PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW dan ZAINAB

1
PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW dan ZAINAB BINT JAHSYI R.A.
Oleh Ceceng Muhajir

A. Pendahuluan
Setelah selesai melakukan pembacaan terhadap beberapa referensi
yang memuat kisah pernikahan Nabi Muhammad s.a.w dan Zainab bint Jahsyi 1,
penulis menilai ada perbedaan terkait sikap para ahli terhadap validitas kisah
pernikahan seorang nabi dengan putri bangsawan ini. Adanya perbedaan
tersebut tentunya pengaruh dari psikologis dan latar belakang keilmuan yang
dimiliki oleh

para ahli teresebut. Ada yang terdorong oleh keimanan dan

kecintaannya terhadap Nabi Muhammad s.a.w., namun terkesan membuktikan
bahwa Nabi Muhammad s.a.w suci dari sifat-sifat kemanusian (al-a’ra>d} albasyariyyah) dan tidak pantas dimiliki oleh manusia yang telah mendapatkan
wahyu kenabian (al-nubuwwah). Ada pula ahli yang berusaha untuk bersikap
objektif dalam memaparkan kisah pernikahan tersebut. Mereka bersikap balance
dalam mendialogkan antara

nubuwwah


dan

a’ra>d}

basyariyyah Nabi

Muhammad s.a.w. Karena kedua sifat tersebut memang sudah ada nashnya
dalam al-Qur’an2. Dia ini mengungkap sisi kemanusian Nabi Muhammad
sebagaimana manusia biasa, namun sifat tersebut tetap dihiasi oleh nubuwwah .
Selain itu ada juga yang terdorong oleh kefanatikan dan kebencian terhadap Nabi
Muhammad s.a.w., sehingga karyanya menjadi media untuk menebarkan kesankeasn dan sisi-sisi negatif yang diangkat dari kisah pernikahan Nabi Muhammad
s.a.w. dan Zainab bint Jahsi.
Dari perbedaan di atas, setidaknya menimbulkan pertanyaan apakah
riwayat-riwayat yang memaparkan kisah pernikahan Nabi Muhammad dengan
Zainab r.a. masuk dalam al-dakhil al-salabiyy atau tidak? Di sini penulis
memaparkan kisah pernikahan Nabi dengan Zaid serta sikap para ahli terhadap
kisah tersebu.
B. Sekilas tentang Zainab bin Jahsyi
Dia bernama lengkap Zainab bint Jahsyi bin Ri’ab al-Asadiyyah. Dia adalah

sepupu Rasulullah, putri dari bibi Rasul sendiri, Umaimah bint ‘Abdul Muthlib. Pada
saat Rasul menikahinya Zainab memiliki nama asli Barrah, kemudian Rasul
1
2

Ada dua pembacaan terkait nama ayah Zainab yaitu Jahsyi dan Jahasyi.
Qul innama> ana basyarun mis}lukum yu>h}a> . . . . . . .(Q.S. al-Kahfi: 110) dan wama>

arsalna>ka qoblaka min al-mursali>na illa> innahhum laya’kulu>na al-t}a’a>ma wa yamsyu>na fi> alaswa>q. . . . .(Q.S. al-Furqan: 20)

2
memberinya nama Zainab. Zainab nikah dengan Rasul pada tahun ke-3 hijrah-ada
yang mengatakan ke-5 hijriyah-.3 ada yang mengatakan, ketika nikah dengan
Rasul umurnya sekitar 35 tahun. Ini berdasarkan pada penanggalan pernikahan
menurut tahun masehi, yaitu tahun 628 M, sedangkan tahun kelahirannya adalah
593 M4. adapun Rasulullah lahir pada tahun 571 Masehi. Jadi Zainab kurang lebih
22 tahun lebih mudah dari Rasulullah s.a.w. 5
Para ahli menceritakan bahwa Zainab putih kulitnya, gemuk, dan termasuk
di antara wanita-wanita sempurna di kalangan masyarakat Quraisy. Zainab merasa
bangga dengan kecantikannya dan juga bangga keturunannya yang mulia.

Ditambah lagi pelaksanaan pernikahannya denga Rasul merupakan intruksi ilahi,
wahyu dari Allah s.w.t. hal-hal ini yang mendorong salah satu istri Rasul, Hafsah
putri

Umar

bin

Khattab

menasehati

Aisyah

untuk

menyimpan

perasaan


cemburunya terhadap Ummu Salamah, karena akan ada istri Rasul yang lebih
pantas untuk dicemburui oleh Aisyah, yaitu Zainab bint Jahsyi. 6 Ini artinya Zainab
merupakan satu-satunya istri Rasul yang paling dicemburui oleh Aisyah.
Dalam kitab al-Is}a>bah dipaparkan:

‫ يا رسول الله إني والله ما أنا كإحدى نسائك ليست امرأة من نسائك إل زوجها‬:‫قالت زينب‬
7

‫أبوها أو أخوها أو أهلها غيري زوجنيك الله من السماء‬

Terjemah Penulis:
Zainab berkata: “wahai Rasulullah, sungguh aku ini tidak seperti istriistrimu yang lain. Mereka dinikahkan oleh ayahnya atau saudaranya atau
keluarga. Akan beda denganku, Allah menikahkanku denganmu dari langit”
Selain pernikahan yang diresmikan oleh Allah dan memiliki paras yang
cantik, Zainab juga memiliki keistimewahan dalam budi pekerti. Dia memiliki akhlak
sosial yang sangat tinggi, khususnya pada anak-anak yatim sehingga dia mendapat
gelar umm al-mu’mini>n umm al-masa>ki>n. bahkan dia disebut istri Rasul yang
paling panjang tangannya. Ini merupakan ungkapan

metafor yang pernah


3

Ibn al-As}i>r, usd al-g|a>bahm, Jld. III, hal. 357.

4

Lihat hhtp://en.wikipedia.org/wiki/zaynab_bint_Jahsh

5

Namun masih banyak pendapat-pendapat lain yang beda tentang hal ini. Aisyah bint al-syathi

mengatakan pada saat wafat, Zainab berumur 35 tahun. Lihat

dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi

terj., Nisa>’ al-Nabiyy, . . . . . .hal. 67.
6


Lihat dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ al-Nabiyy, karya ‘aisyah bint al-

Sya>thi. Hal. 48.
7

Ibn Hajar al-‘Asqala>ni>, Al-Is}abah fi> al-Tamyi>z al-S}aha>bah, Jld.III, Hal. 494.

3
disabdakan oleh Rasul yang kemudian disampaikan oleh Aisyah tatkala mendengar
berita wafat Zainab:

" 8‫ن يدا ا‬
‫ن كلحوقا ا بي أطول كك ك ن‬
‫أسرع كك ك ن‬
Terjemah Penulis:
Nabi Muhammad: Yang paling cepat menyusul saya ialah yang paling panjang
tangannya.
Terkait dengan ungkapan ini, Aisyah bint Syathi menambahkan ketika
Rasulullah wafat para istri Rasul jika berkumpul di salah satu rumah mereka,
mereka mengulurkan tangan ke dinding dan mengukur mana yang paling panjang

tangannya. Setelah Zainab wafat mereka sadar bahwa Zainab yang lebih dulu wafat
bukan yang paling panjang tangannya. Mereka sadar bahwa yang dimaksud oleh
Rasul paling panjang tangannya bukanlah panjang tangan secara sebenarnya,
melainkan yang paling banyak bersedekah di jalan Allah 9.
C. Ayat-ayat al-Qur’an terkait pernikahan Nabi Muhammad s.a.w. dan Zainab bint
Jahsyi
Sebelum mengarah pada pemaparan riwayat-riwayat yang memuat kisah
pernikahan Nabi Muhammad dan Zainab, perlu untuk dipaparkan terlebih dahulu
ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan kisah ini. Hal ini karena hampir semua
yang mengkaji tentang pernikahan Nabi Muhammad yang satu ini memasukan ayatayat al-Qur’an; Q.S. al-Ahzab ayat 5, ayat 36, ayat 37, dan ayat 40. ( - 5 – 36 – 37 –
40 – ),
1. Al-Ahzab ayat 5

‫ب‬
‫س ك‬
. . . . . ‫عن مد ب الل نهه‬
‫اد م ك‬
‫ط ه‬
‫م هكوب أقم ب‬
‫م هل بببائ ههه م‬

‫عوهك م‬
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan memakai nama bapakbapak mereka
Para ahli (pengkaji kisah pernikahan Nabi) menjadikan ayat tersebut sebagai bukti
data bahwa dalam kurun waktu yang cukup lama, Zaid, mawla> (bekas budak) Nabi
Muhammad pernah dipanggil Zaid bin Muhammad, kemudian setelah turun ayat di
8
9

Ibn al-As}i>r, usd al-g|a>bahm, Jld. III, hal. 358.
Lihat dalam dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ al-Nabiyy, karya ‘aisyah bint al-

Sya>thi. Hal. 66.

4
atas, panggilan namanya kembali dinasabkan kepada ayah kandungnya yaitu
Haritsah, menjadi Zaid bin Haritsah. Setelah turun ayat tersebut, Zaid bin Haritsah
merasa sepi dan asing, karena sebelum itu pribadinya selalu dinasabkan kepada
manusia termulia, Rasul yang agung.
2. Q.S. Al-Ahzab ayat 36


‫خيرة ك م ب‬
‫ب‬
‫ذا قبضى الل نه ورسول ك ب‬
‫ن يب ك‬
‫ما ب‬
‫من بةن إ ه ب‬
‫م‬
‫مؤ م ه‬
‫مؤ م ه‬
‫كو ب‬
‫مارا أ م‬
‫ب‬
‫كا ب‬
‫مرهه ه م‬
‫نأ م‬
‫ن ل بهك ك‬
‫هأ م‬
‫ك بب ك ك‬
‫ن وببل ك‬
‫ن له ك‬

‫وب ب‬
‫م ال م ه ب ب ه م‬
‫م ن‬
‫ض ن‬
‫مهبيانا‬
‫ه فب ب‬
‫ل ب‬
‫قد م ب‬
‫ه وببر ك‬
‫ضبلال ك‬
‫سول ب ك‬
‫ص الل ن ب‬
‫وب ب‬
‫م م‬
‫ن ي بعم ه‬
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.
Setelah Rasul mengetahui keadaan jiwa mawla>nya yang pernah mengabdi

dengan penuh kesetiaan dan kecintaan, Rasul menikahkan Zaid bin Harits dengan
Zainab bint Jahsyi. Namun pada awalnya Zainab enggan menikah dengan Zaid
dengan alasan kebangsaannya lebih tinggi dari pada Zaid. Kemudian turunlah ayat
di atas sebagai respons keengganan Zainab untuk menikah. Akhirnya Zaid bin
Haritsah menikah dengan Zainab bint Jahsyi.
3. Q.S. Al-Ahzab ayat 37

‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ج ب‬
‫ك ع بل بي م ب‬
‫س م‬
‫قو ك‬
‫في هفي‬
‫وبإ هذ م ت ب ك‬
‫ه وبت ك م‬
‫خ ه‬
‫م ه‬
‫ل ل هل ن ه‬
‫ك بزوم ب‬
‫ق الل ن ب‬
‫ت ع بل بي مهه أ م‬
‫م ب‬
‫ه ع بل بي مهه وبأن معب م‬
‫م الل ن ك‬
‫ذي أن معب ب‬
‫ك بوات ن ه‬
‫ب‬
‫شى الناس والل ن ب‬
‫س ب‬
‫خ ب‬
‫خ ب‬
‫من مبها وبط بارا‬
‫نب م‬
‫ن تب م‬
‫ديهه وبت ب م‬
‫ضى بزي مد د ه‬
‫مب م ه‬
‫ف ه‬
‫ما قب ب‬
‫حقق أ م‬
‫ه أ ب‬
‫شاه ك فبل ب ن‬
‫ن ب ب ك‬
‫ه ك‬
‫ما الل ن ك‬
‫ك ب‬
‫ب‬
‫ن وبط بارا وب ب‬
‫ي بل ي ب ك‬
‫م إه ب‬
‫ن‬
‫ج أ بد م ه‬
‫وا ه‬
‫مؤ م ه‬
‫كا ب‬
‫ذا قب ب‬
‫حبر د‬
‫ن ب‬
‫كو ب‬
‫بزون م‬
‫عبيائ ههه م‬
‫ن ع ببلى ال م ك‬
‫من مهك ن‬
‫ض م‬
‫مهني ب‬
‫جبناك ببها ل هك ب م‬
‫ج هفي أمزبوا ه‬
‫ب‬
‫فكعوال‬
‫م م‬
‫مكر الل نهه ب‬
‫أ م‬
Dan (ingatlah), ketika kamu Berkata kepada orang yang Allah Telah
melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) Telah memberi nikmat
kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah",
sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan
menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang
lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid Telah mengakhiri
keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), kami kawinkan kamu
dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk
(mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak
angkat itu Telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. dan
adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.

5
Selama perjalanan rumah tangga Zaid dan Zainab, mereka selalu tidak
mencapai seiya sekata, tidak jarang Zaid merasakan ketidaknyamanan atas sikap
Zainab yang masih membawa kebangsaannya dari keturunan keluarga terpandang,
sedangkan Zaid sendiri merupakan eks-hamba sahaya. Sehingga Zaid pun
mengadu kepada Rasul atas ketidaknyamanan rumah tangganya tersebut. Dengan
petunjuk ayat di atas, Rasul memerintahkan Zaid untuk tetap mempertahankan
rumah tangganya dengan Zaid.
Waktu demi waktu berjalan, rumah tangga putra bekas hamba sahaya dan
putri bangsawan ini tetap tidak berbunga ketentraman. Pada akhirnya terjadi
perceraian kedua suami istri tersebut. Kemudian Rasul dinikahkan langusng oleh
Allah dengan mantan istri dari eks-hamba sahayanya dan pernikahan yang
langsung diresmikan oleh Allah ini menimbulkan gejolak sosial di kalangan orangorang munafik pada saat itu. Mereka berkata:

‫مبربأة ابنه زيد‬
‫م ب‬
‫ وقد تزوج ا م‬،‫مدا ا يحررم نكاح نساء الولد‬
‫ح ن‬
‫ أن ك‬:‫وقالوا‬

10

Penulis:
Orang-orang munafik berkata: “Muhammad selalu mengharamkan menikahi
putri anak laki-lakinya, sedangkan Muhammad menikah dengan perempuan
anak lelakiny sendiri, Zaid. ”
4. Q.S. Al-Ahzab ayat 40

‫ب ب‬
‫ن وب ب‬
‫ما ب‬
‫ه ب هك ك ي‬
‫سو ب‬
‫ل ب‬
‫ما‬
‫ل الل نهه وب ب‬
‫حد ن ه‬
‫كا ب‬
‫ن ره ب‬
‫مد د أببا أ ب‬
‫م ب‬
‫كا ب‬
‫ن بر ك‬
‫ينء ع بهلي ا‬
‫ن الل ن ك‬
‫خات ب ب‬
‫جال هك ك م‬
‫ح ن‬
‫ن ك‬
‫ب‬
‫ش م‬
‫م الن نب هييي ب‬
‫م وبل بك ه م‬
‫م م‬
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Setelah adanya gejolak sosial dari kalangan munafik, makan turunlah ayat di
atas yang menegaskan bahwa Muhammad bukanlah bapak asli dari Zaid bin
Haritsah.
D. Kisah Pernikahan Nabi Muhammad dan Zainab binti Jahsyi
1. Dalam Kitab Tarikh al-Thabari
Al-Thabari, dalam kitab Tarikh al-Thabari memaparkan dua riwayat. Pertama
sanadnya yang ittis}a>l pada Ibnu Hibban dan kedua ittis|al pada Ibnu
Zaid.
a.

Riwayat Ibnu Hibban

‫ثم كانت السنة الخامسة من الهجرة‬
‫ففي هذه السنة تزوج رسول الله صلى الله عليه و سلم زينب بنت جحش‬
10

Ibn al-As}i>r, Usd al-G|a>bah, Jld. III, hal. 357.

‫‪6‬‬

‫حدثت عن محمد بن عمر قال حدثني عبدالله بن عامر السلمي عن محمد بن يحيى بن حبان‬
‫قال جاء رسول الله صلى الله عليه و سلم بيت زيد بن حارثة وكان زيد إنما يقال له زيد بن‬
‫محمد ربما فقده رسول الله صلى الله عليه و سلم الساعة فيقول أين زيد فجاء منزله يطلبه‬
‫فلم يجده وقامت إليه زينب بنت جحش زوجته فضل فأعرض عنها رسول الله صلى الله عليه و‬
‫سلم فقالت ليس هو ها هنا يا رسول الله فادخل بأبي أنت وأمي فأبى رسول الله صلى الله‬
‫عليه و سلم أن يدخل وإنما عجلت زينب أن تلبس إذ قيل لها رسول الله صلى الله عليه و سلم‬
‫على الباب فوثبت عجلة فأعجبت رسول الله صلى الله عليه و سلم فولى وهو يهمهم بشيء ل‬
‫يكاد يفهم إل أنه أعلن سبحان الله العظيم سبحان الله مصرف القلوب قال فجاء زيد إلى منزله‬
‫فأخبرته امرأته أن رسول الله صلى الله عليه و سلم أتى منزله فقال زيد أل قلت له ادخل‬
‫فقالت قد عرضت عليه ذلك فأبى قال فسمعته يقول شيئا قالت سمعته يقول حين ولى‬
‫سبحان الله العظيم سبحان الله مصرف القلوب فخرج زيد حتى أتى رسول الله صلى الله‬
‫عليه و سلم فقال يا رسول الله بلغني أنك جئت منزلي فهل دخلت بأبي أنت وأمي يا رسول‬
‫الله لعل زينب أعجبتك فأفارقها فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم أمسك عليك زوجك‬
‫فما استطاع زيد إليها سبيل بعد ذلك فكان يأتي رسول الله صلى الله عليه و سلم فيخبره‬
‫فيقول له رسول الله صلى الله عليه و سلم أمسك عليك زوجك ففارقها زيد واعتزلها وحلت‬
‫فبينا رسول الله صلى الله عليه و سلم يتحدث مع عائشة إذ أخذت رسول الله صلى الله عليه و‬
‫سلم غشية فسري عنه وهو يتبسم ويقول من يذهب إلى زينب يبشرها يقول إن الله زوجنيها‬
‫وتل رسول الله صلى الله عليه و سلم وإذ تقول للذي أنعم الله عليه وأنعمت عليه أمسك عليك‬
‫‪11‬‬
‫زوجك‬
‫‪Terjemah Penulis:‬‬

‫‪Kemudian tahun kelima Hijriyah. Pada tahun ini Rasul menikah dengan Zainab‬‬
‫‪binti Jahsyi. Aku menceritrakan dari Muhammad bin Umar, dia berkata telah‬‬
‫‪menceritrakan kepadaku Abdullah bin ‘Amir al-Aslami dari Muhammad bin‬‬
‫‪Yahya‬‬

‫‪bin Hibban, dia berkata “Rasulullah datang ke rumah Zaid bin‬‬

‫‪Haritsah-Zaid tatkala itu suka dipanggil Zaid bin Muhammad- Pada suatu hari‬‬
‫‪Rasulullah kehilangan Zaid. Beliau berkata: “dimana Zaid?” kemudian Rasul‬‬
‫‪mendatangi rumahnya dan mencarinya namun tidak menemukannya. Zainab‬‬
‫‪menghampiri Rasulullah dan Rasul langsung berpaling dari‬‬

‫‪cepat-cepat‬‬

‫‪Zainab. Zainab berkata” Zaid tidak ada di sini Ya Rasul, masuklah –demi‬‬
‫‪ayahku, kamu, dan ibuku-” . kemudian Rasul enggan masuk. Sungguh pada‬‬
‫‪sambil merapikan‬‬
‫‪sambil‬‬

‫‪muka‬‬

‫‪Zainab menghampiri Rasul, Zainab tergesa-gesa‬‬

‫‪memalingkan‬‬

‫‪dan‬‬

‫‪tertarik‬‬

‫‪Rasul‬‬

‫‪Kemudian‬‬

‫‪saat‬‬

‫‪pakaiannya.‬‬

‫‪mencetuskan kata-kata, yang kata-kata tersebut dipahami oleh Zainab bahwa‬‬
‫‪Rasul mengatakan ‘Maha Suci Allah Yang Maha Agung, Maha Suci Allah Yang‬‬
‫‪Membuat hati berubah-rubah’”. Kemudian Zaid datang kepada Zainab dan‬‬
‫‪Zaid‬‬

‫‪rumah.‬‬

‫‪ke‬‬

‫‪datang‬‬

‫‪Rasul‬‬

‫‪bahwa‬‬

‫‪menyampaikan‬‬

‫‪Zainab‬‬

‫‪bertanya”tidakkah kamu menyurunya masuk? Zainab menjawab: “ya, telah‬‬
‫‪aku persilahkan untuk masuk, tapi Rasul enggan masuk, Zaid: apakah kamu‬‬
‫‪Ibn Jarir al-Thabari, Jld. II, Ta>rikh al-T|aba>ri>, hlm. 89‬‬

‫‪11‬‬

7
mendengar

Rasul

mengatakan

sesuatu?”.

Zainab

menjawab:

“aku

mendengar, pada saat berpaling, Rasul mengatakan Maha Suci Allah Yang
Maha Agung, Maha Suci Allah Yang Membuat hati berubah-rubah ”. Setelah
itu Zaid pergi mendatangi Rasul dan bertanya: “Ya Rasul telah sampai
kepadaku bahwa engkau datang ke rumahku, kenapa engkau tidak masuk,
demi ayahku dan ibuku? barang kali Zainab membuatmu tertarik, maka aku
akan menceraikannya? Kemudian Rasul menjawab: ”pertahankanlah istrimu!
” Kemudian Zaid tidak kuasa mempertahankan rumah tangganya kemudian
Zaid menceraikan dan melepaskannya. Maka ketika Rasul berbincangbincang dengan Aisyah tiba-tiba Rasul diliputi ketidak sadaran (proses
penerimaan wahyu) kemudian tidak lama kemudian Rasul tersenyum sambil
berkata kepada Aisyah “siapa yah yang akan pergi ke Zainab untuk
memberitakan bahwa Allah telah menikahkanku dengan Zainab. Kemudian
Rasul membaca ayat. . . . wa iz{ taqu>lu lillaz}i> an’ama alla>hu
‘alaihi. . . . . . . .”
b. Riwayat Ibnu Zaid

‫حدثني يونس بن عبدالعلى قال أخبرنا ابن وهب قال قال ابن زيد كان النبي صلى الله عليه‬
‫و سلم قد زوج زيد بن حارثة زينب بنت جحش ابنة عمته فخرج رسول الله صلى الله عليه و‬
‫سلم يوما يريده وعلى الباب ستر من شعر فرفعت الريح الستر فانكشف وهي في حجرتها‬
‫حاسرة فوقع إعجابها في قلب النبي صلى الله عليه و سلم فلما وقع ذلك كرهت إلى الخر‬
‫قال فجاء فقال يا رسول الله إني اريد أن أفارق صاحبتي فقال مالك أرابك منها شيئ فقال‬
‫ل والله يا رسول الله ما رابني منها شيء ول رأيت إل خيرا فقال له رسول الله صلى الله‬
‫عليه و سلم أمسك عليك زوجك واتق الله فذلك قول الله عز و جل وإذ تقول للذي أنعم الله‬
‫عليه وأنعمت عليه أمسك عليك زوجك واتق الله وتخفي في نفسك ما الله مبديه تخفي في‬
12

‫نفسك إن فارقها تزوجتها‬

Terjemah Penulis:
Telah menceritrakan kepadaku Yunus bin ‘Abdul ‘A’la, dia berkata telah
memberitakan kepada kami Ibnu Wahb, dia berkata bahwa telah berkata Ibnu
Zaid: “Nabi s.a.w. menikahkan Zaid bin Haritsah dengan Zainab binti Jahsyi,
putri bibi Nabi s.a.w. pada suatu hari Rasul berkeinginan untuk pergi ke
rumah Zaid. Pada pintu rumah Zaid ada sehelai penutup

dari rambut

kemudian angin menyibakan penutup tersebut sedangkan Zainab berada di
12

Ibn Jarir al-Thabari, Jld. II, Ta>rikh al-T|aba>ri>, hlm. 89.

8
dalam dalam keadaan “terbuka” bila> dar, maka timbullah dalam hati Nabi
ketertarikan kepada Zainab. Setelah kejadian tersebut Zainab tidak menyukai
Zaid. Kemudian datanglah Zaid kepada Nabi dan bertanya: “Ya Rasul, aku
ingin menceraikan Zainab. Rasul: apakah ada sesuatu yang kurang dari
Zainab? Zaid: tidak. Ya Rasul sungguh tidak ada yang kurang dari pada
Zainab, aku tidak melihatnya kecuali kebaikan. Kemudian Rasul berkata:
“Pertahankanlah istrimu dan bertaqwalah kepada Allah. Itulah firman Allah
wa iz{ taqu>lu lillaz}i> an’ama alla>hu ‘alaihi. . . . . . . ” ”
Kedua riwayat di atas juga dipaparkan dalam karya Ibnu Jarir al-Thabari
yang lain seperti al-Muntakhab min z|ail al-Muz|i>>l13
2. Tafsir al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari
Kisah yang dipaparkan al-Zamaksyari semakna dengan riwayat yang
dipaparkan Ibnu Jarir al-Thabari, dengan beberapa redaksi kalimat yang
sedikit berbeda dan lebih jelas

‫وألقى الله في نفسه كراهة صحبتها والرغبة عنها لرسول الله صلى الله عليه وسلم‬

14

Terjemah Penulis:
Dan Allah memasukan dalam dirinya (Zaid) kebencian terhadap pelayanan
Zainab untuk Rasulullah.
`

Selain Tafsir al-Kasysyaf, masih banyak tafsir yang memuat kisah di atas,

seperti Tafsir al-Qurthubi (Jld. IV, hlm. 190), al-Nasafi (Jld. III, hlm. 67), Jalalain
(Halaman 354) dan pengarang kitab tersebut sama sekali tidak memberi komentar
tentang kesohihan tau kedhoifan riwayat tersebut.

15

E. Sikap Para Ahli terhadap Kisah Pernikahan Nabi Muhammad dan Zainab
Di sini penulis akan memaparkan beberapa ahli yang memberi sikap
terhadap kisah atau riwayat yang meceritakan pernikahan Nabi Muhammad dan
Zainab. Sikap dari pada para ahli ini akan berimplikasi pada status kisah atau
riwayat tersebut. Apakah termasuk kategori al-dakhil al-i>ja>bi> atau aldakhi>l al-salabi>.
1. Ibnu Katsir
Dalam menafsirkan awal ayat 37 surat al-Ahzab, Ibnu Katsir tidak panjang lebar
dalam

memaparkan

kisah

pernikahan

nabi

dengan

Zainab.

Dia

hanya

memparkan tentang pengaduan Zaid kepada Rasul dan Rasul memerintahkan
Zaid untuk mempertahankannya. Kemudian Ibnu Katsir mengatakan:
13

lihat al-Muntakhab min z|Ail al-Muz|i>l, jld. I hlm. 99

14

Al-Zamakhsyari, Jld. 5 al-Kasysyaf, hlm. 329.

15

Romzi Na’na’ah, Isra>i>liyya> wa As}aruha> fi Kutub al-Tafsi>r wa al-Hadi>s, hlm. 396.

9
‫ أحببنا أن نضرب عنها صففحا لعدم‬،‫ رضي الله عنهم‬،‫ وابن أبي حاتم هاهنا آثاررا عن بعض السلف‬،‫ذكر ابن جرير‬
16
‫صحتها فل نوردها‬
Terjemah Penulis:
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim menyebutkan beberapa atsar dari sebahagian
ulama salaf r.a. dan kami menyukai untuk berpaling dari memaparkan atsar-atsar
tersebut karena tidak ada kesahihan riwayatnya.
2. Al-Khazin
Al-Khazin, dalam kitab tafsirnya Ketika menafsirkan ayat 37 surat al-Ahzab
mengatakan:

‫ وسبب نزولها من وقوع محبتها في قلب النبي صلى الله عليه‬، ‫ ما ذكروه في تفسير هذه الية‬: ‫فإن قلت‬
‫ وما ل يليق بمنصبه صلى الله عليه وسلم من مد‬، ‫وسلم عندما رآها وإرادته طلق زيد لها فيه أعظم الحرج‬
‫ هذا إقدام عظيم من قائله وقلة معرفة بحق النبي صلى‬: ‫ قلت‬. ‫عينيه لما نهى عنه من زهرة الحياة الدنيا‬
17

‫الله عليه وسلم وبفضله وكيفيقال رآها فأعجبته وهيبنت عمته ولم يزل يراها منذ ولدت‬

Terjemah Penulis:
Menurutku apa yang disebutkan para ulama ketika menafsirkan ayat ini
(ayat

37

surat

Al-Ahzab)

yaitu

tentang

sebab

turunya

ayat

yang

menjelaskan adanya kecintaan kepada Zainab dalam hati Nabi s.a.w. ketika
melihatnya dan adanya keinginan Nabi supaya Zaid menceraikan Zainab
adalah a’z|am al-h}araj (sebesar-besarnya dosa) dan adanya sesuatu yang
tidak

layak

bagi

derajatnya

seorang

Nabi

tentang

mengarahkan

pandangannya pada bunga-bunga kehidupan dunia, menurutku ini suatu
keberanian yang begitu besar dari pembicanya dan karena sedikitnya
wawasan tentang kebenaran dan keutamaan yang dimiliki Nabi, bagaimana
bisa, Nabi melihat Zainab yang kemudian Zainab membuat Nabi tertarik
kepadanya, sedangkan Zainab sendiri putri bibi Nabi sendiri, yang Nabi
sering melihatnya sejak kecil.
3. Rumzi al-Na’na>’ah
Dalam karyanya, Rumzi menawarkan sabab al-nuzu>l yang dipaparkan
dalam kitab Fath} al-Ba>ri> yang riwayatnya dinilai sahih dan mu’tamad.
Menurutnya Ibnu Hajar mengutip sabab al-nuzu>l dari kitab Sahih Bukhori
dalam kita>b al-tafsi>r. Redaksinya sebagai berikut:

‫ع نفمة فرأسول ال ن فله فص ن فلى‬
‫علبد ال لأم ن فطهلب ف‬
‫هبلنت ف‬
، ‫ت فذلهفك‬
‫ي أفزهنوفجفها فزليد لبن فحاهرفثة فملوفلاأه ففك فهرفه ل‬

‫ت أ أنمفها أ أفمي لفمة‬
‫ فوفكان ف ل‬، ‫حش‬
‫ت هفي فزي لفنب هبلنت فج ل‬
‫أ ف نفن فههذهه اللآفية ن ففزل ف ل‬
‫عل في لهه فوفسل ن ففم أ ففرافد أ فلن‬
‫ فوفكافن فرأسول ال ن فله فص ن فلى ال ن فله ف‬، ‫عل في لهه فوفسل ن ففم‬
‫ال ن فله ف‬

16

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Az|i>m, Jld.VI, hlm. 424

17

al-Khazi, Luba>b al-Ta’wi>l fi> ma’a>ni al-Tanzi>l, Jld. V, hlm. 195.

10

‫ع ن فز فوفج ن فل ن فهبي نفأه فص ن فلى‬
‫ ث أنمف أ ف ل‬، ‫عل في لهه فوفسل ن ففم فففز ن فوفجفها هإ نفياأه‬
‫عل ففم ال ن فله ف‬
‫ت هبفما فصن ففع فرأسول ال ن فله فص ن فلى ال ن فله ف‬
‫ث أنمف هإن ن ففها فرهضي ف ل‬
‫كون بفي لفن فزليد فوفزي لفنب فما‬
‫ فوفكافن فلا ي ففزال ي ف أ‬، ‫كافن ي فلستفهحي أ فلن ي فأ لأمفر هبفطفلاهقفها‬
‫عل في لهه فوفسل ن ففم بفلعأد أ فن ن ففها هملن أ فلزفواجه فف ف‬
‫ال ن فله ف‬
‫ فوفكافن‬، ‫عل في لهه فزلوجه فوأ فلن ي فتن فهقفي ال ن فله‬
‫يف أ‬
‫عل في لهه فوفسل ن ففم أ فلن ي ألمهسفك ف‬
‫ ففأ ففمفرأه فرأسول ال ن فله فص ن فلى ال ن فله ف‬، ‫كون هملن ال نفناس‬
"18 ‫ فوفكافن فقلد تفبف نفنى فزي لردا‬، ‫عل في لهه فوي فأقوألوا تففز ن فوفج اهلمفرفأة اهلبنه‬
‫يف ل‬
‫خفشى ال نفناس أ فلن ي فهعيأبوا ف‬

Terjemah Penulis:
Ayat ini turun kepada Zainab binti Jahsyi, ibunya bernama Umaimah binti
‘Abdul Muthlolib, bibinya Rasul. Rasul berkeinginan menikahkan Zainab
dengan mawlanya, Zaid, maka Zainab tidak menyukai untuk dinikahkan
dengan Zaid. Kemudian pada akhirnya Zainab rela denga apa yang akan
dilakukan Nabi. Maka nikahlah Zaid dengan Zainab. Kemudian Allah
mengabarkan kepada Nabi bahwa suatu saat nanti Zainab akan menjadi
salah satu istrinya. Maka Rasul pun sungkan untuk memerintahkan Zaid
untuk menceraikannya. Pada saat itu, rumah tangga Zaid dan Zainab tidak
seperti rumah tangga lainnya. Lalu Rasul memerintahkan Zaid untuk tetap
mempertahankan

dan

menasehatinya

untuk

bertaqwa

kepada

Allah.

Sehingga Rasul takut masyarakat mencelanya dan mereka berkata bahwa
Rasul sendiri menikahi putri putranya, Zaid. Sedangkan Rasul

sudah

mengadopsinya.
4. Aisyah bint al-Syathi
Dalam karyanya, Nisa>’

al-Nabiyy,

Aisyah

bint

al-Syathi,

mencoba

menawarkan penyajian dan pemahaman baru tentang kisah pernikahan Nabi dan
Zainab. Berbeda dengan tiga para ahli di atas, dia mengemukakan mentalitas
keilmuannya dengan mengutip dan menyetujui riwayat yang dipaparkan oleh ahli
sejarah terdahulu, Ibnu Jarir al-Thabari. Dia mencoba memaparkan interpretasi kisah
pernikahan Nabi dan Zainab yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Zaid.
Dalam pemaparan tersebut Aisyah juga mengkritik Muhammad Husain Haikal,
penulis buku “Sejarah Hidup Muhammad”
Setelah memaparkan kisah dari kitab Tarikh al-Thabari, Aisyah memaparkan
hal-hal yang tidak disetujui dari pada Mua\hammad Husein Haikal.:
Pertama Aisyah berkata:”saya tidak tahu apakah yang tidak disetujui oleh Dr.
Haikal dalam berita itu(yang diriwayatkan Ibnu Jarir al-Thabari) sehingga beliau
18

lihat dalam Romzi Na’na’ah, Isra>i>liyya> wa As}aruha> fi Kutub al-Tafsi>r wa al-Hadi>s, hlm. 397.

11
terdorong untuk menolaknya, sebagai berita yang diada-adakan oleh kaum
orientaslis dan para penyiar agama Kristen yang menambahkan pada berita itu
khayalan-khayalan menurut mereka sendiri. . . .. . .kemudian beliau mengatakan
cukuplah untuk menolak cerita itu dari dasarnya, bahwa pembaca mengetahui
bahwa Zainab bint Jahsyi ini adalah putrid dari saudara perempuan dari ayah
Rasul.19”
Kedua Aisyah tidak menyetujui pendapat Husein Haikal yang menyatakan
perkawinan Rasulullah dengan Zainab tidaklah terdorong oleh perasaan tertarik
atau senang, tetapi semata-mata melaksanakan perintah Allah, membatalkan hakhak yang ditetapkan menurut tradisi mengambil anak angkat. 20
Masih banyak pendapat-pendapat Husein Haikal yang tidak disetujui oleh
Aisyah. Kemudian setelah memaparkan ketidaksetujuan pada Husein Haikal, Aisyah
berkata: “sungguh ini adalah suatu penolakan yang agung, kalaulah tidak karena
cerita itu lebih terdahulu ada (cerita tertariknya Rasul melihat Zainab, cerita gorden
dari rambut (sehelai penutuh pada pintu), kembalinya Rasul dari rumah Zaid sambil
mengatakan “maha suci Allah. . . . . ”) itu semua sudah ditulis sebelum dunia ini
mendengar istilah perang salib, ditulis dengan pena para ahli sejarah Islam dan
biografi yang tidak dilontarkan kepada mereka tuduhan memusuhi Nabi atau
menjelekan Agama Islam.21
Menurut penulis, di sini Aisyah ingin mengatakan bahwa para ahli sejarah
islam terdahulu pun seperti Ibnu Jarir al-Thabari memaparkan ketertarikan Rasul
kepada Zaid dan tidak melontarkan tuduhan-tuduhan kepada orientalis memusuhi
Nabi.
Setelah itu Aisyah melontarkan pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah dalam peristiwa itu (kisah pernikahan Nabi dan Zainab sebagaimana
dalam riwayat al-Thabari) ada sesuatu yang meragukan?
2. Apakah tidak dapat disetujui, bahwa terhadap seorang manusia yang menjadi
Rasul akan melihat orang seperti Zainab dan lalu tertarik?

19

Lihat dalam dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ al-Nabiyy. . . . Hal. 56

20

Lihat dalam dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ al-Nabiyy, . . . . Hal. 56

21

Lihat dalam dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ al-Nabiyy. . . . Hal. 57

12
3. Apakah yang diharapakan dalam ketinggian budi pekertinya dan kemampuan
mengendalikan muka dari orang yang menarik perhatiannya, sambil
bertasbih kepada Allah?
Dari pertanyaan-petanyaan di atas bisa dipahami bahwa Aisyah ingin
meyakinkan bahwa apa yang dikemukakan Al-Thabari benar-benar terjadi dan
tidak ada keraguan dalam kisah tersebut. Artinya suatu ketertarikan yang dimiliki
Rasul adalah salah satu sifat basyariyahnya sebagai manusia biasa, dan itu tidak
mengurangi derajat nubuwwahnya. Kemudian Aisyah menyatakan bahwa Husein
Haikal tersalah, di saat beliau ingin membela Nabi. Menurutnya kesalahannya
adalah Husein Haikal tidak menyetujuii tertariknya Rasul kepada Zainab. Ini malah
menyelebungi persoalan itu dengan keragu-raguan yang member kesan bahwa
tertariknya hati adalah suatu kesalahan. Terakhir Aisyah mengatakan: “itu
hanyalah kemanusiaan yang menghadapi sesuatu kemauan yang tidak dapat
ditolaknya, lalu berusaha bertahan

dan tidak mengerjakan sesuatu yang

sebenarnya oleh Allah.22”
Dari pemaparan pendapat para ahli di atas setidaknya ada lima para ahli
yang mengkaji topik pernikahan Nabi s.a.w. dan Zainab binti Jahsyi. Tiga ahli
pertama menolak riwayat al-Thabari yang ittis|al pada Ibnu Zaid dan Ibnu Hibban.
Ditambah lagi Muhammad Husein Haikal yang pemaparannya fokus pada kritik
terhadap orientalis. Tokoh terakhir, Aisyah binti al-Syathi, menyetujui riwayat alThabari dan menyatakan bahwa ketertarikan Rasul adalah hal yang wajar, sebagai
bentuk sifat basyariyyahnya.

Inilah yang penulis maksud dengan tipologi sikap

para ahli terhadap validitas kisah pernikahan Nabi dan Zainab.
Jadi, apakah riwayat kisah pernikahan Nabi dan Zainab yang tertera
dalam kita Tarikh al-Thabari dan kitab lainnya termasuk al-dakhi>l al-i>ja>bi>
atau al-dakhi>l al-salabi>. Jika memegang pendapat tiga tokoh pertama di atas
dan setuju dengan pendapat Muhammad Husein Haikal maka riwayat tersebut
adalah al-dakhi>l al-salabi>. Dan jika berpegang pada pendapat Aisyah binti alSya>thi maka al-dakhi>l al-Ibi>. Dalam hal ini penulis lebih condong pada
pendapat Aisyah bint al-Syathi. Namun

penulis sendiri masih mempertanyakan

apakah jika melakukan kritik sanad riwayat Ibnu Jari al-Thabari yang dinilai ittis|al
kepada Ibnu Hibban dan Ibnu Zaid bisa diterima validitasnya? Apakah Ibnu Zaid
22

Lihat dalam dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ al-Nabiyy. . . . Hal. 60

13
dan Ibnu Hibban dari golongan sahabat atau tabi’in? jika tabi’in berarti sanad
tersebut bukan berasal dari sahabat.