MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN I baru

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN I
ANALISIS UTANG LUAR NEGERI

Tugas ini disusun untuk memenuhi salahsatu syarat untuk memperoleh nilai tugas pada
matakuliah Ekonomi Pembangunan I

Disusun Oleh:
Nama : HELMIYUDIN
NIM : 5553130346
Kelas : IV-A (Empat - A)

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratTuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupan isi
nya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendididkan.
Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dalam hal penyusunan
nantinya.

Serang, 24 Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAGIAN I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah

BAGIAN II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Utang Luar Negeri
2.2 Analisis Utang Luar Negeri Periode 2010-2014
2.3 Efek Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
BAGIAN III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka

BAGIAN I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia belum bisa lepas dari jerat utang. Data terbaru Bank Indonesia (BI)
menunjukkan, pertumbuhan utang luar negeri Indonesia pada Juli 2013 mencapai 7,3
persen (yoy). Pertumbuhan utang luar negeri ini sedikit mengalami perlambatan
dibandingkan pertumbuhan pada Juni 2013 sebesar 8 persen (yoy). Data yang dilansir BI
menunjukkan posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2013 tercatat sebesar
USD 259,54 miliar atau setara Rp 2.983 triliun. Utang luar negeri Indonesia banyak

didominasi utang jangka panjang yaitu sebanyak 82,3 persen. Sedangkan sisanya
merupakan utang jangka pendek.
Utang luar negeri merupakan suatu masalah serius pemerintah. Jika suatu negara
memiliki utang luar negeri masalah yang muncul adalah menyangkut beban utang yaitu
pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri. Semestinya pemerintah berupaya
meningkatkan pertumbuhan ekspor supaya cadangan devisa (pendapatan negara) menjadi
bertambah serta mengurangi kebiasaan utang. Lebih baik memanfaatkan sumber daya
yang ada secara kreatif tidak tergantung pada bantuan dari pihak luar.
Utang telah menempati peran penting melalui mekanisme ekonomi kapitalis. Dalam
konsep kapitalisme diarahkan dan dibenamkan pemikiran kita bahwa utang mengambil
peranan yang penting dari penempatan modal awal yang akan digunakan untuk memulai
suatu usaha sampai dengan ekspansi bisnis yang dilakukan oleh individu maupun
perusahaan serta pemerintah.
Konsep tersebut diterapkan dengan asumsi bahwa baik individu mau pun
perusahaan tidak akan memiliki cukup uang untuk melakukan rencana ekspansi/perluasan
usaha, sehingga sudah menjadi hal yang lumrah untuk mencari pinjaman. Bukannya

menunggu dari akumulasi keuntungan. Hutang dapat menjadi alat untuk mengumpulkan
dana kemudian diberdayagunakan dalam proses kegiatan suatu perekonomian.
Peningkatan utang pemerintah yang mengarah pada jebakan utang tentunya

memberikan beberapa dampak negatif yang akan menimpa bangsa Indonesia.Lalu kenapa
jalan ini yang dipilih untuk pembangunan? Padahal ini adalah Jerat dalam konsep utang
yang dapat menghancurkan sistem maupun struktur perekonomian Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian dari Utang Luar Negeri?
1.2.2 Hasil Analisis Utang Luar Negeri Indonesia Periode 2010-2014?
1.2.3 Apa Efek Utang Luar Negeri bagi Perekonomian Indonesia?

.

BAGIAN II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Utang Luar Negeri

1.2 Analisis Utang Luar Negeri Periode 2010-2014
Utang telah menempati peran penting melalui mekanisme ekonomi kapitalis.
Dalam konsep kapitalisme diarahkan dan dibenamkan pemikiran kita bahwa utang
mengambil peranan yang penting dari penempatan modal awal yang akan digunakan
untuk memulai suatu usaha sampai dengan ekspansi bisnis yang dilakukan oleh

individu maupun perusahaan serta pemerintah.
Konsep tersebut diterapkan dengan asumsi bahwa baik individu mau pun
perusahaan

tidak

akan

memiliki

cukup

uang

untuk

melakukan

rencana


ekspansi/perluasan usaha, sehingga sudah menjadi hal yang lumrah untuk mencari
pinjaman. Bukannya menunggu dari akumulasi keuntungan. Hutang dapat menjadi
alat untuk mengumpulkan dana kemudian diberdayagunakan dalam proses kegiatan
suatu perekonomian.
Statistik Utang Luar Negeri Indonesia merupakan media publikasi bersama antara
Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, yang menyajikan data utang luar negeri
Pemerintah Pusat, Bank Indonesia dan sector swasta. Namun, utang luar negeri
dimaksud tidak mencakup contingent liability. Penyusunan Statistik Utang Luar
Negeri dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan adanya informasi utang luar negeri
nasional yang komprehensif, dapat dan mudah dibandingkan (comparable) serta
terpercaya (realiable). Kebutuhan dimaksud juga didorong oleh faktor potensi risiko
utang luar negeri yang dapat menjadi salah satu pemicu kerentanan (vulnerability)
perekonomian Indonesia yang pada gilirannya dapat menciptakan biaya tersendiri
bagi perekonomian. Oleh sebab itu, penyajian Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
ini sangat relevan sebagai bahan monitoring dan pengendalian terutama bagi pelaku
pasar dan penyusun kebijakan
Dalam publikasi ini, utang luar negeri didefinisikan sebagai utang penduduk
( resident) yang berdomisili di suatu wilayah teritori ekonomi kepada bukan

penduduk (nonresident). Konsep dan terminologi utang luar External Debt Statistics:

Guide for compilers and Users (2003), beberapa ketentuan pemerintah Republik
Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia.
Materi publikasi ini mencakup data tentang komitmen, posisi, flows (penarikan
dan pembayaran), dan indikator beban hutang (debt burden). Posisi utang luar negeri
Indonesia disajikan menurut kelompok peminjam (Pemerintah, Bank Indonesia dan
Swasta), sector ekonomi, jenis mata uang, jenis kreditor, jenis instrumen serta jangka
waktu, baik asal maupun sisa waktu. Dengan demikian, publikasi Statistik Utang
Luar Negeri ini dapat digunakan untuk mengukur perkembangan berbagai sector
ekonomi dalam kaitannya dengan penyerapan utang luar negeri, risiko utang jangka
pendek dan mengantisipasi kebutuhan valas untuk
Berikut diketahui data Utang luar negeri berdasarkan Kelompok Peminjam. Periode
Tahun 2010-2014

Posisi Utang Luar Negeri Menurut Sektor Ekonomi (Konsumsi/Produksi) periode
tahun 2010-2014

Posisi Utang Luar Negeri Menurut Kreditor (Pemberi Pinjaman) Periode tahun 20102014

Dimulai dari tahun 2004 sampai dengan Desember 2009, posisi utang luar negeri
Indonesia secara nominal meningkat sebesar USD31,6 miliar (22,4%). Peningkatan

terjadi baik pada utang luar negeri pemerintah maupun swasta. Namun demikian,
pada periode yang sama peningkatan utang luar negeri tersebut diikuti peningkatan
PDB yang relatif lebih besar yaitu sebesar USD291,8 miliar (113,3%).
Secara umum beberapa indikator beban utang luar negeri Indonesia telah
memperlihatkan perbaikan signifikan. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap PDB
terus menurun. Pada 1998 tercatat sebesar 150%, kemudian menurun menjadi 54,9%

pada 2004 dan menjadi 31,5% pada 2009. Rasio utang terhadap ekspor juga mengalami
penurunan secara signifikan dari 179,7% pada 2004 menjadi 121,4% pada 2009. Pada
periode yang sama, debt service ratio Indonesia terlihat berfluktuasi. Pada 2004 debt
service ratio mencatat angka tertinggi 30,1%, kemudian terus menurun menjadi 22,7%
pada 2009.
Sementara itu, per 31 Desember 2009, rasio total utang pemerintah terhadap PDB
menurun tajam menjadi 29%, dari sebesar 47% pada tahun 2005, dan sebesar 89% pada
tahun 2000. Nilai rasio utang pemerintah terhadap PDB yang moderat merupakan
cerminan dari k kebijakan fiscal yang efisien dan berhati-hati.
Dari 2005 sampai dengan 2010, posisi utang luar negeri Indonesia secara nominal
meningkat sebesar USD65,5 miliar (48,7%). Peningkatan terjadi baik pada utang luar
negeri pemerintah maupun swasta. Namun demikian, pada periode yang sama
peningkatan utang luar negeri tersebut diikuti peningkatan PDB yang relatif lebih besar

yaitu sebesar USD424,0 miliar (146,5%).
Secara umum beberapa indikator beban utang luar negeri Indonesia telah
memperlihatkan perbaikan signifikan. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap PDB
terus menurun. Pada 1998 tercatat sebesar 150%, kemudian menurun menjadi 54,9%
pada 2004 dan menjadi 28,0% pada 2010. Rasio utang terhadap ekspor juga mengalami
penurunan secara signifikan dari 179,7% pada 2004 menjadi 108,5% pada 2010. Pada
periode yang sama, debt service ratio Indonesia terlihat berfluktuasi. Pada 2006 debt
service ratio mencatat angka tertinggi 25,0%, kemudian terus menurun menjadi 21,5%
pada 2010.
Sementara itu, per 31 Desember 2010, rasio total utang pemerintah (dalam dan
luar negeri) terhadap PDB menurun tajam menjadi 26%, dari sebesar 47% pada 2005,
dan sebesar 89% pada 2000. Nilai rasio utang pemerintah terhadap PDB yang moderat
merupakan cerminan dari kebijakan fiskal yang efisien dan berhatihati.
Dari 2005 sampai dengan 2011, posisi utang luar negeri Indonesia secara nominal
meningkat sebesar USD90,3 miliar (67,1%). Peningkatan terjadi baik pada utang luar
negeri pemerintah maupun swasta. Namun demikian, pada periode yang sama
peningkatan utang luar negeri tersebut diikuti peningkatan PDB (harga berlaku) yang
relative lebih besar yaitu sebesar USD536,8 miliar (190,2%)
Secara umum beberapa indicator beban utang luar negeri Indonesia telah
memperlihatkan perbaikan signifikan. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap PDB

terus menerus. Pada 1998 tercatat sebesar 150%. Kemudian menurun menjadi 54,9%

pada 2004 dan menjadi 26,6% pada 2011. Rasio utang terhadap ekspor juga mengalami
penurunan secara signifikan dari 197,7% pada 2004 menjadi 97,4% pada 2011. Pada
periode yang sama, debt service ratio Indonesia mencatat angka tertinggi 25,0% ,
kemudian terus menurun menjadi 21,2% pada 2011.
Sementara itu, per 31 Desember 2011, ratio total utang pemerintah (dalam dan luar
negeri) terhadap PDB menurun tajam menjadi 25%, dari sebesra 47% pada 2005, dan
sebesar 89% pada 2000. Nilai rasio utang pemerintah terhadap PDB yang moderat
merupakan cerminan dari kebijakan fiscal yang efisien dan berhati-hati.
Pada 2011, posisi ULN swasta meningkat cukup signifikan menjadi 106.7 miliar
USD (27,4% yoy) dibandingkan tahun sebelumnya peningkatan terutama disebabkan
berlakunya sanksi denda kepada perusahaan yang tidak melaporkan kewajiban utang luar
negeri berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 12/24/PBI/2010 tanggal 29 Desember
2010. Sanksi yang telah berlaku efektif sejak juli 2011 telah meningkatkan cakupan
pelaporan dan jumlah pelapor utang luar negeri swasta.
Dari tahun 2005 sampai dengan 2012 posisi utang luar negeri Indonesia meningkat
sebesar USD199.7 miliar (90,3%). Peningkatan terjadi tidak pada utang luar negeri
pemerintah dan bank sentral maupun swasta. Namun demikian, pada periode yang sama
peningkatan utang luar negeri tersebut diikuti peningkatan PDB yang relative lebih besar

yaitu sebesar USD520,9 miliar (141,1%).
Secara umum beberapa indicator beban utang luar negeri Indonesia
memperlihatkan pebaikan signifikan. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap PDB
terus menurun dari 35,9% pada 2006 menjadi 28,7% pada 2012. Sampai dengan 2012,
rasio utang terhadap ekspor turun secara signifikan dari 107,2% pada 2006 menjadi
97,3% pada 2011. Namun pada 2012 meningkat menjadi 113,6% terutama karena
turunnya ekspor. Pada periode yang sama, debt service ratio Indonesia terlihat
berfluktuasi. Pada 2006 debt service ratio Indonesia tercatat sebesar 17,6%, dan pada
2012 meningkat menjadi 14,9%.
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Oktober 2014 tumbuh 10,7%
(yoy), sedikit lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan September 2014 sebesar
11,2% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, posisi ULN pada akhir Oktober 2014
mencapai USD294,5 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir September
2014 sebesar USD292,3 miliar. Posisi ULN Oktober 2014 terdiri dari ULN sektor public
sebesar USD133,2 miliar (45,2% dari total ULN) dan ULN sektor swasta USD161,3
miliar (54,8% dari total ULN).

Perkembangan ULN pada Oktober 2014 dipengaruhi oleh pertumbuhan ULN
sector publik yang melambat di saat pertumbuhan ULN sektor swasta terakselerasi. ULN
sektor public tumbuh 5,9% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan
sebelumnya sebesar7,9% (yoy). ULN sektor publik didominasi oleh surat utang (53,5%
dari total ULN sektor publik)yang mencatat pertumbuhan 22,1% (yoy). Sementara itu,
ULN sektor swasta tumbuh 15,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
bulan sebelumnya yang sebesar 14,1% (yoy). ULN sektor swasta terutama dalam bentuk
perjanjian pinjaman (64,3% dari total ULN sektor swasta) yang tumbuh 9,7% (yoy).
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN masih didominasi ULN berjangka
panjang yang tumbuh melambat. Pada Oktober 2014, ULN berjangka panjang tercatat
sebesar USD245,6 miliar, atau mencapai 83,4% dari total ULN. Dari jumlah tersebut,
ULN berjangka panjang sektor public mencapai USD129,0 miliar atau 96,9% dari total
ULN sektor publik dan ULN berjangka panjang sektor swasta tercatat USD116,6 miliar
atau 72,3% dari total ULN swasta. ULN berjangka panjang pada Oktober 2014 tumbuh
10,5% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan September 2014 yang sebesar 11,3%
(yoy). Sementara itu, ULN berjangka pendek tumbuh 11,7% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 10,8% (yoy).
Pertumbuhan ULN swasta yang meningkat pada Oktober 2014 terutama didorong
oleh meningkatnya pertumbuhan ULN beberapa sektor ekonomi utama. Posisi ULN pada
akhir Oktober 2014 terutama terpusat pada sector keuangan, industri pengolahan,
pertambangan, dan listrik, gas & air bersih (pangsa 77,5% terhadap total ULN swasta).
ULN sector keuangan dan listrik, gas & air bersih masingmasing tumbuh sebesar 34,3%
(yoy) dan 5,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang
sebesar 31,5% (yoy) dan 3,4% (yoy). Sementara itu, ULN sector industri pengolahan
tumbuh 12,2% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan September 2014 sebesar
13,3% (yoy). Di sisi lain, ULN sektor pertambangan mengalami kontraksi 0,7% (yoy).
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN masih cukup sehat, namun perlu
terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap
memantau perkembangan ULN, khususnya ULN swasta. Hal ini dimaksudkan agar ULN
dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa
menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.

1.3

Efek Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia