Mesin Abon Ikan dan Daging

Mesin Abon Ikan dan Daging
Kategori : Mesin Perikanan

email : rumahmesin@gmail.com

Mesin Abon Ikan dan Daging
Mesin Abon Ikan dan Daging lengkap untuk mengolah ikan dan daging
menjadi Abon yang berkualitas, terdiri dari mesin pencabik ikan dan daging, mesin
pemasak dan mesin spinner abon untuk menghilangkan minyak pada abon. macammacam abon yang banyak dibuat oleh masyarakat adalah abon daging sapi, abon
daging ayam dan aneka abon ikan seperti abon ikan tengiri, abon ikan cakalang,
abon ikan lele, abon ikan tongkol, abon ikan tuna, abon ikan gabus, dan abon ikan
patin.
Adapun paket mesin abon tersebut:

1. Mesin Pencabik Ikan dan Daging

Spesifikasi Mesin:






Fungsi
Dimensi
Penggerak
Kapasitas

: Mencabik daging sapi/tuna untuk menjadi abon ikan
: 500 x 300 x 800 mm
: EM 1 Hp 220 V 1 PH
: 50-70 kg/proses

2.

Mesin

Pemasak

Daging

Ikan

Spesifikasi Mesin :





Fungsi
Dimensi
Penggerak
Kapasitas

: Memasak abon yang telah dicabik dan dibumbui
: 500 x 450 x 700 mm
: EM 1/4 HP 220 V 1 PH
: 5 kg/proses

3. Mesin Spinner / peniris abon / press abon

dan


Spesifikasi Mesin:





Dimensi
Penggerak
Kapasitas
Fungsi

: 550 x 400 x 600 mm
: EM 1/4 HP 220 V 1 PH
: 4 kg/proses
: Meniriskan minyak agar abon menjadi kering

Info Pemesanan :
Mansur Mashuri | Cp. +6281328042283 | email : rumahmesin@gmail.com

ARTIKEL TERKAIT:

1. Mesin

Pembuat

Abon

Sapi

dan

Aneka

Abon

Ikan

Mesin Pembuat Abon Sapi dan Aneka Abon Ikan Mesin pembuat Abon sapi dan aneka abon ikan
adalah alat untuk membuat abon sapi dan aneka ikan secara elektrik. Alat ini mudah dan sederhana
cara pemakaiannya. Selain untuk abon daging sapi juga bisa dibuat dari aneka abon ikan seperti tuna,
lele, gabus,...


2. Presto

Daging,

Ikan

dan

Tulang

Lunak

Presto daging dan tulang lunak, alat ini kami sediakan untuk membantu proses pengolahan daging atau
tulang menjadi empuk. Alat ini cocok untuk industri rumah tangga seperti untuk olahan bandeng presto,
ayam tulang lunak, Iga sapi tulang lunak, juga sangat cocok untuk rumah makan atau restoran.
Spesifikasi Alat: Dimensi

:500...


3. Membuat

Abon

Ikan

Lele

Membuat Abon Ikan Lele Berbicara tentang ikan lele tentu yang terbayang adalah menu masakan yang
olahannya biasa digoreng atau disemur. Jika melihat dari persepsi itu kemudian dibandingkan dengan
hasil produksi ikan lele tentu akan banyak kerugian yang diderita oleh para pengusaha ikan lele. Sebab
konsumsi ikan lele tentu jauh lebih...

4. Pengawetan

Ikan

dengan

Lemari


Ikan

Asap

Pengawetan Ikan dengan Lemari Asap Pengawetan ikandapat dilakukan dengan menggunakan lemari
asap. Lemari ikan asap terbuat dari mild steel menggunakan bahan bakar elpiji. Spesifikasi Alat: Fungsi
: Untuk mendapatkan Ikan Asap Dimensi

5. Mesin

Pelet

: 1200 x 600 x 2000 mm Bahan

(Pelletizer)

...

Pakan


Ikan

Mesin Pelet (Pelletizer) Mesin Pelet ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan pembuatan pelet,
seperti pelet ikan, pakan ternak dan lain-lain sehingga sering disebut juga sebagai mesin pakan.
Spesifikasi Mesin Mesin Pelet : Dimensi
KATEGORI






Artikel Proses
Mesin Kerajinan
Mesin Kontruksi
Mesin Makanan

: 700 x 450 x 900 mm Penggerak


...

 Mesin Sabut Kelapa
 Produk

Alat Laboratorium

Mesin Kemasan

Mesin Perikanan

Mesin Perkebunan

Mesin Pertanian

Mesin Peternakan

Mesin Produksi Kelapa

Mesin Cocofiber


Mesin Produksi Rumah Tangga

Mesin Produksi Umum


Mesin Proses Daging

email : rumahmesin@gmail.coemail : rumahmesin@gmail.com

IKUTI KAMI!

Artikel Terbaru
email : rumahmesin@gmail.com
email : rumahmesin@gmail.com

USAHA PEMBUATAN ABON LELE

USAHA PEMBUATAN ABON LELE


A. PENDAHULUAN
Abon merupakan salah satu produk olahan yang
sudah dikenal oleh masyarakat luas dan umumnya
abon diolah dari daging sapi. Selain daging sapi, ikan
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan abon. Abon ikan adalah produk olahan
hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan, melalui
kombinasi dari proses penggilingan, penggorengan,
pengeringan dengan cara menggoreng, serta
penambahan bahan pembantu dan bahan penyedap
terhadap daging ikan. Seperti halnya produk abon
yang terbuat dari daging ternak, abon ikan cocok
pula dikonsumsi sebagai pelengkap makan roti
ataupun sebagai lauk-pauk.Salah satu jenis ikan yang
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan abon adalah
ikan lele
( Tim Penyusun, 2008).
B. ANALISIS FAKTOR PRODUKSI PEMBUATAN
ABON LELE

1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah ikan lele . Ikan
lele mempunyai daging yang tebal, memiliki serat
kasar dan tidak mengandung banyak duri. Ciri-ciri
fisik yang harus dimiliki daging ikan lele yang bisa
dijadikan bahan baku pembuatan abon ikan adalah
dalam kondisi segar, warna dagingnya cerah,
dagingnya terasa kenyal, dan tidak berbau busuk.
Ikan lele dapat diternak sepanjang tahun, sehingga
bahan baku dapat diperoleh dengan mudah. Harga
ikan lele relatif lebih murah dibandingkan dengan
harga ikan lainnya, yaitu Rp 11.000 per kilogram.
Proses pembelian bahan baku biasanya dilakukan
dengan cara melakukan pemesanan terlebih dahulu
dari sejumlah TPI, kemudian pemasok akan
mengantarkan langsung bahan baku tersebut ke
lokasi produksi dengan biaya pengiriman sepenuhnya
ditanggung oleh pemasok. Sistem pembayaran bahan
baku biasanya dengan sistem 50 % dibayar pada
saat pasokan tiba dan 50 % lagi setelah produk abon
ikan terjual. Sistem pembayaran bahan baku seperti
ini bisa dilakukan karena sudah lamanya kerjasama

yang dilakukan pihak produsen dengan para
pemasoknya.
Seperti dalam proses pembuatan produk olahan
makanan lainnya, dalam pembuatan abon ikan pun
digunakan bahan-bahan pembantu (bumbu-bumbu).
Fungsi bahan-bahan pembantu tersebut adalah
sebagai penyedap rasa dan zat pengawet alami bagi
produk abon ikan yang dihasilkan. Sejumlah bahan
pembantu yang biasa digunakan dalam pembuatan
abon adalah rempahrempah,
gula, garam dan penyedap rasa. Jenis rempahrempah yang digunakan adalah bawang putih,
ketumbar, lengkuas, sereh dan daun salam. Gula yang
digunakan adalah gula pasir. Gula pasir dapat
memberikan rasa lembut sehingga dapat mengurangi
terjadinya pengerasan. Sementara garam yang
digunakan sebagai bumbu adalah garam dapur. Di
samping sebagai bumbu, garam dapur pun berfungsi
sebagai bahan pengawet karena kemampuannya
untuk
menarik air keluar dari jaringan. Bawang putih
mempunyai aktivitas anti mikroba. Senyawa allicin
dalam bawang putih berperan memberikan aroma
khas, serta memiliki kemampuan merusak protein

kuman penyakit sehingga kuman tersebut mati.
Sementara itu, penyedap rasa berfungsi untuk
menambah kenikmatan rasa abon ikan yang
dihasilkan ( Tim Penyusun, 2008).
2. Tenaga Kerja (SDM)
Jenis teknologi yang digunakan dalam industri abon
ikan umumnya sederhana dan sangat mudah
penguasaannya. Oleh karena itu, industri ini tidak
menuntut prasyarat tenaga kerja berpendidikan
formal, tetapi lebih mengutamakan keterampilan
khusus dalam pengolahan abon ikan. Kebutuhan
tenaga kerja dengan spesifikasi tersebut bisa
dipenuhi oleh pria atau wanita yang telah mengikuti
pelatihan atau magang di unit usaha sejenis.
Tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi
harus terjamin kebersihannya. Usaha yang dapat
dilakukan yaitu dengan mencuci tangan sebelum
bekerja, menggunakan antiseptik kulit, dan
menggunakan penutup kepala. Hal itu dilakukan agar
produk terhindar dari kontaminasi pekerja.
3. Peralatan Produksi

Abon ikan lele dapat diproduksi dengan alat yang
sederhana maupun dengan peralatan semi mekanik.
Alat-alat sederhana yang bisa digunakan untuk
pembuatan abon ikan adalah :
1. Panci Besar
Alat ini digunakan sebagai wadah dalam proses
perebusan daging ikan.
2. Wajan dan sodet
Alat ini digunakan pada proses penggorengan abon
ikan dan bawang merah.
3. Tungku
Alat ini digunakan sebagai tempat pembakaran kayu
bakar selama proses perebusan daging ikan serta
penggorengan abon ikan dan bawang merah.
4. Pisau
Alat ini digunakan untuk menyiangi dan memotong
ikan, serta mengupas dan mengiris bawang.
5. Tampah
Alat ini digunakan sebagai tempat mencampur bumbu
dengan daging ikan yang telah dicabik-cabik.
6. Garpu besar
Alat ini digunakan untuk mencabik dan menghaluskan
abon yang telah digoreng dan direbus.
7. Baskom plastik besar

Alat ini digunakan sebagai wadah selama pencucian
ikan.
8. Baskom plastik kecil
Alat ini digunakan sebagai tempat bumbu-bumbu
yang akan dicampurkan.
9. Ember plastik
Alat ini digunakan sebagai wadah untuk membawa air
untuk merebus daging ikan.
10. Saringan kelapa
Alat ini digunakan untuk menyaring santan kelapa.
11. Blong (kantong plastik besar).
Alat ini digunakan sebagai wadah tempat menyimpan
sementara abon ikan sebelum dikemas dan
dipasarkan.
12. Plastik kemasan (ukuran 100 g dan 250 g)
Digunakan untuk mengemas produk abon ikan siap
jual.
13. Timbangan duduk
Alat ini digunakan untuk menimbang bahan-bahan
pembantu dan abon ikan yang akan dikemas.
14. Ayakan (Tray)
Alat ini digunakan untuk meniriskan daging ikan
yang telah direbus.
15. Lemari penyimpanan (Etalase).

Alat ini digunakan sebagai tempat menyimpan abon
ikan yang telah dikemas
( Tim Penyusun, 2008).
4. Mesin Produksi
Sementara itu, sejumlah peralatan semi-mekanik
yang biasa digunakan dalam proses pembuatan abon
ikan, antara lain adalah :
1. Mesin pengepres
Mesin ini digunakan untuk membuang air dalam
daging ikan yang telah direbus (pengepresan I),
serta membuang minyak goreng dari bakal abon ikan
yang telah digoreng (pengepresan II).
2. Mesin parutan
Mesin ini digunakan untuk memarut kelapa dan
lengkuas.
3. Sealer (alat pengemas).
Alat ini digunakan dalam proses pengemasan
produk abon ikan
( Tim Penyusun, 2008).
5. Modal
Pada usaha pembuatan abon ikan lele, modal
digunakan untuk membeli bahan baku, alat-alat

produksi, mesin-mesin produksi, pembiayaan proses
produksi, serta pembayaran tenaga kerja. Besar
kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung pada
banyak sedikitnya produksi yang dilakukan.
6. Lokasi Usaha
Tahap penting dalam memulai suatu usaha adalah
pemilihan lokasi tempat usaha akan didirikan.
Pertimbangan penetapan lokasi usaha didasarkan
pada faktor kedekatan letak dari sumber bahan
baku, akses pasar terhadap produk yang dihasilkan,
ketersediaan tenaga kerja, air bersih, sarana
transportasi dan telekomunikasi. Lokasi usaha
pengolahan produk ikan sebaiknya terdapat di
daerah-daerah yang dekat kawasan-kawasan kerja
pelabuhan perikanan, terutama Tempat Pelelangan
Ikan (TPI). Kondisi tersebut akan mempermudah
proses penyediaan bahan baku ikan, mengingat sifat
ikan yang mudah rusak, serta bias
mengurangi biaya transportasi dalam penyediaan
bahan baku ( Tim Penyusun, 2008).

B. PROSES PRODUKSI

Proses produksi abon ikan lele relatif sederhana dan
mudah dilakukan. Secara umum, proses produksi
abon ikan, mulai dari tahap pengadaan bahan baku
ikan sampai tahap pengemasan abon ikan lele, adalah
sebagai berikut :
1. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah ikan lele yang
masih utuh dan segar, untuk selanjutnya dilakukan
proses penyiangan.
2. Penyiangan Bahan baku
Pada proses penyiangan yaitu pemotongan ikan dan
pencucian daging ikan, maka bagian kepala dan isi
perut ikan dibuang. Daging ikan hasil tahap
penyiangan sebaiknya direndan dalam air yang
dicampur dengan air cuka. Kadar air cuka yang
dipakai adalah ±2%. Ini dilakukan untuk membuat
bau amis hilang.
3. Perebusan
Potongan ikan yang telah direndam dalam air cuka
kemudian disusun ke dalam panci besar dan direbus
selama 30 – 60 menit. Proses perebusan akan
dihentikan setelah daging ikan menjadi lunak.

Selama proses perebusan tersebut juga
ditambahkan daun salam dan garam rebus.
4. Pengepresan I
Ikan yang telah direbus kemudian dipres dengan
mesin pengepres. Sebelum dipres, daging ikan
tersebut sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu
sekitar 5 – 10 menit. Tahap pengepresan bertujuan
untuk mengurangi kadar air pada daging ikan yang
telah direbus. Makin sedikit kadar air yang
dikandung dalam daging, maka akan makin baik pula
serat-serat daging yang dihasilkan.
5. Pencabikan I
Setelah daging ikan dipres, kemudian dilakukan
proses pencabikan sampai menjadi serat.-serat.
Proses ini bisa dilakukan dengan tangan atau dengan
mesin pencabik (giling).
6. Pemberian Bumbu dan Santan
Pada tahap ini, serat-serat daging hasil pencabikan
ditambahkan bahan-bahan pembantu (bumbubumbu). Bumbu-bumbu yang ditambahkan terdiri
dari : bawang putih, ketumbar, lengkuas yang telah
diparut dengan mesin parutan, gula pasir, garam
dapur dan santan kelapa.
7. Penggorengan

Setelah bumbu-bumbu tercampur secara merata
dalam serat-serat daging ikan, kemudian dilakukan
penggorengan ±60 menit. Selama proses
penggorengan, secara terus menerus dilakukan
pengadukan agar abon ikan yang dihasilkan matang
secara merata dan bumbubumbu dapat meresap
dengan baik. Tahap penggorengan ini akan dihentikan
setelah seratserat daging yang digoreng sudah
berwarna kuning kecoklatan.

8. Pengepresan II
Tahap produksi berikutnya adalah pengepresan
kembali serat-serat daging ikan yang telah digoreng.
Proses pengepresan tahap kedua ini bertujuan untuk
mengurangi kadar minyak pasca proses
penggorengan.
9. Pencabikan II
Setelah dipres, kemudian dilakukan pencabikan
tahap kedua agar tidak terjadi penggumpalan.
Proses pencabikan tahap kedua ini akan dihentikan
setelah terbentuk produk akhir berupa abon ikan
dengan tekstur yang seragam.
10. Pengemasan

Pada tahap akhir produksi dilakukan pengemasan
abon ikan. Jika pengemasan tidak langsung
dilakukan, maka produk abon ikan akan disimpan
terlebih dahulu dalam kantung plastik besar (blong)
di gudang penyimpanan, sebelum dilakukan
pengemasan.

Komposisi gizi ikan lele tiap 100 gr dapat dilihat
pada tabel berikut
Komposisi

Jumlah (%)

Kadar Protein

40,28

Kadar Lemak

11,18

Kadar Abu

5,52

Kadar air

3,64

Karbohidrat

13,41

Sumber: Afrianto, dkk (2008)

C. ANALISIS SWOT USAHA ABON IKAN LELE
Analisis SWOT dilakukan untuk mengevalusi
kekuatan dan kelemahan usaha pembuatan abon ikan.
Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang

(opportunies) dan secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats).
1. Kekuatan (strength)
Kekuatan dalam pengembangan usaha abon ikan lele
antara lain bahan baku mudah diperoleh, yaitu dari
TPI maupun dari peternak ikan lele. Jarak TPI yang
dekat dengan rumah produksi meminimalisir biaya
transportasi. Ketersediaan ikan lele dan sumber
daya manusia merupakan salah satu faktor kekuatan
pengembangan usaha pembuatan abon ikan lele.
Introduksi teknologi yang relatif sederhana, mudah
dipelajari dan diaplikasikan menjadikan usaha ini
cocok dikelola dalam rangka pemberdayaan
masyarakat sekitar.
2. Kelemahan (weakness)
Pengembangan usaha abon ikan ini terbentur pada
keterbatasan modal, proses pengolahannya masih
sederhana dan menggunakan alat semi manual. Tidak
tersedianya alat pengemas otomatis menyebabkan
biaya produksi dari segi packaging relatif cukup
tinggi. Pemasaran termasuk kegiatan promosi dan

managemen yang masih sederhana turut menjadi
faktor kelemahan pengembangan usaha abon ikan ini.
3. Peluang (opportunies)
Peluang pengembangan usaha abon ikan lele ini
antara lain tren konsumsi ikan yang cenderung
meningkat
4. Ancaman (threats)
Ancaman dalam mengembangkan usaha abon ikan ini
ialah harga bahan baku yang tidak stabil (fluktuatif)
tergantung musim, daya beli masyarakat kurang
baik, dan persaingan produk sejenis dengan
kompetitor besar (Setyoningrum, dkk, 2008).
D. DAMPAK SOSIAL EKONOMI
Dengan adanya kegiatan pengolahan ikan lele
menjadi abon ikan diharapkan dapat memberikan
dampak positif terhadap keadaan ekonomi dan sosial
masyarakat. Berdirinya industri pembuatan abon
ikan secara langsung dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dan membuka kesempatan
berusaha bagi masyarakat. Industri pengolahan abon
ikan lele ini diharapkan dapat menjadi pemicu

berdirinya industri olahan ikan lainnya. Dengan
demikian dapat menumbuhkan kegiatan ekonomi
masyarakat dan akan berdampak positif pada
peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat dan
pembukaan lapangan pekerjaan.

E. PERBANDINGAN DENGAN USAHA YANG
TELAH ADA
Pada umumnya, usaha ini sama dengan usaha
pembuatan abon lele lainnya, dari segi bahan baku,
peralatan, mesin yang digunakan, tenaga kerja, dan
modal. Hal yang membedaka adalah kapasitas modal
dan tenaga kerja pada usaha ini relatif lebih kecil
karena produksi masih dilakukan dalam skala kecil.
Kelebihan dari usaha ini adalah pekerja yang terlibat
dalam proses produksi harus diperhatikan secara
serius sanitasinya. Usaha yang dapat dilakukan yaitu
dengan mencuci tangan sebelum bekerja,
menggunakan antiseptik kulit, dan menggunakan
penutup kepala. Hal itu dilakukan agar produk
terhindar dari kontaminasi pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2008. Pengawetan dan Pengolahan

http://bisnisukm.com/pengawetan-danpengolahan-ikan.html. Diakses Pada Tanggal 01
November 2009.
Ikan.

Setiyoningrum, F., A. Chandra, dan A. Herminiati.
2008. Analaisis Biaya Pembuatan Abon Ikan Mayung
(Arius thalassinus) di Desa Blanakan
KabupatenSubang.http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip
%202009/SATEK%202008/VERSI%20PDF/bidang
%207/VII-26-BELUM%20BAYAR.pdf. Diakses Pada
Tanggal 01 November 2009.
Tim penyusun. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil
(PPUK) Usaha Abon
Ikan.http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/7E1B0EAAA718-46AD-BB63-FDEAE5F80D53/16036/
UsahaAbonIkan.pdf. Diakses Pada Tanggal 01
November 2009.