KONSEP DASAR valuasi EKONOMI 1

BAB I
Konsep Dasar Ekonomi Islam
A. Ekonomi
Kata ekonomi diambil dari bahasa Yunani kuno (Greek), artinya adalah mengatur urusan rumah
tangga.

Pemenuhan kebutuhan rumah tangga pada awalnya dulu dicukupi oleh rumah tangga

sendiri, kemudian terjadi barter (tukar menukar barang) dengan asumsi jika seseorang kelebihan
produk tertentu dan orang lain (keluarga) kelebihan jenis barang tertentu dengan jenis barang yang
berbeda.
Pertumbuhan manusia terus berkembang dengan pesat maka dibutuhkan sebuah alat yang bisa
digunakan sebagai alat tukar, maka terciptalah uang yang berfungsi sebagai alat tukar dengan
jumlah tertentu.

Dengan demikian kegiatan-kegiatan perekonomian berjalan lebih efektif dan

efisien.
Ekonomi bisa diartikan kegiatan mengatur urusan harta kekayaan serta menjamin pengadaannya,
yang kemudian dibahas dalam ilmu ekonomi, maupun berhubungan dengan tatacara (mekanisme)
pendistribusiannya, yang kemudian diabahas dalam system ekonomi.

Ekonomi adalah kegiatan mengatur urusan kekayaan, baik menyangkut kegiatan memperbanyak
jumlah kekayaan serta menjamin pengadaanya, yang kemudian dibahas dalam ilmu ekonomi,
maupun berhubungan dengan tatacara (mekanisme) pendistribusiaannya kemudian dibahas dalam
system ekonomi. (Sistem Ekonomi Islam, Hizbut Tahrir Indonesia,2005;62)
B. Asas Sistem Ekonomi
Kegunaan (utility) adalah kemampuan suatu barang untuk memuaskan kebutuhan manusia. Karena
itu, kegunaan (utility) terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Batas kesenangan yang bisa dirasakan oleh mausia ketika memperoleh barang tertentu;
2. Keistimewaan-keistimewaan yang tersimpan dalam barang itu sendiri, termasuk kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan manusia secara umum, dan bukan sekedar memenuhi kebutuhan
orang tertentu saja.
Ekonomi adalah masalah menjamin berputarnya harta diantara manusia, sehingga manusia dapat
memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba Allah yang beriman dan bertakwa sehingga
membentuk tata aturan yang dinamis dan sejalan dengan pemikiran, hati nurani serta aturan hidup
yang ditetapkan oleh syariah.
Ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari segala prilaku manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh kedamaian & kesejahteraan dunia-akhirat (falah).
Prilaku manusia disini berkaitan dengan landasan-landasan syariat sebagai rujukan berprilaku dan
kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia.
Sedang ekonomi adalah masalah menjamin berputarnya harta diantara manusia, sehingga manusia

dapat memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba Allah untuk mencapai falah di dunia dan
akherat (hereafter). Ekonomi adalah aktifitas yang kolektif.
Karena itu, masalah ekonomi yang ada sebenarnya terletak pada bagaimana memperoleh
kekayaan, bukan terletak pada bagaimana mengadakan kekayaan.

Masalah ekonomi ini muncul

karena: pandangn atau konsep tentang perolehan atau kepemilikan, jeleknya pengelolaan
kepemilikan dan buruknya distribusi kekayaan di tengah-tengah manusia. Masalah tersebut secara
mutlak tidak lahir dari hal-hal di luar itu. Karena itu, pemecahan atau solusi terhadap aspek ini yang
menjadi asas system ekonomi.
Dengan demikian untuk membangun system ekonomi berdiri atas tiga hal, yaitu;
1. Kepemilikan (property)
2. Pengelolaan kepemilikan

1

3. Distribusi kekayaan ditengah-tengah masyarakat.
Berikut ini definisi Ekonomi dalam Islam menurut para ahli :
1. S.M. Hasanuzzaman, “ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran dan

aturan-aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam pencarian dan pengeluaran sumbersumber

daya,

guna

memberikan

kepuasan

bagi

manusia

dan

memungkinkan

mereka


melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah dan masyarakat.”
2. M.A. Mannan, “ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
permasalahan ekonomi dari orang-orang yang memiliki nilai-nilai Islam.”
3. Khursid Ahmad, ilmu ekonomi Islam adalah “suatu upaya sistematis untuk mencoba memahami
permasalahan ekonomi dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan permasalahan
tersebut dari sudut pandang Islam.”
4. M.N. Siddiqi, ilmu ekonomi Islam adalah respon “para pemikir muslim terhadap tantangantantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al Qur’an dan As
Sunnah maupun akal dan pengalaman.”
5. M. Akram Khan, “ilmu ekonomi Islam bertujuan mempelajari kesejahteraan manusia (falah) yang
dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi.”
6. Louis Cantori, “ilmu ekonomi Islam tidak lain merupakan upaya untuk merumuskan ilmu ekonomi
yang berorientasi manusia dan berorientasi masyarakat yang menolak ekses individualisme
dalam ilmu ekonomi klasik.”
Pemikiran Ekonomi Para Cendekiawan Muslim pada Masa Klasik dan Pertengahan Islam
Dalam perkembangan pemikiran ekonomi Islam terdapat banyak sekali cendekiawan yang sangat
terkenal pada masanya, yakni:
1.

Al Syaibani (132-289 H). Karya yang telah ditulis dapat digolongkan menjadi 2 kelompok
yakni Zahir Al Riwayah (berdasarkan pelajaran yang diberikan Abu Hanifah) yang terdiri dari

kitab-kitab Al Mabsut, Al Jami’al Kabir, Al Jami’al Shaghir, Al Siyar Al Kabir dan Al Ziyada yang
kesemua dihimpun oleh Abi Al Fadhl Muhammad bin Muhammad menjadi satu kitab yang
berjudul Al Kafi Al Nawadir yaitu kitab yang ditulis berdasarkan pendangan Al Syaibani sendiri
seperti Amali Muhammad fi Al Fiqh, Al Ruqayyat, Al Makharij fi Al Hiyal dan Al Atsar.

2.

Abu Ubaid (150-224 H). Beliau telah menulis satu kitab terkenal yang berjudul Al Amwal,
kitab ini berisi tentang hak dan kewajiban pemerintah terhadap rakyatnya. Secara khusus kitab
ini membahas keuangan public (Public Finance) dan membahas pendapatan negara yang
berupa pajak serta harta rampasan perang. Karena kitab ini juga banyak mengandung isi
tentang keuangan pemerintahan, kitab ini bisa menjadi referensi utama dalam pemikiran
hukum ekonomi.

3.

Yahya bin Umar (213-289 H). Semasa hidupnya telah menulis karya hingga 40 juz. Di antara
karyanya yang terkenal adalah kitab Al Mutakhabah fi Ikhtisar Al Mutakhrijah fi Fiqh Al Maliki
dan kitab Ahkam Al Sud (merupakan kitab pertama yang membahas masalah hisbah dan
berbagi hukum pasar).


4.

Al Ghazali (450-505 H). Beliau merupakan seorang ilmuwan dan penulis yang sempat
menarik perhatian dunia. Karya-karyanya yang disebut dalam sejarah sempat mempengaruhi
pemikir-pemikir barat abad pertengahan seperti Raymond Martin, Thomas Aquinas, dan Pascal.
Diperkirakan Al Ghazali sempat menulis sebanyak 300 karya tulis, tetapi yang tersisa hingga
sekarang hanya sekitar 84 buah, yang di antaranya berjudul Ihya ‘Ulum Al Din, Al Wajiz, Al
Mustashfa, Mizan Al Amal, Syifa Al Ghalil dan Al Tibr Al Masbuk fi Nasihat Al Muluk.

5.

Al Syatibi (W 790 H). Beliau adalah seorang tokoh yang berhasil menerbitkan karya Maqashid
Al Syariah. Karya tersebut menjelaskan bahwa syariah menginginkan setiap individu untuk
memperhatikan kesejahteraan mereka dan manusia dituntut untuk mencari kemaslahatan agar
kebaikan dapat diperoleh di dunia maupun di akhirat.

2

6.


Ibnu Taimiyah (661-728 H). Karya yang telah beliau hasilkan di bidang ekonomi antara lain
Majmu Fatawa Syaikh Al Islam, Al Siyasah Asy Syar’iyyah fi Ishlah Ar Ra’I wa Ar Ra’iyah dan Al
Hisbah fi Al Islam.

7.

Ibnu Khaldun (732-808 H). Beliau adalah ilmuwan yang secara resmi telah mendahului
banyak ilmuwan-ilmuwan barat seperti Smith, Ricardo, Malthus dan Kenyes dalam ilmu
ekonominya. Dapat dikatakan bahwa Ibnu Khaldun adalah bapak penemu teori-teori ekonomi
karena Ibnu Khaldun diklaim sebagai pendahulu bagi para pemikir Eropa.

8.

Al Maqrizi (766-845 H). Beliau merupakan ilmuwan terakhir pada abad pertengahan yang
meneliti penelitian terhadap uang. Tokoh ini dalam karya tulisnya menjelaskan tentang korelasi
antara uang dengan inflasi yang melanda suatu negeri.

C. Ciri Ekonomi Islam
Ekonomi Islam sebagai salah satu cabang ilmu menuntun pelaku ekonomi pada pencapaian

kesejahteran hidup melalui dan distribusi sumber daya yang didasarkan pada maqosid syari`ah
(Chapra, 2001). Aturan ini juga merupakan perangkat nilai, moral etis dalam beraktifitas lainnya
yang memberikan daya kontrol bagi setiap muslim dalam menjalankan perilaku kehidupan
ekonominya. Pada era kekinian tampaknya ekonomi Islam telah hadir sebagai solusi alternatif di
tengah pertarungan antara sistem ekonomi kapitalis dan sosialisme sebagai sistem yang sedang
mengalami kebuntuhan karena belum mampu memecahkan segenap permasalahan ekonomi.
Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak sekali membahas tentang
bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal.
Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku
usaha. Selain itu, ekonomi islam menekankan empat sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena semua
kekayaan yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di
bumi. Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang
dari segi bahasa berarti "kelebihan".
D. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan banyak orang.
6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.
E. Konsep Dasar
Sistem Ekonomi menurut pandangan Islam mencakup pembahasan tentang tata cara perolehan
harta

kekayaan

dan

pemanfaatannya

baik


untuk

kegiatan

konsumsi

maupun

distribusi.

Sebagaimana dikutip oleh Muhammad (2007:12-13), menurut an-Nabhany (1990) asas yang

3

dipergunakan untuk membangun sistem ekonomi dalam pandangan Islam berdiri dari tiga pilar
(fundamental) yakni bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al-milkiyah), lalu
bagaimana pengelolaan kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah), serta

bagaimana distribusi


kekayaan di tengah masyarakat (tauzi’ul tsarwah bayna an-naas).
Pilar Pertama : Pandangan Tentang Kepemilikan (AI-Milkiyyah)
Kepemilikan merupakan izin as-Syari’ (Allah SWT) untuk memanfaatkan zat tertentu. Kepemilikan
(property), dari segi kepemilikan itu sendiri, pada hakikatnya merupakan milik Allah SWT.
Hal ini didasarkan pada ayat :
“Dan berikanlah kepada mereka, harta (milik) Allah yang telah Dia berikan kepada kalian.”(QS. AnNuur : 33).
Oleh karena itu, harta kekayaan itu adalah milik Allah semata.

Kemudian Allah SWT telah

menyerahkan harta kekayaan kepada manusia untuk diatur dan dibagikan kepada mereka.
Allah telah memberikan izin terhadap beberapa transaksi serta melarang bentuk-bentuk transaksi
yang lain. Allah melarang seorang muslim untuk memiliki minuman keras dan babi, sebagaimana
Allah melarang siapa pun yang menjadi warga negara Islam untuk memiliki harta hasil riba dan
perjudian. Dalam pandangan Islam kepemilikan (property) dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
(1). Kepemilikan individu (private property); (2) kepemilikan umum (collective property); dan (3)
kepemilikan negara (state property) (Sami, 1990: 28)
1) Kepemilikan Individu (private property)
Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum syara’ yang berlaku bagi zat ataupun manfaat (jasa)
tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk memanfaatkan barang
tersebut. An-Nabhaniy (2005) mengemukakan sebab-sebab kepemilikan yang terbatas pada lima
hal, yakni bekerja, warisan, kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup, harta pemberian
negara yang diberikan kepada rakyat, harta-harta yang diperoleh dengan tanpa mengeluarkan harta
atau tenaga apapun.
2). Kepemilikan Umum (collective property)
Kepemilikan umum adalah izin as-Syari’ kepada suatu komunitas untuk sama-sama memanfaatkan
benda. Berkaitan dengan pemilikan umum ini, hukum Islam melarang benda tersebut dikuasai
hanya oleh seseorang akan sekelompok kecil orang. Dan pengertian di atas maka benda-benda
yang termasuk dalam kepemilikan umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
a) Benda-benda yang merupakan fasilitas umum, dimana kalau tidak ada di dalam suatu negeri
atau suatu komunitas, maka akan menyebabkan kesulitan dan orang akan berpencar-pencar
dalam mencarinya
b) Bahan tambang yang jumlahnya sangat besar. Bahan tambang dapat dikiasifikasikan menjadi
dua, yaitu bahan tambang yang sedikit (terbatas) jumlahnya, yang tidak termasuk berjumlah
besar menurut ukuran individu, serta bahan tambang yang sangat banyak (hampir tidak
terbatas) jumlahnya. Barang tambang yang sedikit (terbatas) jumlahnya termasuk milik pribadi,
serta boleh dimiliki secara pribadi, dan terhadap bahan tambang tersebut diberlakukan hukum
rikaz (barang temuan), yang darinya harus dikeluarkan khumus, yakni 1/5 bagiannya (20%).
c) Benda-benda yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh individu
secara perorangan.Yang juga dapat dikategorikan sebagai kepemilikan umum adalah bendabenda yang sifat pembentukannya mencegah hanya dimiliki oleh pribadi.
3). Kepemilikan Negara (state property)
Harta-harta yang termasuk milik negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslimin
yang pengelolaannya menjadi wewenang negara untuk memberikan kepada sebagian warga
negara, sesuai dengan kebijakannya. (Solahudin, 2001:32)

4

Pilar Kedua : Pengelolaan Kepemilikan (at-tasharruf fi al milkiyah)
Harta dalam pandangan Islam pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. kemudian Allah telah
menyerahkannya kepada manusia untuk menguasi harta tersebut melalui izin-Nya sehingga orang
tersebut sah memiliki harta tersebut. Setiap muslim yang telah secara sah memiliki harta tertentu
maka ia berhak memanfaatkan dan mengembangkan hartanya (Siddiqi,1985 &Naqvi, 1981). Hanya
saja dalam memanfaatkan dan mengembangkan harta yang telah dimilikinya tersebut ia tetap wajib
terikat dengan ketentuan-ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan pemanfaatan dan
pengembangan harta. Dan hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang
terlarang seperti untuk membeli barang-barang yang haram seperti minuman keras, babi.
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum (collective property) itu
adalah hak negara, karena negara adalah wakil ummat. Adapun mengelola kepemilikan yang
berhubungan dengan kepemilikan negara (state property) dan kepemilikan individu (private
property) telah jelas dalam hukum-hukum baitul mal serta hukum-hukum muamalah, seperti jualbeli, penggadaian dan sebagainya.

Pilar Ketiga : Distribusi Kekayaan di Tengah-tengah Manusia
Karena distribusi kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka Islam memberikan juga
berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme distribusi kekayaan kepada individu,
dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan serta transaksi-transaksi yang
wajar (Sholahudin, 2001: 32-33).
Secara umum mekanisme yang ditempuh oleh sistem ekonomi Islam dikelompokkan menjadi dua,
yakni mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi.

Mekanisme ekonomi yang ditempuh

sistem ekonomi Islam dalam rangka mewujudkan distribusi kekayaan diantara manusia yang seadiladilnya dengan sejumlah cara, yakni :
1. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan dalam
kepemilikan individu.
2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan kepemilikan
(tanmiyah al-milkiyah) melalui kegiatan investasi.
3. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang ditimbun
tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat distribusi karena tidak terjadi
perputaran harta.
4. Mengatasi peredaran kekayaan di satu daerah tertentu saja dengan menggalakkan berbagai
kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan.
5. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar.
6. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa.
7. Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang-barang (SDA) milik umum (al- milkiyah al-amah)
yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya
demi kesejahteraan rakyat.
Pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi tersebut adalah :
1. Pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai memerlukan.
2. Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada para mustahik.
3. Pemberian infaq, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah dari orang yang mampu
4. Pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain-lain.
F. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ekonomi
Dalam Al-Qur’an penjelasan tentang kegiatan ekonomi terdapat dalam beberapa surat, diantaranya
adalah:

5

1. Surat abasa [80]: 24-32
“Hendaknya manusia itu memperhatikan makannya.

Sesungguhnya Kami benar-benar telah

mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami membelah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami
menumbuhkan di bumi biji-bijian, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun
yang lebat, buah-buhan serta rumput-rumputan, untuk kesenangan kalian dan untuk binatangbinatang ternak kalian”.
2. Surat al-Jatsiyah [45]: 12
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan
seizing-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan Mudah-mudahan kamu besyukur
3. Surah Ali Imran (3) ayat 109:
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah–lah dikembalikan
segala urusan

4. Surat Asy-Syura (42) ayat 12:
Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; dia melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyempitkan (nya). Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
5. Surah Ar-Ra’d (13) ayat 26:
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira
dengan kehidupan di dunia, padahal kehiduan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat,
hanyalah kesenangan (yang sedikit)
6. Surah Hud (11) ayat 6:
Dan tidak ada suatu bintang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan
Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.

Semuanya tertulis

dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
G. Perbedaan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Konvensional.
Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi konvensional, yang
mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen provitnya. Berbeda dengan apa yang ditawarkan
sistem ekonomi syariah, dengan instrumen provitnya, yaitu sistem bagi hasil.

Sistem ekonomi

syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan
pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis
yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada
warganya serta komunis yang ekstrim, ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta
perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan.

Ekonomi dalam Islam harus mampu

memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan
kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Lebih jelasnya bisa dilihat pada table dibawah ini:

6

H. Sejarah Ekonomi Islam
Sejarah ekonomi Islam berawal dari di angkatnya Muhammad sebagai utusan Allah pada usia ke 40.
Rasulullah mengeluarkan berbagai kebijakan yang selanjutnya diikuti dan diteruskan oleh
pengganti-penggantinya yaitu Khulafaur Rasyidin.

Pemikiran ekonomi Islam didasarkan atas Al-

Qur’an dan al-hadits.
Rasulullah membentuk majelis syura yang sebagian bertugas mencatat wahyu, kemudian pada 6 H
sekretaris

telah

terbentuk.

Demikian

juga

delegasi

ke

negara-negara

lain.

Masalah

kerumahtanggaan diurus oleh Bilal. Orang-orang ini mengerjakan tugas dengan sukarela tanpa gaji.
Tentara formal tidak ada di masa ini, tentara tidak mendapat gaji tetap, Mereka mendapat ghanimah
sebelum turunnya Surat Al-Anfal ayat 41 yang menjelaskan orang-orang yang berhak mendapat
bagian ghanimah.
Pada masa Rasulullah, sistem ekonomi yang diberlakukan adalah sistem ekonomi yang telah
disyariatkan dalam Islam. Sistem ekonomi di zaman rasulullah sangat kompleks dan sempurna
meskipun pada masa setelahnya tetap dilakukan perbaikan. Jenis-jenis kebijakan baik pendapatan
dan pengeluaran keuangan di masa Rasulullah lebih terfokus pada masa perang dan kesejahteraan
rakyat. Tidak seperti saat ini bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi lebih difokuskan pada pencarian
keuntunga. Sejarah ekonomi Islam pada dasarnya bersumber dari ide dan praktik ekonomi yang
dilakukan oleh Muhammad Saw. dan para Khulafaur Rasyidin serta pengikut-pengikutnya sepanjang
zaman.

Diversivikasikan praktik ekonomi yang dilakukan masyarakat Muslim setelah masa

Muhammad Saw., bisa dianggap sebagai acuan sejarah ekonomi Islam selama tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.

7

Perekonomian di zaman Khulafaur Rasyidin banyak diwarnai dengan perluasan wilayah kekuasaan
dan inovasi-inovasi dalam bidang ekonomi. Seperti pada zaman Khalifa Umar bin Khattab di mana
beliau memfungsikan secara optimal BMT dan membentuk Diwan Islam yang pertama. Salah
seorang ekonom pada periode pertama adalah Abu Yusuf. Kitabnya yang berjudul Al-Kharaj, banyak
membahas ekonomi publik, khususnya tentang perpajakan dan peran negara dalam pembangunan
ekonomi. Kitab ini mencakup berbagai bidang antara lain: tentang pemerintahan, keuangan negara,
pertanahan, perpajakan dan peradilan.
Pada periode berikutnya, hadir Al-Ghazali dengan kitabnya yang berjudul Ihya ‘Ulum al-Din. Bahasan
ekonomi Al-Ghazali mencakup aspek luas, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:
pertukaran dan evolusi pasar, produksi, barter dan evolusi uang, serta peranan negara dan
keuangan publik.
Kemudian diikuti dengan lahirnya Mohd Iqbal, dalam karyanya, Puisi dari Timur, ia menunjukkan
tanggapan Islam terhadap kapitalisme Barat dan reaksi ekstrem dari komunisme. Sedangkan pada
periode kontemporer hadirlah ekonom-ekonom, seperti Umer Chapra, Mannan dan lain-lain.
Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran ekonomi Islam sudah lahir sejak jaman Rasulullah, dan
mempunyai aturan yang baik dan jelas. Banyak pemikiran-pemikiran tersebut yang di adopsi oleh
sistem perekonomian Barat, dan banyak pula yang kemudian seperti terlahir dari Barat, karena
banyak hal yang disemukan.
Pemikiran ekonomi di kalangan pemikir Muslim banyak mengisi khasanah pemikiran ekonomi dunia
pada masa di mana Barat masih dalam masa kegelapan (dark age). Pada masa tersebut dunia
Islam justru mengalami puncak kejayaan dalam berbagai bidang.
Sejarah membuktikan bahwa para pemikir Muslim merupakan penemu, peletak dasar dan
pengembang dalam berbagai bidang ilmu. Nama-nama pemikir Muslim bertebaran di sana-sini
menghiasi arena ilmu-ilmu pengetahuan. Baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Mulai dari
filsafat, matematika, astronomi, ilmu optik, biologi, kedokteran, sejarah, sosiologi, psikologi,
pedagogi, sampai sastra. Termasuk juga, tentunya ilmu ekonomi.
Ekonomi Islam pada hakikatnya bukanlah sebuah ilmu dari sikap reaksioner terhadap fenomena
ekonomi konvensional. Awal keberadaannya sama dengan awal keberadaan Islam di muka bumi ini
(1500 Th yang lalu), karena ekonomi Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam
sebagai sistem hidup.

Islam yang diyakini sebagai jalan atau konsep hidup tentu melingkupi

ekonomi sebagai salah satu aktivitas hidup manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi Islam
merupakan aktivitas agama atau ibadah kita dalam berekonomi.
J. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Pemikiran ekonomi Islam tidak pernah lepas dari peran sumber nilai Islam yaitu Al Qur’an dan Al
Hadits, kebijakan ekonomi yang berlaku sudah berlangsung dari masa Rasulullah saw yang
dilanjutkan pada masa Khulafaur Rasyidin dan dilanjutkan pada masa-masa berikutnya.
Menurut Siddiqi sejarah pemikiran ekonomi Islam berkembang selama tiga fase:
1.

Fase Dasar-dasar Ekonomi Islam (berkembang dari awal hingga abad ke-5 hijriyah).
Tokoh-tokoh (fuqaha) yang ada pada masa ini adalah Zain bin Ali (memperbolehkan penjualan
dengan sistem kredit), Abu Hanifah (menghilangkan ambiguitas dan perselisihan dalam
masalah transaksi), Abu Yusuf (pemecahan masalah harga yang tidak boleh dikendalikan oleh
penguasa, pemecahan masalah keuangan publik), dan Ibnu Masakawaih (pertukaran dan
peranan uang).

2.

Fase Kemajuan (dimulai dari abad ke-5 hijriyah hingga abad ke-9 hijriyah). Fase ini terkenal
sebagai fase yang cemerlang bagi pemikiran ekonomi Islam karena telah meninggalkan warisan
intelektual yang sangat kaya. Tokoh-tokoh popular pada masa ini adalah Al Ghazali (evolusi
pasar, peranan uang, pelarangan penimbunan uang), Ibnu taimiyah (mewujudkan keadlian

8

ketika

akad

transaksi),

dan

Al

Maqrizi

(penggunaan

fulus/uang

yang

harus

dibatasi

peredarannya).
3.

Fase Stagnasi (dimulai pada abad ke-9 hijriyah hingga fase tertutupnya pintu ijtihad yaitu
abad ke-14 hijriyah). Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam yang terkenal pada masa ini adalah
Shah Wali Allah, Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Iqbal.

Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Rasulullah saw
Pada zaman Rasulullah saw umat Islam telah menerima dasar-dasar keuangan negara, tepatnya
ketika Rasulullah saw berada di Madinah sebagai pemimpin negara pada saat itu. Sistem ekonomi
Islam yang dipakai pada saat itu berakar pada prinsip bahwa kekuasaan tertinggi hanya milik Allah
swt semata dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya di bumi. Rasulullah memberikan
pengetahuan dalam ekonomi seperti pada ayat berikut:
“Celakalah semua pedagang jahat dan suka menjatuhkan orang lain yang menumpuk hartanya dan
memperbanyak dengan harapan harta tersebut dapat menjadikanya hebat dan selalu bertahan
selamanya.” (Al Humazah : 1-3)
Dari ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa haram hukumnya untuk menumpuk harta.
Perekonomian pada masa Rasulullah sudah mengenal sistem pajak seperti kharaj, yakni pajak yang
dibayarkan oleh penduduk Madinah non-muslim, ushr (pajak untuk pertanian) dan jizyah (pajak
perlindungan dan pengecualian orang-orang non-muslim dari wajib militer).
Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Khuafaur Rasyidin
Pada masa ini sudah terdapat Baitul Maal yang perannya sangat penting dalam mengumpulkan
dana ummat.

Contohnya pada zaman kekhalifahan Abu Bakar yang sangat menekankan

pembayaran zakat sehingga Baitul Maal berfungsi sebagai pendistribusi zakat yang telah diambil.
Pada masa Umar bin Khattab Baitul Maal didirikan di setiap provinsi agar dana ummat dapat
tersalurkan dengan merata, pun pada masa Umar bin Khattab ini Baitul Maal juga berperan dalam
bidang militer karena pada masa tersebut khalifah Umar mengadakan ekspansi wilayah seluasluasnya sehingga Baitul Maal berperan untuk memberikan tunjangan pada pasukan. Pada masa
khalifah Utsman bin Affan terjadi perubahan penghitungan zakat yaitu zakat dihitung sendiri-sendiri.
Hal ini dilakukan demi menghindari kecurangan dari oknum pengumpul zakat. Pada masa khalifah
Ali bin Abu Thalib kebijakan ekonomi lebih kepada pemerataan distribusi uang yang dibagikan untuk
rakyat. Kebijakan ekonomi yang terjadi pada setiap masa ini mengalami sedikit perubahan pada
setiap khlifahnya namun hal tersebut tetap berlandaskan kepada Al Quran dan Hadits.

9

Soal Kuis.
1.

Jelaskan oleh saudara tentang system ekonomi dan asas ekonomi!

2. Jelaskan oleh saduara tentang ekonomi Islam dan aktivitas bagaimana yang bias disebut
sebagai ekonomi Islam tersebut.
3. Kenapa ekonomi Islam disebut sebagi Aktivitas Kolektif mrngapa demikian? Berikan
contohnya!
4. Untuk membangun ekonomi tersiri dari;
a. Kepemilikian
b. Pengelolaan kepemiliPkan
c. Distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat.
Jelaskan masing-masing bagian di atas dan berikan contohnya!
5. Jelaskan ciri-ciri Ekonomi Islam dan jelaskan!
6. Prinsip ekonomi Islam terdiri dari 8 bagian, jelaskan 3 (tiga) bagian saja beserta contohnya!
7. Jelaskan tentang pandangan kepemilikan, yang terdiri dari 3 (tiga) bagian!
8. Bagaimana Pengelolaan kepemilikan pada saat ini (negera Indonesia) di bandingkan dengan
sytem Islam?
9. Jelaskan perbedaan Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam!
10. Jelaskan system ekonomi pada masa rasululloh!

10