islam dan tantangan zaman surabaya

ISLAM DAN TANTANGAN ZAMAN
“Saatnya Umat Islam Bangkit Dari Tudur Panjangnya”
1.Realitas Umat Islam Saat Ini
Secara umum, manusia harus memiliki sikap dan pemikiran kritis. Sikap dan pemikiran kritis ini bukan
berarti menghitung-hitung aib dan kekurangan. Arti dan sikap dan pemikiran kritis ialah menayakan dan
membahas sesuatu agar bisa diketahui yang benar dari yang tidak benar. Umpamanya saja, sikap kritis
atas sebuah kitab bukan berarti bahwa seseorang harus menghitung kelemahan-kelemahan kitab itu.
Akan tetapi, ia harus mengemukakan semua kelebihan maupun kekurangan kitab itu. Seseorang harus
bersikap kritis atas semua kabar yang didengarnya dari orang lain. Artinya, ia harus menganalisis dan
mengkaji semua kabar yang didapatkannya itu. Jika ada suatu ucapan yang masyhur di tengah-tengah
manusia, maka hal itu bukan berarti bahwa manusia wajib menerima ucapan itu, meskipun disampaikan
dengan cara indah dan meyakinkan. Terlebih lagi dalam urusan-urusan agama, manusia wajib bersikap
kritis.[1]
Sekarang yang kita saksikan umat Islam benar-benar mundur, kejayaan masa lalu kini tinggal kenagan.
Kenapa demikian, karena umat Islam sendiri perlahan-lahan meninggalakan ajarannya sendiri. Terlebih
lagi mereka tidak lagi berpegang teguh kepada kitab suci al-Qur’an. Bangsa lain mengalami kemajuan,
karena meninggalkan jaran mereka juga. Sebagai contoh umat Kristen, ibadahnya sekali seminggu. Umat
Islam yang diwajibkan solat 5 kali sehari, tapi tidak sedikit yang kita temukan sekali dalam seminggu solat
yaitu pada saat hari jumat, atau sekali setahun yaitu pada saat hari raya idul fitri. Kita sama-sama
meninggalkan ajaran kita. Bedanya mereka malah yang memperaktekkan ajaran Islam, dan kita juga
meperaktekkan ajaran mereka. Sebagai contoh tentang kebersihan dan kedisiplinan. Mereka jauh di atas

kita.
Sangat wajar jika umat Islam belum bisa mengembalikan kejayaan masa lalunya. Kini hanya sibuk pada
persoalan fiqih. Kamu ini salah, kamu ini sesat, saling mengklem bahwa dirinyalah yang paling benar.
Apakah tidak malu disaksikan oleh dunia. Bisanya saling menyalahkan, sedangkan solusi terbaik
terlupakan. Yaitu bersatu dan membangun peradaban yang baru, melampaui kejayaan umat Islam di kala
itu.
Satu hal yang menjadi kunci, umat Islam sudah tidak lagi kritis dan tidak terlalu peduli pada agamanya
sendiri. Akibatnya mereka dengan mudahnya diadu domba antara golongan yang satu dengan golongan
yang lainnya. Sedang al-Qur’an sendiri memerintahkan untukbersikap kritis. Seperti yang saya katakan
sebelumnya, perlahan-lahan umat Islam meninggalkan ajarannya sendiri. Padahal semua sudah jelas,
Allah memberikan kunci, Allah memberikan peta, agar kita tidak tersesat.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al Hujuraat: 6) [2]

Kenapa harus melihat perbedan yang menyebkan kita harus bentrok. Padahal persamaan itu lebih
kuat. Umat Islam sudah mulai buta, sehingga tidak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan.
Bagaiman tidak? Jika yang dikedepankan adalah egoisme dan fanatisme. Bukankah sikap tersebut
diharamkan dalam Islam, tapi nyatanya masi saja dipelihara dalam diri mereka.


2.Kebudayaan dan Agama Islam Terbajak
Tidak ada yang perdebatan lebih bernafsu dan panas, baik di dunia Barat maupun di dunia Muslim,
daripada apa yang diyakini sebagai kebangkitan dan kebangunan kembali Islam. Di dunia Barat,
kebangkitan Islam telah melahirkan suatu keasyikan positif yang menyangkut dunia Muslim. Gerombolan
itu kembali berada di gerbang wina, membawa sadera peradaban, mengancam energi kita sebagaimana
mereka dulu mengancam iman kita. Fundamentalisme Barat menyangkut Islam telah mengambil bentukbentuk hidup. Majalah Time pada gambar sampulnya memperlihatkan seorang mulla berpakaian
lengkap, dengan sorban segala, menyeru kaum kaum beriman untuk mungkin berjihad. Di dekat sang
mula di tulis: “Islam-Kebangkitan Militan”. Gambar sampul Time lainnya memperlihatkan poteret-seram
Ayatullah Khomeini yang sedang memandang penuh ancaman, bagaikan Ivan the Trirblenya Eisentein, ke
arah sebuah foto kecil dari presiden Carter yang tenang. Judulnya yang berwarna menyala berbunyi: “Uji
Kemauan”.[3]
Apakah kita akan tinggal diam saja, apabilah agama Islam dijatuhkan oleh orang-orang yang biadab. Tapi
sayangnya agama Islam sudah mulai dibajak oleh pemeluknya sendiri. Berapa banyak pembunuhan dan
tindakan kekerasan atas nama agama. Apalagi sampai merampas hak-hak orang lain. Persoalannya apa?
Ya. Ini adalah persoalan perbedaan kemazhabian. Sebenarnya terdapat unsur politik di sina. Ajaran tidak
seperti itu, Islam sangat menjaga hak-hak orang lain, bahkan non-muslim sekalipun.
Nilai-nilai Islam telah dijual, ditukar dengan materi-materi yang bisa memuaskan nafsu mereka. Jika
dalam penyaluran nilai Islam salah, terdapat tindakan membabi buta (brutal), apa bedanya kita dengan
presiden Jos Bush. Sebenarnya bersahabat, sedikit saja yang membedakan. Jika Jos Bush merusak pada
skala besar dengan menggunakan persenjataan modern. Sedangkan sahabatnya tersebut merusak pada

skala kecil dengan menggunakan persenjataan ala kadarnya, seperti kampak, golok, celurik dan lain-lain.
Sudah saatnya kita bangkit melawan para pembajak tersebut, jika tidak bergerak dari sekarang, maka
kita akan terus terjajah oleh mereka. Mari bergandengan tangan tidak ada mazhabiyah yang ada
hanyalah kita ini umat Islam dan stop pembajakan. Sesuatu yang benar sudah jelas di depan kita, orangorang munafik dan fasik yang memakai jubah Islam hatinya penuh kekafiran pun sudah jelas. Cerminan
seseorang tentunya akan tampak dari moralnya, bagaimana dia berakhlak, bagaimana menghormati
agama orang lain, bagaimana menghormati orang lain dan bagaimana menghormati agamanya sendiri.
3.Potensi Umat Islam
Ketika berbicara masalah potensi umat Islam masa kini. Pertamakali saya harus bertanya, apakah umat
Islam punya potensi untuk berkembang dan membangun peradabannya kembali? Secara kwantitas

tentunya umat Muslim lebih unggul, jika ingin dibandingkan dengan pemeluk agama-agama lainnya.
Agama Islam sudah menyebar luas ke seluruh penjuru dunia.
Pertanyaan saya selanjutnya apakah potensi kwantitas tersebut di atas dapat kita andalkan untuk
mengembalikan kejayaan umat Islam beberapa abad sialang? Faktanya, walau kita menang jumlah, tetap
saja kita masih terbelakang dan tetap saja terjajah oleh bangsa-bangsa lain. Satu hal yang tidak
dimengerti oleh umat Islam bahwa Islam dapat mebentuk sebuah sistem budaya.
Agama merupakan sistem simbolik yang menawarkan suatu cara untuk memahami realita. Jika konsepsikonsepsi ini dapat diubah meskipun realitas terus berubah, sebagaimana Islam, maka kita terdorong
untuk bertanya apakah Islam menghalangi daripada mempermudah penerimaan budaya akan
perubahan. Kita tidak dapat menjawab pertanyaan ini, namun beberapa penelitian yang informatif.
Hanya dengan landasan yang solid ini maka kami berharap untuk mengajukan suatu jawaban. Atas dasar

penelitian agama secara komporatif saya dapat mengunglapkan di sini bahwa Reformasi dalam Kristen
merupakan suatu proses yang terasimilasi dan juga memungkinkan munculnya masyarakat modern.
Suatu pemahaman tentang Islam yang baru secara substantive sampai sedemikian jauh belum muncul.
[4]
Apakah evaluasi harus kita lakukan untuk membenahi masalah kita. Seperti yang kita saksikan
kebudayaan Barat mengalami perkembangan pesat dan mengagumkan setelah meletupnya revolusi.
[5] Saya kira kita masi punya cerminan lain, buktinya Iran bisa memperlihatkan peradaban baru. Negara
Islam yang berani melawan, sekarang Iran sudah cukup berkembang di bidang tekhnologi. Walu selalu
mendapat gencatan dari Amerika. Kita harus ingat kwantitas kita meman banyak tapi tidak teroganisir
masing-masing, sehingga langkah yang kita tempuh berbeda-beda. Kita sudah punya cukup potensi
untuk mengibarkan peradaban yang pernah diraih umat Islam sebelumnya. Tidak boleh tunduk kepada
Barat yang hanya mengambil keuntungan dari kita saja. Semestinya Iran menjadi sorotan umat Islam
dunia dan menjadi, bahwa kita bisa tanpa Barat (Amerika).
4.Potret Islam di Zaman Nabi
Saya sedikit ingin kembali memotret Islam di masa Nabi. Kita ketahui bersama di zaman Nabilah
peradaban pertama umat Islam dimulai dan paling bersejarah yang pernah ada dipermukaan bumi ini.
Bahkan peradaban di kala itu adalah peradaban Islam yang sudah melampaui zamannya.[6] Tidakkah
kita ingin bercermin kepada para pendahulu kita, terkhsus kepada baginda Rasulullah.
Islam terus berkembang pesat, hingga kepelosok-kepelosok. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?
Karena adanya pengaruh dari peradaban Islam yang sangat berkembang. Namun ada satu hal yang

sangat menarik di zaman itu. Bahwasanya umat Islam hidup damai dan tenteram, bukan hanya
mendamaikan para pemeluknya. Bahkan para penganut agama yang lain juga merasakannya. Piagam
Madinah, sebuah perjanjian yang berhasil ditegakkan antara umat Islam dengan pemeluk agama yang
lain. Ini sebuah terobosan yang tidak dijumpai sebelumnya hingga saat ini.

Umat Islam sudah mulai buta, meninggalkan ajaran mereka sendiri, Tidakkah ia sadari kalau
mempumnyai sosok yang luar bisa dijadikan sebagai suri tauladan, yaitu Nabi Muhammad SAW. Kini
saatnya bersatu di bawah komando Rasulullah SAW serta memegan teguh al-Qur’an sebagai pedoman.

[1]Ayatullah Murtadha Muthahhari. Islam & Tantangan Zaman (Jakarta, Sadra Press: Cet. I, 2011).
Hal.239.
[2]Al-Jumaanatul ‘Ali “al-Qur’an dan Terjemahannya” (Bandung, CV Penerbit Jumaanatul ‘Ali: 2004).
Hal.517
[3]Ziauddi Sardar. Masa Depan Islam (Bandung, Pustaka: Cet. I, 1987). Hal. 44
[4]Bassam Tibi. Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial (Yogyakarta, PT Tiara Wacana Yogya: Cet. I,
1999). Hal. 15
[5]Mujtaba Lari. Budaya Yang Terkoyak “di Antara Islam dan Barat” (Jakarta, al-Huda: 1993). Hal. 4
[6]Kutipan kata: Gustiana Isya Marjani, Ketika Membawakan Mata Kuliah Metodologi Studi Islam. STFI
Sadra: 2102.
DAFTAR PUSTAKA


Al-Jumaanatul ‘Ali “al-Qur’an dan Terjemahannya”.2004. Bandung: CV Penerbit Jumaanatul ‘Ali.
Lari, Mujtaba. 1993. Budaya Yang Terkoyak “di Antara Islam dan Barat”. Jakarta: al-Huda
Sardar, Ziauddi. 1987. Masa Depan Islam. Bandung: Pustaka.
Maarif, Ahmad Syafii. 2010. Al-Qur’an dan ralitas Umat. Jakarta: PT. Gramedia.
Marjani, Gustiana Isya.2012. Kutipan: “Ketika Membawakan Mata Kuliah Metodologi Studi Islam. STFI
Sadra”
Muthahhari, Murtadha. 2011. Islam & Tantangan Zaman. Jakarta: Sadra Press
Tibi, Bassam. 1999. Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.