PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS RUMAH SAKIT DAL

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS RUMAH SAKIT
DALAM PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

MUHAMMAD IRVAN NAJAMUDDIN
8111416288
muhammadirvan@students.unnes.ac.id
Nama/Judul Buku :
Penulis/Pengarang
Penerbit
:
Tahun Terbit
Kota Penerbit
Bahasa Buku
Jumlah Halaman :
ISBN Buku
:

Hukum Kesehatan Lingkungan
: Masrudi Muchtar, S.H.,M.H
PUSTAKA BARU PRESS
: 2016

: Yogyakarta
: Bahasa Indonesia
288
978-602-0874-32-6

RINGKASAN (GAGASAN UTAMA)
Rumah Sakit adalah organisasi penyelenggaraan pelayanan publik yang
mempunyai tanggung jawab atas setiap pelayanan jasa publik kesehatan yang
di selenggarakannya. Tanggung jawab tersebut yaitu, menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu terjangkau berdasarkan prinsip
aman,menyeluruh,non diskriminatif,partisipatif, dan memberikan perlindungan
bagi masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan (health
receiver), serta bagi penyelenggara pelayanan kesehatan demi untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah Sakit sebagai
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya
kesehatan yang sangat di perlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Sebagai sarana pelayanan
umum, rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang yang sakit maupun
orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan,

gangguan kesehatan, dan juga dapat menjadi sarana atau tempat terjadinya
penularan penyakit penyakit melalui virus-virus yang terdapat di rumah sakit.
Oleh karena itu terbitlah undang-undang No.36 Tahun 2009 Pasal 4 dan 5 yang
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal, dan setiap orang berkewajiban
untuk ikut serta dalam meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga,
dan serta lingkungan nya.
PEMBAHASAN
Rumah Sakit mempunyai dampak yang cukup besar bagi kehidupan,
seperti yang telah di jelaskan dalam buku ini rumah sakit mempunyai dampak
positif serta dampak negatif. Dampak positifnya bagi masyarakat yaitu sebagai
tempat menyembuhkan orang yang sedang sakit. Sedangkan dampak
negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila

limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Air limbah yang berasal dari
rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat
potensial. Hal ini di sebabkan karena limbah air rumah sakit yang mengandung
senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung senyawa senyawa kimia
yang berbahaya serta mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan
penyakit. Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari

hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi : limbah domestik cair
yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair
klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya
air bekas cucian luka, air bekas cucian darah, air limbah laboratorium, dan lain
sebagainya1.
Di dalam buku ini di jelaskan bahwa pada tahun 1990, WHO melaporkan
bahwa di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan yang terinveksi
virus HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang menangani limbah medis. Hal
ini menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak hanya
pada limbah medis saja, akan tetapi meliputi limbah rumah sakit secara
keseluruhan. Buku ini juga membahas hasil Rapid Assessment pada tahun
2002 yang di lakukan oleh Ditjen Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang
melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, yang menyebutkan bahwa
sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki
insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas limbah cair yang telah melalui
proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai 52% saja.
Limbah rumah sakit merupakan suatu bentuk limbah hasil proses
kegiatan yang terjadi di lingkungan rumah sakit sangat potensial menyebabkan
penularan berbagai bibit bibit penyakit. Untuk itu limbah rumah sakit di setiap

daerah kota besar maupun kota kecil atau daerah terpencil harus dikelola
secara serius dan cermat, serta di butuhkan juga penanganan atau kesadaran
dari pemerintah dan pengelola rumah sakit, agar segala jenis kuman penyakit
yang di kandung di dalamnya tidak mengakibatkan pencemaran bagi
lingkungan karena dapat mengakibatkan penularan penyakit bagi masyarakat
yang tinggal di sekitar rumah sakit itu sendiri.
Dalam buku ini disebutkan bahwa, bentuk limbah atau sampah medis
bermacam- macam dan berdasarkan potensial bahaya yang di timbulkan
dikelompokkan menjadi 8, yaitu sebagai berikut :
1. Limbah Benda Tajam
Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung
atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, dan pisau bedah. Benda-benda tajam yang terbuang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi,
bahan beracun atau radio aktif.
2. Limbah Infeksius
Limbah Infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah

laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan biologi dari poliklinik
1 Pruss A, Giroult E, Rushbrook P,Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2005, hlmn 4.

dan ruang perawatan/isolasi penykit menular. Limbah jaringan tubuh
meliputi organ dan anggota badan, darah dan cairan tubuh, sampah
mikrobiologis, limbah pembedahan, limbah unit dialysis dan peralatan
yang terkontaminasi (medical waste).
3. Limbah Jaringan Tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan dan organ tubuh, anggota
badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat
pembedahan dan autopsy. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan
pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label,
dan dibuang ke incinerator.
4. Limbah Citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat citotoksik selama proses peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat
limbah citotoksik harus di bakar dalam incinerator dengan suhu diatas
1000oC.

5. Limbah Farmasi
Limbah farmasi yang berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obatobatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau
telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh
pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak
diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.
6. Limbah Kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan zat kimia dalam tindakan
medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia
juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
7. Limbah Radio Aktif
Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotope yang berasal dari penggunaan medis dan riset radionucleida.
Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir,
radioimmunoassay dan bakteriologis yang dapat berupa padat, cair
ataupun gas.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah
sakit, dan sarana kesehatan lain seperti barang barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
Pada prinsipnya pengelolaan limbah medis rumah sakit merupakan

bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang pada
prinsipnya bertujuan untuk memproteksi masyarakat dari potensi bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah medis rumah sakit. Di
dalam buku ini telah dijelaskan pengelolaan limbah medis rumah sakit, yaitu
sebagai berikut :
A. Limbah padat
1. Pemisahan

-

Golongan A (dressing bedah, swab, bahan kimia, dan seluruh
jaringan manusia)
Dressing bedah yang kotor, swab, dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam
bak penampungan limbah medis yang mudah dijangkau, bak sampah
yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah.
Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari
sekali. Kemudian dikat kuat sebelum diangkut dan ditampung
sementara di bak sampah klinis. Bak sampah tersebut hendaknya juga
hendaknya diikat kuat bila mencapai tiga perempat penuh atau

sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah kemudian dibuang
dengan cara sebagai berikut :
a. Sampah dari haemodialisis, sampah hendaknya dimusnahkan
dengan incinerator atau autoclaving.
b. Limbah dari unit lain, sampah hendaknya dimusnahkan dengan
incinerator atau bisa dengan cara membuat sumur dalam yang
aman. Semua jaringan tubuh, plasenta, dll hendaknya ditampung
pada bak limbah medis atau kantong lain yang tepat kemudian
dimusnahkan dengan incinerator.
- Golongan B (syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas, dan
benda tajam lain)
Syringe, jarum, dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan
tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda
tajam yang bilamana penuh hendaknya diikat dan ditampung dalam
bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan dalam
incinerator.
2. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke
incineerator, sampah yang tidak berbahaya dapat ditampung dengan

sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal
dan pengangkutan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik
penampungan awal ke tempat pembuangan atau incinerator
(pengolahan on-site). Dalam bagian ini penulis tidak menjelaskan
bagaimana pengangkutan eksternal itu berlangsung.
B. Limbah cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
bahan-bahan organik dan anorganik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit
Pengelolaan Limbah (UPL) dirumah sakit antara lain :
- Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
- Kolam Oksidasi Air Limbah (Waste Oxidation Ditch Treatmen
System)
- Anaeroic Filter Treatmaent System
Dalam bagian ini penulis juga tidak menjelaskan tatacara atau
mekanisme pengelolaan limbah cair di rumah sakit.
Limbah medis rumah sakit baik secara langsung atau tidak langsung
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan
bagi pengunjung, petugas kesehatan, dan masyarakat di sekitar wilayah rumah

sakit tersebut.

Seperti yang telah di jelaskan di dalam buku ini pengaruh limbah rumah sakit
terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai
masalah seperti :
1. Gangguan estetika dan kenyamanan berupa warna yang berasal dari
bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan organik yang
menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap di pandang.
2. Kerusakan harta benda yang dapat disebabkan oleh garam-garam
(korosif dan karat) yang terlarut air yang berlumpur dan dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
3. Gangguan kerusakan tanaman dan binatang yang disebabkan virus,
senyawa kimia, dan logam berat.
4. Gangguan kesehatan terhadap manusia, dapat disebabkan oleh
berbagai jenis bakteri, virus, senyawa kimia, pestisida, serta logam
berat.
5. Gangguan genetik dan reproduksi terhadap makhluk hidup.
6. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi
tempat yang baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.
7. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya

jarum suntik atau benda tajam lainnya.
8. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menimbulkan
gas tertentu dan akan menimbulkan bau.
9. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter
asapnya akan mengakibatkan gangguan pernafasan, penglihatan, dan
penurunan kualitas udara.
10. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu
pernafasan,
menimbulkan
pencemaran
udara
yang
akan
menyebabkan kuman penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan
makanan-makanan serta minuman yang ada di rumah sakit.
Forum for democratic reform mengidentifikasi eleken-elemen kunci
kemajuan demokrasi yaitu : reformasi negara dan institusinya, rule of law, dan
budaya demokratis. Pembaharuan hukum lingkungan tidak bisa terlepas dari
rule of law sebagai salah satu elemen kunci dari demokrasi. Dalam konteks rule
of law ada 5 hal yang menjadi elemen kunci yaitu : kepastian hukum, peradilan
yang independen, penegakan hukum yang efektif, pembentukan peraturan
perundang-undangan yang partisipatif, dan akses terhadap masyarakat yang
termarginalkan dan tidak beruntung2. Penulis didalam buku ini hanya
memaparkan satu peraturan tentang kesehatan yaitu Undang-Undang No.36
Tahun 2009. Selain itu penulis juga memaparkan peraturan perundangundangan terkait pengelolaan limbah rumah sakit, yaitu :
1. Undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) 3.
3. Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun pengganti PP No.18 Tahun 1999,
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Jo.
Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
2 Achmad Santosa, Gerakan Pembaruan Hukum Lingkungan Indonesia dan Perwujudan Tata Kelola Lingkungan yang
baik dalam Negara Demokrasi, Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol.1, No.1, Januari 2014, hlm.24
3 Henri Subagiyo, Jaminan Akses Informasi Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Rekomendasi
Penguatan Hak Akses Informasi Lingkungan), Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol.1, No.1, Januari 2014, hlm.76

5. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintah
Daerah,
dan
Pemerintahan Kabupaten/Kota.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204 Tahun 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2013 tentang
Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
8. Permen LH No.02/008 tentang Pemanfaatan Limbah B3.
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2009
tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah
Daerah.
Selain peraturan perundang-undangan di atas penulis didalam buku ini
juga memaparkan prinsip-prinsip berdasarkan kesepakatan Internasional yaitu
The Polluters Pays Principle (Prinsip Pencemaran Yang Membayar), The
Precautionary Principle (Prinsip Pencegahan), The Duty Of Care Principle
(Prinsip Kewajiban Untuk Waspada), The Proximity Principle (Prinsip
Kedekatan).
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh
Pemerintahan Indonesia Tentang Hukum Lingkungan dan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit serta prinsip-prinsip Kesepakatan
Internasional, maka diharapkan adanya kesadaran dari pihak pengelola rumah
sakit untuk mengelola limbah bahan yang berbahaya serta beracun dengan
baik dan benar agar tidak merusak lingkungan sekitar karena limbah bahan
yang disebabkan oleh zat kimia dari rumah sakit jika terkena air di lingkungan
masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit maka akan memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan. Jika air yang sudah terkontaminasi
digunakan untuk kegiatan sehari-hari maka akan menyebabkan orang tersebut
terkena gangguan penyakit. Untuk itu diperlukan peran serta dari pemerintah,
pengelola rumah sakit, serta dari masyarakat itu sendiri.