Faktor Internal dan Faktor Eksternal Aud

ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP RATARATA
AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014

1. Latar Belakang
Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat
di era globalisasi saat ini, menuntut setiap perusahaan untuk memproduksi
barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya saing di pasaran. Hal
tersebut mendorong setiap perusahaan untuk memperoleh dana yang cukup untuk
bersaing dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu cara
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh dana adalah dengan menjual
saham kepada masyarakat melalui pasar modal di Indonesia, yaitu Bursa Efek
Indonesia yang menjadi perantara pertemuan perusahaan dengan investor.
Di Bursa Efek Indonesia saat ini tercatat ada 525 perusahaan dari berbagai
sektor seperti perbankan, manufaktur, properti dan real estate, jasa, dan lain
sebagainya. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki jumlah
emiten terbanyak sehingga menjadikan perusahaan di sektor ini memberikan
pengaruh yang besar terhadap perdagangan saham yang terjadi di Bursa Efek
Indonesia.
Selama krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008-2009,
perusahaan manufaktur di Indonesia merupakan perusahaan yang mengalami

keterpurukan dalam hal ekonomi dan keuangan dibandingkan dengan sektor
lainnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan krisis keuangan global yang
mengakibatkan kenaikan harga komoditi primer yang menjadi bahan baku sektor
1

ini telah menyebabkan biaya produksi meningkat. Masalah tersebut berimbas pada
minat investor dalam menanamkan modalnya di sektor manufaktur mulai
menurun, dan investor mulai beralih ke sektor perbankan. Namun perusahaan
manufaktur tidak sepenuhnya mengalami kemunduran karena perkonomian
Indonesia bisa terhindar dari dampak buruk krisis finansial salah satunya karena
pengeluaran konsumsi masyarakat yang tetap tinggi. Hal inilah yang membantu
menyelamatkan sektor industri manufaktur.
Dengan kondisi Indonesia yang berhasil keluar dari krisis finansial global,
pada tahun 2010 perusahaan manufaktur mampu menarik investor lebih banyak
baik itu investor domestik maupun asing. Dengan investor asing yang terus
membanjiri pasar modal Indonesia membuat Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) mengalami penguatan di antara bursa regional yang lainnya. Dengan
melihat kondisi tersebut, secara berkala dari tahun 2010 hingga di tahun berjalan
2015 saat ini, investor semakin yakin bahwa kinerja keuangan perusahaan pada
sektor manufaktur akan baik dan mampu menghasilkan return yang besar

sehingga investor mau menanamkan saham di perusahaan pada sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sebelum investor memutuskan akan menanamkan saham atau tidak di
perusahaan, investor harus mempunyai informasi mengenai laporan keuangan
sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang telah tercatat
di Bursa Efek Indonesia mengeluarkan laporan keuangan setiap tahunnya
mengenai kondisi keuangan, kinerja perusahaan, dimana fungsi laporan keuangan
tersebut sebagai informasi bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi. Laporan keuangan perusahaan tersebut memiliki peran yang penting

2

dalam pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan. Di dalam laporan keuangan
terkandung informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan bagi para
pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2011) laporan keuangan
mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaaan

sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Laporan keuangan tersebut harus memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan perusahaan, kekayaan perusahaan tersebut, termasuk
keuntungan perusahaan dan juga pembayaran dividen perusahaan kepada investor.
Sehingga investor dapat mengambil keputusan apakah akan menanamkan
modalnya ke perusahaan tersebut ataupun tidak.
Dalam menanamkan modalnya, setiap investor terlebih dahulu melakukan
pengamatan dan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan sebelum investor
tersebut mengambil keputusan untuk melakukan investasi. Hal ini dilakukan agar
pihak investor memperoleh rasa aman ketika berinvestasi di suatu perusahaan,
selain itu juga untuk meminimalkan risiko investasi yang akan diterima oleh
investor. Salah satu cara untuk mengamati laporan keuangan tersebut dengan cara
aman yaitu melalui pengamatan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit.
Pada dasarnya setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan
laporan keuangan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan dan telah
diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal.

3

Publikasi laporan keuangan pengauditan sangat penting karena sebagai

informasi yang akan bermanfaat bagi para pelaku bisnis di pasar modal, rentang
waktu penyelesaian audit laporan keuangan turut mempengaruhi manfaat
informasi

laporan

keuangan

auditan.

Laporan

keuangan

auditan

yang

dipublikasikan serta faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, merupakan
objek yang penting untuk diteliti lebih lanjut.

Pengungkapan informasi laporan keuangan yang tepat guna dalam
menghadapi ketatnya persaingan bisnis sejalan dengan semakin berkembangnya
perusahaan saat ini. Laporan keuangan dipersiapkan untuk menyediakan informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi. Hal tersebut
berimplikasi pada semakin banyak pula dibutuhkan seorang auditor yang
profesional untuk mengaudit laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan peraturan Pasar Modal No. KEP 80/PM/1996 mengenai
penyampaian laporan keuangan menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar
dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit kepada Bapepam selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal
berakhirnya tahun buku. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan
dikeluarkannya keputusan No. KEP 36/PM/2003 oleh Ketua Bapepam tentang
kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala yang mulai berlaku
untuk laporan keuangan yang berakhir sejak tanggal 31 Desember 2003. Laporan
keuangan harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir
bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Keputusan ini ditetapkan
agar investor dapat mendapatkan informasi yang akurat dan cepat mengenai

4


perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa serta untuk melindungi para
investor sebab laporan keuangan dapat berupa good news maupun bad news.
Kendala ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan sangat
penting untuk diperhatikan. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 1 paragraf 43
tentang Penyajian Laporan Keuangan, yaitu jika terdapat penundaan yang tidak
semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan
relevansinya. Kendala ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan
perusahaan dapat disebabkan karena lamanya auditor dalam menyelesaikan audit
laporan keuangan perusahaan bersangkutan.
Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan akan berakibat pada
keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan
keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan,
sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Lamanya
waktu penyelesaian audit oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal
laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Perbedaan
waktu ini disebut dengan audit delay (Subekti dan Widiyanti, 2004).
Hossain dan Taylor (1998) menyatakan bahwa tingkat solvabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit delay dan menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara audit delay dengan pengumuman rugi/laba. Ahmad
dan Kamarudin (2000) menyatakan bahwa enam dari delapan variabel yang

digunakan, yaitu klasifikasi industri, laba/rugi perusahaaan, opini audit, ukuran
KAP, tahun tutup buku perusahaan, dan proporsi utang berpengaruh signifikan
terhadap audit delay dan timeliness, sedangkan total aset dan extra ordinary item
tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay dan timeliness.

5

Rachmawati

(2008)

menyimpulkan

bahwa

faktor

internal

yang


mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal adalah
ukuran kantor akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas,
internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay, faktor internal
dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size
perusahaan, dan KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
baik terhadap audit delay maupun timeliness. Kartika (2009) menyimpulkan
bahwa
faktor total aset, laba/rugi operasi, mempunyai pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap audit delay perusahaan, opini dari auditor mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan, serta faktor
profit dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay
perusahaan.
Hasil dari beberapa penelitian tersebut masih beragam, hal ini mungkin
dikarenakan adanya perbedaan sifat variabel independen dan variabel dependen
yang diteliti atau perbedaan periode pengamatan, sehingga ditinjau dari
pentingnya
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan masih memberikan ruang
untuk dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay yang terdiri dari

solvabilitas, ukuran perusahaan, laba/rugi perusahaan, dan kualitas Kantor
Akuntan Publik (KAP).

6

Pentingnya publikasi laporan keuangan pengauditan sebagai informasi
yang sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis di pasar modal. Hal tersebut
terkait rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan turut mempengaruhi
manfaat informasi laporan keuangan auditan. Laporan keuagan auditan yang
dipublikasikan serta faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, menjadi objek
yang signifikan untuk diteliti lebih lanjut.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, serta melihat hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang belum pernah melakukan
penelitian tersebut lebih lanjut, penulis bermaksud mengangkat judul penelitian
“ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP RATARATA AUDIT DELAY

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014”.


2. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh faktor internal (solvabilitas, ukuran perusahaan,
laba/rugi perusahaan) terhadap audit delay?
2. Bagaimanakah pengaruh faktor eksternal (kualitas kantor akuntan publik)
terhadap audit delay?
3. Berapakah rata-rata audit delay berdasarkan pengaruh faktor internal
(solvabilitas, ukuran perusahaan, laba/rugi perusahaan) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada tahun 2010-2014?
4. Berapakah rata-rata audit delay berdasarkan pengaruh faktor eksternal
(kualitas kantor akuntan publik) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
pada tahun 2010-2014?

3. Tujuan Penelitian

7

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh faktor internal (solvabilitas, ukuran perusahaan,
laba/rugi perusahaan) terhadap audit delay.

2. Mengetahui pengaruh faktor eksternal (kualitas kantor akuntan publik)
terhadap audit delay.
3. Mengetahui rata-rata audit delay berdasarkan pengaruh faktor internal
(solvabilitas, ukuran perusahaan, laba/rugi perusahaan) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada tahun 2010-2014.
4. Mengetahui rata-rata audit delay berdasarkan pengaruh faktor eksternal
(kualitas kantor akuntan publik) pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada tahun 2010-2014.

4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan bagi peneliti
selanjutnya

dan

meningkatkan

perkembangan

terhadap

teori-teori

yang

berhubungan dengan penelitian ini, yaitu tentang audit delay.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
oleh pemegang saham dalam menganalisis dan pengambilan keputusan dalam

8

berinvestasi, sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan
risiko atas investasinya. Selain itu, manfaat praktis bagi kantor akuntan publik,
penelitian

ini

dapat

menjadi

informasi,

referensi,

dan

kajian

dalam

mengoptimalkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan audit melalui pengelolaan
faktor-faktor audit delay.

5. Kerangka Pemikiran
Variabel Independen

Variabel Dependen

6.
7.
Faktor Internal:
8.
9.
Audit Delay
10. Solvabilitas (X1)
11.Ukuran Perusahaan (X2)
(Y)
5.1 Laporan Keuangan
Laba/rugi
(X3)
LaporanPerusahaan
keuangan merupakan
output dan hasil akhir dari proses akuntansi.
Eksternal:
Laporan Faktor
keuangan
inilah yang menjadi salah satu bahan dalam proses
Kualitas Kantor
pengambilan
keputusan.
Akuntan
Publik Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga
(X4)
sebagai pertanggungjawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan
indikator kesusksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya (Harahap,
2011). Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dari kinerja keuangan
suatu entitas”.
Laporan keuangan memiliki peran penting karena menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) oleh manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang

9

dipercayakan kepada mereka. Para pengguna laporan keuangan yang dimaksud
antara lain investor, karyawan, kreditur, pemerintah, serta masyarakat. Laporan
keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2007).
Menurut IAI (2011), terdapat empat karakteristik kualitas laporan keuangan,
yaitu:
1. Dapat dipahami (Understandability)
Ini berarti bahwa kualitas penting yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan (Relevance)
Suatu laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan tersebut memiliki manfaat, sesuai dengan tindakan
yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan. Atau dengan kata lain,
relevan merupakan kemampuan dari suatu informasi untuk mempengaruhi
keputusan manajer atau pemakai laporan keuangan lainnya sehingga
keberadaan informasi tersebut mampu mengubah atau mendukung harapan
mereka tentang hasil-hasil atau konsekuensi dari tindakan yang diambil.
3. Keandalan (Reliability)
Keandalan merupakan kualitas informasi yang disampaikan laporan keuangan
menyebabkan pemakai informasi akuntansi sangat tergantung pada kebenaran

10

informasi yang dihasilkan. Keandalan suatu informasi sangat tergantung pada
kemampuan

suatu

informasi

untuk

menggambarkan

secara

wajar

keadaan/peristiwa yang digambarkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
4. Dapat diperbandingkan (Comparability)
Suatu laporan keuangan dapat diperbandingkan bila informasi tersebut dapat
saling diperbandingkan baik antar periode maupun antar perusahaan.
Sehingga pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan
kebijakan serta pengaruh dari perubahan tersebut.
Laporan keuangan mempunyai peranan penting bagi banyak pihak, sehingga
ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan sangat dibutuhkan.
5.1.1 Peraturan Pelaporan Keuangan
Penyampaian pelaporan keuangan bagi perusahaan publik diatur dalam
UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Bapepam mengeluarkan Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi
setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan
tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan
keuangan tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003,
Bapepam semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan
Bapepam Nomor: X.K.2, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, yang

11

berisi tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan ke Bapepam menjadi 90
hari.
Kemudian peraturan tersebut diperbarui dengan dikeluarkannya Peraturan
Bapepam X.K.6, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-134/BL/2006
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan
Publik yang Efeknya Tercatat Di Bursa Efek Indonesia dan Di Bursa Efek Negara
Lain. Hingga dikeluarkannya lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP40/BL/2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan
Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat Di
Bursa Efek Indonesia dan Di Bursa Efek Negara Lain.
Pada keputusan ketua Bapepam dijelaskan bahwa laporan keuangan harus
disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim dan disampaikan kepada
Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga atau 90 hari setelah tanggal
laporan keuangan tahunan. Apabila perusahaan tidak menyampaikan laporan
keuangannya secara tepat waktu maka akan dikenakan sanksi administratif.

5.2 Pengauditan
Menurut (Elder et al, 2012) audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti
mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan
oleh orang-orang yang berkompeten dan independen. Menurut American
Accounting Association (AAA), audit adalah proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi tindakan
12

dan peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut
dengan kriteria yang ditetapkan.
Secara umum pengertian diatas dapat diartikan bahwa audit adalah proses
sistematik untuk mencari dan mengevaluasi bukti-bukti yang dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen guna menentukan tingkat kesesuaiannya
dengan kriteria yang telah ditentukan. Terdapat bebrapa hal yang penting dalam
perumusan definisi audit.
Pertama, adanya informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria
(standar) yang dapat digunakan oleh auditor sebagai panduan untuk mengevaluasi
informasi tersebut. Kedua, bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang
cukup untuk memenuhi tujuan audit sebab bukti-bukti ini akan digunakan auditor
untuk memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen dalam
mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang
akan diambilnya. Hal ini sesuai dengan standar umum pengauditan bahwa audit
harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dapat mencapai
kesimpulan audit yang tepat dan dapat menjaga independensinya sehingga opini
yang nanti diberikan oleh auditor terkait dapat memberikan manfaat dan tidak
menyesatkan penggunanya. Ketiga, penetapan entitas ekonomi periode waktu
yang telah diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggung jawab auditor.
5.2.1 Audit Delay
Aryanti dan Theresia (2008) dalam Iskandar dan Trisnawati (2010)
menyatakan bahwa audit delay adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan
audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang
dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan
13

keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu
per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Dyer dan McHUgh (1975) dalam Ahmad, Alim, dan Subekti (2005)
membagi keterlambatan laporan keuangan auditan menjadi 3, yaitu: (1)
Preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa; (2) Auditor’s report lag: interval
jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor
ditandatangani; (3) Total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Jumlah rentang hari yang dibutuhkan antara laporan keuangan perusahaan
dengan pelaporan audit tergantung dengan proses audit yang berlaku. Tuntutan
untuk menemukan bukti dan dokumentasi secara absah guna meningkatkan
kualitas laporan keuangan sangatlah mempengaruhi audit delay.
5.2.2 Jenis Audit
Menurut (Sukrisno Agoes, 2004), dilihat dari luasnya pemeriksaan, jenisjenis audit dapat dibedakan atas:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan maksud untuk
memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

14

yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan
auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan
memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit,
misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.
Masih menurut sumber yang sama, menurut (Sukrisno Agoes, 2004),
dilihat dari jenis pemeriksaan maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas:
1. Audit Operasional
Audit operasional bertujuan mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap
bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Dalam audit
operasional, review dan penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada
akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi dan struktur organisasi, operasi
komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana
auditor menguasainnya. Hasil dari audit operasional berupa rekomendasi
dari auditor kepada pihak manajemen perusahaan agar dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perusahaan.
2. Audit Pemeriksaan Ketaatan
Audit ketaatan adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-peraturan dan
kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak
internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan.
3. Audit Pemeriksaan Intern
Audit pemeriksaan intern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian
internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan

15

catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap
kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4. Audit Komputer
Audit komputer yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik

(KAP)

terhadap

data akuntansi dengan

perusahaan

menggunakan

yang

melakukan

sistem Elektronic

proses
Data

Processing (EDP).
Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, jenis audit dibagi
4 yaitu:
1. Auditor Ekstern
Auditor ekstern/independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang
statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya
auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit.
2. Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit
manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit.
Oleh karena itu tugas internal auditor biasanya adalah audit manajemen
yang termasuk jenis compliance audit.
3. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang
diaudit terhadap undangundang perpajakan yang berlaku.
4. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan
yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga
dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi
program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit
atas

ketaatan

pada peraturan

16

yang

dikeluarkan

pemerintah. Auditing yang dilaksanakan
dilaksanakan oleh

Badan

Pemeriksa

oleh

pemerintahan

Keuangan

(BPK)

dapat
atau

Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
5.2.3 Standar Auditing
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan
disajikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
(a) Standar umum:
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi,
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat.
(b) Standar pekerjaan lapangan:
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
pengujian yang dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan kuangan yang
diaudit.
(c) Standar pelaporan:
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
17

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
5.3.1 Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menutupi seluruh
kewajiban. Solvabilitas menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan untuk
melunasi seluruh utang dengan menggunakan seluruh aset yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal yang
dikeluarkan oleh investor dalam rangka menghasilkan laba.
Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008), proporsi
relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan
perusahaan. Proporsi hutang yang lebih besar terhadap total aktiva akan
meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian
auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena
tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya.

18

Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak
sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen dan kecurangan
(fraud). Proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total aset ini, akan
mempengaruhi likuiditas yang terkait dengan masalah kelangsungan hidup
perusahaan (going concern), yang pada akhirnya memerlukan kecermatan yang
lebih dalam pengauditan (Rachmawati, 2008).
5.3.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran

perusahaan

dipengaruhi

oleh

kompleksitas

operasional,

variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan yang tentunya akan berpengaruh
terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan keuangan kepada publik
(Rachmawati, 2008). Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dapat didasarkan
pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan
sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula
ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang
ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan
semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam
masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008).
Dyer dan McHugh (1975), Givoly dan Palmon (1982), dan Owusu-Ansah
(2000) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang
besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan
sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang
kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka

19

hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan
auditannya lebih cepat ke publik.
Di samping itu ukuran perusahaan yang besar memiliki alokasi dana yang
lebih besar untuk membayar biaya audit (audit fees), hal ini menyebabkan
perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung
memiliki Timeliness yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil (Rachmawati, 2008).
5.3.3 Laba/ Rugi Perusahaan
Menurut Givoly dan Palmon (1982) bahwa ketepatan waktu bergantung
pada lamanya waktu audit dan keterlambatan pengumuman laba tahunan
dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika perusahaan mengumumkan berita
baik yang berisi laba perusahaan, maka pihak manajemen akan cenderung
melaporkan tepat waktu, dan jika perusahaan mengalami rugi yang berarti berita
buruk perusahaan, maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat
waktu.
Ahmad dan Kamarudin (2000) dan Kartika (2009) menyimpulkan bahwa
laba/rugi perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
audit delay. Perusahaan yang mengumumkan rugi cenderung mengalami audit
delay yang lama dibandingkan dengan perusahaan yang mengumumkan laba.
5.3.4 Kualitas Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang
berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik.
20

Dalam menyampaikan laporan keuangan yang akurat dan terpercaya, suatu
perusahaan membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki
reputasi atau nama baik untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Kantor akuntan publik besar ini sering disebut dengan KAP big four.
Perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang bermitra dengan KAP big four
cenderung lebih dipercaya bila dibandingkan dengan perusahaan yang
menggunakan jasa KAP yang tidak bermitra dengan KAP big four. Kategori KAP
yang bermitra dengan KAP big four di Indonesia yaitu:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi
Susanto dan rekan.
2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama
dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Wijaya.
3. KAP Ernts dan Young, yang bekerjasama dengan KAP Hanadi, Sarwoko,
dan Sanjoyo.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Hans,
Tuanakotta, dan Mustofa.
Menurut Loeb (1971) dalam Hilmi dan Ali (2008), kantor akuntan besar
memiliki akuntan yang berperilaku lebih etis daripada akuntan di kantor akuntan
kecil. Dengan demikian, kantor akuntan besar lebih memiliki reputasi baik dalam
opini publik. Sedangkan DeAngelo (1981) dalam Hilmi dan Ali (2008)
menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang
dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Maka dapat

21

disimpulkan bahwa perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat
waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008).

5.4 Penelitian Terdahulu
Dwi Wahyu Ningsih (2013) melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yagn mempengaruhi audit delay di Indonesia. Penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan 150 sampel perusahaan, terdiri dari 120 perusahaan sektor
keuangan dan 30 perusahaan sektor real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2011. Variabel independen yang digunakan
adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, kompleksitas operasi
perusahaan, dan debt proportion. Dari hasil penelitian yang diperoleh, dinyatakan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan. Ukuran
perusahaan memiliki pengaruh negatif yang siginifikan, yang berarti audit delay
cenderung lebih pendek pada perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Jenis industri dan debt proportion memiliki pengaruh positif yang tidak
signifikan. Serta kompleksitas operasi perusahaan memiliki pengaruh positif yang
signifikan, yang berarti perusahaan memiliki anak perusahaan akan mengalami
audit delay lebih panjang daripada perusahaan yang tidak memiliki anak
perusahaan.
Owusu-Ansah (2000) melakukan penelitian mengenai Timeliness of
Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence
from the Zimbabwe Stock Exchange. Owusu-Ansah menguji ukuran perusahaan,
profitabilitas, gearing, extraordinary and/ or contingent items, bulan akhir tutup

22

buku, kompleksitas operasi, dan usia perusahaan. Sampel yang digunakan
berjumlah 47 perusahaan non-keuangan dari 64 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Zimbabwe pada 31 Desember 1994. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk menjelaskan perilaku pelaporan
keuangan dari perusahaan.
Respati (2004) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1999. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa profitabilitas dan konsentrasi kepemilikan pihak luar
(Outsider Ownership Concentration) berpengaruh secara signifikan terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan ukuran perusahaan, Debt to
Equity Ratio (DER), dan konsentrasi kepemilikan pihak dalam (Insider
Ownership Concentration) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan.
Hilmi dan Ali (2008) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Populasi
yang digunakan pada penelitian ini yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2004-2006. Penelitian ini menguji apakah terdapat
pengaruh

antara

profitabilitas,

leverage,

likuiditas,

ukuran

perusahaan,

kepemilikan publik, reputasi KAP, dan opini auditor terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Sampel perusahaan yang digunakan pada
penelitian ini yaitu 879 perusahaan. Hasil dari penelitian ini yaitu profitabilitas,
likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi KAP mempengaruhi ketepatan waktu

23

penyampaian

laporan

keuangan

sedangkan

leverage

keuangan,

ukuran

perusahaan, dan opini auditor tidak mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan.
Rachmawati (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor
internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan timeliness. Metode
pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2003 hingga 2005. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa:
“Faktor internal yang mempengaruhi Timeliness adalah size perusahaan dan
solvabilitas, sedangkan variabel profitabilitas, internal auditor, dan faktor
eksternal yaitu ukuran KAP tidak mempunyai pengaruh terhadap Timeliness.”
Prahesty (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas,
umur perusahaan, dan struktur kepemilikan. Sampel yang digunakan sebagai
obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar
di Bursa Efek indonesia selama periode 2004 – 2009 sebanyak 18 perusahaan.
Metode pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil
penelitiannya

menunjukkan

berpengaruh

secara

penyampaian

laporan

bahwa

signifikan
keuangan,

profitabilitas

terhadap

dan

Ketepatan

sedangkan

struktur

umur
waktu

perusahaan
(timeliness)

kepemilikan

tidak

berpengaruh pada Ketepatan waktu (timeliness) penyampaian laporan keuangan.
Savitri

(2012) melakukan

penelitian

mengenai

pengaruh

ukuran

perusahaan, umur perusahaan, reputasi KAP, audit delay, profitabilitas, likuiditas,

24

dan kepemilikan publik. Sampel yang digunakan sebagai obyek dalam penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2007-2010 sebanyak 85 perusahaan. Metode pemilihan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi KAP, dan audit delay
berpengaruh signifikan terhadap Ketepatan waktu (timeliness) penyampaian
laporan keuangan, sedangkan profitabilitas, likuiditas, dan kepemilikan publik
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Ketepatan waktu (timeliness)
penyampaian laporan keuangan.

Tabel 1
Penelitian Terdahulu
No

Nama Peneliti

.
1

Subekti dan

Variabel Independen:

Regresi Linear

Tingkat probabilitas, ukuran

Widiyanti

Ukuran perusahaan,

Berganda

perusahaan, jenis industri,

(2004)

Variabel Peneliti

Metode Analisis

Kesimpulan

jenis industri

opini, dan ukuran KAP

perusahaan, opini,

berpengaruh signifikan

tingkat probabilitas,

terhadap audit delay.

dan ukuran KAP.
Variabel Dependen:
2

Audit delay.
Ratnawaty dan Variabel Independen:

Regresi Linear

25

Hasil pengujian sampel tahun

Sugiharto

Ukuran perusahaan,

Berganda

2000: Perusahaan yang

(2005)

rasio total assets turn

menerima opini wajar tanpa

over, rasio debt to

pengecualian memiliki audit

equity, ukuran KAP,

delay yang lebih pendek.

dan opini.
Variabel Dependen:

Hasil pengujian sampel tahun

Audit Delay

2001: Perusahaan yang
memiliki rasio total assets turn
over yang besar dan perusahaan
yang di audit akuntan publik
yang besar memiliki audit
delay yang lebih pendek.

Hasil pengujian sampel tahun
2002: Perusahaan yang di audit
kantor akuntan publik yang
besar memiliki audit delay
3

Prabandari dan Variabel Independen:
Rustiana

Ukuran perusahaan,

(2007)

debt to total assets,

Regresi Linear

yang lebih pendek.
Audit delay cenderung lebih

Berganda

pendek pada perusahaan besar
yang mengumumkan laba.

pengumuman
laba/rugi, opini audit,
ukuran KAP.

26

Variabel Dependen:
4

Rachmawati
(2008)

Audit delay/
Variabel Independen:

Regresi Linear

Ukuran perusahaan dan ukuran

Profitabilitas,

Berganda

KAP berpengaruh terhadap

solvabilitas, internal

audit delay. Profitabilitas,

auditor, size

solvabilitas, dan internal

perusahaan, dan ukuran

auditor tidak berpengaruh

KAP

terhadap audit delay.

Variabel Dependen:
Audit delay dan
timeliness
5

6

Andi Kartika

Varibel Independen:

Regresi Linear

Ukuran perusahaan, laba/rugi

(2009)

Ukuran perusahaan,

Berganda

operasi, dan opini auditor

laba/rugi operasi,

mempunyai pengaruh negatif

opini, tingkat

dan signifikan terhadap audit

profitabilitas, reputasi

delay. Tingkat profitabilitas dan

auditor.

reputasi auditor tidak

Variabel Dependen:

mempunyai pengaruh terhadap

Elen Puspita

Audit delay
Variabel Independen:

Regresi Linear

audit delay.
Hasil penelitian menunjukkan

Sari

Ukuran perusahaan,

Berganda

bahwa seluruh variabel bebas,

dan

solvabilitas, laba/rugi

yaitu ukuran perusahaan,

perusahaan, ukuran

solvabilitas, laba/rugi

KAP.

perusahaan, dan ukuran KAP

Anggraeini
Nurmala Sari

27

(2012)
7

Dwi Wahyu

Variabel Dependen:
Audit delay
Variabel Independen:

Ningsih (2013) Profitabilitas, ukuran

berpengaruh secara signifikan
Regresi Linear

terhadap audit delay.
Tingkat profitabilitas memiliki

Berganda

pengaruh negatif yang tidak

perusahaan, jenis

signifikan. Ukuran perusahaan

industri, kompleksitas

memiliki pengaruh negatif

operasi perusahaan,

yang siginifikan. Jenis industri

debt proportion.

dan debt proportion memiliki

Variabel Dependen:

pengaruh positif yang tidak

Audit delay

signifikan. Serta kompleksitas
operasi perusahaan memiliki
pengaruh positif yang
signifikan.

6. Metode Penelitian
6.1. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa ruang lingkup yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Aspek penelitian ini terbatas pada faktor internal dan faktor eksternal
yang mempengarui audit delay dan meneliti berapa rata-rata lamanya

28

proses penyelesaian laporan keuangan auditan (audit delay) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun
2010-2014 dan telah diaudit oleh auditor independen. Pengambilan
waktu tersebut digunakan guna melihat konsistensi hasil penelitian dari
tahun ke tahun.
6.2 Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini bersifat penelitian deskriptif
(descriptive research). Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap
masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah audit delay, sedangkan variabel
independennya adalah faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi
audit delay. Faktor internalnya yaitu solvabilitas, ukuran perusahaan, laba/rugi
perusahaan. Sedangkan faktor eksternalnya adalah kualitas kantor akuntan publik.
6.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
beroperasi di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20102014. Prosedur pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu dimana umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian Dalam metode ini digunakan 5

29

kriteria pemiihan sampel untuk menghindari bias yang disebabkan oleh adanya
perbedaan yang ekstrim, yaitu:
1. Perusahaan-perusahaan tersebut mulai terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
tahun 2010 atau sebelumnya.
2. Perusahaan tersebut telah menerbitkan laporan keuangannya untuk periode
yang berakhir 31 Desember.
3. Perusahaan tesebut masuk dalam kategori perusahaan manufaktur.
4. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki total asset lebih dari 800 miliar
rupiah.
5. Saham perusahaan-perusahaan tersebut aktif diperdangkan di Bursa Efek
Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berbentuk annual report yang mencakup tentang laba bersih setelah pajak, total
aktiva, nama auditor independen, bagan struktur organisasi, tanggal penyelesaian
audit dan tanggal penyerahan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke
Bapepam. Semua kebutuhan sumber data tersebut diperoleh dari Pusat Referensi
Pasar Modal (PRPM) yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, akses langsung ke
www.idx.co.id, www.aria.bapepam.go.id, www.sahamok.com, dan www.jsx.co.id,
serta dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
6.4 Variabel Penelitian
6.4.1 Variabel Dependen
6.4.1.1 Audit Delay (Y)
Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari
tanggal laporan keuangan hingga tanggal diterbitkannya laporan audit.
6.4.2 Variabel Independen
6.4.2.1 Solvabilitas (X1)

30

Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menutupi seluruh
kewajiban. Solvabilitas menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan untuk
melunasi seluruh utang dengan menggunakan seluruh aset yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal yang
dikeluarkan oleh investor dalam rangka menghasilkan laba.
Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008), proporsi
relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan
perusahaan. Proporsi hutang yang lebih besar terhadap total aktiva akan
meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian
auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena
tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya.
Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak
sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen dan kecurangan
(fraud). Proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total aset ini, akan
mempengaruhi likuiditas yang terkait dengan masalah kelangsungan hidup
perusahaan (going concern), yang pada akhirnya memerlukan kecermatan yang
lebih dalam pengauditan (Rachmawati, 2008).
6.4.2.2 Ukuran Perusahaan (X2)
Pengukuran variabel ukuran perusahaan dengan menggunakan total asset
mengacu pada penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) dan Kartika (2009).
Perusahaan dengan total asset yang besar akan cenderung menyelesiakan audit
lebih pendek, namun dapat juga menyelesaikan auditnya lebih panjang. Ukuran

31

perusahaan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 dengan cara total asset
tertinggi dikurang total asset terendah dibagi 3.

Variabel

Tabel 2
Kategori Ukuran Perusahaan
Kategori

Ukuran Perusahaan: Besar

183,982,464,682,668

s/d

551,891,704,000,000
Sedang

183,982,464,682,668

s/d

367,937,084,341,333
Kecil

27,845,024,000

s/d

183,982,464,682,667
6.4.2.3 Laba/rugi Perusahaan (X3) (dummy variable)
Dalam penelitian ini laba atau rugi usaha merupakan variabel dummy.
Perusahaan yang memperoleh laba usaha diberi nilai 1 dan perusahaan yang
mengalami kerugian diberi nilai 0. Variabel ini telah digunakan oleh penelitian
Subekti dan Novi (2004), Ratnawati dan Toto (2005), Sejati (2007), dan Indah
(2011).
6.4.2.4 Ukuran Kantor Akuntan Publik (X4) (dummy variable)
KAP yang mengaudit perusahaan dibedakan dari kualitas (Loeb, 1971;
Jusuf 2001) menjadi: KAP berkualitas tinggi (dinyatakan dengan dummy 1) dan
KAP kualitas rendah (dinyatakan dengan dummy 0), dengan indikator yang
digunakan untuk KAP berkualitas tinggi adalah KAP yagn tergabung di dalam
The big four dan mitranya di Indonesia, sedangkan yang berkualitas rendah adalah
KAP yang tidak bergabung sebagai The big four dan mitranya di Indonesia.
Tabel 3
Variabel Independen
1. Solvabilitas (SLV)

Pengukuran
Laba Debt
× 100
Return of Asset =
Total Aset

32

2. Ukuran Perusahaan (Aset)
3. Laba/rugi Perusahaan

4. Ukuran

Kantor

Publik (KAP)

Logaritma Total Aktiva
Dummy:
1 = Perusahaan yang memperoleh laba

usaha
0 = Perusahaan yang rugi
Akuntan Dummy:
1 = Bermitra dengan KAP Big Four
0 = Tidak bermitra dengan KAP Big Four

6.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho: Solvabilitas, ukuran perusahaan, laba/rugi perusahaan dan kualitas kantor
akuntan publik tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Ha: Solvabilitas, ukuran perusahaan, laba/rugi perusahaan dan kualitas kantor
akuntan publik berpengaruh terhadap audit delay.

6.6 Pengujian Hipotesis
6.6.1 Uji F-Statistik
F-test untuk menguji apabila variabel bebas secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel terikat (Y),
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Membuat formula hipotesis
1) Ho : βi = 0 (hipotesis nihil), yang berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan anatar variabel bebas (Xi) secara simultan, dengan variabel
terikat (Y).

33

2) Ho : βi ≠ 0 (hipotesis alternatif), yang berarti ada pengaruh yang
signifikan anatar variabel bebas (Xi) secara simultan, dengan variabel
terikat (Y).
b) Menentukan nilai F-tabel yang menggunakan level of significant sebesar 5%.
Uji signifikansi bersama-sama menggunakan uji F dapat ditulis dengan
rumus:
2

F=

R /k
2
1−R /n−k−1

Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel
n = Banyaknya data
c) Pengambilan Keputusan
1) Jika P-value < α = 0.05, maka H1 diterima. Hal ini berarti variabel
bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan dengan
variabel terikat.
2) Jika P-value > α = 0.05, maka H1 ditolak. Hal ini berarti variabel bebas
secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan
variabel terikat.
6.6.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi antar nol sampai satu (0< R2