Makalah bahasa indonesia jasa maka perlu dilakukan
Bahasa Indonesia
KESAMAAN DAN PERBEDAAN ANTAR BUDAYA: BAHASA
Disusun oleh :
Nama
: Fakhira Shabira
NIM
: 155050107111048
Dosen
: Vanda Hardinata, M.Pd.
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah S.W.T atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga ucapkan terimakasih atas bantuan
dari pihak yang sudah berkontribusi dengan memberikan sumbangan dalam bentuk
pikiran.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalama dari para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Jakarta, 01 Januari 2016
penyusun
A. PERKEMBANGAN BAHASA
Menurut Hoffman perkembangan bahasa sangat dekat kaitannya
dengan peningkatan kepekaan anak pada bahasa di sekitarnya dan
kemampuannya dalam menggunakan bahasa. Pemerolehan dua bahasa
melibatkan pengembangan kepekaan dari dua sistem bahasa yang berbeda,
memperoleh bentuk-bentuknya, dan belajar memisahkan sistem-sistem
tersebut. Semakin tinggi usia anak semakin banyak faktor yang
mempengaruhi sehingga faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu
dengan lainnya.
Di dalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang
penting dalam mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang
menggunakan bahasa yang sama akan merasakan adanya ikatan batin di
antara sesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam hubungan antar orang
lain. Oleh karena itu, penggunakan bahasa menjadi efektif sejak seorang
individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Peran bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana
utama untuk berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa
manusia berpikir tidak hanya dengan otak. Dengan bahasa ini pula
manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran, sikap, serta
perasaannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembbang
kebudayaan.
Melalui
bahasa
nilai-nilai
dalam
masyarakat
dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Pada akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-20 pada masa penjajahan
Belanda. Berawal dari bahasa komunikasi yang digunakan oleh keluarga
dalam lingkungan “Indische Iandshuizen”, yang selanjutnya digunakan
oleh golongan Indo-Belanda yang lalu berkembang di Batavia. Sedangkan
di Jawa Tengah dan Jawa Timur perpaduan bahasa hanya terjadi pada
sebagian masyarakat pendukung kebudayaan Indis. Pengukuh secara
resmi Bahasa Indonesia pada saat peristiwa sumpah pemudatepat pada 28
Oktober 1928. Peristiwa tersebut secara langsung mengantarkan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional Indonesia.
Bahasa Indonesia sendiri mulai mengalami masa perkembangannya
pada masa pemerintahan Orde Lama yang ditandai dengan adanya bentuk
ejaan lama seperti rangkaian “dj”,”tj”,”oe”, dan bentuk lain ejaan lama.
Disamping kemunculan ejaan lama, perkembangan bahasa Indonesia
sangat dipengaruhi kemunculan para sastrawan Indonesia, mulai dari
sastrawan angkatan 45, balai pustaka, hingga sastrawan-sastrawan muda
yang saat ini mulai bermunculan.
Contoh kesamaan perkembangan bahasa misalnya, di negara-negara
maju biasanya menggunakan lebih dari dua bahasa karena penduduk
mereka banyak dari negara lain. Seperti singapura, menggunakan bahasa
cina, melayu dan inggris, Negara swiss menggunakan bahasa german dan
perancis.
Contoh perbedaan perkembangan bahasa dapat dilihat dari masyarakat
kota dan masyarakat desa. Seperti di Indonesia masyarakat Jakarta
cenderung menggunakan bahasa inggris di pembicaraannya “gue on the
way yaa” sedangkan masyarakat desa, mereka cenderung memakai bahasa
baku “saya lagi di jalan.”
B. RELATIVITAS LINGUISTIK
Teori relativitas linguistik yang menjadi dasar perumusan hipotesis
Sapir-Whorf
mengungkapkan ada keberhubungan antara bahasa, budaya, dan pikiran
manusia. Meskipun sebagian ahli keberatan dengan teori dan hipotesis
itu, namun keberadaannya dalam khasanah teori linguistik, terutama
dalam sosio linguistik dan linguistik kebudayaan, cukup berpengaruh.
Teori relativitas linguistik yang dipegang oleh Boas, Sapir, dan
Whorf menyatakan bahwa orang berbicara dengan cara yang berbeda
karena mereka berpikir dengan cara yang berbeda. Mereka berpikir
dengan cara yang berbeda karena bahasa mereka menawarkan cara
mengungkapkan (makna) dunia di sekitar merekadengan cara yang
berbeda pula. Teori ini diperkuat oleh Sapir dan Whorf dengan
menyatakan bahwa struktur bahasa, suatu yang digunakan secara
terus menerus, mempengaruhi cara seseorang berpikir dan berprilaku.
Contoh kesamaan relativitas linguistik adalah panggilan untuk seorang
ibu di berbagai negara hampir sama yaitu menggunakan kata ma. Seperti
mama, oma, ma’, amak, mom atau mother.
Contoh perbedaan relativitas linguistik adalah penggunaan kata “kau”
di daerah padang dan di daerah papua. Jika di daerah padang kata “kau”
termasuk kata kasar namun berbeda di daerah papua kata “kau”
merupakan kata yang halus.
C. UNIVERSAL DALAM BAHASA
Istilah “bahasa” didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia
untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir
oleh Edward Sapir tahun 1921. Yang dimaksud “bahasa” merupakan
sesuatu yang human specific (khas manusia).
Hewan tidak punya
“bahasa” karena mereka hanya berkomunikasi dengan sinyal, yakni sinyal
tubuh, bau, suara, warna, dan sebagainya. Bila Anda beranggapan sinyal
ini merupakan “bahasa”, maka “sinyal manusia” lebih kompleks dan dapat
berubah-ubah, dapat dimaknai dengan arti baru, serta dapat dikombinasi
bermacam-macam. Sementara itu, “sinyal di dunia fauna” pada umumnya
tidak dikombinasi dan tidak pernah membentuk arti baru.
Menurut National Geographic, tahun 2005 silam umat manusia di
dunia secara aktif menggunakan 6.912 bahasa. Di antara ribuan bahasa
tersebut sesama manusia dapat belajar bahasa yang berbeda-beda,
walaupun dengan aksara yang berupa-rupa, tapi tetaplah bisa dipelajari
karena sama-sama “bahasa manusia”.
Bahasa yang berbeda-beda “memisahkan” manusia sehingga kerap
menyebabkan timbulnya salah paham. Namun, sebenarnya tidak ada
perbedaan fundamental antara bahasa Jerman, Mandarin, Arab, Jawa
Kuno, Jepang, Sansekerta, atau Bahasa Indonesia sekali pun. Karena itu,
bahasa apa pun, asalkan masih “bahasa manusia”, dapatlah dipelajari.
Orang Indonesia bisa belajar bahasa Rusia, orang Zimbabwe bisa belajar
bahasa Tagalog, dan orang Eskimo bisa diajari bahasa Hindi, tapi “bahasa”
hewani tidak bisa dipelajari dan diajarkan.
Kebisaan antarmanusia dapat saling mempelajari semua bahasa di
dunia membuat salah satu calon linguis besar dunia pada 1950-an, Noam
Chomsky, membuat satu hipotesis bahwa basis semua bahasa di dunia
adalah tata bahasa universal, yang ada dalam diri setiap orang. Hipotesis
ini menjadi sangat heboh pada saat itu. Hal itu kemudian menyulut
revolusi di riset otak manusia. Hipotesis itu berkembang pesat, dan
kemudian menjadi semacam gerakan ahli bahasa (disebut “linguis”) untuk
mencari kaidah-kaidah keuniversalan bahasa manusia (disebut “tatabahasa
universal”).
Tata bahasa universal adalah kumpulan aturan, yang kemudian
disimpulkan struktur setiap bahasa manusia bumi. Tata bahasa universal
ini asli bawaan setiap manusia, tertancap erat di otak kita. Mereka
membentuk matriks, kerangka semua bahasa manusia. Seandainya tidak
ada tata bahasa universal ini, kemungkinan besar bahasa-bahasa di muka
bumi ini akan sangat berlainan sehingga bagi manusia yang bahasanya
tidak sama, tidak akan dapat saling berkomunikasi.
Contohnya kesamaan dalam universal bahasa adalah kata “ok”
digunakan secara universal yang berarti bersedia atau setuju. Sedangkan
contoh perbedaan universal bahasa, pada kata “do not” di amerika
merupakan larangan yang biasa, sedangkan kata “do not” di Inggris berarti
benar-benar dilarang untuk dilakukan.
D. BILINGUALISME
Latar belakang yang mendorong terjadinya bilingualisme adalah
karena adanya kontak bahasa di dalam otak. Kontak bahasa terjadi karena
perpindahan penduduk dengan alasan pendidikan, politik, ekonomi ,
agama, dan bencana alam sehingga terjadi kontak dengan bahasa
penutur
lain. Bloomfield menerangkan bahwa
bilingualisme
adalah
penguasaan yang sama baiknya terhadap dua bahasa seperti
halnya
penguasaan oleh penutur asli. Konsep umum bilingualisme adalah
digunakannya
dua
buah
bahasa
oleh
seorang
penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Masalah
bilingualisme
perlu
dipertimbangkan
dalam
proses
kebahasaan yang digunakan oleh suatu masyarakat. Hampir rata-rata
penduduk Amerika Serikat dan Eropa dapat menggunakan dua bahasa
atau lebih. Di Kanada, Belgia, dan Swiss hampir semua penduduk
dapat menggunakan lebih dari satu bahasa. Di Afrika, Tanzania, dan
Malaysia bilingualisme juga di temukan di kalangan penduduk. Di
Indonesia kasus bilingual adalah kasus yang hampir dialami oleh
separuh
lebih orang
Indonesia.
Masyarakat
Indonesia rata-rata
menguasai bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia, khususnya ragam
bicara.
Bilingualisme berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa kedua.
Pemerolehan
bahasa
berkaitan
erat
dengan
bagaimana
anak
memperoleh kata, makna, struktur, dan pragmatik. Itu tidak lain
berhubungan dengan proses yang terjadi dalam mind dan sikap anak.
Menjadi bilingual
seorang anak
atau multilingual sejak dini dengan kata lain
mempunyai
pengalaman
proses
pemerolehan
kata,
makna, struktur, dan pragmatik yang lebih kompleks sejak dini
dibandingkan dari mereka yang hanya monolingual.
Secara umum dan dalam logika sederhana, bilingualisme dini
membawa anak
dalam
pengalaman
dua
bahasa
yang
berbeda.
Pengalaman dua atau lebih bahasa sejak dini ini pasti memberikan
pengaruh yang berbeda dari pengalaman satu bahasa. Permasalahan
perkembangan intelektual
secara makro kemudian sangat bergantung
juga pada banyak faktor, salah satunya adalah pendidikan yang
mampu memaksimalkan
potensi
intelektual.
Begitu
juga
dengan
perkembangan psikologi dan sosialnya.
Berdasarkan cara pemerolehannya bilingualisme dibedakan atas dua
macam. Pertama, pemerolehan dua bahasa secara serempak pada usia
dini dan dalam konteks alamiah (balance bilingualism). Kedua,
pemerolehan bahasa kedua setelah bahasa pertama ketika dewasa dan
setelah memasuki pendidikan formal (unbalance bilingualism). Hal
senada juga di kemukakan oleh Hastuti yang membagi bilingualisme
dalam
dua kategori
berdasarkan
cara
terjadinya.
Pertama,
bilingualisme alamiah (natural bilingualism) atau bilingualism utama
(primary bilingualism)
lingkungan
bilingualisme
yaitu
proses bilingualisme
alamiah, spontan,
bantuan
atau
dan tidak
timbul
dalam
terorganisasi. Kedua,
bilingualism buatan
atau bilingualism
sekunder (sekundary bilingualism) yaitu bilingualisme sengaja diatur
dan diajarkan secara teratur dan formal.
Diawal abad ke-20, banyak orang Amerika yang mengira bahwa
mengetahui lebih dari satu bahasa adalah sesuatu yang harus dihindari.
Yang umum dipercaya adalah bahwa manusia hanya punya “ruang”
terbatas untuk menyimpan bahasa; kalau anda mempelajari “terlalu
banyak” bahasa, anda akan mengambil “ruang” yang diperuntukan fungsifungsi lain seperti intelegensi.
Contoh kesamaan bilingual adalah orang di daerah perbatasan
biasanya menggunakan dua bahasa daerah yang mengapitnya. Seperti
orang yang tinggal di daerah perbatasan Indonesia Malaysia, mereka
menggunakan bahasa campuran Indonesia dan Melayu.
KESIMPULAN
Perkembangan bahasa sangat dekat kaitannya dengan peningkatan
kepekaan anak pada bahasa disekitarnya dan kemampuannya dalam
menggunakan bahasa. Semakin tinggi usia anak semakin banyak faktor
yang mempengaruhi sehingga faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu
dengan lainnya. Contoh kesamaan pada perkembangan bahasa yaitu di
negara-negara maju biasanya menggunakan lebih dari dua bahasa karena
penduduk
mereka
banyak
dari
negara
lain.
Seperti
singapura,
menggunakan bahasa cina, melayu dan inggris. Sedangkan contoh
perbedaan pada perkembangan bahasa dapat dilihat pada masyarakat kota
dan masyarakat desa di Indonesia. Masyarakat Jakarta cenderung
menggunakan bahasa inggris di pembicaraannya “gue on the way yaa”
sedangkan masyarakat desa, mereka cenderung memakai bahasa baku
“saya lagi di jalan.”
Sedangkan pada teori relativitas linguistik yang menyatakan bahwa
orang berbicara dengan cara yang berbeda karena mereka berpikir
dengan cara yang berbeda karena bahasa mereka menawarkan cara
mengungkapkan (makna) dunia di sekitar merekadengan cara yang
berbeda pula. Contoh kesamaan relativitas lingusitik misalnya panggilan
untuk seorang ibu di berbagai negara hampir sama yaitu menggunakan
kata ma. Seperti mama, oma, ma’, amak, mom atau mother. Sedangkan
pada contoh perbedaannya penggunaan kata “kau” di daerah padang dan
di daerah papua. Jika di daerah padang kata “kau” termasuk kata kasar
namun berbeda di daerah papua kata “kau” merupakan kata yang halus.
Tata bahasa universal adalah kumpulan aturan, yang kemudian
disimpulkan struktur setiap bahasa manusia bumi. Tata bahasa universal
ini asli bawaan setiap manusia, tertancap erat di otak kita. Mereka
membentuk matriks, kerangka semua bahasa manusia. Contohnya
kesamaan dalam universal bahasa adalah kata “ok” digunakan secara
universal yang berarti bersedia atau setuju. Sedangkan contoh perbedaan
universal bahasa, pada kata “do not” di amerika merupakan larangan yang
biasa, sedangkan kata “do not” di Inggris berarti benar-benar dilarang
untuk dilakukan.
Konsep
umum
bilingualisme
adalah digunakannya
dua
buah
bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain
secara bergantian. Contohnya di daerah perbatasan biasanya menggunakan
dua bahasa daerah yang mengapitnya. Seperti orang yang tinggal di daerah
perbatasan Indonesia Malaysia, mereka menggunakan bahasa campuran
Indonesia dan Melayu.
DAFTAR PUSTAKA
Danti,T dan Sulistyo, Y. (2009). Karakteristik ujaran anak-anak bilingual Indonesia-jawa di
Malang Jawa Timur. Jurnal bahasa dan seni fakultas sastra universitas gajayana
malang.
Jufrizal. (2007). Hipotesis Sapir-Whorf dan Struktur informasi klausa pentopikalan bahasa
minangkabau. Jurnal linguistika universitas negri padang, Padang.
Wahyudin, Ahmad. (2012). Bilingualisme: Konsep dan Pengaruhnya terhadap Individu.
Universitas Negri Yogyakarta.
Kamus Besar. (2012). Universalitas. Diakses pada tanggal 19 November 2014 dari
http://www.kamusbesar.com/42801/universalitas
Prayogi, I. (2012). Universalitas Bahasa (Tinjauan Singkat). Diakses pada tanggal 19
November 2014 Dari http://bahasa.kompasiana.com/2012/04/12/universalitas-bahasatinjauan-singkat/
KESAMAAN DAN PERBEDAAN ANTAR BUDAYA: BAHASA
Disusun oleh :
Nama
: Fakhira Shabira
NIM
: 155050107111048
Dosen
: Vanda Hardinata, M.Pd.
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah S.W.T atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga ucapkan terimakasih atas bantuan
dari pihak yang sudah berkontribusi dengan memberikan sumbangan dalam bentuk
pikiran.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalama dari para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Jakarta, 01 Januari 2016
penyusun
A. PERKEMBANGAN BAHASA
Menurut Hoffman perkembangan bahasa sangat dekat kaitannya
dengan peningkatan kepekaan anak pada bahasa di sekitarnya dan
kemampuannya dalam menggunakan bahasa. Pemerolehan dua bahasa
melibatkan pengembangan kepekaan dari dua sistem bahasa yang berbeda,
memperoleh bentuk-bentuknya, dan belajar memisahkan sistem-sistem
tersebut. Semakin tinggi usia anak semakin banyak faktor yang
mempengaruhi sehingga faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu
dengan lainnya.
Di dalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang
penting dalam mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang
menggunakan bahasa yang sama akan merasakan adanya ikatan batin di
antara sesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam hubungan antar orang
lain. Oleh karena itu, penggunakan bahasa menjadi efektif sejak seorang
individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Peran bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana
utama untuk berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa
manusia berpikir tidak hanya dengan otak. Dengan bahasa ini pula
manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran, sikap, serta
perasaannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembbang
kebudayaan.
Melalui
bahasa
nilai-nilai
dalam
masyarakat
dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Pada akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-20 pada masa penjajahan
Belanda. Berawal dari bahasa komunikasi yang digunakan oleh keluarga
dalam lingkungan “Indische Iandshuizen”, yang selanjutnya digunakan
oleh golongan Indo-Belanda yang lalu berkembang di Batavia. Sedangkan
di Jawa Tengah dan Jawa Timur perpaduan bahasa hanya terjadi pada
sebagian masyarakat pendukung kebudayaan Indis. Pengukuh secara
resmi Bahasa Indonesia pada saat peristiwa sumpah pemudatepat pada 28
Oktober 1928. Peristiwa tersebut secara langsung mengantarkan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional Indonesia.
Bahasa Indonesia sendiri mulai mengalami masa perkembangannya
pada masa pemerintahan Orde Lama yang ditandai dengan adanya bentuk
ejaan lama seperti rangkaian “dj”,”tj”,”oe”, dan bentuk lain ejaan lama.
Disamping kemunculan ejaan lama, perkembangan bahasa Indonesia
sangat dipengaruhi kemunculan para sastrawan Indonesia, mulai dari
sastrawan angkatan 45, balai pustaka, hingga sastrawan-sastrawan muda
yang saat ini mulai bermunculan.
Contoh kesamaan perkembangan bahasa misalnya, di negara-negara
maju biasanya menggunakan lebih dari dua bahasa karena penduduk
mereka banyak dari negara lain. Seperti singapura, menggunakan bahasa
cina, melayu dan inggris, Negara swiss menggunakan bahasa german dan
perancis.
Contoh perbedaan perkembangan bahasa dapat dilihat dari masyarakat
kota dan masyarakat desa. Seperti di Indonesia masyarakat Jakarta
cenderung menggunakan bahasa inggris di pembicaraannya “gue on the
way yaa” sedangkan masyarakat desa, mereka cenderung memakai bahasa
baku “saya lagi di jalan.”
B. RELATIVITAS LINGUISTIK
Teori relativitas linguistik yang menjadi dasar perumusan hipotesis
Sapir-Whorf
mengungkapkan ada keberhubungan antara bahasa, budaya, dan pikiran
manusia. Meskipun sebagian ahli keberatan dengan teori dan hipotesis
itu, namun keberadaannya dalam khasanah teori linguistik, terutama
dalam sosio linguistik dan linguistik kebudayaan, cukup berpengaruh.
Teori relativitas linguistik yang dipegang oleh Boas, Sapir, dan
Whorf menyatakan bahwa orang berbicara dengan cara yang berbeda
karena mereka berpikir dengan cara yang berbeda. Mereka berpikir
dengan cara yang berbeda karena bahasa mereka menawarkan cara
mengungkapkan (makna) dunia di sekitar merekadengan cara yang
berbeda pula. Teori ini diperkuat oleh Sapir dan Whorf dengan
menyatakan bahwa struktur bahasa, suatu yang digunakan secara
terus menerus, mempengaruhi cara seseorang berpikir dan berprilaku.
Contoh kesamaan relativitas linguistik adalah panggilan untuk seorang
ibu di berbagai negara hampir sama yaitu menggunakan kata ma. Seperti
mama, oma, ma’, amak, mom atau mother.
Contoh perbedaan relativitas linguistik adalah penggunaan kata “kau”
di daerah padang dan di daerah papua. Jika di daerah padang kata “kau”
termasuk kata kasar namun berbeda di daerah papua kata “kau”
merupakan kata yang halus.
C. UNIVERSAL DALAM BAHASA
Istilah “bahasa” didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia
untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir
oleh Edward Sapir tahun 1921. Yang dimaksud “bahasa” merupakan
sesuatu yang human specific (khas manusia).
Hewan tidak punya
“bahasa” karena mereka hanya berkomunikasi dengan sinyal, yakni sinyal
tubuh, bau, suara, warna, dan sebagainya. Bila Anda beranggapan sinyal
ini merupakan “bahasa”, maka “sinyal manusia” lebih kompleks dan dapat
berubah-ubah, dapat dimaknai dengan arti baru, serta dapat dikombinasi
bermacam-macam. Sementara itu, “sinyal di dunia fauna” pada umumnya
tidak dikombinasi dan tidak pernah membentuk arti baru.
Menurut National Geographic, tahun 2005 silam umat manusia di
dunia secara aktif menggunakan 6.912 bahasa. Di antara ribuan bahasa
tersebut sesama manusia dapat belajar bahasa yang berbeda-beda,
walaupun dengan aksara yang berupa-rupa, tapi tetaplah bisa dipelajari
karena sama-sama “bahasa manusia”.
Bahasa yang berbeda-beda “memisahkan” manusia sehingga kerap
menyebabkan timbulnya salah paham. Namun, sebenarnya tidak ada
perbedaan fundamental antara bahasa Jerman, Mandarin, Arab, Jawa
Kuno, Jepang, Sansekerta, atau Bahasa Indonesia sekali pun. Karena itu,
bahasa apa pun, asalkan masih “bahasa manusia”, dapatlah dipelajari.
Orang Indonesia bisa belajar bahasa Rusia, orang Zimbabwe bisa belajar
bahasa Tagalog, dan orang Eskimo bisa diajari bahasa Hindi, tapi “bahasa”
hewani tidak bisa dipelajari dan diajarkan.
Kebisaan antarmanusia dapat saling mempelajari semua bahasa di
dunia membuat salah satu calon linguis besar dunia pada 1950-an, Noam
Chomsky, membuat satu hipotesis bahwa basis semua bahasa di dunia
adalah tata bahasa universal, yang ada dalam diri setiap orang. Hipotesis
ini menjadi sangat heboh pada saat itu. Hal itu kemudian menyulut
revolusi di riset otak manusia. Hipotesis itu berkembang pesat, dan
kemudian menjadi semacam gerakan ahli bahasa (disebut “linguis”) untuk
mencari kaidah-kaidah keuniversalan bahasa manusia (disebut “tatabahasa
universal”).
Tata bahasa universal adalah kumpulan aturan, yang kemudian
disimpulkan struktur setiap bahasa manusia bumi. Tata bahasa universal
ini asli bawaan setiap manusia, tertancap erat di otak kita. Mereka
membentuk matriks, kerangka semua bahasa manusia. Seandainya tidak
ada tata bahasa universal ini, kemungkinan besar bahasa-bahasa di muka
bumi ini akan sangat berlainan sehingga bagi manusia yang bahasanya
tidak sama, tidak akan dapat saling berkomunikasi.
Contohnya kesamaan dalam universal bahasa adalah kata “ok”
digunakan secara universal yang berarti bersedia atau setuju. Sedangkan
contoh perbedaan universal bahasa, pada kata “do not” di amerika
merupakan larangan yang biasa, sedangkan kata “do not” di Inggris berarti
benar-benar dilarang untuk dilakukan.
D. BILINGUALISME
Latar belakang yang mendorong terjadinya bilingualisme adalah
karena adanya kontak bahasa di dalam otak. Kontak bahasa terjadi karena
perpindahan penduduk dengan alasan pendidikan, politik, ekonomi ,
agama, dan bencana alam sehingga terjadi kontak dengan bahasa
penutur
lain. Bloomfield menerangkan bahwa
bilingualisme
adalah
penguasaan yang sama baiknya terhadap dua bahasa seperti
halnya
penguasaan oleh penutur asli. Konsep umum bilingualisme adalah
digunakannya
dua
buah
bahasa
oleh
seorang
penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Masalah
bilingualisme
perlu
dipertimbangkan
dalam
proses
kebahasaan yang digunakan oleh suatu masyarakat. Hampir rata-rata
penduduk Amerika Serikat dan Eropa dapat menggunakan dua bahasa
atau lebih. Di Kanada, Belgia, dan Swiss hampir semua penduduk
dapat menggunakan lebih dari satu bahasa. Di Afrika, Tanzania, dan
Malaysia bilingualisme juga di temukan di kalangan penduduk. Di
Indonesia kasus bilingual adalah kasus yang hampir dialami oleh
separuh
lebih orang
Indonesia.
Masyarakat
Indonesia rata-rata
menguasai bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia, khususnya ragam
bicara.
Bilingualisme berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa kedua.
Pemerolehan
bahasa
berkaitan
erat
dengan
bagaimana
anak
memperoleh kata, makna, struktur, dan pragmatik. Itu tidak lain
berhubungan dengan proses yang terjadi dalam mind dan sikap anak.
Menjadi bilingual
seorang anak
atau multilingual sejak dini dengan kata lain
mempunyai
pengalaman
proses
pemerolehan
kata,
makna, struktur, dan pragmatik yang lebih kompleks sejak dini
dibandingkan dari mereka yang hanya monolingual.
Secara umum dan dalam logika sederhana, bilingualisme dini
membawa anak
dalam
pengalaman
dua
bahasa
yang
berbeda.
Pengalaman dua atau lebih bahasa sejak dini ini pasti memberikan
pengaruh yang berbeda dari pengalaman satu bahasa. Permasalahan
perkembangan intelektual
secara makro kemudian sangat bergantung
juga pada banyak faktor, salah satunya adalah pendidikan yang
mampu memaksimalkan
potensi
intelektual.
Begitu
juga
dengan
perkembangan psikologi dan sosialnya.
Berdasarkan cara pemerolehannya bilingualisme dibedakan atas dua
macam. Pertama, pemerolehan dua bahasa secara serempak pada usia
dini dan dalam konteks alamiah (balance bilingualism). Kedua,
pemerolehan bahasa kedua setelah bahasa pertama ketika dewasa dan
setelah memasuki pendidikan formal (unbalance bilingualism). Hal
senada juga di kemukakan oleh Hastuti yang membagi bilingualisme
dalam
dua kategori
berdasarkan
cara
terjadinya.
Pertama,
bilingualisme alamiah (natural bilingualism) atau bilingualism utama
(primary bilingualism)
lingkungan
bilingualisme
yaitu
proses bilingualisme
alamiah, spontan,
bantuan
atau
dan tidak
timbul
dalam
terorganisasi. Kedua,
bilingualism buatan
atau bilingualism
sekunder (sekundary bilingualism) yaitu bilingualisme sengaja diatur
dan diajarkan secara teratur dan formal.
Diawal abad ke-20, banyak orang Amerika yang mengira bahwa
mengetahui lebih dari satu bahasa adalah sesuatu yang harus dihindari.
Yang umum dipercaya adalah bahwa manusia hanya punya “ruang”
terbatas untuk menyimpan bahasa; kalau anda mempelajari “terlalu
banyak” bahasa, anda akan mengambil “ruang” yang diperuntukan fungsifungsi lain seperti intelegensi.
Contoh kesamaan bilingual adalah orang di daerah perbatasan
biasanya menggunakan dua bahasa daerah yang mengapitnya. Seperti
orang yang tinggal di daerah perbatasan Indonesia Malaysia, mereka
menggunakan bahasa campuran Indonesia dan Melayu.
KESIMPULAN
Perkembangan bahasa sangat dekat kaitannya dengan peningkatan
kepekaan anak pada bahasa disekitarnya dan kemampuannya dalam
menggunakan bahasa. Semakin tinggi usia anak semakin banyak faktor
yang mempengaruhi sehingga faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu
dengan lainnya. Contoh kesamaan pada perkembangan bahasa yaitu di
negara-negara maju biasanya menggunakan lebih dari dua bahasa karena
penduduk
mereka
banyak
dari
negara
lain.
Seperti
singapura,
menggunakan bahasa cina, melayu dan inggris. Sedangkan contoh
perbedaan pada perkembangan bahasa dapat dilihat pada masyarakat kota
dan masyarakat desa di Indonesia. Masyarakat Jakarta cenderung
menggunakan bahasa inggris di pembicaraannya “gue on the way yaa”
sedangkan masyarakat desa, mereka cenderung memakai bahasa baku
“saya lagi di jalan.”
Sedangkan pada teori relativitas linguistik yang menyatakan bahwa
orang berbicara dengan cara yang berbeda karena mereka berpikir
dengan cara yang berbeda karena bahasa mereka menawarkan cara
mengungkapkan (makna) dunia di sekitar merekadengan cara yang
berbeda pula. Contoh kesamaan relativitas lingusitik misalnya panggilan
untuk seorang ibu di berbagai negara hampir sama yaitu menggunakan
kata ma. Seperti mama, oma, ma’, amak, mom atau mother. Sedangkan
pada contoh perbedaannya penggunaan kata “kau” di daerah padang dan
di daerah papua. Jika di daerah padang kata “kau” termasuk kata kasar
namun berbeda di daerah papua kata “kau” merupakan kata yang halus.
Tata bahasa universal adalah kumpulan aturan, yang kemudian
disimpulkan struktur setiap bahasa manusia bumi. Tata bahasa universal
ini asli bawaan setiap manusia, tertancap erat di otak kita. Mereka
membentuk matriks, kerangka semua bahasa manusia. Contohnya
kesamaan dalam universal bahasa adalah kata “ok” digunakan secara
universal yang berarti bersedia atau setuju. Sedangkan contoh perbedaan
universal bahasa, pada kata “do not” di amerika merupakan larangan yang
biasa, sedangkan kata “do not” di Inggris berarti benar-benar dilarang
untuk dilakukan.
Konsep
umum
bilingualisme
adalah digunakannya
dua
buah
bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain
secara bergantian. Contohnya di daerah perbatasan biasanya menggunakan
dua bahasa daerah yang mengapitnya. Seperti orang yang tinggal di daerah
perbatasan Indonesia Malaysia, mereka menggunakan bahasa campuran
Indonesia dan Melayu.
DAFTAR PUSTAKA
Danti,T dan Sulistyo, Y. (2009). Karakteristik ujaran anak-anak bilingual Indonesia-jawa di
Malang Jawa Timur. Jurnal bahasa dan seni fakultas sastra universitas gajayana
malang.
Jufrizal. (2007). Hipotesis Sapir-Whorf dan Struktur informasi klausa pentopikalan bahasa
minangkabau. Jurnal linguistika universitas negri padang, Padang.
Wahyudin, Ahmad. (2012). Bilingualisme: Konsep dan Pengaruhnya terhadap Individu.
Universitas Negri Yogyakarta.
Kamus Besar. (2012). Universalitas. Diakses pada tanggal 19 November 2014 dari
http://www.kamusbesar.com/42801/universalitas
Prayogi, I. (2012). Universalitas Bahasa (Tinjauan Singkat). Diakses pada tanggal 19
November 2014 Dari http://bahasa.kompasiana.com/2012/04/12/universalitas-bahasatinjauan-singkat/