Lp Asma Bronkial Pada Anak

  TUGAS KEPERAWATAN ANAK ASMA BRONCHIAL PADA ANAK Dosen :

  Disusun Oleh:

  1. Christy Oktaviana NIM : 20171660053

  2. Retno Wulandari NIM : 20171660109

  

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

PROGRAM S1 KEPERAWATAN B

TAHUN 2018

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yan umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik.

  Disamping itu banyak permasalahan kesehatan lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan per masalahan kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab, dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-faktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok,asap obat nyamuk, dan lain- lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakitasma bukan penyakit menular tapi penyakit keturunan.”

  Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saatini hanya berfungsi menghilangkan gejala.

  Namun, dengan mengontrol penyakit asma, penderita penyakit asma bisa

  (kumatnya gejala penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut dalam halaman detail ini meliputigejala asma,diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengo batan, pengcegahan dan hidup bersama asma.

  13. Bagaimana askep pada pasien asma ?

  9. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit asma

  8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita asma.

  7. Untuk mengetahui pathway penyakit asma

  6. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit asma

  5. Untuk mengetahui klasifikasi dapri penyakit asma

  4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit asma

  3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit asma

  2. Untuk mengetahui anatomi saluran pernafasan

  1. Untuk mengetahui pengertian asma

  1.3 Tujuan

  12. Bagaimana cara penularan penyakit asma ?

  1.2 Rumusan Masalah

  11. Bagaimana pencegahan dari penyakit asma ?

  10. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit asma ?

  9. Bagaiaman penatalaksanaan penyakit asma ?

  8. Apa saja Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada penderita asma ?

  7. Bagaimana pathway penyakit asma ?

  6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit asma ?

  5. Apa saja klasifikasi asma pada anak ?

  4. Bagaimana manifestasi dari penyakit asma ?

  3. Apa saja etiologi penyakit asma ?

  2. Bagaimana anatomi dari saluran pernafasan ?

  1. Apa pengertian dari asma ?

  10. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan penyakit asma

  BAB II PEMBAHASAN

  2.1 Pengertian Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah- ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).

  Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001)

  Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. (Elizabeth, 2000: 430) Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).

  Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif yang bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi alveoulus dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas.

  2.2 Anatomi Sistem Pernafasan Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut: Rongga Hidung →Faring → Laring →Trakhea→ Bronkus→ Bronkiolus→ Alveolus (paru-paru) Organ Pernafasan :

  a. Hidung Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dan dipisahkan oleh sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalamlubang hidung.

  b. Faring Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan, terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

  c. Laring Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai

  Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm.

  e. Bronkus Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi lebih kecil disebut bronkiolus. Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli.

  f. Paru-paru Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2 dan CO2. Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus. Letak paru-paru dirongga dada menghadap ke tengah rongga dada (kavum mediastinum). Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.

  Fisiologi Sistem pernafasan Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa, oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas, oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan mempunyai hubungan yang erat dengan darah di dalam kapilerpulmonalis.Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian dipompa oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen

  Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveoli-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Pernapasan jaringan atau pernapasan interna, darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksige, mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung

  Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomenahiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan ataufaktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:

  1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

  2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, danpolutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.

  3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).

  Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi danpresipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu : a. Faktor predisposisi

  Genetik Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belumdiketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderitadengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat jugamenderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jikaterpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluranpernapasannya juga bisa diturunkan.

  b. Faktor presipitasi 1) Alergen

  Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

  a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi.

  b) Ingestan : yang masuk melalui mulut Contoh : makanan dan obat-obatan

  c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

  Asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musimhujan, musim kemarau. 3) Stres

  Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbulharus segera diobati penderita asma yang mengalami stres ataugangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikanmasalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi makagejala belum bisa diobati. 4) Olah raga atau aktifitas jasmani

  Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

  2.4 Manifestasi Klinis

  a. Wheezing

  b. Dyspneu dengan lama ekspirasi

  c. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit

  d. Tachypnea, orthopnea

  e. Gelisah

  f. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan

  g. Fatigue

  h. Intoleransi aktivitas i. Perubahan tingkat kesadaran, cemas j. Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur

  Tanda serangan asma :

  1. Tanda awal serangan asma Tidak ada perbaikan dengan obat biasa - Pemakaian obat lebih sering - Mengi menetap - Terlihat pucat dan agak gelisah - Ingus encer makin banyak -

  Perut turun naik saat bernapas - Anak lebih suka dalam posisi duduk - Obat pereda serangan tidak mempan lagi -

  3. Tanda bahaya serangan asma Mengi melemah tapi sesak napas makin berat - Anak terlihat kelelahan - Kebiruan didaerah mulut dan sekitarnya - Anak sangat gelisah -

  2.5 Klasifikasi Pembagian asma pada anak :

  a. Asma episodic yang jarang Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini.

  b. Asma episodic sering Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.

  c. Asma kronik atau persisten Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 % sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.

  Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus saluran nafas. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.

  2. Asma persisten pada bayi Mengi yang persisten dengan takipneu - Dapat terjadi pada umur 3-12 bulan - Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak terdengar - kalau sedang tidur.

  Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happy whezzer” - - Gambaran rontgen paru biasanya normal. Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema - mukosa dan hipersekresi daripada spasme ototnya.

  3. Asma hipersekresi biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah. - Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek, krok- - krok), dan mengi Didapatkan ronki basah dan kering -

  4. Asma karena beban fisik (exercise induced astma)

  5. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik

  6. Batuk malam

  • terdapat pada semua golongan asma
  • banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus banyak. Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering, - biasanya terjadi jam 1-4 pagi.

  7. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)

  2.6 Patofisiologi Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri dari spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang menetap dan hipersekresi mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas. Orang yang menderita asma memilki ketidakmampuan mendasar dalam mencapai

  Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.

  Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Histamine yang dihasilkan menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru, sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat. Udara ini belum mendapat perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan asma. Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalam intrapulmoner selama usaha ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolus tetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh karena itu pendeita asma biasanya dapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan besar dalam ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau ”kelaparan udara”. Kapsitas sisa fungsional paru dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma karena kesulitan mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka waktu yang panjang, sangkar dada menjadi membesar secara permanent, sehingga menyebabkan

  2.7 Pathway

  Ekstinsik (inhaled alergi ) Intrinsik (infeksi, psikososial,stress) Bronchial mukosa menjadi sensitif oleh Ig E Penurunan stimuli reseptor terhadap iritan pada trakheobronkhial Hiperaktif non spesifik stimuli penggerak dari cel

  Peningkatan mast cell Pada trakheobronkhia Stimulasi reflek reseptor syarat parasimpatis pada mukosa bronkhial Pelepasan histamin terjadi stimulasi pada bronkial smooth sehingga terjadi kontraksi bronkus Peningkatan permiabilitas vaskuler akibat kebocoran protein dan cairan dalam jaringan

  Perangsang reflek reseptor tracheobronkhial Stimuli bronchial smooth dan kontraksi otot bronkhiolus Perubahan jaringan, peningkatan Ig E dalam serum

  Respon dinding bronkus bronkospasme Udema mukosa Hipersekresi mukosa wheezing

  Ketidakefektifan pola napas Bronkus menyempit Ventilasi terganggu

  Penumpukan sekret kental Sekret tidak keluar

  Gangguan pertukaran gas Gangguan pola tidur hipoksemia gelisah cemas Intoleransi aktivitas

  Bernapas melalui mulut Keringnya mukosa Resiko infeksi

  Batuk tidak efektif Bersihan jalan napas tidak efektif Sumber :Somantri (2008), Muttaqin (2008), Sundaru H (2002)

  2.8 Pemeriksaan Penunjang

  1. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer).

  2. Uji Provokasi bronkus Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-25)Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji.

  3. Foto dada ( scanning paru) Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru- paru.

  4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi.

  5. ABGs Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema).

  Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma).

  6. Darah komplit Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma.

  7. Uji kulit

  Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

  8. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : a. Perubahan aksis jantung,.

  b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

  c. Tanda-tanda hopoksemia,

  9. Analisis gas darah

  2.9 Penatalaksanaan Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap.

  Rawat inap diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-tanda komplikasi. Penanggulangan asma pada anak meliputi:

  a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus

  b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi

  c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi inhalasi secara oral/parenteral d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir encer dan mudah dikeluarkan.

  e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik dengan latihan jasmani atau senam pernapasan.

  Tindakan penanggulangan :

  a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker

  b. Terapi cairan parenteral

  c. Terapi pengobatan : Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :

  Memberikan penyuluhan - Menghindari faktor pencetus - Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu -

  2) Pengobatan farmakologik Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. - Terbagi dalam 2 golongan:

  a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Na ma obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).

  b) Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.

  Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi - merupakan obat pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan. Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma - seperti kromalin. Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

  2.10 Komplikasi Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin timbul adalah :

  1. Pneumo thoraks Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.

  Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan nafas.Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental.

  2. Status Asmatikus Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung dalam beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian.

  Factor penyebab : Infeksi saluran nafas - Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi) - Kontraksi otot polos - Edema mukosa -

  • Hipersekresi

  3. Emfisema kronik Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya.

  4. Ateleltaksis Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

  5. Aspergilosis Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat.

  Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dan kantong udara.

  6. Gagal nafas

  7. Bronchitis Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang kecil mengalami bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.

  2.11 Pencegahan Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut:

  Seh ubungan dengan asal-usul tersebut, upaya pencegahan asma dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

  1. Pencegahan primer Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko asma (orangtua asma), dengan cara : a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak b. Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu asupan janin c. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan

  d. Diet hipoalergenik ibu menyusui

  2. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah tersentisisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam ruangan terutama tungau debu rumah.

  3. Pencegahan tersier Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multi senter yang dikenal dengan nama ETAC Study (early treatment of atopic children) mendapatkan bahwa pemberian Setirizin selama 18 bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah menurunkan kejadian asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian setirizin pada penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).

  2.12 Cara Penularan Pada umumnya penularan penyakit asma lebih disebabkan oleh faktor debu. Kota-kota besar dapat memicu penduduknya untuk terkena penyakit asma 50% lebih besar dibandingkan penduduk yang tinggal di pedesaan atau kampung-kampung. Karena debu dari pembuangna gas emisi karbpn dapat membuat orang yang menghirupnya menjadi sesak dan sangat sulit bernafas. Selain iti asap rokok juga dapat memicu timbulnya penyakti asma.Sebetulnya asma bukan penyakit yang menular, melainkan biasanya ditularkan secara genetik da erat kaitanya dengan faktor alergi.

  Namun, seringkali penyakit asma mempunyai komplikasi berupa radang atau infeksi saluran pernafasan infeksi saluran pernafasan inilah yang dapat menular ke orang disekitar melalui udara.Fenomena penyakit asma saat ini jauh meningkat, diperkirakan ada 300 juta kasus penyakit asma terjadi di dunia. Penyebabnya bukan karena penyakti ini menular, dilingkungan kita seperti polusi udara dan lain-lain yang dapat memicu timbulnya serangan asma.

  2.13 ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL

  A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1) Pengkajian

  a. Polapemeliharaan kesehatan GejalaAsmadapatmembatasimanusiauntuk berperilakuhidup normalsehingga pasiendenganAsma harusmengubahgaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi seranganAsma b. Polanutrisidan metabolik

  Perlu dikaji tentang statusnutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalammemenuhikebutuhnnya. Serta pada pasiensesak,potensialsekaliterjadinya kekurangan dalammemenuhikebutuhannutrisi,halini karenadispneasaat makan, laju metabolismserta ansietasyangdialami pasien.

  c. Pola eliminasi Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk,konsistensi,frekuensi,jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi. d. Pola aktifitas dan latihan Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien,seperti olahraga, bekerja,danaktifitas lainnya.Aktifitasfisik dapat terjadifaktor pencetus terjadinyaAsma.

  e. Polaistirahat dan tidur Perludikajitentang bagaimantidurdanistirahatpasienmeliputi berapa lama pasientidur danistirahat. Serta berapa besar akibat kelelahanyang dialamipasien.Adanyawheezing dansesakdapat mempengaruhi polatidurdan istirahat pasien.

  f. Polapersepsisensori dankognitif Kelainanpada pola persepsidankognitifakanmempengaruhi konsep diri pasien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialamipasiensehinggakemungkinanterjadiseranganAsma yangberulangpunakan semakin tinggi.

  g. Polahubungan dengan oranglain GejalaAsma sangatmembatasipasienuntukmenjalankan kehidupannya secara normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinyaberhubungandengan oranglain.

  h. Pola reproduksidan seksual Reproduksiseksualmerupakankebutuhandasar manusia,bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupanpasien.Masalahiniakanmenjadistresoryang akan meningkatkan kemungkinan terjadinyaseranganAsma. i. Polapersepsidiri dan konsep diri Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salahdapatmenghambatresponkooperatif padadiripasien. Cara memandang diriyang salahjugaakanmenjadistresordalam kehidupan pasien. j. Polamekanismedan koping

  Stresdanketeganganemosionalmerupakanfaktor instrinsik pencetusseranganAsma makaprludikajipenyebabterjadinya stress.Frekuensidan pengaruhterhadapkehidupanpasienserta carapenanggulangan terhadap stresor. k. Polanilai kepercayaan dan spiritual

  Kedekatanpasienpadasesuatuyang diyakinididuniadipercayai dapatmeningkatkankekuatanjiwa pasien.Keyakinanpasien terhadapTuhanYangMaha Esa serta pendekatandiri pada-Nya merupakanmetodepenanggulanganstresyangkonstruktif

  2) Pemeriksaan penunjang

  a. Pemeriksaan spirometri Pemeriksaan spirometridilakukan sebelum dansesudah pemberian bronkodilator aerosol(inhalerataunebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1atau FVC sebanyak >20% menunjukkan diagnosis Asma.

  b. Pemeriksaan tes kulit Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh.

  c. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaanradiologidilakukanbila ada kecurigaanterhadap proses patologik diparu atau komplikasiAsma, seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

  d. Pemeriksaan analisagasdarah dengan serangan Asmaberat.

  e. Pemeriksaan sputum Untuk melihat adanyaeosinofil, kristal CharcotLeyden, spiral Churschmann, pemeriksaan sputum penting untuk menilai adanyamiselium Aspergilus fumigatus.

  f. Pemeriksaan eosinofil Pada penderita Asma,jumlaheosinofiltotaldalamdarahsering meningkat. Jumlah eosinofil total dalam darah membantu untuk membedakan AsmadariBronchitis kronik.

  

1. Bersihanjalannapastidakefektifberhubungandenganpeningkatan

  produksisekret 2. Ketidakefektifan polanapas berhubungan denganbronkospasme

  3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

  oksigen

  4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak

  adekuatnyapertahanan utama atau imunitas

  5. Cemas berhubungan dengan kurangnyatingkat pengetahuan

  6. Gangguan polatidurberhubungan dengan batuk yangberlebih

  7. Intoleransiaktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

  C. INTERVENSI KEPERAWATAN

  Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret

  Tujuan : jalan napas menjadi efektif Kriteriahasil :

  • Jalan napas bersih
  • Sesak berkurang

  Mengeluarkan sekret - Intervensi:

  1) Kaji tanda-tandavital dan auskultasibunyi napas 2) Berikan pasien untuk posisiyangnyaman 3) Pertahankan lingkunganyangnyaman 4) Tingkatkan masukan cairan, denganmemberi airhangat.

  5) Dorongatau bantu latihan napas dalam dan batukefektif 6) Dorongatau berikan perawatan mulut 7) Kolaborasi : pemberian obat dan humidifikasi, seperti nebulizer

  

Dx 2 : Ketidakefektifan polanapas berhubungan dengan

bronkospasme

  Tujuan : polanapas kembali efektif Kriteriahasil :

  Polanapas efektif -

  • Bunyi napas normal kembali

  Batuk berkurang - Intervensi : 1) Kaji frekuensikedalaman pernapasan danekspansidada 2) Auskultasibunyi napas 3) Tinggikan kepaladan bentuk mengubah posisi 4) Kolaborasipemberian oksigen

  

Dx 3 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

gangguan suplai oksigen

  Tujuan :dapat mempertahankan pertukarangas Kriteriahasil :

  Tidak adadispnea - Pernapasan normal Intervensi -

  Intervensi :

  2) Tinggikankepalatempattidur,bantupasienuntukmemilih posisiyangnyaman untuk bernapas 3) Kaji atau awasisecar rutin kulit dan warnamembran mukosa 4) Dorongpengeluaran sputum: penghisapan biladiindikasikan 5) Auskultasibunyi napas 6) Kolaborasi: Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

  

Dx 4 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

tidak adekuatnyapertahanan utama atau imunitas

  Tujuan :tidak mengalami infeksinoskomial Kriteriahasil :

  Tidak adatanda-tandainfeksi - Mukosamulut lembab - Batuk berkurang -

  Intervensi : 1) Monitortanda-tandavital 2) Observasiwarna, karakter, jumlah sputum 3) Berikan nutrisiyangadekuat 4) Berikan antibiotik sesuai indikasi

  

Dx 5 : Cemas berhubungan dengan kurangnyatingkat

pengetahuan

  Tujuan : kecemasan pasien berkurang Kriteriahasil :

  • Pasien terlihat tenang

  Cemas berkurang - Ekspresiwajah tenang -

  Intervensi : 1) Kaji tingkat kecemasan 2) Berikan pengetahuan tentangpenyakityangdiderita perasaannya 4) Ajarkan teknik napas dalam padapasien

  

Dx 6 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang

berlebih

  Tujuan : polatidurterpenuhi Kriteriahasil :

  Polatidur6-7 jam perhari - Tidurtidak terganggu karenabatuk -

  Intervensi : 1) Kaji polatidursetiap hari 2) Beri posisiyangnyaman 3) Berikan lingkunganyang nyaman 4) Anjurkan kepadakeluargadan pengunjunguntuk tidak ramai 5) Menjelaskan pada pasien pentingnya keseimbangan istirahat dan tiduruntuk penyembuhan

  Dx 7 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

  Tujuan : aktivitas normal Kriteriahasil :

  Pasien dapat berpartisipasidalam aktivitas - Pasien dapat memenuhikebutuhan pasien secaramandiri -

  Intervensi: 1) Kaji tingkat kemampuanaktivitas 2) Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhaan pasien 3) Tingkatkanaktivitas secarabertahap sesuai toleransi 4) Jelaskan pentingnya istirahat dan aktivitas dalaam proses penyembuhan menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

  1. Asma bronchiale adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya respon trakhea dan bronhus terhadap berbagai alergen yang menyebabkan terjadinya penyempitan jalan nafas.

  2. Faktor predisposisi asma bronchiale adalah adanya riwayat keluarga yang pernah menderita, pola hidup yang buruk, serta berbagai alergen yang berada di sekitar tempat tinggal atau di lingkungan kerja.

  3. Gejala spesifiknya berupa sesak nafas, batuk dan adanya bunyi nafas tambahan (wheezing).

  4. Penanganan spesifiknya mengarah kepada pembebasan jalan nafas.

  5. Secara umum tampak adanya beberapa perbedaan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Hal ini disebabkan karena klien sudah pernah mendapatkan pengobatan dan perawatan secara intensif sebelumnya serta respon tiap individu yang berbeda-beda terhadap asma bronchiale.

  DAFTAR PUSTAKA Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma

  Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

  GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma

  Management and Prevension In Children. www. Dimuat dalam

   Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di Ruanmg

  Nilam (Penyakit Dalam) Rumah Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh Banjarmasin Program Studi D3. Keperawatan 2009. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

  Aesculapius Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

  Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

  Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

  Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press

  Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

  Jakarta: Prima Medika Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu

  Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

Dokumen yang terkait

Value-at-Risk Pada Portofolio Berbasis Model Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedastik dan Copula

0 1 9

Value-at-Risk Pada Portofolio Berbasis Model Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedastik dan Copula

0 0 11

ANALISIS KEMAMPUAN ANAK MEMBACA PERMULAAN DI KELOMPOK B TK MUJAHIDIN II Sela Helfitri, Fadillah, Dian Miranda Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan, Pontianak Email: sella.heliafitrigmail.com Abstrak: Pertanyaan umum dalam penelitian ini ad

0 0 16

Pada mata kuliah ini mahasiswa belajar mengenai konsep-konsep dasar mengenai tingkah laku, proses mental dan aspek-aspek psikologis manusia sehingga mahasiswa dapat mengerti dan memahami ruang lingkup dan bidang kajian dari ilmu Psikologi Materi Pemebelaj

0 1 8

Disampaikan Pada Acara : Pra Musrenbang Provinsi Wilayah BKPP III Cirebon

0 1 45

Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah penanggung Jawab

0 2 25

PENGARUH SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI TOTAL PERFORMANCE SCORECARD DAN IMPLIKASINYA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS JASA (Studi Pada Perbankan Syari’ah di Pulau Jawa)

0 0 22

Studi Persepsi Yang Mempengaruhi Kualitas Sistem Informasi Akuntasi Pada SKPD di Lumajang

0 0 11

PEDAGOGIK: Komunikasi Efektif Pada Anak Tunarungu PROFESIONAL: Penerapan Pembelajaran Bunyi Bahasa Bagi Anak Tunarungu Penulis

0 1 179

BIDANG PLB TUNARUNGU KELOMPOK KOMPETENSI J PEDAGOGIK: Penelitian Tindakan Kelas dalam Setting Peningkatan Pembelajaran Anak Tunarungu PROFESIONAL: Pengoperasian MS Office Penulis

0 3 178