ekonomi makro dan mikro ekonomi (19)

A. Pengertian Ekonomi Makro Islam dalam Fiqh Muamalah
Adapun Ilmu ekonomi Islam menurut beberapa ahli antaralain:
Menurut Abdul Manan Islamic economies is a social science which studies the economies problem of people
imbued with the values of Islam. Yang mana artinya Ilmu ekonomi Islam adaah ilmu pengetahuan social yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Menurut M. Akram Kan Islamic economies aims the study of the human falah (well-being) achieved by
organizing the resources of the earth on the basic of cooperation and participation. Yang secara lepas dapat
diartikan bahhwa ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang
dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama dan berpartisipasi.
Sedangkan, Fiqh muamalah merupakan aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang ditujukan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial
kemasyarakatan.
Adapun pengertian muamalah secara istilah itu dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian dalam arti luas dan
dalam arti sempit. Muamalah dalam arti luas adalah aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam
kaitannya denagan urusan duniawi dalam pergaulan social. Sedangkan muamalah dalam arti sempit adalah aturanaturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara
memperoleh dan mengembangkan harta benda.
Dari beberapa pengertian ilmu ekonomi makro Islam dan fiqh muamalah diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu
ekonomi makro Islam adalah cabang dari ilmu ekonomi yang membahas kebijaksanaan perekonomian secara
keseluruhan yang sesuai dengan ajaran-ajaran (hukum) Allah SWT dalam menjalankan kegiatan ekonomi seharihari.
Adapun menurut Al-Fikri dalam kitabnya “Al-Muamalah al-madiyah wa al-adabiyah”, menyatakan bahwa
muamalah dibagi menjadi dua bagian, antaralain:

1. Al-Muamalah al-madiyah adalah muamalah yang mengkaji objeknya sehingga sebagian ulama berpendapat
bahwa muamalah al-madiyah adalah muamalah bersifatkebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda
yang halal, haram, dan subhat untuk dipejualbelikan, benda-benda yang memadharatkan dan benda yang
mendatangkan kemaslahatan bagi manusia,serta segi-segi yang lainnya.
2. Al-Muamalah al-adabiyah adalah muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar menukar benda yang
bersumber dari panca indra manusia, yang unsur penegakannya adalah hak-hak kewajiban, misalnya jujur,
hasud, dengki, dan dendam.
Dari pembagian muamalah diatas dapat kita ketahui bahwa ekonomi makro Islam dalam fiqh muamalah itu
termasuk dalam bagian Al-muamalah al-madiyah karena dalam ekonomi makro tersebut membahas tentang
kebendaan yang dapat diperjual belikan yang mana benda tersebut dapat mendatangkan kemaslahatan bagi yang
membelinya.
B. Prinsip-prinsip dan asas-asas ekonomi makro Islam dalam Fiqih Muamalah
Kegiatan ekonomi adalah sebagian dari kehidupan manusia, maka tentulah hal ini ada dalam sumber yang
mutlak yaitu Al-Qura’an dan hadis, yang menjadi panduan dalam menjalani kegiatan ekonomi untukmemenuhi
kebutuhan manusia di dunia dan akhirat. Untuk menjalankan kegiatan ekonomi Islam sangat diperlukan mengetahui
prinsip-prinsip dan asas-asas (nilai dasar) yang terdapat dalam ekonomi Islam.
Adapun prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam, antaralain sebagai berikut:
1. Kerja, yaitu pemberdayaan sumber daya atau memperoleh penghidupan melalui kerja nyata.
2. Kompensasi, yaitu konsekuensi dari kerja untuk penghidupan yang layak.
3. Efisiensi, yaitu alokasi terbaik minimalisasi input-output tertentu atau maksimalisasi output-input tertentu.

4. Profesional, yaitu menyerahkan suatu urusan pada ahlinya, sebuah konsekuensi efisiensi yang melahirkan
spesialisasi.
5. Kecukupan yaitu menjamin kebutuhan hidup bagi pelakuk ekonomi, baik muslim maupun non-muslim.
6. Pemerataan kesempatan, yaitu kesamaan dalam memperoleh kecukupan tanpa memperhatikan gender, ras, atau
golongan tertentu.
7. Kebebasan, yaitu manusia bebas dalam memperoleh kemaslahatan hidupnya dalam konteks kebebasan sesuai
dengan syariat Islam.
8. Kerja sama, yaitu manusia sebagai makhluk sosial dan Islam juga mengajarkan kita untuk bekerja sama dalam
berusaha dalam pencapaian kesejahteraan.
Ada pun asas-asas atau nilai dasar ekonomi Islam yaitu;
1. Kepemilikan
Semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah SWT, yang mana terdapat dalam QS. An-Najm ayat 31:
‫نوبلللبه نما بفى آللسنمنوا ب‬...
‫حسسننى‬
‫جبزنى آل ل نبذي سنن أ نسحنسحنوأ ببآل س ح‬
‫عبمحلوأ نوين س‬
‫جبزنى آل ل نبذي سنن أ نسسحتؤأ ببنما ن‬
‫ت نو نما بفى آل نسربض لبي ن س‬

Artinya:“Dan hanya kamulah Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi

balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).”
Selain dari ayat Al-Qur’an terdapat pula dalam hadis
‫حني نمسونلى آبل ال لحزبنيسبر بسبن‬
‫عبسبد نر ببلبه نحندث نننا بنبقي ل نحة بسحن ال سنوبليبد نح ل ندث نبني حجبني ل ننر بسحن ح‬
‫عسن أ نببي ين س‬
‫عنمدر وال سحقنربش لحي نحندث نبني أ نحبو نسسعدد ال نن سنصابر لحي ن‬
‫نح لندثنننا ينبزيسحد ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ح‬
‫ت نخيسررا‬
‫ب‬
‫ص‬
‫أ‬

‫ش‬
‫ي‬
‫ح‬
‫ف‬
‫له‬
‫ال‬
‫د‬
‫با‬
‫ع‬
‫د‬
‫با‬
‫ع‬
‫س‬
‫ل‬
‫وا‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
‫د‬
‫ل‬

‫ب‬
‫د‬
‫ل‬
‫ب‬
‫س‬
‫ل‬
‫ا‬
‫م‬
‫ل‬
‫س‬
‫و‬
‫ه‬
‫ي‬
‫ل‬
‫ع‬
‫له‬
‫ال‬
‫لى‬
‫ص‬
‫له‬

‫ال‬
‫ل‬
‫سو‬
‫ر‬
‫ل‬
‫ق‬
‫ل‬
‫ق‬
‫ه‬
‫ن‬
‫ع‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
‫ي‬
‫ض‬
‫ر‬
‫م‬
‫وا‬
‫ع‬

‫س‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ر‬
‫ي‬
‫ب‬
‫ز‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ح‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬

‫ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ن ن ح ن ح‬
‫ح ح‬
‫ن سن س ن س‬
‫ح ن سح‬
‫النع ل نوابم ن‬
‫ن‬
‫عبن ال ل ن س ب س‬
‫ن س ن ن ن‬
‫ن لن ب ن ن‬
‫ن ح‬
‫نفأ نبقسم‬.
Nabi SAW bersabda: “Negara adalah milik Allah, hamba juga milik Allah, jika engkau dapat kebaikan maka

lakukanlah / tegakanlah.” (Matan: Infirad)
Adapun nilai dasar kepemilikan menurut sistem ekonomi Islam:
a. Kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas sumber-sumber ekonomi, tetapi setiap orang atau badan di
tuntut kemampuanya untuk memanfaatkan sumber-sumber ekonomi tersebut.
b. Lama kepemilikan manusia atas sesuatu benda terbatas pada lamanya manusia tersebut hidup di dunia.
c. Sumber daya yang menyangkut kepentingan umum atau yang menjadi hajat hidup orang banyak harus
menjadi milik umum.
2. Keseimbangan dunia akhirat
Keseimbangan antara dunia dan akhirat itu terdapat dalam QS. An-Nisa, 4:134
‫ب آل لحدن سنيا نوآل نبخنربة ج نو نكانن آلل لحه نسبميسرعا بنبصي سررا‬
‫ب آل لحدن سنيا نفبعن سند آلل لبه ث ننوا ح‬
‫نمسن نكانن ي حبري سدد ث ننوا ن‬.
Artinya:( Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja [maka ia merugi], karena di sisi alloh ada
pahala dunia dan akhirat. Dan Alloh maha mendengar lagi maha melihat).
Selain dalam ayat Al-Qur’an perihal mengenai keseimbangan dunia dan akhirat terdapat pula dalam hadis
Rasulullah SAW:
‫عثسنمانن نزسوحج ببن س ب‬
‫عسن أ نن نبس‬
‫ح ل نمبد بسبن ح‬
‫عسن ا سل ن س‬

‫عسن ينبزي سند ال ل نرنفا بشبلي ن‬
‫عنمبش ن‬
‫ث ال ل نشسعبب لني نح ل ندث نننا حسسفنياحن ن‬
‫حنسحن بسحن حم ن‬
‫نح ل ندنشننا بإسسنمبعيحل بسحن ببسهنرام نح ل ندث نننا ال س ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب تننف لنرند بببه‬
‫ي‬
‫ر‬
‫غ‬

‫ث‬
‫ي‬
‫د‬
‫ح‬
‫ذا‬
‫ه‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
‫بد‬
‫ع‬
‫و‬
‫ب‬
‫أ‬
‫ل‬
‫قا‬
‫ه‬
‫ت‬
‫ر‬
‫خ‬
‫وآ‬
‫ه‬
‫يا‬
‫ن‬
‫د‬
‫ر‬
‫م‬
‫أ‬
‫ب‬
‫م‬
‫ه‬
‫ي‬
‫ذي‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ن‬
‫م‬
‫ؤ‬
‫م‬
‫س‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ما‬
‫ه‬
‫س‬
‫نا‬
‫ال‬
‫م‬
‫ظ‬
‫ع‬
‫أ‬
‫م‬
‫ل‬
‫س‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ب‬
‫ن‬
‫ن‬
‫د‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ن لر ح س ح‬
‫عل ني سبه نو ن ن س ن ح ل‬
‫بسبن نملبدك نقانل نقانل نرحسسوحل الل لحه ن‬
‫س د‬
‫ن ن س‬
‫حس نس‬
‫ن ح لح س ح س ن ح ن ن‬
‫بإسسنمبعيسحل‬.
Nabi bersabda:
“Orang-orang yang paling besar cita-citanya adalah orang memikirkan atau bercita-cita untuk urusan dunia
dan akhirat.”(Matan: Infirad)
3. Keadilan
Perihal mengenai keadilan terdapat dalam ayat QS. An-Nahl, 16:90
‫حنشآبء نوال سحمن سك نبر نوآل سبنسغى ج ي نبعسظك حسم ل ننعل ل نك حسم تننذك ل نحرنن‬
‫عبن آل سنف س‬
‫بإ لننآلل لنه ي نأ سحمحر ببآل سنعسدبل نوآبلسحنسبن نوبإي سنتآبئ بذى آل سحقسرنبى نوي نن سنهى ن‬...
Artinya:“Sesungguhnya Allah menyuruh [kamu] berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kaum kerabat,
dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dan memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Selain dalam ayat Al-Qur’an terdapat pula dalam hadis Rasulullah SAW yaitu:
‫ت الن لنبب لني نص لنل‬
‫عسن ح‬
‫عسن نحبكسيم بسبنبحنزادمنقانل نسأ نل س ح‬
‫عسرنونة بسبن ال لحزبني سبر نونسبعي سدد ن‬
‫عسن ال لحزسهبربلي ن‬
‫عسمدرو ال ل ننابقحد نقال نح ل ندث نننا حسسفنياحن ن‬
‫نح لندثنننا أ نبحسو بنك سبر بسحن أ نببسي نشيسبننة نو ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫عنطابني ث حلمن نقانل بإ لنن نهنذا ال سنمانل نخبضنرنة ححسلوةد نفنمسن أنخنذحه بببظيبب ن نسفدس حبوبرنك ال نحه بفيبه نونمسن أنخنذحه‬
‫عنطانبي ث حلمن نسأا ستححه نفأ س‬
‫عنطابني ثحلمن نسأل ستححه نفأ س‬
‫عل ني سبه نونسل ل ننم نفأ ن س‬
‫الل لحه ن‬
‫س‬
‫ن‬
‫ببإسشنرا ب‬
‫ف ن نسفدس ل ننم ي حنبانرنك ل نحه بفيبه ونكانن نكال لبذي ي نأك ححل نول ن ي نسشبنحح نوا سل سيندذ ال سحعا سنيا نخي سدر بمسناسليبد ال لحسسفنلى‬
Nabi bersabda:” Harta bagaikan buah yang hijau dan manis, barang siapa yang mengambil dengan hati yang
baik maka akan di berkaih oeh alloh, barang siapa yang mengambil secara berlebihan maka tidak di berkaih.
Dan mereka bagaikan orang yang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang, dan tangan dia atas lebih baik dari
pada tangan di bawah.”
Keberadaan prinsip dan asas-asas (nilai dasar) ekonomi Islam merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Implementasi nilai tanpa didasarkan pada prinsip akan cenderung membawa ekonomi normative saja.
C. Karakteristik ekonomi makro dalam Fiqih muamalah
Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari karakteristik ekonomi makroislam antaralain:
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menilai ekonomi kapitalais (memberikan penghargaan terhadap prinsip
hak milik) dan sosialis (memberikan penghargaan terhadap persamaan danadilan) dan sosialisasi (memberikan
penghargaan terhadap persamaan dank keadilan) tidak bertentangan dengan metode ekonomi islam.
2. Membuat para ekonomi muslim yang telah berkecimpang dalam teori konvesional dalam metode ekonomi islam.
3. Membantupara peminat studi fiqih muamalah dalam melakukan studi perbandingan antara ekonomi islam
dengan ekonomi konvesional.
Adapun karakteristik ekonomi islam yang disebutkan dalam al-mausu’ah wa al-amaliyah al islamiyahyang
dapat diringkas sebagai berikut:

1. Harta kepunyaan Allah SWT dan manusia khalifah harta.Dalam karakteristik ini terdiri dari dua bagian, yaitu
semua harta, baik benda maupun alat produksi adalah milik Allah, dan manusia adalah khalifah atas hak
milikNya. Sehingga manusia dalam menafkahkan hartanya harus menurut hukum-hukum yang telah
disyariatkan Allah.
2. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum) dan moral. Hubungan ekonomi Islam dengan akidah Islam
tampak jelas dalam banyak hal, seperti pandangan Islam terhadap alam semesta yang disediakan untuk
kepentingan manusia. Di antara bukti hubungan ekonomindan moral dalam Islam adalah:
a. Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
b. Larangan melakukan penipuan.
c. Larangan menimbun emas dan perak atau sarana-sarana moneter lainnya, sehingga dapat mencegah
peredaran uang, karean peredaran uang sangat diperlukan buat mewujudkan kemakmuran perekonomian
dalam masyarakat.
d. Larangan melakukan pemborosan, karena menghancurkan individu dan masyarakat.
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan. Islam adalah agama yang menjaga diri, tetapi juga toleran.
Selain itu agama memiliki unsur keagamaan (mementingkan segi akhirat) dan sekularitas (segi dunia).
4. Keadilan dan keseimbangan dalam melindungi kepentingan individu dan masyarakat. Artinya keseimbangan
dalam sisitem sosial Islam adalah tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi memepunyai
batasan-batasan tertentu, termasuk dalam bidang hak milik. Hanya keadilan yang melindungi keseimbangan
antara batasan-batasan yang ditetapkan dalam sistem Islam untuk kepemilikan individu dan umum.
5. Bimbingan konsumsi yakni dalam konsumsi Islam mempunyai pedoman untuk tidak melampui batas yang
dibutuhkan oleh tubuh dan tidak melampui batas-batas makanan yang dihalalkan.
6. Petunjuk investasi yakni harus sesuai dengan kriteria atau standar Islam dalam menilai proyek investasi.
7. Zakat yaitu harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang kepada masyarakat umum atau
individual yang bersifat mengikat, final, tanpa mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai
kemampuan pemilik harta, yang mana harta tersebut sudah memenuhi nishab (batas minimal harta yang terkena
kewajiban zakat) dan diperhitungkan dari tingkat kekayaan bersih seseorang setelah dikurangi kebutuhan pokok
hidupnya.
8. Pelanggaran yang haram, dalam ekonomi Islam segala sesuatu yang dilakukan harus halalan toyyiban, yang
benar secara hukum Islam dan baik dari perspektif nilaii dan sesuatu yang dilakukan akan menimbulkan dosa.
Hal ini dapat berkaitan dengan zat atau prosesnya. Islam melarang mengonsumsi, memproduksi,
mendistribusikan, dan seluruh mata rantainya terhadap komoditas dan aktivitasnya. Adapun pelanggaran yang
haram seperti riba dan gharar. Yang mana riba adalah melakukan akad dengan penukaran yang tertentu, tidak
diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’ atau terlambat menerimanya. Sedangkan gharar adalah
sesuatu dengan karakter tidak diketahui sehingga menjual hal ini adalah seperti perjudian.
Menurut Marton karakteristik ekonomi makro Islam antaralain sebagai berikut:
1. Dialektika nilai-nilai spiritualisme dan materialisme, yaitu nilai-nilai spiritualisme adalah nilai-nilai keagamaan
sedangkan meterialisme adalah nilai-nilai suatu barang. Dalam perekonomian kontemporer hanya konsen
terhadap peningkatan utility dan nilai-nilai materialime saja. Sedangkan dalam ekonomi Islam terdapat
dialektika kedua-duanya dalam berbagai kegiatan ekonomi, khususnya dalam transaksi harus berdasarkan
keseimbangan dari kedua nilai tersebut.
2. Kebebasan berekonomi yaitu dalam rangka merealisasikan kebebasan individu dalam kegiatan ekonomi,
kapitalisme menekankanprinsip persamaan bagi setip individu secara bebas untuk meraih kejayaan. Tetapi
konsep kebebasan tersebut menimbulkan kerancuan bagi proses distribusi income dan kekayaan. Selain itu juga
secara otomatis mengklasifikasikan masyarakat menjadi dua bagian yaitu pemilik modal dan para pekerja.
Sehingga dalam konsep sosialisme msyarakat tidak memepunyai kebebasan dalam kegiatan ekonomi. Dalam
ekonomi Islam ekonomi tidak menghilagkan intervensi pemerintah yang merupakan sebuah keniscayaan ketika
perekonomian dalam keadaan darurat, selama hal itu dibenarkan oleh syara’. Di sisi lain kepemilikan dan
kebebasan tersebut akan mendorong masyarakat untuk beramal dan berproduksi demi tercapainya kemaslahatan.
3. Dualisme kepemilikan yaitu hakikatnya pemilik alam semesta beserta isinya hanyalah Allah SWT. Manusia
hanyalah wakil atau khalifah saja untuk memakmurkan dan mensejahterakan bumi.
4. Menjaga kemaslahatan individu bersama, untuk mewujudkan karkteristik ini diperlukan sebuah instansi yang
mendukung, seperti Al-Hisbah merupkan instansi keuangan pemerintahan Islam yang berfungsi sebagai
pegawas, mengatur dan menyediakan fasilitas kegiatan ekonomi demi terciptanya kemaslahatan bersama.
D. Macam-macam hadis ekonomi makro islam dalam Fiqh muamalah.

Dalam membahas fiqh ekonomi makro Islam sebenarnya sangat luas, tetapi dalam makalah ini hanya terdapat
dua hal, yaitu fiqh riba dan fiqh zakat.Karena kedua hal tersebut merupakan indikator-indikator yang biasanya
digunakan pada pembahasan masalah-masalah ekonomi makro Islam.
1. Fiqh Riba
Dalam bahasa Inggris kata riba diartikan dengan usury yang mengandung dua dimensi pengertian, yaitu
a. Riba merupakan tindakan atau praktik peminjaman uang dengan tingkat suku bunga yang berlebihan dan
tidak sesuai dengan hukum.
b. Riba merupakan suku bunga dengan rate yang tinggi.
Sedangkan menurut Qardhawi, bunga bank sama dengan riba hukumnya yaitu haram. Dari sebagian pendapat
yang menghalalkakn bunga komersial (bunga dalam rangka usaha) dan mengharamkan bunga konsumtif (bunga
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari).Masalah mengenai larangan riba terdapat dalam QS. Ali-Imran ayat 130:
‫صل‬
‫حسونن‬
‫ي نأ ني لحنها آل ل نبذي سنن نءانمحنوأ ل نتنأ سك ححلوآ آلبلرنبوا أ نسضنعرفا لحمنضنعنفرة نوآتل نحقسوا آلل لنه ل ننعل ل نك حسم تحسفلب ح‬...
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
Selain dalam ayat Al-Qur’an terdapat pula dalam hadis Bukhori, antaralain:
‫عابقبنتنحه‬
‫نح لندثنننا نح لن‬
‫علي سبه نونسل لننم قال ال لنربا ن نوإسن ك نثحنر نفبإ لنن ن‬
‫عبن ابنبن نمسسحعودد أ ن ل نن ال ل نن ل نبب ل ني نص ل نلى اللله ن‬
‫عسن أ نببيبه ن‬
‫عبنال لحرك نيسبن بسبن ل نالرببيع ن‬
‫جادج نحندث نننا نشبريادك ن‬
‫تنبصيحر بإلىنى حق ل بل‬.
Nabi bersabda:”riba itu sekalipun mendapat menyebabkan bertambah banyak, tetapi akibatnya akan
berkurang.”(Matan lain:Ibnu Majah 2270)
2. Fiqh Zakat
Zakat secara etimologi adalah suci, secara syar’i zakat adalah sedekah tertentu yang diwajibkan dalam syariah
terhadap harta orang kaya dan diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.
Zakat menurut istilah agama Islam artinya “kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya, dengan beberapa syarat”. Adapun hukumnya zakat adalah salah satu rukun Islam yang kelima, fardu
‘ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat diwajibkan mulai pada tahun kedua Hijriah.Adapun
firman Allah SWT yang membicarakan mengenai zakat yaitu dalam QS. At-Taubah ayat 103:
‫حخسذ بمسن ا نسمنوا لببهسم نصندنقرة تحنطبلهنرحهسم نوتحنز بك لبهسم ببنها‬...
Artinya:“Ambillah dari harta mereka sedekah (zakat) untuk mmebersihkan mereka dan menghapuskan
kesalahan mereka”.
3. Fiqh Investasi
Fungsi pajak dalam ekonomi Islam berbeda dengan fungsi investsi ekonomi konvensional. Perbedaannya karena
fungsi investasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam
pendekatan ekonomi Islam.
Menurut Metwally, Investasi di negara-negara penganut ekonomi Islam deipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu ada
sanksi terhadap pemegang aset yang kurang atau tidak produktif (hoarding idle asset), dilarang melakukan berbagai
bentuk spekulasi dan segala macam judi, tingkat bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang
muslim boleh memilih tiga alternatif atas dananya, yaitu memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas (idle
cash), memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata, atau
menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek-proyek yang menambah persediaan kapital nasional).
Hubungan antara investment dengan expected profit diharapkan mengalami kenaikan sehingga akan meningkatkan
tinngkat investasi sebaliknya jika tingkat keuntungan yang diharapkan mengalami penurunan, maka akan
menyebabkan penurunan tingkat investasi.
4. Fikih Pajak
Menurut pendapat beberapa ahli fikih, tidak ada kewajiban atas harta selain zakat. Banyak hadis yang dianggap
mencela pemungutan pajak.
Pemerintah mengumpulkan pajak dari pendapatan upah dan gaji invididu, pendapatan dari pemilik properties,
dan keuntungan perusahaan.
Pajak memang tidak sama dengan zakat, namun membayar pajak yang dibebankan oleh negara pada warganya
bukan sekedar kebolehan, tetapi merupakan keawajiban. Hal ini dikarenakan pertama taat kepada ulul amri
merupakan kewajiban dengan catatan ulul amri yang taat pada ajaran Islam. Kedua solidaritas sesama muslim dan
sesama manusia dalam kebaikan dan ketakwaan adalah sebuah kewajiban, jika dana pajak digunakan untuk
kepentingan masyarakat secara umum seperti lembaga pendidikan, rumah sakit, sarana transportasi, dan lainnya.
Ketiga berdasarkan hadis yang diriwayatkan Fatimah binti Qais:
Turmudzi:
Nabi SAW ditanya tentang zakat, maka Ia bersabda:”Sesungguhnya pada harta itu ada kewajiban selain zakat”.

Yang dimaksud kewajiban seain zakat dalam hadis tersebut adalah kewajiban sosial lainnya yaitu dapat berupa
pajak, sedekah sunah, infak, hibah, dan wakaf. Karena dalam Islam juga menganjurkan tidak hanya membayar zakat
yang terbatas jumlah dan pemanfaatannya, tetapi juga membayar yang tak terbatas jumlahnya sesuai kemampuan
dan pemanfaatannya pun juga luas dan fleksibel.
E. Tujuan ekonomi islam
Tujuan ekonomi Islam adalah maslahah (kemaslahatan bagi umat manusia) atau untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat (falah) melalui tata kehidupan yang baik dan terhormat.
Dalam tujuan falah dapat dijabarkan dalam beberapa tujuan antaralain:
1. Mewujudkan kemaslahatan umat.
2. Mewujudkan keadilan dan perataan umat.
3. Membangun peradaban yang luhur.
4. Menciptakan kehidupan yang seimbang dan harmonis.
Maslahah menurut Shatibi adalah pemilikan atau kekuatan dari barang atau jasa yang memelihara prinsip-prinsip
dasar dan tujuan hidup manusia di dunia. Dan ia mendeskripsikan seluruh barang yang mendorong dan berkualitas
dalam memelihara lima kebutuhan dasar yang harus dipenuhi bagi kehidupan manusia di dunia, adapun lima
kebutuhan tersebut antaralain:
1. Kehidupan (life/ al nafs)
2. Kekayaan (property/ al maal).
3. Keimanan (faith/ al diin).
4. Akal (intellect/ al ‘aql).
5. Keturunan (posterity/ al nasl).
Falah diambil dari kata-kata Al-Qur’an yang sering dimaknai dengan keberuntungan jangka panjang, dunia dan
akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru lebih ditekankan pada aspek spiritual. Dalam
konteks dunia falah merupakan konsep yang multidimensi yang memiliki implikasi pada aspek perilaku individual
atau mikro maupun perilaku kolektif atau makro. Falah dalam kelangsungan dunia, mencakup tiga pengertian,
antaralain: Kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan,kekuatan dan kehormatan. Sedangkan falah dalam
kehidupan akhirat mencakup kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi dan pengetahuan abadi.
Adapun tabel falah yang mencakup aspek menyeluruh bagi kehidupan manusia, secara pokok meliputi spiritual
dan moralitas , ekonomi, budaya dan politik, antaralain sebagai berikut.:
Unsur falah

Aspek Mikro
Kelangsungan
hidup
biologis.
seperti:kesehatan, keturunan.

Aspek Makro
Keseimbangan
ekologi
lingkungan.

Kelangsungan
hidup

Kelangsungan hidup ekonomi. Seperti:
kepemilikan faktor produksi.

Kebebasan
berkeinginan

Kelangsungan hidup sosial. Seperti:
persaudaran dan harmoni hubungan
sosial.
Kelangsungan hidup politik dan
kebebasan dalam partisipasi politik.
Terbebas dari kemiskian
Kemandirian hidup.

Pengelolaan sumber daya alam dan
penyediaan kesempatan berusaha bag
semua penduduk.
Kebersamaan
sosial.
Ketiadaan
konflik antar kelompok.

Kekuatan dan harga
diri

Harga diri

dan

Jati diri dan kemandirian.
Jati diri dan kemandirian.
Penyediaan sumber daya untuk
seluruh penduduk.
Kekuatan ekonomi dan kebebasan
dari hutang.

Kemerdekaan, perlindungan terhadap Kekuatan militer.
hidup dan kehormatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui tujuan utama ekonomi Islam yaitu untuk maslahah dan falah.

A. Konsep dasar Ekonomi Islam dan Makro ekonomi Islam

1.

Definisi Ekonomi Islam

Ekonomi adalah suatu hal yang dapat mempengaruhi kehidupan secara makro. Ekonomi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan lain-lain yang berharga. Syariah adalah
interpretasi atas doktrin, nilai, norma dan hukum islam.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Syariah adalah pemanfaatan uang, tenaga,
waktu dan lain-lain yang berharga yang dapat mempengaruhi kehidupan secara makro dengan berdasarkan pada
doktrin, nilai, norma dan hukum islam.
Ekonomi Islam dapat diibaratkan dengan sebuah rumah yang terdiri atas atap, tiang, dan fondasi. Begitu juga
dengan ekonomi Islam.

AKHLAQ

MULTITYPE
OWNERSHIP

TAUHID

FREEDOM
TO ACT

ALADL

NUBUWWAH

SOCIAL
JUSTICE

KHILAFAH

MA’AD

Bangunan dalam ekonomi Islam berfondasikan 5 hal:
1.

Tauhid (keimanan) Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia secara menyeluruh
akan menyerahkan segala aktifitasnya kepada Allah. Oleh karena itu, segala aktifitas akan selalu dibingkai
dalam kerangka hubungan kepada Allah.

2.

‘Adl (Keadilan). Dalam Islam, adil didefinisikan sebagai tindakan tidak menzhalimi dan dizhalimi.
Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejarkan
keuntungan pribadi, namun merugikan orang lain atau merusak alam.

3.

Nubuwwah (Kenabian). Salah satu fungsi dari Rasul adalah untuk menjadi model terbaik bagi manusia
yang harus diteladani untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Nabi Muhammad adalah model
terbaik yang utus Allah untuk dijadikan tauladan oleh seluruh manusia. Keteladanan Nabi Muhammad
mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk teladan dalam bertransaksi ekonomi dan bisnis. Empat sifat
utama Nabi yang dapat dijadikan teladan adalah siddiq, amanah, fathanah, dan tabligh.

4.

Khalifah (Pemerintahan). Dalam Al Quran, Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan adalah untuk
menjadi khalifah dibumi. Peran khalifah adalah untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi.

5.

Ma’ad (Hasil). Implikasi nilai ini adalah dalam perekonomian dan bisnis bahwa motivasi para pelaku bisnis
adalh untuk mendapatkan hasil di dunia (laba/profit) dan hasil di akhirat (pahala).

Kelima nilai dasar ini menjadi dasar inspirasi untuk untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi
Islam. Dari kelima nilai-nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal
bakal sistem ekonomi.
Bertiangkan 3 hal:
1.

Kepemilikan Multi jenis (Multitype ownership )

Nilai tauhid dan keadilan melahirkan konsep Multitype ownership atau kepemilikan multijenis. Dalam sistem
ekonomi kapitalis, prinsip umum kepemilikan yang berlaku adalah kepemilikan swasta atau pemodal, sedang dalam
sistem ekonomi sosialis yang berlaku adalah kepemilikan negara. Dalam sistem ekonomi Islam, mengakui
bermacam bentuk kepemilikan, baik oleh swasta, negara, atau campuran.
2.

Kebebasan bertindak ekonomi (Freedom to act)

Keempat sifat utama Nabi jika digabungkan dengan nilai keadilan dan nilai khalifah akan melahirkan prinsip
freedom to act atau kebebasan bertindak dan berusaha bagi setiap muslim. Islam memberikan kebebasan kepada
setiap muslim dalam hal Muamalah, namun kebebasan tersebut memiliki batasan-batasan yang tidak boleh
dilanggar.
3.

Keadilan Sosial (Social justice)

Prinsip Social Justice lahir dari gabungan nilai khalifah dan nilai ma’ad. Semua sistem ekonomi yang ada pasti
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menciptakan sistem perekonomian yang adil. Keadilan dalam
pendistribuasian kekayaan adalah bagian dari prinsip ekonomi Islam. Islam melarang umatnya untuk menumpuk
kekayaan pada satu kelompok, namun kekayaan haruslah didistrbusikan secara merata. Kewajiban Zakat, Infak, dan
shadaqah bagi golongan yang mampu adalah bentuk pendistribusian kekayaan dalam ekonomi Islam
Di atas semua nilai dan prinsip tersebut, dibangunlah konsep yang memayungi semuanya, yaitu konsep Akhlak.
Akhlak menempati posisi puncak, karena inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwah para Nabi. Akhlaq inilah
yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.
2.

Perbedaan dasar Ekonomi Islam dan Konvensional

Berikut adalah perbedaan antara ekonomi Islam dan Konvensional :
Ilmu Ekonomi Islam

Ilmu Ekonomi Konvensional

Manusia sosial namun religius

Manusia social

Menangani
masalah
menentukan prioritas

3.

dengan

Menangani masalah sesuai dengan
keinginan individu

Pilihan
alternative
kebutuhan
dituntun dengan nilai Islam

Pilihan
alternative
kebutuhan
dituntun oleh kepentingan individu/egois

System pertukaran dituntun oleh
etika Islami

Pertukaran dituntun oleh kekuatan
pasar

Konsep Riba dan Gharar
a. Riba

Riba adalah pengambilan tambahan dari transaksi yang dilakukan dengan cara yang bertentangan dengan prinsip
dan aturan syariat islam. Beberapa unsur penting yang terdapat dalam riba, yaitu yang ditambahkan pada pokok

pinjaman, besarnya penambahan menurut jangka waktu, dan jumlah pembayaran tambahan berdasarkan persyaratan
yang telah disepakati. Ketiga unsur tersebut bersama-sama membentuk riba serta bentuk lain dari transaksi kredit
dalam bentuk uang atau sejenisnya
. ‫حونن‬
‫عنفرة نواتل نحقوا الل ل ننه ل ننعل ل نك حسم تحسفلب ح‬
‫اأ ني لحنها ال ل نبذينن نءانمحنوا نلا تنأ سك ححلوا البلرنبا أ نسضنعارفا حمنضا ن‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
Ada dua bentuk riba yang dikembangkan sejak permulaan islam
a)

Riba nasi’ah yang berkaitan dengan penangguhan waktu yang diberikan kepada pengutang untuk
membayar kembali utang dengan memberikan tambahan atau premi. Jadi, riba yang berbentuk ini
mengacu pada bunga pada utang. Dalam hal ini tidak ada perbedaan apakah presentase
keuntungan dari pokok bersifat tetap atau berubah atau suatu jumlah tertentu yang dibayardidepan
atau pada saat jatuh tempo, atau suatu bentuk pelayanan yang diterima sebagai suatu persyaratan
pinjaman.

b) Riba fadhl yang bentuk kedua dari riba yang telah digunakan dan selalu terjadi dalam transaksi
antara pembeli dan penjual, yang diartikan sebagai kelebihan pinjaman yang bayar dalam segala
jenis, berbentuk pembayaran tambahan oleh peminjam kepada kreditor dalam bentuk penukaran
barang yang jenisnya sama.
b. Gharar
Gharar adalah “ketidakpastian”. Maksud ketidakpastian dalam transaksi muamalah adalah “ ada sesuatu yang
ingin disembunyikan oleh sebelah pihak dan hanya boleh menimbulkan rasa ketidakadilan serta penganiayaan
kepada pihak yang lain”.
Gharar secara sederhana dapat dikatakan suatu keadaan yang salah satu pihak mempunyai informasi memadai
tentang berbagai elemen subjek dan objek akad. Gharar adalah semua jual beli yang mengandung ketidjelasan atau
keraguan tentang adanya komoditas yang menjadi objek akad, ketidakjelasan akibat, dan bahaya yang mengancam
antara untung dan rugi, pertaruhan, atau perjudian.
‫ت بننرك نحة بنيسبعبهنما‬
‫ نوبإسن ك ننذنبا نوك نتننما نمبحنق س‬،‫ نفبإسن نصندنقا نوبني ل نننا حبوبرنك ل نحهنما بفي بني سبعبهنما‬،‫لبن بي لنعابن ببالبخنيابر نمال نسم ي نتننف ل نرنقا‬
“Penjual dan pembeli dibenarkan melakukan khiyar selagi mereka berada dalam satu majelis dan belum
berpisah. Jika keduanya jujur dan saling terbuka maka niscaya akad mereka diberkahi. Dan jika keduanya berdusta
dan saling menutupi cacat (barang) maka niscaya dicabut keberkahan dari akad yang mereka lakukan.” [HR alBukhari dan Muslim]
B. Makro Ekonomi Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW
Dalam hal perekonomian Rasulullah telah mengajarkan transaksi-transaksi perdagangan secara jujur, adil dan
tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh dan kecewa. Ia selalu memperhatikan rasa tanggungjawabnya
terhadap setiap transaksi yang dilakukan. Selain itu ada beberapa larangan yang diberlakukan oleh Rasulullah untuk
menjaga agar seseorang dapat berbuat adil dan jujur, yaitu:
1.

Larangan Najsy adalah sebuah praktik dagang dimana seorang penjual menyuruh orang lain untuk
memuji barang dagangannya agar calon pembeli yang lain tertarik untuk membeli barang dagangannya
dan menawarkan barang dengan harga yang tinggi.

2.

Larangan Bay’ Ba’dh ’Ala Ba’dh Praktik bisnis ini adalah dengan melakukan lompatan atau penurunan
harga oleh seorang dimana kedua belah pihak yang terlibat tawar menawar masih dalam tahap
negosiasi atau baru akan menetapkan harga. Praktik seperti ini dilarang karena hanya akan
menimbulkan kenaikan harga yang tidak diinginkan.

3.

Larangan Tallaqi Al-Rukban Praktik ini adalah dengan cara mencegat orang-orang yang membawa
barang dari desa dan membeli barang tersebut sebelum tiba dipasar.

4.

Larangan Ihtinaz dan Ihtikar Ihtinaz adalah praktik penimbunan harta seperti emas, perak dan lain
sebagainya. Ihtikar adalah penimbunan barang-barang seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari.

C. Makro Ekonomi Islam pada zaman Khulafa Ar-rasyidin
Pada masa Abu Bakar kebijakan yang dilakukan adalah seperti yang dilakukan Rasulullah. Abu Bakar Ashshiddiq melakukan kebijakan pembagian tanah taklukan, sebagian untuk umat muslim dan sebagian lagi tetap
menjadi tanggungan Negara. Selain itu, beliau mengambil alih tanah dari orang murtad kemudian dimanfaatkan
untuk kepentingan umat islam secara keseluruhan. Beliau juga sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat
dan memperhatikan pendistribusiannya dengan cermat sehingga dapat sampai pada masyarakat secara menyeluruh
dan sama rata.
Kemudian masa Umar bin Khattab, kebijakan yang dilakukannya adalah mencetak mata uang dirham dengan cap
Alhamdulillah pada suatu sisi dan la ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah disisi lainnya. Selain itu, beliau
melakukan audit kekayaan para pejabat dan pegawai Negara dan menyusun sebuah undang-undang “min aina laka
hadza ?”. Umar juga mengambil langkah-langkah penting dalam bidang pertanian dan menjadikan baitul mal yang
memang sudah ada sejak pemerintahan abu bakar menjadi regular dan permanen. Namun cara pendistribusiannya
dengan mengutamakan prinsip keutamaan. Juga langkah-langkah lain dibidang ekonomi yang menyebabkan
pemerintahannya berjalan dengan sangat baik.
Ustman Bin Affan mengikuti kebijakan ekonomi Umar bin Khattab yang lebih terfokus melakukan penataan
baru dengan mengikutikebijakan khalifah sebelumnya. Dalam pemberdayaan SDA, Utsman melakukan pembuatan
saluran air, pembagunan jalan, serta pembentukan organisasi kepolisian secara permanen guna mengamankan jalur
perdagangan. Beliau juga memperkenalkan tradisi mendistribusikan makanan di masjid untuk fakir miskin dan
musafir melakukan perubahan administrasi tingkat atas serta menganti beberapa gubernur. Dalam pengelolaan tanah
Negara Ustman menerapkan kebijakan membagi-bagikan tanah tersebut kepada penduduk dengan tujuan reklamasi.
Khalifah terakhir adalah Ali Bin Abi Thalib. Beliau melakukan kebijakan-kebijakan diantaranya:
a.

Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada Baitul Mal berbeda dengan Umar yang menyisihkan
untuk cadangan.

b.

Pengeluaran angkatan laut dihilangkan

c.

Adanya kebijakan pengetatan anggaran

d.

Pencetakan mata uang sendiri atas nama pemerintahan Islam, dimana sebelumnya kekhalifahan islam
menggunakan uang dinar dari romawi dan dirham dari Persia

Dari sejarah tentang sistem perekonomian masa Khulafaur Rasyidin ini, diharapkan tidak lupa terhadap sejarah
dan dapat menjadi salah satu acuan untuk pengembangan ekonomi sekarang.
D. Masalah utama Ekonomi Makro dalam prespektif Islam
Dari permasalahan utama mendasar, setiap masyarakat menghadapi dan harus memecahkan tiga permasalahan
pokok ekonomi:
1.

Apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa barang tersebut diproduksi (what)?

2.

Bagaimana sumber-sumber ekonomi (factor-faktor produksi) yang tersedia harus dipergunakan untuk
memproduksi barang-barang tersebut secara optimal (How)?

3.

Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksi, atau bagaimana barang-barang tersebut dibagikan diantara
warga masyarakat (For Whom)?

Masyarakat memecahkan ketiga permasalahan ekonomi pokok tersebut dengan berbagai cara, mulai kebiasaan,
tradisi, insting, komando (paksaan) hingga pada mekanisme harga dipasar. Dalam ekonomi modern, untuk
memecahkan permasalahan tersebut digunakan mekanisme harga dipasar. Gerak harga (mekanisme harga) dari
setiap barang dan factor produksi bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat dengan cara
berikut.
Apabila masyarakat menghendaki suatu barang lebih banyak, harga barang tersebut akan naik. Dengan demikian,
penjual memperoleh keuntungan yang lebih besar, selanjutnya produsen akan memperbesar kapasitas produksinya
atas produk tersebut. Akibat peningkatan kapasitas produksi, total barang akan bertambah. Barang akan semangkin
ditingkatkan produksinya hingga batas maksimal yang dapat diproduksi. Batas maksimal ini menyebabkan
penawaran lebih tinggi dari pada permintaan sehingga harga barang tersebut akan menurun dan akhirnya produsen
akan menurunkan kapasitas produksinya. Sebaliknya, apabila harga turun, produsen akan menurunkan kapasitas
produksinya sehingga total barang akan berkurang. Jadi, gerak harga-harga barang menentukan apa dan berapa
setiap barang akan tersedia (diproduksikan) dalam masyarakat. (what).
Barang dihasilkan dari proses pengombinasian faktor-faktor produksi oleh produsen, dan faktor-faktor produksi
ini merupakan kombinasi paling efisien dan efektif bagi pengusahaan dalam proses produksinya. Apabila harga
suatu factor produksi naik, produsen akan berusaha mengadakan penghematan penggunaan factor tersebut dan
menggunakan lebih banyak factor produksi yang lain untuk proses produksinya, dan mencari barang substitusi yang
paling efisien dalam produksinya. Produsen akan selalu mencari kombinasi factor produksi yang paling efisien
dalam proses produksinya. Gerak harga factor produksi menentukan kombinasi optimal yang digunakan produsen
dalam proses produksinya. (How)
Barang-barang hasil produksi dijual, baik oleh produsen maupun konsumen. Konsumen membayar harga barangbarang hasil produksi oleh produsen tersebut dari penghasilkan yang diterimanya. Penghasilan yang diperoleh
konsumen tersebut bersumber dari penjualan jasa-jasa atas factor produksi yang dimilikinya kepada produsen berupa
upah dari tenaga yang mereka keluarkan kepada produsen.pola distribusi penghasilan antarwarga masyarakat tidak
hanya ditentukan oleh faktor produksi, tetapi juga oleh pola kepemilikan. Semakin terpusat suatu kepemilikan,
semangkin terpusat pula distribusi barang-barang dimasyarakat. Gerak harga barang dan faktor produksi
menentukan distribusi barang-barang yang dihasilkan didalam masyarakat antara warga masyarakat. (For Whom).
Dalam kaitannya dengan ekonomi islam, selain hal-hal yang telah disebutkan, peraturan dalam islam
juga ikut berperan mempengaruhinya. Seperti jenis barang apa yang boleh diproduksi, sumber produksi dan untuk
siapa barang tersebut diproduksi.
A.
PENGERTIAN DAN FUNGSI UANG MENURUT ISLAM
1.
Defenisi Uang
Uang dapat diartikan sebagai benda-benda yang telah disetujui masyarakat sebagai alat perantaraan untuk
mengadakan tukar menukar atau alat yang digunakan transaksi dalam perdagangan. Uang diciptakan dalam
perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan perdagangan . Uang sebagai alat tukar
menukar yang sah, maka uang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Nilainya tidak berubah dari waktu kewaktu

Mudah untuk dibawa

Mudah disimoan tanoa mengurangi nilainya

Tahan lama

Jumlahnya terbatas (tidak boleh berlebihan)

Bendanya memiliki mutu yang sama.
2.
Sejarah Uang
Pada awal peradaban manusia masih memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka masih memburu maupun
bertani menghasilkan kebutuhannya sendiri. Karena masih sedikitnya jenis kebutuhan yang harus mereka penuhi
dan belum membutuhkan bantuan orang lain. Dalam periode ini disebut periode prabarter karena manusia masih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan mereka dan belum mengenal system transaksi perdagangan maupun kegiatan
jual beli.
Semakin berjalannya zaman jumlah manusia pun semakin bertambah dan peradaban semakin maju. Kegiatan dan
interaksi manusia dalam memenuhi kebutuhannya pun semakin meningkat tajam. Jumlah dan jenis kebutuhan
manusia semakin bertambah dan beragam jumlahnya. Sejak saat itulah manusia sudah mulai membutuhkan orang

lain dalam memenuhi kebutuhan mereka, karena tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang
lain. Semakin bertambahnya kebutuhan manusia dan sulitnya untuk memenuhinya, maka mulai sejak itulah mereka
mulai mempergunakan berbagai cara dan alat untuk memepermudah pertukaran barang dalam rangka memenuhi
kebutuhan mereka. Pada tahapan ini mereka melakukan system yang sangat sederhana dengan tukar menukar
kebutuhan mereka dengan cara barter. Maka pada periode ini dinamakan zaman barter.
Pertukaran barter ini membutuhkan persyaratan adanya keinginan yang sama pada waktu yang bersamaan
(double coincidence of wants) dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Namun dengan semakin
beragamnya dan kompleksnya kebutuhan manusia, semakin sulit pula mencapai situasi double coincidence of wants
ini. Misalnya, pada suatu ketika seseorang yang memiliki beras membutuhkan garam. Namun pada saat yang
bersamaan, pemilik barang sedang tidak membutuhkan beras melainkan membutuhkan daging sehingga syarat
terjadinya barter anatara beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaaan demikian tentu akan mempersulit muamalah
antara manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar
tersebut kemudian dinamakan dengan uang. Pertama kali uang dikenal dalam peradaban Sumeria dan Babylonia .
Uang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari perkembangan inilah, uang dapat
dikatagorikan dalam tiga jenis, yaitu uang barang, uang kertas, dan uang giral.
3.
Fungsi uang dalam system ekonomi
Dalam perekonomian manapun, fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange). Dari fungsi
utama uang ini, diturunkan kepada fungsi-fungsi yang lain, seperti uang sebagai standard of value (pembakuan
nilai), store of value (penimpanan kekayaan), unit of account (satuan perhitungan), dan standard of deferred
payment (pembakuan pembayaran tangguh).
Namun dalam system perekonomian kapitalis ada satu hal yang sangat berbeda dengan system perekonomian
Islam. Dalam sisitem perekonomian kapitalis ini, uang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar yang sah (legal
tender) melaikan juga sebagai komuditas. Sedangkan menurut system perekonomian Islam, apapun yang berfungsi
sebagai uang, maka fungsinya hanyalah medium of change. Ia bukan suatu komuditas yang diperjualbelikan dengan
kelebihan baik secara on the spot ataupun yang lainnya.
Ketika uang diperlaukan sebagai komuditas oleh sisitem kapitalis, berkembanglah apa yang disebut dengann
pasar uang. Pasar uang ini kemudian berkembang dengan munculnya pasar deveratif. Sedangkan pasar deveratif ini
menggunakan instrument bunga sebagai harga dari produk-produknya. Transaksi di pasar uang dan pasar deveratif
ini tidak berlandaskan motif transaksi yang riil sepenuhnya, bahkan sebagian besar diantaranya mengandung motif
spekulasi.
Dalam perkembanga sejarah, berkembang pemikiran bahwa uang tidak hany bias dibuat dari emas atau perak.
Umar bin khattab pernah mengatakan “aku ingin suatu saat menjadikan kulit unta sebagai alat tukar”. Menurut
Ummar, uang sebagai alat tukar tidak harus terbatas pada dua logam mulia saja seperti emas dan perak. Kedua
logam mulia ini akan mengalami ketidakstabilan pada sisi permintaas ataupun penawaran.
Pada umumnya para ulama dan ilmuwan social Islam menyepakati fungsi uang hanya sebagai alat tukar. Bahkan
Ibnu Qoyyim mengecam sisitem ekonomi yang menjadikan fulus (mata uang logam dari kuninga atau tembaga)
sebagai komuditas biasa yang bias diperjualbelikan dengan berlebihan untuk mendapatkan keuntungan. Seharusnya
mata uang itu bersifat tetap, nilainya tidak naik dan turun.
Sekalipun jumhur ulama sepakat untuk tidak memperbolehkan uang sebagai komuditas, ada juga pendapat minor
yang memandang mata uang sebagai komuditas.
B.
Dinar dan dirham dalam ekonomi Islam
1.
Sejarah dinar
Pada masa sebelum datangnya Islam, uang dinarmerupakan uang yang digunakan dalam transaksi perdagangan.
Berbagai jenis uang dinar emas dan dirham perak beredar dalam perdagangan sebagai akibat dari banyaknya bangsa
Arab yang berdagang dengan bangsa Romawi,Byzntium, dan para pedagang yang melewati negeri Arab .
Dinar dan dirham yang digunakan bangsa Arab pada saat itu tidak didasarkan pada nominalnya, akan tetapi
menurut beratnya sebab mereka menganggap bahwa dinar dan dirham hanya sebagai kepingan emas dan perak.
Dinar dan dirham tidak dianggap sebagai mata uang yang dicetak, mengingat bentuk dan timbangan dirham yang
tidak sama dank arena kemungkinan terjadinya penyusutan berat akibat peredarannya . Untuk mencegah terjadinya
penipuan atas perilaku transaksi, mereka lebih suka menggunakan strandar timbangan khusus yang telah mereka
miliki, yaitu auqiyah, nasy, mistqal, dirham, qirath, dan habbah. Mitsqal merupakan berat pokok yang telah
diketahui secara umum, yaitu setara dengan 22 qirath kurang satu habbah. Dikalangan mereka berat 10 dirham sama
dengan 7 mistqal.
Secara bahasa dinar berasal dari kata “denarius” (Romawi timur) dan dirham berasal dari kata “drachma”
(Persia). Menurut hukum Islam, dinar yang dipergunakan adalah setara dengan 4,25 gram emas 22 karat dengan
diameter 23 milimeter.standar ini telah dipergunakan oleh world Islamic Tranding Organization (WITO) hingga saat

ini. Sedangkan mata uang dirham setara dengan 2,975 gram oerak murni. Dinat dan dirham adalah mata uang yang
berfungsi sebagai alat tukar baik sebelum datangnya Islam mauoun sesudahnya .
Dalam sejarah umat Islam, Rosulolloh dan para sahabat menggunakan dinar dirham sebagai mata uang mereka,
disamping sebagai alat tukar, dinar juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum-hukum syar’i seperti kadar zakat
dan ukuran pencurian. Hal ini berlaku sampai masa pemerintahan khalifah abu Bakar. Sedangkan pada masa
pemerintahan khalifah Ummar bin Khattab tahun 20 H, yaitu pada tahun kedelapan kekhalifahan Ummar bin
Khattab, beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat, gambar, maupun tulisan
bahlawinya (huruf Persia) tetao ada, hanya ditambah dengan huruf Arab gaya kufi, seperti lafadz Bismillah dan
Bismillahi Robbi ahi Robbi yang terletak pada bagian tepi lingkaran.
Dinar dan dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia mencetak
dirham khusus bercorak Islam pada tahun 75 H (695 M) dan meninggalkan corak dirham Persia. Pada tahun 77 H
beliau mencetak dinar khusus bercorak Islam. Dalam perjalanannya sebagai mata uang yang digunakan, dinar dan
dirham cenderung stabil dan tidak mengalami Inflasi yang cukup besar selama kurang 1.500 tahun. Penggunaan
dinar dan dirham berakhir pada runtuhnya khalifah Islam Turki Usmani pada tahun 1924 M .
Selain dari pribadi Rosulullah terdapat contoh sempurna, yaitu sahabat-sahabat Beliau dalam membangun
kemakmuran Islam.
Salah satu sahabat Beliau yang patut kita jadikan contoh ialah Abdurrahman bin Auf. Beliau sukses dalam
berbisnis bisa menjadi teladan bagi seluruh pengusaha muslim saat ini. selain sukses dalam dunia bisnis, beliau juga
sukses dalam akhirot. Karena ia termasuk dalam sa