Analisa dan Konsep Pengembangan Kawasan

KATA PENGANTAR
Puji syukur pertama-tama dan sudah sepatutnya kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya lah. Tugas Rencana Dasar Tata Bangunan dan
Lingkungan yang mengambil judul “Analisa dan Konsep Pengembangan Kawasan Mitigasi Rawan
Bencana Kebakaran (Studi Kasus : Banyu Urip Kota Surabaya)”, ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengajar mata kuliah Seminar,yaitu Bapak Ir. Heru Purwadio, MSP dan Bapak Mochamad Yusuf, ST.
M.Sc Selaku Dosen Pengampu.
Tak lupa juga kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam terselesaikannya makalah ini yang tidah dapat kami sebutkan satu persatu. Penyusun
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.
Demikian beberapa kata yang penyusun tulis untuk mengantar para pembaca menjelajahi
makalah ini. Kami sebagai penyusun hanyalah manusia biasa yang tentu tak luput dari kesalahan. Kritik
dan saran sangat kami butuhkan demi tercipta yang lebih baik. Jika terdapat banyak kesalahan dalam
makalah ini, kami sebagai penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Surabaya, 15 Nopember 2015

Penyusun

Page | 1


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 4
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN ...................................................................... 5
1.3 MANFAAT PENULISAN.............................................................................................. 5
1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN ............................................................................... 5
1.4.1 RUANG LINGKUP WILAYAH .............................................................................. 5
1.4.2 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ..................................................................... 6
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ....................................................................................... 6
BAB II ANALISA ..................................................................................................................... 8
2.1 PENGGUNAAN LAHAN .............................................................................................. 8
2.2 PERPETAKAN............................................................................................................... 9
2.3 SIRKULASI KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI, DAN PARKIR ...................... 13
2.4 RUANG TERBUKA, RTH DAN PENGHIJAUAN .................................................... 18
2.4.1 RUANG TERBUKA .............................................................................................. 18

2.4.2 RTH (Ruang Terbuka Hijau) .................................................................................. 18
2.4.3 PENGHIJAUAN ..................................................................................................... 18
2.5 FASADE ....................................................................................................................... 18
2.5.1 WUJUD BANGUNAN ........................................................................................... 18
2.5.2 WARNA BANGUNAN.......................................................................................... 18
2.6 PERABOT RUANG LUAR ......................................................................................... 18
2.6.1 HYDRANT ............................................................................................................. 18
2.6.2 BAK SAMPAH....................................................................................................... 19
BAB III KONSEP .................................................................................................................... 20
3.1 PENGGUNAAN LAHAN ............................................................................................ 20
3.2 PERPETAKAN............................................................................................................. 21
3.3 SIRKULASI KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI, DAN PARKIR ...................... 25
3.4 RUANG TERBUKA, RTH DAN PENGHIJAUAN .................................................... 26
3.5 FASADE ....................................................................................................................... 27
3.6 PERABOT RUANG LUAR .......................................................................................... 28
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 31
4.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 31
Page | 2

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Kondisi Eksisting dengan Arahan Perencanaan Penggunaan Lahan ................. 8
Tabel 2. Perda Terkait Jarak Antar Bangunan Menurut Ketinggian Bangunan.................................... 10
Tabel 3. Dimensi Mobil Pemadam Kebakaran ..................................................................................... 14
Tabel 4. Dimensi Jalan di Kawasan Studi............................................................................................. 15
Tabel 5. Analisa Konsep Ruang Terbuka dan Penghijauan di Wilayah Perencanaan .......................... 26
Tabel 6. Analisa Konsep Fasade di Wilayah Perencanaan ................................................................... 27
Tabel 7. Analisa Konsep Perabot Ruang Luar di Wilayah Perencanaan .............................................. 29

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Beragam jenis penggunaan lahan di wilayah perencanaan .................................................. 9
Gambar 2. Kondisi Jarak Bangunan di Jalan Banyu Urip V................................................................. 11
Gambar 3. Kondisi Jarak Bangunan Jalan Banyu Urip Lor IV ............................................................. 12
Gambar 4. Kondisi Jarak Bangunan Jalan Simo Gunung Kramat Timur ............................................. 13
Gambar 5. Peta Konsep Penggunaan Lahan di Wilayah Perencanaan ................................................. 21
Gambar 6. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Kidul V ............................................................... 22
Gambar 7. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Kidul VI A .......................................................... 23
Gambar 8. Konsep Perpetakan di Jalan Simo Gunung Kramat Timur ................................................. 24
Gambar 9. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Lor IV ................................................................. 25


Page | 3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam proses pengembangan suatu kawasan, tentunya akan melibatkan unsur perencanaan dan
perancangan. Perencanaan kawasan dan perancangan kawasan merupakan dua disiplin ilmu yang
berbeda, namun pengaplikasian unsur perencanaan tidak bisa lepas dari unsur perancangan. Untuk
membuat sebuah kawasan yang ideal dan berkelanjutan, diperlukan perencanaan dan perancangan
kawasan yang selaras. Perancangan kawasan dapat dikatakan sebagai bagian dari perencanaan
kawasan, dikarenakan unsur perancangan merupakan salah satu bentuk visualisasi jangka pendek
dari unsur perencanaan. Dalam pengimplementasiannya, perencanaan dan perancangan kota
diperlukan untuk mengarahkan pembangunan fisik kota yang diinginkan dengan cara
mempertimbangkan aspek makro dan mikro perkotaan. Salah satu produk rencana kota yang
tengah dikembangkan untuk melibatkan unsur perencanaan dan perancangan suatu kawasan adalah
dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang dianggap sebagai suatu produk
dari urban design.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan merupakan salah satu dokumen perencanaan kawasan
yang memuat rencana pendayagunaan pemanfaatan ruang kota dalam membentuk jati diri kota,
dimana tujuan dari penerapan dokumen ini yaitu sebagai upaya dalam pengendalian terhadap

perwujudan tertib pembangunan, terjaminnya aspek keselamatan bangunan, lingkungan dan
manusia, baik pada saat pembangunan maupun pemanfaatannya. Penyusunan RTBL berperan
penting pada kawasan-kawasan spesifik yang rawan akan bencana, dimana pada kawasan tersebut
akan dilakukan penanganan lebih lanjut dari sekedar perencanaan kota (urban planning).
Penanganan-penanganan tersebut dapat berupa upaya, strategi, dan arahan pengembangan
kawasan agar lebih terkendali, terpadu dan berkelanjutan serta pengaturan dan pengendalian
bangunan pada bidang tata bangunan dan tata lingkungan.
Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan terbesar yang ada di Indonesia dengan luas
wilayahnya yang mencapai 326,37 Km2. Selain memiliki luas wilayah yang cukup besar,
perkembangan penduduk Surabaya juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana
peningkatan tersebut datang dari kepadatan penduduk yang meningkat serta adanya fenomena
urbanisasi penduduk. Para pelaku urbanisasi pada umumnya merupakan masyarakat-masyarakat
pedesaan yang minim akan ketrampilan dan pendidikan. Sehubungan dengan itu, apabila terjadi
peningkatan angka urbanisasi, hal tersebut tentunya akan berdampak pada permasalahanpermasalahan perkotaan, seperti pengangguran dan kemunculan kawasan padat permukiman
akibat ketersediaan lahan yang terbatas.

Page | 4

Salah satu permasalahan yang identik dengan eksistensi dari kawasan permukiman padat adalah
masalah rawan bencana kebakaran. Pada umumnya, kasus-kasus kebakaran yang telah terjadi di

lingkungan padat permukiman berasal dari faktor kesalahan manusia (human error) yang
beraktivitas di lingkungan tersebut. Dari penjelasan diatas, maka penelitian ini akan mengambil
lokasi penelitian di Koridor Banyu Urip yang merupakan salah satu kawasan padat permukiman
sekaligus kawasan rawan bencana kebakaran di wilayah Kota Surabaya, dengan tujuan penelitian
ini yaitu untuk menganalisis kondisi eksisting dan menyusun rencana pembangunan di wilayah
rawan bencana kebakaran, yaitu kawasan Banyu Urip.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
Adapun maksud dari penulisan makalah ini yaitu sebagai upaya penyusunan dokumen
perencanaan yang substansinya berisi analisis terkait kondisi eksisting kawasan rawan bencana
kebakaran Banyu Urip serta konsep Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang akan
diterapkan pada kawasan tersebut. Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk
menganalisis kondisi eksisting dan karakteristik unsur-unsur pembentuk tata ruang, serta
menyusun rencana pembangunan wilayah rawan bencana khususnya dalam bidang tata bangunan
dan lingkungan seperti penggunaan lahan, sirkulasi, hingga perabot ruang luar yang ada di lokasi
penelitian.
1.3 MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
 Manfaat teoritis, yaitu penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau bahan pertimbangan
dalam merumuskan arahan pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana kebakaran Banyu

Urip. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan refrensi untuk penelitian
lainnya, khususnya yang berkaitan dengan kawasan rawan bencana kebakaran
 Manfaat praktis, yaitu penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam
mengidentifikasi dan merencanakan kawasan rawan bencana kebakaran di Surabaya. Selain itu,
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam langkah-langkah
pengembangan kawasan rawan bencana kebakaran

1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.4.1 RUANG LINGKUP WILAYAH
Adapun ruang lingkup wilayah penelitian ini berada di Koridor Banyu Urip dimana kawasan
ini merupakan salah satu kawasan padat permukiman sekaligus kawasan rawan bencana
kebakaran di Kota Surabaya. Koridor Banyu Urip ini terletak di Kelurahan Banyuurip,
Kecamatan Sawahan. Adapun batas-batas wilayah penelitian ini, yaitu:

Page | 5

1) Sebelah utara

: Jalan Banyu Urip Kidul V


2) Sebelah selatan

: Jalan Simo Gunung Kramat Timur

3) Sebelah barat

: Jalan Banyu Urip Kidul VI A

4) Sebelah timur

: Jalan Banyu Urip Kidul IV

1.4.2 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Penelitian ini memiliki fokus bahasan pada proses analisa kondisi eksisting yang ada di
wilayah penelitian yang merupakan kawasan rawan bencana kebakaran di Surabaya, hingga
proses penyusunan dokumen perencanaan dan perancangan kawasan rawan bencana ini.
Adapun diperlukan beberapa proses dalam pelaksanaannya, seperti proses pertama yang
merupakan proses identifikasi kondisi eksisting lapangan, seperti kondisi penggunaan lahan,
sirkulasi, sarana dan prasarana, RTH, street furnitur, hingga reklame yang telah dilakukan pada
tugas sebelumnya. Hasil dari proses identifikasi tersebut kemudian akan menjadi input dalam

proses kedua, yaitu tahap analisa, dimana pada tahap ini terdapat beberapa analisa yang akan
dilakukan, seperti analisa penggunaan lahan, perpetakan, sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki)
dan parkir, RTH dan penghijauan, fasade, dan perabot ruang luar. Hasil analisa kemudian akan
dijadikan input pada tahap rencana, dimana akan disusun konsep-konsep perencanaan dan
perancangan di wilayah penelitian, yang akan dijabarkan menjadi beberapa bagian, seperti
konsep penggunaan lahan, perpetakan, sirkulasi, RTH, fasade, dan perabot ruang luar.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini pada dasarnya berisikan mengenai latar belakang penulisan, maksud dan tujuan
penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup penelitian yang terbagi menjadi ruang lingkup
wilayah dan ruang lingkup pembahasan, serta sistematika penulisan makalah ini
BAB II ANALISA
Bab ini pada dasarnya berisikan analisa mengenai kondisi eksisting yang ada di lapangan,
seperti analisa penggunaan lahan, perpetakan, sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki) dan parkir,
RTH dan penghijauan, fasade, dan perabot ruang luar
BAB III KONSEP
Bab ini merupakan kelanjutan dari bab sebelumnya yaitu bab analisa, dimana bab ini pada
dasarnya berisikan mengenai konsep-konsep perencanaan dan perancangan di wilayah
penelitian, dimana konsep-konsep ini akan dijabarkan menjadi beberapa bagian, seperti konsep

penggunaan lahan, perpetakan, sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki) dan parkir, RTH dan
penghijauan, fasade, dan perabot ruang luar

Page | 6

BAB IV PENUTUP
Bab ini pada dasarnya merupakan bagian penutup makalah yang berisikan kesimpulan dari
isi bab sebelumnya

Page | 7

BAB II
ANALISA

2.1 PENGGUNAAN LAHAN
Analisa penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan di
wilayah perencanaan, dimana analisis ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu analisis penggunaan lahan
makro dan analisis penggunaan lahan mikro. Adapun analisis penggunaan lahan makro dilakukan
dengan membandingkan kondisi eksisting penggunaan lahan di wilayah perencanaan dengan
arahan dokumen perencanaan di wilayah tersebut, yaitu arahan dokumen RDTRK UP.

Wonokromo. Berikut merupakan tabel perbandingan kondisi eksisting wilayah dengan arahan
perencanaan pembangunan.
Tabel 1. Perbandingan Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan dengan Arahan Perencanaan
Penggunaan Lahan

Kondisi Eksisting
Wilayah
Perencanaan

Kawasan Banyuurip didominasi bangunan permukiman masyarakat dengan
kerapatan bangunan sangat padat, dimana rata-rata bangunan memiliki
ketinggian 1 – 2 lantai. Adapun lokasi permukiman sebagian besar berada
di bagian utara dan barat wilayah perencanaan. Di sepanjang jalan bagian
timur kawasan perencanaan terdapat fasilitas perdagangan dan jasa berupa
pasar. Pada blok kawasan juga terdapat lapangan kosong dan pemakaman
umum.

Arahan RDTRK
UP. Wonokromo

Unit Lingkungan Banyuurip dengan pusat pelayanan di Jalan Simo
Kwagean Kidul, Jalan Banyu Urip Kidul dengan fungsi pelayanan sebagai
perdagangan, fasilitas umum dan RTH
Sumber: Hasil Analisa, 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kondisi eksisting penggunaan lahan yang ada di Jalan
Banyu Urip Kidul telah sesuai dengan arahan dokumen perencanaan RDTRK UP. Wonokromo,
dimana penggunaan lahan di wilayah ini didominasi untuk fungsi perdagangan, fasilitas umum,
dan RTH. Selain itu, penggunaan lahan di jalan ini juga mencakup permukiman-permukiman
masyarakat setempat.

Page | 8

Gambar 1. Beragam jenis penggunaan lahan di wilayah perencanaan
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2015

Untuk analisis penggunaan lahan mikro dilakukan dengan cara menganalisis tren penggunaan
lahan yang terdapat di wilayah perencanaan. Dalam hal ini, penggunaan lahan di wilayah
perencanaan didominasi untuk kawasan permukiman masyarakat setempat, dimana lokasilokasinya tersebar di sebelah utara, barat, dan selatan wilayah perencanaan. Pada umumnya
permukiman-permukiman masyarakat tersebut memiliki kerapatan bangunan yang cukup padat
dengan rata-rata ketinggian bangunannya yang mencapai 1-2 lantai. Sedangkan untuk penggunaan
lahan di kawasan timur wilayah perencanaan umumnya lebih bersifat variatif dimana terdapat
kawasan permukiman penduduk, sarana perdagangan dan jasa yang berupa pasa dan ruko, RTH
yang berupa lapangan dan makam, serta fasilitas peribadatan yang berupa masjid dan musshola.
Sesuai dengan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa tren penggunaan lahan di
wilayah perencanaan adalah kawasan permukiman masyarakat. Hal ini juga diperkuat oleh data
RDTRK UP. Wonokromo yang menyatakan bahwa wilayah kelurahan Banyuurip merupakan
kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di wilayah UP. Wonokromo. Oleh karena
itu, hasil dari analisis land use mikro menyatakan bahwa penggunaan lahan sebagai kawasan
permukiman masyarakat merupakan tren penggunaan lahan yang terjadi di wilayah ini, dimana
pada bagian timur wilayah dikhususkan sebagai kawasan pendukung permukiman masyarakat.

2.2 PERPETAKAN
Analisis perpetakan dalam suatu blok sangat dibutuhkan untuk melindungi blok tersebut darii
perkembangan bangunan yang berlebihan. Analisis perpetakan bisa dilakukan pada build area atau
area yang sudah terdapat bangunan seperti di wilayah perencanaan. Pada build area seperti
kawasan permukiman Banyu Urip lebih melihat selubung bangunan maksimal yang bisa
diterapkan kawasan tanpa mengganggu pembangunan infrastruktur maupun perkembangan yang
berlebihan.
Peratuaran pemerintah menyebutkan bahwa tiap –tiap bangunan bertingkat memiliki jarak
bangunan berbeda beda. Berikut ketentuan jarak bangunan menurut ketinggian bangunan.

Page | 9

Tabel 2. Perda Kota Surabaya Terkait Jarak Antar Bangunan Menurut Ketinggian Bangunan

Ketinggian Bangunan
(Lantai)
0–4
5
6
7
8
8 KE ATAS

Jarak Bangunan
(Meter)
4
4,5
5
5,5
6
6

Sumber: Perda Kota Surabaya

Pada wilayah perencanaan bangunan memiliki ketinggian rata-rata maksimal 2 lantai. Namun,
jarak antar bangunan sangatlah dekat hampir kurang dari 1 meter. Hal tersebut membuat bangunan
di wilayah perencanaan memiliki jarak bangunan yang tidak sesuai dengan kebijakan yang ada.
Selain dari kebijakan di atas, terdapat kebijakan lainnya dalam menghitung jarak bangunan
Menurut perda KMS nomor 7 tahun 1992 dalam menghitung jarak bangunan dengan rumus:
𝑑 =

Dimana

0,5ℎ1 × 0,5ℎ2
−1
2

D : jarak antar bangunan ( meter )
H1 : tinggi bangunan 1 ( meter )
H2 : tinggi bangunan 2 ( meter )

Pada bangunan jalan Banyu Urip V rata – rata tinggi bangunan 1 lantai dengan tinggi 3 meter.
Sehingga dengan rumus tersebut
0,5ℎ1 × 0,5ℎ2
−1
2
(0,5 . 3) × (0,5 . 3)
−1
𝑑 =
2
1,5 × 1,5
𝑑 =
−1
2
22,5
−1
𝑑 =
2
𝑑 = 11,25 − 1
𝑑 = 10,25 meter
𝑑 =

Menurut rumus tersebut, jarak bangunan pada jalan Banyu Urip V sebesar 10,25 meter. Namun,
kondisi eksisting jarak bangunan di jalan tersbut tidak sampai 10 meter. Hal tersebut membuktikan
bahwa jarak bangunan di jalan tersebut masih belum sesuai dengan standar yang berlaku.

Page | 10

Gambar 2. Kondisi Jarak Bangunan di Jalan Banyu Urip V
Sumber: Survey Lapangan, 2015

Pada bangunan jalan Banyu Urip Lor IV rata – rata tinggi bangunan 2 lantai dengan tinggi 6
meter. Sehingga dengan rumus tersebut
0,5ℎ1 × 0,5ℎ2
−1
2
(0,5 . 6) × (0,5 . 6)
−1
𝑑 =
2
3 × 3
𝑑 =
−1
2
9
𝑑 = −1
2
𝑑 = 4,5 − 1
𝑑 =

𝑑 = 3,25 meter

Menurut rumus tersebut, jarak bangunan pada jalan Banyu Urip V sebesar 3,25 meter. Namun,
kondisi eksisting jarak bangunan di jalan tersbut tidak sampai 3 meter. Hal tersebut membuktikan
bahwa jarak bangunan di jalan tersebut masih belum sesuai dengan standar yang berlaku.

Page | 11

Gambar 3. Kondisi Jarak Bangunan Jalan Banyu Urip Lor IV
Sumber: Survey Lapangan, 2015

Pada bangunan jalan Simo Gunung Kramat Timur rata – rata tinggi bangunan 2 lantai dengan
tinggi 6 meter. Sehingga dengan rumus tersebut
0,5ℎ1 × 0,5ℎ2
−1
2
(0,5 . 6) × (0,5 . 6)
−1
𝑑 =
2
3 × 3
𝑑 =
−1
2
9
𝑑 = −1
2
𝑑 = 4,5 − 1
𝑑 =

𝑑 = 3,25 meter

Menurut rumus tersebut, jarak bangunan pada jalan Simo Gunung Kramat Timur sebesar 3,25
meter. Namun, kondisi eksisting jarak bangunan di jalan tersbut tidak sampai 3 meter. Hal tersebut
membuktikan bahwa jarak bangunan di jalan tersebut masih belum sesuai dengan standar yang
berlaku.

Page | 12

Gambar 4. Kondisi Jarak Bangunan Jalan Simo Gunung Kramat Timur
Sumber: Survey Lapangan, 2015

Pada bangunan jalan Banyu Urip Kidul VI A rata – rata tinggi bangunan 2 lantai dengan tinggi
6 meter. Sehingga dengan rumus tersebut
0,5ℎ1 × 0,5ℎ2
−1
2
(0,5 . 6) × (0,5 . 6)
−1
𝑑 =
2
3 × 3
𝑑 =
−1
2
9
𝑑 = −1
2
𝑑 = 4,5 − 1
𝑑 =

𝑑 = 3,25 meter

Menurut rumus tersebut, jarak bangunan pada jalan Banyu Urip Kidul VI A sebesar 3,25 meter.
Namun, kondisi eksisting jarak bangunan di jalan tersbut tidak sampai 3 meter. Hal tersebut
membuktikan bahwa jarak bangunan di jalan tersebut masih belum sesuai dengan standar yang
berlaku.

2.3 SIRKULASI KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI, DAN PARKIR
Sirkulasi merupakan pergerakan/perpindahan, baik itu orang maupun barang dari suatu tempat
ke tempat lainnya. Sirkulasi di wilayah perencanaan memiliki akses yang terbatas, dikarenakan
wilayahnya yang sebagian besar merupakan kawasan pemukiman padat. Kawasan tersebut

Page | 13

memiliki jalan kolektor sekunder yaitu Jalan Banyu Urip Kidul, dimana jalan tersebut
menjadi jalan utama untuk masuk ke dalam kawasan perencanaan. Jalan Banyu Urip Kidul bisa
dilalui oleh dua kendaraan mobil yang berjajar. Sedangkan pada kawasan pemukiman di kampung,
rata-rata hanya terdapat jalan lingkungan yang hanya bisa dilalui oleh manusia dan kendaraan
sepeda motor. Berdasarkan pengamatan di lapangan, di kawasan studi terdapat dua jenis pola
pergerakan, yaitu pola pergerakan barang dan orang. Pola pergerakan orang lebih banyak terjadi
daripada pola pergerakan barang. Sedangkan sirkulasi yang ditemukan di kawasan studi adalah
sirkulasi eksternal.
Dalam konteks mitigasi bencana kebakaran, diperlukan analisis mengenai sirkulasi mobil
pemadam kebakaran apabila terjadi kebakaran di lokasi studi. Untuk melakukan analisis ini,
diperlukan data mengenai dimensi mobil pemadam kebakaran dan dimensi jalan yang terdapat di
kawasan studi. Data mengenai dimensi mobil pemadam dan dimensi jalan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 3. Dimensi Mobil Pemadam Kebakaran

Tipe

Dimensi

Contoh
Kendaraan
500 – 600 Mitsubishi
liter air
Triton,
Isuzu
Dmax, Toyota
Hilux, dsb
Kapasitas

Mobil
Pemadam Api
Kecil

P : + 5,040 m
L : + 1,750 m
T : + 1,775 m

Mobil
Pemadam Api
Sedang

P : + 6,026 m
L : + 1,945 m
T : + 2,165 m

2500 – 4000 Mitsubishi Colt
liter air
Diesel,
Isuzu
ELF NKR, Hino
Dutro,
Toyota
Dyna, dsb

Mobil
Pemadam Api
Besar

P : + 8,555 m
L : + 2,425 m
T : + 2,625 m

5000 – 8000 Mitsubishi Fuso,
liter air
Isuzu
Borneo,
Hino
Ranger
Nissan Diesel,
Mercedes Benz
Actros, dsb

Gambar

Sumber: www.mobilpemadam.indonetwork.co.id

Page | 14

Tabel 4. Dimensi Jalan di Kawasan Studi

Nama
Jalan

Gambar Penampang Jalan

Foto

Jalan
Banyu
Urip
Lor IV

Jalan
Banyu
Urip
Kidul
VII A

Jalan
Banyu
Urip
Kidul
VII B

Jalan
Banyu
Urip
Kidul
VII

Jalan
Banyu
Urip
Kidul
VII C

Page | 15

Jalan
Putat
Jaya
Gang
Langgar

Jalan
Simo
Gunung
Kramat
Timur

Jalan
Banyu
Urip
Kidul V

Jalan
Banyu
Urip
Kidul V
No.
11/15
Sumber: Survei Lapangan, 2015

Page | 16

Page | 17

2.4 RUANG TERBUKA, RTH DAN PENGHIJAUAN
2.4.1 RUANG TERBUKA
Pemahasan untuk Ruang terbuka ini akan menjelaskan open space yang di butuhkan di dalam
kawasan Bayu Urip untuk menampung kegiatan masyarakat yang ada di kawasan tersebut.
2.4.2 RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Pada aspek ini dilakukan analisa aspek RTH beserta konsep pemecahan yang akan di terapkan
dikawasan perencanaan.
2.4.3 PENGHIJAUAN
Kajian terhadap kondisi penghijauan di wilayah perencanaan didasarkan pada ketentuan
menurut Buku Petunjuk Umum Gerakan Penghijauan Sejuta Pohon di Wilayah Kotamadya
Surabaya yang digunakan sebagai acuan penghijauan di kota Surabaya. Unsur-unsur yang
ditinjau meliputi lokasi penanaman, variasi jenis tanaman, jarak tanam dan keberhasilan
penanaman.

2.5 FASADE
Pada aspek ini dilakukan analisa aspek Fasade beserta konsep pemecahannya, yang meliputi
wujud bangunan, Dalam hal ini kondisi faktual dan kecenderungannya, arahan rencana kota,
peraturan, teori dan ketentuan yang ada, digunakan sebagai pertimbangan untuk merumuskan
pemecahannya secara konseptual
2.5.1 WUJUD BANGUNAN
Pada aspek ini dijelaskan tentang wujud bangunan yang baik dalam meminimalisir kebakaran
dan mengatur/menertipkan wujud bangunan untuk menserasikan wujud bangunan antara satu
dengan yang lain yang ada di kawasan Banyu Urip
2.5.2 WARNA BANGUNAN
Pembahasan warna bangunan ini akan menjelaskan pemakaian warna yang seharusnya
dilakukan agar warna bangunan menjadi serasi dan harmonis

2.6 PERABOT RUANG LUAR
Analisa perabot ruang luar yang akan dilakukan antara lain : boks telepon, bis surat, lampu
penerangan jalan, bak sampah dan penghijauan.
2.6.1 HYDRANT
Penempatan boks telepon umum diupayakan dekat dengan halte. terdapat 1 boks telepon yang
ditempatkan di dalam kawasan permukiman masyarakat.

Page | 18

2.6.2 BAK SAMPAH
Bak sampah yang diidentifikasi di wilayah perencanaan berbentuk kotak ganda, terbuat dari
batu bata berbentuk persegi dengan lubang di bagian depan sebelah atas. Bak sampah ini
bertujuan untuk memisahkan antara sampah basah dan sampah kering.

Page | 19

BAB III
KONSEP
3.1 PENGGUNAAN LAHAN
Kondisi penggunaan lahan di wilayah Banyu Urip sebagian besar terdiri atas kawasan
permukiman masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi, sehingga kawasan
tersebut tergolong dalam kawasan rawan bencana kebakaran. Dalam menangani permasalahan
tersebut, maka konsep yang akan diterapkan dalam proses pengembangan kawasan Banyu Urip ini
adalah “Pengembangan Kawasan Tanggap Rawan Bencana Kebakaran”. Konsep ini pada dasarnya
lebih menekankan pada optimalisasi penggunaan lahan di wilayah perencanaan, dimana
optimalisasi lahan ini akan diterapkan pada lahan-lahan yang belum terbangun.
Pada lahan-lahan kosong (Ruang Terbuka Hijau) tersebut akan direncanakan pembangunan
kolam (ponds) yang akan berfungsi sebagai sumber air cadangan apabila terjadi bencana
kebakaran. Selain itu, kawasan Ruang Terbuka Hijau nantinya akan dijadikan sebagai titik
berkumpul (assembly point) apabila terjadi kebakaran. Dalam hal ini pemilihan lokasi Ruang
Terbuka Hijau sebagai titik aman kebakaran dikarenakan luas wilayahnya yang tergolong cukup
besar dan mudah untuk dijangkau oleh warga, selain itu pemanfaatan lahannya yang terdiri atas
lahan kosong, lapangan olahraga, serta makam penduduk menyebabkan tidak adanya bangunan di
area tersebut sehingga bahaya kebakaran tidak dapat merembet ke wilayah tersebut.
Untuk konsep permukiman masyarakat yang sudah terbangun akan tetap dipertahankan berada
di sebelah barat, utara dan selatan wilayah perencanaan, sedangkan pembangunan di wilayah timur
kawasan perencanaan akan disesuaikan dengan arahan RDTRK UP. Wonokromo dan tren
penggunaan lahan di kawasan tersebut.

Page | 20

Gambar 5. Peta Konsep Penggunaan Lahan di Wilayah Perencanaan
Sumber: Hasil Analisis, 2015

3.2 PERPETAKAN
Kondisi perpetakan wilayah perencanaan dilihat dari jarak antar bangunan masih belum sesuai
dengan aturan yang berlaku. Hal tersbut membuat meningkatkan resiko kebakaran di wilayah
perencanaan. Dalam mengurangi resiko tersebut terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan.
Kesesuaian dengan kondisi eksisting bangunan yang berada di wilayah perencanaan dan kondisi
lingkungan wilayah perencanaan menjadi hal yang harus diperhatikan dalam membuat konsep
perpetakan.
Perpetakan bangunan saat ini yang berada di wilayah perencanaan dipertahankan. Perpetakan
di jalan Banyu Urip Kidul V yang memiliki ketinggian lantai rata – rata 1 lantai dipertahankan.
Perkembangan bangunan pada jalan tersebut harus dikendalikan agar tidak melebihi ketinggian 2
lantai sehingga resiko kebakaran yang ada bisa diminimalkan.

Page | 21

Perpetakan bangunan yang sudah ada
dipertahankan dan dikendalikan agar
ketinggian bangunan tidak lebih dari
2 lantai

Gambar 6. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Kidul V
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Perpetakan bangunan di jalan Banyu Urip Kidul VI A yang memiliki ketinggian lantai rata-rata
2 lantai dipertahankan. Perkembangan bangunan pada jalan tersebut juga harus dikendalikan agar
tidak melebihi ketinggian 2 lantai. Selain itu, Fungsi bangunan yang beragam pada jalan tersebut
harus diperhatikan kesesuaiannya dengan dokumen rencana yang ada sehingga resiko kebakaran
bisa diminimalkan.

Page | 22

Perpetakan bangunan yang sudah ada
dipertahankan dan dikendalikan agar
ketinggian bangunan tidak lebih dari

2 lantai. Fungsi bangunan juga
diperhatikan agar sesuai dengan
dokumen rencana yang ada

Gambar 7. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Kidul VI A
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Perpetakan bangunan di jalan Simo Gunung Kramat Timur yang memiliki ketinggian lantai rata
– rata 2 lantai dipertahankan. Perkembangan bangunan pada jalan tersebut juga harus dikendalikan
agar tidak melebihi ketinggian 2 lantai. Selain itu, Fungsi bangunan yang berupa took, ruko dan
rumah sederhana pada jalan tersebut harus diperhatikan kesesuaiannya dengan dokumen rencana
terutama sehingga resiko kebakaran bisa diminimalkan.

Page | 23

Perpetakan bangunan yang sudah ada
dipertahankan dan dikendalikan agar
ketinggian bangunan tidak lebih dari
2 lantai. Fungsi bangunan juga
diperhatikan agar sesuai dengan
dokumen rencana yang ada

Gambar 8. Konsep Perpetakan di Jalan Simo Gunung Kramat Timur
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Perpetakan bangunan di jalan Banyu Urip Lor IV yang memiliki ketinggian lantai rata – rata 2
lantai dipertahankan. Perkembangan bangunan pada jalan tersebut juga harus dikendalikan agar
tidak melebihi ketinggian 2 lantai. Adanya PKL yang memakan badan jalan dipindahkan dengan
membuat bangunan. Petak bangunan bias disediakan di sekitar lapangan atau makam.

Page | 24

Perpetakan bangunan yang sudah ada
dipertahankan dan dikendalikan agar
ketinggian bangunan tidak lebih dari 2
lantai. PKL yang menutupi jalan
dipindahkan pada sekitar lapangan dan
makam agar sirkulasi jalan lebih lancer.

Gambar 9. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Lor IV
Sumber: Hasil Analisis, 2015

3.3 SIRKULASI KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI, DAN PARKIR
Lokasi studi merupakan kawasan permukiman padat yang memiliki resiko akan bencana
kebakaran. Kondisi fakta eksisting di kawasan studi menunjukkan bahwa jalan yang ada tidak
semuanya lebar sehingga terdapat jalan yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan pemadam
kebakaran. Untuk jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan pemadam, diarahkan agar jalan tersebut

Page | 25

tidak digunakan untuk lahan parkir on the street. Hal ini dapat dilakukan dengan pemasangan street
furniture berupa rambu lalu lintas berisi himbauan dilarang parkir di pinggir jalan. Hal ini bertujuan
agar ketika kebakaran terjadi, mobil pemadam bisa melewati jalan-jalan tersebut tanpa hambatan
kendaraan yang parkir di pinggir jalan. Untuk peta mengenai jalur sirkulasi kendaraan bermotor
dapat dilihat pada Peta Aksesibilitas Mobil Pemadam Kebakaran.
Selain itu, ruang terbuka (void) yang terdapat di kawasan studi, diarahkan untuk pengembangan
kolam penampung air yang bisa digunakan ketika kebakaran terjadi. Sehingga jalan-jalan
lingkungan yang ada diarahkan untuk memiliki aksesibilitas yang baik menuju ruang terbuka ini.
Konsep pengembangan yang direncanakan adalah memberikan papan-papan penanda (signage)
jalur evakuasi menuju ruang terbuka yang ada. Selain itu, parkir on the street yang ada di kawasan
studi diarahkan agar bisa diminimalisasi sekecil mungkin agar dapat memperlancar jalur
pengambilan air dan jalur bagi kendaraan pemadam menuju kolam penampungan air.

3.4 RUANG TERBUKA, RTH DAN PENGHIJAUAN
Ruang terbuka hijau merupakan suatu bentuk pemanfaatan lahan pada suatu kawasan yang
diperuntukkan penghijauan. Berikut tabel hasil analisis dan konsep penyelesaiannnya.
Tabel 5. Analisa Konsep Ruang Terbuka dan Penghijauan di Wilayah Perencanaan

NO

JENIS

KETERANGAN
RUANG TERBUKA

1

Kondisi Faktual

2

Arahan RDTR
Kota Surabaya

3

Penilaian

4

Konsep

Ruang terbuka di kawasan Banyu Urip ini masih sebatas ruang terbuka
kosong dan gersang,
Kegiatan permukiman informal yang terdapat hampir di semua bagian
wilayah U.P Wonokromo, dibutuhkan adanya penataan dan revitalisasi
serta peningkatan RTH
Kurangnya vegetasi di ruang terbuaka ini menjadikan ruang terbuka ini
menjadi sangat panas dikarenakan tidak adanya vegetasi di ruang tterbuka
tersebut
 Penerapan go green
 Penerapan KDH setiap bangunan sebesar 40%
RTH (Ruang Terbuka Hijau)

1

Kondisi Faktual

2

Arahan RDTR
Kota Surabaya

3

Penilaian

4

Konsep

RTH di Banyu Urip ini kondisinya gersang dan kering panas. Dan
tanamannya mati dan belum adanya perawatan yang baik untuk RTH ini.
Kegiatan permukiman informal yang terdapat hampir di semua bagian
wilayah U.P Wonokromo, dibutuhkan adanya penataan dan revitalisasi
serta peningkatan RTH.
Penyediaan RTH sebesar 20% dari keseluruhan total kawasan
perencanaan.
 Penerapan Vegetasi tahan api dimana dapat memperlmbat laju
kebakan.

Page | 26



Pembuatan Pons dalam meminimalisir kebakaran
PENGHIJAUAN

Penghijauan di kawasan Bayu Urip ini berupah tanaman yang dalam pot
didepan rumah-rumah masyarakat,

1

Kondisi Faktual

Selain itu masih dapt penghijau yang ditempatkan di pinngir jalan dalam
bentuk tanaman yang di tanam di pot.
Di kawasan Bayu Urip penghijauan terlihat di sepanjang jalan yang ada di
kawasan

2

Arahan RDTR
Kota Surabaya

3

Penilaian

4

Konsep

Kegiatan permukiman informal yang terdapat hampir di semua bagian
wilayah U.P Wonokromo, dibutuhkan adanya penataan dan revitalisasi
serta peningkatan RTH.
Penyediaan RTH sebesar 20% dari keseluruhan total kawasan
perencanaan.
 Penerapan Vegetasi tahan api dimana dapat memperlmbat laju
kebakan.
Sumber: Hasil Analisis, 2015

3.5 FASADE
Fasade merupakan elemen penting yang menghadirkan berbagai pengalaman kepada pengamat
untuk dapat memilih pengalaman-pengalaman visual yang berbeda. Fasade dapat mengubah fokus
pandangan kita, dengan berpindah dari satu lokasi pengamatan kelokasi pengamatan lain dan hal
ini akan membuka peluang bagi kota untuk mendapatkan vista yang baru atau gambar yang baru.
Kekayaan visual tergantung pada kontras dari elemen-elemen seperti jendela, dinding, material
bangunan, warna, tekstur atau kontras terang dan gelap pada langit-langit bangunan. Berikut tabel
hasil analisa beserta konsep penyelesaian masalah.
Tabel 6. Analisa Konsep Fasade di Wilayah Perencanaan

NO

JENIS

KETERANGAN
FASADE

1

Kondisi
Faktual

Wujud bangunan dikawasan Banyu Urip ini di dominasi oleh permukiman
masyarakat yang fasad bangunannya campuran dan tidak beratur.

2

Arahan
RDTR Kota
Surabaya

3

Penilaian

4

Konsep

Pertimbangan lain yaitu perkiraan kebutuhan akan rumah tinggal untuk
kawasan perencanaan didasarkan atas lahan siap bangun menurut proporsi
70% : 30%. Proporsi 70% untuk pembangunan permukiman dan 30% untuk
kebutuhan infrastruktur.
 Perlu adanya pengawasan terhadap fasad bangunan
 Perlu adanya pengawasan ketinggian lantai banguan
 Penerapan konsep bangunan dengan tipe 1:2:3
 Pembatasan ketinggian lantai bangunan

Page | 27

WUJUD BANGUNAN
1

Kondisi
Faktual

2

Arahan
RDTR Kota
Surabaya

3

Penilaian

4

Konsep

1
2

Kondisi
Faktual
Arahan
RDTR Kota
Surabaya

3

Penilaian

4

Konsep



Wujud bangunan di kawasan perencanaan adalah didominasi oleh
permukiman masyrakat
 Kepadatan bangunannya sangat tinggi
 Wujud bangunnannya cammpuran dan rata-rata di dominasi banguna
lantai satu dan dua
Rencana pengembangan untuk perumahan alternatif adalah dengan
pembangunan rumah susun. Konsep rumah susun akan sangat
menguntungkan dalam penciptaan lingkungan yang lebih teratur dan
terjaminnya ketersediaan ruang luar yang cukup. Hanya, citra rumah susun
yang kumuh dan tidak menjamin nilai privat penghuni perlu disikapi dengan
rencana rumah susun yang lebih baik.
 Perumahan layak huni dan memiliki sepadan bangunan yang sesuai.
 Koefisian dasar bangunan yang sesuai.
 Garis sepadan bangunan sesuai dengan standar penataan ruang
 Koefisien dasar bangunan sesuai dengan standar penataan ruang
 Selubung bangunan sesuai dengan standar penataan ruang
WARNA BANGUNAN
Warna bangunan di kawasan perencanaan di dominasi dengan warna
campuran. Yang kuranng efektiff dengan bangunan satu dengan yang lain
Luasan kapling besar sangat mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat
setempat, pola dan tata massa bangunan setempat, sehingga pengadaan rumah
baru tetap menyatu dengan perumahan penduduk setempat yang telah ada
sebelumnya dan tidak menimbulkan kesenjangan baru.
Kurang serasi maupun kurang harmonis warna bangunan satu dengan yang
lain. Hanya saja terlihat campuran ppewarnaan disetiap bangunan.


Penerapan pewarnaan dengan penghijauan agar warna lebih natural
Sumber: Hasil Analisis, 2015

3.6 PERABOT RUANG LUAR
Perabotan luar sebagai prasarana sarana penunjang kawasan perencanaan. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan kawasan perencanaan. Untuk kawasan mitigasi rawan bencana
kebakaran. Terdapat perabot ruang luar berupasaluran jaringan hydrant, bak sampah, penanda jalan
dan penerangan jalan umum.

Page | 28

Tabel 7. Analisa Konsep Perabot Ruang Luar di Wilayah Perencanaan

NO

JENIS

KETERANGAN
HYDRANT

1

Kondisi
Faktual

Hydrant di kawasan ini masih belum ada. Namun hal ini sangat berbeda,
karena kawasan ini berpotensi terjadinya kebakaran

2

Arahan
RDTRK
Kota

Hydrant adalah penyalur yang bersumber dari bawah tanah atau dari sumber air,
Daerah kebakaran adalah daerah yang terancam bahaya Kebakaran yang
mempunyai jarak 50 (Lima Puluh) meter dari Titik api kebakaran terakhir. Jadi
dapat dibayangkan bila diwilayah perencanaan yang demikian padat oleh
bangunan akan cepat terimbas oleh api bila tidak disediakan alat pemadam.

3

Penilaian

4

Konsep




Menyediakan hydrant yang bisa terus berfungsi ketika suatu saat
dibutuhkan.
Jaringan sumber air hydrant yang terpusat.




Penyedian hydrant pada assemble point di area terbuka
Penyediaan selang hydrant di setiap pos keamanan RT
BAK SAMPAH

1

Kondisi
Faktual

Bak sampah yang ada dikawasan perencanaan masih kurang, terbukti bahwa di
salah satu titik masih belum adanya bak sampah.

2

Arahan
RDTRK
Kota

Arahan pewadahan sampah disarankan untuk menggunakan sistem tidak tetap
dan dilakukan dengan pembuatan pewadahan untuk sampah basah dan sampah
kering, terutama untuk lokasi-lokasi fasum dan fasos di wilayah perencanaan
maupun pada perumahan yang baru tumbuh sebagai bagian dari perbaikan
kualitas penanganan sampah

3

Penilaian

Menyediakan bak sampah yang dititik yang belum terdapatt bak sampahnya.

4

Konsep




Penyediaan tempat sampah pada setiap bangunan di kawasan
perencanaan.
Penggunaan sistem persampahan terpusat dan kolektif dengan
pemanfaatan bank sampah
PENANDA JALAN

1

Kondisi
Faktual

Penanda jalan dikawasan perencana sudah cukup, hal ini terbukti di setiap jalan
kawasan banyu urip ini, banyak di jumpai penanda jalan di setiap jalan.

2

Arahan
RDTRK
Kota

Rambu-rambu lalu lintas termasuk dalam jenis tanda dalam kota (signage).
Rambu - rambu lalu lintas merupakan petunjuk sirkulasi. Sedangkan bentuk
tanda lain yang dapat dimasukkan dalam rambu adalah petunjuk ke lokasi dan
fasilitas lain. Rambu-rambu lalu lintas mempunyai arti yang sangat penting bagi
keamanan dan kelancaran berlalu lintas.

Page | 29

3

Penilaian

4

Konsep

Sudah cukup penanda jalan yang ada di kawasan sehingga memudahkan
masyrakat mengenal jalan yang dilewati maupun yang akan dileawti


Penanda rambu dan papan nama jalan pada setiap jaringan jalan.
PENERANGAN JALAN UMUM

1

Kondisi
Faaktual

PJU di dalam kawasan perencanaan ini sudah bisa dikatakan cukup, dimana
setiap jalan maupun didalam tiap gang-gang sudah ada penerangan jalan
Umum

2

Arahan
RDTRK
Kota

3

Penilaian

Ada tiga desain dalam penempatan lampu jalan (penerangan jalan Umum), yaitu
lampu lampu jalan yang diletakkan di median jalan, lampu jalan yang diletakkan
di trotoar jalan dan lampu halte. Lampu jalan yang diletakkan didesain dengan 2
arah penyinaran yang berbeda ketinggian titik penyinarannya. Titik penyinaran
yang mengarah ke jalan umum di letakkan pada titik tinggi, sedangkan titik
penyinaran rendah adalah untuk penyinaran trotoar.
Sudah cukup PJU yang berada dikawasan perencanaan ini, terbukti di setiap
jalan tidak ada yang gelap, semuanya ada penerang jalannya.

4

Konsep




Lampu penerangan jalan yang diletakkan di median jalan didesain
dengan 2 arah penyinaran yang sejajar.
Lampu yang diletakkan di jalur khusus pejalan kaki di desain dengan
secara artistik.
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Page | 30

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pada laporan ini, wilayah perencanaan yang dipilih merupakan kawasan Banyu Urip, dimana
kawasan ini tergolong dalam kawasan rawan bencana kebakaran dikarenakan kerapatan jarak antar
bangunan di kawasan permukiman masyarakat sangatlah padat. Oleh karena itu, penyusunan
perencanaan pembangunan di kawasan tersebut haruslah sesuai dengan tindakan tanggap darurat
bencana kebakaran. Dalam proses penyusunan tersebut, terdapat tahap analisa kondisi eksisting
wilayah perencanaan, dimana analisis ini terbagi menjadi 6 bagian, yaitu analisis penggunaan
lahan, analisis perpetakan, analisis sirkulasi, analisis ruang terbuka dan penghijauan, analisis
fasade, dan analisis perabot ruang luar. Hasil-hasil analisis tersebut kemudian akan dijadikan input
pada proses selanjutnya yaitu proses perumusan konsep pengembangan kawasan perencanaan.
Adapun konsep-konsep yang akan diterapkan pada pengembangan kawasan ini, yaitu:
1. Konsep Pengembangan Penggunaan Lahan
Konsep yang akan diterapkan adalah optimalisasi penggunaan lahan di wilayah
perencanaan, dimana pada Ruang Terbuka Hijau akan direncanakan pembangunan kolam
(ponds) sekaligus berfungsi sebagai titik berkumpul (assembly point) apabila terjadi kebakaran.
Untuk konsep permukiman masyarakat yang sudah terbangun akan tetap dipertahankan berada
di sebelah barat, utara dan selatan wilayah perencanaan, sedangkan pembangunan di wilayah
timur kawasan perencanaan akan disesuaikan dengan arahan RDTRK UP. Wonokromo
2. Konsep Pengembangan Perpetakan
Konsep yang akan diterapkan yaitu perpetakan bangunan saat ini yang berada di wilayah
Jalan Banyu Urip Kidul V, Jalan Banyu Urip Kidul VI A, Jalan Banyu Urip Lor IV, dan Jalan
Simo Gunung Kramat Timur yang memiliki ketinggian lantai rata-rata 1-2 lantai akan tetap
dipertahankan. Selain itu, terdapat upaya pengendalian terhadap perkembangan pembangunan
pada jalan-jalan tersebut sehingga resiko kebakaran yang ada bisa diminimalkan dan proses
pembangunan dapat sesuai dengan isi dari dokumen perencanaan.
3. Konsep Pengembangan Sirkulasi
Konsep yang akan diterapkan adalah meminimalisir tindakan parkir on street pada jalan
yang dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran dan jalur pengambilan air, yang dapat
dilakukan dengan pemasangan street furniture berupa rambu lalu lintas berisi himbauan
dilarang parkir di pinggir jalan. Selain itu, jalan-jalan lingkungan di kawasan permukiman akan
diarahkan agar memiliki akses menuju Ruang Terbuka Hijau, dengan cara memberikan papanpapan penanda (signage) jalur evakuasi menuju ruang terbuka yang ada.

Page | 31

4. Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Hijau dan Penghijauan
Konsep yang akan diterapkan adalah pengaplikasian konsep go green di spot-spot ruang
terbuka publik yang ada serta adanya penerapan peraturan presentase KDH di tiap bangunan
yang mencapai 40%. Dalam menanggulangi bahaya kebakaran di wilayah perencanaan, maka
direncanakan pembangunan ponds sebagai salah satu sumber air cadangan di lokasi ruang
terbuka hijau terluas dan adanya penanaman jenis vegetasi yang tahan akan api di wilayah
perencanaan sebagai tindakan penanggulangan dalam memperlambat laju kebakaran
5. Konsep Pengembangan Fasade
Konsep yang akan diterapkan pada dasarnya mengacu pada penerapan konsep kawasan
permukiman, yaitu konsep bangunan dengan tipe 1:2:3. Selain itu, untuk penerapan GSB, KDB,
dan garis selubung bangunan disesuaikan dengan arahan penataan ruang di wilayah tersebut
sehingga pengembangan bangunan dan ketinggian lantai di wilayah perencanaan dapat
dikendalikan. Sedangkan untuk pewarnaan bangunan sebaiknya disesuaikan dengan warnawarna yang natural sehingga terdapat keseragaman antar kawasan permukiman
6. Konsep Pengembangan Perabot Ruang Luar
Konsep yang akan diterapkan pada dasarnya adalah konsep penyediaan dan optimalisasi
sistem kinerja perabot ruang luar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat setempat serta
konsep penyediaan perabot perintis dalam mengantisipasi ancaman bencana kebakaran. Dalam
hal ini, perabot ruang luar terbagi menjadi 4 jenis, yaitu hydrant, bak sampah, penanda jalan,
dan penerangan jalan umum.

Page | 32