri). Tingkat keorganisasian pelabuhan ditingkatkan dengan
membuat peraturan tentang syarat-syarat kapal yang berlabuh, kewajiban melaporkan
nama jabatan dan tanggung jawab bagi kapal-kapal yang sedang berlabuh, dan
sebagainya.12
Raja dan pejabat kerajaan turut serta dalam perdagangan dengan memiliki kapal dan
awak-awaknya. Kapal tersebut disewakan kepada pedagang yang hendak menjual
barangnya ke luar negeri. Selain peraturan-peraturan tentang perdagangan, kerajaan
Malaka memberlakukan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam perdagangan dan
diplomatik.
F. Kehidupan Sosial
Dalam pemerintahannya, raja menunjuk seorang patih untuk mengurusi kerajaan, dari
patih diteruskan kepada bawahannya yang terdiri dari bupati, tumenggung, bendahara
raja, dan seterusnya.
Masalah perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai wilayah tertentu,
urusan perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan urusan perkapalan diurus oleh
laksamana. Kekayaan para raja dan pejabat kerajaan semakin bertambah akibat dari
12

MC Ricklefs. Sejarah Asia Tenggara, Komunitas Bambu (2013) hlm 80

penarikan upeti dan usaha menyewakan kapal. Uang yang didapat dipakai untuk
membangun istana kerajaan, membuat mesjid, memperluas pelabuhan, dan digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari yang cenderung mewah.13 Gejala timbulnya kecemburuan
sosial disebabkan oleh dominasi para bangsawan dan pedagang dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal inilah yang menjadi penyebab lemahnya Kerajaan Malaka.
G. Kebudayaan Malaka
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan
yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh
kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir
dan Hikayat Hang Jebat.
Perkembangan seni sastra Indonesia pada zaman Islam pada umumnya berkembang di
daerah-daerah Malaka (Melayu) dan Pulau Jawa. Peninggalan karya sastra Islam ini
dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Hikayat
Hijayat adalah hasil karya sastra yang pada prinsipnya sama seperti dongeng, namun
hikayat bercorak Islam. Secara sederhana kita dapat membuat definisi hikayat bahwa
hikayat adalah dongeng khusus agama Islam. Contoh hikayat yang terkenal antara lain:
Hikayat Raja-raja Pasai yang menceritakan sejarah berdirinya Kerajaan Samudera Pasai,
Hikayat Kepahlawanan Hang Tuah, dan Hikayat Amir Hamzah yang menceritakan
perlawanan Amir Hamzah melawan raja kafir yang bernama Nursewan.

2. Suluk
Suluk adalah karya sastra yang berisi tentang tasawuf mengenai keesaan dan
keberadaan Allah SWT. Contoh suluk adalah Suluk Wujil karya Sunan Bonang yang
Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia III. Balai Pustaka. 2008 hlm 73
13

berisi wejangan Sunan Bonang kepada Wujil abdinya yang mencari keluhuran budi
meski tubuhnya khas. Contoh suluk berikutnya adalah Suluk Sukarsa yang
menceritakan tentang seseorang bernama Sukarsa yang sedang mencari ilmu sejati
untuk mendapatkan kesempurnaan hidup.
3. Syair
Syair adalah puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari 4 baris yang berakhir dengan
bunyi yang sama. Contoh syair yang terkenal antara lain: Syair Perahu, Syair Si Burung
Pingai, Syair Abdul Muluk dan lain-lain. Syair saat ini berkembang dan digunakan
dalam lagu-lagu populer modern yang dibawakan oleh musisi yang memiliki kepedulian
terhadap budaya Melayu. Aliran musik yang menggunakan syair antara lain dan pop
Melayu.
3. Riwayat dan Nasihat
Apakah yang dimaksud dengan riwayat? Apa pula bedanya dengan nasihat? Pada
dasarnya, kedua jenis sastra Islam tersebut memuat nilai-nilai yang sama. Riwayat dan
nasihat adalah jenis sastra Islam yang mengisahkan kehidupan para Nabi beserta
nasihat-nasihatnya. Setiap kisah nabi memiliki pelajaran hidup yang berharga untuk
diteladani oleh manusia saat ini.
Contoh riwayat adalah Kitab Manik Maya yang berisi tentang penciptaan dunia.
Contoh karya sastra Islam riwayat yang terkenal adalah Kitab Bustanussalatin karya ArRaniri. Kitab Bustanussalatin berisi tentang kisah penciptaan bumi, masalah agama dan
hukum dalam Islam, dan riwayat nabi-nabi sejak jaman Nabi Adam as hingga Nabi
Muhammad SAW. Kisah raja-raja Islam di India, Malaka, Pahang dan Aceh sering
diabadikan dalam bentuk karya sastra riwayat14

H. Kehancuran
Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut
diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Serangan
dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511. Sultan
14

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Malaka di akses tanggal 15 mei 2017

Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di sana. Pada
tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan kemudian melarikan diri
ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian. Usia Malaka ternyata cukup pendek,
hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada tahun 1512, Sultan Mahmud Syah yang
dibantu Dipati Unus menyerang Malaka, namun gagal merebut kembali wilayah ini dari
Portugis. Sejarah Melayu tidak berhenti sampai di sini. Sultan Melayu segera
memindahkan pemerintahannya ke Muara, kemudian ke Pahang, Bintan Riau, Kampar,
kemudian kembali ke Johor dan terakhir kembali ke Bintan. Begitulah, dari dahulu
bangsa Melayu ini tidak dapat dipisahkan. Kolonialisme Baratlah yang memecah belah
persatuan dan kesatuan Melayu.15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15

History of south-East Asia. Hlm 208

(1402-1511) adalah sebuah kesultanan yang didirikan oleh Parameswara, seorang putra
Melayu dari silsilah raja-raja Sriwijaya. Parameswara sendiri sebelumnya adalah Raja di
Tumasik (Singapura) yang pada tahun 1401 mengungsi ke Utara (Melaka) akibat
serangan Majapahit. Dan untuk memperkuat kerajaan barunya ia melakukan beberapa
keputusan penting diantaranya melakukan perjanjian dengan kerajaan Ming dari Cina
pada tahun 1403. Sebagai balasan upeti yang diberikan, Kekaisaran Cina menyetujui
untuk memberikan perlindungan pada kerajaan baru tersebut terutama dari serangan
Majapahit dan Siam.
Disamping itu Parameswara menikahi putri Pasai, sehingga menambah kokoh kerajaan
baik secara militer maupun ekonomi. Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho
pada 1409 menyiratkan bahwa pada saat itu Parameswara masih berkuasa, raja dan
rakyat Melaka sudah menjadi muslim. Di bawah Parameswara, Kesultanan Malaka
menjadi menjadi kerajaan yang makmur ditambah dengan kekuatan militernya yang
semakin berkembang. Adapun Panglima tertinggi yang ditunjuk adalah Panglima Tuan
Junjungan serta si kembar Panglima Bagus Karang dan Panglima Bagus Sekuning. Dan
tak ketinggalan juga jasa seorang laksamana angkatan laut yang 'berjaya' bernama Hang
Tuah yang terkenal dengan sumpahnya, "Ta' Melayu Hilang di-Dunia"
Pada tahun 1414 Parameswara wafat dan digantikan putranya, Megat Iskandar Syah. Ia
memerintah selama 10 tahun, dan kemudian digantikan oleh Muhammad Syah. Putra
Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya adalah Raja Ibrahim. Namun masa
pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara
seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar
Syah atau Sultan Malaka V.
Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan ekspansi di
Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri). Di kemudian
hari secara politik, Kesultanan Malaka membangun hubungan yang baik namun hatihati dengan Jawa (Majapahit) maupun Siam.
Pada masa pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan
Mansur Syah (Sultan Malaka VI), Malaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan
menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang sama Johor, Jambi, Siak dan
kepulauan Riau-Lingga juga takluk.

Dengan demikian Malaka mengendalikan sepenuhnya kedua pesisir yang mengapit
Selat Malaka. Jatuhnya Siak dibawah pengaruh Malaka mengakibatkan Malaka dapat
mempengaruhi perdagangan emas di hampir seluruh semenanjung Melayu. Mansur
Syah berkuasa sampai mangkatnya pada 1477. Dia digantikan oleh putranya Alauddin
Riayat Syah. Sultan memerintah selama 11 tahun, saat dia meninggal dan digantikan
oleh putranya Sultan Mahmud Syah.
Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut
diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Serangan
dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511. Sultan
Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di sana. Pada
tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan kemudian melarikan diri
ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian..

DAFTAR PUSTAKA
Marwanti Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia
III. Balai Pustaka. Edisi Pemuktakhiran. 2008.

HALL D. G. E. Professor Emeritus of the History of south-East Asia. University of
London.
Gottschalk Louis, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta :
Universitas Indonesia Press, 1983).
Djulianti Suroyo A.M, dkk. Sejarah Martim Indonesia 1, Penerbit Jeda Semarang,
Januari 2007
Ricklefs MC, Sejarah Asia Tenggara. Komunitas Bambu (2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Malaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Hang_Tuah
Gambar Letak Kerajaan Malaka sumber : http://www.nafiun.com