keadilan dalam prespektif pancasila dan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem keadilan dan damokrasi yang berlaku di Indonesia selalu mengacu
dan berbasis pada Pancasila sebagai dasar dan didukung oleh UUD 1945.
Pancasilapun menjadi sebuah landasan atau dasar dalam penentuan prinsip dan
pandangan hidup. Namun dewasa ini nilai-nilai Keadilan yang ada di Indonesia
belum sepenuhnya mengikuti nilai-nilai luhur yang tertera pada pancasila
khususnya sila kedua dan kelima, banyak terjadi krisis moral, termasuk krisis
keadilan. Keadilan ini sudah tidak begitu diperhatikan dalam sistem hukum di
Indonesia masih banyak kasus korupsi yang tak terselesaikan, hakim dan jaksa
yang bisa disuap dan memenangkan yang salah dan yang mempunyai harta.
Manusia sekarang memang tidak peduli lagi dengan nilai-nilai luhur karena
dampak moderinsasi dan globalisasi. Tetapi dengan kepribadian yang mempunyai
prinsip harus kita yakini bahwa kita akan menjadi manusia yang beriman dan
memiliki rasa keadilan antar sesama manusia. Agar hidup tenang dan bahagia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian keadilan ?
2. Bagaimana nilai keadilan dalam pancasila?
3. Nilai- nilai atau butir-butir apa yang terkandung dalam pancasila?

4. Kedudukan pancasila di Indonesia?
5. Bagaimana nilai keadilan dalam UUD 1945?
6. Apa hubungan antara pancasila dengan UUD 1945 dalam hal keadilan?
7. Bagaimana penegakan keadilan di Indonesia?

1

C. TUJUAN
1. Agar pembaca mengetahui arti keadilan dan dapat meimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Agar pembaca mengetahui dan mengerti nilai keadilan dalam pancasila.
3. Agar pembaca mengetahui dan mengerti nilai keadilan dalam UUD
1945.
4. Agar pembaca mengetahui penegakan keadilan di Indonesia.

2

BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN KEADILAN

1. Aristoteles
Aristoteles adalah seorang filosof pertama kali yang merumuskan arti
keadilan. Ia mengatakan bahwa keadilan adalah memberikan kepada setiap orang
apa yang menjadi haknya, fiat jutitia bereat mundus. Selanjutnya dia membagi
keadilan dibagi menjadi dua bentuk yaitu: [1] Pertama, keadilan distributif, adalah
keadilan yang ditentukan oleh pembuat undang-undang, distribusinya memuat
jasa, hak, dan kebaikan bagi anggota-anggota masyarakat menurut prinsip
kesamaan proporsional. Kedua, keadilan korektif, yaitu keadilan yang menjamin,
mengawasi dan memelihara distribusi ini melawan serangan-serangan ilegal.
Fungsi korektif keadilan pada prinsipnya diatur oleh hakim dan menstabilkan
kembali status quo dengan cara mengembalikan milik korban yang bersangkutan
atau dengan cara mengganti rugi atas miliknya yang hilang atau kata lainnya
keadilan distributif adalah keadilan berdasarkan besarnya jasa yang diberikan,
sedangkan keadilan korektif adalah keadilan berdasarkan persamaan hak tanpa
melihat besarnya jasa yang diberikan

1.


Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006, hal. 47-48

3

2. Plato
Plato, menurutnya keadilan hanya dapat ada di dalam hukum dan
perundang-undangan yang dibuat oleh para ahli yang khusus memikirkan hal
itu[2]. Untuk istilah keadilan ini Plato menggunakan kata yunani”Dikaiosune” yang
berarti lebih luas, yaitu mencakup moralitas individual dan sosial[3]. Penjelasan
tentang tema keadilan diberi ilustrasi dengan pengalaman saudagar kaya bernama
Cephalus. Saudagar ini menekankan bahwa keuntungan besar akan didapat jika
kita melakukan tindakan tidak berbohong dan curang. Adil menyangkut relasi
manusia dengan yang lain[4].

3. Hans kelsen
Menurutnya keadilan tentu saja juga digunakan dalam hukum, dari segi
kecocokan dengan hukum positif-terutama kecocokan dengan undang-undang. Ia
menggangap sesuatu yang adil hanya mengungkapkan nilai kecocokan relative
dengan sebuah norma “adil” hanya kata lain dari “benar”[5].


2.

Dominikus Rato, Filsafat Hukum, Mencari, Menemukan, Dan Memahami
Hukum, Surabaya: LaksBang Yustisia, 2010, hal. 63.
3.
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia, 2010,
hal 92.
4.
James Garvey, 20 Kaya Filsafat Terbesar , Yogyakarta: Penerbit Komisi US,
2010, hal 5.
5.
Hans Kelsen, Pengantar Teori Hukum, Bandung: Penerbit Nusamedia,2010, hal
48.
4. Jhon Rawls
Konsep keadilan menurut rawls, ialah suatu upaya untuk mentesiskan
paham liberalisme dan sosialisme. Sehingga secara konseptual rawls menjelaskan
keadilan sebagai fairness, yang mengandung asas-asas, “bahwa orang-orang yang

4


merdeka dan rasional yang berkehendak untuk mengembangkan kepentingankepentingannya hendaknya memperoleh suatu kedudukan yang sama pada saat
akan memulainya dan itu merupakan syarat yang fundamental bagi mereka untuk
memasuki perhimpuan yang mereka hendaki[6].

B. NILAI KEADILAN DALAM PANCASILA
Menilai atau menimbang adalah kegiatan manusia yang menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lainnya untuk selanjutnya diambil keputusan seperti,
baik atau tidak baik, berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar.
Sebagai dasar filsafat Negara, Pancasila tidak hanya merupakan sumber
dari peraturan PerUndang-Undangan, melainkan juga merupakan sumber
moralitas terutama dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara. Sila ke-2
yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” merupakan sumber nilai
moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.Nilai- nilai pancasila juga
bersifat obyektif karena sesuai dengan kenyataan dan bersifat umum. Sedangkan
sifat subyektif karena hasil pemikiran bangsa Indonesia.
Nilai pancasila secara obyektif antara lain : bahwa inti sila-sila pancasila
akan trtap ada sepanjang masa dalam kehidupan manusia baik dalam adapt
kebiasaan, kebudayaan, maupun kehidupan keagamaan.


6.

E,Fernando M. Manuliang, Menggapai Hukum berkeadilan (Jakarta: Buku

Kompas ,2007), hal 20
Nilai pancasila secara subyektif antara lain : nilai pancasila timbul dari hasil
penilaian dan pemikiran filsafat dari bangsa Indonesia sendiri, nilai pancsila yang
merupakan

filsafat

hidup/pandangan

hidup/pedoman

hidup/petunjuk hidup sangat sesui dengan bangsa Indonesia.
5

hidup/pegangan


C. NILAI NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA
Dalam pidato 1 juni 1945 ditegaskan , bahwa maksud pancasila adalah sebagai
philosopgische grondslag daripada Indonesia Merdeka, dan philosophische
grondslag itulah fundamental falsafah, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk
diatasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi”[7].
1.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang
didirikan adalah sebagai pengejawantaha tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara bahwa moral negara, moral penyelenggara negara,
politik negara, pemerinthan negara, hukum dan peraturan perundang - undangan
negara, kebebasan dan hak asasi warga negara haru dijiwai nili-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dengan sendirinya sila pertama tersebut mendasari dan menjiwai
keempat sila lainnya.

7.

C.S.T. Kansil, Pancasila dan UUD 1945 Dasar Falsafah Negara, Yogyakarta:

Pradnya Pertama, hal 55.


2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa
hakikat manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat
6

individu dan mahluk sosial, kedudukan kodrat mahluk pribadi berdiri sendiri dans
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa[8]. Manusia memiliki hakikat pribadi yang
mono – pluralis terdiri atas susunan huudan mahkluk Tuhan yang Maha Esa. Sila
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh
sila pertama serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya.
3. Persatuan Indonesia
Berupa pengakuan terhadap hakikat satu tanah air, satu bangsa dan satu negara
Indonesia, tidak dapat dibagi sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan dan
keutuhan. Sila persatuan indonesia di dasari dan di jiwai oleh ketuhanan yang
maha esa dan kemanusian yang adil dan beradab serta mendasari sila kerakyatan
yang di pimpin oleh hikmat kebijak sanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
dan keadilan sosial bagi seluruh indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

Menjunjung dan mengakui adanya rakyat yang meliputi keseluruhan jumlah
semua orang warga dalam lingkungan daerah, atau negara tertentu yang segala
sesuatunya berasal dari rakyat, dilaksanakan oleh rakyat, diperuntukan untuk
rakyat. Nilai yang terkandung dalam sila ke - 4 ini didasari oleh sila ketuhanan
yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Persatuan Indonesia,
dan mendasari serta menjiwai Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

8.

Kaelan, Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma, hal 80
5. Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mengakui hakikat adil berupa pemenuhan segala sesuatu yang berhubungan
dengan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan. Nilai yang terkandung dalam
sila Keadilan sosialbagi seluruh rakyat indonesia didasari dan dijiwaio oleh sila
Ketuhana yang Maha Kuasa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan

7

Indonesia, serta Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

D. KEDUDUKAN PANCASILA DI INDONESIA
Dalam pembahasan tentang pancasila sebenarnya terdapat beberapa
pengertian fungsi dan kedudukan pancasila. Sebagai titik sentral pemahaman kita
tentang fungsi dan kedudukan pancasila, adalah kedudukan Pancasila sebagai
dasar Negara Republik Indonesia, namun hendaknya dipahami bahwa asal mula
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah digali darai unsur
unsur pandangan hidup Bangsa Indonesia. Pancasila merupakan identitas bangsa
Indonesia, dan unsur unsur sila-sila pancasila adalah unsur-unsur identitas bangsa
indonesia atau unsur-unsur kepribadian indonesia. Sebenrnya pancasila memiliki
dua pengertian yang pokok yaitu Pancasila sebagai dasar Negara Republik
Indonesia dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
Namun demikian bilamana kita rinci beberapa kedudukan dan fungsi
Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila dalam penertian ini adalah seperti yang dijelaskan dalam teori Von
Savigny, bahwa setiap Bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut
“Volkgeist” (Jiwa rakyat/Jiwa bangsa)[9]. Nilai-nilai pancasila telah ada pada
bangsa indonesia sejak zaman dahulu kala yang berupa adat-istiada, nilai-nilai

kebudayan dan nilai religius. Jiwa Bangsa Indonesia mempunyai arti statis(tetap,
tidak berubah) ,dan mempunyai arti dinamis (bergerak). Jiwa ini keluar
diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal-perbuatan. Sikap
mental tingkah laku dan amal-perbuatan Bangsa Indonesia mempunyai ciri-ciri
khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri-ciri khas inilah yang kita
maksud dengan Kepribadaian Bangsa Indonesia adalah Pancasila.
2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

8

Pancasila sebagai norma fundamental, berfungsi sebagai suatu cita-cita atau ide
yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan , adapun wujud Pancasila secara
kongkrit merupakan perwujudan Pancasila dalam setiap tindak perbuatan, tingkah
laku dan sikap hidup sehari-hari. Hal tersebut selain tersebut selain terlalu banyak
ragamnya, juga meliputi seluruh aspek kehidupan. Karena itu yang mungkin dapat
dikemukakan ialah: bahwa Pancasila sebagai pegangan hidup yang merupakan
pandangan hidup bangsa, penjelmaan falsafah hidup bangsa, dalm pelaksanaan
hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama, nornanorma kesusilaan, norma-norma sopan santun, dan tidak bertentangan dengan
norma-norma hukum yang berlaku. Dilihat dari fungsinya Pancasila mempunyai
fungsi utama sebagai dasar negara republik indonesia. Demikianlah dapat
dikatakan bahwa pancasila itu di buat dari materi atau bahan “dalam negeri”
bahan asli murni, dan merupakan kebanggaan bagi suatu bangsa yang berpatrotik.

9.

Kaelan, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta: Bagian Penjualan Buku

Fakultas Filsafat UGM, hal 69.
3. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, berarti bahwa Pancasila
merupakan keputusan final bagi bangsa Indonesia. Pancasila adalah kesepakatan
dan perjanjian serta konsensus bangsa Indonesia sebagai dasar negara yang

9

ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Istilah Pancasila sebagai perjanjian
luhur bangsa Indonesia muncul dalam pidato kenegaraan Presiden Soekarno di
depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong (DPR-GR) pada tanggal
16 Agustus 1967, yang merupakan kesepakatan bulat para wakil-wakil bangsa
Indonesia (PPKI) menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI 17
Agustus 1945. Pancasila sebagai perjanjian luhur seluruh rakyat Indonesia, artinya
bahwa Pancasila harus kita bela untuk selama-Iamanya. Perjanjian luhur ini telah
dilakukan pada tanggal 18 agustus 1945, yaitu pada saat PPKI (sebagai wakil
seluruh rakyat Indonesia) telah menerima Pancasila dan menetapkan dasar negara
secara konstitusional dalam pembukaan UUD 1945.

4. Pancasila sebagai Cita-cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia berarti bahwa
Pancasila dijadikan sebagai cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai bangsa
Indonesia yaitu suatu masyarakat yang Pancasilais. Dasar negara Pancasila yang
dirumuskan dan terkandung dalam pembukaan UUD 1945, memuat cita-cita dan
tujuan nasional. Cita-cita bangsa (Pembukaan UUD 1945 alenia II), tujuan bangsa
(Pembukaan UUD 1945 alenia IV). Tujuan bangsa dan negara Indonesia dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut.
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
 Memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
5. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai dasar negara sering disebut juga falsafah negara. Pancasila
sebagai falsafah negara, berkat tercantum dalam pembukaan Undang- Undang

10

Dasar 1945, secara formil sebagi norma hukum dasar positif, objektif, dan
subjektif, adalah mutlak tidak dapat dirubah dengan jalan hukum [10]. Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia berarti bahwa Pancasila digunakan
sebagai dasar dalam mengatur pemerintahan negara dan penyelenggaraan negara.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, merupakan sumber tertib hukum
tertinggi yang mengatur kehidupan Negara dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa
Pancasila sebagai kaidah dasar negara bersifat mengikat dan memaksa, artinya,
Pancasila mengikat dan memaksa segala sesuatu yang berada dalam wilayah
kekuasaan

hukum

negara

RI

agar

setia

melaksanakan,

mewariskan,

mengembangan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila. Sehingga semua warga
Negara, penyelenggara negara tanpa kecuali dan segala macam peraturan
perundang-undangan yang ada harus bersumber dan sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara berarti bahwa segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan negara RI harus berdasarkan
Pancasila.

10.

Notonagoro, Beberapa Hal Mengenai Pancasila, Jakarta, hal 34.

Dan juga semua peraturan yang berlaku di Indonesia harus bersumber pada
Pancasila, dalam arti Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara, mempunyai kekuatan mengikat secara
11

hukum, sehingga semua peraturan hukum / ketatanegaraan yang bertentangan
dengan Pancasila harus disebut Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara,

dalam

bentuk

peraturan

perundang-undangan

bersifat

impératif

( mengikat) bagi berikut ini:
 Penyelenggara negara.
 Lembaga kenegaraan.
 Lembaga kemasyarakatan.
 Warga negara Indonesia dimanapun berada, dan penduduk di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Pancasila merupakan sarana yang ampuh sekali untuk mempersatukan
bangsa Indonesia. Hal ini sudah semestinya karena pancasila adalah falsafah
hidup dan kepribadian bangsa indonesia, yang mengandung nilai-nilai dan
norma-norma yang oleh bangsa Indonesia diyakini paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik, dan paling sesuai/tepat bagi bangsa Indonesia
sehingga dapat mempersatukan bangsa Indonesia.
Ideologi berasal dari kata “Idea” yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita – cita dan logos yang berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah
Ilmu pengeertian – pengertian dasar.Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi
Bangsa dimana pada hakekatnya merupakan suatu hasil perenungan atau
pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila di angkat atau di ambil dari nilai-nilai
adat-istiadat yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan
kata lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia.
E. NILAI KEADILAN DALAM UUD 1945

12

L.J Van Apeldoorn telah membedakan secara jelas antara “costitution dan
grondwet” (UUD) adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan
costitution (konstitusi) memuat baik peraturan tertulis maupun tidak tertulis.
(H. Dahlan Thaib, et. el. 2011: 8). Oleh karena Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas hukum sebagaiamana dijelaskan dalam ketentuan Pasal (1) ayat
(3) UUD 1945. Maka UUD adalah naska yuridis normatif yang memaparkan
rangkaian dan tugas pokok (fundamental) dari badan-badan pemerintahan negara.
Oleh karena itu, konstitusi UUD 1945 sebagai rujukan dasar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang tidak terlepas dari spirit demokrasi konstitusi
sesuai Pasal (1) ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Kata keadilan itu sendiri digunakan berulang-ulang dalam konteks dan makna
yang berbeda-beda dalam UUD 1945. Seperti dikemukakan di atas, keadilan
sosial dirumuskan sebagai sila kelima dalam Pancasila. Tetapi kandungan
maknanya menjadi lebih terasa apabila kita langsung membacanya dari rumusan
Alinea IV (Preambule) Pembukaan UUD 1945. Dalam Alinea IV Pembukaan
UUD 1945 itu, sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat dirumuskan secara statIs
sebagai objek dasar negara. Tetapi keadilan sosial dirumuskan dengan kalimat
aktif. Pada Alinea IV Pembukaan UUD 1945 itu tertulis, “…. susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusywaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”.Dari rumusan ini kita dapat mengetahui,
Pertama, keadilan sosial itu dirumuskan sebagai “suatu” yang sifatnya konkrit,
bukan hanya abstrak-filosofis yang tidak sekedar dijadikan jargon politik tanpa
makna; Kedua, keadilan social itu bukan hanya sebagai subjek dasar negara yang
bersifat final dan statis, tetapi merupakan sesuatu yang harus diwujudkan secara
dinamis dalam suatu bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

13

Dalam Pembukaan UUD 1945, amanah keadilan sosial ini jelas tergambar
pula dalam banyak rumusan lain. Dalam Alinea I dinyatakan adanya prinsip
“perikemanusiaan dan perikeadilan” yang dijadikan alasan mengapa penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan. Pada Alinea II digambarkan bahwa bangsa kita
telah berhasil mencapai pintu gerbang “Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”. Pada Pasal (28H) ayat (2) UUD 1945,
diatur pula bahwa “Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan”. Tidak sebatas itu idealitas keadilan
sosial dalam konstitusi. idialitas tersebut juga ditegaskan dalam Bab
XIVPEREKONOMIAN NASIONAL DANKESEJAHTERAAN SOSIAL, Pasal
(33) sebanyak 5 (lima) ayat, yang itu dijelaskan dalam ayat (3) mengisyaratkan
bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”.
F. HUBUNGAN

PANCASILA

DENGAN

UUD

1945

DALAM

KEADILAN
Cita-cita untuk menjadi bangsa atau masyarakat yang penuh kebahagian bukan
hal yang baru bagi masyarakat dan bangsa indonesia. Ide tentang adanya
masyarakat yang penuh bahagia tersebut kadang- kadang masih berupa utopia
dengan bentuk seperti rathu adil, thatha thenthrem gemah ripah kartha raharja.
Namun demikian tidaklah berarti bahwa keadilan sosial belum terdapat dalam
keadilan sehari-hari[11].
11.

Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Fakultas

Ekonomi UII, 1981, hal 68
Keadilan, mendengar kata keadilan sudah tersirat arti keadilan dalam benak kita,
Keadilan adalah memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya.
Yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan sesuai dengan

14

harkat dan martabatnya, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya,
tanpa membedakan suku, keturunan, dan agamanya. Pancasila yang benar itu kita
amalkan sesuai fungsinya, dan kemudian pancasila yang benar itu kita amalkan
agar jiwa dan semangatnya, perumusan dan sistematiknya yang sudah tepat benar
itu tidak diubah-ubah apalagi dihapuskan atau diganti dengan isme yang lain [12].
Hakikat keadilan dalam Pancasila, UUD 1945,

kata adil terdapat pada:

1. Pancasila yaitu terdapat pada sila kedua dan kelima
2. Pembukaan UUD 1945 yaitu alenea II dan IV

G. PENEGAKAN KEADILAN DI INDONESIA
Dari pembukaan dan penjelasan UUD 1945, dapat dikatkan bahwa Indonesia
merupakan suatu Negara hukum yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
umum, membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur. Dalam masalah
keadilan, Indonesia masih perlu dipertanyakan. Hal ini karena masih kurangnya
moral bangsa . Masalah keadilan sangat berkaitan erat dengan hukum. Para
penegak hukum yang ada di Indonesia pun masih perlu dipertanyakan
kebenarannya.

12.

Darji Darmodiharjo, Santiaji Pancasila , Surabaya: Usaha Nasional, hal 13.

Di Indonesia keadilan belum bisa ditegakkan sesuai tuntutan negara hukum,
sudah tercermin di dalam praktek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tentunya orang sudah bosan membaca, mendengar dan melihat keadaan tersebut.
Tapi apa boleh buat, kita harus berjuang terus demi tegaknya keadilan di

15

Indonesia, sebab tanpa perjuangan keadaan tersebut tidak akan berobah dengan
sendirinya. Tanpa adanya perjuangan, si pelaku ketidak adilan akan terus lehaleha dan senyum simpul meneruskan tindakannya. Makna keadilan sosial disini
mengcakup pula pengertian adil dan makmur. Kehidupan manusia meliputi
kehidupan jasmani dan rohani, maka keadilan pun meliputi keadilan di dalam
pemenuhan tuntutan-tuntutan hakiki bagi kehidupan jasmani dan rohani atau
materiil dan spiritual manusia, yaitu bagi seluruh rakyat indonesia secara merata,
berdasarkan asas kekeluargaan. Kehidupan adil dan makmur yang ingin di
wujudkan ialah suatu kehidupan bangsa indonesia yang adil dalam kemakmuran,
dan makmur dalam keadilan[13].
Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari cukup norma-norma hukum, Antara
lain :
1. PANCASILA
2. UUD 1945
3. Peraturan Per Undang-Undangan
4. Keputusan Presiden
5. Ketetapan MPR
6. Dll.

13.

Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi ,

hal 61.
Selain itu juga dengan membentuk Lembaga penegak hukum, yakni :
1. Aparat kepolisian
2. LSM dan LBH

16

3. Mahkamah Konstitusi
4. Pengadilan

Tapi ironisnya sulit sekali mencari keadilan. Sebab di mana saja masih
bertengger orang-orang yang jiwanya hitam kelam yang tidak bisa ditembus sinar
terang. Bahkan Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung yang seharusnya aktif
menegakkan keadilan, ternyata seperti yang dikatakan Hendardi (PBHI), hanya
berfungsi sebagai mesin binatu: "Masuk barang kotor, keluar 'bersih''. Kasus
Akbar Tanjung tersebut di atas merupakan contoh yang tepat dan aktual.
Tampak masih berlanjutnya praktek di jaman Suharto dulu, di mana ketika
menteri-menterinya

kedapatan

melakukan

korupsi,

langsung

kasusnya

diselesaikan sendiri olehnya (Suharto) dengan pernyataan: kesalahan prosedur
administrasi. Hanya bedanya dengan praktek di era ‘’reformasi’’sekarang ini ialah
Suharto dulu tanpa menggunakan ''mesin binatu'', tapi dengan ‘’mesin sulap’’:
barang kotor ditutup dengan selembar kain, dibuka jadi bersih. Suharto memang
punya keahlian menyulap seperti ilusionis David Coppervield. Indonesia yang
kaya raya oleh Suharto bisa disulap menjadi negara miskin dan banyak
hutangnya, apalagi masalah korupsi dari menteri-menterinya dan para kroninya.
Keadaan langka keadilan di atas terus berjalan di Indonesia sampai dewasa
ini, seiring dengan reformasi di bidang hukum dan keadilan yang tidak berjalan
seperti yang diharapkan.
Tapi, tampak ada celah-celah yang bisa ditembus dalam mencari keadilan,
yaitu pada Mahkamah Konstitusi. Dalam kasus Pasal 60/g UU Pemilu keadilan
bisa ditegakkan. Sehingga pasal diskriminatif terhadap para mantan anggota PKI
dan ormasnya, dinyatakan bertentangan dengan UUD 45 dan karenanya tidak
punya kekuatan hukum. Ini artinya telah berjalan proses penemuan jalan-jalan
perjuangan yang realistis: mana yang obyektif bisa ditempuh.

17

Di samping itu perlu disadari, bahwa usaha menegakkan keadilan harus
dilancarkan ke segala arah dan penjuru, ke semua lembaga negara dan
masyarakat. Kalau usaha tersebut hanya diarahkan ke Lembaga Eksekutif saja,
niscaya akan menemukan hasil yang tidak memuaskan.

BAB III
PENUTUP

18

A. Kesimpulan
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia, dimana ke lima silanya berasal dan digali
dari budi luhur bangsa Indonesia. Dilihat dari pendapat para ahli mengenai
pengertian keadilan dapat disimpulkan bahawa pengertian keadilan secara umum
adalah Dan disetiap silanya mempunyai makna tersendiri. Pancasila dalam
kaitannya dalam keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia kebahagian lahir
maupun batin, jiwa maupun raga, jasmaniah maupun rokhaniah, bidang material
maupun spiritual termasuk bidang keagamaan. Nilai-nilai tersebut diwujudkan
sebagai pengalaman dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan arus globalisasi
penerapan

nilai-nilai

pancasila

kian

memudar

di

tengah-tengah

masyarakat,sehingga pancasila tidak mampu lagi menjadi pandangan bagi
masyarakat indonesia. Hal ini juga meliputi para generasi muda Indonesia.
Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan membawa perubahan
yang lebih baik bagi bangsa ini dengan berpedoman pada pancasila.
Dalam hal penerapan nilai kerakyatan masyarakat menilai organisasi ini juga
masih kurang ikut berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat seperti gotongroyong, musyawarah, dan pemilu,sedangkan penerapan nilai keadilan juga dinilai
masih kurang dalam hal menghargai hak dan kewajiban orang lain secara adil.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah di uraikan di atas maka kami memberikan
saran sebagai berikut:

19

1. Kepada anggota pemuda pancasila di saranka untuk lebih
meningkatkan kesadaran akan menetapkan nilai-nilai pancasila
agar sikap yang dilakukan para anggota pemuda pancasila dapat
sesuai dengan visi dan misi dari organisasi pemuda pancasila
tersebut, yaitu menciptakan manusia yang berjiwa pancasila dan
senantiasa menjadi pemuda-pemuda yang berguna bagi bangsa dan
Negara Indonesia.
2. Kepada masyarakat disarankan untuk memperhatikan lingkungan
sekitar akan organisasi-organisasi kepemudaan yang membawa
dampak baik atau dampak buruk bagi kehidupan masyarakat
karena organisasi tersebut dapat berpengaruh bagi para pemuda
sebagai generasi penerus bangsa yang menjadi harapan yang aka
datang.

DAFTAR PUSTAKA

20

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan,
______Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.
Drs. C.S.T. Kansil S.H , Pancasila dan UUD 1945 Dasar Falsafah Negara,
Yogyakarta: Pradnya Pertama,
Prof. Darji Darmodiharjo S.H , Santiaji Pancasila , Surabaya: Usaha Nasional,
______1981.
Dominikus Rato, Filsafat Hukum, Mencari, Menemukan, Dan Memahami Hukum,
______Surabaya: LaksBang Yustisia, 2010.
E,Fernando M. Manuliang, Menggapai Hukum berkeadilan Jakarta: Buku
______Kompas ,2007.
Hans Kelsen, Pengantar Teori Hukum, Bandung: Penerbit Nusamedia,2010.
Prof. DR. Kaelan M.S , Pancasila Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta: Bagian
______Penjualan Buku Fakultas Filsafat UGM
Prof. DR. Kaelan M.S , Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma, 2010.
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
James Garvey, 20 Kaya Filsafat Terbesar , Yogyakarta: Penerbit Komisi US,
______2010.
Prof. Dr. Drs. Notonagoro S.H , Beberapa Hal Mengenai Pancasila, Jakarta
Al Marsudi, Subandi S.H, M.H , Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma
______Reformasi , Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Fakultas
______Ekonomi UII, 1981.

21