elapa sawit pengantar

KELAPA SAWIT
(Elaeis guinensis Jacq)

KELAPA SAWIT

Sejarah Perkembangan

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari
Afrika barat, merupakan tanaman penghasil utama
minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih
tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak
nabati lainnya.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Saat
itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di
Kebun Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dua
berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya
dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda).

Pada tahun 1853 keempat tanaman tersebut telah
berbuah dan bijinya disebarkan secara gratis.

Pada pengamatan tahun 1858, ternyata keempat
tanaman tersebut tumbuh subur dan berbuah
lebat. Walaupun berbeda waktu penanaman
(asal Bourbon lebih dulu dua bulan), tanaman
tersebut berbuah dalam waktu yang sama,
mempunyai tipe yang sangat beragam,
kemungkinan diperoleh dari sumber geneik yang
sama

Setelah 10 tahun diadakan uji coba penanaman kelapa
sawit pertama di Indonesia yang dilakukan di
karesidenan Banyumas 14 acre dan di karisidenan
Palembang 3 acre (Sumatera Selatan).
Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa tanaman
kelapa telah berbuah paa tahun keempat setelah
ditanam dengan tinggi batang 1,5 m, sedangkan di
negeri asalnya baru berbuah pada tahun keenam atau
ketujuh.
Selanjutnya uji coba dilakukan di Muara Enim tahun
1869, Musi Ulu 1870 dan Biliton 1890 (Van Heurn,

1948) tetapi tidak begitu baik pertumbuhannya.

Setelah dilakukan penelitian yang lebih lanjut
diketahui bahwa iklim daerah Palembang kurang
sesuai untuk pertumbuan kelapa sawit.
Kemudian dikembangkan ke Sumatera Utara,
ternyata sungguh baik.
Keunggulan kelapa sawit Sumatera Utara sudah
dikenal sejak sebelum perang dunia ke II dengan
varietas Dura Deli (bahasa Inggirs: Deli Dura)
yakni tanaman kelapa sawit yang ditanam di
Tanah Deli (Medan dan sekitarnya).

Pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru
dimulai pada tahun 1911 yang tersebar luas di Sumatera
Utara, hanya 9,1% di Lampung dan 4,1 % di Aceh.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit
maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor
Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan
Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami

kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan
sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga
produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai
56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun
1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan
perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan
kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara.
Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru
untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas
lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO
(Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan
perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat
terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh
kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program
Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN).

Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq) memiliki taksonomi:
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Genus : Elaeis
Species: Elaeis guineensis Jacq

BATANG
Batang bulat panjang tidak bercabang,
berdiameter : 25 – 75 cm, terus bertambah
tinggi selama tanaman hidup
Di Kebun Raya Bogor 140 tahun
Tetapi untuk perkebunan : umur ekonomis

25 – 35 tahun, dengan tinggi 10 – 11 m

Tahap-tahap Kegiatan Penanaman
Kelapa Sawit
• Sebelum suatu lahan dibuka utk suatu
perkebunan terlebih dahulu dilakukan studi
kesesuaian lahan (tanah dan iklim)
berdasarkan syarat-syarat lingkungan
tumbuh tanaman kelapa sawit (Tabel 1).
• Tingkat kesesuaian atau kelas tanah
menentukan tingkat penerapan teknik
budidaya, biaya produksi dan proyeksi hasil
(Tabel 2)

Tabel 1. Kesesuaian Iklim untuk Kelapa Sawit
Uraian
Suhu kisaran;
rata-rata
optimum


Kelembaban
relatif (RH)

Norma

Keterangan

18 – 32 0 C;
24 – 28 0 C

Tumbuh baik dengan selang
suhu tersebut. Di atas atau di
bawah selang suhu tersebut,
produktivitas akan lebih rendah
karena rendahnya proses
asimilasi, gagalnya
perkembangan bunga dan
pematangan buah

> 75 %


Kelembaban udara yang rendah
memperlambat pertumbuhan
dan pembentukan
bunga,sedang pada kelembaban
yang tinggi, tanaman rawan
terhadap serangan penyakit

Uraian
Rata-rata
Curah
Hujan
Tahunan
(dengan
penyebaran
merata)

Intensitas
Cahaya


Normal
2.000 – 2.500 mm

Keterangan
Data curah hujan bulanan dan
jumlah hari hujan sangat
penting karena berhubungan
dengan sifat tanaman yang
berbuah sepanjang tahun.
Fluktuasi curah hujan secara
langsung berkorelasi erat
dengan fluktuasi hasil dari
bulan ke bulan

5 – 7 jam/hari

Kawasan dengan curah hujan
yang terlalu tinggi, akan
mengurangi intensitas cahaya,
sehingga produktivitas kelapa

sawit akan rendah.

Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit
Persyaratan

Kelas Kesesuaian Lahan

 

S1

S2

S3

N

Temperatur (oC)

25-28


22-25/
28-32

20-22/
32-35

< 20/
> 35

Curah hujan (mm)

1700-2500

1450-1700/
2500-3500

1250-1450/
3500-4000


< 1250 / >
4000

Defisit air (mm/thn)

0 - 150

150 - 200

250 - 400

> 400

Hari terpanjang tidak
hujan

< 10

< 10

< 10

> 10

Jeluk (cm)

>100

50-100

25-50

< 25

Lereng (%)

30

pH

5,0 – 6,5

4,2 – 5,0

< 4,2

Penyinaran (jam)

≥6

≥6

80

80

60-80

< 60

Dalam air (cm)

> 80

60-80

50-60

40-50

Lp-lpli

Lip-li

Plp-li

P

5-10

5-10

5-10

24 ton/ha/th
• S2 : 19-24 ton/ha/th
• S3 : 13-18 ton/ha/th
• N : < 12 ton/ha/th

BAHAN TANAMAN
Kriteria bibit kelapa sawit
Kriteria bibit yang baik meliputi.
• Kualitas : Germinated Seed (GS) atau kecambah
bersertifikat yang dikeluarkan lembaga yang dipilih
pemerintah yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan, BPP Medan dan PT. Socfindo
Indonesia karena menyediakan bibit siap salur yang
superior. Hati-hati terhadap penjualan bibit yang
tidak jelas asal-usulnya atau bersertifikat palsu atau
bibit sapuan dari kebun produksi.

• Varietas hibrida hasil perbanyakan secara
generatif. Dura x Pisifera atau Tenera
• Sejak tahun 1990 telah mulai diuji lapangan
16 klon sebagai varietas hasil perbanyakan
secara vegetatif (melalui kultur jaringan),.

Tabel 3. Sumber Bibit dan Potensi Produksi
Kelapa Sawit Dalam Negeri
No.

Nama Sumber
Benih

Alamat

Potensi
Produksi/Thn
(butir)

1.

Pusat
Penelitian
Kelapa Sawit
(PPKS)

Jl. Brigjen.
Katamso 51 Kp.
Baru
Medan 20001

40.000

2.

PT. Socfindo
(Socfin
Indonesia)

Jl. KL. Yos
Sudarso 106
Medan 20115

14.000

3.

PT. London
Sumatera

Jl. A. Yani No. 2
Medan 20111

15.000

• Saat ini terdapat 12 jenis alternatif bibit hasil
pengembangan teknologi pembibitan yang memiliki
potensi untuk dikembangkan secara komersial (Tabel 4).
Pengembangan varietas unggul baik secara generatif
maupun secara vegetatif telah mulai digunakan teknik
bioteknologi (kultur jaringan).
• Produsen bibit lainnya : Sinar Mas Group, Asian Agri
Group, Sampoerna Group dll.

Tabel 4. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit Unggul
Varietas

Umum Panen
(Bulan)

TBS
(ton/ha/Th)

OER (%)

CPO
(ton/ha/Th)

PKO
(ton/ha/Th)

SP 1

30

23 – 25

23 – 26

5,8 – 6,5

0,49

SP 2

30

24 – 27

23 – 25

6,2 – 6,7

0,51

Dolok
Sinumbah

30

23 – 24

23 – 25

5,5 – 6,7

0,56

Bah Jambi

30

22 – 24

23 – 26

5,8 – 6,7

Marihat

30

24 – 25

23 – 2 5

6,2 – 6,4

0,54

RISPA

30

24 – 27

23 – 26

5,3 – 5,5

0,54

La Me

30

27

23 – 26

5,3 – 5,9

0,60

Yangambi

30

25 – 28

23 – 26

5,3 – 5,5

0,62

SOCFIN

24

28,8

28,7

7,8

1,10

6,2 – 7,8

-

6,7

-

9,7

-

Bah Was
LONSUM
AMI

26– 30

25 – 30
24

23 – 26

27,5 – 27,8 4,1–24,3
27,07

Keterangan : OER : Oil Extraction Rate
Sumber : PPKS, PT. SOCFIN dan PT. LONSUM (2000)

> 25

PEMBIBITAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Seleksi Lokasi Pembibitan
Beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh calon
lahan antara lain :
Dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir.
Datar sampai agak bergelombang.
Dekat dengan areal untuk penanaman dan mudah
dijangkau
Tanahnya cukup top soil, subur dan gembur.
Bebas dari banjir.
Letaknya berdekatan dengan sumber tenaga kerja.
Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan rencana
penanaman.
Saluran air

Pembibitan Pendahuluan (Pre Nursery) dan
Pembibitan Utama (Main Nursery)

• Pembibitan Pendahuluan (Pre Nursery)
Petakan bedengan pesemaian/pembibitan
pendahuluan berukuran 8 m x 11,2 m, dalam
satu satuan naungan terdapat 4 – 6 petakan.
Setiap petakan memuat 1 000 bibit (kecambah).
Kecambah ditanam dalam kantong plastik
berukuran 14 cm x 22 cm dengan tebal 0,1 mm.
Sebelum kecambah ditanam kantong plastik
tersebut dilubangi dengan diameter 0,5 cm
sebanyak 12 lubang.

Tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah
tanah berasal dari lapisan atas (top soil).
Tanah tersebut terlebih dahulu disaring dengan
saringan kurang lebih 1 cm. Satu hari sebelum
waktu penanaman, kantong plastik yang telah berisi
tanah disiram agar pada waktu penanaman dapat
dipadatkan.

Pemeliharaan
• Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, penjarangan naungan.
 Penyiraman dilakukan dua kali satu hari jika tidak ada hujan.
 Pemupukan dengan menggunakan urea atau pupuk majemuk
dengan dosis 2 g/liter air.
 Setelah bibit berumur 2,5 – 3 bulan naungan perlu
dihilangkan, agar bibit dapat beradaptasi.
 Demikian pula seleksi di persemaian pendahuluan dimulai
saat tanaman berumur 2,5 – 3 bulan.

Pembibitan Utama (Main Nursery)
• Pekerjaan yang perlu segera dipersiapkan di
pembibitan utama adalah penyediaan air untuk
penyiraman, pemasangan pipa saluran air 2 – 3 bulan
sebelum bibit dipindahkan ke pembibitan utama.
Jarak tanam di pembibitan utama 85 cm x 85 cm x 85
cm, sistem segitiga sama sisi.
• Kantong plastik yang digunakan berukuran 40 cm x
50 cm dengan tebal 0,2 mm, dibuat lubang perforasi
berdiameter 0,5 cm dengan jarak 5 cm x 10 cm.
Tanah yang digunakan berasal dari lapisan tanah atas.

Persiapan Penanaman dan Menanam
Ukuran dan mutu polybag

• Polybag yang digunakan berwarna hitam,
dengan ukuran 50 cm x 40 cm dengan
ketebalan 0,2 mm.
• Mutu plastik untuk polybag harus yang baik,
sehingga sampai dengan 12 bulan di lapangan
polybag masih cukup kuat, tidak pecah untuk
menahan perlakuan-perlakuan selama
pemindahan bibit ke lapangan.

Membuat lubang polybag
• Jumlah lubang pada setiap polybag 36 buah dengan
diameter 0,3 cm
• Lubang tersusun dibuat sebagai berikut.
• Setiap polybag terdiri atas 3 baris lubang yang per
baris terdiri 6 lubang.
• Jarak antar baris 10 cm dan paling bawah diambil 5
cm dari tepi bawah sehingga bila polybag dibuka
dan diisi tanah, lubang terbawah menjadi lubang di
dasar polybag.
• Jarak lubang dalam barisan 5 cm.
• Lubang pertama dan terakhir 5 cm dari tepi plastik.

• Penanaman dalam kantung plastik caranya
dengan membuat lubang tanam sebesar
kantung plastik di pesemaian pendahuluan
dengan menggunakan alat ponjo. Kantung
plastik kecil diiris dengan silet pada kedua
belah sisinya , dijaga agar bulatan tanah tidak
pecah. Bibit beserta tanah yang dimasukkan
ke dalam lubang yang telah dibuat dan
ditempatkan pada posisi yang baik.

Pemeliharaan tanaman
Penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit serta seleksi bibit.
• Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) jika
curah hujan kurang dari 10 mm.
• Penyiangan dilakukan terhadap gulma di dalam kantong
plastik dan di petakan pembibitan. Pada saat penyiangan
sekaligus dilakukan penggemburan tanah. Rotasi penyiangan
dilakukan dua minggu sekali.

• Pemupukan bibit di pembibitan utama
dilakukan dua minggu setelah pemindahan dari
pembibitan pendahuluan.
• Pemberian pupuk selang dua minggu, caranya
pupuk ditaburkan secara merata di atas
permukaan tanah dalam kantong plastik, pupuk
jangan sampai mengenai leher batang bibit.
• Rekomendasi pemupukan di pembibitan
utama disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekomendasi Pemupukan dan
Pembibitan Utama K S
Umur
(minggu)

Dosis (gram/pohon)
Urea

RP

18, 20

1,82

1,36 1,36

0,46

5,0

22, 24, 28

3,64

2,73

2,73

0,90

10,0

30, 32, 34, 36

5,45

4,09

4,09

1,37

15,0

38, 40, 42, 44

7,27

5,45

5,45

1,83

20,0

10,91

8,17

8,17

2,75

30,0

46, 48

MOP Kieserite

Total
Campuran

Perhitungan Kebutuhan Bahan Tanaman.
1. kerapatan tanaman di lapang untuk 1 ha = 136
pohon/ha
2. sulaman 10 % , sehingga jumlah bibit diperlukan 150
pohon/ha
3. jumlah bibit afkir di main nursery sekitar 20 %
(serangan hama/penyakit, tumbuh kurang baik dan
rusak dalam pengangkutan)
4. seleksi awal pre nursery diperkirakan
5. dalam 1 ha main nursery (pembibitan utama)
menghasilkan bibit 16.400 bibit. Jumlah ini
diperkirakan cukup untuk 100 ha penanaman di
lapangan. Pengelolaan pembibitan secara berkelompok
lebih menghemat lahan dan biaya pemeliharaan
daripada dilakukan sendiri-sendiri per petani.

Seleksi bibit

• Untuk mendapatkan bibit yang baik dan mengurangi
biaya pemeliharaan di pembibitan utama.
• Bibit yang diafkir (dibuang adalah bibit yang tumbuh
tegak dan kaku, sudut pelepah dengan batang kecil,
pelepah muda lebih pendek dari pelepah tua, bibit
tumbuh lemah, terserang penyakit dengan
intensitas berat, bentuk anak daun tidak sempurna.
• Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 – 8 bulan dan
pada saat dipindahkan ke lapangan.

PENANAMAN

JARAK TANAM & KERAPATAN TANAM
• Pada umumnya segitiga sama sisi
• Jarak Tanam ditentukan :
sifat tanaman, tingkat kesuburan tanah, topografi dan
kondidisi setempat

Secara umum jarak tanam yang dianjurkan sbb :
Dalam barisan (m)

Antar barisan (m)

Kerapatan (pk/ha)

9,42

8,16

128,130

9,10

7,70

140,143

8,77 *

7,50

148,150

• Pd daerah dmn serangan Ganoderma cukup tinggi dianjurkan
jarak tanam dgn kerapatan 148-150 pk/ha yg bertujuan utk
mempertahankan populasi tan yg produktif sampai umur 25
thn.

Pada areal berbukit :
Areal berbukit dan berkontour :
Arah barisan tan. mengikuti kontour, jarak antara kontour
ad.proyeksi dr jarak antara barisan, jarak dalam barisan
sedapat mungkin sama dgn jarak dalam barisan
sebenarnya.

Areal berbukit tanpa kontour :
Arah barisan : Utara- Selatan sama dengan areal datar, Jarak
tanam : proyeksi dari jarak tanam yang sebenarnya.

PERSIAPAN PENANAMAN
• Areal yg bisa ditananami adalah :
areal yg tan. penutup tnhnya (leguminosa) tlh menutup sempurna,
atau min. 40%.

• Rencana penanaman harian :
- rencana luas lahan yg akan ditanam
- jlh bibit yg akan ditan. setiap hari (berdsrkan areal yg dpt di tan.
perhari)
- menentukan tempat penyimpanan bibit

• Pengangkutan bibit ke lapangan:

Dua minggu sblm bibit diangkut ke lap, bibit diputar agar akar
menembus tnh terputus dan tlh beregenerasi
Sblm diangkut bibit disiram jenuh air. Bibit yg ditanam di lap. telah
berumur 12 bln . Pada waktu mengangkat bibit jangan memegang bibit
pd leher akar.

Membuat lobang tanam:
Lobang tanaman dibuat dgn uk. 60x60x40 cm yg berfungsi utk tmpat tumbuh/tegaknya
tanaman, Tnh top soil diletakkan di sblh kanan lobang dan tnh sub soil di sblh kiri lobang

Menanam :
Merupakan pekerjaan menanam bibit dilubang tanaman yang
telah dipersiapkan sebelumnya.

Teknik Menanam Kelapa Sawit
• Lobang tan. yg tlh ada, diukur terlebih dulu dgn mal lobang, apakah
ukuran lobang tlh sesuai dgn yg ditentukan
• Lobang tan. yg tlh tersedia ditimbun sedikit dgn tnh dan ditabur
pupuk RP sebanyak 250 gram
• Dsr kantong plastik disayat lalu bibit dimskkn ke dlm lobang tan
• Setelah letak bibit benar2 tegak, bhgn samping polibag disayat dr
bwh ke atas, lau ditarik ke atas
• Bibit ditimbun dgn top soil, dipadatkan lalu ditabur pupuk RP 250
gram
• Bibit ditimbun dgn tanah bwh , dipadatkan hingga letak bibit benar2
kokoh (tegak lurus 90˚)
• Piringan dibuka selebar 1,0 m, sebagai dasar pringan tan.
• Polybag bekas digantung dekat bibit baru ditanam dgn bambu bekas
pancang.

Cover Crop dan Penanaman pada
Kelapa Sawit

Tanaman Penutup Tanah
• Legume (LCC=legume cover crop)
• Syarat : mudah diperbanyak (biji, stek),
perakaran dangkal, pertumbuhan cepat daun
banyak, tahan : pangkas, kering, naungan,
OPT,mudah diatur-tidak membelit, tidak
berduri, menyuburkan tanah

Macam Penutup Tanah
• Menjalar : diantara barisan tanaman,
pelindung tebing, bersifat permanen
• Pelindung perdu : di antara barisan TBM,
sebagai pagar, pupuk hijau, sementara

Jenis LCC Tipe Menjalar pada Perkebunan
Kelapa Sawit









Centrosema pubescens
Pueraria javanica
Calopoginium mucunoides
Psopocarphus polustris
Calopogonium caeruleum
Desmodium ovalifolium
Mucuna conchinchinensis
Pueraria phascoloides

Calopogonium sp

Centrosema pubescens

Pueraria javanica

Jenis LCC Tipe Pelindung Perdu pada
Perkebunan Kelapa Sawit






Flemingia congesta
Crotalaria anagyroides
Tephrosia vogelii
Caliandra callothyrsus (putih)
C. tetragona (merah)

Tephrosia vogelii

Flemingia congesta

Crotalaria anagyroides

Calliandra calothyrsus

• Penanaman LCC secara campuran dari berbagai jenis
lebih menguntungkan dari pada hanya menggunakan 1
jenis LCC
• Seleksi LCC: perlu dilakukan sebelum dilakukan
penanaman, seleksi dilakukan melalui pengujian daya
kecambah
• Tujuan seleksi LCC: mengetahui kemurnian dan
persentase pertumbuhan dari LCC sehingga akan
didapatkan pertumbuhan di lahan yang baik
• Tingkat pertumbuhan minimum beberapa jenis
kacangan: Calopoginium mucunoides (40%),
Calopogonium caeruleum (30%), Pueraria javanica
(60%), Mucuna conchinchinensis (75%)
• Apabila persentase pertumbuhan di bawah standar,
kebutuhan benih dapat ditambah secara proporsional

Contoh Kebutuhan Benih LCC
• Pada penanaman LCC secara campuran
kebutuhan benihnya sebagai berikut:

Calopoginium mucunoides (6 kg/ha), Pueraria
javanica (3 kg/ha), Mucuna conchinchinensis (2
kg/ha), dan Calopogonium caeruleum (0,5 kg/ha)

Kegunaan LCC









Menahan pukulan hujan
Menahan laju air limpasan
Menambah N
Menambah BO (memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi
tanah)
Melindungi permukaan tanah dari erosi
Mengurangi pencucian unsur hara
Mempercepat pelapukan barang sisa LC/replanting
Menekan pertumbuhan gulma

Dampak Negatif LCC





Persaingan dengan tanaman pokok
Mengganggu tanaman pokok
Sebagai tempat bersarang tikus
Kadang menjadi inang dari bakteri, virus, dan
jamur

Beberapa Perlakuan Sebelum Penanaman Benih
LCC
• Perendaman benih dalam air hangat: dilakukan
selama 2 jam pada suhu 750C
• Direndam dalam larutan glycerin: selama 2 jam pada
suhu 600C
• Direndam dalam larutan asam (asam sulfat): selama
8-15 menit
• Penipisan kulit benih (skarifikasi)
• Supaya pertumbuhan dan perkembangan LCC
berlangsung dengan baik, sebelum benih di tanam
perlu diinokulasi menggunakan Rhizobium

PANEN

• Kelapa sawit telah dapat menghasilkan pada
umur 30 bulan setelah tanam.
• Jumlah pohon yang dapat dipanen per hektar
sebanyak 60%.
• Dipilih tandan yang buahnya sudah masak
dengan tanda adanya sejumlah buah merah
yang jatuh (brondol ).
• Cara panen dengan memotong tandan buah.
• Pemanenan dilakukan 1 kali seminggu.

Pelaksanaan panen dan pengumpulan hasil
• Lazimnya pemikul buah adalah pemanen yg
memotong tandan buah
• Untuk memudahkan potong buah pelepah
daun di bawah buah dipotong terlebih dahulu
(songgo satu atau songgo dua)
• Semua brondolan dikumpulkan
• Buah dan brondolan diangkut ke TPH,
• Selanjutnya buah dan brondolan diangkut ke
pabrik utk diolah

Mutu panen
Fraksi

Jumlah brondolan

Tingkat
Kematangan

00

Tidak ada, buah berwarna hitam

Sangat mentah

0

1 – 12,5%, buah luar membrondol

Mentah

1

12,5 – 25%, buah luar
Membrondol

Kurang matang

2

25 – 50%, buah luar membrondol

Matang I

3

50 – 75%, buah luar membrondol

Matang II

4

75 – 100%, 
buah luar membrondol

Lewat matang I

5

Buah dalam juga membrondol, ada buah yang 
busuk

Lewat matang II

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu panen







Jenis dan umur tanaman
Iklim di lingkungan
Hama dan penyakit
Kultur teknis
Pemanenan
Sarana jalan dan transportasi

Hasil rendemen dan ALB akibat lamanya penginapan brondolan
Lamanya menginap
(hari)

Rendemen minyak terhadap
buah (%)

ALB
(%)

0

50,44

3,90

1

50,60

5,01

2

50,73

6,09

3

48,66

6,90

Prosesing







Perebusan TBS
Perontokan dan pelumatan buah
Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit
Pemurnian dan penjernihan kelapa sawit
Pengeringan dan pemecahan biji
Pemisahan inti sawit dari tempurung

Produksi dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit
adalah :
• Tandan buah segar (TBS) merupakan bunga betina
kelapa sawit yang dipanen dan biasa juga disebut
dengan tandan atau buah.
• Minyak sawit kasar adalah hasil pengolahan TBS di
pabrik pengolahan yang biasa disebut dengan CPO
(Crude Palm Oil)
• Inti sawit adalah hasil pengolahan TBS di pabrik
pengolahan yang biasa disebut dengan PKO (Palm
Kernel Oil).
• Minyak sawit murni (Processed Palm Oil, PPO)

Kernel palm oil (KPO atau PKO) lebih jenuh daripada CPO. (Sumber: Wikipedia).
Perbedaan visual di antara CPO dan KPO terlihat pada gambar di bawah ini.

TERIMA
KASIH