manajemen piutang dan persediaan terdahap

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN
SYARIAH
(MANAJEMEN PIUTANG DAN PERSEDIAAN)

Dosen: Hairiennisa Rohaya, SEI, MSI
Disusun Oleh :
Miqdam Maufur
Y.G. Pratiwi Muallimah
Mau’izhotul Hasanah
Amrina Nur Izzati
Muhamad Rifki

13423118
13423113
13423114
13423110
13423109

Program Studi Ekonomi Islam
Fakultas Ilmu Agama Islam


Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas nikmat dan karunianya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah manajemen keuangan syariah yang akan membahas tentang
manajemen piutang dan persediaan. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada suri
tauladan umat manusia yakni nabi Muhamad SWT yang mana sesosok manusia sempurna
yang telah memperjuangkan agama Islam sehingga sampai sejaya ini. Dan tak lupa kami
berterima kasih kepada dosen pengajar kami Hairiennisa Rohaya, SEI, MSI yang mana
telah membimbing kami selama materi ini berlangsung dan juga telah mempercayakan
tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat mengambil pengetahuan dan pembelajarannya.
Makalah ini dirancang dan ditulis sebagai tugas kelompok begitu pula bertujuan
agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang manajemen piutang dan
persediaan yang ada dalam sebuah perusahaan. Sehingga mahasiswa/mahasiswi dapat
mengambil kesimpulan atas apa yang kami bahas pada makalah ini dan kami pun berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya bagi mahasiswa
maupun mahasiswi jurusan Ekonomi islam


2

3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A.
B.

LATAR BELAKANG........................................................................................................ 4
RUMUSAN MASALAH..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A.
B.
C.
D.

E.
F.
G.
H.

PENGERTIAN PIUTANG................................................................................................... 5
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH INVESTASI DALAM PIUTANG........................5
PIUTANG TAK TERTAGIH............................................................................................... 6
PENILAIAN DAN PENCEGAHAN RISIKO KREDIT....................................................................7
PENGERTIAN PERSEDIAAN.............................................................................................. 8
BIAYA DALAM PERSEDIAAN............................................................................................ 9
PENGAWASAN PERSEDIAAN........................................................................................... 10
MANAJEMEN PIUTANG DAN PERSEDIAAN SYARIAH.............................................................12

BAB III PENUTUP............................................................................................15
A.
B.

KESIMPULAN............................................................................................................. 15
SARAN..................................................................................................................... 15


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu komponen terpenting internal dalam sebuah
perusahann. Didalam manajemen juga terdapat manajemen piutang dan persediaan.
Piutang dan persediaan adalah dua perkiraan aktiva lancar yang terbesar. Secara
bersama-sama kedua jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari aktiva lancar dan lebih
dari 30% total aktiva untuk semua industri manufaktur. Setiap perusahaan selalu
menginginkan penjualan barang dagangannya dibayar secara tunai. Namun, di lain
pihak penjualan secara kredit justru akan memberi peluang untuk perluasan pasar
sehingga dapat menambah laba usaha. Masalah yang sering dihadapi perusahaan ialah
penagihan piutang yang telah jatuh tempo tidak selalu dapat diselesaikan seluruhnya.
Jika keadaan ini terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal
perusahaan akan semakin kecil.
Begitupula setiap perusahaan perlu memiliki persediaan untuk menjamin

kelangsungannya. Setiap perusahaan harus mampu mempertahankan jumlah persediaan
optimum untuk menjamin kebutuhan bagi kemajuan kegiatan perusahaan, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Namun jika persediaan yang telalu banyak akan merugikan
perusahaan. Tak jauh berbeda jika persediaan yang terlalu sedikit juga akan membawa
akibat serupa karena menimbulkan gangguan terhadap operasi prusahaan. Maka
makalah ini akan mencoba menjelaskan bagaimana mengendalikan piutang dengan
membahas materi mengenai piutang dan juga persediaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian piutang dan persediaan?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah investasi dalam piutang?
3. Apa yang dimaksud dengan piutang tak tertagih dan penilaian, pencegahan risiko
kredit?
4. Apa yang dimaksud dengan biaya dalam persediaan dan pengawasan persediaan?

5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Piutang

Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang
akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua
perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya
keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara
kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi
memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang
lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau
bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi
yang dibutuhkan.
Piutang, salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan
konsumen yang berhutang pada seseorang. Suatu perusahaan, atau suatu organisasi
untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian
besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan
mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggat
waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.(wikipedia)

B. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Jumlah Investasi Dalam


Piutang
Sudah menjadi suatu kelaziman di dalam dunia usaha bahwa untuk
memperlancar perkembangan dan operasi perusahaan dengan melakukan transaksi
penjualan secara kredit. Pemberian kredit atau piutang tersebut juga untuk memenuhi
keinginan konsumen.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang adalah :
1. Volume penjualan kredit

6

Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan, maka jumlah investasi
dalam piutang juga lebih besar.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Semakin lama waktu pembayarannya, semakin besar jumlah investasi dalam
piutang. Biasanya syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dalam term
tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan
dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan
mendapatkan potongan harga sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran
selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari setelah waktu penyerahan
barang. Jadi batas waktu pembayaran adalah 30 hari.

3. Ketentuan pembatasan kredit
Pembatasan kredit dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perusahaan dapat
menentukan batas maksimal (plafon) bagi kredit yang diberikan kepada para
pelanggan (kuantitatif). Makin tinggi plafon, makin banyak dana yang di
investasikan dalam piutang. Selain itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberi
kredit juga dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang (kualitatif).
4. Kebijakan dalam penagihan piutang
Pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector),
pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan
piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko
tertunggaknya piutang lebih besar.
5. Kebiasaan pembayaran pelanggan
Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam cash discount period atau sesudahnya
akan berefek pada besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar
pelanggan membayar dalam masa discount, maka investasi dalam piutang semakin
kecil, begitu juga sebaliknya.

C. Piutang Tak Tertagih
Untuk memperbesar volume penjualan, banyak perusahaan melakukan transaksi
penjualan secara kredit disamping penjualan secara tunai. Ini akan menimbulkan

piutang bagi perusahaan yang melakukan penjualan tersebut. Biasanya pembatasan
terhadap jumlah penjualan kredit bergantung pada bonafiditas pembeli. Apabila pembeli

7

dianggap bonafid maka plafon kredit yang diberikan agak besar dengan syarat kredit
lebih ringan. Sebaliknya, bila pembeli dianggap kurang bonafid, maka plafon yang
diberikan kecil dengan syarat kredit lebih berat.
Piutang yang diberikan kepada pelanggan diharapkan dapat tertagih pada waktu
jatuh tempo. Tetapi, adakalanya piutang tidak dapat ditagih kembali. Artinya, rencana
investasi tidak dapat terealisasikan. Sebagai pedoman untuk menentukan bahwa piutang
benar-benar tidak tertagih, dapat digunakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bila failsemen pelanggan telah selesai dan tidak ada lagi bagian harta yang diterima
untuk pelunasan piutang.
2. Bila usaha pelanggan terhenti, pelanggan menghilang tanpa diketahui alamatnya
atau meninggal dunia tanpa meninggalkan harta.
3. Bila penagih dibatasi karena adanya peraturan khusus.
4. Bila saldo piutang sudah lama terbuka dan surat tagihan tidak pernah di balas.
5. Bila agen atau badan perantara inkaso tidak mampu lagi menagihnya.
Piutang yang kurang menyakinkan untuk dapat ditagih harus dicadangkan

penghapusannya, sedangkan piutang yang sudah dianggap tidak tertagih sama sekali
akan dihapuskan seluruhnya sebagai beban biaya penghapusan piutang ragu-ragu
atau membebani penghapusan piutang.

D. Penilaian dan pencegahan risiko kredit
Untuk menilai risiko kredit, pimpinan harus mempertimbangkan faktor-faktor
tertentu, perusahaan menilai resiko kredit atas dasar kriteria sebagai berikut :
1. Character
Character adalah penilaian yang menyangkut kejujuran. Informasi mengenai
integritas pelanggan sangat penting dalam proses penilaian karena setiap transaksi
kredit mengandung faktor kesanggupan untuk membayar.
2. Capacity
Hal ini berkaitan dengan kemampuan pelanggan yang ditunjukan dari sukses dalam
mengelola perusahaan. Pemberi kredit bisa mengetahuinya dengan melihat profit
record perusahaan pelanggan.
3. Capital

Capital berhubungan dengan penilaian sumber-sumber keuangan perusahaan
pelanggan yang terutama dapat ditunjukan dari neracanya.


8

4. Collateral
Collateral berhubungan dengan aktiva perusahaan pelanggan sebagai jaminan
keamanan kredit yang diberikan kepadanya.
5. Condition
Condition berhubungan dengan penilaian kemungkian untuk mengadakan
pembatasan atau ketentuan perpanjangan kredit dalam perkiraan yang dirasa
meragukan.
Pencegahan resiko kredit dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mencari informasi tentang mental/kepribadian
Untuk mendapatkan informasi ini perlu diketahui bagaimana penilaian masyarakat
terhadap pelanggan yang bersangkutan mengenai bonafiditas dan karakter
pelanggan tersebut. Jadi, penilaian diperoleh berdasarkan pandangan masyarakat
serta pengalaman yanng pernah ada.
2. Mencari informasi tentang kemampuan keuangan
Informasi kemampuan keuangan diperoleh melalui pelaporan dalam bentuk neraca,
laporan laba rugi serta laporan lainnya yang menggambarkan posisi keuangan
perusahaan dan hasil yang telah dicapai.
3. Mencari informasi tentang jalannya perusahaan
Informasi ini menyangkut posisi keuangan perusahaan pelanggan di masa
mendatang karena ada kemungkinan bahwa pada saat diberikan piutang, posisi
keuangan pelanggan menunjukan keadaan yang menguntungkan, sedangkan untuk
masa yang akan datang dapat berubah menjadi tidak menguntungkan. Jadi, perlu
diselidiki apakah posisi keuangan perusahaan sekarang ini dapat dipertahankan
untuk masa mendatang.
4. Menetapkan kebijakan setahap demi setahap
Dengan jalan ini, perusahaan akan mampu memberikan penilaian yang lebih valid
dalam mengambil keputusan untuk pemberian piutang, dihentikan, terus diberikan
tetapi dalam jumlah kecil atau malah memperbesar jumlah piutang yang diberikan
kepada pelanggan tertentu.
5. Membatasi jumlah piutang
Kesalahan dalam menentukan keempat hal diatas masih tetap mungkin terjadi
karena perusahaan kurang mampu menganalisis lebih jauh lagi. Apabila, hal tersebut

9

berhubungan dengan apa yang terjadi dimasa depan sehingga sangat sulit
diramalkan. Misalnya, suatu pelanggan diberikan piutang dengan jumlah yang kecil
dan ia mau membayar sesuai dengan janjinya. Tetapi, ketika jumlah piutang sudah
mencapai keinginannya, ia pun tak mau lagi membayar. Untuk mengurangi risiko
akibat kasus seperti ini ada baiknya tetap membatasi jumlah piutang yang diberikan
kepada pelanggan.
6. Meminta barang jaminan
Barang jaminan, baik berupa barang atau bank garantie, akan lebih menjamin
piutang yang diberikan. Namun, perlu dipertimbangkan juga karena biaya
penyimpan barang jaminan tersebut dan praktiknya tidak selalu mudah dilakukan.
7. Seleksi terhadap verkooper atau agen
Ada kalanya kemacetan penagihan piutang bukan pada pihak pelanggan akan tetapi
pada pihak perusahaan itu sendiri, umpamanya akibat penyelewengan yang
dilakukan pegawai perusahaan sehingga penagihan tidak tepat pada waktunya.

E. Pengertian Persediaan
Persediaan atau inventory adalah salah satu elemen utama dari modal kerja yang
terus menerus mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan mengalami
resiko, yaitu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan atas barang produksi.
Menurut Sofyan Assauri, merumuskan definisi persediaan sebagai berikut:
Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barangbarang yang masih dalam pekerjaan proses produksi ataupun persediaan bahan baku
yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Manajemen persediaan merupakan kegiatan menentukan tingkat dan komposisi
persediaan. Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam melindungi kelancaran
produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan
efektif dan efisien. Termasuk didalamnya pengaturan dan pengawasan atas pengadaan
bahan-bahan kebutuhan yang sesuai dengan jumlah dan waktu yang di perlukan dengan
biaya minimum.

10

Kegiatan pengawasan persediaan meliputi perencanaan persediaan, penjadwalan
pemesanan (scheduling), pengaturan penyimpanan dan lain-lain. Semua kegiatan
tersebut menjaga tersedianya persediaan yang optimum di dalam suatu perusahaan.
Dalam suatu pengawasan persediaan diperlukan penghitungan cara jumlah agar tidak
terjadi pemborosan dan waktu pemesanan. Sedangkan khusus persediaan perlu
ditentukan besar persediaan penyelamat (safety stock), yaitu jumlah minumum, atau
besar persediaan pada waktu pemesanan kembali dilakukan.

F. Biaya dalam Persediaan
Persediaan akan menimbulkan biaya-biaya yang dikeluarkan yang merupakan
bagian dari harga pokok produksi. Adapun unsur-unsur biaya yang terdapat dalam
persediaan dapat beberapa golongan yaitu:
1. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pemesanan barang
atau bahan, sejak pemesanan dilakukan hingga barang tersebut dikirim dan
diserahkan serta di inspeksi digudang. Biaya ini di luar harga barang. Termasuk ke
dalam biaya pemesanan antara lain:
a. Biaya administrasi dan penempatan pesanan ( cost of placing order)
b. Biaya pengangkutan dan bongkar muat (shipping and handling cost)
c. Biaya penerimaan dan pemeriksaan
2. Biaya penyimpanan (inventory carrying cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam penyimpanan
persediaan. Biaya ini bersifat variabel dan berhubungan dengan tingkat rata-rata
persediaan yang terdapat di gudang sehingga besar biaya tergantung dari jumlah
persediaan yang ada. Termasuk biaya penyimpanan yaitu:
a. Sewa gedung
b. Asuransi dan pajak persediaan
c. Upah dan gaji tenaga pengawas serta pelaksana gudang
d. Biaya administrasi gudang
e. Penghapusan, resiko ketinggalan zaman, kerusakan, dan penurunan nilai
harga barang

11

f. Semua biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah
persediaan.
3. Biaya akibat persediaan yang kurang (out of stock cost)
Biaya ini timbul sebagai akibat jumlah persediaan yang lebih kecil dari yang
diperlukan. Jika persediaan kurang dilakukan pemesanan lagi sehingga otomatis
juga menimbulkan biaya tambahan.
4. Biaya kapasitas gudang (capacity associated cost)
Pekerjaan digudang beaneka ragam sehingga terjadi biaya kesibukan gudang
seperti:
a. Biaya lembur
b. Biaya pemecatan dan pemberitahuan karyawan gudang,dan lain-lain

G. Pengawasan Persediaan
Langkah awal dalam mengembangkan sistem pengawasan persediaan adalah
menganalisis kemana tujuan sistem diarahkan. Karena tujuan sistem pengawasan
persediaan akan menjadi pedoman atas kebijakan persediaan.
1. Tujuan Pengawasan Persediaan:
a. Mengendalikan persediaan
Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Mengefektifkan sumber daya
Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar
atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak
terlalu besar
c. Pemesanan yang ekonomis
Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan
berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
d. Menyediakan laporan tepat waktu dan konsisten kepada manajemen
2. Cara-Cara Pemesanan
a. Order Point System
Adalah suatu sistem atau cara pemesanan yang dilakukan ketika persediaan
yang ada telah mencapai suatu titik atau tingkat tertentu. Jadi, perlu

12

ditentukan batas jumlah persediaan minimum untuk melakukan pemesanan
atau yang disebut “Reorder Point”
b. Order Cycle System
Adalah suatu sistem pemesanan bahan dengan interval waktu yang tetap,
misalnya tiap minggu atau tiap bulan.
3. Jumlah Pemesanan yang Ekonomis
Jumlah pesanan yang ekonomis (economic order quantity/EOQ) merupakan jumlah
pesanan yang memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per tahun
minimum. Penetapan jumlah pesanan yang ekonomis dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu:
a. Tabular Approach
Dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan
jumlah biaya per tahun.
b. Graphical Approach
Dilakukan dengan cara menggambarkan grafik-grafik dalam satu gambar,
dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order) per tahun dan sumbu vertikal
besarnya biaya.
c. Dengan Menggunakan Rumus
menentukan jumlah pesanan ekonomis yang menggunakan rumus-rumus
matematika yaitu:
Q=√2AS/PC
Keterangan:
A : Jumlah barang yang diperlukan dalam satu periode
P : harga barang per unit
S : biaya simpan yang dinyatakan sebagai presentase dari persediaan
rata-rata
Q : jumlah barang yang dipesan
Contoh: Suatu perusahaan memerlukan bahan mentah X sebanyak 2.000 unit per
tahun. Biaya per unit Rp. 20,00, biaya pemesanan Rp. 50,00 per pesanan, dan
biaya penyimpanan 25% dari nilai rata-rata persediaan.
Q = √2AS/PC

13

Q = √2 (2.000) (50)/20 (0,25)
Q = 200 unit per pemesanan
Pesanan ekonomis terjadi jika dilakukan pemesanan sebesar 200 unit. Artinya,
dalam 1 tahun dilakukan pemesanan sebanyak 10 kali.
4. Persediaan Penyelamat (Safety Stock)
Persediaan penyelamat ialah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi
atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Faktor-faktor yang
menentukan jumlah persediaan penyelamat adalah:
a. Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode
tertentu khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan
bahan baku pada masa sebelumnya.
b. Faktor waktu
Di dalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang
cukup lama antara saat mengadakan pesanan (order) untuk pengisian kembali
persediaan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan dapat
dimasukkan di dalam persediaan.

H. Manajemen piutang dan Persediaan Syariah
1. Piutang dalam Islam
Pada dasarnya Islam mengatur hubungan antar manusia dalam kehidupan sosial,
termasuk utang piutang. Ada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang secara langsung
menyinggung soal utang piutang. Penggalan Surat al-Baqarah ayat 283 menyebutkan:
“Hendaknya orang yang sudah dipercaya untuk berutang membayar utangutangnya.”
Ada pula Hadits yang menyebutkan:
“Barangsiapa berutang dengan maksud akan membayarnya kembali, Allah akan
membayar

atas

nama-Nya,

dan

barangsiapa

berutang

dengan

maksud

memboroskannya, maka Allah akan menghancurkan hidupnya.”
Dalam ilmu fikih Islam, kondisi dimana seseorang tidak memiliki harta disebut
iflaas. Orang yang pailit disebut muflis, sedangkan keputusan hakim yang menyatakan

14

seseorang dalam keadaan pailit disebut tafliis. Kata tafliis sering diartikan sebagai
larangan kepada seseorang bertindak atas hartanya. Larangan itu dibuat karena yang
bersangkutan terbelit utang yang lebih banyak dari hartanya. Surat al-Baqarah
menyinggung beberapa hal terkait dengan utang piutang. Pertama, dalam utang
piutang, jangan lupakan arti pentingnya dokumentasi alias pencatatan. Pencatatan
perlu dilakukan lepas dari besar kecilnya jumlah utang. Ayat 282 jelas menyebutkan:
“Hendaklah kamu menuliskannya (utang piutang) dengan benar….Dan janganlah
kamu enggan untuk menuliskannya…”
Kedua, utang piutang dikaitkan dengan riba. Islam mengharamkan riba. Dengan
dasar tersebut, menurut kami membungakan utang dan piutang usaha adalah
perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Surat al-Baqarah ayat 276 menegaskan
bahwa Allah menghapus berkah riba dan menambah berkah sedekah. Dalam al Qur’an
Surat Al Baqarah ayat 280, Allah menyatakan antara lain:
“....Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan.”

2. Persediaan dalam islam
Dalam prinsip syariah yang membedakan adalah adanya larangan penimbunan
barang (barang mentah, barang dalam proses, maupun barang jadi) dan praktik
monopoli. Dalam teorinya jika perusahaan menimbun bahan mentah, barang dalam
proses, atau barang jadi agar yang beredar di masyarakat berkurang, lalu harga naik.
Otomatis perusahaan yang menimbun barang memperoleh keuntungan besar,
sedangkan masyarakat dirugikan. Dijelaskan dalam hadits:

‫ه‬
‫ُ ِ ا‬،‫ه‬
‫ه ِ ا‬
‫ن ِ ا‬
‫ا‬
‫ل ِاالَللل ه‬
‫ه ِار ه‬
‫د ِاالَل ل ه‬
‫عب ن ه‬
‫م ن‬
‫ن ِار س‬
‫ع ن‬
‫ع ن‬
‫عن ن س‬
‫ي ِاالَل ل س‬
‫ع ا‬
‫ن ِ ا‬
‫سللوُ ه‬
‫ض ا‬
‫م ه‬
‫ر ِب ن ه‬
‫ُ ِ ا‬،‫م‬
‫قاَ ا‬
ِ .ٌ«‫ئ‬
‫حت اك هسر ِإ هلل ِ ا‬
‫ه ِ ا‬
‫خاَطه ئ‬
‫عل اي ن ه‬
‫َ ِ»ال ِي ا ن‬:‫ل‬
‫و ا‬
‫سل ل ا‬
‫صللىَّ ِالَل س‬
‫ا‬
‫ه ِ ا‬
﴾‫سهلم‬
‫م ن‬
‫ه ِ س‬
‫وا س‬
‫﴿ار ا‬

15

Dari Ma’mar bin Abdullah radiyallahu’anhu tentang Rasulullah, beliau bersabda:
“Tidaklah orang yang menimbun barang , melainkan ia berdosa karenanya” (shahih
muslim:3031)
Pada dasarnya menimbun barang dan memonopoli harga adalah gabungan,
dimana perusahaan menimbun barang dan setelah itu barang yang ditimbun dijual
kembali dengan harga tinggi atau memonopoli harga pasar. Sedangkan penjelasan
tentang monopoli yaitu tertera dalam hadits berikut:

‫ن ِ ا‬
‫ن‬
‫حدلث ااناَ ِ ا‬
‫م ا‬
‫د ِالَل ل ه‬
‫ماَ س‬
‫ب ِ ا‬
‫ق ن‬
‫عب ن س‬
‫ا‬
‫حللدلث ااناَ ِ س‬
‫م ن‬
‫ه ِب نلل س‬
‫سللل اي ن ا‬
‫سللل ا ا‬
‫ن ِ ا‬
‫عن الل ب‬
‫ة ِب نلل ه‬
‫د ِ ا‬
‫قللاَ ا‬
‫ن‬
‫ل ِ ا‬
‫سلل ه‬
‫و س‬
‫عي ب‬
‫ل ِك اللاَ ا‬
‫ن ِي ا ن‬
‫يا ن‬
‫ن ِ ا‬
‫وُ ِاب نلل س‬
‫علل ن‬
‫عهنىَّ ِاب ن ا‬
‫هلل ا‬
‫حي اللىَّ ِ ا‬
‫ن ِب هل ا ب‬
‫ا‬
‫ل ِ ا‬
‫مللررا ِ ا‬
‫سللوُ س‬
‫قللاَ ا‬
‫قللاَ ا‬
‫ل‬
‫حد د س‬
‫س ه‬
‫ث ِأ ل‬
‫م ن‬
‫ب ِي س ا‬
‫عي س‬
‫ل ِار س‬
‫م ا‬
‫ا‬
‫د ِب ن س‬
‫ع ا‬
‫ن ِ ا‬
‫ن ِالَ ن س‬
‫سي ل ه‬
‫ل‬
‫ا‬
‫حت اكار ِ ا‬
.ٌ«ِ ‫ئ‬
‫وُ ِ ا‬
‫خللاَطه ئ‬
‫الَل ه‬
‫ن ِا ن‬
‫ف س‬
‫ه ِصلىَّ ِالَله ِعليه ِوسلم ِ» ِ ا‬
‫ه ا‬
‫م ه‬
‫فإ هن ل ا‬
‫حت اك هسر ِ ا‬
‫د ِ ا‬
‫ا‬
‫قللاَ ا‬
‫قي ا‬
ِ‫ذى‬
‫سلل ه‬
‫س ه‬
‫ف ه‬
‫مللررا ِالَ للل ه‬
‫عي ب‬
‫د ِإ ه ل‬
‫م ن‬
‫عي ئ‬
‫ك ِت ا ن‬
‫ل ِ ا‬
‫ل ِلَ ه ا‬
‫ع ا‬
‫ن ِ ا‬
‫ث ِ ا‬
‫ا‬
‫ه ا‬
)‫(رواه ِمسلم‬.‫حت اك هسر‬
‫دي ا‬
‫ح دد س‬
‫ث ِ ا‬
‫ح ه‬
‫كاَ ا‬
‫كاَ ا‬
‫ن ِي ا ن‬
‫ذا ِالَ ن ا‬
‫ن ِي س ا‬

Artinya : Diceritakan dari Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab, diceritakan dari

Sulaiman bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id berkata; Sa’id bin Musayyab menceritakan
bahwa sesungguhnya Ma’mar berkata; Rasulullah saw pernah bersabda : Barang
siapa yang melakukan praktek ihtikar (monopoli) maka dia adalah seseorang yang
berdosa. Kemudian dikatakan kepada Sa’id, maka sesungguhnya kamu telah
melakukan ihtikar, Sa’id berkata; sesungguhnya Ma’mar yang meriwayatkan hadits
ini ia juga melakukan ihtikar. (HR. Muslim)

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang
akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Dan Persediaan atau inventory
adalah salah satu elemen utama dari modal kerja yang etrus menerus mengalami
perubahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah investasi dalam piutang yaitu:
Volume penjualan kredit, Syarat pembayaran penjualan kredit, Ketentuan pembatasan
kredit, Kebijakan dalam penagihan piutang, Kebiasaan pembayaran pelanggan.
Dalam memperbesar volume penjualan, banyak perusahaan melakukan transaksi
penjualan secara kredit disamping penjualan secara tunai. Ini akan menimbulkan
piutang bagi perusahaan yang melakukan penjualan tersebut. Piutang yang diberikan
kepada pelanggan diharapkan dapat tertagih pada waktu jatuh tempo. Tetapi, ada
kalanya piutang tidak dapat ditagih kembali. Dan perusahaan menilai resiko kredit atas
dasar kriteria sebagai berikut : Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition.
Dalam Pencegahan resiko kredit dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mencari informasi tentang mental/kepribadian, Mencari informasi tentang kemampuan
keuangan, Mencari informasi tentang jalannya perusahaan, Menetapkan kebijakan
setahap demi setahap, Membatasi jumlah piutang, Meminta barang jaminan dan Seleksi
terhadap verkooper atau agen.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, dari penulis berharap agar para pembaca
khususnya mahasiswa dapat memahami dan mengetahui mengenai manajemen piutang
dan persediaannya, faktor yang mempengaruhinya dan lain sebagainya.
Dalam makalah ini mungkin sangat banyak sekali kesalahan-kesalahan dari segi
penulisan ataupun hal yang lainnya. Dengan demikian kami sebagai penulis mohon
maaf dan juga kami mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa
membangun dan memotivasi kami agar membuat tulisan yang jauh lebih baik lagi

17

18

DAFTAR PUSTAKA



Abdullah, Faisal. Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Malang:UMM Press.
2001



Ahmad, Kamaruddin. Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 1997



Manullang M. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi. 2005



Zulian. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonosia. 2003



http://teratakhijau11.blogspot.com/2013/07/larangan-menimbun-danmemonopoli.html



http://ossy-strees-iseng.blogspot.com/2010/05/kepailitan-menurut-pandanganislam.html



http://www.emakalah.com/2013/01/pengawasanpersediaan.html#ixzz3Ya0mubtN



https://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/manajemen-piutang/

19