REDEFENISI KONSEP SEJARAH dan perkembangan

REDEFENISI KONSEP SEJARAH

1. APAKAH SEJARAH?
Apakah sejarah tentu tidak mudh untuk menjawab pertanyaan ini, terutma bagi
pemula. Pertama karena defenisi sejarah hampir sama banyaknya dengan orang yang
mengemukakannya, mulai dari orang awam, politisi, para pakar dari berbagai disiplin,
filosof dan bahkan literatur ilmu sejarah sendiri memberikan tekanan yang berbedabeda terhadap terhadap arti sejarah. Kedua, erat kaitannya dengan butir pertama di
atas, karena setiap orang adalah sejarawan untuk dirinya sendiri” (every man his own
historian) meminjam frase yang digunakan sejarawan terkemuka amerika carl R.
Becker ( 1873-1954).
Tiap orang memiliki kenangan penggalaman pribadi atau ingatan kolektif
tentang masa lalu; masing-masing memiliki pengertian sendiri sendiri tentang sejarah.
Semua orang bahkan merasa bisa menulis sejarah dengan segala plus-minusnya.
Plusnya, sejarah menjadi area terbuka bagi siapapun, tetapi sebaliknya sejarah
menjadi disiplin yang suka direndahkan karena diperlukan semena-mena oleh
amatiran yang suka petuangan. Akibatnya, sejarah atau istilah diberikan kepada kata
itu serta karya-karya sejarah, gampang mengundang tanggapan-tanggapan yang
beragam dan membingungkan, bahkan kontroversial.
Karena istilah sejarah udah sedemikian terkontaminasi oleh berbagai unsur
yang bukan yang bukan sejarah, sehingga makin sulit dipahami apa itu sejarah.
Konsekuensi logis terhadap pemahaman orang tentang apa itu sejarah. Jadi betapa pun

studi sejarah sudah berkembang pesat sedemikian rupa di perguruan tinggi, sejarawan
indonesia, termasuk guru sejarah, tampaknya gagal membawa disiplin ilmu mereka
menjadi disiplin yang berharga di mata masyarakat dan pejabat, sehingga ilmu sejarah
sejauh ini masih tetap merupakan disiplin yang marginal di antra rumpun disiplin
ilmu-ilmu sosial atau ilmu budaya. Karena itu tidak begitu mengherankan jika bagi
kebanyakan orang indoneia, termasuk para sarjananya, masih memahami sejarah
sebagai “cerita tentang masa lalu”. Namun tentu hanya mahasiswa sejarah yang paling
dungu sajalah yang tidak dapat melihat bahwa data-data sejarah, maksudnya “fakta”
sejarah tadi, sesungguhnya disajikan dalamm suatu struktur atau sistem pengetahuan

tertentu. Ini kata kunci yang perlu dipahami dalam membedah arti kata sejarah
sebagaimana yang akan dikeukakan dibelakang nanti.
Selanjutnya Mengapa salah pengertian terhadap sejarah bisa terjadi
sedemikian buruknya? Salah satu alasannya, sekali lagi, ialah karena sejarah yang
biasa dikenal banyak orang, adalah sejarah yang sudah ketinggalan zaman, yakni
defenisi sejarah yang sederhana yang mereka terima di luar studi akademik. Pelajaran
sejarah yang sering diajarkan di sekolah, mungkin juga di perguruan tinggi agaknya
juga berkontribusi terhadap kesalahpengertian ini. Di indonesia sampai saat ini belajar
sejarah di sekolah masih tetap menjejali para murid dengan hafalan tentang tanggaltanggal, nama-nama deretan fakta yang membosankan tentunya. Selain itu,
kecendrungan yang kurang menguntungkan ini juga menguntungkan ini juga berasal

dari campur tangan amatiran berupa kenangan pribadi banyak orang, petualangan
politisi yang menyalahgunakan sejarah untuk menyerang lawan-lawan politik mereka
demi mengeruk keuntungan dari wacana sejara. Kemampuan demagogi mereka
mengumbar publik dengan semangat jingoisme, mitos kejayaan masa lau biasanya
sangat jitu untuk mengarahkan opini publik.
Selanjutnya sejarawan kuntowijoyo ia menhgajukan defenisi yang sederhana
tetapi mencangkup, bahwa “sejarah adalah rekonstruksi masa lalu”. Dengan demikian
ia berhasil menutup uraiannya dengan membuat pengendaian yang menarik yang
berasal dari sejarawan Amerika, sejarah itu “ibarat orang naik kereta kuda menghadap
ke belakang. Ia dapat melihat ke belakang, ke samping kanan dan kiri. Satu-satunya
kendala sejarah, menurut kunto, ialah ia tak bisa melihat ke depan (1995:17)
Definisi sejarah akademik di perguruan tinggi biasanya memilahkan defenisi
sejarah kedalam definis kerja (working defnition) ke dalam tingkat berbeda, tetapi
hubungannhya satu sama lain. Pertama, kata sejaarah mengacu pada keseluruhan
gejala kehidupan yang berhubungan dengan kehidupan di masa lalu. Kedua, kata
sejarah dalam pengertian rekaman tentang hal yang pertama, yaitu catatan tentang
peristiwa atau gejala kehidupan di masa lalu. Ketiga, sejarah sebagai disiplin ilmu
yang otonom.
2. MENDEFENISIKAN KEMBALI KONSEP SEJARAH.


Pengetahuan sejarah hanyalah merupakan salah satu di antara sekian banyak
jenis pengetahuan yang pernah dimiliki manusia, termasuk pengetahuan ilmiah.
Tipologi pengetahuan sejarah berkembang dalam 3 kategori yaitu (i) pegetahuan
sejarah common sense, (ii) pengetahuan sejarah ilmiah, (iii) pengetahuan sejarah
filosofis. Masing-masing memiliki ciri tersendiri dan ikut membentuk dan bahkan
berpengaruh besar dalam perkembangan studi sejarah umumnya.
1. Sejarah commonsense
Sejarah commonsense adalah pengetahuan sejarah yang paling tua
umurnya dan ia dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tiap
manusia, tiap kebudayaan, tiap masyarakat, bukan saja memiliki kisah
sejarah pribadinya sendiri, paling tidak dalam ingatan dan pengertian
sendiri, tetapi juga memiliki gamabarannya sejarahnya masing-masing. Ini
biasanya tercermin dalam mitos-mitos tentang nenek moyang, cerita
rakyat,( folklore), balada dan nyanyian rakyat (folksong) tradisional.
Gambaran sejarah semacam itu sedikit banyak merupakan pantulan
kesadaran sejarah pribai dan/ atau kelompok masyarakat. Bahkan, dalam
masyarakat yang paling primitif sekalipun pengetahuan sejarah common
sense semacam itu tetap ada dan sedikit banyak masih bertahan sampai
sekarang.
Beberapa ciri sejarah common sense. Partama, pengetahuan sejarah

commonsense yang diterima lewat tradisi. Ia terima selaku benar oleh
angggota masyarakat. Semua orang mempercayai begitu saja karena sudah
erupakan sejarah warisan bersama (common heritage). Ciri kedua bhwa
sejarah commonsense cenderung bersifat dogmatik dan sampai tingkat
tertentu berkaitan langsung dengan keyakinan agama. Karena itu,
pengetahuan sejarah common sense tidak selalu bisa dicerbakan dengan
fikiran

kritis,

bahkan

sering

kali

bersifat

pemitosan


dan

penyampuradukkan antara fakta dan opini. Ciri yang ketiga, ialah bahwa
sejarah common sense lebih merupakan karya sastra yang disusun dalam
bentuk prosa literer, yaitu cerita tentang kejadian sejarah bercampur
mtologis dengan mengutamakan unsur seni. Ciri keempat, ialah sejarah
identk dengan urusan “tukang cerita” ( story teller). Karena itu, menulis
sejarah identik dengan menyampaikan cerita (“to write history is to tell a
story”).

2. Sejarah ilmiah
Jika herodotus adalah “bapak sejarah” dalam tradisi penulisan sejarah
common sense, leopold von ranke dkenal sebagai “ bapak sejarah ilmiah’
dari abad ke 19. Ranke dan pengikutnya seperti J. B. Burry ( 1861-197)
dan Thomas Buckel (1821-62) adalah pewaris sah dari semangat
positivisme abad ke 19. Adalah Ranke yang memperkenalkan studi sejarah
sebagai studi ilmiah di universitas jerman dan kemdian menyear ke
universitas-universitas d negara tetangganya di Eropa dan sampai ke
Amerika Serikat.
Dengan sejarah ilmiah maksudnya ialah suatu telaahan kritis tentang

kehidupan masa lampau manusia dan lingkungannya berdasarkan standar
metode-metode ilmiah. Seperti halnya dengan tiap pengetahuan ilmiah
umumnya, yang diperoleh dengan penggunaan metode ilmiah guna
menjelaskan bagaimana sesuatu ( gejala ) proses, maka demikian pula
halnya dengan pengetahuan sejarah ilmiah.
Ciri-ciri sejarah ilmiah, penjelasan tentang ciri-ciri sejarah ilmiah
mungkin dapat dibantu dengan membandingkan antara pola berfikir awam
dan berfikir ilmiah. Perbedaan itu dapat disederhanakan dengan membuat
dikotomi antara hobi amatira dan profesional, antara sejarah naratif dan
sejarah kritis, antara penekanan subyektivitas personal ( subjektif) dan
impersonal (objektif), antara penjelasan dramatik ( peristiwa besar) dam
pendekatan kausalitas, antara sejarahkronik dan sejarah problem oriented
antara sejarah konvensional dan sejarah kritis ilmiah. Pertama, penggunaan
metode sejrah sejarah kritis, yang terdiri paling tidak dua hal berikut: (i)
aplikasi teknik yang corret” dan efektif untuk menemukan dan mengolah
data (sumber) sejarah (ii) penyusunan dan penyajian data menurut
kerangka kerja (frame work) tertentu yang terbuka untuk diperiksa oleh
siapapun. Ia bukan pekerjaan tertutup yang dirahasiakan atau memiliki
aturang-aturan sakral seperti dunia perdukunan. Teknik-teknik yang
benar(“corret”) pada tahap penelitian dan penulisan sejarah merupakan

prasyarat utama dari sejarah kritis ilmiah.

Kedua, sejarah kritis memiliki ciri tidak memihak (impartiality) dan
berlaku adil (fairness). Ketiga, sejarah kritis ilmiah selalu mengutamakan
akurasi, yakni ketapatan. Dan tiap pengetahuan sejarah kritis, tidak
berpretensi menyampaikan informasi sejarah selain dari kebenaran ilmiah.
Kebenaran pernyataan sejarah ilmiah dalam sejarah terutama berkenaan
dengan fakta-fakta, jika bukan interpretasi. Keempat, ketelitian atau
kecermatan merupakan ciri lain dalam pengetahuan sejarah ilmiah.
Kelima, terui kebenarannnya.
3. Sejarah filosofi.
Berbeda dengan sejarah common sense dan sejarah ilmiah,
pengetahuan sejarah filosofis adalah apa yang lazim dipelajari dalam
filsafat sejarah. Pengetahuan sejarah filosofis adalah hasil peenungan
pemikiran yang dilahirkan oleh filosof.
Beberapa ciri sejarah filosofis. Ciri pertama ialah bahwa pengetahuan
sejarah filosofis hasil renungan pemikir filosof sejarah tentang kondisi
historis umat manusia secara keseluruhan tampa dibatasi oleh ruang dan
waktu. Ciri kedua, obyek kajian sejarah filosofis ( subject-matter)
berkenaan dengan upaya menemukan hukum-hukum umum tentang proses

sejarah. Ciri ketiga, erat kaitannya dengan ciri kedua ialah deterministik,
bahwa

mereka

selalu

mengajukan

hukum-hukum

sejarah

yang

bersifatdeterministik lewat grand-theory atau sering juga disebut metatheory yang bersifat a priori dan tidak selalu didukung oleh bukti-bukti
empirik. Akhirnya pengetahuan sejarah filosof selalu merupakan upaya
filosof sejarah sebagai pemikir untuk memberikan jawaban terhadap
persoalan-persoalan di zamannya, tetapi dengan menarik kesimpulan
( generalisasi) bahwa pandangan sejarah demikian berlaku untuk semua

zaman.

TUGAS
TEORI DAN METODOLOGI SEJARAH

“Apakah Sejarah?”

Oleh
Nia Ariska
17161024

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017