PERTUMBUHAN EKONOMI dan pengembangan sektor
KATA PE N GAN TAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami kelompok tujuh dapat menyelesaikan makalah Makroekonomi tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa banyak keterbatasan dalam penulisan makalah ini, meskipun
makalah kami jauh dari sempurna tetapi kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga akan ada manfaatnya untuk pembelajaran ke depannya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Yusrizal Soran selaku Dosen
Makroekonomi yang telah memberikan kesempatan kepada kami sekaligus memberikan
materi presentasi kepada kelompok 7 ini dan kami paham atas materi yang diberikan dan
tidak lupa terimakasih atas kerjasamanya untuk reka-rekan kelompok 7.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin masih belum sempurna dan banyak salah
serta kekurangan – kekurangan nya. Oleh karna itu kami berharap adanya saran, masukan dan
kritik untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik.
Jakarta, 7 Maret 2014
Penulis,
Tim Penulis
1
DAFTAR I S I
Kata Pengantar...................................................................................................
1
Daftar Isi............................................................................................................
2
A. Kemajuan Teknologi dalam Model Solow.....................................
3
a. Efisiensi Tenaga Kerja...............................................................
3
b. Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi...........................
4
c. Dampak Kemajuan Teknologi...................................................
5
B. Dari Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris...............................
6
a. Pertumbuhan yang Seimbang.....................................................
6
b. Convergence..............................................................................
7
c. Akumulasi Faktor Efisiensi Produksi........................................
8
C. Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan....................................
9
a. Mengevaluasi Tingkat Tabungan................................................
9
b. Mengubah Tingkat Tabungan.....................................................
11
c. Mengakolokasikan Investasi Perekonomian...............................
11
d. Mengubah Institusi yang Tepat...................................................
13
e. Mendorong Kemajuan Teknologi................................................
13
D. Di luar Model Solow ( Teori Pertumbuhan Endogen ).....................
14
a.
Model Dasar.............................................................................
14
b.
Model Dua – Sektor.................................................................
15
c.
Makroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan.................
16
Penutup.................................................................................................................
17
Daftar Pustaka......................................................................................................
18
2
A. Kemajuan Teknologi dalam Model Solow
Sejauh ini presentasi kita mengenai model solow mengasumsikan hubungan yang
tidak berubah antara input modal dan tenaga kerja serta output barang dan jasa . Tetapi
model ini bisa dimodifikasi untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan
variabel eksogen, yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi
sepanjang waktu.
A.1 Efisiensi Tenaga Kerja
Untuk memasukkan kemajuan teknologi, kita harus kembali ke fungsi produksi
yang mengaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y. Jadi,
fungsi produksi itu adalah :
Y=F(K,L).
Kini kita tulis fungsi produksi sebagai :
Y=F(K,L x E).
Di mana E adalah variabel baru (dan abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja.
Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-metode
produksi: ketika teknologi mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja meningkat.
Sebagai contoh, efisiensi tenaga kerja meningkat ketika produksi lini-perakitan
mentransformasi sistem manufaktur pada awal abad kedua puluh, dan meningkat lagi
ketika komputerisasi diperkenalkan di akhir abad kedua puluh. Efisiensi tenaga kerja
juga meningkat ketika ada pengembangan dalam kesehatan, pendidikan, atau keahlian
angkatan kerja.
L x E mengukur jumlah para pekerja efektif. Perkalian ini memperhitungkan
jumlah pekerja L dan efisiensi masing-masing pekerja E. Fungsi produksi yang baru ini
menyatakan bahwa output total Y bergantung pada jumlah unit modal K dan jumlah
pekerja efektif, LxE. Inti dari pendekatan terhadap model kemajuan teknologi ini
adalah bahwa peningkatan efisiensi tenaga kerja E sejalan dengan penigkatan angkatan
kerja L.
3
Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan
tekonologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g.
Sebagai contoh, jika g = 0,02 maka setiap unit tenaga kerja menjadi 2 persen lebih
efisien setiap tahun: output meningkat jika angkatan kerja meningkat sampai 2 persen
tambahan itu. Bentuk kemajuan teknologi itu disebut pengoptimalan tenaga kerja dan
g disebut tingkat kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (laboraugmenting technological progress). Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n
dan efisiensi dari setiap unit tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g maka jumlah pekerja
efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g.
A.2 Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi
Karena kemajuan teknologi yang dimodelkan disini menambah efisiensi tenaga
kerja, maka hal itu memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi. Meskipun
kemajuan teknologi tidak menyebabkan jumlah pekerja aktual meningkat. Namun
sebenarnya, setiap pekerja menghasilkan unit yang lebih banyak sepanjang waktu. Jadi
kemajuan teknologi menyebabkan jumlah pekerja efektif meningkat.
Untuk melakukan hal ini, kita perlu mempertimbangkan kembali notasi kita.
Sebelumnya, kita menganalisis perekonomian dalam kuantitas per pekerja, sekarang
kita menganalisis perekonomian dalam hal kuantitas per pekerja efektif. Kita nyatakan
k = K/(LxE) menunjukkan modal per pekerja efektif, dan y = Y/(LxE) menunjukkan
output per pekerja efektif. Dengan definisi ini kita bisa menulis kembali y=f(k).
Analisis kita tentang perekonomian membuahkan hasil ketika kita mengkaji
pertumbuhan populasi. Persamaan yang menunjukkan evolusi k sepanjang waktu
sekarang berubah menjadi :
Seperti sebelumnya, perubahan persediaan modal
dikurangi investasi pulang – pokok
sama dengan investasi sf(k)
Namun demikian, karena k = K/
(LxE), maka investasi pulang-pokok meliputi tiga kaidah: untuk menjaga k tetap
konstan,
dibutuhkan untuk mengganti modal yang terdepresiasi, nk dibutuhkan
4
untuk memberi modal bagi para pekerja baru, dan gk dibutuhkan untuk memberi modal
bagi “para pekerja efektif” baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi.
Dampak Kemajuan Teknologi
Sebagaimana kita lihat, modal per pekerja efektif k adalah konstan dalam kondisi
mapan. Karena, y=f(k), maka output per pekerja efektif juga konstan. Variable inilah
yang menunjukkan kuantitas per kuantitas per pekerja efektif yang stabil pada kondisi
mapan. Dengan adanya kemajuan teknologi, model kita akhirnya bisa menjelaskan
kenaikan yang berkelanjutan dalam standar kehidupan yang kita amati. Yaitu, kita telah
menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang
bekelanjutan dalam output per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi
mengarah ke tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output per pekerja hanya
jika kondisi mapan dicapai. Sekali perekonomian berada dalam kondisi mapan, tingkat
pertumbuhan output per pekerja, hanya bergantung pada tingkat kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidah Emas. Tingkat modal
kaidah emas kini didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan konsumsi
per pekerja efektif.
Dengan mengikuti argumen yang sama yang kita gunakan sebelumnya, kita bisa
menunjukkan bahwa konsumsi per pekerja efektif pada kondisi mapan adalah :
c* = f(k*) – ( + n + g)*.
5
Konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika :
MPK = + n + g,
Atau
MPK +
= n + g.
Yaitu, pada tingkat modal kaidah emas, produk marjinal modal neto, MPK – , sama
dengan tingkat pertumbuhan output total, n + g. Karena perekonomian actual
mengalami pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, maka kita harus
menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi apakah hal itu memiliki modal yang lebih
besar atau lebih kecil dari kondisi mapan Kaidah Emas.
B. Dari Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris Pertumbuhan
Sejauh ini dalam bab ini kita telah diperkenalkan dengan kemajuan teknologi eksogen
dalam model solow untuk menjelaskan pertumbuhan yang berkelanjutan dari standar
kehidupan. Kita kemudian menggunakkan kerangka kerja teoritis sebagai lensa untuk
melihat isu-isu penting yang dihadapi oleh pembuat kebijakan. Sekarang mari kita
diskusikan apa yang terjadi saat teori dihadapkan dengan fakta.
Pertumbuhan yang Seimbang
Menurut model Solow, kemajuan teknologi yang menyebabkan nilai berbagai variable
meningkat secara bersamaan pada kondisi mapan. Hal ini, yang disebut pertumbuhan
yang seimbang (balanced growth), bekerja dengan baik dalam mendeskripsikan data
jangka panjang bagi perekonomian AS.
Pertama, pertimbangkanlah output per pekerja Y/L dan persediaan modal per pekerja
K/L. Menurut Solow, dalam kondisi mapan, kedua variabel ini tumbuh sebesar g pada
tingkat kemajuan teknologi. Data AS selama pertengahan abad ini menunjukkan bahwa
output per pekerja dan persediaan modal per pekerja telah tumbuh dalam tingkat yang
6
hampir sama- sekitar 2% per tahun. Dengan kata lain, rasio modal-output telah bertahan
konstan sepanjang waktu.
Kemajuan teknologi juga mempengaruhi harga faktor. Soal 3(d) pada akhir bab ini
meminta anda untuk menunjukkan bahwa, dalam kondisi mapan, upah riil tumbuh
sebesar tingkat kemajuan teknologi. Namun harga sewa riil modal tetap konstan
sepanjang waktu. Sekali lagi, prediksi ini tepat untuk Amerika Serikat. Selama 50 tahun
terakhir, upah riil telah meningkat 2% pertahun: upah ini telah naik dengan jumlah yang
hampir sama dengan GDP riil per pekerja. Namun harga riil modal (diukur sebagai
pendapatan modal riil dibagi dengan persediaan modal) mempunyai nilai yang hampir
sama.
Prediksi model Solow tentang harga factor-dan ketepatan prediksi ini-terutama patut
diperhatikan ketika dibandingkan dengan teori perkembangan perekonomian kapitalis
Karl Marx. Marx memprediksikan bahwa pengembalian modal akan menurun
sepanjang waktu dan hal ini akan mengarah pada krisis politik serta ekonomi. Sejarah
perekonomian belum mendukung prediksi Marx, yang sebagian menjelaskan mengapa
saat ini kita mempelajari teori ekonomi Solow dan bukan Marx.
Convergence
Model Solow meramalkan kapan convergence terjadi. Menurut model tersebut kapan
pertemuan (convergence) perekonomian bergantung pada perbedaan saat mereka
memulai. Di satu sisi, jika dua perekonomian dengan kondisi mapan yang sama seperti
yang ditentukan oleh tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan efisiensi
tenaga kerja, karena kesalahan sejarah mulai dengan persediaan modal yang berbeda.
Pada kasus ini, maka kita dapat mengharapkan mereka untuk bertemu, perekonomian
dengan persediaan modal yang lebih kecil secara alami akan tumbuh lebih cepat. Di sisi
lain, jika kedua perekonomian yang mempuyai kondisi mapan yang berbeda, mungkin
karena perekonomian mempunyai tingkat tabungan yang berbeda, maka kita tidak perlu
mengharapkan convergence. Disini, setiap perekonomian akan mendekati kondisi
convergence. Di sini, setiap perekonomian akan mendekati kondisi mapannya sendiri.
7
Pengalaman ini konsisten dengan analisis ini. Dalam contoh perekonomian dengan
budaya dan kebijakan yang sama, studi yang dilakukan membuktikan bahwa
perekonomian akan saling berkonvergensi pada tingkat sekitar 2 persen per tahun.
Yaitu, kesenjangan antara perekonomian yang kaya dan miskin menyempit sekitar 2
persen per tahun. Salah satu contohnya adalah perekonomian rumah tangga di AS.
Karena alasan sejarah, seperti perang sipil tahun 1860-an tingkat pendapatan
antarnegara bagian mempunyai variasi yang besar seabad yang lalu. Tetapi perbedaan
ini akan menghilang dengan berlalunya waktu.
Pada data internasional, gambarannya menjadi lebih rumit. Ketika para peneliti hanya
memeriksa data tentang pendapatan per kapita, mereka kurang mendapatkan bukti
mengenai adanya convergence: Negara-negara yang miski rata-rata tidak berkembang
lebih cepat daripada Negara-negara kaya. Penemuan ini mengindikasikan bahwa negara
yang berbeda mempunyai kondisi mapan yang berbeda pula. Jika teknik statistik
digunakan untuk mengendalikan beberapa determinan kondisi mapan tersebut, seperti
tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan tingkat pendidikan, maka sekali
lagi data menunjukkan convergence pada tingkat sekitar 2% per tahun.
Akumulasi Faktor Versus Efisiensi Produksi
Ada beberapa cara untuk menginterprestasikan korelasi positif ini. Salah satu
hipotesisnya adalah bahwa perekonomian yang efisien dapat mendorong akumulasi
modal. Sebagai contoh, seseorang dalam perekonomian yang berfungsi dengan baik
mungkin mempunyai sumber daya dan insentif untuk tetap bersekolah serta
mengakumulasikan modal manusia yang lebih besar. Hipotesis lainnya adalah bahwa
akumulasi modal dapat mendorong efisiensi produksi yang lebih baik. Jika ada
eksternalitas yang positif terhadap modal fisik dan modal manusia, maka negara yang
menabung dan menginvestasikan lebih banyak tampaknya akan mempunyai fungi
produksi yang lebih baik (kecuali jika penelitian tersebut memperhitungkan
eksternalitasnya, suatu hal yang sulit dilakukan). Jadi, efisiensi produk yang lebih besar
dapat menyebabkan akumulasi factor yang lebih besar, atau sebaliknya.
Hipotesis terakhir adalah bahwa faktor akumulasi dan efisiensi produksi digerakkan
oleh variable ketiga. Variabel ketiga ini dapat berupa kualitas institusi negara, termasuk
8
proses pembuatan kebijakan pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh seorang ekonom,
jika pemerintah membuat kesalahan, maka mereka membuat kesalah yang besar.
Kebijakan yang jelek, seperti inflasi yang tinggi, defisit anggaran yang berlebihan,
campur tangan pasar yang terlalu besar, dan korupsi yang merajalela sering berjalan
beriringan. Kita seharusnya tidak terkejut bahwa perekonomian seperti itu
mengakumulasi modal yang lebih sedikit dan gagal menggunakkan modal tersebut
dengan efisien.
C. Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan
Setelah menggunakkan metode Solow untuk menyingkap hubungan di antara sumbersumber pertumbuhan ekonomi yang berbeda, dan kita telah mendiskusikan beberapa
bukti empiris yang menjelaskan pengalaman pertumbuhan aktual. Kita bisa gunakan
teori itu untuk membantu menuntun pemikiran kita tentang kebijakan ekonomi.
Mengevaluasi Tingkat Tabungan
Sebagaimana yang kita ketahui, tingkat tabungan menentukan tingkat modal dan output
pada kondisi mapan (steady state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan kondisi
mapan Kaidah Emas, yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja sekaligus
kesejahteraan ekonomi. Kaidah Emas memberikan tolok ukur yang bisa kita
bandingkan dengan perekonomian AS. Untuk memutuskan apakah perekonomian AS
berada pada, di atas, atau di bawah Kaidah Emas, kita perlu membandingkan produk
marjinal modal setelah depresiasi (MPK- ) dengan tingkat pertumbuhan output total (n
+ g). Kita tahu bahwa pada kondisi mapan Kaidah Emas, MPK- =n+g. Jika
perekonomian beroperasi dengan modal yang kian menurun menyatakan bahwa MPK –
> n + g. Dalam hal ini, kenaikan tingkat tabungan secara bertahap akan meningkatkan
akumulasi modal yang mengarah ke kondisi mapan dengan kondisi mapan dengan
konsumsi yang lebih tinggi (meskipun konsumsi akan lebih rendah untuk sebagian
transisi menuju kondisi mapan yang baru). Di sisi lain, jika perekonomian beroperasi
dengan terlalu banyak modal, maka MPK –
9
< n + g. Pada kasus ini, akumulasi modal
akan berlebih: menurunkan tingkat tabungan akan meningkatkan tingkat konsumsi
untuk saat ini dan yang akan datang.
Untuk membuat perbandingan ini perekonomian riil, seperti perekonomian AS, kita
membutuhkan estimasi tingkat pertumbuhan ( n + g ) dan estimasi produk marjinal
modal neto (MPK – ). GDP riil di Amerika Serikat tumbuh rata-rata 3 persen per
tahun, sehingga n + g = 0,03. Kita bisa mengestimasi produk marjinal modal neto dari
tiga fakta berikut ini:
1. Persediaan modal kira-kira 2,5 kali GDP satu tahun.
2. Depresiasi modal kira-kira 10 persen dari GDP.
3. Pendapatan modal kira-kira 30 persen dari GDP.
Dengan menggunakkan notasi model (dan hasil dari Bab 3 bahwa para pemilik modal
menikmati pendapatan dari MPK untuk setiap unit modal), kita bisa menulis fakta ini
sebagai:
1. к = 2,5 γ.
2.
3.
к = 0,1 γ.
MPK x к = 0,3 .
Kita mencari tingkat depresiasi dengan membagi persamaan 2 dengan persamaan 1:
к/ к = (0,1 γ) /(0,25 γ)
= 0,04.
Dan kita cari produk marjinal modal MPK dengan membagi persamaan 3 dengan
persamaan1:
(MPK x к) /к = (0,3 γ) / (2,5 γ)
MPK = 0,12.
10
Jadi, kira-kira 4 persen dari persediaan modal terdepresiasi setiap tahun, dan produk
marjinal modal kira-kira 12 persen per tahun. Produk marjinal modal neto, MPK –
kira-kira 8 persen per tahun.
Sekarang kita bisa melihat bahwa pengembalian modal (MPK –
persen per
tahun) melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata perekonomian ( n + g = 3 persen per
tahun). Fakta ini, bersama-sama dengan analisis sebelumnya, mengindikasikan bahwa
persediaan modal dalam perekonomian AS berada di bawah tingkat Kaidah Emas.
Dengan kata lain, jika Amerika Serikat menabung dan menginvestasikan bagian yang
lebih besar dari pendapatannya, maka perekonomian akan tumbuh jauh lebih cepat dan
akhirnya mencapai kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi.
Mengubah Tingkat Tabungan
Cara yang paling tepat yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi nilai
tabungan nasional adalah mealalui tabungan masyarakat-penerimaan antara jumlah
penerima pajak pemerintah dan pengeluarannya. Bila pengeluaran pemerintah melebihi
penerimaannya, maka pemerintah dikatakan mengalami defisit anggaran, yang
menunjukkan tabungan masyarakat negatif.
Pemerintah juga mempengaruhi tabungan nasional dengan mempengaruhi tabungan
swasta-tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan. Sebaliknya,
berapa banyak orang yang menabung bergantung dari insentif yang mereka terima, dan
insentif ini dibedakan oleh berbagai kebijakan public. Banyak ekonom berpendapat
bahwa tarif pajak atas modal yang tinggi-termasuk pajak pendapatan perusahaan, pajak
pendapatan federal, dan berbagai jenis pajak pendapatan negara bagian- menghambat
tabungan swasta dengan mengurangi tingkat pengembalian yang diterima oleh para
penabung. Di sisi lain, pos penghapusan pajak, seperti IRA, dirancang untuk
mendukung tabungan swasta dengan memberikan perlakuan khusus atas pendapatan
yang ditabung dalam pos ini. Beberapa ekonom mengusulkan peningkatan insentif
untuk menabung dengan mengganti sistem pajak pendapatan saat ini dengan system
pajak konsumsi.
Mengalokasikan Investasi Perekonomian
11
Model Solow menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu jenis modal. Di dunia,
tentu saja ada banyak jenis modal. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan investasi
dalam jenis-jenis modal tradisonal, seperti pabrik buldoser dan baja, serta jenis-jenis
modal baru, seperti computer dan robot. Pemerintah melakukan investasi dalam
berbagai bentuk modal masyarakat yang disebut infastruktur, seperti jalan raya,
jembatan dan system pembuangan air.
Para pembuat kebijakan yang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi harus
menghadapi isu tentang jenis-jenis modal apa yang paling dibutuhkan perekonomian.
Dengan kata lain, jenis-jenis modal apakah yang menghasilkan produk marjinal
teringgi? Untuk itu, para pembuat kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk
mengalokasikan tabungan ke jenis-jenis investasi alternatif. Industri-industri dengan
produk marjinal modal tertinggi secara alami akan bersedia meminjam pada tingkat
bunga pasar untuk mendanai investasi baru. Banyak ekonom menyarankan bahwa
pemerintah semata-mata hanya menciptakan “tingkat yang menghasilkan” untuk
berbagai jenis modal
misalnya, dengan menyakinkan
bahwa sistem pajak
memperlakukan seluruh jenis modal secara adil. Pemerintah kemudian bisa
mengandalkan pasar untuk mengalokasikan modal secara efisien.
Para ekonom lain menyarankan agar pemerintah secara aktif mendorong bentukbentuk modal tertentu. Anggaplah, misalnya, pengembangan teknologi terjadi sebagai
produk-sampingan dari aktivitas ekonomi tertentu. Ini akan terjadi jika proses produksi
baru dan perbaikannya dijalankan selama proses pengumpulan modal (fenomena yang
disebut belajar melalui tindakan) dan jika gagasan ini menjadi bagian dari telaga
pengetahuan masyarakat. Produk-sampingan itu disebut eksternalitas teknologi (atau
imbasan ilmu pengetahuan). Dengan adanya eksternalitas itu, pengembalian modal
sosial melebihi pengembalian perseorangan, dan manfaat dari peningkatan akumulasi
modal bagi masyarakat lebih besar ketimbang yang dinyatakan model Solow. Selain itu
beberapa jenis akumulasi modal bisa menghasilkan eksternalitas yang lebih besar
ketimbang akumulasi modal lainnya.
Sebagian besar ekonom bersikap skeptik terhadap kebijakan indusri, karena dua
alasan. Pertama, mengukur ekternalitas dari sektor-sektor yang berbeda begitu sulit
seperti mengantang asap. Jika kebijakan didasarkan pada pengukuran yang buruk, maka
pengaruhnya akan mendekati acak, dan dengan demikian, lebih buruk ketimbang tidak
12
ada kebijakan sama sekali. Kedua, proses politis adalah jauh dari sempurna. Sekali
pemerintah terlibat dalam bisnis yang memfasilitasi industri-industri tertentu dengan
subsidi dan penghapusan pajak, hal itu cenderung didasarkan pada kepentingan politis
sebagai besaran eksternalitas.
Membangun Institusi yang Tepat
Tradisi hukum suatu negara adalah sebuah contoh dari institusi tersebut. Beberapa
negara seperti A.S, Australia, India dan Singapura, merupakan daerah bekas koloni
Inggris dan karenanya memiliki sistem hukum dengan gaya-Inggris. Negara-negara
lainnya seperti Italia, Spanyol dan banyak negara di Amerika Latin memiliki tradisi
hukum yang berasal dari Kode Napoleonik Prancis. Penelitian menemukan bahwa
perlindungan hukum bagi pemegang saham dan kreditor lebih kuat dengan gaya-Inggris
daripada sistem gaya-Prancis. Hasilnya, negara-negara dengan hukum gaya-Inggris
memiliki pasar modal yang lebih berkembang. Selanjutnya, negara dengan pasar modal
yang berkembang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat, karena lebih mudah
perusahaan kecil atau pun perusahaan baru untuk membiayai proyek investasi, sehingga
terjadi alokasi yang lebih efisien pada modal negara tersebut.
Perbedaan institusi penting lainnya terjadi antarnegara adalah kualitas dari
pemerintahan negara itu sendiri. Suatu pemerintah yang ideal harus berperilaku sebagai
“tangan yang menolong” (helping hand) pada sistem pasar, perlindungan hak milik,
pelaksanaan perjanjian yang telah disetujui, promosi kompetisi, penindakan pelaku
kejahatan dan lain sebagainya. Namun terkadang, pemerintah menyimpang dari bentuk
ideal ini dan berperilaku lebih sebagai “tangan yang menyerobot” dengan
menggunakkan wewenang yang dimiliki negara untuk memperkaya sekelompok kecil
individu sementara masyarakat luas menderita. Studi empiris membuktikan bahwa
tingkat korupsi yang cukup tinggi di suatu negara merupakan faktor penentu yang
cukup penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Mendorong Kemajuan Teknologi
Di samping pemahaman yang terbatas ini, banyak kebijakan publik dirancang untuk
mendorong kemajuan teknologi. Sebagian besar dari kebijakan ini mendorong sektor
13
swasta untuk menyalurkan sumber daya ke inovasi teknologi. Sebagai contoh, sistem
paten memberikan monopoli sementara kepada investor produk-produk baru; prinsip
perpajakan menawarkan menghapus pajak untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat
dalam penelitian dan pengembangan; serta kantor-kantor pemerintah seperti National
Science Foundation secara langsung mensubsidi penelitian dasar di universitas. Selain
itu, sebagaimana yang telah dibahas, kebijakan industri juga menyarankan bahwa
pemerintah seharusnya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan
industry-industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang pesat.
D. Di Luar Model Solow: Teori Pertumbuhan Endogen
Untuk memahami sepenuhnya proses pertumbuhan ekonomi, kita perlu keluar dari
model Solow dan mengembangkan model-model yang menjelaskankemajuan teknologi
yang berasal dari luar. Model-model ini disebut teori pertumbuhan endogen
(endogenous growth theory). Karena menolak asumsi model Solow tentang perubahan
teknologi yang berasal dari luar (eksogen). Meskipun bidang teori pertumbuhan
endogen sangat luas dan kadang-kadang kompleks, mari kita bahas sepintas riset
modern ini.
Model Dasar
Untuk menggambarkan gagasan di belakang teori pertumbuhan endogen, kita mulai
dengan produksi sederhana:
Y= AK,
Di mana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta yang
mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal.
Sekarang mari kita lihat bagaimana fungsi produksi ini berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi. Seperti biasa, kita asumsikan sebagian pendapatan ditabung dan
diinvestasikan. Karena itu, kita jelaskan akuntansi modal dengan persamaan yang telah
kita gunakan sebelumnya:
=
14
–δ .
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (
) sama dengan
investasi (s ) dikurangi depresiasi (δK). Menggabungkan persamaan ini dengan fungsi
produksi :
=A ,
kita dapatkan
/
=
/
=s
δ.
Persamaan ini menujukkan apa yang menentukkan tingkat pertumbuhan output
Lihatlah, selama s
/ .
δ, pendapatan perekonomian tumbuh selamanya, meskipun tanpa
asumsi kemajuan teknologi eksogen.
Jadi perubahan sederhana dalam fungsi produksi bisa mengubah secara dramatis
prediksi tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam model Solow, tabungan akan
mendorong pertumbuhan untuk sementara, tetapi pengembalian modal yang kian
menurun pada akhirnya akan mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan di
mana pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya,
dalam model pertumbuhan endogen, abungan dan investasi bisa mendorong
pertumbuhan berkesinambungan.
Model Dua-Sektor
Meskipun model Y= AK contoh pertumbuhan endogen yang paling sederhana, teori itu
berjalan dengan baik. Sebuah lini penelitian telah berupaya mengembangkan model
dengan lebih dari satu sector produksi untuk memberikan penjelasan yang lebih baik
tentang kekuatan-kekuatan yang mengelola kemajuan teknologi.
Perkonomian memiliki dua sector, yang bisa kita sebut perusahaan manufaktur dan
universitas riset. Perusahaan memproduksi barang dan jasa, yang digunakan untuk
konsumsi serta investasi dalam modal fisik, Universitas memproduksi faktor-faktor
produksi yang disebut “ilmu pengetahuan”. yang kemudian digunakan secara bebas
15
oleh kedua sektor. Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi untuk perusahaan,
fungsi produksi untuk universitas, dan persamaan akumulasi-modal.
= [ , (1 u)
g
] ( fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur)
(fungsi produksi dalam universitas riset)
(akumulasi modal)
Di mana u adalah bagian dari angkatan kerja di universitas(dan 1 u adalah bagian
dalam perusahaan manufaktur),
adalah persediaan ilmu pengetahuan (yang pada
gilirannya menentukan efisiensi tenaga kerja), g adalah fungsi yang menunjukkan
bagaimana pertumbuhan ilmu pengetahuan bergantung pada bagian angkatan kerja
yang berada di universitas. Jika kita melipatgandakan kedua jumlah modal fisik
dan jumlah pekerja efektif dalam perusahaan manufaktur [(1
n
, maka kita
melipatgandakan output barang dan jasa ( ).
Namun demikian, pada saat yang sama model ini juga merupakan sepupu dari model
pertumbuhan Solow. Jika u, bagian dari angkatan kerja yang berada di
universitasdinyatakan konstan, maka efisiensi tenaga kerja
tumbuh pada tingkat
konstan g(u). Hasil pertumbuhan Konstan dalam efisiensi tenaga kerja pada tingkat g
ini adalah sama dengan asumsi yang dibuat dalam model Solow dengan kemajuan
teknologi.
Ada dua variable keputusan dalam model ini ini. Seperti dalam model Solow, bagian
output yang digunakan untuk tabungan dan investasi, , menentukan persediaan modal
fisik pada kondisi mapan. Selain itu, bagian tenaga kerja yang berada di universitas, u,
16
menentukan pertumbuhan persediaan ilmu pengetahuan. Baik
maupun u
mempengaruhi tingkat pendapatan, meskipun hanya u yang mempengaruhi tingkat
pertumbuhan pendapatan pada kondisi mapan. Jadi, model pertumbuhan endogen ini
mengambil
langkah
kecil
dengan
tujuan
menunjukkan
keputusan-keputusan
kemasyarakatan mana yang menentukan tingkat perubahan teknologi.
Mikroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan
Model pertumbuhan endogen dua-sektor yang baru saja dibahas membuat kita lebih
memahami kemajuan teknologi. Tetapi pembahasan itu hanya sebuah awal dari kisah
kreasi ilmu pengetahuan. Jika orang berpikir tentang proses penelitian dan
pengembangan sejenak, maka tiga fakta akan muncul. Pertama, meskipun ilmu
pengetahuan merupakan barang publik (yaitu, barang yang secara bebas tersedia untuk
setiap orang), namun banyak penelitian dilakukan di perusahaan-perusahaan yang
dijalankan dengan morif mencari laba. Kedua, penelitian menjadi menguntungkan
karena inovasi memberikan perusahaan kekuatan monopoli temporer, selain karena
sistem patennya, karena ada keunggulan untuk menjadi perusahaan pertama di pasar
dengan produk baru. Ketiga, ketika sebuah perusahaan berinovasi, perusahaan lain juga
mengembangkan perusahaan itu untuk menghasilkan inovasi generasi berikutnya. Fakta
ini (terutama mikroekonomi) tidak mudah dikaitkan dengan model-model pertumbuhan
(terutama makroekonomi) yang telah kita bahas.
Sebagian model pertumbuhan endogen berusaha memasukkan fakta-fakta tentang
penelitian dan pengembangan ini. Untuk melakukan hal ini diperlukan pemodelan
keputusan yang dihadapi perusahaan ketika terlibat dalam penelitian dan pemodelan
interaksi di antara perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli atas inovasi mereka.
Pembahasan yang lebih mendalam atas model-model ini berada di luar cakupan buku
ini. Tetapi perlu dijelaskan bahwa model pertumbuhan endogen memberikan penjelasan
yang lebih lengkap tentang proses inovasi teknologi.
Meskipun teori itu sendiri bersifat mendua terhadap pengoptimalan upaya penelitian,
hasil empiris dibidang ini biasanya lebih sedikit. Banyak studi eksternalitas “berdiri
diatas bahu” adalah penting, dan akibatnya, imbalan, atau pengembalian sosial terhadap
penelitian cukup besar sering lebih 40 persen per tahun. Angka ini adalah tingkat
pengembalian
yang
mengesankan,
terutama
17
apabila
dibandingkan
dengan
pengembalian modal fisik, yang sebelumnya diperkirakan sebesar 8 persen per tahun.
Dalam penelitian sebagian ekonom, penemuan ini, membenarkan subsidi pemerintah
terhadap penelitian.
PENUTUP
Terimakasih atas semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah
Makroekonomi ini, terutama Dosen kami Bapak Yusrizal Saron. Apabila ada kesalahan
mohon di maafkan. Semoga makalah ini mempunyai ilmu yang bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
18
DAF TAR
PU S TAKA
1. Buku Makroekonomi Edisi Keenam karangan N. Gregory Mankiw
2. Ebook Makroekonomi Jilid 6
( http://books.google.co.id/books/about/MAKROEKONOMI_edisi_6html)
19
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami kelompok tujuh dapat menyelesaikan makalah Makroekonomi tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa banyak keterbatasan dalam penulisan makalah ini, meskipun
makalah kami jauh dari sempurna tetapi kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga akan ada manfaatnya untuk pembelajaran ke depannya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Yusrizal Soran selaku Dosen
Makroekonomi yang telah memberikan kesempatan kepada kami sekaligus memberikan
materi presentasi kepada kelompok 7 ini dan kami paham atas materi yang diberikan dan
tidak lupa terimakasih atas kerjasamanya untuk reka-rekan kelompok 7.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin masih belum sempurna dan banyak salah
serta kekurangan – kekurangan nya. Oleh karna itu kami berharap adanya saran, masukan dan
kritik untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik.
Jakarta, 7 Maret 2014
Penulis,
Tim Penulis
1
DAFTAR I S I
Kata Pengantar...................................................................................................
1
Daftar Isi............................................................................................................
2
A. Kemajuan Teknologi dalam Model Solow.....................................
3
a. Efisiensi Tenaga Kerja...............................................................
3
b. Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi...........................
4
c. Dampak Kemajuan Teknologi...................................................
5
B. Dari Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris...............................
6
a. Pertumbuhan yang Seimbang.....................................................
6
b. Convergence..............................................................................
7
c. Akumulasi Faktor Efisiensi Produksi........................................
8
C. Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan....................................
9
a. Mengevaluasi Tingkat Tabungan................................................
9
b. Mengubah Tingkat Tabungan.....................................................
11
c. Mengakolokasikan Investasi Perekonomian...............................
11
d. Mengubah Institusi yang Tepat...................................................
13
e. Mendorong Kemajuan Teknologi................................................
13
D. Di luar Model Solow ( Teori Pertumbuhan Endogen ).....................
14
a.
Model Dasar.............................................................................
14
b.
Model Dua – Sektor.................................................................
15
c.
Makroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan.................
16
Penutup.................................................................................................................
17
Daftar Pustaka......................................................................................................
18
2
A. Kemajuan Teknologi dalam Model Solow
Sejauh ini presentasi kita mengenai model solow mengasumsikan hubungan yang
tidak berubah antara input modal dan tenaga kerja serta output barang dan jasa . Tetapi
model ini bisa dimodifikasi untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan
variabel eksogen, yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi
sepanjang waktu.
A.1 Efisiensi Tenaga Kerja
Untuk memasukkan kemajuan teknologi, kita harus kembali ke fungsi produksi
yang mengaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y. Jadi,
fungsi produksi itu adalah :
Y=F(K,L).
Kini kita tulis fungsi produksi sebagai :
Y=F(K,L x E).
Di mana E adalah variabel baru (dan abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja.
Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-metode
produksi: ketika teknologi mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja meningkat.
Sebagai contoh, efisiensi tenaga kerja meningkat ketika produksi lini-perakitan
mentransformasi sistem manufaktur pada awal abad kedua puluh, dan meningkat lagi
ketika komputerisasi diperkenalkan di akhir abad kedua puluh. Efisiensi tenaga kerja
juga meningkat ketika ada pengembangan dalam kesehatan, pendidikan, atau keahlian
angkatan kerja.
L x E mengukur jumlah para pekerja efektif. Perkalian ini memperhitungkan
jumlah pekerja L dan efisiensi masing-masing pekerja E. Fungsi produksi yang baru ini
menyatakan bahwa output total Y bergantung pada jumlah unit modal K dan jumlah
pekerja efektif, LxE. Inti dari pendekatan terhadap model kemajuan teknologi ini
adalah bahwa peningkatan efisiensi tenaga kerja E sejalan dengan penigkatan angkatan
kerja L.
3
Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan
tekonologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g.
Sebagai contoh, jika g = 0,02 maka setiap unit tenaga kerja menjadi 2 persen lebih
efisien setiap tahun: output meningkat jika angkatan kerja meningkat sampai 2 persen
tambahan itu. Bentuk kemajuan teknologi itu disebut pengoptimalan tenaga kerja dan
g disebut tingkat kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (laboraugmenting technological progress). Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n
dan efisiensi dari setiap unit tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g maka jumlah pekerja
efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g.
A.2 Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi
Karena kemajuan teknologi yang dimodelkan disini menambah efisiensi tenaga
kerja, maka hal itu memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi. Meskipun
kemajuan teknologi tidak menyebabkan jumlah pekerja aktual meningkat. Namun
sebenarnya, setiap pekerja menghasilkan unit yang lebih banyak sepanjang waktu. Jadi
kemajuan teknologi menyebabkan jumlah pekerja efektif meningkat.
Untuk melakukan hal ini, kita perlu mempertimbangkan kembali notasi kita.
Sebelumnya, kita menganalisis perekonomian dalam kuantitas per pekerja, sekarang
kita menganalisis perekonomian dalam hal kuantitas per pekerja efektif. Kita nyatakan
k = K/(LxE) menunjukkan modal per pekerja efektif, dan y = Y/(LxE) menunjukkan
output per pekerja efektif. Dengan definisi ini kita bisa menulis kembali y=f(k).
Analisis kita tentang perekonomian membuahkan hasil ketika kita mengkaji
pertumbuhan populasi. Persamaan yang menunjukkan evolusi k sepanjang waktu
sekarang berubah menjadi :
Seperti sebelumnya, perubahan persediaan modal
dikurangi investasi pulang – pokok
sama dengan investasi sf(k)
Namun demikian, karena k = K/
(LxE), maka investasi pulang-pokok meliputi tiga kaidah: untuk menjaga k tetap
konstan,
dibutuhkan untuk mengganti modal yang terdepresiasi, nk dibutuhkan
4
untuk memberi modal bagi para pekerja baru, dan gk dibutuhkan untuk memberi modal
bagi “para pekerja efektif” baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi.
Dampak Kemajuan Teknologi
Sebagaimana kita lihat, modal per pekerja efektif k adalah konstan dalam kondisi
mapan. Karena, y=f(k), maka output per pekerja efektif juga konstan. Variable inilah
yang menunjukkan kuantitas per kuantitas per pekerja efektif yang stabil pada kondisi
mapan. Dengan adanya kemajuan teknologi, model kita akhirnya bisa menjelaskan
kenaikan yang berkelanjutan dalam standar kehidupan yang kita amati. Yaitu, kita telah
menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang
bekelanjutan dalam output per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi
mengarah ke tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output per pekerja hanya
jika kondisi mapan dicapai. Sekali perekonomian berada dalam kondisi mapan, tingkat
pertumbuhan output per pekerja, hanya bergantung pada tingkat kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidah Emas. Tingkat modal
kaidah emas kini didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan konsumsi
per pekerja efektif.
Dengan mengikuti argumen yang sama yang kita gunakan sebelumnya, kita bisa
menunjukkan bahwa konsumsi per pekerja efektif pada kondisi mapan adalah :
c* = f(k*) – ( + n + g)*.
5
Konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika :
MPK = + n + g,
Atau
MPK +
= n + g.
Yaitu, pada tingkat modal kaidah emas, produk marjinal modal neto, MPK – , sama
dengan tingkat pertumbuhan output total, n + g. Karena perekonomian actual
mengalami pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, maka kita harus
menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi apakah hal itu memiliki modal yang lebih
besar atau lebih kecil dari kondisi mapan Kaidah Emas.
B. Dari Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris Pertumbuhan
Sejauh ini dalam bab ini kita telah diperkenalkan dengan kemajuan teknologi eksogen
dalam model solow untuk menjelaskan pertumbuhan yang berkelanjutan dari standar
kehidupan. Kita kemudian menggunakkan kerangka kerja teoritis sebagai lensa untuk
melihat isu-isu penting yang dihadapi oleh pembuat kebijakan. Sekarang mari kita
diskusikan apa yang terjadi saat teori dihadapkan dengan fakta.
Pertumbuhan yang Seimbang
Menurut model Solow, kemajuan teknologi yang menyebabkan nilai berbagai variable
meningkat secara bersamaan pada kondisi mapan. Hal ini, yang disebut pertumbuhan
yang seimbang (balanced growth), bekerja dengan baik dalam mendeskripsikan data
jangka panjang bagi perekonomian AS.
Pertama, pertimbangkanlah output per pekerja Y/L dan persediaan modal per pekerja
K/L. Menurut Solow, dalam kondisi mapan, kedua variabel ini tumbuh sebesar g pada
tingkat kemajuan teknologi. Data AS selama pertengahan abad ini menunjukkan bahwa
output per pekerja dan persediaan modal per pekerja telah tumbuh dalam tingkat yang
6
hampir sama- sekitar 2% per tahun. Dengan kata lain, rasio modal-output telah bertahan
konstan sepanjang waktu.
Kemajuan teknologi juga mempengaruhi harga faktor. Soal 3(d) pada akhir bab ini
meminta anda untuk menunjukkan bahwa, dalam kondisi mapan, upah riil tumbuh
sebesar tingkat kemajuan teknologi. Namun harga sewa riil modal tetap konstan
sepanjang waktu. Sekali lagi, prediksi ini tepat untuk Amerika Serikat. Selama 50 tahun
terakhir, upah riil telah meningkat 2% pertahun: upah ini telah naik dengan jumlah yang
hampir sama dengan GDP riil per pekerja. Namun harga riil modal (diukur sebagai
pendapatan modal riil dibagi dengan persediaan modal) mempunyai nilai yang hampir
sama.
Prediksi model Solow tentang harga factor-dan ketepatan prediksi ini-terutama patut
diperhatikan ketika dibandingkan dengan teori perkembangan perekonomian kapitalis
Karl Marx. Marx memprediksikan bahwa pengembalian modal akan menurun
sepanjang waktu dan hal ini akan mengarah pada krisis politik serta ekonomi. Sejarah
perekonomian belum mendukung prediksi Marx, yang sebagian menjelaskan mengapa
saat ini kita mempelajari teori ekonomi Solow dan bukan Marx.
Convergence
Model Solow meramalkan kapan convergence terjadi. Menurut model tersebut kapan
pertemuan (convergence) perekonomian bergantung pada perbedaan saat mereka
memulai. Di satu sisi, jika dua perekonomian dengan kondisi mapan yang sama seperti
yang ditentukan oleh tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan efisiensi
tenaga kerja, karena kesalahan sejarah mulai dengan persediaan modal yang berbeda.
Pada kasus ini, maka kita dapat mengharapkan mereka untuk bertemu, perekonomian
dengan persediaan modal yang lebih kecil secara alami akan tumbuh lebih cepat. Di sisi
lain, jika kedua perekonomian yang mempuyai kondisi mapan yang berbeda, mungkin
karena perekonomian mempunyai tingkat tabungan yang berbeda, maka kita tidak perlu
mengharapkan convergence. Disini, setiap perekonomian akan mendekati kondisi
convergence. Di sini, setiap perekonomian akan mendekati kondisi mapannya sendiri.
7
Pengalaman ini konsisten dengan analisis ini. Dalam contoh perekonomian dengan
budaya dan kebijakan yang sama, studi yang dilakukan membuktikan bahwa
perekonomian akan saling berkonvergensi pada tingkat sekitar 2 persen per tahun.
Yaitu, kesenjangan antara perekonomian yang kaya dan miskin menyempit sekitar 2
persen per tahun. Salah satu contohnya adalah perekonomian rumah tangga di AS.
Karena alasan sejarah, seperti perang sipil tahun 1860-an tingkat pendapatan
antarnegara bagian mempunyai variasi yang besar seabad yang lalu. Tetapi perbedaan
ini akan menghilang dengan berlalunya waktu.
Pada data internasional, gambarannya menjadi lebih rumit. Ketika para peneliti hanya
memeriksa data tentang pendapatan per kapita, mereka kurang mendapatkan bukti
mengenai adanya convergence: Negara-negara yang miski rata-rata tidak berkembang
lebih cepat daripada Negara-negara kaya. Penemuan ini mengindikasikan bahwa negara
yang berbeda mempunyai kondisi mapan yang berbeda pula. Jika teknik statistik
digunakan untuk mengendalikan beberapa determinan kondisi mapan tersebut, seperti
tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan tingkat pendidikan, maka sekali
lagi data menunjukkan convergence pada tingkat sekitar 2% per tahun.
Akumulasi Faktor Versus Efisiensi Produksi
Ada beberapa cara untuk menginterprestasikan korelasi positif ini. Salah satu
hipotesisnya adalah bahwa perekonomian yang efisien dapat mendorong akumulasi
modal. Sebagai contoh, seseorang dalam perekonomian yang berfungsi dengan baik
mungkin mempunyai sumber daya dan insentif untuk tetap bersekolah serta
mengakumulasikan modal manusia yang lebih besar. Hipotesis lainnya adalah bahwa
akumulasi modal dapat mendorong efisiensi produksi yang lebih baik. Jika ada
eksternalitas yang positif terhadap modal fisik dan modal manusia, maka negara yang
menabung dan menginvestasikan lebih banyak tampaknya akan mempunyai fungi
produksi yang lebih baik (kecuali jika penelitian tersebut memperhitungkan
eksternalitasnya, suatu hal yang sulit dilakukan). Jadi, efisiensi produk yang lebih besar
dapat menyebabkan akumulasi factor yang lebih besar, atau sebaliknya.
Hipotesis terakhir adalah bahwa faktor akumulasi dan efisiensi produksi digerakkan
oleh variable ketiga. Variabel ketiga ini dapat berupa kualitas institusi negara, termasuk
8
proses pembuatan kebijakan pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh seorang ekonom,
jika pemerintah membuat kesalahan, maka mereka membuat kesalah yang besar.
Kebijakan yang jelek, seperti inflasi yang tinggi, defisit anggaran yang berlebihan,
campur tangan pasar yang terlalu besar, dan korupsi yang merajalela sering berjalan
beriringan. Kita seharusnya tidak terkejut bahwa perekonomian seperti itu
mengakumulasi modal yang lebih sedikit dan gagal menggunakkan modal tersebut
dengan efisien.
C. Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan
Setelah menggunakkan metode Solow untuk menyingkap hubungan di antara sumbersumber pertumbuhan ekonomi yang berbeda, dan kita telah mendiskusikan beberapa
bukti empiris yang menjelaskan pengalaman pertumbuhan aktual. Kita bisa gunakan
teori itu untuk membantu menuntun pemikiran kita tentang kebijakan ekonomi.
Mengevaluasi Tingkat Tabungan
Sebagaimana yang kita ketahui, tingkat tabungan menentukan tingkat modal dan output
pada kondisi mapan (steady state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan kondisi
mapan Kaidah Emas, yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja sekaligus
kesejahteraan ekonomi. Kaidah Emas memberikan tolok ukur yang bisa kita
bandingkan dengan perekonomian AS. Untuk memutuskan apakah perekonomian AS
berada pada, di atas, atau di bawah Kaidah Emas, kita perlu membandingkan produk
marjinal modal setelah depresiasi (MPK- ) dengan tingkat pertumbuhan output total (n
+ g). Kita tahu bahwa pada kondisi mapan Kaidah Emas, MPK- =n+g. Jika
perekonomian beroperasi dengan modal yang kian menurun menyatakan bahwa MPK –
> n + g. Dalam hal ini, kenaikan tingkat tabungan secara bertahap akan meningkatkan
akumulasi modal yang mengarah ke kondisi mapan dengan kondisi mapan dengan
konsumsi yang lebih tinggi (meskipun konsumsi akan lebih rendah untuk sebagian
transisi menuju kondisi mapan yang baru). Di sisi lain, jika perekonomian beroperasi
dengan terlalu banyak modal, maka MPK –
9
< n + g. Pada kasus ini, akumulasi modal
akan berlebih: menurunkan tingkat tabungan akan meningkatkan tingkat konsumsi
untuk saat ini dan yang akan datang.
Untuk membuat perbandingan ini perekonomian riil, seperti perekonomian AS, kita
membutuhkan estimasi tingkat pertumbuhan ( n + g ) dan estimasi produk marjinal
modal neto (MPK – ). GDP riil di Amerika Serikat tumbuh rata-rata 3 persen per
tahun, sehingga n + g = 0,03. Kita bisa mengestimasi produk marjinal modal neto dari
tiga fakta berikut ini:
1. Persediaan modal kira-kira 2,5 kali GDP satu tahun.
2. Depresiasi modal kira-kira 10 persen dari GDP.
3. Pendapatan modal kira-kira 30 persen dari GDP.
Dengan menggunakkan notasi model (dan hasil dari Bab 3 bahwa para pemilik modal
menikmati pendapatan dari MPK untuk setiap unit modal), kita bisa menulis fakta ini
sebagai:
1. к = 2,5 γ.
2.
3.
к = 0,1 γ.
MPK x к = 0,3 .
Kita mencari tingkat depresiasi dengan membagi persamaan 2 dengan persamaan 1:
к/ к = (0,1 γ) /(0,25 γ)
= 0,04.
Dan kita cari produk marjinal modal MPK dengan membagi persamaan 3 dengan
persamaan1:
(MPK x к) /к = (0,3 γ) / (2,5 γ)
MPK = 0,12.
10
Jadi, kira-kira 4 persen dari persediaan modal terdepresiasi setiap tahun, dan produk
marjinal modal kira-kira 12 persen per tahun. Produk marjinal modal neto, MPK –
kira-kira 8 persen per tahun.
Sekarang kita bisa melihat bahwa pengembalian modal (MPK –
persen per
tahun) melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata perekonomian ( n + g = 3 persen per
tahun). Fakta ini, bersama-sama dengan analisis sebelumnya, mengindikasikan bahwa
persediaan modal dalam perekonomian AS berada di bawah tingkat Kaidah Emas.
Dengan kata lain, jika Amerika Serikat menabung dan menginvestasikan bagian yang
lebih besar dari pendapatannya, maka perekonomian akan tumbuh jauh lebih cepat dan
akhirnya mencapai kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi.
Mengubah Tingkat Tabungan
Cara yang paling tepat yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi nilai
tabungan nasional adalah mealalui tabungan masyarakat-penerimaan antara jumlah
penerima pajak pemerintah dan pengeluarannya. Bila pengeluaran pemerintah melebihi
penerimaannya, maka pemerintah dikatakan mengalami defisit anggaran, yang
menunjukkan tabungan masyarakat negatif.
Pemerintah juga mempengaruhi tabungan nasional dengan mempengaruhi tabungan
swasta-tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan. Sebaliknya,
berapa banyak orang yang menabung bergantung dari insentif yang mereka terima, dan
insentif ini dibedakan oleh berbagai kebijakan public. Banyak ekonom berpendapat
bahwa tarif pajak atas modal yang tinggi-termasuk pajak pendapatan perusahaan, pajak
pendapatan federal, dan berbagai jenis pajak pendapatan negara bagian- menghambat
tabungan swasta dengan mengurangi tingkat pengembalian yang diterima oleh para
penabung. Di sisi lain, pos penghapusan pajak, seperti IRA, dirancang untuk
mendukung tabungan swasta dengan memberikan perlakuan khusus atas pendapatan
yang ditabung dalam pos ini. Beberapa ekonom mengusulkan peningkatan insentif
untuk menabung dengan mengganti sistem pajak pendapatan saat ini dengan system
pajak konsumsi.
Mengalokasikan Investasi Perekonomian
11
Model Solow menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu jenis modal. Di dunia,
tentu saja ada banyak jenis modal. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan investasi
dalam jenis-jenis modal tradisonal, seperti pabrik buldoser dan baja, serta jenis-jenis
modal baru, seperti computer dan robot. Pemerintah melakukan investasi dalam
berbagai bentuk modal masyarakat yang disebut infastruktur, seperti jalan raya,
jembatan dan system pembuangan air.
Para pembuat kebijakan yang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi harus
menghadapi isu tentang jenis-jenis modal apa yang paling dibutuhkan perekonomian.
Dengan kata lain, jenis-jenis modal apakah yang menghasilkan produk marjinal
teringgi? Untuk itu, para pembuat kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk
mengalokasikan tabungan ke jenis-jenis investasi alternatif. Industri-industri dengan
produk marjinal modal tertinggi secara alami akan bersedia meminjam pada tingkat
bunga pasar untuk mendanai investasi baru. Banyak ekonom menyarankan bahwa
pemerintah semata-mata hanya menciptakan “tingkat yang menghasilkan” untuk
berbagai jenis modal
misalnya, dengan menyakinkan
bahwa sistem pajak
memperlakukan seluruh jenis modal secara adil. Pemerintah kemudian bisa
mengandalkan pasar untuk mengalokasikan modal secara efisien.
Para ekonom lain menyarankan agar pemerintah secara aktif mendorong bentukbentuk modal tertentu. Anggaplah, misalnya, pengembangan teknologi terjadi sebagai
produk-sampingan dari aktivitas ekonomi tertentu. Ini akan terjadi jika proses produksi
baru dan perbaikannya dijalankan selama proses pengumpulan modal (fenomena yang
disebut belajar melalui tindakan) dan jika gagasan ini menjadi bagian dari telaga
pengetahuan masyarakat. Produk-sampingan itu disebut eksternalitas teknologi (atau
imbasan ilmu pengetahuan). Dengan adanya eksternalitas itu, pengembalian modal
sosial melebihi pengembalian perseorangan, dan manfaat dari peningkatan akumulasi
modal bagi masyarakat lebih besar ketimbang yang dinyatakan model Solow. Selain itu
beberapa jenis akumulasi modal bisa menghasilkan eksternalitas yang lebih besar
ketimbang akumulasi modal lainnya.
Sebagian besar ekonom bersikap skeptik terhadap kebijakan indusri, karena dua
alasan. Pertama, mengukur ekternalitas dari sektor-sektor yang berbeda begitu sulit
seperti mengantang asap. Jika kebijakan didasarkan pada pengukuran yang buruk, maka
pengaruhnya akan mendekati acak, dan dengan demikian, lebih buruk ketimbang tidak
12
ada kebijakan sama sekali. Kedua, proses politis adalah jauh dari sempurna. Sekali
pemerintah terlibat dalam bisnis yang memfasilitasi industri-industri tertentu dengan
subsidi dan penghapusan pajak, hal itu cenderung didasarkan pada kepentingan politis
sebagai besaran eksternalitas.
Membangun Institusi yang Tepat
Tradisi hukum suatu negara adalah sebuah contoh dari institusi tersebut. Beberapa
negara seperti A.S, Australia, India dan Singapura, merupakan daerah bekas koloni
Inggris dan karenanya memiliki sistem hukum dengan gaya-Inggris. Negara-negara
lainnya seperti Italia, Spanyol dan banyak negara di Amerika Latin memiliki tradisi
hukum yang berasal dari Kode Napoleonik Prancis. Penelitian menemukan bahwa
perlindungan hukum bagi pemegang saham dan kreditor lebih kuat dengan gaya-Inggris
daripada sistem gaya-Prancis. Hasilnya, negara-negara dengan hukum gaya-Inggris
memiliki pasar modal yang lebih berkembang. Selanjutnya, negara dengan pasar modal
yang berkembang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat, karena lebih mudah
perusahaan kecil atau pun perusahaan baru untuk membiayai proyek investasi, sehingga
terjadi alokasi yang lebih efisien pada modal negara tersebut.
Perbedaan institusi penting lainnya terjadi antarnegara adalah kualitas dari
pemerintahan negara itu sendiri. Suatu pemerintah yang ideal harus berperilaku sebagai
“tangan yang menolong” (helping hand) pada sistem pasar, perlindungan hak milik,
pelaksanaan perjanjian yang telah disetujui, promosi kompetisi, penindakan pelaku
kejahatan dan lain sebagainya. Namun terkadang, pemerintah menyimpang dari bentuk
ideal ini dan berperilaku lebih sebagai “tangan yang menyerobot” dengan
menggunakkan wewenang yang dimiliki negara untuk memperkaya sekelompok kecil
individu sementara masyarakat luas menderita. Studi empiris membuktikan bahwa
tingkat korupsi yang cukup tinggi di suatu negara merupakan faktor penentu yang
cukup penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Mendorong Kemajuan Teknologi
Di samping pemahaman yang terbatas ini, banyak kebijakan publik dirancang untuk
mendorong kemajuan teknologi. Sebagian besar dari kebijakan ini mendorong sektor
13
swasta untuk menyalurkan sumber daya ke inovasi teknologi. Sebagai contoh, sistem
paten memberikan monopoli sementara kepada investor produk-produk baru; prinsip
perpajakan menawarkan menghapus pajak untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat
dalam penelitian dan pengembangan; serta kantor-kantor pemerintah seperti National
Science Foundation secara langsung mensubsidi penelitian dasar di universitas. Selain
itu, sebagaimana yang telah dibahas, kebijakan industri juga menyarankan bahwa
pemerintah seharusnya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan
industry-industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang pesat.
D. Di Luar Model Solow: Teori Pertumbuhan Endogen
Untuk memahami sepenuhnya proses pertumbuhan ekonomi, kita perlu keluar dari
model Solow dan mengembangkan model-model yang menjelaskankemajuan teknologi
yang berasal dari luar. Model-model ini disebut teori pertumbuhan endogen
(endogenous growth theory). Karena menolak asumsi model Solow tentang perubahan
teknologi yang berasal dari luar (eksogen). Meskipun bidang teori pertumbuhan
endogen sangat luas dan kadang-kadang kompleks, mari kita bahas sepintas riset
modern ini.
Model Dasar
Untuk menggambarkan gagasan di belakang teori pertumbuhan endogen, kita mulai
dengan produksi sederhana:
Y= AK,
Di mana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta yang
mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal.
Sekarang mari kita lihat bagaimana fungsi produksi ini berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi. Seperti biasa, kita asumsikan sebagian pendapatan ditabung dan
diinvestasikan. Karena itu, kita jelaskan akuntansi modal dengan persamaan yang telah
kita gunakan sebelumnya:
=
14
–δ .
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (
) sama dengan
investasi (s ) dikurangi depresiasi (δK). Menggabungkan persamaan ini dengan fungsi
produksi :
=A ,
kita dapatkan
/
=
/
=s
δ.
Persamaan ini menujukkan apa yang menentukkan tingkat pertumbuhan output
Lihatlah, selama s
/ .
δ, pendapatan perekonomian tumbuh selamanya, meskipun tanpa
asumsi kemajuan teknologi eksogen.
Jadi perubahan sederhana dalam fungsi produksi bisa mengubah secara dramatis
prediksi tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam model Solow, tabungan akan
mendorong pertumbuhan untuk sementara, tetapi pengembalian modal yang kian
menurun pada akhirnya akan mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan di
mana pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya,
dalam model pertumbuhan endogen, abungan dan investasi bisa mendorong
pertumbuhan berkesinambungan.
Model Dua-Sektor
Meskipun model Y= AK contoh pertumbuhan endogen yang paling sederhana, teori itu
berjalan dengan baik. Sebuah lini penelitian telah berupaya mengembangkan model
dengan lebih dari satu sector produksi untuk memberikan penjelasan yang lebih baik
tentang kekuatan-kekuatan yang mengelola kemajuan teknologi.
Perkonomian memiliki dua sector, yang bisa kita sebut perusahaan manufaktur dan
universitas riset. Perusahaan memproduksi barang dan jasa, yang digunakan untuk
konsumsi serta investasi dalam modal fisik, Universitas memproduksi faktor-faktor
produksi yang disebut “ilmu pengetahuan”. yang kemudian digunakan secara bebas
15
oleh kedua sektor. Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi untuk perusahaan,
fungsi produksi untuk universitas, dan persamaan akumulasi-modal.
= [ , (1 u)
g
] ( fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur)
(fungsi produksi dalam universitas riset)
(akumulasi modal)
Di mana u adalah bagian dari angkatan kerja di universitas(dan 1 u adalah bagian
dalam perusahaan manufaktur),
adalah persediaan ilmu pengetahuan (yang pada
gilirannya menentukan efisiensi tenaga kerja), g adalah fungsi yang menunjukkan
bagaimana pertumbuhan ilmu pengetahuan bergantung pada bagian angkatan kerja
yang berada di universitas. Jika kita melipatgandakan kedua jumlah modal fisik
dan jumlah pekerja efektif dalam perusahaan manufaktur [(1
n
, maka kita
melipatgandakan output barang dan jasa ( ).
Namun demikian, pada saat yang sama model ini juga merupakan sepupu dari model
pertumbuhan Solow. Jika u, bagian dari angkatan kerja yang berada di
universitasdinyatakan konstan, maka efisiensi tenaga kerja
tumbuh pada tingkat
konstan g(u). Hasil pertumbuhan Konstan dalam efisiensi tenaga kerja pada tingkat g
ini adalah sama dengan asumsi yang dibuat dalam model Solow dengan kemajuan
teknologi.
Ada dua variable keputusan dalam model ini ini. Seperti dalam model Solow, bagian
output yang digunakan untuk tabungan dan investasi, , menentukan persediaan modal
fisik pada kondisi mapan. Selain itu, bagian tenaga kerja yang berada di universitas, u,
16
menentukan pertumbuhan persediaan ilmu pengetahuan. Baik
maupun u
mempengaruhi tingkat pendapatan, meskipun hanya u yang mempengaruhi tingkat
pertumbuhan pendapatan pada kondisi mapan. Jadi, model pertumbuhan endogen ini
mengambil
langkah
kecil
dengan
tujuan
menunjukkan
keputusan-keputusan
kemasyarakatan mana yang menentukan tingkat perubahan teknologi.
Mikroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan
Model pertumbuhan endogen dua-sektor yang baru saja dibahas membuat kita lebih
memahami kemajuan teknologi. Tetapi pembahasan itu hanya sebuah awal dari kisah
kreasi ilmu pengetahuan. Jika orang berpikir tentang proses penelitian dan
pengembangan sejenak, maka tiga fakta akan muncul. Pertama, meskipun ilmu
pengetahuan merupakan barang publik (yaitu, barang yang secara bebas tersedia untuk
setiap orang), namun banyak penelitian dilakukan di perusahaan-perusahaan yang
dijalankan dengan morif mencari laba. Kedua, penelitian menjadi menguntungkan
karena inovasi memberikan perusahaan kekuatan monopoli temporer, selain karena
sistem patennya, karena ada keunggulan untuk menjadi perusahaan pertama di pasar
dengan produk baru. Ketiga, ketika sebuah perusahaan berinovasi, perusahaan lain juga
mengembangkan perusahaan itu untuk menghasilkan inovasi generasi berikutnya. Fakta
ini (terutama mikroekonomi) tidak mudah dikaitkan dengan model-model pertumbuhan
(terutama makroekonomi) yang telah kita bahas.
Sebagian model pertumbuhan endogen berusaha memasukkan fakta-fakta tentang
penelitian dan pengembangan ini. Untuk melakukan hal ini diperlukan pemodelan
keputusan yang dihadapi perusahaan ketika terlibat dalam penelitian dan pemodelan
interaksi di antara perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli atas inovasi mereka.
Pembahasan yang lebih mendalam atas model-model ini berada di luar cakupan buku
ini. Tetapi perlu dijelaskan bahwa model pertumbuhan endogen memberikan penjelasan
yang lebih lengkap tentang proses inovasi teknologi.
Meskipun teori itu sendiri bersifat mendua terhadap pengoptimalan upaya penelitian,
hasil empiris dibidang ini biasanya lebih sedikit. Banyak studi eksternalitas “berdiri
diatas bahu” adalah penting, dan akibatnya, imbalan, atau pengembalian sosial terhadap
penelitian cukup besar sering lebih 40 persen per tahun. Angka ini adalah tingkat
pengembalian
yang
mengesankan,
terutama
17
apabila
dibandingkan
dengan
pengembalian modal fisik, yang sebelumnya diperkirakan sebesar 8 persen per tahun.
Dalam penelitian sebagian ekonom, penemuan ini, membenarkan subsidi pemerintah
terhadap penelitian.
PENUTUP
Terimakasih atas semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah
Makroekonomi ini, terutama Dosen kami Bapak Yusrizal Saron. Apabila ada kesalahan
mohon di maafkan. Semoga makalah ini mempunyai ilmu yang bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
18
DAF TAR
PU S TAKA
1. Buku Makroekonomi Edisi Keenam karangan N. Gregory Mankiw
2. Ebook Makroekonomi Jilid 6
( http://books.google.co.id/books/about/MAKROEKONOMI_edisi_6html)
19