50866745 Education dan id. doc

TEORI-TEORI PENDIDIKAN
Dalam perkembangan peradaban manusia banyak pengertian , pandangan, dan teori yang
dikemukakan orang mengenai pendidikan. Pengertian, pandangan dan teori tersebut terumus berbedabeda. Walaupun demikian, dalam tulisan ini hanya mengungkapkan tentang pengertian, teori, dan
metode dalam pendidikan.
Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan atas
dasar pandangan hidup bangsa itu yang diwariskan turun-temurun kepada generasi berikutnya. Adapun
teori pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

TEORI PENDIDIKAN

SEBELUM MASEHI

ABAD 17 HINGGA

HINGGA ABAD 4

ABAD 18

AWAL 20




Teori plato

- Teori Comenius



Teori

- Teori Locke

Quintilian


Teori
Augustine

ABAD 19 HINGGA

- Teori Rousseau

- Teori Kant
- Teori Pestalozzi

- Teori Herbart
- Teori Frobel
- Teori Jan Lighthart
- Sistem pengajaran
Montessori
- Sistem Pengajaran
Dalton
- Teori John Dewey

1

A. TEORI-TEORI PENDIDKAN DARI MASA SEBELUM
MASEHI HINGGA ABAD 4
Teori-teori pendidikan pada masa ini dikembangkan oleh beberapa ahli pendidikan
diantaranya:
1. PLATO
Dalam teori pendididkannya, Plato memandang pendidikan dari tiga aspek, diantaranya

mengenai jiwa dan kepribadia manusia, tentang masyarakat, dan hubungan individu dengan
masyarakat. Plato berkesimpulan bahwa tingkat kesempurnaan tiap-tiap daya pada masing-masing
individu tidak sama, dan tidak ada seorangpun yang dapat memenuhi segenap kebutuhannya
sendiri.
Oleh karena itu, semua individu dalam masyarakat hendaknya menyumbangkna diri untuk
membangun masyarakat yang baik, melalui partisipasi kedalam fungsi-fungsi baik ekonomi,
militer, maupun pemerintahan.
2. QUINTILIAN
Teori pendidikan ini dikembangkan oleh “Marcus Fabius Quintilian” di Spanyol. Teori
pendidikannya mengemukakan tentang fakta bahwa jiwa manusia itu terdiri dari berbagai kapasitas
dan bervariasi. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya mempunyai kemampuan
yang bebrbeda-beda.
Menurut Quintilian, tujuan pendidikan adalah membentuk karakter tertentu pada seseorang. Ia
mengharapkan, bahwa pendidikan hendaknya menghasilkan manusia baik yang terampil
berbicara(“a god man skilled in speaking).
3. St. AUGUSTINE
Pernyataan-pernyataan dalam teori pendidikan Augustine mengungkapkan tentang fakta,
meliputi dua jenis, yaitu psikologi dan historis.
Psikologi dan sejarah dunia dari Augustine melahirkan deskripsi kehidupan manusia, bahwa:



Sejarah terjadi dari awal sejarah



Jiwa setiap manusia selama masa hidupnya dipengarhi oleh”proper order”yaitu cara hidup
Adam dan Hawa sehingga menjadi berdosa.

2

Satu-satunya jalan agar kehidupan dapat selamat dan bahagia ialah dengan penyesalan atas



dosa, dan berusaha mengikuti jalan Allah, antara lain melalui pendidikan Theologi,Liberal
Arts, dan filsafat.
Liberal arts ini meliputi pelajaran tata bahasa, dialektika, pidato, musik, geometri, dan
astronomi.metode pendidikan Augustine lebih ditekankan pada penalaran atau berfikir logis.
Dari ketiga ahli pendidian pada masa ini dapat disimpulkan bahwa teori-teori pendidikan yang
dikemukakan pada dasarnya dihubungkan dengan fakta.


B. TEORI-TEORI PENDIDIKAN DARI ABAD 17
HINGGA ABAD 18
1. COMENIUS
Comenius mengemukakan pernyataan tentang pendididkan tentang fakta-fakta yang
meliputi:berhubungan dengan hakekat manusia, dengan sejarah dunia, dan kondisi sekolah.
Berhubungan dengan dengan hakekeat manusia bahwa manusia memiliki tiga komponen
yaitu syaraf pertumbuhan, perasaan, dan intelek. Mnusia mengalami pertumbuhan yang
dipengaruhi lingkungannya, dengan alat inderanya manusia sadar dan menuruti keinginannya,
edangkan dengan intelektualnya manusia bias mengetahui dan membedakan hal-hal yang baik dan
buruk.
Sejarah dunia dimulai ketika dunia ini tercipta, dan diciptakannya adam dan hawa.dimana
manusia dapat berkomunikasi dan berbahasa serta saling bertukar informasi dan pengetahuan
sampai pada generasi penerus.
Sarana penting untuk memajukan peradaban manusia adalah sekolah. Walaupun demikian,
dapat disadari bahwa di sekolah terkadang masih terdapat kekurangan berhubungan dengan
administrasi,metode pengajaran dan kurikulum. Tetapi pada dasarnya tujuan pendidikan seperti di
sekolah adalah mencetak manusia yang mempunyai knowledge, virtue, dan piety.
2. JOHN LOCKE
Teori pendididkan john locke mengungkapkan tentang fakta-fakta tentang hakekat manusia,

keluarga, sekolah dan masyarakat. Bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk berkembang,
keluarga, sekolah, serta masyarakat disini sangat berperan dalam mengembangkan manusia.

3

Menurut John Locke, bahwa tujuan akhir pendidikan adalah kebahagiaan atau kesejahteraan
bangsa. Untuk mempersiapkan semua itu warga Negara perlu dilengkapi dengan pendidikan
jasmani, moral, serta intelektual.
3.

ROUSSEAU
Dalam teori pendidikan Rousseau mengungkapkan fakta tentang hakekat manusia dan sejarah

manusia. Pendapatnya sama dengan apa yang dikemukakan oleh Plato bahwa hakekat manusia
merupakan kombinasi antara jiwa dan fisik, dimana seorang manusia mempunyai kapasitas
meliputi pengideraan, perasaan, keinginan, kemauan dan akal, kemudian antara manusia satu
dengan yang lain kapasitasnya berbeda.
Rousseau mengemukakan awal kehidupan manusia yang tanpa pemerintahan bersifat natural.
Dalam kemajuan kehidupan, manusia berlindung di bawah institusi adat, maka terjadilah
penyesuaiian moral dan pada akhirnya menjadikan manusia sebagai masyarakat politis beradab.

4.

IMMANUEL KANT
Pengungkapan fakta dari teori pendidikan Kant ada tiga macam yaitu menyangkut psikologi,

sejarah umum, dan praktek lembaga-lembaga pendididikan.
Kant mendefinisikan pendidikan sebagai keseksamaan, kedisiplinan, dan pengajaran. Maksudnya,
dengan adanya disiplin maka dapat menjauhkan anak dari kebuasan dan kekerasan, sedangkan
pengajaran dapat memperbaiki kemauan dan kognisi.
Tujuan umum pendidikan menurutnya adalah realisasi humanitas, tujuan ini untuk
meningkatkan keseksamaan, disiplin, dan pengajaran.
5. J.H. PESTALOZZI
a.

Pengungkapan fakta :
Pada hakekatnya anak didik adalah pribadi yang memiliki daya-daya yang perlu

dikembangkan. Pestalozzi memandang anak bukanhanya sebagi individu akan tetapi dipandang
sebagai anggota masyarakat.
Anak harus dikembangkan rasa kesosialannya, budi pekertinya, kemampuan jiwanya serta

keterampilan jasmaninya. Pendidikan harus dimulai dari lingkungan keluarga dalam hal ini yang
memegang peranan penting adalah ibu.
b. Tujuan pendidikan :

4

Yaitu membimbing anak menjadi orang yang baik dengan jlan mengembangkan kemampuankemampuan yang ada pada anak. Pendidikan tidak hanya menuangkan pengetahuan, tetapi semua
usaha dilakukan agar anak berkembang emurut kodratnya dengan kemampuan –kemampuan yang
dimiliki. Pendidikan hanyalah memberikan pertolongan agar anak kelak dapat manidri dan dapat
menolong dirinya sendiri.
Tujuan pendidikan tersebut terdapat dalam bukunya Die Abend-stunde eines Einsiedlers.
Dalam bukunya ini Pestalozzi mengemukakan bahwa masyarakat dan umat manusia mempunyai
pengaruh atas pendidikan dan anak harus dididik untuk masyarakat dan kemanusiaan.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pestalozzi menghendaki pendidikan yang
harmonis dan seimbangan. Aspek- aspek tersebut meliputi aspek jasmani, kejiwaan sosial, moral
etis dan aspek keagamaan.

D. TEORI-TEORI PADA ABAD 19- AWAL ABAD 20
1. JOHANN FRIEDRICH HERBART (1776-1841)
Herbart menyusun ilmu pendidikan secar ilmiah dengan ilmu dasar yaitu :

a. Ilmu jiwa
Ia menentang ilmu jiwa daya yang mengajarkan terlebih dahulu manusia mempunyai berbagai
daya. Ia menggunakan cara kerja ilmu alam dalam menerenagkan kahidupan jiwa. Dalam ilmu
jiwa , herbart memandang bahwa tanggapan adalah unsur dasar kehidupan kejiwaan.
b. Etika herbart
Etika adalah kesaruan nmoral dan keindahan. Etika menyangkut hubungan kemauan dengan
pandangan pribadi dan hubungan kemauan dengan pandangan orang lain. Orang yang merupakan
suatu kepribadian yang ideal perlu memilki 5 sila yaitu kemerdekaan batin, kesempurnaan,
kehendak baik, ketaatan pada hukum dan sila keadilan.
Dari dasar teori pendidikan herbart dapat dipelajari bahwa :


Tujuan pendidikan
Yaitu menyatukan pada anak dididik pengalaman yang baik dengan kemauan yang baik

(sesuai dengan sila 1), sehingga anak didik dalam segala perbuatannya menunjukkan kepribadian
dan berbuat berdasarkan sila moral. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa tujuan pendidikan adlah
membentuk kepribadian kuat yang bermoral.



Alat pendidikan

5

1. Siasat yaitu alat pendidikan yang berusaha agar anak berkemauan tepat dan kuat untuk berbuat
atas keinsyafan sesuai dengan pandangan yang bermoral.
2. Ketertiban yaitu segala usaha luar untuk menjaga agar usaha pengajaran dan usaha siasat
berhasil baik tanpa mengalami gangguan apapun.
3. Pengajaran yaitu semua jenis pengajaran harus mendidik , pengajaran menanamkan kumpulan
tanggapan menjadi pengetahuan yang dapat menimbulkan kemauan. Hal ini bisa terjadi apabila
pengetahuan anak didik menimbulkan minat atau perhatian.
2. FRIEDRICH WILLIAM AUGUST FROBEL (1782-1852)


Definisi pendidikan
Pendidikan adalah usaha dengan berbagai alat untuk membangkitkan manusia sebagai

makhluk yang sadar, berpikir, dan mengerti.Pendidikan tidak boleh dipaksakan tetapi beraal dari
sukarelaan anak didik sendiri. Frobel juga menganggap manusia lahir dalam keadan baik. Apabila
terjadi ketidakbaikan lingkunganlah yang menyeabbakan termasuk lingkngan pendidikan.



Tujuan pendidikan
Yaitu untuk mengembangkan manusia untuk dengan segla kekuatan jasmani dan rokhani yang

ada padanya. Pendiidkan harus sesuai denagn kebutuhan hidup sekarang dan yang akan datang,
agar anak dapay hidup dalam kemurnian serta kesucian.
3. JAN LIGHTHART (1859-1916)
Ia menuliskan teori pendidikan bertolak belakang dengan pengalaman hidupnya yang
mengesankan, baik di dalam keluarganya maupun di sekolahnya. Ia mengemukakan teori
pendidikan yang terdiri dari :


Pendidikan
Dasar pendidikan yang dianjurkan adalah:
1. Tujuan utama pendidikan adalah membentuk manusia yang berbudi pekerti. Dalam hal ini
kecerdasan otak memang diperlukan tetapi itu bukan yang terpenting.
2. Kata hati berperan penting bagi kehidupan manusia dan ini harus diutamakan. Semua
usaha pendidikan harus didasari dengan keyakinan bahwa anak didik memiliki kata hati.
3. Kepatuhan atau ketaatan murid terhadap gurunya harus ada. Namun kepatuhan ini bukan
karena mereka ada rasa takut.

6

4. Pendidikan harus didasarkan pula pada kasih sayang , karena faktor ini mendukung
kesabaran dan kebijaksanan.
5. Tujuan pendidikan adalah membangkitkan kebaikan yang telah ada dalam jiwa anak untuk
melawan hasrat kejahatan.
6. Hukuman jangan dipakai untuk mendidik


Pengajaran
Teori ini dikemukakan berdasarkan sendi-sendi didaktik :
1. Pengajaran hendaknya menghindari intelektualisme dan verbalisme.
2. Untuk menghindari verbalisme, anak harus diaktifkan dengan memberi kesempatan kepada
anak untuk berbuat dan meneliti lingkungan hidupnya.
3. Pengajaran yang dipusatkan pada lingkungan hidup anak didik akan memperoleh perhatian
spontan dari anak didik tersebut.
4. Bahan pengajaran hendaknya diperoleh dari lingkungan alam , pekerjaan, dan lingkungan
mayarakat konsumen.
5. Pengajaran hendaknya menggunakan prosedur; menentukan pusat minat, perjalanan
sekolah ke lapangan kerja atau alam, belajar mengajar di kelas dengan menggunakan
gambar, dll.

4. MONTESSORI (1870-1952)
Dalam usaha menuliskan teorinya , Montessori bertolak dari pengalaman-pengalaman
hidupnya mulai dari pekerjaannya sebagai dokter rumah sakit, penyelenggara TK hingga menjadi
guru besar.


Metode pengajaran
1. pendidikan hanya pertolongan bagi perkembangan anak didik. Segenap faktor pendidikan
hendaknya bertolak dari kodrat dan pembawaan anak didik. Metode ini disebut
pedosentris.
2. segala usaha dan aktifitas pengajaran harus tumbuh dari dalam diri anak.
3. anak didik harus dapat berkembang secara bebas.
4. perkembangan indera anak didik sangat penting untuk perkembangan dirinya. Indera
adalah pintu gerbang masuknya pengertian.



Praktek pengajaran

7

Dalam prakteknya Montessori menyiapkan beberapa macam alat pelajaran yaitu alat pelajaran
indera penglihat, peraba dan perasa, pendengar, dan alat pelajaran indera pencium.
5. DALTON
Dasar pendidikan dan pengajaran sistem Dalton adalah :


Mengadakan perpaduan sistem klasikal dan individual dalam kebaikannya.



Menciptakan hubungan yang longgar antara para siswa.



Cara belajar disesuaikan dengan tiap individu yang mempunyai tempo bekerja sendiri ,
kegemaran sendiri, dan cara belajar sendiri.



Melaksanakn sifat didaktik : keaktifan, kemerdekaan, koperasi dan efisien.



Sifat perorangan harus diimbangi dengan latihan-latihan untuk menumbuhkan rasa kesosialan
dan kesediaan bekerjasama guna kepentingan bersama.
Tujuan dari sistem pembelajaran Dalton adalah membimbing siswa belajar sendiri,
melakasanakan tugas pelajaran atas tanggung jawab sendiri.

6. JOHN DEWEY (1859-1952)
Pernyataan Dewey tentang teori pendidikan sukar diklasifikasikan, kadang-kadang
merupakan pengungkapan fakta, tetapi kadang-kadang merupakan ekspresi penilaian terhadap
fakta.
Fakta yang dikemukakan ada 3 macam yaitu :


Hakekat manusia
Ada 2 faktor yang menunjukkan hakekat manusia :
1. Kekuatan : kekuatan ini sebagai dorongan yang dapat memperkembangkan hidup.
Konsekuensinya hakekat manusia adalah aktif secara konstan menjalankan aktifitas.
2. Pola : suatu pola tertentu diasumsikan dengan impulse .dalam pola inilah impulse
menemukan arah dan tujuan. Impulse merupakan pembawaan, sedangkan pola merupakan
perwujudan impulse yang berupa habit atau kebiasan. Dari faktor inilah manusia adalah apa
yang dilaksanakan disini dan disana, sekarang dan nanti.



Masyarakat
Yaitu suatu sistem kelembagaan yang memiliki bagian-bagian yang saling bekerja sama sebagai
suatu keseluruhan dan dapat bekerja sama dengan kelompok lain.
8



Kondisi sekolah / pendidikan
Pendidikan adalah proses dimana masyarakat mengenalkan diri. Pendidikan merupakan proses
agar masyarakat menjadi survival untuk menjadi kekal abadi. Dalam hal ini pandangan hidup
dan tinjauan pendidik terhadap anak didik dan perkembanganya akan sangat menentukan hasil
pendidikan. Tujuan umum pendidikan adalah untuk mencapai kekebalan semua generasi
penerus masyarakat yang dididik

METODE-METODE PENDIDIKAN
A.VISI DAN ORIENTASI PENDIDIKAN
1. Pendidikan Dengan Gaya Skolastik
 cenderung bersifat abstrak dan spekulatif
 pendidikan skolastik berfokus pada pengejaran kebenaran obyektif
2. Pendidikan Humanistik
 bersifat praktis


pendidikan humanistic dengan fokus pada bahasa dan retorika pada akhirnya lebih berorientasi
pada usaha untuk mengabdi masyarakat banyak.
Dalam zaman Renaissance memang terdapat debat besar antara kedua gerakan dan kultur

pendidikan ini yang, karena keterbatasan ruang, tentu saja tidak dapat dibahas di sini. Yang akan
penulis lakukan adalah memberikan beberapa butir refleksi atas visi dan orientasi pendidikan
mereka, yang kiranya dapat membantu kita memikirkan visi pendidikan di Indonesia.
1. Orientasi untuk mencari kebenaran.
Keinginan untuk mendapatkan kebenaran, baik yang bersifat filosofis, saintifik, maupun
religius, inilah yang mendorong para tokoh skolastik untuk mencari tahu dan mengumpulkan
berbagai macam teks serta menyusun ensiklopedi.Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa mencari
kebenaran adalah tugas utama dan layak (proper) bagi seorang manusia. Di antara makhluk yang
9

ada, hanya manusialah yang memiliki akal budi, yang memungkinkannya untuk berpikir,
mendapatkan pengetahuan, dan menemukan kebenaran. Pendidikan merupakan sarana bagi
manusia untuk mewariskan kebenaran yang sudah ditemukan dalam sejarah manusia kepada
generasi berikutnya. Yang patut direfleksikan di sini adalah apakah seluruh sistem dan program
pendidikan kita memang diarahkan kepada usaha pencarian kebenaran. Adalah tantangan besar bagi
para pendidik untuk menanamkan dalam diri siswa keberanian untuk mencari dan mengungkapkan
kebenaran. Sangatlah berbahaya kalau sistem, program, dan orientasi pendidikan di negeri kita
dikompromikan oleh motif-motif politik atau ekonomi. Yang terjadi adalah, seperti sudah banyak
dikeluhkan, pembodohan masyarakat.
2. Kemandirian dan profesionalitas.
Baik tradisi skolastisisme maupun humansime berakar pada teks. Dalam program
pendidikan mereka, peserta didik diajar untuk menafsirkan dan memberi komentar. Yang
ditekankan di sini, seperti pada seorang master, adalah kemandirian dan profesionalitas dalam
mengungkapkan pandangan pribadi. Metode pendidikan yang menekankan pada sekadar hafalan
dan ketepatan menjawab sesuai dengan petunjuk jawaban yang ada jelas tidak mendukung
pendidikan ke arah kemandirian. Cara semacam itu tidak merangsang siswa untuk berpikir sendiri
dan tidak mempersiapkan mereka untuk membangun pendapat pribadi secara rasional dan
bertanggung jawab. Bagaimanapun, pada akhirnya orang harus diajar untuk memberikan jawaban
dan membuat keputusan sendiri, tidak melulu merujuk pada perintah dan petunjuk guru atau atasan.
3. Pengabdian kepada publik.
Para tokoh humanis yakin bahwa pendidikan pada akhirnya harus mengarahkan peserta didik
pada pengabdian kepada masyarakat banyak. Alasannya adalah setiap manusia adalah makhluk
sosial, yang secara hakiki terikat pada manusia lainnya; ia dilahirkan tidak untuk dirinya sendiri,
melainkan untuk orang lain juga. Menerapkan visi pendidikan yang demikian memang tidak
mudah, terlebih ketika pendidikan ditempuh sekadar untuk mendapatkan gelar akademik dan
dikejar supaya dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang baik. Motif ekonomi pada peserta
didik dalam mengejar pendidikan pada akhirnya hanya akan menyuburkan individualisme dalam
masyarakat. Tantangannya di sini adalah menumbuhkan dalam diri siswa rasa keterikatan dengan
negara dan masyarakat supaya selalu ada keinginan untuk memperbaiki situasi negara. Di tengah

10

merosotnya nilai nasionalisme di negeri yang hampir masuk jurang karena korupsi, orientasi
pelayanan kepada orang banyak patut mendapat perhatian serius.
4. Pendidikan hati
Berlainan dengan pendidikan skolastik yang cenderung menekankan pendidikan kognitif dan
memuaskan rasa ingin tahu, pendidikan humanistik sangat memerhatikan pendidikan hati. Hal ini
terlihat dalam penekanannya pada retorika sebagai sebuah metode untuk menggerakkan hati orang
dan mengarahkannya pada tindakan positif. Dalam pendidikan humanistik peserta didik lebih
banyak diajak untuk meningkatkan keterampilan dan mengungkapkan diri dalam bahasa dan seni.
Visi pendidikan yang memadai, selain memuat dimensi kognitif, tentunya harus juga mencakup
dimensi afektif dan psikomotorik agar ada keseimbangan. Keputusan yang kita buat pada akhirnya
haruslah didasarkan pada pertimbangan hati dan tidak sekadar pertimbangan murni rasional belaka.
5. Tekanan pada dimensi moral.
Pendidikan humanistik secara hakiki menekankan cara-cara untuk hidup dengan baik (bene
vivere). Oleh karena itu, pendidikan moral memegang peranan penting. Bersama dengan metode
retorika, metode pendidikan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik dan
supaya mereka akhirnya sungguh mencintai keutamaan (virtue) dan membenci kejahatan (vice).
Bagi para tokoh humanis, pendidikan mestinya membuat orang menjadi lebih bermoral dan bukan
sekadar menjadi lebih pandai. Maka dalam kerangka pendidikan mereka, kasus STPDN yang
menyangkut kekerasan dan penganiayaan terhadap sesama calon pemimpin rakyat merupakan hal
yang sangat memalukan, terlebih karena mereka adalah calon-calon pengabdi rakyat yang
semestinya memegang moralitas tinggi. Kegagalan mereka untuk menghormati hak dan martabat
rekan-rekannya tentunya menimbulkan pertanyaan besar mengenai kepantasan mereka menjadi
pemimpin rakyat.
Kiranya masih banyak butir refleksi yang dapat digali dari kedua gerakan dan kultur
pendidikan ini. Butir-butir di atas pun tentunya masih dapat diperdalam lagi. Tulisan singkat ini
diharapkan dapat meningkatkan ketajaman pandangan dan refleksi kita mengenai tujuan, visi, serta
orientasi pendidikan di negeri kita, agar kita sungguh memberikan bekal dan mewariskan sesuatu
yang penting dan bermanfaat bagi generasi selanjutnya
B. MISI DASAR PENDIDIKAN
11

Kita telah mematri pendidikan mengemban misi penyadaran (conscientitation) atau istilahistilah serupa lain, seperti pemerdekaan dan pemanusiaan. Ini misi dasar mulia. Pendidikan harus
membuat orang kian sadar akan jati diri dan asal-usul, dunia dan lingkungan alam-sosial, serta
tanggung jawabnya. Pendek kata, pendidikan dimaksudkan membawa orang pada kesadaran insani.
Dalam konteks ini, kemampuan memilih dikedepankan. Artinya, apa pun keputusan sikap
seseorang dalam kaitan dengan kesadaran jati diri dan lain-lain, asal dipilih sendiri secara sadar,
adalah wujud keberhasilan pendidikan. Dalam bahasa Daoed Joesoef (Tantangan bagi Individu
Otonom, Kompas, 24/8/04), pendidikan harus mendorong individu menjadi lebih otonom, “yang
tidak berjiwa bebek, mampu berpikir mandiri, dan bertindak sendiri,…berkat kekuatan nalar pribadi
dan semangatnya yang kritis”. Otonom untuk menentukan sikap dan tindakan atas dasar
pertimbangan.
Masalahnya, sejauh mana dapat dijamin (dan oleh siapa) bahwa pilihan sikap, perilaku, atau
paham individu-individu otonom hasil proses pendidikan itu in favor dengan tujuan pendidikan
yang telah dijalani? Bagaimana jika oleh kesadaran yang tumbuh melalui proses pendidikan, orang
lalu memilih untuk, misalnya, menjadi teroris? Seperti diketahui, mereka yang dicurigai telah
melakukan aksi berbagai teror bom bukan orang-orang berpendidikan formal rendah.
C. IDEOLOGISASI
Di balik misi penyadaran yang diembannya, kita melihat ruang kosong praksis dunia
pendidikan formal. Jika pendidikan memanusiakan, mengapa kian besar gejala deviasi tindakan
mereka yang terdidik? Dalam dialog penajaman visi-misi calon presiden dan wakil presiden, dan
disiarkan televisi, Prof Safii Ma’arief mengungkap gejala itu sebagai kesenjangan kesadaran
wacana dan kesadaran perbuatan. Kesenjangan ini harus dikikis dengan mengisi ruang kosong yang
timbul dari misi penyadaran pendidikan. Ruang kosong itu adalah tidak adanya ideologisasi tujuan
pendidikan. Artinya, tidak ada raison d’etre yang dipahamkan kepada peserta didik untuk
menumbuhkan keyakinan, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai demi suatu ideal yang dianggap
lebih tinggi dan luas. Ideologisasi menjadikan tujuan pendidikan sebagai semangat dasar proses.
Sejauh ini tujuan pendidikan kita ada karena tuntutan normatif sosial. Ia tidak tumbuh
bersemai dalam diri insan peserta didik, menjadi bagian tujuan hidupnya. Proses pendidikan kita
tidak membuat peserta didik memahami ideal di balik tujuan pendidikan. Tujuan dicapai demi

12

tujuan itu sendiri, sehingga kesediaan berkorban dalam perjuangan mendekati ideal amatlah kecil,
karena jiwa mereka yang terdidik tidak disatukan dengan tujuan pendidikan itu.
Di sinilah letak pentingnya ideologisasi tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan menjadi target
sekaligus semangat praksis pendidikan. Pencapaiannya bersifat imperatif dan dilakukan dengan
semacam drilling tujuan, sebagai semangat ideologis yang harus diwujudkan. Ini perkara
metodologi, agar praksis pendidikan tidak dipisahkan-tidak dialienasikan-dari tujuan pendidikan
sendiri. Akan halnya substansi tujuan pendidikan, kita memilikinya secara amat berlimpah, baik
yang eksplisit telah tersurat maupun yang mengendap dalam keutamaan-keutamaan masyarakat
kita.
D. MACAM- MACAM METODE PENDIDIKAN (pengajaran)
1. E-Learning Metode pendidikan global
Di era global ini tidak ada lagi sekat-sekat yang membatasi seseorang ataupun sebah
perusahaan untuk menambah ilmu melalui pendidikan berbasis internet. Pasar ilmu pengetahuan
berbasis internet (e-knowledge) saat ini menjadi salah satu pasar yang paling tumbuh cepat di
dunia. Bahkan pada sebagian perusahaan di dunia, pengetahuan yang dimiliki sering bernilai lebih
tingi dibanding seluruh fisik mereka.
Di seluruh dunia sekarang ini tengah berlomba menjad e-World dengan e-knowledge di
barisan terdepan. Kebutuhan individu dan perusahaan untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan
semain meningkat dengan laju pertumbuhan. Indonesia merupakan salah satu dari sembilan negara
di dunia yang kemajuan pendidikannya tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduknya,
sehingga perlu media pendidikan melalui internet untuk mengejar ketinggalan pendidikan.dan elearning merupakan metode pendidikan dan pelatihan yang berbasis internet metode ini bisa
digunakan pada level pendidikan manapun.
2. Metode Pendidikan Kepanduan
Dalam nama organisasi Pramuka kita temui istilah kepanduan sebagai suatu metode
pendidikan, untuk membedakannya dengan pendidikan di rumah dan pendidikan di sekolah. Pada
dasarny alingkungan pendidikan ada tiga yaitu di rumah/keluarga, di sekolah/ lembaga pengajaran,
dan di luar rumah dan sekolah, ketiganya saling melengkapi da mengisi. Masing-masing
13

mempunyai tujuan dan cara berbeda, namun tidak dipisahkan. Pendidika pada umumnya bertujuan
untukmenambah dan mengembangkan kemampuan, kecakapan, serta kepribadian, belum cukup
bila hanya di lakukan di dalam keluarga.
Metode kepanduan menurut penemunya, Lord Baden Powell, merupakan sistem pendidika
kewarganegaraan, dengan jalan permainan dan latihan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki mutu
warga negara yang kan datang, khususnya dalam karakter atau kepribadian dan kesehatannya.
Kepanduan sebagimetode atau cara pendidikan mempunyai dasar-dasar : kesuakrelaan, kode
kehormatan dan ketentuan moral, sisitem kerukunan, sisitem tanda kecakapan, permainan yang
mengandung unusur pendidikan, penyesuain dengan perkembangan rohani dan jasmani anak-anak,
keprasahajan hidup dan swadaya atau kemandirian.
Dengan penyesuaian kepada perkembangan keadaan masyaakat dan bangsa Indonesia,
mudah-mudahan metode kepanduan dapat juga kita gunkan untuk menyiapkan manusia dan wrgawrga negara yang baik dan berguna bagi dirinya sendiri, maupun untuk masyarakat dan bangsa
Indonesia.
3. Learning By Doing Atau Activity Learning
Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi , memecahkan maslah,
bereksperimen dan berkreasi dal kegiatan belajarnya sehari-ahri. Siswa dirangsang untu aktif,
kreatif, mandiri dan disiplin.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan integrated study yaitu sistem pembelajaran yang
menghubungkan antara satu pelajara lainnya, sehingga waktu pembelajaran lebih efisien, motivasi
belajar sisiwa meningkat, merangsang siswa berpikir dan merangsang guru untuk kretif mengajar.
4. Model PAKEM
PAKEM adalah model pebelajaran pada empat prinsip, yaitu aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Makna dari keempat prinsip tersebut adalah:
AKTIF :


Selalu mencoba
14



Memanfaatkan modalitas belajar



Penuh perhatian dalam setiap proses pembelajaran

KREATIF:


Menginginkan adanya perubahan yang baru



Tidak cepat putus asa



Menumbuhkan motivasi, percaya diri, dan kritis

EFEKTIF


Memenfaatkan alat peraga yang ada



Mengatur waktu dan strategi pembelajaran

MENYENANGKAN:


Penampilan guru yang menarik



Desain kelas yang tidak membosankan



Ada penghargaan bagi yang berprestasi

5. Model pembelajaran Tematik
Model pembelajara tematik juga sering disebut dengan pembelajaraan terpadu, yaitu suatu
konsep pendekatan proses belajar-mengajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.dalam melaksanakan motode ini, terdapat 3
sasaran utama, yaitu:1). Keterpaduan materi pengajaran. 2). Keterpaduan prosedur penyampaian.
3). Keterpaduan pengalaman belajar.
Pada metode ini juga terdapat beberapa kelebihan, misalnya kegiatan belajar anak relevan
dengan tingkat perkembangan anak, dapat menumbuhkan keterampilan berfikir anak.contohnya,
siswa diberi bahan materi mengarang, sedangkan guru memberi petunjuk atau cara-cara
mengarang, maka dengan sendidirinya akan berkreasi dengan aktif.
15

6. Model Kolaborasi(colaborative learning)
Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai suatu model pembelajaran dengan menumbuhkan
para siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang
sama.model kolaboratif menjadi efisien karena para anggot kelompok belajar dituntut untuk berfikir
secara interaktif. Menurut para ahli bahwa berfikir tidak hanya sekedar memanipulasi objek-objek
mental, tetapi juga interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Implementasi model ini di dalam
kelas misalnya: untuk ko;aborasi sebuah mata pelajaran, seorang guru memberikan tugas secara
berkelompok dengan tujuan yang sama. Setiap siswa dalam kelompok saling berkolaborasi dengan
membagi pengalaman, dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing kelompok disimpulkan
secara bersama. Dalam hal ini berperan sebagai pembimbing dan membagi tugas agar diskusi
kelompok bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.
7. Model Kontekstual(CTL)
Model kontekstual merupakan suatu model yang menggabungkan materi pelajaran dengan
pengalaman langsung sehari-hari. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pembelajaran
kontekstual, yaitu:motivasi, pemahaman , kemahiran, dan penilaian.
Selain itu pembelajaran kontekstual uga bisa dilakukan secara terintegrasi dengan materi
lain.misalnya, ketika mengajar materi keterampilan bisa dipadukan dengan materi bahasa indonesia
dan IPS. Seperti halnya, ketika mengadakan kunjungan ke sebuah objek yang di dalamnya dapat
dijadikan untuk model kontekstual, contohnya pergi ke TOKO”BATIK”. Untuk materi
keterampilan siswa mengetahui berbagai bentuk motif batik, mengetahui seni lukis tiga dimensi dan
dua dimensi. Sementara untuk materi IPS, mengetahui asal daerah dan ciri-ciri batik. Informasi
didapat bisa dengan wawancara, atau diskusi dan pada akhirnya membuat laporan yang sistematis
dalam materi bahasa indonesia. Hal ini sangat efektif karena selain anak merasa senang, juga
langsung berhadapan dengan objek secara kongkret.

16

LAMPIRAN

Pengajaran Bahasa yang Kreatif
Oleh: Ari Wijayanti
Mahasiswi Universitas Negeri Malang
Tulisan ini disusun berdasarkan penelitian penulis yang berjudul
“Media Cergam Sebagai Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas III SD
Negeri Blitar Tahun Ajaran 2006/2007

17

Kunci sukses pengajaran bukan terletak pada kecanggihan kurikulum
atau kelengkapan fasilitas sekolah, melainkan bagaimana kredibilitas seorang
guru di dalam mengatur dan memanfaatkan mediator yang ada di dalam kelas.
Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan
wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Guna mewujudkan tujuan di atas diperlukan usaha yang keras dari masyarakat
maupun pemerintah. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih
menghadapi masalah berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan
efisiensi pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional sebagai lembaga yang bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan pendidikan dan telah melakukan pembaharuan
sistem pendidikan. Usaha tersebut antara lain adalah penyempurnaan kurikulum,
perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan kualitas tenaga pengajar.
Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang peran
sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab
merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga
profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori
belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode
pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi
aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya
tujuan pendidikan.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan
yang penting dalam dunia pendidikan. Secara umum tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Siswa menghargai dan membanggakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara, (2)
Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan,
keperluan, dan keadaan, (3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,
dan kematangan sosial. (4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa
(berbicara dan menulis), (5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Siswa menghargai dan
membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
Untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, pengajarannya
dilakukan sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan
sebagai landasan untuk jenjang yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa Indonesia
ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui
dari standar kompetensi yang meliputi, membaca, menulis, berbicara, dan
mendengarkan (menyimak).
Cergam, salah satu media pengajaran menulis
Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses
belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis

memerlukan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan
dan terus menerus (Dawson, dkk, dalam Nurchasanah 1997:68). Pembelajaran
keterampilan menulis pada jenjang Sekolah Dasar merupakan landasan untuk
jenjang yang lebih tinggi nantinya. Siswa Sekolah Dasar diharapkan dapat
menyerap aspek-aspek dasar dari keterampilan menulis guna menjadi bekal ke
jenjang lebih tinggi. Sehingga, pembelajaran ketrampilan menulis di Sekolah
Dasar berfungsi sebagai landasan untuk latihan keterampilan menulis ke jenjang
pembelajaran sekolah sesudahnya nanti. Dengan banyaknya latihan pembelajaran
menulis, diharapkan dapat membangun keterampilan menulis siswa lebih
meningkat lagi.
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa
mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta
memiliki kegemaran menulis (Depdikbud, 1994). Dengan keterampilan menulis
yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan
bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk.
Salah satunya adalah ketrampilan menulis karangan. Dalam pembelajaran
menulis, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan
membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen,
memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat
karangan yang menarik untuk dibaca. Di antaranya mereka harus dapat menyusun
dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga
menjadi karangan yang utuh.

Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan
pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media
pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam
setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat
menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan
media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, sehingga pembelajaran
dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi
belajar.
Secara umum, menggunakan media cergam sebagai media pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa dalam pembelajaran
menulis.
Secara khusus, penggunaan cergam sebagai media adalah sebagai berikut: (1)
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun cerita berdasarkan
rangkaian gambar secara urut sehingga menjadi karangan narasi yang utuh, (2)
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memadukan kalimat menjadi
karangan narasi yang padu dengan menggunakan kata sambung yang tepat, dan
(3) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda
baca secara benar dalam karangan narasi
Terakhir, mari kita sebagai guru bahasa Indonesia hendaknya mengajarkan
pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan kreatif agar siswa bertendensi
untuk mengikuti pelajaran secara aktif. Itulah kunci sukses pengajaran. Bukan
terletak pada kecanggihan kurikulum, melainkan bagaimana kredibilitas seorang
guru di dalam mengatur dan memanfaatkan mediator yang ada di dalam kelas.