laporan praktikum titrasi asam basa dan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MATERI dan ENERGI
KONSTANTA KEASAMAN dan TITRASI ASAM BASA

Oleh
NAMA

: ANGELIA ASTRIA

NIM

: 31160048

ASISTEN

: YUMECHRIS AMEKAN, S.Si, M. Biotech.

PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2016


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat dilepaskan dari larutan asam dan
larutan basa. Contohnya dalam budidaya ikan, kita harus mengetahui tingkat keasamaan
atau kebasaan pada air yang digunakan dengan menghitung tingkat pH–nya. Kita dapat
menghitung tingkat pH-nya apabila kita mengetahui konsentrasi larutan tersebut. Salah
satu langkah yang paling efektif dan tepat adalah dengan melakukan titrasi. Penentuan
normalitas NaOH dengan larutan standar asam oksalat dan penetapan kadar asam cuka
perdagangan selalu dilakukan dengan cara titrasi. Penetapan kadar asam cuka
perdagangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran kadar yang tertera pada etiket asam
cuka yang dijual di pasaran. Oleh sebab itu, di lakukan praktikum ini untuk memahami
prinsip titrasi asam basa.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami prinsip titrasi asam basa,
menentukan harga konstanta keasaman (ka) dari asam karbonat, menentukan massa
molekul dari asam mono basis murni, menentukan normalitas larutan NaOH denga
larutan standar asam oksalat dan menetapkan kadar asam cuka perdagangan.


BAB II
LANDASAN TEORI

Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi
dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH- atau menghasilkan OHketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan
air.)Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih
banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih
banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat
bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat
memberikan proton kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen
yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi
asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain (Golberg, 2002).
Menurut Arrhenius asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi
menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Sedangkan basa adalah zat yang bila dilarutkan
dalam air terionisasi menghasilkan ion OH-. Menurut lewis, asam adalah suatu spesies
yang dapat menerima pasangan elektron bebas (akseptor pasangan elektron) dalam suatu
reaksi kimia. Basa adalah suatu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron bebas
(donor pasangan elektron) (Anonim, 2008).
Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri, sedang untuk titrasi atau

pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran –ometri menggantikan –imetri. Kata
metri berasal dari bahasa Yunani dan berarti ilmu, proses atau seni mengukur; i dan o
dalam hubungan dengan metri berarti sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau if),
akhiran –i berasal dari bahasa Latin dan –o dari bahasa Yunani. Jadi, asidimetri dapat
diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur
jumlah asam atau garam) (Harjadi, 1985).
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan
konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan
konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan
menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam
basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau
basa yang bereaksi (Syukri, 1999)

Gambar set alat titrasi
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa

yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat terjadi perubahan warna
indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada saat
titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen basa, maka
hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka
rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N asam x V basa (Sukmariah, 1990).

Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa
dihitung konsentrasi titran tersebut. Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang
diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur
kuantitatif. Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, dimana volume itu diukur
dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini:
Mol = liter x konsentrasi molar
atau:

Mmol = ml x konsentrasi molar
Perhitungan-perhitungan stokiometri yang melibatkan larutan yang diketahui
molaritasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan definisi bobot ekuivalen, dua larutan
akan bereaksi dengan tepat satu sama lain bila keduanya mengandung gram ekuivalen
yang sama. Dalam hubungan ini, kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang
sama, demikian juga kedua volume (Brady, 1990).
Konsentrasi larutan asam basa sering menggunakan satuan kemolaran (M).
Konversi dari suatu kemolaran ke normalitasan adalah mengalikan valensi (n) asam atau
basa dengan kemolaran. Sebaliknya dari suatu kenormalan ke satuan kemolaran adalah
membagi kemolaran dengan valensi asam atau basa. Konversi ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dengan rumus :
VA . MA . nA = VB . MB . nB
Keterangan :
VA = Volume sebelum pengenceran
MA = Molaritas sebelum pengenceran
VB = Volume setelah pengenceran
MB = Molaritas setelah pengenceran
nA = Valensi asam
nB = Valensi basa (Keenan, 1991).


Jenis-jenis titrasi asam basa adalah:
1. Titrasi asam dengan basa kuat
Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa
kuat.
Misal:
HCl + NaOH → NaCl + H2O
2. Titrasi asam lemah dan basa kuat
Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa
kuat.
Misal:
asam asetat dengan NaOH.
CH3COOH + NaOH→ CH3COONa + H2O
3. Titrasi basa lemah dan asam kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan
asam

kuat.

Misal : NH4Cl dan HCl

NH4OH + HCl → NH4Cl + H2O
4. Titrasi asam lemah dan basa lemah
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan
basa

lemah.

Misal : asam asetat dan NH4OH
CH3COOH + NH4OH→ CH3COONH4 + H2O (Sukmariah, 1990).

BAB III
METODOLOGI

A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah buret 50 mL 2 buah, neraca
analitik 1 buah, pH meter 1 set, labu erlenmeyer 250 mL 6 buah, corong gelas 2 buah,
labu ukur 100 dan 250 mL masing-masing 1 buah, pipet gondok 25 dan 10 mL masingmasing 1 buah, pipet ukur 10 mL 1 buah, gelas beker 150 mL 2 buah dan pengaduk 1
buah.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat padat

0,63 gram, larutan NaOH 0,1 M, larutan HCl 0,1 M, larutan Na 2CO3 0,1 M, larutan asam
cuka/asam asetat perdagangan, larutan asam lemah monobasis (cuplikan) CH 3COOH,
indicator fenolftalin dan air suling.
C. Cara Kerja
a. Titrasi Asam Basa
i.

Menentukan Normalitas Larutan Naoh

Menimbang 0,63 gram asam oksalat (C2H2O4 ) menggunakan neraca analitik.

Melarutkan 0,63 gram asam oksalat (C2H2O4) dengan air suling sebanyak 100
mL

Memasukan larutan asam oksalat (C2H2O4) 0,05 M kedalam biuret sebanyak
50 mL

Menuangkan 15 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer dan menambahkan
10 mL air suling dan 3 tetes indicator fenolftalin


Melakukan pekerjaan titrasi sebanyak 3 kali dan menghitung volume ratarata asam oksalat (C2H2O4) yang digunakan.

ii.

Kadar Asam Asetat Perdagangan

Mengencerkan 5 mL larutan asam asetat perdagangan dalam labu ukur
250 mL dengan air suling sebanyak 250 mL

Mengambil 10 mL larutan asam asetat hasil pengenceran dan memasukan
dalam erlenmeyer ukuran 250 mL dan menambahkan 3 tetes indicator
fenolptalin

Melakukan titrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan
warna

Melakukan pekerjaan titrasi sebanyak 3 kali dan menghitung volume ratarata NaOH yang digunakan.

b. Konstanta Keasaman
i.


Menentukan harga ka1 dan ka2 dari Na2CO3

Menghidupkan alat pH meter untuk pemanasan

Mengambil 10 mL larutan garam Na2CO3 0,1 M dan menuangkan dalam gelas
beker 150 mL serta mengencerkan dengan air sehingga elektroda pH meter
dapat tercelup
Mengisi biuret dengan larutan standar HCl 0,1 M dan memasangnya di atas
larutan Na2CO3 yang akan dititrasi.

Menambahkan indicator pp 2 tetes pada larutan garam Na2CO3 dan
mengukur pH-nya.

Menambahkan larutan HCl kedalam larutan Na2CO3 dan mengukur pH
larutan pada setiap penambahan 1 mL HCl.

Membuat kurva hubungan antara pH larutan vs volume larutan penitrir
dan menentukan harga ka1 dan ka2 dengan menggunakan persamaan
1

1
pH = pKa dan pH = 2 pKa1 + 2 pKa2

ii.

Menentukan Harga Ka dan Massa Molekul Cuplikan Asam Monobasis
Murni

Mengambil larutan cuplikan yang telah dibuat dari pengenceran 100 kali
cuplikan asam murni sebanyak 20 mL

Menambahkan 2 tetes indicator pp dan menyiapkan larutan NaOH ke
dalam biuret

Menambahkan larutan NaOH ke dalam larutan asam cuplikan dan
mengukur pH larutan setiap penambahan 1 mL

Membuat kurva hubungan pH larutan vs mL NaOH dan menentukan
harga ka dan massa molekulnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Titrasi Asam Basa
Indikator pp(fenolftalin) yang digunakan pada titrasi asam basa kali ini merupakan
asam monoprotik lemah yang biasa kita

sebut Hln. Untuk menjadi indikator yang

efektif, Hln dan basa konjugatnya, In- , memiliki warna yang berbeda. Dalam larutan,
asam ini akan terionisasi menjadi:
Hln(aq) ↔ H+(aq) + In-(aq)
Pada awal proses titrasi, larutan asam oksalat 0,05 M yang telah diencerkan di
titrasikan pada larutan NaOH yang telah di teteskan indicator fenolftalin sebanyak tiga
tetes. Ketika fenolftalin yang berwarna bening dan bersifat asam diteteskan pada NaOH
yang basa maka fenolftalin akan terionisasi menjadi ion hidronium dan basa konjugatnya
(berwarna ungu). Ion hidroksida pada NaOH akan bereaksi dengan ion hidronium
membentuk molekul air (H2O) sehingga ion hidronium pada produk semakin berkurang
dan ion hidronium pada reaktan berpindah ke produk(ke kanan) untuk menggantikan ion
hidronium yang semakin berkurang, sehingga reaksi cenderung dominan ke arah kanan
( semakin banyak basa konjugat yang terbentuk) dan menyebabkan larutan NaOH
berwarna ungu ketika diteteskan fenolftalin sebanyak tiga tetes.
Hln(aq) + OH-↔ H2O(aq) + ln-(aq)
Ketika asam oksalat yang bersifat asam ditambahkan pada larutan NaOH yang
telah diteteskan fenolftalin sebanyak tiga tetes, maka ion hidronium pada fenolftalin/Hln
semakin bertambah dan berlebih. Ion hidronium akan bereaksi dengan basa konjugat In - (
berwarna ungu) membentuk Hln berwarna bening dan reaksi cenderung ke arah kiri.
Inilah yang menyebabkan warna merah jambu pada larutan NaOH yang telah ditetesi
fenolftalin berubah warna bening ketika dititrasi dengan asam oksalat. Ketika titrasi asam
oksalat kedalam larutan NaOH sudah menghasilkan warna bening, inilah yang dikatakan
mol asam oksalat = mol NaOH atau sudah mencapai titik ekivalen.

Untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan, asam asetat yang telah
diencerkan dan ditetesi dengan indicator fenolftalin sebanyak tiga tetes dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 M. Fenolftalin yang semula berwarna bening tidak memberikan
perubahan warna ketika diteteskan pada asam asetat sebab ion H + berikatan dengan ion
ln(berwarna ungu) pada fenolftalin sehingga membentuk Hln(berwarna bening). Ketika
larutan NaOH yang mengandung ion hidroksida diteteskan pada asam asetat, ion
hidroksida akan berikatan dengan ion hidronium membentuk air (H2O) sehingga ion
hidronuim pada asam asetat semakin berkurang. Ion hidronium pada reaktan
menggantikan ion hidronium yang hilang karena bereaksi dengan ion hidroksida
sehingga reaksi cenderung ke arah produk(kanan) dan menyebabkan semakin banyak ion
ln- yang terbentuk (berwarna ungu). Ketika ion hidronuim pada reaktan tidak dapat
mengimbangi

jumlah ion ln-(warna ungu) maka akan tampak warna merah jambu.

Ketika asam asetat telah berubah warna merah jambu, inilah yang dikatakan mol
NaOH=mol asam asetat perdagangan atau sudah mencapai titik ekivalen.
a. Menentukan normalitas larutan NaOH
i.

Konsentrasi asam oksalat sebagai larutan stock primer
Diketahui:
Massa asam oksalat (C2H2O4.2H2O) = 0,63 g
Mr asam oksalat = 126 g/mol
Volume asam oksalat = 100 mL = 0,1 L
Molaritas asam oksalat =
0,63 g
massa asam oksalat
( Mr asam oksalat )/ vol larutan asam oksalat = ( 126 g /mol
)/0,1L=
0,005 mol / 0,1 L=0,05 M(konsentrasi asam oksalat)
C2H2O4 → 2H+ +C2O42Berdasarkan reaksi di atas, diketahui bahwa asam oksalat memiliki
valensi asam 2.
Normalitas asam oksalat = n × M = 2 ek/mol × 0,05 mol/L= 0,1 N.

ii.

Penentuan normalitas NaOH
Diketahui:
Volume NaOH saat titrasi = 15 mL
Volume rata-rata asam oksalat saat titrasi = (12+12+11)/3=

11,67 mL
Normalitas asam oksalat = 0,1 ek/L
Normalitas NaOH pada saat titik ekivalen adalah
(N.V)asam = (N.V)basa
(N.v)oksalat = (N.V)NaOH (
0,1 ek/L × Voksalat = NNaOH × 15 mL
NNaOH = (0,1 ek/L × 11,67mL)/15mL
= 0,078 N ≈ 0,08 N
b. Menentukan kadar asam asetat perdagangan
i.

Menentukan volume asam asetat yang dititrasi = 5 mL dengan
pengenceran 50 kali
Volume rata-rata NaOH untuk titrasi = (7,4+10+10,1)/3=9,17 mL
Normalitas NaOH = 0,08 N
M=¿ ¿

g
25
mL
[1 mL × 100 × 1000 L ]
=
= 4,17 mol/L = 4,17 M
60 g /mol

( )

N = M × n = 4,17 M × 1 = 4,17 N
ii.

Penentuan kadar asam asetat perdagangan
Karena dalam titrasi ini, digunakan standar NaOH yang konsentrasinya
± 0,1N sehingga larutan asam cuka perlu diencerkan terlebih dahulu
agar konsentrasinya menjadi ± 0,1 N . Dalam percobaan ini dilakukan
50 kali pengenceran asam cuka ( dari volume 5 mL menjadi 250 mL )
(V× N )NaOH = (V×N)CH3COOH
10 mL × 0,08 N = 10 mL × NCH3COOH
NCH3COOH = 0,08 N
MCH3COOH = NCH3COOH × faktor pengenceran=0,08 × 50= 4 M
Gram CH3COOH = MCH3COOH × MrCH3COOH
= 4 mmol/mL × 60 mg/mmol
=240 mg/mL
=0,24 g/mL
b
Persentase CH3COOH( v ) = gram CH3COOH × 100%

=0,24 g/mL × 100% = 24%.
B. Konstanta Keasaman
a. Penentuan harga Ka1 dan Ka2 dari Na2CO3

Volume penambahan HCl (mL)
awal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

pH Na2CO3
12,95
12,63
12,04
11,77
11,50
11,27
11,06
10,85
10,64
10,12
9,20

Garam Na2CO3 berasal dari basa kuat NaOH dan asam lemah H 2CO3(asam
karbonat). Proses ini bertujuan untuk mengetahui konstanta keasaman yang
dimiliki asam karbonat yang merupakan asam lemah dibasis sehingga dapat
dicari Ka1 dan Ka2nya.
Volume akhir titrasi = volume ekuivalen = 10 mL
pH akhir titrasi = pH ekuivalen = 9,20
Volume pKa2 = setengah dari volume ekuivalen = 5 mL
pKa2 = pH pada saat setengah volume ekuialen = 11,27
Berdasarkan data diatas maka pH dapat diperoleh:
1
1
pH = 2 pKa1 + 2 pKa2
1
1
pKa1 = pH ekuivalen - pKa2 = 9,20 – 5,635
2
2
pKa=¿2.3,565=7,13
pKa1 = - log Ka1
Ka1 = 10–pKa1 =10-7,13 =7,41×10-8

pKa2 = 11,27
pKa2 = -log Ka2
Ka2 =10--pKa2 = 10-11,27 = 5,37 × 10-12

KURVA
14
12
10

pH Na2CO3

8
6
4
2
0

0

2

4

6

8

10

12

Volume penambahan HCl(mL)
Dari kurva diatas, didapati bahwa pH mengalami penurunan dari 10,12
menjadi 9,20 namun tidak mengalami penurunan secara dratis karena larutan
Na2CO3 merupakan asam konjugasi dan bersifat buffer sehinga mampu
mempertahankan pH pada kapasitas tertentu.
b. Penentuan harga Ka dan massa molekul cuplikan asam mononasis murni
Volume penambahan NaOH (mL)
awal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

pH CH3COOH
4,48
4.58
4,78
4,91
5,00
5,14
5,21
5,25
5,29
5,33
5,37
5,40
5,44
5,50
5,53
5,57
5,61
5,66

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

5,71
5,75
5,78
5,84
5,87
5,90
5,95
6,01
6,07
6,15
6,31
6,34
6,41
6,78
7,53

Dari data diatas kita dapat menentukan harga Ka dan massa molekul
cuplikan asam monobasis murni.
Diperoleh volume akhir titrasi = wolume ekuivalen = 32 mL
pH akhir titrasi = pH ekuivalen =7,53
Dari data volume titrasi NaOH dapat dicari mol NaOH:
Mmol NaOH = volumeNaOH × MolaritasNaOH = 32 mL × 0,1 M = 3,2 mmol
3,2 mmol NaOH ≈ 3,2 mmol CH3COOH (pada saat titik
ekiuvalen)
n 3,2mol
MCH3COOH= v = 20 mL =0,16 M
Konsentrasi garam CH3COONa:
n
3,2mol
[CH3COONa] = vtotal = 52mL =0,062 M
Mencari pKa CH3COOH:
1
1
1
pH ekuivalen = 2 pKw + 2 pKa + 2 log [G]
2pH = pKw + pKa + log [G]
pKa =2pH – pKw – log[G]
=2 × 7,53 – 14 + 1,208 =2,268
pKa= -log Ka
Ka = 10-pKa = 10-2,268 = 0,005

Diketahui:
P= Massa jenis asam = 1,05 g/mL
K= Kemurnian asam = 100%
V= Volume NaOH = 20 mL = 0,02 L

pH CH3COOH

M= Molaritas NaOH = 0,1 mol/ L

Dari data diatas maka massa molekul CH3COOH:
BM =

0,03× 1,05 ×100
= 15,75 g/mol
0,02× 0,1

KURVA
8
7
6
5
4
3
2
1
0

0

5

10

15

20

25

30

35

Volume penambahan NaOH
Dari kurva diatas dapat diketahui bahwa pH semakin meningkat karena
ion hidronium pada CH3COOH bereaksi dengan ion hodroksida pada NaOH
dan berhenti ketika sudah mencapai titik ekuivalen yaitu di pH 7,53. Kenaikan
pH diamati pada kurva tidak terjadi secara dratis namun perlahan-lahan karena
CH3COONa yang terbentuk bersifat buffer sehingga mampu mempertahankan
pH pada kapasitas tertentu.

BAB 5
KESIMPULAN

Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan
larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar), titrasi asam basa adalah
suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Harga konstanta
keasaman (Ka) asam karbonat yang diperoleh adalah 7,41 × 10 -8 dan 5,37 × 10-12 . Massa
molekul dari asam mono basis murni adalah 15,75 g/mol. Normalitas larutan NaOH
dengan larutan standar asam oksalat (C2H2O4) adalah 0,08 N. Kadar asam cuka
perdagangan yang diperoleh adalah 24%.

DAFTAR PUSTAKA
Goldberg, D.2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta:Erlangga.
Anonim. 2008. Kimia Dasar 1. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.
Syukri, S.1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
Harjadi, W.1985. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta:Gramedia.
Keenam.1984. Kimia Untuk Universitas 1 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Brady, James E. 1990. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi 5. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Sukmariah.1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta:Binarupa Aksara.