Meditasi Arsitektur dan Ruang Dalam (5)
Meditasi, Arsitektur, dan Ruang Dalam
Hendro Prabowo1, Widyo Nugroho2, Agus Suparman3, Wahyu Prakoso4
1
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Email: [email protected]
2
Lab. Audio visual, Universitas Gunadarma
Email: [email protected]
3,4
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma
3
4
Email: [email protected]
Email: [email protected]
Abstrak
Meditasi yang berkembang di Eropa dan Amerika Serikat adalah teknik-teknik
yang dikembangkan dari Timur, terutama dari India, Cina, dan Jepang. Terdapat jutaan
orang melakukan latihan meditasi di Amerika Serikat. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa meditasi selain dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan dan
relaksasi juga dapat meningkatkan kapasitas manusia.
Untuk melakukan meditasi diperlukan ruang yang sesuai dengan teknik meditasi
yang dipilih. Sementara pada kenyataannya terdapat beragam teknik meditasi dan dapat
pula dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa teknik. Konsekuensinya, arsitektur
dan ruang dalam untuk mewadahinya dapat berkembang menjadi hybrid architecture,
baik untuk meditasi yang dilakukan secara individual di rumah tinggal maupun secara
kolektif dalam suatu bangunan.
Tulisan ini adalah review dari beberapa proyek arsitektur dan ruang dalam yang
berkaitan dengan aktivitas meditasi di Amerika Serikat dan Eropa. Hasilnya diharapkan
dapat dijadikan masukan bagi pengembangan meditasi di tanah air yang sedang mulai
berkembang.
Kata kunci: meditasi, ruang dalam, arsitektur
Pendahuluan
Meditasi adalah teknik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih
perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya membawa prosesproses mental dapat lebih terkontrol secara sadar (Walsh, 1983 dalam Subandi, 2002).
Meditasi juga merupakan salah satu topik yang paling banyak dibahas dalam
psikologi transpersonal (Walsh & Vaughan, 1993 dalam Davis, 2004; Daniels, 2005)
Dalam psikologi transpersonal, kebanyakan meditasi bentuknya adalah
melibatkan fokus perhatian pada suatu objek (seperti nafas atau kata-kata yang diucapkan
pelan-pelan dan berulang-ulang) atau perhatian penuh pikiran kepada semua isi dari
kesadaran (Davis, 2004).
Meditasi umumnya mengacu pada keadaan dimana tubuh secara sadar menjadi
rileks dan pikiran dibiarkan menjadi tenang dan terpusat. Beberapa agama mencakup pula
meditasi ritual, meskipun meditasi itu sendiri tidak harus merupakan aktivitas religius
1
atau spiritual. Kebanyakan dari meditasi yang populer berasal dari Timur, terutama yang
berasal dari tradisi meditasi Kristiani, Yahudi dan Islam (Wikipedia Encyclopedia, 2005).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) meditasi diartikan sebagai
pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu.
Menurut Walsh & Vaughan (1993 dalam Davis, 2004) meditasi adalah latihan
untuk memfokuskan atau menenangkan proses-proses mental dan membantu seseorang
untuk mencapai keadaan transpersonal. Menurut Tart (1993) "trans" berasal dari bahasa
Latin yang sama artinya dengan beyond (=melewati), melewati "persona," topeng sosial,
suatu self biasa (the ordinary self), yang bersifat personal.
Teknik-teknik Meditasi
Menurut Ken Wilber (dalam Rowan, 1993), untuk memahami proses
perkembangan psikospiritual dapat digunakan dua dimensi dimana keduanya dilakukan
dengan cara yang berbeda, yaitu eros vs thanatos (cinta vs mati). Berdasarkan kedua
dimensi tersebut Wilber membagi teknik meditasi dalam empat kuadran, yaitu the way of
form, the expressive way, the negative way, dan the facilitative way.
The Way of Form dikenal sebagai meditasi konsentratif atau absortif, yaitu
beberapa cara yang melibatkan objek nyata, seperti mantra, yantra (desain simbolik),
mudra (gerakan tangan), bija (afirmasi), kasina (permukaan atau warna), simbol (seperti
naga, salib, teratai, hati, matahari).
The Expressive Way berkaitan dengan Tuhan, spirit, dan energi. Merupakan versi
dari meditasi dinamis, meliputi: pernafasan kasar, gerakan cepat, nyayian keras, dan lainlain. Dengan cara ini seseorang mengambil sesuatu yang mengganggu, dan yang dalam
bentuk meditasi lain seringkali musuh harus dikatakan dan sebagai pusat dari meditasi.
Beberapa bentuk teknik ini antara lain shamatic, metode tantri, dan sufi dancing (dzikir),
dan ”berbicara di lidah” dalam gereja Charismatic.
Dengan The Negative Way, seseorang mencoba menyingkirkan semua bentuk,
semua ekspresi. Cara kerjanya adalah letting go, namun dalam cara mengosongkan
pikiran. Beberapa contohnya adalah Meditasi Pantajali yoga, latihan Zen shikan-taza,
neti-neti (bukan ini, bukan itu)
Dengan The Facilitative Way, seseorang membuka kesadaran kepada “apa yang
ada di sana”. Bentuk meditasi ini merupakan semua hal tentang kesaksian terhadap
apapun yang terjadi, fokusnya adalah mengalir dengan apapun yang dialami,
mengikutinya, dan membiarkannya. Dengan meditasi Vipassana, Mahavipassana, dan
Satipathanna, seseorang berada pada pikiran yang penuh dari apapun yang berlalu.
Selain meditasi berdasarkan keempat kuadran menurut Wilber di atas, terdapat
pula beberapa jenis ”meditasi” yang lain, yaitu: active imagination dan visualisasi
(Rowan, 1995).
Implikasi dari teknik-teknik meditasi di atas adalah pemahaman terhadap
aktivitas-aktivitas meditasi yang disertai pula dengan kebutuhan akan ruang dalam
arsitektur (?).
Arsitektur sebagai Wadah untuk Aktivitas Meditasi
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa aktivitas meditasi tentu membutuhkan ruang
yang tenang. Pada masa yang lalu, ketenangan yang dicari untuk kegiatan meditasi
diperoleh dengan cara mengasingkan diri, seringkali dilakukan di dalam gua, tempat-
2
tempat yang tinggi, air terjun, atau di dalam biara (MacWeeney & Ness, 2002). Lantas
bagaimana masyarakat perkotaan dapat belajar meditasi dan melakukan meditasi dalam
aktivitas sehari-hari baik di rumah maupun di kantor?
Tulisan ini menyajikan beberapa proyek arsitektur dan ruang dalam bagi aktivitas
meditasi, baik untuk belajar maupun mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tempat Latihan Meditasi
Salah satu proyek arsitektur bagi tempat untuk berlatih meditasi adalah
”American Bodhi Center”, yang terletak di negara bagian Texas, Amerika Serikat. Untuk
memperoleh privasi yang memadai, kompleks bangunan ini memiliki bentangan yang
luas dengan dua entrance utama di bagian utara dan selatan.
3
Gambar 1. Site Plan American Bodhi Center
Gambaran site plan............
Yang menarik dari proyek ini adalah adanya perpaduan teknik-teknik meditasi
yang berimplikasi pada aktivitas-aktivitas dan kebutuhan ruangnya. Beberapa struktur,
fungsi, dan aktivitas yang ada di dalamnya antara lain:
4
1. Struktur dan fungsi, antara lain:
a. Hall untuk Meditasi yang digunakan untuk meditasi, koor gerejani, belajar
Dharma, dan lain-lain.
b. Hall untuk ruang makan yang juga dapat digunakan untuk kuliah atau pusat
aktivitas.
c. Memorial Hall
d. Ruang Kehidupan Buddha; terletak di perempatan dan digunakan bagi para
pendeta atau tamu
e. Hutan Samadhi; dengan kabin dari kayu bagi yang berminat untuk melakukan
pengasingan diri.
f. Taman Zen; taman alami
g. Camping Ground digunakan untuk aktivitas para pemuda, kemah keluarga,
juga dapat digunakan untuk beragam aktivitas outdoor
h. Hutan buatan yang tenang untuk relaksasi
2. Aktivitas yang mengikutinya antara lain:
a. Latihan fokus dan relaksasi seperti meditasi Zen, yoga, tai chi, dan
sebagainya.
b. Aktivitas akhir minggu bagi keluarga dan retreats (perorangan atau
kelompok)
c. Bimbingan & Konseling bagi masalah perkawinan, keluarga, anak-anak,
pendidikan, kepribadian dan sebagainya.
d. Kuliah atau kursus dalam bidang kesehatan, nutrisi, memasak, hubungan
interpersonal relations, teknik-teknik komunikasi, dan lain-lain.
e. Hutan Samadhi untuk retreats individual sampai dengan 7 hari
f. Kursus Pertamanan, berupa menanam bunga, buah, dan sayur.
g. Kemah untuk keluarga, kelompok, dan masyarakat segala usia
h. Aktivitas alami, seperti mengamati burung, hiking, dan sebagainya.
i. Aktivitas Memorial untuk mengenang cinta seseorang.
Contoh lain dari proyek arsitektur bagi tempat untuk berlatih meditasi adalah
Komunitas Osho, Taman Koregoan, di kota Pune, India. Nama Komunitas Osho yang
berada di kota Pune yang indah dan hijau ini berasal dari Bhagwan Rajneesh (yang
menyebut dirinya 'Osho'), yang telah menyebarkan ajaran filosofinya sekembalinya ke
India. Kota Pune adalah pilihan sempurna bagi tempat berlatih meditasi ini, karena
memberikan iklim yang baik sepanjang tahun, penghijauan dan sikap toleransi dari
penduduk dekat Bombay yang kesemuanya itu memberikan kenyamanan bagi
kebanyakan orang asing yang menjadi anggota komunitas.
Dalam literatur psikologi Bhagwan Rajneesh merupakan tokoh pelopor meditasi
dinamis yang berupa pernafasan kasar, gerakan cepat, nyayian keras, dan lain-lain. Atau
dalam kategori Ken Wilber termasuk dalam The Expressive Way. Namun dalam
komunitas Osho ini beberapa teknik meditasi lain juga diajarkan, seperti: meditasi
Kundalini, meditasi Nataraj, meditasi Nadabrahma, meditasi Vipassana, dan meditasi
tanpa dimensi.
5
Gambar 2. Denah Beberapa Ruang Utama
6
Gambar 3. Lingkungan Komunitas Osho
Menurut arsiteknya, Hafeez, rancangan bentuk pada tempat ini amat berbeda
dengan apapun yang ia pernah kerjakan sebelumnya, rancangan bagi para anggota
komunitas (penghuni) merupakan suatu cluster sederhana bagi empat bangunan, yang
mengandalkan bentuk dan warna. Piramida memiliki dua makna yaitu sebagai
pengalaman perspektif dan merupakan suatu simbol. Warna yang dominan hitam,
pemanfaatan energi kosmik dan piramida merupakan bentuk-bentuk paling stabil. Jika
piramida hitam tersebut merupakan simbol kelahiran energi dan menggambarkan postur
seseorang yang sedang melakukan meditasi, maka jendela dengan kaca berwarna biru dan
skylight menyimbolkan pencerahan.
Piramida padat adalah ruangan besar (hall) untuk meditasi. Jendela terang
dengan warna biru, cahaya alami dengan kualitas yang lemah namun kaya, dirancang di
dalam ruang meditasi yang lapang. Pengalaman spasial ini akan menciptakan ketenangan
(tranquillity), yang dapat dicapai pula dengan dinamika suara yang lemah sepertibagai
gelombang berulang-ulang yang menggambarkan perubahan energi. Pada dasarnya
kompleks bangunan ini sederhana, ruang-ruang yang bersih dengan marmer dan plesteran
berwarna putih. Struktur berbentuk L dirancang dalam gaya yang bersih, terdiri dari
ruang-ruang kecil yang memiliki lemari dan dapur kecil. Fasade dirancang ditinggikan
dengan variasi warna hitam pekat dan tekstur dengan materi yang berbeda. Dinding
piramida berupa lantai keramik dengan warna hitam semi-gloss dengan tepi dan
sudutnya menggunakan granit hitam. Melalui jendela yang dirancang dengan aluminum
hitam membingkai kaca biru. Arsitektur kawasan ini didominasi oleh ciri komunitas yang
secara visual merupakan cluster-cluster piramida.
7
Gambar 4. Perspektif Lingkungan Komunitas Osho
Karakteristik peserta dari komunitas Osho, antara lain dapat dikategorikan
berdasarkan jumlah, usia, kewarganegaraan, profesi, dan kepercayaan,
Dewasa ini terdapat kurang lebih 750 meditator dengan usia 35-45 tahun dari 80
negara yang berbeda, dimana 40%nya adalah orang India.
Berdasarkan tingkat pendidikan, para meditator terdiri dari 34% berpendidikan
universitas, 30% akademi (seni, musik, teater, ilmu sosial, dan perdagangan), serta 30%
berpendidikan sekolah menengah. Berdasarkan profesi, 9% dari bidang medis, 11%
dalam bisnis dan manajemen, 10% seniman, 11% tenaga pendidikan, 13% terapis, 15%
bidang jasa profesional, dan 9% bidang teknologi dan sains. Agama yang dianut meliputi
20% Yahudi, 40% Kristen, kira-kira 35% Hindu, 5 % Shinto/Budha, dan 5% dari agama
lainnya.
Meditasi dan Rumah Tinggal di Perkotaan
Meditasi Sebagai Bagian dalam Aktivitas di Kantor
Meditasi dan Arsitektur Lansekap
Meditasi dan Elemen Arsitektur
Daftar Pustaka
(1) American Bodhi Center. Available http://www.jadebuddha.org/BodhiCenter/
Englist%20HTML/E_The%20First%20Phase.htm. 2005.
(2) Daniels, M. “Introduction to Transpersonal Psychology”. 2005. http://www.mdani.
demon.co.uk/trans/tranintro.htm. Diakses 13 Maret 2005
(3) Davis, J. Introduction to Transpersonal Psychology. Diakses 13 Maret 2005.
http://www.naropa.edu/ faculty/ johndavis/tp/tpintro1.html.
(4) MacWeeney, A. & Ness, C. Space for Silence. Boston: Tuttle Publishing. 2002.
(5) Osho Commune Project Details. Koregoan Park, Pune. Client: Bhagwan Rajneesh,
Architect: Hafeez, Vivek Verma. 2005. http://www.indiabuildnet.com/
up_projects/osho.htm
(6) Osho Commune-Pune. 2005. http://www.indiatravelite.com/feature/ oshocom1.htm
8
(7) Rowan, J. The Transpersonal: Psychotherapy and Counseling. New York: Routledge.
1993.
(8) Subandi. Latihan Meditasi untuk Psikoterapi. Dalam Subandi (ed.). Psikoterapi:
Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas
Psikologi UGM. 2002.
(9) Tart, C. T. Consciousness: A Psychological, Transpersonal and Parapsychological
Approach. Paper presented at the Third International Symposium on Science and
Consciousness in Ancient Olympia, 4-7 January, 1993. http://www. paradigmsys.com/cttart/sci-docs/ctt93-capta.html.
(10) Wikipedia Encyclopedia. 2005. http://en.wikipedia.org/wiki.
9
Hendro Prabowo1, Widyo Nugroho2, Agus Suparman3, Wahyu Prakoso4
1
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Email: [email protected]
2
Lab. Audio visual, Universitas Gunadarma
Email: [email protected]
3,4
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma
3
4
Email: [email protected]
Email: [email protected]
Abstrak
Meditasi yang berkembang di Eropa dan Amerika Serikat adalah teknik-teknik
yang dikembangkan dari Timur, terutama dari India, Cina, dan Jepang. Terdapat jutaan
orang melakukan latihan meditasi di Amerika Serikat. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa meditasi selain dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan dan
relaksasi juga dapat meningkatkan kapasitas manusia.
Untuk melakukan meditasi diperlukan ruang yang sesuai dengan teknik meditasi
yang dipilih. Sementara pada kenyataannya terdapat beragam teknik meditasi dan dapat
pula dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa teknik. Konsekuensinya, arsitektur
dan ruang dalam untuk mewadahinya dapat berkembang menjadi hybrid architecture,
baik untuk meditasi yang dilakukan secara individual di rumah tinggal maupun secara
kolektif dalam suatu bangunan.
Tulisan ini adalah review dari beberapa proyek arsitektur dan ruang dalam yang
berkaitan dengan aktivitas meditasi di Amerika Serikat dan Eropa. Hasilnya diharapkan
dapat dijadikan masukan bagi pengembangan meditasi di tanah air yang sedang mulai
berkembang.
Kata kunci: meditasi, ruang dalam, arsitektur
Pendahuluan
Meditasi adalah teknik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih
perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya membawa prosesproses mental dapat lebih terkontrol secara sadar (Walsh, 1983 dalam Subandi, 2002).
Meditasi juga merupakan salah satu topik yang paling banyak dibahas dalam
psikologi transpersonal (Walsh & Vaughan, 1993 dalam Davis, 2004; Daniels, 2005)
Dalam psikologi transpersonal, kebanyakan meditasi bentuknya adalah
melibatkan fokus perhatian pada suatu objek (seperti nafas atau kata-kata yang diucapkan
pelan-pelan dan berulang-ulang) atau perhatian penuh pikiran kepada semua isi dari
kesadaran (Davis, 2004).
Meditasi umumnya mengacu pada keadaan dimana tubuh secara sadar menjadi
rileks dan pikiran dibiarkan menjadi tenang dan terpusat. Beberapa agama mencakup pula
meditasi ritual, meskipun meditasi itu sendiri tidak harus merupakan aktivitas religius
1
atau spiritual. Kebanyakan dari meditasi yang populer berasal dari Timur, terutama yang
berasal dari tradisi meditasi Kristiani, Yahudi dan Islam (Wikipedia Encyclopedia, 2005).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) meditasi diartikan sebagai
pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu.
Menurut Walsh & Vaughan (1993 dalam Davis, 2004) meditasi adalah latihan
untuk memfokuskan atau menenangkan proses-proses mental dan membantu seseorang
untuk mencapai keadaan transpersonal. Menurut Tart (1993) "trans" berasal dari bahasa
Latin yang sama artinya dengan beyond (=melewati), melewati "persona," topeng sosial,
suatu self biasa (the ordinary self), yang bersifat personal.
Teknik-teknik Meditasi
Menurut Ken Wilber (dalam Rowan, 1993), untuk memahami proses
perkembangan psikospiritual dapat digunakan dua dimensi dimana keduanya dilakukan
dengan cara yang berbeda, yaitu eros vs thanatos (cinta vs mati). Berdasarkan kedua
dimensi tersebut Wilber membagi teknik meditasi dalam empat kuadran, yaitu the way of
form, the expressive way, the negative way, dan the facilitative way.
The Way of Form dikenal sebagai meditasi konsentratif atau absortif, yaitu
beberapa cara yang melibatkan objek nyata, seperti mantra, yantra (desain simbolik),
mudra (gerakan tangan), bija (afirmasi), kasina (permukaan atau warna), simbol (seperti
naga, salib, teratai, hati, matahari).
The Expressive Way berkaitan dengan Tuhan, spirit, dan energi. Merupakan versi
dari meditasi dinamis, meliputi: pernafasan kasar, gerakan cepat, nyayian keras, dan lainlain. Dengan cara ini seseorang mengambil sesuatu yang mengganggu, dan yang dalam
bentuk meditasi lain seringkali musuh harus dikatakan dan sebagai pusat dari meditasi.
Beberapa bentuk teknik ini antara lain shamatic, metode tantri, dan sufi dancing (dzikir),
dan ”berbicara di lidah” dalam gereja Charismatic.
Dengan The Negative Way, seseorang mencoba menyingkirkan semua bentuk,
semua ekspresi. Cara kerjanya adalah letting go, namun dalam cara mengosongkan
pikiran. Beberapa contohnya adalah Meditasi Pantajali yoga, latihan Zen shikan-taza,
neti-neti (bukan ini, bukan itu)
Dengan The Facilitative Way, seseorang membuka kesadaran kepada “apa yang
ada di sana”. Bentuk meditasi ini merupakan semua hal tentang kesaksian terhadap
apapun yang terjadi, fokusnya adalah mengalir dengan apapun yang dialami,
mengikutinya, dan membiarkannya. Dengan meditasi Vipassana, Mahavipassana, dan
Satipathanna, seseorang berada pada pikiran yang penuh dari apapun yang berlalu.
Selain meditasi berdasarkan keempat kuadran menurut Wilber di atas, terdapat
pula beberapa jenis ”meditasi” yang lain, yaitu: active imagination dan visualisasi
(Rowan, 1995).
Implikasi dari teknik-teknik meditasi di atas adalah pemahaman terhadap
aktivitas-aktivitas meditasi yang disertai pula dengan kebutuhan akan ruang dalam
arsitektur (?).
Arsitektur sebagai Wadah untuk Aktivitas Meditasi
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa aktivitas meditasi tentu membutuhkan ruang
yang tenang. Pada masa yang lalu, ketenangan yang dicari untuk kegiatan meditasi
diperoleh dengan cara mengasingkan diri, seringkali dilakukan di dalam gua, tempat-
2
tempat yang tinggi, air terjun, atau di dalam biara (MacWeeney & Ness, 2002). Lantas
bagaimana masyarakat perkotaan dapat belajar meditasi dan melakukan meditasi dalam
aktivitas sehari-hari baik di rumah maupun di kantor?
Tulisan ini menyajikan beberapa proyek arsitektur dan ruang dalam bagi aktivitas
meditasi, baik untuk belajar maupun mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tempat Latihan Meditasi
Salah satu proyek arsitektur bagi tempat untuk berlatih meditasi adalah
”American Bodhi Center”, yang terletak di negara bagian Texas, Amerika Serikat. Untuk
memperoleh privasi yang memadai, kompleks bangunan ini memiliki bentangan yang
luas dengan dua entrance utama di bagian utara dan selatan.
3
Gambar 1. Site Plan American Bodhi Center
Gambaran site plan............
Yang menarik dari proyek ini adalah adanya perpaduan teknik-teknik meditasi
yang berimplikasi pada aktivitas-aktivitas dan kebutuhan ruangnya. Beberapa struktur,
fungsi, dan aktivitas yang ada di dalamnya antara lain:
4
1. Struktur dan fungsi, antara lain:
a. Hall untuk Meditasi yang digunakan untuk meditasi, koor gerejani, belajar
Dharma, dan lain-lain.
b. Hall untuk ruang makan yang juga dapat digunakan untuk kuliah atau pusat
aktivitas.
c. Memorial Hall
d. Ruang Kehidupan Buddha; terletak di perempatan dan digunakan bagi para
pendeta atau tamu
e. Hutan Samadhi; dengan kabin dari kayu bagi yang berminat untuk melakukan
pengasingan diri.
f. Taman Zen; taman alami
g. Camping Ground digunakan untuk aktivitas para pemuda, kemah keluarga,
juga dapat digunakan untuk beragam aktivitas outdoor
h. Hutan buatan yang tenang untuk relaksasi
2. Aktivitas yang mengikutinya antara lain:
a. Latihan fokus dan relaksasi seperti meditasi Zen, yoga, tai chi, dan
sebagainya.
b. Aktivitas akhir minggu bagi keluarga dan retreats (perorangan atau
kelompok)
c. Bimbingan & Konseling bagi masalah perkawinan, keluarga, anak-anak,
pendidikan, kepribadian dan sebagainya.
d. Kuliah atau kursus dalam bidang kesehatan, nutrisi, memasak, hubungan
interpersonal relations, teknik-teknik komunikasi, dan lain-lain.
e. Hutan Samadhi untuk retreats individual sampai dengan 7 hari
f. Kursus Pertamanan, berupa menanam bunga, buah, dan sayur.
g. Kemah untuk keluarga, kelompok, dan masyarakat segala usia
h. Aktivitas alami, seperti mengamati burung, hiking, dan sebagainya.
i. Aktivitas Memorial untuk mengenang cinta seseorang.
Contoh lain dari proyek arsitektur bagi tempat untuk berlatih meditasi adalah
Komunitas Osho, Taman Koregoan, di kota Pune, India. Nama Komunitas Osho yang
berada di kota Pune yang indah dan hijau ini berasal dari Bhagwan Rajneesh (yang
menyebut dirinya 'Osho'), yang telah menyebarkan ajaran filosofinya sekembalinya ke
India. Kota Pune adalah pilihan sempurna bagi tempat berlatih meditasi ini, karena
memberikan iklim yang baik sepanjang tahun, penghijauan dan sikap toleransi dari
penduduk dekat Bombay yang kesemuanya itu memberikan kenyamanan bagi
kebanyakan orang asing yang menjadi anggota komunitas.
Dalam literatur psikologi Bhagwan Rajneesh merupakan tokoh pelopor meditasi
dinamis yang berupa pernafasan kasar, gerakan cepat, nyayian keras, dan lain-lain. Atau
dalam kategori Ken Wilber termasuk dalam The Expressive Way. Namun dalam
komunitas Osho ini beberapa teknik meditasi lain juga diajarkan, seperti: meditasi
Kundalini, meditasi Nataraj, meditasi Nadabrahma, meditasi Vipassana, dan meditasi
tanpa dimensi.
5
Gambar 2. Denah Beberapa Ruang Utama
6
Gambar 3. Lingkungan Komunitas Osho
Menurut arsiteknya, Hafeez, rancangan bentuk pada tempat ini amat berbeda
dengan apapun yang ia pernah kerjakan sebelumnya, rancangan bagi para anggota
komunitas (penghuni) merupakan suatu cluster sederhana bagi empat bangunan, yang
mengandalkan bentuk dan warna. Piramida memiliki dua makna yaitu sebagai
pengalaman perspektif dan merupakan suatu simbol. Warna yang dominan hitam,
pemanfaatan energi kosmik dan piramida merupakan bentuk-bentuk paling stabil. Jika
piramida hitam tersebut merupakan simbol kelahiran energi dan menggambarkan postur
seseorang yang sedang melakukan meditasi, maka jendela dengan kaca berwarna biru dan
skylight menyimbolkan pencerahan.
Piramida padat adalah ruangan besar (hall) untuk meditasi. Jendela terang
dengan warna biru, cahaya alami dengan kualitas yang lemah namun kaya, dirancang di
dalam ruang meditasi yang lapang. Pengalaman spasial ini akan menciptakan ketenangan
(tranquillity), yang dapat dicapai pula dengan dinamika suara yang lemah sepertibagai
gelombang berulang-ulang yang menggambarkan perubahan energi. Pada dasarnya
kompleks bangunan ini sederhana, ruang-ruang yang bersih dengan marmer dan plesteran
berwarna putih. Struktur berbentuk L dirancang dalam gaya yang bersih, terdiri dari
ruang-ruang kecil yang memiliki lemari dan dapur kecil. Fasade dirancang ditinggikan
dengan variasi warna hitam pekat dan tekstur dengan materi yang berbeda. Dinding
piramida berupa lantai keramik dengan warna hitam semi-gloss dengan tepi dan
sudutnya menggunakan granit hitam. Melalui jendela yang dirancang dengan aluminum
hitam membingkai kaca biru. Arsitektur kawasan ini didominasi oleh ciri komunitas yang
secara visual merupakan cluster-cluster piramida.
7
Gambar 4. Perspektif Lingkungan Komunitas Osho
Karakteristik peserta dari komunitas Osho, antara lain dapat dikategorikan
berdasarkan jumlah, usia, kewarganegaraan, profesi, dan kepercayaan,
Dewasa ini terdapat kurang lebih 750 meditator dengan usia 35-45 tahun dari 80
negara yang berbeda, dimana 40%nya adalah orang India.
Berdasarkan tingkat pendidikan, para meditator terdiri dari 34% berpendidikan
universitas, 30% akademi (seni, musik, teater, ilmu sosial, dan perdagangan), serta 30%
berpendidikan sekolah menengah. Berdasarkan profesi, 9% dari bidang medis, 11%
dalam bisnis dan manajemen, 10% seniman, 11% tenaga pendidikan, 13% terapis, 15%
bidang jasa profesional, dan 9% bidang teknologi dan sains. Agama yang dianut meliputi
20% Yahudi, 40% Kristen, kira-kira 35% Hindu, 5 % Shinto/Budha, dan 5% dari agama
lainnya.
Meditasi dan Rumah Tinggal di Perkotaan
Meditasi Sebagai Bagian dalam Aktivitas di Kantor
Meditasi dan Arsitektur Lansekap
Meditasi dan Elemen Arsitektur
Daftar Pustaka
(1) American Bodhi Center. Available http://www.jadebuddha.org/BodhiCenter/
Englist%20HTML/E_The%20First%20Phase.htm. 2005.
(2) Daniels, M. “Introduction to Transpersonal Psychology”. 2005. http://www.mdani.
demon.co.uk/trans/tranintro.htm. Diakses 13 Maret 2005
(3) Davis, J. Introduction to Transpersonal Psychology. Diakses 13 Maret 2005.
http://www.naropa.edu/ faculty/ johndavis/tp/tpintro1.html.
(4) MacWeeney, A. & Ness, C. Space for Silence. Boston: Tuttle Publishing. 2002.
(5) Osho Commune Project Details. Koregoan Park, Pune. Client: Bhagwan Rajneesh,
Architect: Hafeez, Vivek Verma. 2005. http://www.indiabuildnet.com/
up_projects/osho.htm
(6) Osho Commune-Pune. 2005. http://www.indiatravelite.com/feature/ oshocom1.htm
8
(7) Rowan, J. The Transpersonal: Psychotherapy and Counseling. New York: Routledge.
1993.
(8) Subandi. Latihan Meditasi untuk Psikoterapi. Dalam Subandi (ed.). Psikoterapi:
Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas
Psikologi UGM. 2002.
(9) Tart, C. T. Consciousness: A Psychological, Transpersonal and Parapsychological
Approach. Paper presented at the Third International Symposium on Science and
Consciousness in Ancient Olympia, 4-7 January, 1993. http://www. paradigmsys.com/cttart/sci-docs/ctt93-capta.html.
(10) Wikipedia Encyclopedia. 2005. http://en.wikipedia.org/wiki.
9