Psikologi umum kepribadian dan pengukura
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan tentang manusia tidak lepas dari membahas
tentang kepribadiannya. Karena memang manusia bisa diterima atau
tidaknya
di
lingkungannya
masyrakatnya
tergantung
dengan
kepribadiannya. Kalau kepribadiannya baik, maka orang-orang yang hidup
di sekelilingnya akan menerimanya dan menyenanginya. Begitu juga
sebaliknya, jika kepribadiannya tidak baik ia tidak disenangi atau bahkan
tidak diterima untuk hidup di lingkungan mereka. Maka, untuk mengukur
apakah kepribadian kita baik atau tidak baik sebaiknya kita mempelajari
tentang kepribadian manusi itu sendiri.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari tentang kepribadian manusia dan pegukurannya
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang
kepribadian manusia dan pegukurannya
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum.
C. Rumusan Masalah
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah
kami tidak begitu rinci dalam menjelaskan tentang kepribadian. Adapun
yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Kepribadian itu? Dan apa yang
memdekannya dengan Temperamen dan Watak?
2. Bagaimana cara mengukur Kepribadian itu? Dan siapa yang paling
dominan dalam pembentukan Kepribadian seseorang?
3. Aspek-aspek apa saja yang ada dalam Kepribadian?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari
bahasa latin personare, yang berarti mengeluarkan suara. Istilah ini
digunakan untuk menunjukan suara dari percakapan seorang pemain
sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada mulanya istilah
personare adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana suara
pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti
pemain sandiwara itu sendiri.
Dari sejarah pengertian tersebut tidak heran kita jika kata
personare yang mulanya berarti topeng kemudian diartikan pemainnya itu
sendiri yang memperankan peranan seperti yang digambarkan dalam
topeng tersebut. Akhirnya kata personare itu menunjukan tentang kualitas
dari watak atau karakter yang dimainkan dalam sandiwara itu. Kini kata
personare atau dalam bahasa Indonesianya sering disebut dengan kata
Personal itu oleh ahli Psikologi dipakai untuk menunjukan sesuatu yang
nyata dan dapat dipercaya tentang individu untuk menggambarkan
bagaimana dan apa sebenarnya individu itu.
Adapun Gordon W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian
sebagai berikut: Personality is the dynamic organization within the
individual of those psychophsical system that determine his unique
adjustment to his environment.
“Kepribadian ialah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam
diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap
lingkungannya.”
Namun kami menyimpulkan bahwa pengertian kepribadian adalah:
keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan,
bentuk
tubuh
serta
unsur-unsur
psiko-fisik
menampakkan diri dalam kehidupan seseorang.
lainnya
yang
selalu
B. PERBEDAAN TEMPERAMEN, WATAK, DAN KEPRIBADIAN
Tempramen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Emosi
(perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, dan lain
sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan (warisan/turunan),
sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat berubah.
Tempramen selalu menunjukkan hubungan/perpaduan yang erat
antara
rohaniah
temperamen
tinggi
dengan
adalah
jasmaniah.
seseorang
Seseorang
yang
yang
mudah
memiliki
emosi
(naik
darah/marah) diiringi dengan gerakan-gerakan tangan, kaki, mata, mulut
serta raut muka marah, pucat dan sebagainya. Sedangkan orang yang
penyabar dengan wajah tenang serta berbicara lambat serta irama yang
mantap.
Watak (karakter, tabiat) adalah sifat-sifat yang berhubungan
dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih,
penjorok dan lain sebagainya. Sifat-sifat itu bukan bawaan lahir, tetapi
diperoleh setelah lahir, yaitu hasil dari kebiasaan sejak dari kecil, atau
sebagai hasil dari pengaruh pendidikan/lingkungan sejak kecil. Sifatr-sifat
seperti ini terbentuk terutama pada masa-masa anak-anak sampai umur 5
tahun (balita), dan berkembang terus sampai masa sekolah dan remaja.
Berbeda
halnya
dengan
temperamen,
yang
sangat
sukar
dipengaruhi/ diubah, maka watak besar kemungkinannya untuk diubah.
Sifat jujur, pembohong, rajin, pemalas, percaya pada diri sendiri (optimis),
pesimis dan sebagainya, semuanya itu adalah hasil tempaan orang tua
dan pengaruh lingkungan sejak kecil.
Kepribadian adalah keseluruhan aspek yang terdapat di dalam diri
seseorang, termasuk di dalam temperamen dan watak. Di samping itu,
termasuk juga ke dalam kepribadian semua pola tingkah laku, kebiasaan,
sikap kecakapan, serta semua hal yang selalu muncul dari seseorang.
Dengan demikian, kepribadian mengandung arti yang lebih luas dari
temperamen dan watak, karena temperamen dan watak adalah sebagian
dari kepribadian.
C. MENGUKUR KEPRIBADIAN
Melakukan pengukuran terhadap kepribadian seseorang bertujuan
untuk dapat mengetahui corak kepribadian secara pasti dan terinci.
Dengan mengetahui corak atau tipe kepribadian seseorang, berarti
pengenalan kita terhadap dirinya menjadi lebih sempurna, sehingga
proses pendidikannya dapat disesuaikan dan lebih lancar.
Cara mengukur/menyelidiki kepribadian ada bermacam-macam,
antara lain:
1. Observasi
Menilaian kepribadian dengan cara mengganti/memperhatikan
langsung tingkah laku serta kegiatan yang dilakukan oleh yang
bersangkutan, terutama sikapnya, caranya, bicara, kerja, dan juga
hasilnya.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan mengadakan tatap muka dan berbicara
dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Agar diperoleh hasil yang
murni, sebaiknya wawancara dilakukan secara santai, karena dengan
cara ini suasananya menjadi akrab, pembicaraan saling terbuka, sehingga
sesuatu yang diperlihatkan dan dikatakan orang yang di interview adalah
murni.
3. Inventory
Inventory adalah sejenis kuesioner (pertanyaan tertulis) yang harus
dijawab oleh responden secara ringkas, biasanya mengisi kolom jawaban
dengan tanda cek. Inventory yang terkenal dan banyak digunakan untuk
menilai kepribadian seseorang.
4. Tekhnik Proyektif
Cara lain mengukur/menilai kepribadian dengan menggunakan
tekhnik proyektif. Si anak/orang yang dinilai akan memproyeksikan
pribadinya melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya.
5. Biografi dan Autobiografi
Riwayat hidup yang ditulis orang lain (biografi) dan ditulis sendiri
(authobiografi) dapat juga untuk menilai kepribadian. Sejenis authobiografi
yang paling sederhana dapat dibuat oleh murid-murid dengan judul tulisan
pengalaman yang tak terlupakan atau cita-citaku setelah tamat sekolah
dan lain sebagainya.
6. Catatan Harian
Catatan
harian
seseorang
berisikan
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan sehari-hari, dapat juga dianalisis dan dijadikan bahan penelitian
kepribadian seseorang.
D. KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK UTAMA KEPRIBADIAN
Kepribadian
tumbuh
dan
berkembang
sepanjang
manusia,
terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di
lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya beberapa
jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu,
dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang
tua dalam membentuk pribadi seorang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani manusia,
berlangsung dari bayi hingga remaja, terutama kanak-kanak yaitu masa
yang paling baik dalam pembentukan kepribadian. Pada masa ini (usia 25 tahun) anak-anak sudah mulai dapat berkomunikasi secara lisan
(bahasa inteligensinya mulai berkembang dan mengerti perintah dan
larangan).
Selain alasan berkomunikasi, pada usia yang sangat muda ini,
kemampuan anak untuk membantah/menolak perintah relatif masih kecil
dan sebaliknya sangat mudah dibujuk untuk melakukan sesuatu karena
kondisi jiwanya yang sedang tumbuh dan masih lemah itu. Pada masa
bayi (0,0 – 1.0 tahun), pembentukan kepribadian berlangsung dengan
cara pembiasaan-pembiasaan.
Pembentukan kepribadian harus dilakukan dengan kontinu dan
diadakan pemeliharaan sehingga menjadi matang dan tidak mungkin
berubah lagi. Misalnya anak sewaktu masih kecil tergolong rajin belajar
dan membantu orang tua di rumah, tetapi setelah remaja berubah menjadi
pemalas. Hal ini mungkin karena kurangnya pemeliharaan, tidak pernah
diberi imbalan atau dengan kata lain motivasi belajar anak dibiarkan
rusak. Seharusnya, semua sifat atau kebiasaan yang baik harus dipelihara
dan dipupuk terus sampai dewasa agar tidak berubah lagi.
E. ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN
Prilaku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
a. Aspek Kognitif (pengenalan)
Yaitu pemikiran, ingatan hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas,
pengamatan,
dan
pengindraan.
Fungsi
aspek
kognitif
adalah
menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
b. Aspek Afektif
Yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam
perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan,
kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif
atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat
dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek itu sering disebut aspek
finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang
menyebabkan manusia bertingkah laku.
c. Aspek Motorik
Yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti
perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.
Walaupun para ahli telah menganalisis aspek-aspek tingkah laku
manusia, kita harus tetap berpegang pada pengertian manusia sebagai
satu kesatuan yang utuh, yaitu manusia yang berkehendak, berperasaan,
berpikir, dalam berbuat. Demikian pula dalam pembahasan tentang
kepribadian, kita harus tetap berpegang pada kebulatan dan keutuhan
kepribadian sebagai suatu organisasi jiwa raga yang dinamis. Analisis
aspek kepribadian hanyalah untuk memperdalam pemahaman dan
pengertian kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari
bahasa latin personare, yang berarti mengeluarkan suara. Istilah ini
digunakan untuk menunjukan suara dari percakapan seorang pemain
sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada mulanya istilah
personare adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana suara
pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti
pemain sandiwara itu sendiri.
Tempramen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Emosi
(perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, dan lain
sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan (warisan/turunan),
sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat berubah.
Watak (karakter, tabiat) adalah sifat-sifat yang berhubungan
dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih,
penjorok dan lain sebagainya. Sifat-sifat itu bukan bawaan lahir, tetapi
diperoleh setelah lahir.
Cara mengukur/menyelidiki kepribadian ada bermacam-macam,
antara lain:
1. Observasi
2. Wawancara (Interview)
3. Inventory
4. Tekhnik Proyektif
5. Biografi dan Autobiografi
6. Catatan Harian
Kepribadian
tumbuh
dan
berkembang
sepanjang
manusia,
terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di
lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya beberapa
jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu,
dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang
tua dalam membentuk pribadi seorang anak.
Prilaku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
a. Aspek Kognitif (pengenalan)
b. Aspek Afektif
c. Aspek Motorik
B. Saran
Dari penjelasan tentang kepribadian di atas tadi, setidaknya kita
sudah mengetahui sedikit tentang kepribadian manusia. Kita bisa
mengukur bagaimana kepribadian diri kita dan kepribadian orang-orang
yang ada di sekitar kita. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang
kepribadian ini kita bisa merubah kepribadian kita yang kurang baik dan
bisa mengingatkan orang yang kepribadiannya kurang baik dalam rangka
fastabiqul khoirot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs. Abu Ahmadi dan Drs. M. Umar M.A. Psikologi Umum. PT. Bina
Ilmu: Surabaya 2004.
2. Tim Silabus Gontor. Psikologi Pendidikan. Darussalam Press:
Ponorogo tt.
3. Drs. H. Ahmad Fauzi. Psikologi Umum Untuk IAIN, STAIN, PTAIS
Fakultas Tarbiyah. Pustaka Setia: Bandung 2008.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan tentang manusia tidak lepas dari membahas
tentang kepribadiannya. Karena memang manusia bisa diterima atau
tidaknya
di
lingkungannya
masyrakatnya
tergantung
dengan
kepribadiannya. Kalau kepribadiannya baik, maka orang-orang yang hidup
di sekelilingnya akan menerimanya dan menyenanginya. Begitu juga
sebaliknya, jika kepribadiannya tidak baik ia tidak disenangi atau bahkan
tidak diterima untuk hidup di lingkungan mereka. Maka, untuk mengukur
apakah kepribadian kita baik atau tidak baik sebaiknya kita mempelajari
tentang kepribadian manusi itu sendiri.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari tentang kepribadian manusia dan pegukurannya
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang
kepribadian manusia dan pegukurannya
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum.
C. Rumusan Masalah
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah
kami tidak begitu rinci dalam menjelaskan tentang kepribadian. Adapun
yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Kepribadian itu? Dan apa yang
memdekannya dengan Temperamen dan Watak?
2. Bagaimana cara mengukur Kepribadian itu? Dan siapa yang paling
dominan dalam pembentukan Kepribadian seseorang?
3. Aspek-aspek apa saja yang ada dalam Kepribadian?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari
bahasa latin personare, yang berarti mengeluarkan suara. Istilah ini
digunakan untuk menunjukan suara dari percakapan seorang pemain
sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada mulanya istilah
personare adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana suara
pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti
pemain sandiwara itu sendiri.
Dari sejarah pengertian tersebut tidak heran kita jika kata
personare yang mulanya berarti topeng kemudian diartikan pemainnya itu
sendiri yang memperankan peranan seperti yang digambarkan dalam
topeng tersebut. Akhirnya kata personare itu menunjukan tentang kualitas
dari watak atau karakter yang dimainkan dalam sandiwara itu. Kini kata
personare atau dalam bahasa Indonesianya sering disebut dengan kata
Personal itu oleh ahli Psikologi dipakai untuk menunjukan sesuatu yang
nyata dan dapat dipercaya tentang individu untuk menggambarkan
bagaimana dan apa sebenarnya individu itu.
Adapun Gordon W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian
sebagai berikut: Personality is the dynamic organization within the
individual of those psychophsical system that determine his unique
adjustment to his environment.
“Kepribadian ialah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam
diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap
lingkungannya.”
Namun kami menyimpulkan bahwa pengertian kepribadian adalah:
keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan,
bentuk
tubuh
serta
unsur-unsur
psiko-fisik
menampakkan diri dalam kehidupan seseorang.
lainnya
yang
selalu
B. PERBEDAAN TEMPERAMEN, WATAK, DAN KEPRIBADIAN
Tempramen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Emosi
(perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, dan lain
sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan (warisan/turunan),
sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat berubah.
Tempramen selalu menunjukkan hubungan/perpaduan yang erat
antara
rohaniah
temperamen
tinggi
dengan
adalah
jasmaniah.
seseorang
Seseorang
yang
yang
mudah
memiliki
emosi
(naik
darah/marah) diiringi dengan gerakan-gerakan tangan, kaki, mata, mulut
serta raut muka marah, pucat dan sebagainya. Sedangkan orang yang
penyabar dengan wajah tenang serta berbicara lambat serta irama yang
mantap.
Watak (karakter, tabiat) adalah sifat-sifat yang berhubungan
dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih,
penjorok dan lain sebagainya. Sifat-sifat itu bukan bawaan lahir, tetapi
diperoleh setelah lahir, yaitu hasil dari kebiasaan sejak dari kecil, atau
sebagai hasil dari pengaruh pendidikan/lingkungan sejak kecil. Sifatr-sifat
seperti ini terbentuk terutama pada masa-masa anak-anak sampai umur 5
tahun (balita), dan berkembang terus sampai masa sekolah dan remaja.
Berbeda
halnya
dengan
temperamen,
yang
sangat
sukar
dipengaruhi/ diubah, maka watak besar kemungkinannya untuk diubah.
Sifat jujur, pembohong, rajin, pemalas, percaya pada diri sendiri (optimis),
pesimis dan sebagainya, semuanya itu adalah hasil tempaan orang tua
dan pengaruh lingkungan sejak kecil.
Kepribadian adalah keseluruhan aspek yang terdapat di dalam diri
seseorang, termasuk di dalam temperamen dan watak. Di samping itu,
termasuk juga ke dalam kepribadian semua pola tingkah laku, kebiasaan,
sikap kecakapan, serta semua hal yang selalu muncul dari seseorang.
Dengan demikian, kepribadian mengandung arti yang lebih luas dari
temperamen dan watak, karena temperamen dan watak adalah sebagian
dari kepribadian.
C. MENGUKUR KEPRIBADIAN
Melakukan pengukuran terhadap kepribadian seseorang bertujuan
untuk dapat mengetahui corak kepribadian secara pasti dan terinci.
Dengan mengetahui corak atau tipe kepribadian seseorang, berarti
pengenalan kita terhadap dirinya menjadi lebih sempurna, sehingga
proses pendidikannya dapat disesuaikan dan lebih lancar.
Cara mengukur/menyelidiki kepribadian ada bermacam-macam,
antara lain:
1. Observasi
Menilaian kepribadian dengan cara mengganti/memperhatikan
langsung tingkah laku serta kegiatan yang dilakukan oleh yang
bersangkutan, terutama sikapnya, caranya, bicara, kerja, dan juga
hasilnya.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan mengadakan tatap muka dan berbicara
dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Agar diperoleh hasil yang
murni, sebaiknya wawancara dilakukan secara santai, karena dengan
cara ini suasananya menjadi akrab, pembicaraan saling terbuka, sehingga
sesuatu yang diperlihatkan dan dikatakan orang yang di interview adalah
murni.
3. Inventory
Inventory adalah sejenis kuesioner (pertanyaan tertulis) yang harus
dijawab oleh responden secara ringkas, biasanya mengisi kolom jawaban
dengan tanda cek. Inventory yang terkenal dan banyak digunakan untuk
menilai kepribadian seseorang.
4. Tekhnik Proyektif
Cara lain mengukur/menilai kepribadian dengan menggunakan
tekhnik proyektif. Si anak/orang yang dinilai akan memproyeksikan
pribadinya melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya.
5. Biografi dan Autobiografi
Riwayat hidup yang ditulis orang lain (biografi) dan ditulis sendiri
(authobiografi) dapat juga untuk menilai kepribadian. Sejenis authobiografi
yang paling sederhana dapat dibuat oleh murid-murid dengan judul tulisan
pengalaman yang tak terlupakan atau cita-citaku setelah tamat sekolah
dan lain sebagainya.
6. Catatan Harian
Catatan
harian
seseorang
berisikan
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan sehari-hari, dapat juga dianalisis dan dijadikan bahan penelitian
kepribadian seseorang.
D. KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK UTAMA KEPRIBADIAN
Kepribadian
tumbuh
dan
berkembang
sepanjang
manusia,
terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di
lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya beberapa
jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu,
dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang
tua dalam membentuk pribadi seorang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani manusia,
berlangsung dari bayi hingga remaja, terutama kanak-kanak yaitu masa
yang paling baik dalam pembentukan kepribadian. Pada masa ini (usia 25 tahun) anak-anak sudah mulai dapat berkomunikasi secara lisan
(bahasa inteligensinya mulai berkembang dan mengerti perintah dan
larangan).
Selain alasan berkomunikasi, pada usia yang sangat muda ini,
kemampuan anak untuk membantah/menolak perintah relatif masih kecil
dan sebaliknya sangat mudah dibujuk untuk melakukan sesuatu karena
kondisi jiwanya yang sedang tumbuh dan masih lemah itu. Pada masa
bayi (0,0 – 1.0 tahun), pembentukan kepribadian berlangsung dengan
cara pembiasaan-pembiasaan.
Pembentukan kepribadian harus dilakukan dengan kontinu dan
diadakan pemeliharaan sehingga menjadi matang dan tidak mungkin
berubah lagi. Misalnya anak sewaktu masih kecil tergolong rajin belajar
dan membantu orang tua di rumah, tetapi setelah remaja berubah menjadi
pemalas. Hal ini mungkin karena kurangnya pemeliharaan, tidak pernah
diberi imbalan atau dengan kata lain motivasi belajar anak dibiarkan
rusak. Seharusnya, semua sifat atau kebiasaan yang baik harus dipelihara
dan dipupuk terus sampai dewasa agar tidak berubah lagi.
E. ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN
Prilaku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
a. Aspek Kognitif (pengenalan)
Yaitu pemikiran, ingatan hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas,
pengamatan,
dan
pengindraan.
Fungsi
aspek
kognitif
adalah
menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
b. Aspek Afektif
Yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam
perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan,
kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif
atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat
dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek itu sering disebut aspek
finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang
menyebabkan manusia bertingkah laku.
c. Aspek Motorik
Yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti
perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.
Walaupun para ahli telah menganalisis aspek-aspek tingkah laku
manusia, kita harus tetap berpegang pada pengertian manusia sebagai
satu kesatuan yang utuh, yaitu manusia yang berkehendak, berperasaan,
berpikir, dalam berbuat. Demikian pula dalam pembahasan tentang
kepribadian, kita harus tetap berpegang pada kebulatan dan keutuhan
kepribadian sebagai suatu organisasi jiwa raga yang dinamis. Analisis
aspek kepribadian hanyalah untuk memperdalam pemahaman dan
pengertian kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari
bahasa latin personare, yang berarti mengeluarkan suara. Istilah ini
digunakan untuk menunjukan suara dari percakapan seorang pemain
sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada mulanya istilah
personare adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana suara
pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti
pemain sandiwara itu sendiri.
Tempramen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Emosi
(perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, dan lain
sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan (warisan/turunan),
sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat berubah.
Watak (karakter, tabiat) adalah sifat-sifat yang berhubungan
dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih,
penjorok dan lain sebagainya. Sifat-sifat itu bukan bawaan lahir, tetapi
diperoleh setelah lahir.
Cara mengukur/menyelidiki kepribadian ada bermacam-macam,
antara lain:
1. Observasi
2. Wawancara (Interview)
3. Inventory
4. Tekhnik Proyektif
5. Biografi dan Autobiografi
6. Catatan Harian
Kepribadian
tumbuh
dan
berkembang
sepanjang
manusia,
terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di
lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya beberapa
jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu,
dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang
tua dalam membentuk pribadi seorang anak.
Prilaku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
a. Aspek Kognitif (pengenalan)
b. Aspek Afektif
c. Aspek Motorik
B. Saran
Dari penjelasan tentang kepribadian di atas tadi, setidaknya kita
sudah mengetahui sedikit tentang kepribadian manusia. Kita bisa
mengukur bagaimana kepribadian diri kita dan kepribadian orang-orang
yang ada di sekitar kita. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang
kepribadian ini kita bisa merubah kepribadian kita yang kurang baik dan
bisa mengingatkan orang yang kepribadiannya kurang baik dalam rangka
fastabiqul khoirot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs. Abu Ahmadi dan Drs. M. Umar M.A. Psikologi Umum. PT. Bina
Ilmu: Surabaya 2004.
2. Tim Silabus Gontor. Psikologi Pendidikan. Darussalam Press:
Ponorogo tt.
3. Drs. H. Ahmad Fauzi. Psikologi Umum Untuk IAIN, STAIN, PTAIS
Fakultas Tarbiyah. Pustaka Setia: Bandung 2008.