Kebudayaan dan Jiwa Keagamaan B.docx

Kebudayaan dan Jiwa Keagamaan
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
Dosen
Jurusan

: Psikologi Agama
: Dra. Diah Nurita
: Tarbiyah - PAI (IV-B)

Di susun Oleh
Kelompok 7 (Tujuh )
- Elva Yones
- Jahriatul Jannah
- Riamita
- Muhammad Fauzi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini

dengan

penuh

keyakinan

serta

usaha

maksimal.

Semoga


dengan

terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata
kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Kebudayaan dan jiwa
keagamaan ” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum
kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa

datang.

Tanjung Pura, April 2017

1

DAFTAR IS

2

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan.............................................................2

B. Kebudayaan dan tradisi keagamaan..............................................................4
C. Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan.....................................6
D. Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan..............7
BAB III...................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan dan agama yakni sesuatu hal yang mengatur Norma dan
peraturan yang muncul dalam masyarakat sehingga sebagian orang menganggap
bahwa antara kebudayaan dan agama adalah sama. Padahal jelas kebudayaan
dengan agama adalah sesuatu yang sama sekali tidak dapat disamakan karena
kebudayaan adalah ciptaan manusia sedangkan agama adalah mutlak aturan dan
norma yang diberikan oleh Allah Swt.


Kebudayaan juga belum tentu semua kebudayaan itu baik karena telah di
paparkan diatas bahwa budaya adalah ciptaan manusia sehingga pasti terdapat
celah keburukan dengan keadilan yang pasti tidak dapat dipertanggung jawabkan
sehingga menguntungkan salah satu pihak saja. Sedangkan agama pasti
didalamnya tidaklah ada aturan yang buruk dan kebijaksanaannyapun jelas karena
agama diturunkan oleh Allah yang hak akan dibalas dengan sesuatu yang hak juga
dan yang batil akan dibalas dengan sesuatu yang batil juga tanpa ada seorangpun
yang bias menyangkal karena jelas bahwasanya Allah maha tau.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian budaya dan kebudayaan?

2. Bagaiamana Kebudayaan dan tradisi keagamaan?

3. Apa Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan?

4. Apa Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan?

1


C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahu pengertian budaya dan kebudayaan?

2. Untuk Mengetahui Kebudayaan dan tradisi keagamaan

3. Untuk Mengetahui Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan

4. Untuk mengetahu Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa
keagamaan

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah

atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.1
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya
itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.


1 Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.Hal 33

3

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.


Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:2
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
o alat-alat teknologi
2 Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.Hal 33

4

o sistem ekonomi
o keluarga

o kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
o organisasi ekonomi
o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
o organisasi kekuatan (politik)

B. Kebudayaan dan tradisi keagamaan
Herskouits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun
dari satu generasi ke generasi yang lain. Sementara, menurut Andreas Eppink
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai, norma, ilmu pengetahuan,
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius dan lain-lain. Sementara itu
Corel R. E dan Melvin E. (seorang ahli antropologi – budaya) memberikan konsep
kebudayaan umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang selah
merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu (yang meliputi) hal –
hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama,
kegemaran makanan tertentu, musik, kebiasaan, pekerjaan, larangan-larangan dan

sebagainya.3

3Jaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.Hal.19
5

Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan
menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam
kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat
sebaga aspek – aspek dar kebudayaan itu sendiri yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai
tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan
tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku,
maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.

Tradisi menurut Parsudi Suparlan, merupakan unsur sosial budaya yang
telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Umumnya tradisi
erat kaitannya dengan mitos dan agama. Mitos lahir dari tradisi yang sudah
mengakar kuat disuatu masyarakat, sementara agama dipahami berdasarkan kultus
setempat sehingga mempengaruhi tradisi.

Dari sudut pandang sosiologi, tradisi merupakan suatu pranata sosial,
karena tradisi dijadikan kerangka acuan norma ini ada yang bersifat sekunder dan
primer. Pranata sekunder ini bersifat fleksibel mudah berubah sesuai dengan
situasi yang diinginkan, sedangkan pranata primaer berhubungan dengan
kehormatan dan harga diri, serta kelestarian masyarakatnya, karena pranata ini
merupakan kerangka acuan norma yang mendasar dan hakiki dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu pranata ini tidak dengan mudah dapat berubah begitu
saja.

Mengacu pada penjelasan di atas, tradisi keagamaan termasuk ke dalam
pranata primer, karena tradisi keagamaan ini mengadung unsur-unsur yang
berkaitan dengan ketuhanan atau keyakinan, tindakan keagamaan, perasaan –
perasaan yang bersifat mistik, penyembahan kepada yang suci, dan keyakinan
terhadap nilai – nilai yang hakiki. Dengan demikian, tradisi keagamaan sulit
berubah, karena selain didukung oleh masyarakat juga memuat sejumlah unsur –
unsur yang memiliki nilai – nilai luhur yang berkaitan dengan keyakinan
6

masyarakat. Tradisi keagamaan mengadung nilai-nilai yang sangat penting yang
berkaitan erat dengan agama yang dianut masyarakat, atau pribadi – pribadi
pemeluk agama tersebut.4

Dalam suatu masyarakat yang warganya terdiri atas pemeluk agama, maka
secara umum pranata keagamaan menjadi salah satu pranata kebudayaan yang ada
di masyarakat tersebut. Dalam konteks seperti ini terlihat hubungan antara tradisi
keagamaan dengan kebudayaan masyarakat tersebut. Bila kebudayaan sebagai
pedoman bagi kehidupan masyarakat, maka dalam masyarakat pemeluk agama
perangkat – perangkat yang berlaku umum dan menyeluruh sebagai norma –
norma kehidupan akan cenderung mengandung muatan keagamaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, hubungan antara kegamaan dengan
kebudayaan terjalin sebagai hubungan timbal balik. Makin kuat tradisi keagamaan
dalam suatu masyarakat akan makin terlihat peran akan makin dominan
pengaruhnya dalam kebudayaan.

C. Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan
Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi, sikap
keagamaan mendukung terbentuknya tradisi keagamaan, sedangkan tradisi
keagamaan sebagai lingkungan kehidupan turut memberi nilai-nilai, norma-norma
pola tingkah laku keagamaan kepada seseorang. Dengan demikian, tradisi
keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran
agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang hidup
dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

Sikap keagamaan yang terbentuk oleh tradisi keagamaan merupakan bagian
dari pernyataan jati diri seseorang dalam kaitan dengan agama yang dianutnya.
Sikap keagamaan ini akan ikut mempengaruhi cara berpikir, cita rasa, ataupun
penilaian seseorang terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan agama, tradisi
4 Jaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta : Rajawali Pers 2005) hal. 201-203

7

keagamaan dalam pandangan Robert C. Monk memiliki dua fungsi utama yang
mempunyai peran ganda. Yaitu bagi masyarakat maupun individu. Fungsi yang
pertama adalah sebagai kekuatan yang mampu membuat kestabilan dan
keterpaduan masyarakat maupun individu. Sedangkan fungsi yang kedua yaitu
tradisi keagamaan berfungsi sebagai agen perubahan dalam masyarakat atau diri
individu, bahkan dalam situasi terjadinya konfilik sekalipun.5[4]

Sikap dan keberagamaan seseorang atau sekelompok orang bisa berubah
dan berkembang sejalan dengan perkembangan budaya dimana agama itu hidup
dan berkembang. Demikian pula budaya mengalami perkembangan dan
tranformasi. Transformasi budaya merupakan perubahan yang menyangkut nilainilai dan struktural sosial. Proses perubahan sturuktur sosial akan menyangkut
masalah-masalah disiplin sosial, solidaritas sosial, keadilan sosial, system sosial,
mobilitas sosial dan tindakan-tindakan keagamaan. Tranformasi budaya yang
tidak berakar pada nilai budya bangsa yang beragam akan mengendorkan disiplin
sosial dan solidaritas sosial, dan pada gilirannya unsur keadilan sosial akan sukar
diwujudkan.

D. Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan
Era global umumnya digambarkan sebagai kehidupan
masyarakat dunia yang menyatu . karena kemajuan teknologi,
manusia antar negara menjadi mudah berhubungan baik melalui
kunjungan secara fisik, karena lat tranportasi sudah bukan
merupakan
berbagai

penghambat

tempat

di

bagi

seantero

manusia
bumi

ini

untuk

melewat

ataupun

di

melalui

pemamfaatan perangkat komunikasi .

Era global ditopang oleh kemajuan dan kecanggihan
teknologi menjadikan manusia seakan hidup dalam satu kota,
kota dunia. Batas kota sudah tidak menjadi penghalang bagi
5Azizy, A. Qodry, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM Yang
Terciptanya Masyarakat Madani), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
8

manusia untuk saling berhubungan. Kehidupan mansia di era
global saling pengaruh memengaruhi, sehingga segala sesuatu
yang sebelumnya dianggap sebagai milik suatu bangsa tertentu
akan terangkat menjadi miik bersama.

Dalam kaitannya dengan jiwa keagamaan, barang kali
dampak globalisasi itu dapat dilihat melalui hubungannya
dengan perubahan sikap. Menurut teori yang dikemukakan oleh
Osgood dan Tannenbaum, perubahan sikap akan terjadi jika
terjadi persamaan persepsi pada diri seseorang atau masyarakat
terhadap sesuatu. Hal ini berarti bahwa apabila pengaruh
globalisasi dengan segala muatannya di nilai baik oleh individu
maupun masyarakat, maka mereka akan menerimanya.

Secara fenomena, kebudayaan dalam era global mengarah
kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap
perkembangan

jiwa

keagamaan.

Meskipun

dalam

sisi-sisi

tertentu kehidupan tradisi keagamaan tampak meningkat dalam
kesemarakannya. Namun dalam kehidupan masyarakat global
yang cenderung sekuler barangkali akan ada pengaruhnya
terhadap pertumbungan jiwa keagamaannya.

Dalam situasi seperti itu, bisa saja terjadi berbagai
kemungkinan. Pertama, mereka yang tidak ikut larut dalam
pengaguman yang berlebihan terhadap rekayasa teknologi dan
tetap

berpegang

teguh

pada

nilai



nilai

keagamaan,

kemungkinan akan lebih meyakini kebenaran agama. Kedua,
golongan yang longgar dari nilai-nilai ajaran agama akan
mengalami kekosongan jiwa, golongan ini sulit menentukan
pilihan guna menentramkan gejolak dalam jiwanya.

9

Era global diperkirakan memunculkan tiga kecendrungan
utama

dalam

Kecendrungan
keagamaan

kesadaran
pertama,

yang

agama
berupa

liberal.

dan
arus

Kedua,

pengalaman

agama.

kembali

ke

tradisi

kecendrungan

ke

tradisi

keagamaan pada aspek mistis. Sedangkan, kecendrungan ketiga,
adalah munculnya gerakan sempalan yang mengatasnamakan
agama.6

1. Agama Budaya Dan Budaya Agama

Pakar antropologi budaya, Edward B. Taylor mendefenisikan
agama sebagai belive in supernaural being (percaya kepada
wujud yang adikodrati). Sedangkan Stanley Hall menilai agama
bersumber dari tradisi otemisme. Para agamawan terkesan
sepakat dengan pembagian agama menjadi agama samawi
(agama langit) dan agama budaya. Agama samawi bersumber
dari kitab suci yang ajarannya disamaaikan oleh para rasul
(utusan tuhan). Yang dimaksud dengan agama budaya adalah
agama yang lahir dari pemukiran atau perkembangan budaya
manusia. Kepercayaan kepada “sesuatu “ yang melahirkan
sistem kepercayaan yang secara umum disebut dengan” agama
“ yang sejauh ini sebgaian besar pengalaman manusia, ebih
banyak berdasarkan atau berpusakan legenda dan mitologi.

2. Sentimen Keagamaan

secara etimologis, sentimen diartikan sebagai semacam
pendapat atau pandangan yang berdasarkan perasaan ya
berlebih-lebihan terhadap sesuatu yang bertentangan dengan
pertimbangan

pikiran.

Sebagai

gejala

psikologis,

sentimen

6 Jalaludin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2005.) hal.
251

10

menggambarkan
terhadap

luapan

sesuatu

perasaan

yang

tidak

dianggap

puas

atau

menyalahi

benci

ataupun

bertentangnan dengan kondisi yang ada. Ataupun dianggap
melecehkan sisitem nilai yang oleh pendukungnya dianggap
sebagaisesuatu yang benar dan perlu dipertahankan. Sentimen
berpengaruh dalam menimbulkan luapan perasaan yang pada
tingkat tertetu dapat menimbulkan reaksi.

3. Kegersangan Spiritual

Eksisensi manusia hanya akan dirasakan bila manusia
berada di ingkungnnya. Merasa diterima sebagai anggota.
Namun kegersangan spiritual mencabut manusia dari nilai-nilai
kemanusiannya yang hakiki. Menyebabkan manusia kehilangan
harkat dan martabatnya. Seiring dengan itu maka jati drinya
melenyapkan. Ia bagaikan dalam ruang waktu yang “kosong” .
kegersangan spiritual dapat menimbulkan cacat “nurani”. Nilainilai kemanusiaan terabaikan sama sekali. Mampu mengubah
perilaku manusia menjadi kejam. Ingin menunjukkan eksistensi
dirinya melalui perbuatan yang tercela.

a. Megalomania

Rangkaian

kemenangan

yang

diperoleh

menjadikan

manusia lupa diri. Merasa serba perkasa. Semuanya kemudian
terendap ke alam tak sadar. Memupuk dan merunag dalam
bentuk narsisi kekuasaan. Secara tak sadar muncul dalam sikap
megalomania.

Gila

kekuasaan.

Sejarah

mencatat

sosok

megalomania, antara lain adolf hilter, idi amin, Saddam Husein,
maupun George Walker Bush. Michael Bigent mengatakan bahwa
kemajuan, telah menghianati amanat yang telah diberikan

11

kepadanya. Ilmu pengetahuan yang semula diperkirakan akan
menawarkan prospek baru untuk usaha perbaikan hidup manusia
malah justru memproduksi alat-alat yang mengerikan untuk
menghacurkannya.

Dibalik

itu

pula

berdiri

pengidap

megalomania.7

b. Keserakahan

Produk iptek menawakan kemewahan materi. Kekayaan
materi dijadikan indikator status sosial. Manusia semakain haus.
Tak pernah merasa puas, masing-masing saling berebut untuk
memiliki

sebanyak-banyaknya

yang

mampu

diusahakan.

Memperkaya didi dengan cara apapun, sementara nilai-nilai
moral diabaikan. Manusia menjadi serakah. Gejolak resesi
ekonomi dunia tak dapat dilepaskan dari sifat serakah ini. Demi
mengejar kekayaan manusia kehilangan akal sehat.

Ditengah-tengah persaingan kemewahan, tanpa memiliki
kekayaan, manusia merasa kehilangan harga diri, perasaan ini
yang mendorog seseorang menjadi serakah. Hidup dalam kendali
hawa nafsu yang lepas dari kekangan nilai-niai moral.

c.

Manusia Robot

Kegersangan spiritual menyebakan manusia ke perilaku
robotis. Bentuk perilaku yang robotis. Bentuk perilaku yang
terkendali secara mekanisme. Membeo dalam kata, meniru
perilaku.

Mengidentifikasi

diri

di

popularias

sosok

idoa.”terhipnotis” jadi sosok “ pak turut” berlomab-lomba, dan
tak mau ketinggalan dalam kegiatan bersepeda santai, hanya
7 Jalaludin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2005.) hal.
251

12

karena

pejabat

setenpat

melakukannya.

Meniru

dandanan

perilaku para artis aau aktor kondang. Perilaku jiplakan seperti ini
tak lepas dari pengaruh sikap latah. Menempat diri sebagai
robot, manusia yang sudah kehilangan jati diri.

d. Euforia Massal

Kegersangan spiritual menyebabkan manusia merassa
dirinya

terasing,

merasa

kesepian

ditengah

keramaian.

Masyarakat manusia sudah berubah jadi masyaakat massa( mass
society)

masyarakat

yang

kehilangan

solidaritas.

Berubah

menjadi masyarakat peguyuban ke patemban. Masyarakat yang
mengkedepankan kepentingan individu,” lu-lu, gue-gue.”

Sebagai makhluk sosial, perasaan terasig merupakan
“derita” batin bagi manusia. Untuk mengenyahkan perasaan ini.
Mendorong manusia menemukan teman senasib. Membentuk
peer group dengan latar belakng prfesi. Membauru didi bersama
teman senasib sepenanggungan, menyat dalam euforia massal.
Apaun

kegiatannya

mengobati

bukan

kegundahan

bermunculan,

teruama

masalah.

batin.

Tak

dikota-kota

Yang
heran
yang

penting
berbagai
sudah

dapat
club

terlanda

peradaban modern.8

8 Jalaludin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2005.) hal.
251

13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia yang di dalamnya terdapat
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat sebagai aspek dari kebudayaan
itu sendiri. Kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat karena
kebudayaan merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh
masyarakat.

Tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan
kesadaran agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang
yang hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

Secara fenomena, kebudayaan dalam era global mengarah kepada nilainilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan.
Dalam kaitannya dengan jiwa keagamaan dampak globalisasi dapat dilihat melalui
hubungan dengan perubahan sikap, seperti hilangnya pegangan hidup yang
bersumber dari tradisi masyarakat dan bersumber dari ajaran agama.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakar utama
penulismengharapkan saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya
membangun akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

14

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

Azizy, A. Qodry, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM
Yang Terciptanya Masyarakat Madani), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Jaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

15

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000

Sztompka, Piotr , Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada, 2007

16