EKOLOGI PERTANIAN EKOLOGI PERTANIAN EKOLOGI PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
STUDI LAPANG DI 3 TEMPAT YANG BERBEDA
(JATIKERTO, MALANG, DAN CANGAR)

Disusun Oleh
Kelompok : IV
Kelas : K
Asisten : Nurul Farida

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN
Laporan Ekologi Pertanian

Page 1

STUDI LAPANG DI 3 TEMPAT YANG BERBEDA
(JATIKERTO, MALANG, DAN CANGAR)

Oleh :

KELOMPOK 4
Kelas K

Maimunah Amalia

125040101111153

Afif Maysyaroh

125040101111150

Yunita Wijayanti

125040101111155

Tiananda R.

125040101111152


Eka Indira Agustin 125040101111158

Fhendiane R.

125040101111160

125040101111163

Bariroh F.

125040101111165

Ridhuwan Pratama 125040101111164

Basa Uli S.

125040101111166

Aditya Yudistira


Dewi Mardiana U.

125040101111170

Anandita W.P.

125040101111168

Yuli Putri P.

125040101111178

Doni Suhendra

125040101111172

Nur Khasanah M.

125040101111180


Ardeka T.G.P.

125040101111174

Mutiara Novitaria

125040101111186

Chatarina P.

125040101111182

Ajeng Lutfiah

125040101111188

Emalia

125040101111184


Asisten : Nurul Farida
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan
Laporan Ekologi Pertanian

Page 2

Asisten

CO Asisten

Nurul Farida

Adi Setiawan


115040213111049

Tanggal Pengesahan

KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Ekologi Pertanian
Studi Lapang di 3 Tempat Yang Berbeda(Jatikerto, Malang, dan Cangar) sebagai salah satu
kajian materi yang harus dipenuhi dalam mata kuliah EKOLOGI PERTANIAN.
Laporan Ekologi Pertanian

Page 3

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya laporan yang
lebih baik.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada
khususnya.


Malang, 26 November 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................................... 1
Lembar Data Anggota.................................................................................................. .....

2

Lembar Pengesahan..................................................................................................... .....

3

Laporan Ekologi Pertanian

Page 4

Kata Pengantar............................................................................................................. .....
Daftar isi......................................................................................................................


4

.... . 5

BAB I Pendahuluan
1.1

Latar Belakang............................................................................................ .....

7

1.2

Rumusan Masalah...................................................................................... .... . 9

1.3

Tujuan........................................................................................................ ...... 9


1.4

Manfaat........................................................................................................ ...... 9

BAB II Tinjauan Pustaka
2.1

Analisis Vegetasi, Faktor Abiotik : Suhu, Radiasi Matahari..............................

. 10

2.2

Faktor Abiotik Tanah....................................................................................... .....

2.3

Arthopoda........................................................................................................ ...... 25

18


BAB III Metodelogi
3.1

Alat, Bahan Beserta Fungsinya............................................................................... 34

3.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu, Udara, Radiasi Matahari)........... . 34
3.1.2 Faktor Abiotik (tanah)............................................................................... ...... 34
3.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthopoda pada Agroekosistem)......................... . 34

3.2

Langkah Kerja di Lapang................................................................................... .. 35

3.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik(Suhu,Udara,Radiasi Matahari).............. .. 35
3.2.2 Faktor Abiotik (Tanah) .................................................................................

.. 36

3.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthopoda pada Agroekosistem)....................... . 36

Laporan Ekologi Pertanian

Page 5

BAB IV Hasil Dan Pembahasan
4.1

Perhitungan + Tabel Pengamatan................................................................... .....

4.1.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik............................................................

. 38

4.1.2 Faktor Abiotik (Tanah)................................................................................. .....
4.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthopoda pada Agro ekosistem........................
4.2

38

64

. 70

Pembahasan...................................................................................................... .....

88

4.2.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik............................................................

88

4.2.2 Faktor Abiotik (Tanah)................................................................................. ....

90

4.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthopoda pada Agro ekosistem..........................

90

BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan......................................................................................................... .....

91

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... .....

93

LAMPIRAN
-

Perhitungan SDR.............................................................................................. .... . 94

-

Dokumentasi................................................................................................... .....
110

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Laporan Ekologi Pertanian

Page 6

Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makhluk
hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali jenis-jenis makhluk hidup, mulai dari
tumbuhan dan binatang yang sangat kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur,
amoeba dan bakteri. Meskipun demikian semua makhluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa hidup
sendirian. Masing-masing tergantung pada makhluk hidup yang lain atupun benda lain
disekelilingnya. Antar makhluk hidup yang saling membentuk hubungan timbal balik dengan
lingkungannya disebut ekosistem. Ekosistem terdiri atas komponen yang bekerja secaara teratur
sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup disuatu tempat
yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan tempat yang teratur. Keteraturan terjadi oleh
adanya materi dan energi yang terkendali oleh arus informasi antara kompone dalam ekosistem.
Ekologi menunjukkan suatu keadaan atau susunan dari sistem ekologi pada waktu dan
tempat tertentu. Keadaan itu termasuk kepadatan/kerapaatan, biomassa, penyebaran potensi
unsur-unsur hara, energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang memberi karateristik kondisi
sistem

tersebut

yang

kadang-kadang

mengalami

perubahan.

Sedangkan

fungsinya

menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam sistem ekologi dan ekosiste. Pada
bidaabng pertanian yaitu seperti : tanah, biota tanah, vegetasi, hewan/ternak, komponen iklim
(hujan, radiasi, matahari), nutrisi/pupuk, pestisida, sungai, air, manusia, teknologi, dan lain-lain.
Ekologi pertanian adalah aplikasi daari konsep ekologi yang prinsip-prinsipnya untuk
menyusun serta mengatur agroekosistem berkelanjutan. Agroekosistem sebagai bentuk ekosistem
binaan manusia ditujukan untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas
yaang sesuai dengan kebutuhan manusia. Konsep agroekosistem yaitu terjadi interaksi antara
komponen pertanian dan bila interaksi normal lebih besar maka akan terjadi keseimbangan.
Dalam sistem ekologi tumbuhan, kehidupan tanaman selalu mengalami interaksi terhadap
lingkungannya. Baik pada sesama tumbuhan maaupun dengan lingkungan sekitarnya dan
membuat suatu siklus yang selalu berkesinambungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan lingkungan dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Faktor Abiotik
Adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia, antara lain:

Laporan Ekologi Pertanian

Page 7

 Suhu yaitu sesuatu yang berhubungan dengan ukuran derajat panas dinginnya
suatu tempat dan pada waktu tertentu yang biasanya ditunjukkan dengan satuan
celcius.
 Sinar matahari merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis.
 Tanah adalah salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi penting dalam
ekosistem.
 Air berpengaruh terhadap ekosistem, karena air dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup organisme.
 Ketinggian tempat menentukan jenis organismeyang hidup ditempat tersebut,
karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang
berbeda.
 Angin berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran
biji tumbuhan tertentu .
2. Faktor Biotik
Adalah faktor hidup yang mempengaruhi pada suatu jenis tumbuhan antara lain :
 Individu merupaakan organisme tunggal
 Populasi adalah sekumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan
pada waktu tertentu.
 Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu
dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
 Ekosistem adalah interaksi yang terjadi antara komunitas dan lingkungannya.
Praktikum Ekologi pertanian ini dilakukan untuk mempelajari interaksi antara komponen –
komponen yang ada dalam system pertanian atau lebih tepatnya mempelajari hubungan timbale
balik antar komponen agroekosistem dan dinamika proses – proses Ekologi. Khusus untuk study
lapang ekologi pertanian ini, dilakukan pada dataran rendah Jatikerto semusim yang akan
membahas tentang analisis vegetasi dan keragaman Anthropoda.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan tema yang dibahas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu :
1.2.1 Bagaimana mengetahui klasifikasi vegetasi dan faktor abiotik ( suhu, udara, dan
radiasi matahari ) pada tanaman semusim dan tahunan di Cangar, Malang dan
Jatikerto.
1.2.2 Bagaimana mempelajari keragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman
semusim dan tahunan di Cangar, Malang dan Jatikerto.

Laporan Ekologi Pertanian

Page 8

1.3

Tujuan
Adapun tujuan dari study lapang yang dilakukan di Jatikerto semusim ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui analisis vegetasi dan factor abiotik (suhu, udara, dan radiasi
matahari) pada tanaman semusim dataran rendah Jatikerto.
1.3.2 Untuk mengetahui keragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman semusim
dataran rendah Jatikerto.

1.4

Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan ini adalah :
1.4.1 Menambah informasi tentang keragaman arthopoda disekitar kita
1.4.2 Menjadi referensi untuk pembelajaran dibidang ekologi pertanian khususnya
1.4.3 Menjaid sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Analisis Vegetasi, Faktor Abiotik : Suhu, Radiasi Matahari

Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susuna (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka
kegiatan analisis vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakkan petak contoh, dan teknik analisis
vegetasi yang digunakan (Hairiah, 2010).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang
ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada
dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa
vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita dapat menentukan luas pada contoh yang kita

Laporan Ekologi Pertanian

Page 9

anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area
(KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan :
1. Luas minimum suatu petak yang dapat muewakili habitat yang akan diukur.
2. Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang, jalur
lyang mewakili jika mengunakan metode jalur.
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara
sistematik (systematic sampling), random sampling hanya mungkin digunakan jika v getasi
homogeny, misalnya hutan tanaman atau padang rumput. Sedangkan untuk penelitian dianjurkan
untuk mengyjunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data
yang dihasilkan dapat bersifat (Hairiah, 2010).
Untuk data vegetasi, kita tidak bias terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri
dan komponen tersebutlah yang menjadi focus dalam pengukuran vegetasi. Kompenen tumbuhtumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub)

: Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai
yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

2. Epifit (Epiphyte)

: Tumbuhan yang hidup di permukaan tumbuhan lain. epifit mungkin
hidup sebagai parasit atau hemit-parasit.

3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti
akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm)

: Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya
tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1
cm dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun
merambat atau memanjat untuk penyokongannya seperti kayu atau
belukat.
6. Terna (Herb)

: Tumbuhan yang merambat di tanah , namun tidak menyerupai rumput,
daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidakk lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai
lembut yang kadang-kadang keras.

7. Pohon (Tree)

: Tumbuhan yang memiliki kayu besar , tinggi memiliki satu batang atau
tangkai utama dengan ukuran deameter lebih dari 20 cm.

Laporan Ekologi Pertanian

Page 10

Adapun parameter vegetasi yang diukur di lapangan secara langsung adalah:
a.
b.
c.
d.

Nama jenis (Lokal atau botanis)
Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
Penutupan tajuk untuk mengetahui presentase penutupan vegetasi terhadap lahan
Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung

volume pohon
e. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting
untuk mengetahui stratifikasi dan bersama deameter batang dapat diketahui ditaksir
ukuran volume pohon (Soerianegara, 2005).
Analisis vegetasi menghasilkan data yang menggambarkan peranan suatu spesies di
dalam vegetasinya. Dalam analisis ini termasuk penentuan distribusi tumbuhan (frekuensi),
kerapatan, kerimbunan (cover) dan luas bidang dasar spesies atau luas basal (basal area), yaitu:

1. Frekuensi
Frekuensi menggambarkan penyebaran suatu spesies tumbuhan disuatu vegetasi,
dapat dinyatakan dengan perbandingan (persentase) tempat pengambilan contoh yang
yang ditumbuhi spesies tersebut (Arisoesilaningsih, 2009). Frekuensi ini dipengaruhi
beberapa faktor yaitu:


Luas petak contoh



Distribusi tumbuhan



Ukuran jenis tumbuhan
Frekuensi Mutlak (FM)

Frekuensi Nisbi (FN)

Laporan Ekologi Pertanian

Page 11

2.

Kerapatan
Kerapatan adalah nilai yang menunjukkan jumlah individu dari jenis-jenis yang

menjadi anggota suatu komuditas tumbuhan dalam luasan tertentu. Sementara itu,
kerapatan relative menunjukkan persentase dari jumlah individu dari jenis-jenis yang
menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu. Kesulitan-kesulitan
dalam menghitung kerapatan ialah :
1) Banyak memakan waktu dalam menghitung, dan sulit untuk menentukan satuan pada
jenis-jenis yang berimpun dan menjalar.
2) Harus dibuat suatu perjanjian untuk jenis-jenis tumbuhan yang berada pada tepi
mpetak contoh, seperti daun yang berada diluar petak contoh, sedangkan akar dan
batangnya berada didalam petak contoh.
Kerapatan Mutlak (KM)
=

Kerapatan Nisbi (KN)

= X 100%

3.

Dominansi
Dominansi adalah parameter yang digunakan untuk menunjukkan luas suatu area

yang ditumbuhi suatu spesies (jenis tumbuhan) atau kemampuan suatu jenis tumbuhan
dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya (Hairiah 2010).

Dalam pengukuran

dominansi, dapat digunakan persen kelindungan (penutupaan tajuk) dan luas basal area
Laporan Ekologi Pertanian

Page 12

Kelindungan Atau Penutup Tajuk
Dalam menghitung penutupan tajuk ini, biasanya dilakukan dengan cara
mengukur luasan tajuk untuk tiap jenis yang terdapat dalam petak contoh,kemudian dicari
dominasi relatifya. Selanjutnya persen penutupan tajuk dapat diukur dari proyeksi tajuk
ke tanah.

Luas basal area
Satuan ini biasanya digunakan untuk komunitas yang terbentuk pohon. Pengukuran
dilakukan dengan mengukur diameter batang pohon pada setinggi dada( 130 cm) atau 50
cm diatas akar papan(banir) untuk pohon yang mempunyai akar papan.
Dominasi Mutlak

Dominasi Nisbi

Luas basal area

Keterangan:
d1 = diameter terpanjang suatu spesies
d2 = diameter spesies yang tegak lurus dengan d1
4.

Menentukan Nilai Penting (Importance Value = IV)
Merupakan jumlah nilai nisbi dari dua atau tiga parameter yang dibuat. Nilai

Penting digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau

Laporan Ekologi Pertanian

Page 13

dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologi suatu jenis dalam
komunitas.

Importance Value (IV) = KN + FN + DN

5.

Menentukan Summed Dominance Ratio (SDR)
Perbandingan nilai penting, menunjukkan nilai jumlah penting dibagi jumlah

besaran dan nilainya tidak pernah lebih.

Summed Dominance Ratio (SDR) =

Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah factor yang berasal darialam semesta yang tidak hidup, misalnya udara,
air,cahaya, dan lain-lain. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan manusia
dan yang dapat mempengaruhi ekosistem antara lain:
1. Tanah
Tanah merupakan sumberdaya alam yang memilii fungsiyang penting dalam ekosistem.
Fungsinya antara lain:
 Sebagai media tumbuh.
 Sebagai tempat habitat mikroba tanah.
 Sebagai tempat penyimpanan bahan organik.
 Sebagai pengatur tat air.
 Sebagai media konstruksi.
Tanah juga ditempati oleh komponen biotic seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan
aktifitasnya setiap hari.
2. Suhu atau Temperatur

Laporan Ekologi Pertanian

Page 14

Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan
biasanya diekspresikan dalam skala derajat Celsius. Factor-faktor yang mempengaruhi
suhu, antara lain:
 Ketinggian suatu tempat.
 Sudut datang sinar matahari.
 Lama penyinaran matahari.
 Luas tajuk tanaman.
 Kmdungan air dalm tanah.
3. Sinar atau Cahaya Matahari
Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan
suhu. Sinar matahari juga merupakan unsure vitalyang dibutuhkan oleh tumbuhan
sebagai produsen untuk berfotosintesis.
Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:
a. Temperature matahari yang tinggi.
b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan, dan atmosfir.
4. Air
Sekitar 80-90% tubuh makhluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut
di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencgah sel dari
kekeringan. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan
penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup
lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain
misalnya tanah dan batuan air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.
5. Udara
Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran
biji tumbuhan tertentu. Angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir
yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah yang dingin pada atmosfir. Udara di
atmosfir tersusun atas nitrogen (N2) 78%, oksigen (O2) 21%, karbondioksida (CO2)
0,03%, dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan udara terbesar di atmosfer bumi.
6. Mineral
Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K),
KALSIUM (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineralmineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah.
Laporan Ekologi Pertanian

Page 15

Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk
penyusun tubuh. Selain itu, mineral juga untuk menjaga keseimbangan asam basa dan
mengatur funsi fsikologi (faal) tubuh.
7. Keasaman (Ph)
Keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mamahkluk hidup
memerlukan lingkungan yang memiliki Ph netra. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di
lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang
umumnya bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan di
daerah lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas
gambut. Oleh karena itu, sulit dijadikan areal pertanian jikatidak diolah dan dinetralkan
terlebih dahulu. Tanah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk
kapur. Sedangkan, tanah bersifat basa dsapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang.
8. Kadar Garam
Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan
tumbuhan itu. Didaerah yang berkadaar garam tiggi hanya tumbuhan tertentu. Misalnya
pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan yang berkadar garan tinggi.
9. Topografi
Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi
berkaitan dengan kelembaban, cahya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi
berbagai factor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman
hayati di daerah perbukitan berbeda dengan di daerah datar. Organisme yang hidup di
daerah berbukit berbeda dengan datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran
mahkluk hidup.
10. Garis Lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis
lintang secara tidak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan
bumi. Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki
Laporan Ekologi Pertanian

Page 16

curah hujan yang tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan
merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu ratarata 270, Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.
Radiasi matahari adalah pancaran energy yang berasal dari proses thermonuklir yang
terjadi di matahari. Ada beberapa radiasi solar, dan yang terpenting adalah radiasi
elektromagnetik (yang berhubungan dengan listrik dan magnet). Radisimagnetik bias
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Radiasi yang terlihat oleh mata kita (visible radiation)
2) Radiasi yang tidak dapat kita rasakan (kulit, wajah), namanya radiasi infra merah
2.2

Faktor Abiotik Tanah
Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam

horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organic, air dan udara, dan
merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.
Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu: Pertama bahan mineral, dalam tanah berasal
dari pelapukan batu-batuan, oleh karena itu susunan mineraldi dalam tanah berbeda-beda sesuai
dengan susunan mineral batu-batuan yang dilapuk. Kedua bahan organik, umumnya ditemukan
di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruh terhadap sifatsifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya
juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:






Untuk memperbaiki struktur tanah
Sumber unsur hara
Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur
Sumber energi bagi mikroorganisme.

Ketiga air, terdapat di dalam tanah karena ditahan karena keadaan drainase yang kurang baik.
Baik kekurangan air ataupun kelebihan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Gunanya
air bagi pertumbuhan tanaman adalah:



Sebagai unsur hara tanaman
Sebagai pelarut unsur-unsur hara yang terlarut dalam air, diserap oleh akar-akar tanaman



dari larutan tersebut.
Sebagai bagian dari sel-sel tanaman’

Laporan Ekologi Pertanian

Page 17

Keempat udara, udara dan air mengisi pori-pori tanah.
Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk yang terbentuk karena hasil dari
proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan
induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses percampuran bahan organik dengan bahan
mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, yang dapat menghasilkan horisonhorison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah (Hardjowigeno, 1987)
Sifat dan ciri horison:


Horison A: horison di permukaan tanah yang terdiri atas campuran bahan organik dan
bahan mineral. Banyak mengandung sisa tanaman, sehingga banyak mengandung humus,



warnanya kelam muda hingga tua.
Horison B: bagian-bagian tanah yang halus dari horison A, akibat dari pelunturan oleh
air. Lapisan ini dapat mengandung/menyerap banyak air dan tebalnya hanya tidak lebih
dari 1-2 meter. Lapisan ini tidak mengandung bahan organis, namun banayk mengandung





zaat-zat mineral yang luntur ke bawah.
Horison C: horison ini banyak mengandung zat-zat mineral, namun tidak
Horizon O, horizon ini ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang belum
terganggu. Merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.

Ciri-ciri tanah subur antara lain: tekstur dan struktur tanahnya baik, yaitu butir-butir tanahnya
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil; banyak mengandung garam yang berguna untuk
makanan tumbuh-tumbuhan; dan banyak mengandung air untuk melarutkan garam-garaman.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif partikel pasir, debu, dan liat dalam tanah. Tanah
dengan proporsi liat yang tinggi umumnya dinyatakan sebagai tanah liat atau lebih ringkas
disebut liat. Tanah yang sangat berpasir dapat dinyatakan sebagai pasir. Tanah yang mempunyai
proporsi pasir, debu, dan liat dalam keadaan yang imbang dinyatakan sebagai lempung.
Struktur tanah adalah susunan partikel pasir, debu, dan liat menjadi satuan yang lebih besar.
Pentingnya struktur tanah adalah untuk meningkatkan infiltrasi air, mengurangi erosi serta
meningkatkan jumlah air tersedia untuk tanaman; meningkatkan daya perkecambahan biji,
pertumbuhan akar, dan kedalaman perakaran serta meningkatkan pemeabilitas (cepat lambatnya
air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun ke arah
vertikal ).

Laporan Ekologi Pertanian

Page 18

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk mengalirkan air atau udara. Dalam kaitan
drainase tanah, permeabilitas adalah kecepatan pergerakan udara dan air dalam tanah. Pergerakan
ini dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Jika permeabilitas tinggi: air bergerak cepat, jika
permeabilitas rendah: air bergerak lambat. Drainase adalah frekuensi dan durasi (lama)
kejenuhan (waktu pada kondisi tanah tergenang). Drainase tanah dipengaruhi oleh posisi
landscape dan permeabilitas tanah. Permeabilitas dipengaruhi oleh diameter atau ukuran poripori tanah dan kontinuitas atau lancar tidaknya pori-pori.
Temperature tanah akan menentukan kecepatan penguraian seresah, aktifitas kehidupan florafauna tanah serta penyerapan nutrisi oleh akar tanaman. Pengukuran temperature tanah dilakukan
dengan termometer tanah. Sedangkan kelembaban tanah menggambarkan banyaknya air yang
dikandung sejumlah tanah disuatu tempat. Kelembaban tanah yang tinggi tidak selalu diiringi
oleh ketersediaan air tanah yang tinggi pula. Hal ini dipengaruhi oleh teksture tanah.
Ketersediaan air tanah menggambarkan besarnya energi yang diperlukan untuk membebaskan air
dari substratnya (handayanto,2009).
Sifat kimia tanah, salah satunya adalah keasaman atau pH. Penentuan pH tanah sangat
diperlukan dalam bidang ekologi. Alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui
adalah untuk menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pH tanah
juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman dan pH tanah
sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah.
Senyawa organik falam tanah berasal dari penguraian sampah atau seresah oleh flora-fauna
tanah. Bahan organik ini mempun yai daya serap air dan mineral yang baik dan dapat ratusan kali
lebih besar daripada tanah liat.
Warna tanah, warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan
bahan organik, maka warna makin gelap. Warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan
banyaknya senyawa Fe(besi) yang didapat (Hardjowigeno,1987).
Fungsi tanah adalah




Media tumbuh
Tempat tumbuh dan berkembangya perakaran
Penyerap zat-zat tanaman dan unsur hara

Laporan Ekologi Pertanian

Page 19







Penyediaan kebutuhan primer tanaman
Tempat hidup habitat tanah(mikroorganisme)
Tempat penyimpanan bahan organik
Pengatur tata air(pelepasan dan penyimpanan air)
Tanah sebagai media kostruksi

JENIS TANAH
Dalam ilmu tanah dikenal nama nama jenis tanah yang dibentuk menurut situasi dan kondisi
setempat atau lenih luas lagi yang biasa disebut dengan “zona” atau daerah yang luas. Maka
dikenal antara lain:
 Tanah zona dingin berada di dekat Antartika, dengan nama tanah tundra
 Tanah gurun, berada di daerah yang kering
 Tanah prairie, berada di daerah semi arid hingga semi basah dan basah. Daerah ini penuh
dengan rumput
 Tanah hutan beriklim tropis di beri nama tanah latosol coklat, merah, dan kuning
Dilihat dari kesuburannya, tanah dibedakan atas:


Tanah muda, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya belum

banyak sehingga belum subur.
 Tanah dewasa, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya belum
banyak sehingga tanah ini sanagat subur. Tanah inilah yang sangat baik untuk pertanian.
 Tanah tua, berciri unsur atau zat hara makanan yang terkandung di dalamynyasangat
kurang.
 Tanah sangat tua, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya
sudah sangat sedikit, bahkan hampir habis sehingga ada yang menyebutkan jenis tanah
ini sebagai tanah yang mati tanah ini sangat tidak subur.

Di Indonesia sendiri dikenal beberapa jenis tanah misalnya:
1. Tanah Dataran Rendah
Tanah Latosol atau Laterit
Tanah ini mempunyai tekstur berliat, yang cenderung semakin berliat dengan makin
dalamnya profil. Kandungan unsur hara berkisar dari rendah sampai sedang. Meskipun
Laporan Ekologi Pertanian

Page 20

tanah ini banyak mengandung liat, tetapi mempunyai permeabilitas yang baik
(Handayanto,2009). Tanah tidak subur yang tadinya subur dan gaya akan unsur hara
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh
Kalimantan Barat dan Lampung.
Sifat-sifatnya:
 Profilnya dalam (profil tanah adalah irisan atau penampang tegak tanah yang


menampakkan semua horizon ke bahan induk).
Warna tanah bagian atas atau top-soil sesuai dengan umurnya dan tinggi, rendah







kadar humusnya, warnanya merah, coklat,kuning.
Air hujan mudah menyerap ke bawah
Strukturnya gembur, mudah dikerjakan setiap waktu.
Miskin akan zat hara,terutama zat fosfat kalium,nitrogen
pH 4,5-5
zat fosfat dalam laterit mudah bersenyawa dengan unsure besi dan aluminium,





sehingga sukar dihisap oleh akar tanaman
Kadar humusnya mudah menurun karena iklim yang panas dan mudah luntur
Kadar zat kapurnya lambat laun menurun, sehingga tanahnya menjadi masam
Memerlukan perabukan komplit (Rismunandar,1993).

Tanah Podsolik
Dijumpai pada daerah dengan topografi bergelombang sampai berbukit pada ketinggian
kurang dari 25 meter di atas permukaan laut. Vegetasi dominan adalah hutan tropika basah, dan
pada alang-alang. Tanah bewarna merah sampai kuning. Kandungan liat cukup tinggi,
bersr=tuktur gumpal, kandungan bahan organic antar rendah sampai sedang, kandungan unsure
hara umumnya rendah, dan permeabilitas lambat sampai cepat (Handayanto, 2009). Tanah
podsolik adalah tanah yang subur umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang
tinggi dan bersuhu rendah atau dingin. Banyak terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan, dan
Nusa Tenggara. Sifat tanah ini basah mudah diserang erosi. Untuk keperluan produksi pangan,
memerlukan perabukan yang komplit dan diusahakan tidak terjadi erosi. Tanah ini sangat baik
untuk sebagai lahan perladangan, kebun karet, kopi, dan teh (Rismunandar, 1993).
Tanah Gromusol atau Tanah Rancaminyak
Umumnya ada pada daerah dengan ketinggian dari permukaan laut kurang dari 200 mm.
Vegetasi yang dominan adalah savana, dan hutan dataran rendah (terutama untuk tanah yang
Laporan Ekologi Pertanian

Page 21

belum diusahakan untuk pertanian). Kandungan liatsangat tinggi, lekat bila basa, keras bila
kering, kandungan bahan organic rendah. Gromusol mempunyai sifat fisik yang jelek, dan
problem-problem pengolahan tanah selalu muncul untuk Gromusol, karena berat untuk diolah
bila basah (sangat lekat), tetapi sangat keras bila kering (Handayanto, 2009).
Banyak terdapat di daerah Cirebon, antar Cianjur dan Bandung, Bojonegoro, Jogja, Solo,
Madiun, dan Jawa Timur. Fisis tanah ini tergolong jelek, namun secara kimiawi cukup kaya
(subur). Untuk produksi pangan memerlukan rabuk fosfat dan perbaikan struktur (Rrismunandar,
1993).
Tanah Andosol
Andosol mempunyai cirri khas di daerah bergunung yang mempunyai curah hujan, sekitar
2000 mm/tahun yang hamper tidak mempunyai musim kering, dijumpai pada daerah yang
mempunyai ketinggian lebih dari 1000 meter dengan topografi bergelombang, agak rata, dan
dataran tinggi gunung berapi, bewarna hitam sampai kekuningan.
Andosol merupakan tanah yang masih muda, sehingga proses pembentukan tanah masih
lemah, konsistensi tanah gembur, mempunyai sifat tidak pulih bila kering. Tekstur dicirikan oleh
kandungan debu yang tinggi, kandungan bahan organic tinggi dilapisan atas tapi menurun
dilapisan bawah, kandungan unsure hara umumnya rendah. Andosol mempunyai permeabilitas
yang baik, tapi sangat peka terhadap erosi, baik erosi air maupun angin (Handayanto, 2009).
Berada di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Di Sumatera banyak terdapat di dataran
Deli naik ke Gunung Sibayak dan di Jawa di daerah pegunungan.
2. Tanah Daerah Pegunungan
Tanah Podsol
Berada di daerah dataran tinggi di atas 1000 meter terkeculi di dataran rendah Pulau Bangka
dan Kalimantan. Horizon A nya cukup tebal, banyak mengandung sisa-sisa tanaman. Relatif
masih belum dimanfaatkan oleh produksi pangan. Kebabyakan di hutan atau untuk tanaman
berumur panjang misalnya kina. Dikenal dengan tanah podsol bewarna coklat keabu-abuan
hingga coklat tua.
3. Jenis-jenis Tanah Lainnya
Laporan Ekologi Pertanian

Page 22

Tanah Alluvial
Adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang
memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Tanah alluvial atau endapan,
banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun
kanan kiri aliran sungai besar, Dataran alluvial terdapat di daerah Sumatera bagian Timur, Jawa
bagian utara, Kalimantan bagian selatan dan tengah, dan Papua bagian selatan. Pada umumnya
banyak mengandung pasir dan tanh liat (Rismunandar, 1993).
Tanah Mediteran
Terbentuk pada daerah yang mempunyai topografi bergelombang sampai berbukit antara 0700 meter di atas permukaan laut, dengan vegetasi asli adalah savanna dan hutan. Warna tanah
berkisar dari kuning sampai merah. Tekstur tanah berkisar dari lempung sampai liat, bahan
organiknyarendah, kandungan unsure hara sedang sampai tinggi. Permeabilitas tanah baik.

Tanah Regosol
Regosol merupakan tanah muda yang masih belum mempunyai perkembangan profil.
Topografi berkisardari gelombang, berombak, dan bergunungdengan vegetasi iklim yang
bervariasi, bewarna kelabusampai kuning, kandungan pasir dan debu melebihi 60%, bahan
organiknya rendah. Permeabilitas rendah dan sangat peka terhadap erosi, terutama erosi air
(Handayanto, 2009).
2.3

Keragaman Anthopoda

Arthnopoda berasl dari kata arthro yang artinya ruas, sedangkan poda berasal darikata pod
merupakan filum yang terbesar dalam masyarakatbinatabg. Yang merupakan hewan yang
memiliki cirri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada
tubuhnya. Dalam filum belakang ruas perut yang kesembilan terletak pada bawah(ventral).
Sistem pernapasan pada serangga berbeda dengan binatang lainnya. Serangga tidak
bernapas dengan paru-paru atau insang, tetapi dengan alat pertukaran udara (ventilasi) yang
spesial. Mereka tidak bernapas melewati hidung atau mulut, tetapi udara masuk melalui lubanglubang

samping

yang

terletak

pada

sisi

dada

atau

perut.

Peredaran udara dalam trakea pada sebagian besar serangga terjadi dengan difusi. Tetapi
Laporan Ekologi Pertanian

Page 23

banyak juga serangga bernafas dengan cara mengembang dan mengempiskan dinding dorsal dan
ventral perut, sehingga terjadi gelombang pasang udara sepanjang trakea. Penarikan napas
serangga itu pasif, sedangkan pengeluaran pernapasan aktif dengan mengerakan otot dan ini
berlawan dengan gerakan pernapasan pada manusia.
Serangga mengalami metamorfosis dalam perkembangannya menuju dewasa. Metamorfosis
adalah perubahan brentuk tubuh serangga mulai dari larva sampai dewasa. Berdasarkan
metamorfosisnya, serangga dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
A. Hemimetabola
Adalah serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya,
hemimetabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
1. Ordo Homoptera
Merupakan serangga yang sayap depan dan belakannya tersusun sama.
Habitatnya, ada yang hidup di pohon-pohon tinggi, diberbagai tanaman musim, dan di
pohon buah-buahan yang biasanya terlindung di bawah perisai. Umumnya sebagai
perusak tanaman, antara lain menyebabkan daun pucat, berkerut-kerut, keriting,
kerdil, dan dapat berakibat matinya tanaman tersebut.
Ciri-ciri Ordo Homoptera:


Metamorfosis tidak sempurna, tetapi jenis jantan kedang mempunyai



metamrfosis lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai stadium pupa.
Antena bervariasi, kadang pendek dan kaku seperti rambut, kadang



panjang seperti benang.
Tipe mulut penghisap.

Contoh Ordo Homoptera:
a.
b.
c.
d.
e.

Tonggeret (Dundubia manifera)
Wereng hijau (Nephotetix apicalis)
Wereng cokelat (Nilapervata lugens)
Kutu kepala (Pediculushumanus capitis)
Kutu daun (Aphid sp.)

2. Ordo Hemiptera
Merupakan serangga yang sayap depannya sebagian membraneus. Hidupnya
diberbagai habitat, baik di darat maupun di laut. Beberapa hidup sebgai hama

Laporan Ekologi Pertanian

Page 24

tanaman, sebagai penghisap darah dan vektor penyakit, dan juga sebagai predator
serangga lain.
Ciri-ciri ordo Hemiptera:
 Ukuran tubuh kecil sampai besar.
 Sayap dengan pangkalnya yang menebal, ujung membraneus, sayap belakang





membraneus.
Antenanya pendek atau panjang.
Tipe mulut penghisap.
Warna tubuh bervariasi.
Metamorfosis tidak sempurna.

Contohnya:
a. Walang sangit (Leptocorixa acuta)
b. Kumbang coklat (Podops vermiculata)
c. Kutu busuk (Eimex lectularius)
d. Kepinding air (Lethoverus sp.)
3. Ordo Odonata
Merupakan serangga yang sayapnya memanjang. Nimfa bersifat aquatic, dewasa
dapat ditemukan disekitar nimfa hidup atau di udara bebas sekitar pertanaman. Nimfa
dan dewas bertindak sebagai predator, pemangsa nyamuk, lalat, berbagai hama
terutama yang terbang dan serangga kecil lainnya.
Ciri-cirinya:







Tubuh panjang dan ramping.
Sayap memanjang, bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang hamper sama.
Antenna pendek seperti bulu keras.
Tipe mulut pengunyah.
Metamorfosis tidak sempurna.
Terdapat sepasang mata majemuk yang besar.
Contohnya:

a. Capung berabdoen bengkak (Famili Gomphodae)
b. Capung bermata besar (Famili Aeshnidae)
c. Capung peluncur (Famili Libellulidae)
4. Ordo Orthoptera
Merupakan serangga yang bersayap lurus. Nimfa dan dewasa hidup dalam habitat
yang sama. Sebagian besar, sebagai pemakan tanaman merugikan tanaman budidaya,
Laporan Ekologi Pertanian

Page 25

ada yang merusa bahan simpanan, dan sedikit yg sebagai predator. Beberapa jenis
mampu untuk bermigrasi ketempat yang jauh.
Ciri-cirinya:
 Mempunyai dua pasang sayap lurus, sayap depan panjang dan menyempit,




biasanya mengeras seperti kertas perkamen.
Sedangkan, sayap belakangnya lebar dan berbentuk membraneus.
Antenna panjang atau pendek.
Serangga jantan mempunyai alat penghasil suara, yaitu dengan menggunakan
tungkai belakangnya pada ujung sayap depan. Suara ini berfungsi untuk



A.
B.
C.
D.
E.
F.

menarik perhatian serangga betina atau untuk mengusir saingannya
Serangga betina mempunyai ovipositor sebagai tempat telur, bentuknya

seperti pedang atau jarum.
 Tipe mulutnya penggigit
Contohnya :
Belalang ( Dissostura sp. )
Belalang sembah ( Stagmomantis sp.)
Belalang ranting ( Bactrocoderma aculiferum )
Kecoak ( Blatta orientalis )
Gangsir tanah ( Gryllotalpa sp. )
Jangkrik ( Gryllus sp. )

5. Ordo Isoptera
Merupakan serangga yang bentuk dan ukurang sayap depan dan belakangnya sama.
Ciri - cirinya :
 Bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama, bentuknya tipis seperti



jaringan
Metamorfosis tidak sempurna
Tipe mulut penggigit
Contohnya:
Rayap ( Reticulitermis flavipes )

B. Holometabola
Adalah serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna adalah :
Telur

larva

pupa

imago

Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa
adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, tetapi
Laporan Ekologi Pertanian

Page 26

ternjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase
perkembangbiakan. Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, kelompok Holometabola
meliputi enam ordo, yaitu:
1. Ordo Neuropetra
Merupakan serangga yang urat-urat sayapnya berbentuk seperti jala. Sebagian
besar larva hidup di darat, berpupa dalam kokon, dewas ditemukan disekitar
pertanaman. Larva dan dewasa bertindak sebagai predator.
Ciri-cirinya :
 Mempunyai dua pasang sayap yang urat-uratnya berbentuk seperti jala

Ukuran sayap depan dan belakang hampir sama, tetapi sayap belakang


pangkalnya agak melebar
Tipe mulut penggigit dan pengunyah, ada yang mempunyai mandi bula

berbentuk sabit
 Antenanya relatif panjang
 Mengalami metamorfosis sempurna
Contohnya:
a. Sayap jala (Famili Chrtsopidae)
b. Undur-undur (Famili Mymeleontidae)
2. Ordo Lepidopetra
Merupakan serangga yang sayapnya dilapisi oleh bulu dan sisik. Hampir semua
larva sebagai pemakan tanaman, yaitu makan daun, batang bunganya cacap.
Ciri-cirinya:
 Mempunyai dua pasang sayap, sayap belakang sedikit lebih kecil dari sayap
depan.
 Sayap ditutupi dengan bulu - bulu atau sisik
 Ngengat bersayap kusam, sedangkan kupu - kupu bersayap indah dan menarik
 Antena panjang, ramping dan kadang - kadang plumose (banyak rambut) atau
membonggol pada ujungnya
 Larva dengan tiga pasang kaki thorakal dan lima pasang kaki abdominal atau
kurang
 Tubuh ada yang berbulu dan ada yang tidak
 Mengalami metamorfosis sempurna
 Tipe mulut penghisap
Contohnya :
A. Hama kelapa ( Hidari irava )
Laporan Ekologi Pertanian

Page 27

B. Hama daun pisang ( Erlonata thrax )
C. Kupu - kupu pastur ( Attacus atlas )
D. Kupu ulat sutra ( Bombyx mori )
3. Ordo Diptera
Merupakan serangga yang sayap belakangnya dimodifikasi menjadi halter, yang
berfungsi menjaga keseimbangan.
Ciri - ciri ordo Diptera :

Mempunyai sepasang sayap depan, sayap belakang mereduksi menjadi






A.
B.
C.
D.

halter yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan saat terbang
Mengalami metamorfosis sempurna
Tubuhnya relatif lunak
Antena pendek
Mata majemuk besar
Tipe mulut ada yang menusuk dan mengisap atau menjilat dan mengisap

Contohnya :
Lalat ( Musca domestica )
Nyamuk biasa ( Culex natigans )
Nyamuk anopheles
Aedes (inang virus demam berdarah)

4. Ordo Coleoptera
Insekta ini memiliki sayap yang keras ( perisai )
Ciri ciri ordo coleoptera, antara lain:
1. Sayap depan keras, tebal dan mengandung zat tanduk yang disebut dengan
elitra. Sedangkan, sayap belakang membraneus dan melipat dibawah sayap
depan saat tidak digunakan.
2. Bentuk tubuh bulat, oval, oval memanjang, oval melebar, ramping memanjang,
pipih
3. Alat mulut bertipe pengigit dan pengunyah
4. Tipe antena bervariasi, trasi selalu 3-5 ruas
5. Mengalami metamorfosis sempurna
Contoh :
A. Kumbang kelapa ( Orytec rhynoceros ) menyerang pucuk kelapa, pakis,
sagu, kelapa sawit, dan lain-lain
Laporan Ekologi Pertanian

Page 28

B. Kumbang buas air ( Dytisticus marginalis)
C. Kumbang beras ( Calandra oryzae )

5. Ordo Siphonoptera
Ciri - Cirinya :
- Serangga ini tidak bersayap, kaki sangat kuat yang fungsinya untuk meloncat
- Mempunyai mata tunggal
- Tipe mulut pengisap
- Segmentasi tubuh tidak jelas ( batasan antara kepala, dada, dan perut tidak
jelas)
- Mengalami metamorfosis sempurna
Contoh :
A. Pinjal Manusia ( Pubek irritans )
B. Pinjal anjing ( Ctenocephalus canis )
C. Pinjal Kucing ( Ctenocepalus felis )
D. Pinjal tikus ( Xenopsylla cheopis )
6. Ordo Hymenoptera
Merupakan serangga yang sayapnya mirip seperti selaput
Ciri - cirinya :
- Mempunyai dua pasang sayap yang bersifat membran
- Antena sedang atau panjang
- Beberapa jenis ruas perta abdomennya sempit dan memanjang
- Jenis betina mempunyai ovipositor panjang, tapi ada yang ovipositornya
mengalami modifikasi menjadi alat penyengat
- Tipe mulut penggigit
- Mengalami metamorfosis sempurna
Contohnya :
A. Lebah madu ( Apis mellifera )
B. Kumbang pengisap madu ( Xylocopa )
C. Parasit pinggang pendek ( Famili Braconidae )
D. Parasit pinggang ramping ( Famili Ichneumonidae )

Peranan arthopoda dalam mempengaruhi eksositem di alam ada 3 macam .Peranan arthopoda
tersebut yaitu :
1. Hama
Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat populasi tertentu
menyerang tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan produksi baik secara kualitas
maupun kuantitas dan secara ekonomi merugikan. Contoh : serangga , tikus pada
Laporan Ekologi Pertanian

Page 29

tanaman padi yang menyebabkan gagalnya panen, serangan Crocidolomia binotalis yang
menyerang pucuk tanaman kubis kubisan.
2. Predator
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa
binatang lainnya. Contoh : Menochilus sexmaculatus yang memangsa aphid sp.
3. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthopoda lainnya.
Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup
bebas tidak terikat pada inangnya. Contoh : Diadegma insulare yang merupakan
parasitoid telur dari Plutella xylostela. Apabila telur yang terparasit sudah menetas maka
D. Insulare akan muncul dan hidup bebas dengan memakan nektar ( Hairiah, 2010)

BAB III
METODOLOGI

Laporan Ekologi Pertanian

Page 30

3.1 Alat, Bahan Beserta Fungsinya
3.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik(suhu udara dan Radiasi Matahari)
Alat dan Bahan


Analisis Vegetasi

1.
2.
3.
4.
5.

Tali rafia, digunakan untuk membuat plot
Meteran bangunan, digunakan untuk mengukur plot
Penggaris, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar vegetasi
Gunting, digunakan untuk memotong tali rafia
\Kertas tabel dan peralatan tulis, digunakan untuk mencatatat data hasil

6.

pengamatan.
Blangko pengamatan untuk menuliskan data.



Faktor Abiotik
 Suhu Udara
Thermometer untuk mengukur suhu udara
 Radiasi Matahari
Lux Meter untuk mengukur radiasi matahari.
 Suhu Tanah, RH Tanah
Soil Tester adalah alat ukur parameter

3.1.2 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda Pada Agroekosistem)
Alat Dan Bahan
1. Swept net berfungsi sebagai penangkap serangga
2. Plastik ukuran 1 kg, sebagai tempat serangga yang didapat dari swept net
3. Fial film, sebagai tempat serangga yang sudah terperangkap di pitfall
4. Pitfall, untuk “lubang” jebakan pada serangga yang diletakkan pada pojok plot
sejajar permukaan tanah (terdiri dari gelas air mineral yang di dalamnya terdapat
5.

deterjen dan air)
Steroform, untuk tempat serangga yang telah didapat (dari swept net dan pitfall

6.

dijadikan satu)
Kapas yang telah ditetesi Etil Asetat (5 tetes), berfungsi untuk membius serangga
agar mati (diletakkan di dalam plastik dan langsung ditutup agar tidak menguap)

3.2 Teknis Lapangan
3.2.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik (Suhu Udara dan Radiasi Matahari)


Analisis Vegetasi

Laporan Ekologi Pertanian

Page 31

1.
2.

Menentukan lokasi pengamatan
Menentukan petak plot utama dengan luasan 5x5 m2, petak pengamatan dibuat
dengan tali rafia dan kayu penahan di setiap pojokan dengan pengulangan lima
kali untuk di plot pendukung ( plot utama tidak ada pengulangan ).
Plot 5
2,5 meter

Plot 3

3.

Plot 2

2,5 meter

2,5
me
ter

1,2
5
me
ter

1,2
5
me
ter

Plot 1

Plot 4

Identifikasi atau inventarisasi vegetasi yang masuk dalam plot pengamatan. Amati
vegtasi didalam plot pengamatan yang terdiri dari spesies, jumlah individu dan

4.

luas bidang dasar.
Bila terdapat spesies yang belum dikenali, maka diberi kode X, jika ada spesies

5.

lain yang belum diketahui beri kode X1, X2, dan seterusnya.
Hitung besarnya kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, dan dominansi nisbi. Kemudian
indeks nilai penting (Important Value) dari masing-masing data vegetasi yang
sudah diambil.



Faktor Abiotik
 Suhu Udara
Thermometer untuk mengukur suhu udara di luar naunga

Dokumen yang terkait

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DI ERA OTONOMI DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

2 57 104

ANALISIS USAHA PERTANIAN TERPADU PETANI KOPI DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER

0 7 20

ISTILAH-ISTILAH PERTANIAN PADI DAN PALAWIJA PADA MASYARAKAT MADURA DI KECAMATAN SUMBERMALANG KABUPATEN SITUBONDO (SUATU TINJAUAN ETNOLINGUISTIK) HOLTOCULTURAL TERMS RICE AND CRUPS OF MADURESE SOCIETY IN SUMBERMALANG SUB-DISTRICT SITUBONDO (AN ETHNOLINGUIS

1 33 7

BAHASA PADA SURAT DINAS BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

7 85 1

BAHASA PADA SURAT DINAS BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

7 119 81

PENGGUNAAN EJAAN PADA SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA PADA PENGAJARAN MATA KULIAH UMUM BAHASA INDONESIA

5 32 34

PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UNGGULAN BERDASARKAN DAYA SAING DI KABUPATEN TULANG BAWANG

2 54 79

PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH (Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

0 16 60

MOTIVASI PEMUDA DESA BEKERJA DI SEKTOR PERTANIAN DI DESA MERAK BATIN KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

6 33 15

PERILAKU PEMUDA DESA DALAM KEGIATAN PERTANIAN (Beberapa Kasus Pemuda Desa di Agroekosistem Dataran Tinggi, Dataran Medium dan Dataran Rendah)

0 0 7