Makalah Manajemen Perubahan Penyebaran P

Makalah Manajemen Perubahan
“Penyebaran Perubahan atau Inovasi Perubahan”

Oleh :

1.Nur Fadilah

(1210205240)

2. Maulina Octavia Sari (1210205282)
3. Reny Permata Sari

(1210205428)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA)

Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1


. Latar Belakang
Manajemen perubahan adalah proses terus-menerus memperbaharui
organisasi berkenaan dengan arah, struktur, dan kemampuan untuk melayani
kebutuhan yang selalu berubah dari pasar, pelanggan dan para pekerja itu sendiri.
Kegiatan manajemen perubahan harus berlangsung pada tingkat tinggi mengingat
laju perubahan yang dihadapi akan lebih besar dari masa sebelumnya.Agar terjadi
perubahan yang signifikan dan dapat diimplementasikan dengan baik kedalam
suatu organisasi, maka hal berikut ini harus segera terjadi, yakni:

 Orang harus memahami dengan jelas tentang apa yang dimaksud dengan
organisasi bisnis dan pelanggan. Dengan demikian, definisi yang jelas tentang
tujuan bersama diperlukan; dan
 Persyaratan kinerja baru harus dinyatakan dengan jelas dan dipahami oleh para
pekerja, sehingga mereka mampu melakukan perubahan perilaku sekaligus
merubah cara mereka melakukan bisnis, tentunya perubahan ini secara luas harus
selaras dengan tujuan organisasi. Dengan demikian, para manajer perlu
melakukan pembinaan untuk suatu perubahan yang konstruktif pada seluruh
organisasi. Ketika ide perubahan disampaikan kepada seluruh lapisan organisasi
sebagai sebuah mainstream, maka dengan sendirinya perlu dibarengi oleh

perubahan infrastruktur pembinaan yang sudah ada, yang dapat mengatasi segala
bentuk resistensi, sehingga mereka terdorong untuk mencoba dan menyesuaikan
diri dengan perubahan yang telah direncanakan.
 Kemampuan organisasi untuk bertahan hidup (survive) sangat ditentukan oleh
kemampuan organisasi untuk berubah, menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan yang dihadapi atau menyesuaikan diri dengan perubahan potensial

yang akan terjadi di masa mendatang.

Menurut McCalman perubahan suatu organisasi memerlukan apa yang disebut
dengan Perpetual Transition Management, yaitu suatu kerangka kerja manajemen
transisi yang akan memberikan sejumlah pemahaman penting tentang apa yang
memicu adanya perubahan-perubahan di dalam organisasi dan bagaimana
organisasi tersebut bereaksi terhadapnya. Model manajemen transisi tersebut
mencakup 4 (empat) macam proses yang saling terkait dan beroperasi pada
tingkatan yang berbeda dan mencakup berbagai factor yang berbeda pula dalam
hirarkhi keorganisasian. Adapun keempat macam lapisan tersebut adalah sebagai
berikut:

 Lapisan pemicu (the trigger layer), yang berhubungan dengan identifikasi

kebutuhan dan peluang-peluang untuk perubahan penting, yang dirumuskan
secara sadar dalam wujud peluang-peluang dan bukan dalam bentuk ancamanancaman atau krisis-krisis.

 Lapisan visi (the vision layer), yang menetapkan perkembangan masa yang akan
datang organisasi yang bersangkutan, dengan jalan menekankan suatu visi dan
mengkomunikasikannya secara efektif, sehubungan dengan arah kemana
organisasi tersebut sedang melaju.

 Lapisan konversi (the conversion layer) yang dibentuk guna memobilisasi
dukungan di dalam organisasi yang bersangkutan, bagi visi baru tersebut sebagai
metode yang paling tepat dalam hal menangani pemicu-pemicu perubahan
tersebut.

 Lapisan pemeliharaan dan pembaruan, yang mengidentifikasi cara-cara dengan
apa perubahan dipertahankan, serta dikembangkan melalui perubahan-perubahan
dalam sikap dan prilaku, dan dipastikan tidak akan kembalinya organisasi tersebut
ke tradisi-tradisi yang berlaku sebelumnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

. Penyebaran Perubahan / Inovasi Perubahan
Pengembangan/penyebaran perubahan pada organisasi merupakan sebuah

pendekatan komprehensif terhadap perubahan yang didesain untuk memperbaiki
efektifitas organisasi-organisasi secara menyeluruh. Definisi yang dikemukakan pada
intinya manyatakan bahwa pengembangan organisasi senantiasa berkaitan dengan
perubahan yang direncanakan. Adapun pandangan-pandangan dasar yang membedakan
pendekatan pengembangan organisasi dengan pendekatan-pendekatan perubahan
keorganisasian lainnya adalah :
 Penyebaran/pengembangan organisasi berupaya untuk menciptakan perubahan yang
diarahkan sendiri,terhadap apa orang-orang merasa adanya keterikatan.
 Penyebaran / pengembangan organisasi merupakan sebuah upaya perubahan yang
melingkupi seluruh organisasi
 Penyebaran / pengembangan organisasi secara tipikal sekaligus memberikan
perhatian terhadap upaya memecahkan problem-problem yang sudah ada.
 Penyebaran

/


pengembangan

kolaboratif,berupa

pengumpulan

organisasi

lebih

menekankan

data,diagnosis,dan

suatu

proses

kegiatan-kegiatan


untuk

mencapaipemecahan-pemecahan atas masalah-masalah yang dihadapi
 Penyebaran/pengembangan organisasi menekankan perhatian kepada efektifitas
keorganisasian dan perhatian kepada manusia melalui pengalaman kerja
Adapun sebuah proses perubahan primer,yang digunakan orang pada kebanyakan
program-program pengembangan organisasi adala”riset kegiatan-kegiatan (action
research)”.Action Research dapat kita nyatakan sebagai sebuah proses pemecahan
masalah yang berlandaskan data,sehubungan dengan perubahan keorganisasian yang
sangat erat berkaitan dengan metode ilmiah (french bell,1990:98-111).ia merupakan

sebuah pedekatan kuat terhadap perubahan keorganisasian,dan ia terdiri dari tiga
macam langkah pokok sebagai berikut :


Mengumpulkan informasi tentang masalah-masalah,hal-hal yang perlu
diperhatikan dan perubahan-perubahan yang diperlukan dari para anggota




organisasi yang bersangkutan.
Mengorganisasi informasi tersebut dengan cara tertentu yang bermakna,dan
kemudian membagikannya kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya



perubahan tersebut.
Melaksanakan perencanaan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus guna
memperbaiki masalah-masalah yang teridentifikasi

Adapun kekuatan dari Action Research terletak pada hal-hal berikut :
 Diagnosisnya yang cermat tentang situasi yang sedang berlaku di dalam
organisasi yang bersangkutan ,dan
 Keterlibatan para karyawan dalam proses perubahan tersebut

2.2

. Pengaruh Faktor Sistem Sosial Budaya
Perubahan


sosial

adalah

segala

perubahan

yang

terjadi

dalam

lembaga

kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya. Tekanan
pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok
manusia dimana perubahan memengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial

terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan
masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis, dan
kebudayaan. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu meliputi kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat, dan lainnya. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak memengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian, dalam prakteknya di lapangan kedua
jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan.

Dalam kehidupan nyata, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat, pasti akan
terjadi. Setiap segmen masyarakat hendaknya fleksibel terhadap perubahan yang akan
terjadi baik cepat maupun lambat. Dengan keunggulan seperti itu, masyarakat akan
mengurangi tingkat pengaruh negatif dari perubahan ini. Arah timbulnya pengaruh pun
dapat berasal dari dalam maupun luar. Berikut adalah penjelasan faktor-faktor perubahan
sosial berdasarkan arah timbulnya pengaruh

a. Internal Factor
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
Pertambahan penduduk yang sangat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam
struktur masyarakat, khususnya dalam lembaga kemasyarakatannya. Salah satu

contohnya disini adalah orang akan mengenal hak milik atas tanah, mengenal system
bagi hasil, dan yang lainnya, dimana sebelumnya tidak pernah mengenal. Sedangkan
berkurangnya jumlah penduduk akan berakibat terjadinya kekosongan baik dalam
pembagian kerja, maupun stratifikasi social, hal tersebut akan mempengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik
penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat
menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention). Suatu proses social dan
kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama
disebut dengan inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur
kebudayaanbaru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsure
kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat
yang bersangkutan. Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan
dapat

dibedakan

dalam

pengertian discovery dan invention. Discovery adalah


penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun yang berupa
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para
individu. Discovery sendiri akan berubah menjadi invention, jika masyarakat sudah
mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru tersebut.
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
Pertentangan ini bisa terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok
dengan kelompok. Mmisalnya saja pertentangan antara generasi muda dengan

generasi tua. Generasi muda pada umumnya lebih senang menerima unsur-unsur
kebudayaan asing, dan sebaliknya generasi tua tidak menyenangi hal tersebut.
Keadaan seperti ini pasti akan mengakibatkan perubahan dalam masyarakat
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar. Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akanm
membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berflaku pada lembaga-lembaga
kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan atau
ide-ide yang berbeda. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu
menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan
perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga

b. External Factor
Selain internal factor, pada masyarakat juga dikenal external factor. External
factor atau faktor luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang
menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan
sosial yang bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern).
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu
daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri
dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar
juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat
menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat
memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah. Misalnya,
terjadinya perang antarsuku ataupun negara akan berakibat munculnya perubahanperubahan, pada suku atau negara yang kalah. Pada umunya mereka yang menang
akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyarakatnya,
atau kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau negara yang mengalami
kekalahan. Contohnya, jepang yang kalah perang dalam Perang Dunia II,
masyarakatnya mengalami perubahan-perubahan yang sangat berarti.

3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan
yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat
diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Adanya proses
penerimaan pengaruh kebudayaan asing ini disebut dengan akulturasi. Jika suatu
kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan
muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser
atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut. Pengaruh-pengaruh itu dapat
timbul melalui proses perdagangan dan penyebaran agama.

 Faktor Pendukung dan Penghalang Proses Perubahan
Terjadinya suatu proses perubahan pada masyarakat, diakibatkan adanya faktor yang
mendorongnya, sehingga menyebabkan timbulnya perubahan. Faktor pendorong tersebut
menurut Soerjono Soekanto antara lain:

a. Faktor Pendukung Proses Perubahan
 Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi
adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu
lain. Dengan proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuanpenemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan
baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan
kepada semua masyarakat, hingga seluruh masyarakat dapat merasakan
manfaatnya
Proses difusi dapat menyebabkan lancarnya proses perubahan, karena
difusi memperkaya dan menambah unsur-unsur kebudayaan yang seringkali

memerlukan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan,
yang lama dengan yang baru.
 Sistem pendidikan formal yang maju
Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu, untuk
memberikan wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan bagaimana
caranya dapat berfikir secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada
individu untuk dapat berfikir secara obyektif. Hal seperti ini akan dapat
membantu setiap manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan
dapat memenuh kebutuhan zaman atau tidak.
 Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat akan
dapat menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya
hadiah nobel, menjadi pendorong untuk melahirkan karya-karya yang belum
pernah dibuat.
 Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
Adanya toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang itu
akan melembaga, dan akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus
dilakukan oleh masyarakat.
 Sistem terbuka pada lapisan masyarakat
Adanya system yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat
menimbulkan terdapatnya gerak social vertical yang luas atau berarti member
kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal
seperti ini akan berakibat seseorang mengadakan identifikasi dengan orang-orang
yang memiliki status yang lebih tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari
seseorang, hingga orang tersebut merasa memiliki kedudukan yang sama dengan

orang yang dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini
dilakukannya agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya
memiliki status yang tinggi tersebut.
 Adanya penduduk yang heterogen
Terdapatnya penduduk yang memiliki latar belakang kelompok-kelompok social
yang berbeda-beda, misalnya ideology, ras yang berbeda akan mudah menyulut
terjadinya konflik. Terjdinya konflik ini akan dapat menjadi pendorong
perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat.
 Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang
panjang, juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.
 Adanya orientasi ke masa depan
Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan datang,
dapat berakibat mulai terjadinya perubahan-perubahan dalam system social yang
ada. Karena apa yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa
yang akan datang.

b. Faktor Penghalang Proses Perubahan
Di dalam proses perubahan tidak selamanya hanya terdapat faktor
pendorong saja, tetapi juga ada faktor penghambat terjadinya proses perubahan
tersebut. Faktor penghalang tersebut antara lain:

 Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat

Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat diakibatkan karena suatu masyarakat
tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat pula karena ditindas oleh masyarakat
lain.
 Sikap masyarakat yang tradisional
Adanya suatu sikap yang membanggakan dan memperthankan tradisi-tradisi lama
dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses perubahan.
Karena adanya anggapan bahwa perubahan yang akan terjadi belum tentu lebih
baik dari yang sudah ada.
 Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.
Organisasi sosial yang telah mengenal system lapisan dapat dipastikan aka nada
sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan
tersebut. Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang
mengalami transisi. Pada masyarakat yang mengalami transisi, tentunya ada
golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses
transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya,
sulit bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses
perubahan.
 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Hal ini biasanya terjadi dalam suatu masyarakat yang kehidupannya terasing,
yang membawa akibat suatu masyarakat tidak akan mengetahui terjadinya
perkenmbangan-perkembangan yang ada pada masyarakat yang lainnya. Jadi
masyarakat tersebut tidak mendapatkan bahan perbandingan yang lebih baik
untuk dapat dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada pada masyarakat
tersebut.

 Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Anggapan seperti inibiasanya terjadi pada masyarakat yang pernah mengalami hal
yang pahit dari suatu masyarakat yang lain. Jadi bila hal-hal yang baru dan berasal
dari masyarakat-masyarakat yang pernah membuat suatu masyarakat tersebut
menderita, maka masyarakat ituakan memiliki prasangka buruk terhadap hal yang
baru tersebut. Karena adanya kekhawatiran kalau hal yang baru tersebut diikuti
dapat menimbulkan kepahitan atau penderitaan lagi.
 Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
Hambatan ini biasanya terjadi pada adanya usaha-usaha untuk merubah unsurunsur kebudayaan rohaniah. Karena akan diartikan sebagai usaha yang
bertentangan dengan ideologi masyarakat yang telah menjadi dasar yang kokoh
bagi masyarakat tersebut.
 Adat atau kebiasaan
Biasanya pola perilaku yang sudah menjadi adat bagi suatu masyarakat akan
selalu dipatuhi dan dijalankan dengan baik. Dan apabila pola perilaku yang sudah
menjadi adat tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan, maka akan sulit untuk
merubahnya, karena masyarakat tersebut akan mempertahankan alat, yang
dianggapnya telah membawa sesuatu yang baik bagi pendahulu-pendahulunya.

2.3

. Pengaruh Faktor Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai

subsistem dalam organisasi.Kompetensi komunikasi yang baik antar karyawan akan
mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya,sehingga tingkat
kinerja suatu organisasi menjadi semakin baik dan sebaliknya. Bagaimanapun juga
keefektifan komunikasi di dalam organisasi di pengaruhi oleh :

(1) saluran formal
(2) struktur organisasi
(3) spesialisasi tugas dan
(4) dimilikinya informasi tertentu oleh orang per orang.
Makin panjang saluran formal, makin tidak efektif komunikasi; makin
kompleks struktur organisasi makin sulit komunikasi; komunikasi di dalam kelompok
relatif mudah,antar kelompok relatif sulit, dan makin banyak informasi unit dimiliki
orang per orangmakin kompleks komunikasi.
Komunikasi mempunyai pengaruh yang penting terhadap kinerja pegawai.Salah
satu jenis komunikasi yang sangat penting adalah komunikasi interpesonal atau
komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara beberapa pribadi yang
memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung.Dalam
operasionalnya komunikasi berlangsung secara timbal balik dan mengasilkan
feedback secara langsung dalam menanggapi suatu pesan.Komunikasi yang dilakukan
dengan dua arah dan feedback secara langsung akan memungkinkan terjadinya
komunikasi yang efektif .
Di dalam suatu organisasi khususnya perkantoran,proses komunikasi adalah
proses yang yang pasti dan selalu terjadi.Komunikasi adalah sarana untuk
mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran.Perkantoran
yang berfungsi baik ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari
berbagai kompone

PENUTUP

KESIMPULAN

Suatu perubahan social dalam kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang bertindak sebagai pendukung dan penghambat jalannya proses perubahan social tersebut.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (internal factor) serta juga
dapat berasal dari luar lingkupan masyarakat (External factor). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan perubahan masyarakat berdasarkan arah antara lain, Internal Factor yang didalamnya
terdapat pelbagai faktor, Dinamika Penduduk, Penemuan-penemuan baru, Munculnya
pertentangan, dan Terjadinya Pemberontakan. Sedangkan faktor yang kedua adalah External
Factor, terdiri dari Bencana Alam, Perang dan Kebudayaan masyarakat lain.
Faktor pendukung perubahan social antara lain, kontak dengan kebudayaan lain, sistem
pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk
maju, toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation), sistem terbuka pada
lapisan masyarakat, adanya penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang kehidupan tertentu dan adanya orientasi ke masa depan.
Faktor penghambat perubahan social antara lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang
lambat, sikap masyarakat yang tradisional, adanya kepentingan yang telah tertanam dengan
kuatnya, kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, adanya prasangka buruk terhadap hal-hal
baru, adanya hambatan yang bersifat ideologis dan adat atau kebiasaan.