TUGAS PRAKTIKUM KIMIA KOLOID LAPORAN PRA (1)

TUGAS PRAKTIKUM KIMIA
KOLOID

Disusun oleh:
Ardianti Kusumawati
Ardika Gustomi
Merlin Erisza
Ni Nyoman Ervalna
Prasnadya Avivah Hertanti
Tressya Lonica Yemeima Dara

SMA NEGERI 1 KOTA GAJAH
LAMPUNG TENGAH
T.P. 2015/2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOLOID
BAB I PENDAHULUAN

A. TOPIK DAN TUJUAN PERCOBAAN
I.


II.

Topik





Mengenal sistem koloid
Mengamati efek tyndall
Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid
Memperagakan pembuatan koloid

Tujuan
1. Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)
 Mengenal macam-macam dispersi koloid.
 Mengenal larutan sejati, suspensi kasar, dan koloid.
 Mengenal koloid dan contohnya.
2. Pratikum 2 Mengamati efek tyndall
 Mempelajari sifat koloid, yaitu efek tyndall.

3. Pratikium 3 Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid
 Mempelajari sifat koloid.

4. Pratikum 4 Memperagakan pembuatan koloid
 Membedakan serta memahami pembuatan koloid secara
dispersi dan kondensasi.

B. DASAR TEORI
2.1. SISTEM KOLOID

Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel
yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel antara 1nm100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati dengan
mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.

2.2

SUSPENSI, LARUTAN, DAN KOLOID

1. Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar tersebar
merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran

yang heterogen.
2. Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel
terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
3. Koloid. Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahsa Yunani berarti “lem”. Istilah
koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya
terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya
kristal mudah mengalami difusi. Oleh karen itu, zat semacam gelatin ini keudian disebut
koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan
sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari
suspensi.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
H homegen, tak dapat
Dibedakan walaupun
menggunakan
mikroskop ultra.

Koloid
(Dispersi Koloid)

S secara mikroskopis bersifat
homogen, tetapi heterogen jika
diamati dengan mikroskop
ultra.

S semua partikel
berdimensi (panjang, P partikel berdimensi anatara
lebar, atau tebal) kurang 1nm sampai 100nm.
dari 1nm.
S satu fasa.
D dua fasa.
stabil.
Ti tidak dapat disaring.

Suspensi
(Dispersi Kasar)

P pada umunya stabil.
Ti tidak dapat disaring, kecuali
dengan penyaringan ultra.


Contoh:
Larutan gula, larutan
garam, alkohol 70%,
larutan cuka, airlaut,
udara yang bersih, dan
bensin.
2.3 JENIS-JENIS KOLOID

Contoh:
Sabun, susu, santan, jeli, selai,
mentega, dan mayones.

Heterogen.

S salah satu atau semua dimensi
partikel besar dari 100nm.
Dua fasa.
Ti dak stabil.
Dapat disaring

Contoh:
Air Sungai yang keruh,
campuran air dengan pasir,
campuran kopi dengan air,
dan campuran minyak dengan
air

Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium dispersi).
Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid dapat dibedakan menjadi 8
jenis sebagai berikut:
1.

Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol.

Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi
berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair
spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol
diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
2.


Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid

jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
3.

Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat

terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam
minyak (A/M).
4.

Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya

dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
5.


Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.

2.4 SIFAT-SIFAT KOLOID

1.

Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek
tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika
suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya,maka
larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid,
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.


2.

Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikelpartikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk
koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel- partikel
akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan
tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak
zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak
Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga
dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi
kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak
Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula

sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3.

Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
 Pemutihan gula tebu.
 Norit.
 Penjernihan air.
Contoh:
 koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
 Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya
muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga
partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.

4.

Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel
koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu,
pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode.
Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan
alat Cottrell.

5.

Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan
mengalami koagulasi dengan cara:

2.5 LARUTAN HOMOGEN DAN HETEROGEN
1. Larutan homogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu
dan tidak dapat di bedakan, meskipun menggunakan mikroskop ultra
2. Larutan heterogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu
dan dapat di bedakan, meskipun secara kasat mata.

BAB II METODOLOGI
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
1. Praktikum 1
 Gelas kimia
 Kertas saring
 Corong
 Spatula kaca
2. Praktikum 2
 Gelas kimia
 Lampu senter
 Spatula kaca
3. Praktikum 3
 Mangkok plastik
 Pengaduk
 Panci masak
 Pemanas
4. Praktikum 4
 Lumpang porselen dan alu
 Gelas kimia 100 Ml
 Tabung reaksi dan rak
 Pembakar spiritus
 Pengaduk kaca
 Kaki tiga dan kasa kawat
 Gelas ukur 100 mL
 Cawan porselen
 Labu erlenmeyer
 Pipet tetes
 Neraca

1. BAHAN
1. Praktikum 1

 Larutan gula
 Larutan kopi
 Larutan deterjen
 Larutan susu
 Larutan Urea
 Larutan terigu
2. Praktikum 2
 Larutan gula
 Larutan kopi
 Larutan deterjen
 Larutan susu
 Larutan Urea
 Larutan terigu
3. Praktikum3
 Agar-agar
 Air
 Cuka (CH3COOH)
 4. Susu cair
4. Praktikum 4
 Gula pasir
 Serbuk belerang
 Agar-agar
 Minyak makan
 Larutan FeCl3 jenuh
 Larutan sabun
 Air suling

B. LANGKAH KERJA
1. Praktikum 1

 Masing-masing gelas kimia diisi dengan 15 ml larutan gula, 15
ml susu cair, dan 15 ml larutan kopi bubuk, dan dilakukan hal
yang sama pada larutan yang lain.
 Setelah beberapa menit, larutan tersebut di saring dan di
tampung filtratnya dalam gelas kimia yang kosong. Perubahan
yang terjadi lalu diamati.
2. Praktikum 2
 Isi gelas kimia masing-masing dengan 100 ml larutan gula, 100
ml susu cair, dan 100 ml larutan kopi bubuk dan lakukan hal yang
sama pada larutan yang lain.
 Lalu senterlah larutan gula tersebut. Amati apa yang terlihat
melalui lubang pengamatan.
 Ulangi langkah 2 untuk susu cair, susu cair, dan campuran air
dan kopi bubuk sebagai pengganti larutan gula.

3. Praktikum 3

1) Percobaan A : Penggumpalan Sol Menjadi Gel karena Perubahan
Suhu
 Campurkan agar-agar dan air dalam panci masak. Aduk hingga
mendidih ( sesuai petunjuk pada bungkusnya ).
 Tuangkan agar-agar cair yang panas (sol) ke dalam mangkok,
dan biarkan dingin pada suhu ruang.
 Amati dan catat perubahan yang terjadi pada sol agar-agar.
2) Percobaan B : Penggumpalan Koloid karena Perubahan
Keasaman (pH)

Tuangkan 250 mL susu cair ke dalam mangkok.
 Tambahkan 1 sendok makan (15 mL) cuka (CH 3COOH)
ke dalam mangkok yang berisi susu.
 Amati dan catat perubahan yang terjadi pada susu.
4. Praktikum 4
1) Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
a. Sol belerang dalam air
 Campurkan satu bagian gula dengan satu bagian
belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang sampai
halus.
 Ambil satu bagian campuran dan campurkan dengan
satu bagian gula, lalu gerus sampai halus.
 Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1
bagian campuran keempat, dan tuangkan campuran itu
ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL air. Kemudian aduk

campuran ini. Amati hasilnya.
b.
Sol agar-agar dalam air
 Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam
gelas kimia yang berisi 25 mL air mendidih.
 Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara
ini disebut peptisasi.
2) Percobaan B : Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi
 Panaskan 50 mL air dengan gelas kimia 100 mL sampai
mendidih.
 Tambahkan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk
hingga larutan menjadi merah coklat. Amati hasilnya.
3) Percobaan C : Pembuatan Emulsi
 Masukkan 1 mL minyak tanah dan 5 mL air ke dalam suatu
tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlabih
dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung
reaksi di rak.
 Masukkan 1 mL minyak tanah, 5 mL air, dan 15 tetes larutan
sabun kedalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung dengan
kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung reaksi tersebut.

BAB III HASIL PENGAMATAN
A. DATA HASIL PERCOBAAN
 Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)

N
o.

Sampel

Setelah
disaring

Jenis sampel

Setelah didiamkan
Filtrat

Residu

1.

Susu

Koloid

Larut, Stabil

Keruh

Tidak
ada

2.

Gula

Larutan

Larut, Stabil

Bening

Tidak
ada

3.

Kopi

Suspensi

Tidak larut,
Tidak stabil

Keruh

Ada

4.

Detergen

Koloid

Larut, Tidak
stabil

Keruh

Ada

5.

Belerang

Larutan

Mengendap

keruh

Tidak
ada

6.

Terigu

Larutan

Mengendap

Bening

Tidak
ada

 Pratikum 2 (Mengamati efek tyndall)
Bahan
Susu

Tyndall




Gula
Kopi



Sabun




Belerang
Terigu

Tidak Tyndall



 Pratikium 3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)

Penggumpalan/koagulasi

Koloid

Penyebab

A

B

Agar-agar
(sol)

Susu (emulsi)

Perubahan yang
terjadi

Perubahan Suhu

Agar-agar menjadi
padat sehingga terjadi
penggumpalan Sol
menjadi gel

Perubahan Keasaman
(pH)

Emulsi minyak dalam air
terjadi penggumpalan,
perubahan warna jadi
semakin keruh

 Pratikum 4 (Memperagakan pembuatan koloid)
Percoba
an

Kegiatan pembuatan

a.

Sol belerang
(dispersi)

Membentuk
campuran
yang
berwarna putih keruh dan setelah
dibiarkan agak lama ada endapan
pada bagian bawah campuran

b.

Sol agar-agar
(dispersi)

Setelah
didinginkan
atau
dibiarkan sejenak, menjadi padat
seperti gel dan warnanya hijau

Sol Fe(OH)3
(kondensasi)

Campuran air mendidih dengan
FeCl3 menjadi lebuh kental dan
Fe(OH)3 warnanyacoklat
kemerahan dan Muatan koloid
bernilai positif

A

B

C

Hasil

a.

Campuran air dan
minyak makan

Air dan minyak makan tidak
tercampur, dan keadaannya
minyak makan berada diatas

b.

Campuran air,
minyak makan, dan
sabun (emulsi)

Minyak makan dapat tercampur
dengan air

B. ANALISA DATA

1. Praktikum 1
Setelah melakukan percobaan dapat dilihat, ketika mencampurkan susu, kopi,
gula,detergen, belerang, dan terigu ke dalam air, keenamnya larut dalam air.
Jika mencampurkan air dengan susu instant dan detergen , ternyata kedua larutan itu larut
tetapi larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan campuran susu tidak akan
memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap
keruh. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, secara
mikroskopis partikel-partikelnya yang tersebar di dalam air masih dapat dibedakan.
Campuran seperti inilah yang dinamakan koloid. Dan jika didiamkan campuran detergen
tidak akan memisah dan juga dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap
keruh. Campuran seperti ini juga yang dinamakan koloid. Pada campuran susu dengan
air, fase terdispersinya adalah lemak, sedangkan medium pendispersinya adalah air.
Jika mencampurkan air dengan gula dan belerang, ternyata kedua larutan itu larut dan
bening. Jika didiamkan campuran itu tidak akan memisah dan juga tidak dapat dipisahkan
dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap bening. Secara makroskopis campuran ini
tampak homogen dan secara mikroskopis partikel-partikelnya tersebar di dalam air tidak
dapat dibedakan. Campuran seperti inilah yang dinamakan larutan.
Saat mencampurkan air dengan kopi, kopi tidak larut dalam air. Walaupun campuran ini
diaduk, lambat laun kopi akan memisah dan mengendap di dasar gelas. Campuran ini
bersifat heterogen dan merupakan sistem dua fase. Campuran ini dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Campuran seperti ini dinamakan suspensi.
2. Pratikum 2 :
Pada percobaan tersebut dapat diketahui bahwa pada larutan gula dan larutan belerang,
berkas sinar yang berasal dari senter tidak terlihat karena berkas sinar hanya berjalan
lurus tanpa penghamburan saat melewati zat tersebut. Oleh karena itu larutan gula dan
larutan belerang tergolong larutan sejati.
Sedangkan pada campuran detergen dan susu berkas sinar yang berasal dari senter yang
kemudian melewati larutan detergen dan susu akan dihamburkan dan menimbulkan
berkas sinar pada layar dan menyebar, berkas cahaya yang melalui larutan ini dapat
diamati dari arah samping. Hal ini disebabkan karena partikel-partikelnya mempunyai
ukuran partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Oleh karena itu larutan detergen dan susu tergolong koloid. Sebaliknya, pada larutan

sejati, ukuran partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati

3. Pratikum 3

:

Agar-agar termasuk sol. Perubahan yang terjadi setelah dipanaskan yaitu timbul
penggumpalan dari sol menjadi gel dan apabila ditinjau dari terdispersinya agar-agar
terdispersi dalam air. Susu termasuk dalam elmusi. Perubahan yang terjadi setelah diberi
cuka terbentuk gumpalan-gumpalan susu, dan warna menjadi semakin keruh. Hal ini
disebut proses Adsorpsi, dimana terjadi peristiwa penyerapan suatu zat sehingga partikel
zat tersebut menempel pada bidang penyerapannya.Apabila ditinjau dari terdispersinya
susu termasuk emulsi minyak dalam air.
4. .Pratikum 4

:

Pada percobaan A, Pembuatan sol belerang menggunakan cara dispersi yaitu dengan
tenggelam dalam air. Belerang yang telah dihaluskan bersama gula akan membentuk
butiran yang ukurannya menyerupai koloid. Kemudian campuran dilarutkan dalam air
sehingga menghasilkan koloid jenis sol.
Untuk pembuatan agar-agar digunakan cara peptisasi. Cara peptiasi ini menggunakan zat
pemeptiasi (pemecah) yaitu air dengan dipanaskan untuk memecah molekul-molekul
besar dalam hal ini serbuk agar-agar supaya menjadi molekul-molekul kecil ukuran
koloid. Setelah air dan agar-agar sudah menyatu sepenuhnya kemudian didinginkan
sejenak. Maka jadilah sol padat yaitu agar-agar.
Pada percobaan B, sol Fe(OH)3 di masukan ke dalam pipa U
FeCl3 + H2O Fe(OH)3 + HCl
Ternyata terjadi proses koagulasi penggumpalan muatan koloid. sehingga, partikel sol
Fe(OH)3 berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Jika partikel
koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid
berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif.
Pada percobaan C, Minyak dan air adalah emulsi (cair bertemu cair namun bersifat
antagonis/ tolak – menolak) sehingga tidak bisa larut dalam air. Kedudukan minyak
berada di permukaan air, hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak yang lebih kecil dari
pada massa jenis air.
Agar minyak larut dalam air maka ditambahkan emulgator yaitu larutan sabun.
Kemudian air dan minyak tersebut dapat bercampur. Sabun disebut sebagai emulgator
karena dapat menggabungkan dua buah fese yang tidak bisa bersatu.

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.

Meskipun ketiganya berupa campuran dua zat atau lebih, ternyata dari ketiga
campuran dalam percobaan memiliki perbadaan dari segi bentuk, sifat, ukuran,
serta fasenya yang dikelompokan ke dalam tiga macam jenis dispersi, yaitu
dispersi halus (larutan), dispersi koloid, dan dispersi kasar (suspensi).
Campuran yang berupa larutan yaitu memiliki sifat larut, bening, mengalami satu
fase (homogen), stabil, tidak dapat disaring.
Campuran yang berupa suspensi yaitu larutan tersebut memiliki sifat tidak larut
meskipun diaduk dan didiamkan, keruh, mengalami dua fase, tidak stabil,
larutannya heterogen, dan dapat dipisahkan dengan penyaring.
Campuran yang berupa koloid yaitu memiliki sifat larut dalam air, keruh,
mengalami dua fase, tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan, hasil
penyaringan tetap keruh. Secara pengelihatan makroskopis, campuran ini tampak
homogen, tetapi sebenarnya bersifat heterogen.

2.

Bedasarkan Efek Tyndall
 Sistem koloid : bila dikenai seberkas cahaya, maka oleh sistem tersebut akan
dihamburkan.
 Larutan sejati : bila di kenai seberkas cahaya, maka oleh larutan tersebut akan
di teruskan.

3.

Sol adalah sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair
disebut sol. Gel adalah koloid yang wujudnya berada diantara padat dan cair yang
dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium
dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Agar-agar cenderung masuk
dalam jenis koloid berupa sol. Emulsi adalah sistem koloid yang fase terdispersi
dan medium pendispersinya zat cair sistem koloid dari zat cair yang terdispersi
dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis
zat cair itu tidak saling melarutkan.

4.

Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara
dispersi. Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus
menjadi lebih kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat
dilakukan dengan cara hidrolisis. Sedangkan cara dispersi yaitu dengan memecah
partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau partikel koloid.