BABAD TANAH JAWA SYEH SUBAKIR

BABAD TANAH JAWA
Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama,
yang diutus oleh Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey, untuk berdakwah di pulau Jawa
pada tahun 1404, mereka diantaranya:
1.Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2.Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3.Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4.Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5.Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6.Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7.Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8.Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9.Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.
Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, bahwa sudah beberapa kali utusan
dari Arab didatangkan untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan
Indonesia pada umumnya, tapi selalu gagal secara makro. Kegagalan itu disebabkan karena
orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Masyarakat
masih senang menyembah barang-barang bertuah dan ruh-ruh yang diyakininya dapat
membimbing, memberi ilham dan menolong mereka. Dengan tokoh-tokoh gaibnya, para
tokoh masyarakat masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar Pulau Jawa. Para ulama
yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat.

Meskipun berkembang, tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang
secara luas. Artinya, secara makro dapat dikatakan gagal. Karena itu, maka diutuslah Syeh
Subakir yang dikenal memang sakti mandraguna. Beliau diutus secara khusus menangani
masalah-masalah yang terkait magic dan spiritual yang dinilai telah menjadi penghalang
diterimanya Islam oleh masyarakat yang masih demen ilmu-ilmu mistik. Untuk menyebarkan
agama Islam, menurut cerita yang berkembang, Syekh Subakir membawa batu hitam yang
dipasang di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di
gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan
gejolak, mengamuklah para mahluk: Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syeh Subakir lah
yang mampu meredam amukan dari mereka. Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata:
“Ya Syekh, walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami dan kamu dapat
mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku,
ingat itu wahai Syeh Subakir.” “Apa itu?” kata Syeh Subakir. Kata Jin, “Aku masih
dibolehkan untuk menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih
lemah”. Tidak salah bila kemudian, gunung Tidar dikenal dengan Paku Tanah Jawa. Gunung
Tidar tak terpisahkan dengan pendidikan militer. Gunung yang dalam legenda dikenal sebagai
"Pakunya tanah Jawa" itu terletak di tengah Kota Magelang. Berada pada ketinggian 503
meter dari permukaan laut, Gunung Tidar memiliki sejarah dalam perjuangan bangsa. Di
Lembah Tidar itulah Akademi Militer sebagai kawah candradimuka yang mencetak perwira
pejuang Sapta Marga berdiri pada 11 November 1957. Di puncak Gunung Tidar ada lapangan

yang cukup luas. Di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah Tugu dengan simbol huruf Sa
(dibaca seperti pada kata Solok) dalam tulisan Jawa pada tiga sisinya. Menurut penuturan
juru kunci, itu bermakna Sapa Salah Seleh (Siapa Salah Ketahuan Salahnya). Tugu inilah
yang dipercaya sebagian orang sebagai Pakunya Tanah Jawa, yang membuat tanah Jawa tetap
tenang dan aman. Gunung Tidar tidak hanya terkenal sebagai ikon atau identitas Kota

Magelang. Bagi sebagian orang yang memang nglakoni lelaku spiritual , Gunung Tidar
merupakan salah satu objek yang menjadi tempat tujuan mereka untuk mendekatkan diri
kepada Gusti Allah. Dahulu, Gunung Tidar terkenal akan keangkerannya dan menjadi rumah
bagi para Jin dan Makhluk Halus. Jalmo Moro Jalmo Mati, setiap orang yang datang ke
Gunung Tidar bisa dipastikan kalau tidak mati ya modar (dan mungkin hal ini yang menjadi
asal usul nama Tidar). Berdasarkan penuturan Juru Kunci Gunung Tidar, di Gunung Tidar
terdapat 2 buah makam yaitu Makam Kyai Sepanjang dan Makam Sang Hyang Ismoyo (atau
yang lebih dikenal sebagai Kyai Semar). Sedangkan tempat yang selama ini dikenal sebagai
Makam Syekh Subakir sebenarnya hanyalah petilasan beliau. Jadi, beliau dikenal sebagai
wali Allah yang menaklukkan Jin dan Makhluk Halus di Gunung Tidar sehingga para
makhluk halus tersebut ‘mengungsi’ ke Pantai Selatan, tempat Nyai Roro Kidul. Setelah
berhasil menaklukkan Jin dan Makhluk Halus, Syekh Subakir kembali ke tanah asalnya di
Rum (Baghdad). Di petilasan Syekh Subakir ini tersedia mushola kecil dan pendopo.
Petilasan Syekh Subakir sebelumnya ditandai dengan adanya kijing yang terbuat dari kayu.

Setelah dipugar, kijing tersebut diletakkan di pendopo dan diganti dengan batu fosil yang
berasal dari Tulung Agung serta dikelilingi pagar tembok yang berbentuk lingkaran dan tanpa
atap. Pada tahap berikutnya, kedudukan Syekh Subakir, Sang Babad Tanah Jawa sebagai
salah satu Wali Songo, digantikan oleh Sunan Kalijaga yang banyak disebut-sebut pimpinan
para wali di Tanah Jawa karena kekeramatannya yang begitu melegenda. Ada satu kisah
menarik dalam petilan “Babad Tanah Jawa”. Meskipun kisah ini merupakan petilan. Namun
intisari yang tertanam di dalamnya, ternyata tetap masih aktual di saat ini sekali pun. Ketika
itu, datanglah para ulama dari “Sebrang Lautan” (Mesir) ke Tanah Jawa. Tujuan para ulama
utusan Sultan Mesir itu adalah untuk menyebarkan agama Islam, yang menurut laporan masih
banyak penduduk Jawa yang kafir. Para ulama itu dipimpin seorang Syeh yang bernama
Syech Subakir Sebelum Syech Subakir datang, telah beberapa kali ulama pendahulunya
menginjakan kakinya di Tanah Jawa. Namun, setiap kali mereka datang, selalu gagal
menyebarkan agama Islam. Mengapa? Pertanyaan itulah yang berada di benak Syech
Subakir. Dan tidak berapa lama setelah sampai ke Tanah Jawa, Syech asal Persia (Iran) itu
berhasil mendapatkan jawaban dari pertanyaannya tersebut. Ternyata, seluruh Tanah Jawa
dari ujung Timur sampai ke Barat di jaga oleh bangsa jin yang dipimpin Sabdo Palon.
Kegagalan para ulama sebelumnya adalah karena ulah mereka, para jin kafir yang tidak mau
masuk Islam dan menentang Islam berkembang di Tanah Jawa. Untungnya, Syech Subakir
menguasai ilmu tentang makhluk halus, sehingga dia dan para ulama yang dipimpinnya
berhasil mengetahui keberadaan para jin tersebut. Dalam wujud kasarnya, para mahluk halus

itu ada yang berujud ombak yang besar yang mampu menenggelamkan kapal berikut
penumpangnya. Juga angin puting beliung, dan sebagainya yang mampu memporakporandakan apa saja yang ada dihadapannya, termasuk menjelma menjadi hewan buas,
harimau, ular dan sebangsanya. Perubahan bentuk dan ujud itulah yang selama ini diduga
mencelakakan para ulama yang bermaksud menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Maka
kemudian terjadilah pertempuran yang dasyat antara para jin pimpinan Sabdo Palon dengan
pasukan ulama pimpinan Syech Subakir. Konon, pertempuran itu terjadi selama berhari- hari,
tanpa ketahuan siapa yang bakal memenangkannya. Karena melihat situasi yang tidak
menguntungkan, maka Sabdo Palon mengajukan usulan gencatan senjata. Syech Subakir
yang melihat itu sebuah peluang, menerima ajakan Sabdo Palon. Maka terjadilah kesepakatan
antara keduanya. Isi kesepakatan antara lain, Sabdo Palon memberi kesempatan kepada
Syech Subakir beserta para ulama untuk menyebarkan Islam di Tanah Jawa, tetapi tidak boleh
dengan cara paksaan atau memaksa. Kemudian Sabdo Palon juga memberi kesempatan
kepada orang Islam untuk berkuasa di Tanah Jawa—Raja-raja Islam—namun dengan catatan.
Para Raja Islam itu silahkan berkuasa, namun jangan sampai meninggalkan adat istiadat dan
budaya yang ada. Silahkan kembangkan ajaran Islam sesuai dengan kitab yang dakuinya,

tetapi biarlah adat dan budaya berkembang sedemikian rupa. Dan yang terpenting, jadi
pemimpin janganlah terlalu lurus, namun juga jangan terlampau bengkok. Hal ini sempat
dipertanyakan Syech Subakir kepada Sabdo Palon, mengapa seorang pemimpin tidak boleh
benar-benar lurus. Dijawab Sabdo Palon, karena pemimpin itu menjadi pimpinan semua

orang. Dan orang tidak semuanya lurus, pasti banyak pula yang bengkok. Lha, orang yang
bengkok-bengkok itu akan ikut siapa, bila pemimpinnya lurus? Legenda Gunung Tidar
Magelang Keberadaan daerah Magelang terbungkus oleh berbagai legenda. Salah satu
dongeng yang hidup dikalangan rakyat mengisahkan --sebagaimana dikisahkan M. Bambang
Pranowo (2002)-- bahwa pada zaman dahulu kala, ketika Pulau Jawa baru saja diciptakan
oleh Sang Maha Pencipta dalam bentuk tanah yang terapung-apung di lautan luas; tanah
tersebut senantiasa bergerak kesana kemari. Seorang dewa kemudian diutus turun dari
kahyangan untuk memaku tanah tersebut agar berhenti bergerak. Kepala dari paku yang
digunakan untuk memaku Pulau Jawa tersebut akhirnya menjadi sebuah gunung yang
kemudian dikenal sebagai Gunung Tidar. Gunung yang terletak di pinggir selatan kota
Magelang yang kebetulan berada tepat dibagian tengah Pulau Jawa tersebut memang
berbentuk kepala paku; karena itu gunung Tidar dikenal luas sebagai “pakuning tanah jawa”.
Dongeng lain yang tentunya diciptakan setelah masuknya Islam mengisahkan bahwa pada
zaman dahulu daerah ini merupakan kerajaan jin yang diperintah oleh dua raksasa. Syekh
Subakir, seorang penyebar agama Islam, datang ke daerah ini untuk berdakwah. Tidak rela
atas kedatangan Syekh tersebut terjadilah perkelahian antara raja Jin melawan sang Syekh.
Ternyata Raja Jin dapat dikalahkan oleh Syekh Subakir. Raja Jin dan istrinya kemudian
melarikan diri ke Laut Selatan bergabung dengan Nyai Rara Kidul yang merajai laut Selatan.
Sebelum lari Raja Jin bersumpah akan kembali ke Gunung Tidar kecuali rakyat didaerah ini
rela menjadi pengikut Syekh Subakir. Legenda ini sangat melekat bagi masyarakat tradisional

Jawa, tidak sekedar di Magelang, tapi juga ke daerah-daerah lain di Jawa, bahkan sampai di
Lampung dan mancanegara (Suriname). Hal ini karena telah disebutkan dalam jangka
Joyoboyo dan mengalir secara tutur tinular menjadi kepercayaan masyarakat. Apalagi
pemerintah kota Magelang menjadikan Tidar sebagai simbol atau maskot daerah dengan
menempatkan gunung Tidar yang dilambangkan dengan gambar paku di dalam logo
pemerintahan. Di samping itu nama-nama tempat begitu banyak menggunakan nama Tidar,
seperti nama Rumah Sakit Umum Daerah, nama perguruan tinggi, nama terminal dll. Yang
semuanya menguatkan gunung Tidar menjadi legenda abadi.