Peran Media Massa dan Media Sosial Sebag

PERAN MEDIA MASSA DAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI ALAT PERGERAKAN
MAHASISWA KEKINIAN
Oleh: Ibrahim L. Kadir
Disampaikan untuk menjadi materi Intermediete Training (LK2) HMI MPO Cabang Jakarta
(Di Bawah Langit Mendung Bulan Desember 2015)

‫ن الرر م‬
‫سم م الل م‬
‫ه الرر ي‬
‫بم ي‬
‫ح م‬
‫حي يم م‬
‫م م‬

MUKADIMAH
I.

SEKILAS TENTANG MEDIA MASSA DALAM WACANA PERGERAKAN MAHASISWA

Media massa sangat berperan dalam membangun sebuah opini publik. Apakah itu negatif maupun
hal-hal positif. Dalam catatan sejarah pergerakan Mahasiswa 98, peran media menjadi sentral bagi

marwah perubahan yang diusung para mahasiswa tersebut. Tentunya peranan media yang dapat
mempengaruhi pemikiran massa, mahasiswa dan banyak orang, sama pentingnya dengan semua
buku-buku bacaan dan teori-teori para pakar.
Misal, setelah Senayan diduduki mahasiswa, beritanya pun tersiar hingga Mahasiswa di Bandung,
Semarang, Jogjakarta, Makassar dan di lain-lain tempat pun turut bergerak menyuarakan Reformasi,
hingga jatuhnya rezim Soeharto, pada masa itu. Media yang berperan pada saat itu adalah media
elektronik, seperti radio dan televisi.
Sama halnya seperti periode 66, yaitu era kejatuhan Orde Lama, adalah Soe Hok Gie yang aktif
berkirim tulisan kepada media, menyebabkan pergolakan dan memicu aksi long-march gerakan
mahasiswa menjatuhkan Soekarno. Tulisan-tulisan perlawanannya hadir melalu media Kompas,
Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya.
Karena media pula Soe Hok Gie menderita. Soe Hok Gie balik melawan Orde Baru. Dia menulis
tentang kekejian Orde Baru yang baru saja menggantikan Orde Lama dengan membunuh Tertuduh
PKI di Bali (Lihat Catatan Seorang Demonstran) [1].
Pada masa kini, peranan media semakin menjadi kompleks. Disamping sebagai “Watch Dog” (Anjing
Pengawas), terkadang media terjerumus malah menjadi corong kekuasaan. Oleh karena itu media
dituntut untuk kembali ke posisi sejatinya, tidak berat sebelah, proporsonal dan kredibel.
Namun demikian peranan media tetaplah perlu. Media sejak zaman perjuangan hingga reformasi
mau tidak mau tetap memegang peranan yang cukup besar dalam memobilisasi pergerakan
masyarakat dan pergerakan mahasiswa.

Informasi yang disampaikan kepada khalayak banyak, kerap kali memicu atau memotivasi gerakangerakan masyarakat, dan tentu juga mahasiswa, baik yang secara aktif terorganisir maupun yang
spontan dan sporadis.
Lantas bagaimana peran media dalam menunjang gerakan mahasiswa? Dapatkah media massa
bertransformasi menjadi media pergerakan dan perkaderan bagi mahasiswa? Disinilah nanti yang
akan menjadi bahasan pada tulisan ini.

II.

SEPUTAR KOMUNIKASI, MEDIA, OPINI PUBLIK DAN PROPAGANDA

Definisi Komunikasi
Secara singkat Komunikasi adalah:
“sebuah proses penyampaian informasi (gagasan/ide/maksud) dari individu/kelompok
kepada individu/kelompok lainnya, dalam rangka mencapai suatu hal yang sama-sama
dimengerti dan dapat dipahami bersama”
Komponen Komunikasi
Menurut Harold Laswell seperti yang dikutip alam Buku Dedy Mulyana, (Ilmu Komunikasi-Suatu
Pengantar) [2], dijelaskan bahwa komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar
komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Komponen-komponen tersebut adalah:
1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak

lain. (Who)
2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada
pihak lain. (Say What)
3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam
komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan
getaran nada/suara. (In Which Channel)
4. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
(To Whom)
5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya. (With What Effect)
Selain 5 diatas pada perkembangannya komunikasi diatur juga menurut aturan-atuan yang
disepakati. Oleh karena itu Deddy Mulyana menambahkan adanya satu peraturan yang disepakati
bersama. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan (Protocol) menjadi komponen yang melengkapi 5 komponen menurut Lawsell.
Definisi Media dan Media Komunikasi
Secara Bahasa, “Media” adalah bentuk jamak dari “Medius” yang diambil dari Bahasa Latin. Media
memiliki arti “Yang dintara dua objek” dan “Yang menjadi penghubung”, sedangkan Medius memiliki
arti “Jari Tengah”.
Secara istilah, “Media” dalam konteks universal dapat didefinisikan sebagai:
“Sebuah sarana bagi manusia untuk mengekspresikan dirinya yang menciptakan kondisi

dimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap”
Sedangkan “Media” dalam konteks “Media Komunikasi” dapat didefinisikan sebagai:
“Sebuah sarana yang menjadi penghubung antar individu/kelompok dengan
individu/kelompok lainnya yang digunakan dalam rangka proses penyampaian informasi
(gagasan/ide/maksud) tersebut”

Jenis-jenis Media Komunikasi
Media dalam konteks komunikasi, menurut sifatnya dapat dibagi menjadi:
1. Media Komunikasi Audio yaitu semua hal yang dapat didengar, menghantarkan sebuah
informasi.
2. Media Komunikasi Visual yaitu semua hal yang dapat dilihat, menghantarkan sebuah
informasi.
3. Media Komunikasi Audio/Visual yaitu semua hal yang dapat dilihat sekaligus didengar,
menghantarkan informasi
Berdasarkan fungsinya, media dalam konteks komunikasi dapat dibagi menjadi:
1.
2.
3.
4.


Berfungsi untuk memudahkan penyampaian pesan/informasi
Berfungsi untuk mempercepat laju penyampaian pesan/informasi
Berfungsi untuk memperjelas maksud dari sebuah pesan/informasi
Berfungsi untuk mempengaruhi/membangkitkan motivasi kepada
pesan/informasi (terkait komunikasi politik)

penerima

Sedangkan menurut sasarannya, dapat dibagi menjadi:
1. Media Komunikasi Massa (Mass Media/Pers)
a. Media Cetak, misalnya seperti: Majalah, Koran, Surat Kabar.
b. Media Elektronik, misalnya seperti: Radio, TV
c. Media Siber, misalnya seperti: Media Sosial, Website, Portal Berita, Blog.
2. Media Komunikasi Privat (Nirmassa)
a. Media Respon Non Elektronik, misalnya seperti: Surat, Semapur, Bicara, Isyarat
b. Media Respon Elekronik, misalnya seperti: Telefon, Telegraf, Morse
Komunikasi Politik
Menurut Grabriel Almond [3] komunikasi politik adalah:
“Sebuah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian

ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi
politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara "yang memerintah" dan "yang
diperintah".
Komunkasi politik adalah komunikasi yang paling banyak digunakan manusia dalam rangka
mempengaruhi orang lain.
Melalui komunikasi politik seseorang atau sekelompok orang mampu memotivasi seseorang atau
sekelompok orang lainnya untu bertindak berdasarkan opininya.
Opini Publik
Opini publik adalah kumpulan pendapat orang mengenai hal ihwal yang mempengaruhi atau menarik
minat komunitas. Secara sederhana, opini ialah tindakan mengungkapkan apa yang dipercayai,
dinilai, dan diharapkan seseorang dari objek-objek dan situasi tertentu. Tindakan itu bisa merupakan
pemberian suara, pernyataan verbal, dokumen tertulis, atau bahkan diam.

Propaganda
Propaganda memiliki arti positif dan negatif. Secara Bahasa Propaganda berasal dari Bahasa Latin
yaitu “Propagare” yang memiliki arti “Pengembangan”. Dalam penjelasan singkat Propaganda dapat
didefinisikan sebagai:
“komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan
partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individuindividu, diersatukan secara psikologis dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau
organisasi.”

Tipologi propaganda sendiri ada 3 macam:
1. Propaganda Putih dimana sumber-sumber dapat diidentifikasi secara terbuka
2. Propaganda Hitam dimana sumber-sumber terlihat ramah namun sebenarnya
bertentangan
3. Propaganda Abu-abu dimana sumber-sumber terlihat netral namun sebenarnya
bertentangan
Sedangkan dalam perkembangannya, propaganda terbagi menjadi dua kelompok utama.
1. Propaganda Politis yaitu yang melibatkan usaha pemerintah, partai atau golongan
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat strategis dan taktis.
2. Propaganda Sosiologis yaitu yang melibatkan semua unsur pemerintah partai atau
golongan tertentu dalam sebuah penetrasi budaya yang kemudian masuk kedalam
lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik.
Dari jenisnya, propaganda ada tiga macam:
1. Propaganda Vertikal yang mana melibatkan Media Massa
2. Propaganda Horizontal yang mana agitasi berperan penting menimbulkan persamaan
persepsi dan perasaan diantara komunikan.
3. Propaganda Integrasi yang mana pengaruh doktrin dan pembangunan ikatan emosional
menjadi sangat berperan.
Dari metodenya, ada tiga macam propagadanda. Ketiganya antara lain adalah:
1. Propaganda Koersif, sebuah komunikasi dengan cara menimbulkan rasa ketakutan bagi

komunikan agar secara tidak sadar bertindak sesuai keinginan komunikator
2. Propaganda Persuasif, sebuah komunikasi dengan cara menimbulkan rasa kemauan
secara sukarela bagi komunikan agar secara tidak sadar dengan seketika dapat bertindak
sesuai dengan keinginan komunikator
3. Propaganda pervasif, sebuah komunikasi dengan cara menyebarluaskan pesan serta
dilakukan secara terus menerus/berulang-ulang kepada komunikan sehingga melakukan
imitasi atau menjadi bagian dari yang diinginkan oleh komunikator
Positif atau negatifnya sebuah propaganda tergantung sudut pandang subjektif para pelaku
propaganda dan komunikan (orang-orang penerima informasi). Umumnya komunikan tidak sadar
akan sebuah propaganda. Namun apabila komunikan sudah mengetahui bahwa sebuah informasi
merupan suatu propaganda, maka penilaian positif ataupun negatif akan kembali kepada orangorang yang pernah mengalaminya.

III.

GERAKAN MAHASISWA

Hakekat
Sejatinya Gerakan Mahasiswa adalah sebuah gerakan yang berdasarkan ide/gagasan yang mengacu
kepada tingkat kesadaran intelektual mahasiswa dari apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan,
yang diwujudkan dalam kenyataan bertindak demi kepentingan masyarakatnya, komunitasnya, dan

juga demi kepentingan rakyat dalam rangka perbaikan bangsa kea rah kehidupan berbangsa dan
bernegara yang lebih baik.
Secara singkat Gerakan Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai:
“Sebuah kesatuan dari pengetahuan dan aksi nyata dalam kehidupan, dengan tujuan
pengabdiannya terhadap masyarakat dalam rangka memperjuangkan suatu yang benar”
Gerakan mahasiswa tidak melulu sebuah gerakan yang bersifat mobilisasi masa, namun juga dapat
berupa mobilisasi ide/gagasan.
Hal-hal Yang Mempengaruhi Gerakan Mahasiswa
Pencetus Gerakan Revolusioner Ernest Ezra Mandel [4] menyatakan
“Pada umumnya Gerakan Mahasiswa disebabkan oleh permasalahan di sekitar mahasiswa
itu sendiri. Permasalahan dimulai dari adanya ketegangan antara mahasiswa dengan
Universitas, Institut atau Sekolah Tinggi dimana dia bernaung. Hal ini tentu berbeda dengan
kondisi yang terjadi di dunia ketiga. Perlawanan mahasiswa dan non-mahasiswa di sana lebih
didorong oleh realitas mereka yang masih di bawah penjajahan”
Di Indonesia, gerakan intelektual pemuda dan mahasiswa dilandasi rasa untuk lebih mencintai tanah
air, melihan kondisi kekinian. Seperti Boedi Oetomo kepemudaan pada masa lampau, mereka
melihat nasib Bumiputera yang terjajah oleh belenggu imperialisme, kebodohan dan ketidakberpendidikan.
Kemudian Gerakan 66 yang pada masa itu melihat bahwa Soekarno sudah kehilangan arah dan
kepercayaan masyarakat karena mengingkari hakekat kekuasaan demokrasi.
Lalu ada peristiwa Malari dimana mahasiswa menentang bentuk imperialisme korporasi dan

melawan orde baru yang terlalu pro asing.
Pada 98 puncak dari kemarahan mahasiswa karena melihat fenomena pembelengguan hak-hak
demokrasi, kebebasan pers yang terkungkung dan Korupsi Kolusi serta Nepotisme yang berangsur 32
tahun.
Media Yang Digunakan Untuk Mengekspresikan Ide/Pemikiran Mahasiswa
Pada masa-masa pergerakan mahasiswa, kelompok mahasiswa biasanya menggunakan Media
“Propaganda” untuk mengekspresikan maksud dan tujuan gerakan mereka.
Soe Hok Gie menggunakan media massa (koran) untuk menerbitkan tulisan-tulisannya. Sama halnya
dengan Rosihan Anwar dan Deliar Noer yang mengungkapkan ide-ide pendidikannya, juga Goenawan
Mohamad yang menggunakan media massa tempat para kuli tinta bekerja, untuk mengekspresikan
kegusarannya melalu ide yang dituangkan dalam sebuah tulisan dan cerita pendek.
Di kampus-kampus pada masa orde baru, lembaga pers mahasiswa acapkali sering dibungkam atau
ditekan, karena sikap kritis mereka. Namun aktivis kampus mampu bersikap strategis. Ketika pers

kampus berada di bawah tekanan rektorat dan birokrat luar lembaga kampus, mahasiswa
membentuk media propaganda alternatif non-kampus, berupa leaflet, selebaran, poster, buletin
mahasiswa, atau bahkan grafiti.
Selain itu, pada masa pasca reformasi atau sekitar 1999-2001, Universitas Alternatif (Sebutan untuk
Korkom HMI-MPO UNJ), aktif membuat media laternatif untuk saluran ekspresi yang kritis dari
mahasiswa, antara lain Buletin Alternatif.

Di komunitas seni rupa ada PropaGraphic sebagai media komunikasi mahasiswa untuk
mengekspresikan ide atau gagasan dalam bentuk grafis kreatif seperti graffiti yang sarat dengan kritik
sosial kepada negara dan juga elit politik. Di komunitas fotografi ada Revolugraphy yang kerap
menampilkan fotografi kritis mengangkat realitas sosial di masyarakat.
Sedangkan pada masa kini, Mahasiswa kerap mengunakan Facebook dan Twitter untuk meng-update
status pada timeline (papan garis masa) yang digunakan untuk mengekspresikan rasa dan pikiran
pengguna/user dari Facebook dan Twitter.
Pada awal kebangkitan blog, sekitar 2004-2006, banyak mahasiswa yang menggunakan blogger dan
wordpress untuk menerbitkan ungkapan perasaan, gagasan dan ide mereka dalam sebuah tulisan
yang mampu dibaca oleh jutaan orang di seluruh dunia dalam sekejap.

(Gambar: Contoh Blog “Gerakan Mahasiswa” di era kebangkitan Blog sekitar tahun 2006) [5]

PEMBAHASAN
I.

POKOK BAHASAN

Yang menjadi fokus dalam bahasan di tulisan ini mengerucut kepada dua fokus penting yaitu:
1. Media Massa sebagai alat komunikasi politik dalam pembentukan opini publik.
2. Media Massa sebagai alat gerakan mahasiswa yang dapat digunakan untuk memicu
motivasi mahasiswa dalam menentukan tujuan, strategi dan pengorganisasian sebuah
gerakan mahasiswa.
II.

URAIAN POKOK BAHASAN

Media Massa (Pers)
Media Massa terdiri dari 2 suku kata yaitu “Media” dan “Massa” yang secara singkat dapat diambil
pengertian “Media” yaitu sebuah sarana bisa berupa ruang, saluran udara dan lain-lain guna
mendapatkan dan menyampaikan informasi demi tujuan tertentu; sedangkan “Massa” yaitu
sekumpulan orang-orang/masyarakat yang menjadi target penerima dari penyampaian satu atau
lebih informasi.
Dalam pengertian yang lebih dalam dapat kita ambil dari beberapa sumber dan pakar, antara lain:
1. Menurut kamus Oxford English Dictionary, Media Massa (Pers) yang disebut Mass Media
atau Mass Communications didefinisikan sebagai: “Sources of information and news
such as newspaper, magazines, radio, and television that reach and influence large
number of people” [6]
2. Kustadi Suhandang, penulis buku “Pengantar Komunikasi” mengatakan: “Pers adalah seni
atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita
tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala
kebutuhan hati nurani khalayaknya” [7]
3. Menurut UU no. 40 Tahun 1999 menyebutkan: “Pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam
bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam
bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia.” [8]
4. Menurut Praktisi Media Massa/Press (Pers), dalam pengertian yang lebih sempit media
massa disebut dengan pers (Press) diambil dari kata Pressure (Penekan) dalam Bahasa
Inggris yang memiliki arti: “Sebuah lembaga/organ yang sejatinya dapat menyampaikan
informasi kepada khalayak banyak termasuk didalamnya adalah pemerintah, masyarakat
dan juga pasar, agar khalayak banyak tersebut dapat mengetahui informasi berupa
peristiwa yang sedang berlangsung atau topik yang sedang dibahas, dan dapat
mengambil tindakan yang dianggap perlu dalam menyikapi peristiwa atau bahasan itu,
sehingga terjadi perimbangan tatanan kehidupan, yang berguna menekan pertumbuhan
hal-hal yang merugikan kepentingan bersama” [9]
Jadi Media massa merupakan salah satu alat yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperoleh
sejumlah informasi, atau oleh pemerintah untuk mendistribusikan informasi produk kebijakan, dan
juga bagi pasar sebagai saluran promosi. Pers sendiri merupakan cermin realitas, karena pers pada
dasarnya merupakan media massa yang lebih menekankan fungsinya sebagai sarana pemberitaan. Isi

pers yang utama adalah berita dan berita adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat media karena
memiliki nilai yang layak untuk disebarkan kepada masyarakat.
Posisi dan Fungsi Media Massa dalam Komunikasi Politik
Unsur Media (Media Massa) dipengaruhi pula oleh unsur-unsur komunikasi politik lainnya, yaitu oleh
institusi pemerintahan, civil society dan market. Dalam model Segitiga Gazali, media idealnya tepat
berada di tengah, tidak bergeser ke sudut salah satu unsur. Ketika ada salah satu unsur mendominasi
unsur yang lain, maka kualitasnya akan berubah yang pada gilirannya akan mempengaruhi semua
unsur. Hubungan antar unsur-unsur Komunikasi Politik, dapat dilihat dalam model segitiga Gazali

Pemerintah

MEDIA

Pasar

Masyarakat
(Sumber: Gazali, 2005) [10]

Dari gambar diatas kita dapat mengambil informasi bahwa posisi Media adalah penghubung antar
unsur-unsur dalam hal ini Pemerintah – Masyarakat – Pasar.
Hal ini menjadikan fungsi media antar unsur-unsur menjadi berda-beda:
1.
2.

3.

4.

Bagi Pemerintah ke Masyarakat dan ke Pasar berfungsi mendistribusikan informasi
terkait kebijakan umum dan khusus.
Bagi Masyarakat ke Pemerintah dan ke Pasar berfungsi mendistribusikan informaasi
terkait keinginan masyarakat, kebutuhan masyarakat dan pressure masyarakat atas
kebijakan pemerintah serta keinginan masyarakat terhadap pasar.
Bagi Pasar ke Pemerintah dan ke Masyarakat berfungsi mendistribusikan informasi
terkait produk yang ditawarkan untuk kepentingan masyarakat dan untuk
kepentingan pemerintah.
Feedback dari semua unsur adalah menerima informasi yang cukup dan berguna
untuk kepentingan masing-masing. Media Massa tidak boleh condong pada satu
unsur.

Pergeseran Ke Arah Politik Media dan Media Propaganda Poltik
Fakta dari fenomena politik mutakhir, pers telah menjelma menjadi media-driven-politics. Dalam arti,
setiap momentum politik mustahil menafikan kehadiran pers.
Dalam fungsinya itu, media massa (pers) menjalankan tugas menjadi penghubung antara elit-elit
politik dengan masyarakat. Sebuah fungsi yang dulunya dominan dilakukan oleh partai ataupun
kelompok politik tertentu.
Dalam banyak hal, fungsi penghubung tersebut semakin banyak yang diambil alih pers. Proses
memproduksi dan mereproduksi berbagai sumber daya politik, seperti menghimpun dan
mempertahankan dukungan masyarakat dalam sebuah pemilu, memobilisasi dukungan publik
terhadap suatu kebijakan, merekayasa citra kinerja kandidat.
Maka wajar saja ketikaa ada sebutan media massa itu “berpihak”. Padahal sejatinya media memang
harus berpihak, namun berpihak bukan kepada seseorang, sekelompok tertentu atau pada persepsi,
opini atau subjektifitas lain, tetapi media harus berpihak kepada FAKTA.
Hal ini menjadikan media massa banyak terlibat dalam kegiatan propaganda vertikal.
Transformasi dari Media Massa Konvensional ke Media Massa Berbasis Internet
Perkembangan media massa kini mulai mengadopsi sistem paperless (tanpa kertas). Seiring dengan
pertumbuhan teknologi dan mengurangi penggunaan kertas, maka sejak kehadiran internet media
massa mulai mengubah cara penyampaian berita. Pada tahun 2011, pertumbuhan pengguna internet
di Indonesia mencapai 55 juta jiwa, menurut data dari Idesocial.

(Gambar dari www.idesocial.wordpress.com 2011) [12]

Berita menjadi lebih cepat sampai kepada publik yang memiliki alat (gadget) seperti Laptop, Ponsel
Cerdas atau perangkat multimedia lainnya. Terkadang pula, portal media online sering mengalahkan
fakta kongkrit dan lebih memajukan kecepatan berita.

Gaya Media Massa Nasional
Detik, Kompas, Tempo, Media Indonesia, MNC Group, Vivanews, Republika dan Rakyat Merdeka,
hanyalah beberapa organisai media massa nasional yang cukup berpengaruh dalam pembentukan
opini publik. Lebih dari itu, muncul juga media-media baru yang lebih kontemporer, dan independen.
Hal tersebut tidak lepas dari gaya/style media tersebut masing-masing.
Sebagai contoh Kompas, Tempo dan Media Indonesia biasanya menggunakan gaya yang rasional
dalam menentukan Headline. Sementara Detik lebih mengedepankan kecepatan berita, sesuai
namanya.
Di lain pihak MNC dengan Sindo/ Okezone, juga Rakyat Merdeka, nampak membombastis dengan
Headline-headline yang cukup menarik para pembaca untuk menelaah lebih dalam. Sementara
Republika tetap dengan gayanya yang bernuansa Islami. Saat ini hadir pula media jejaring daerah.
Interaktivitas, Personalisasi dan Konvergensi Dalam Media Massa Berbasis Internet
Media berbasis internet sangat mengutamakan 3 hal ini. Interaktivitas itu memuat peranan publik
dalam sebuah penggalian informasi. Publik bisa menanggapi atau berkomentar tentang informasi
yang diberikan. Dalam kasus media online, biasanya ada kolom hitters dan komentar di bawah
sebuah berita.
Fungsi dari kolom komentar ini dapat menjadi tolok ukur seberapa banyak berita itu sampai kepada
masyarakat yang menanggapinya. Sementara hitters menunjukan seberapa banyak berita itu dibaca.
Sehingga redaksi dapat mendalami isyu tersebut untuk berita selanjutnya.
Personalisasi lebih kepada keinginan para pembaca. Kanal-kanal yang disediakan oleh media massa
berbasis internet adalah bagian dari personalisasi tersebut. Pembaca dapat memilih kanal-kanal yang
diinginkan baik itu Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Hiburan hingga Selebritas.
Sementara itu, Konvergensi adalah penyatuan wadah-wadah penyampai informasi kedalam media
sinergi yang bersifat multimedia. Artinya pada saat yang bersamaan pembaca dapat melihat foto,
video, atau mendengarkan audio disaat yang bersamaan, dengan menggunakan Laptop, PC,
SmartPhone atau Tab.
Selain itu Faktor Kecepatan (Fast) dan Akurasi berita harus diperhatikan oleh media berbasis internet.
Terkadang kecepatan mengalahkan akurasi. Maka tidak jarang banyak media online terlanjur
memberitakan sebuah berita yang tidak valid. Oleh karena itu dalam mengelola sebuah media yang
terpenting adalah KLARIFIKASI dari berbagai sumber. Karena syarat sebuah media yang baik dan
benar adalah mengambil informasi dari bermacam arah, sehingga berita yang disajikan tidak hanya
sepihak. Pembaca akhirnya mendapatkan informasi yang cukup dan proposional.

Dari Media Massa ke Media Sosial
Istilah Media Sosial (MedSos) muncul ketika “Revolusi” Facebook dan Twitter mencapai titik
puncaknya, yaitu sekitar tahun 2008 hingga 2011. Walau sebetulnya Media Sosial sudah ada sejak
zaman Mailing-List, Forum KASKUS, dan Blog pada masa awal, sekitaran 1997 hingga 2004.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein [11] mendefinisikan Media Sosial sebagai:
"Sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content (pertukaran informasi antar pengguna, dan penciptaan rekayasa informasi)"
Pada saat ini, tahun 2015, media sosial sampai pada puncak prestasinya. Media sosial menjadi
sebuah alat propaganda baik pemerintah maupun kelompok-kelompok masyarakat dan organisasi
tertentu.
Kita melihat fenomena YouTube, Twitter, Facebook ternyata dapat mempengaruhi opini publik.
Seperti propaganda yang dilakukan oleh beberapa aktifis medsos dalam pertarungan PILPRES 2014
lalu. Bahkan ISIS dan Hizbullah ditingkat internasional menggunakan Media Sosial sebagai sarana
propaganda pergerakan masing-masing. Demikian juga kemenangan Barack Obama.
Pengguna MedSos, cenderung lebih cepat menularkan informasi pada masyarakat sekitarnya. Sampai
akhirnya mempengaruhi swing-votters, pemilih pemula. Hal tersebut tidak lepas dari peranan Admin,
Tim Kampanye mengeloa Media Sosial dan menjalin hubungan dengan Media Massa, dalam rangka
mempengaruhi opini publik.
Penguna MedSos di Internet dapat menularkan pandangannya kepada masyarakat sekitar secara
cepat. Mereka juga menodorong masyarakat lain untuk menggunakan MedSos. Hasilnya,
Pertumbuhan pengguna (internet) mengalami kenaikan signifikan.
Gerakan Mahasiswa Melalu Media Massa dan Media Sosial
Saat ini harus segera dimulai, gerakan mahasiswa diiringi dengan penyampaian informasi yang
proposional kepada khalayak banyak. Baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah dan juga
pelaku pasar. Oleh karena itu mahasiswa membutuhkan sebuah media, agar gagasan-gagasannya
dapat dikonsumsi masyarakat, para stakeholders, maupun pemerintah. Media tersebut dapat
menjadi Media Pergerakan sekaligus Perkaderan.
HMINEWS misalnya, merupakan sarana bagi para mahasiswa untuk menambatkan pemikiran,
gagasan dan ide-ide rasionalnya agar bisa dibaca semua pihak. Terlebih daripada itu, media-media
lain seperti DIDAKTIKA, MEDIAMAHASISWA, UNIVERSITAS ALTERNATIF DOT COM dan lain-lain sangat
berkontribusi dalam menyalurkan aspirasi mahasiswa. Tapi tidak cukup hanya itu. Media yang sudah
ada dapat memanfaatkan media sosial yang dapat menjangkau lebih banyak pengguna internet.
Trend saat ini menunjukan bahwa organisasi mahasiswa banyak memanfaatkan Facebook dan Twitter
yang tak jarang pula dikutip oleh media-media Nasional.
Sebagai contoh Telegram Jakarta sering menggunakan Facebook page, Google, Youtube dan Twitter
untuk promosi dalam merebut share pembaca. Karena saat ini 4 medsos ini yang memiliki jangkauan
yang cukup luas, bahkan mendunia.
Faktanya gerakan pemikiran, gerakan intelektual, dari zaman perintisan kemerdekaan Indonesia
hingga revolusi mental saat ini, tidak lepas dari peranan Media Massa maupun Media Privat (buku)

Contohnya: Tulisan Soekarno di Media milik Majelis Islam ‘A’la Indonesia (yang kemudian berubah
nama setelah jepang masuk Indonesia menjadi Masyumi), tentang Lebaran – Peperangan pada tahun
1943 atau sekitaran 1362 H.

(Sumber Gambar: Dokumentasi Media milik Majelis Islam ‘A’la Indonesia) [13]
Pemikiran Soekarno yang mengutip ayat Al-Qur’an “Innama’al Usri Yusra” (Sesungguhnya Dibalik
Kesulitan ada Kemudahan) cukup menyulut semangat para pemuda dan pelajar (kaum santri) serta
rakyat pada saat itu agar bertahan dan mempersiapkan strategi di masa-masa sulit.
Kondisi perang Asia Timur Raya yang berlangsung antara 7 Juli 1937 – 9 September 1945, membuat
posisi rakyat Indonesia pada saat itu harus bertahan dalam penderitaan, selain oleh rezim Jepang,
sisa Hindia Belanda dan pengaruh ekonomi kaum timur asing non Arab (India dan Cina) yang kental
dengan riba, semakin mendesak rakyat Indonesia dalam posisi yang sangat sulit.
Tulisan Soekarno ini tidak lepas dari pengaruh Natsir meskipun Soekarno lebih menyukai
Nasionalisme yang dianut oleh Kemal Attaturk. Bahan bacaan Soekarno adalah tulisan Natsir di
banyak media. Natsir sendiri telah terlibat dalam dunia jurnalistik sejak masih menjadi siswa dan
menempuh pendidikan di AMS.
Pada 1929, dua artikel yang ditulis Natsir, dimuat dalam majalah Algemeen Indische Dagblad, yaitu
berjudul Qur'an en Evangelie (Al-Quran dan Injil) dan Muhammad als Profeet (Muhammad sebagai
Nabi).
Kemudian, ia bersama tokoh Islam serta para pemuda lainnya mendirikan surat kabar “Pembela
Islam” yang terbit dari tahun 1929 sampai 1935. Ia juga banyak menulis tentang pandangannya
terhadap agama di berbagai media Islam seperti di Koran Pandji Islam, Pedoman Masyarakat, dan AlManar. Menurut Natsir, Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya Indonesia.

Natsir telah menulis sekitar 45 buku atau monograf dan ratusan artikel yang memuat pandangannya
tentang Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam sejak karya tulis pertamanya diterbitkan
pada tahun 1929. Karya terwalnya umumnya berbahasa Belanda dan Indonesia, yang banyak
membahas tentang pemikiran Islam, budaya, hubungan antara Islam dan politik, dan peran
perempuan dalam Islam.
Karya-karya selanjutnya banyak yang ditulis dalam bahasa Inggris, dan lebih terfokus pada politik,
pemberitaan tentang Islam, dan hubungan antara umat Kristiani dengan Muslim. Ajip Rosidi dan Haji
Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) menyebutkan bahwa tulisan-tulisan Natsir telah menjadi
catatan sejarah yang dapat menjadi panduan bagi umat Islam. Selain menulis, Natsir juga mendirikan
sekolah Pendidikan Islam pada tahun 1930. Sekolah tersebut ditutup setelah pendudukan Jepang di
Indonesia.
Ini artinya peranan media baik saat itu maupun di masa kini, telah membawa implikasi yang besar
terhadap pergerakan pemuda dan pelajar (mahasiswa).
Media Massa, Media Sosial Menjadi Media Pergerakan dan Perkaderan
Ada empat prinsip dasar yang harus dimiliki oleh Media Massa ataupun Media Sosial yang dibangun
Mahasiswa, agar menjadi Media Pergerakan dan Media Perkaderan.
1. Muatan (Konten) yang berisi independensi, ideologi perjuangan pergerakan dan
perkaderan, didukung dengan teori yang cukup dan fakta yang apa adanya agar media
tersebut menjadi kredibel.
2. Penyampaian berita yang logis, singkat, jelas dan mudah dimengerti masyarakat dan
khalayak banyak. Tidak melulu menggunakan Bahasa kampus (Bahasa Ilmiah), dan
menjangkau wilayah yang luas.
3. Desain tampilan media yang atraktif, menarik dan mampu menimbulkan motifasi bagi
masasiswa yang lain, hingga bisa mendapatkan calon kader baru.
4. Konsistensi akan berkesinambungannya media tersebut (Sustainablity). Yang artinya,
media tersebut bukan media musiman, yang mudah mati setelah bertumbuh.
Saat ini ormawa intra kampus atau ekstra kampus harus bisa lebih cermat dalam menyikapi
pertumbuhan global. Bahkan ormawa dapat menjaring kader lebih banyak. Tulisan-tulisan yang
dimunculkan melalui media pergerakan mahasiswa dapat dibaca oleh calon kader (mahasiswa) lain.
Pengelolaan Isyu, Penyampaian Fakta dan Tata Kelola Media Pergerakan Mahasiswa
Selain dari empat prinsip dasar sebagaimana telah disebutkan tadi, maka pengelolaan isyu dan
penyampaian fakta harus ditunjang dengan tata kelola media pergerakan mahasiswa yang baik dan
berkesinambungan. Artinya, mahasiswa dituntut cerdas dan kritis terhadap isyu-isyu yang
berkembang, tidak terbawa apalagi tergiring propaganda media umum, namun harus bisa
menangkap sinyalmen-sinyalmen dari peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Fakta harus
diungkapkan apa adanya.
Tata kelola media pergerakan mahasiswa harus didukung oleh sumber-sumber. Antara lain SDM dan
Modal. Modal ada tiga. Pertama Modal Data, kedua Modal Intelektual dan terakhir Modal Usaha .
Dalam hal ini, Mahasiswa harus bisa mencari cara bagaimana supaya medianya tetap hidup. Dari segi
SDM sendiri, mahasiswa memiliki sumber daya yang potensial, yaitu dari kampus dan organisasinya
sendiri, sementara data harus menjadi hal yang penting. Tidak boleh ada motivasi yang tidak
bersumber dari data dan fakta. Oleh karenanya data harus valid, dan fakta harus kongkrit. Hal ini
menentukan kredibilitas sebuah media. Dan Intelektualitas yang menentukan semua itu.

KESIMPULAN DAN PENUTUP
I.

KESIMPULAN

Pemateri meberikan kesimpulan bahwa:
1. Mahasiswa harus memenguasai media massa atau bahkan miliki medianya sendiri,
terutama media yang menjadi instrument pergerakan dan perkaderan dapat menjangkau
daerah yang lebih luas dan cepat. Hal ini berguna untuk menunjang pemikiran
intelektualnya yang dapat dimanfaatkan dan berguna bagi masyarakat dan menjadi
pressure terhadap pemerintah dalam rangka mengkritisi kebijakan-kebijakannya. Media
Massa perlu dan harus dikuasai oleh kaum intelektual, terbebas dari kepentingan
golongan dan kepentingan politik.
2. Karena besarnya peranan media sosial saat ini dalam pembentukan opini publik
ditambah bertumbuhnya gadget-gadget modern dan software seperti WhatsApp,
Telegram Messenger, Facebook, Twitter, Instagram dan lain sebagainya; maka mahasiswa
sekarang dituntut untuk tidak gagap teknologi (gaptek).
3. Jauhi prasangka, persepsi dalam menyajikan sebuah informasi. Upayakan selalu objektif
dalam menyajikan informasi tersebut. Biasakan klarifikasi dan telaah kritis dari sebuah
informasi.
II.

PENUTUP

Di zaman digital seperti sekarang, kita harus dapat membendung derasnya arus informasi. Disisi lain
biduk Pergerakan Mahasiswa juga harus mampu disampaikan secara jelas, untuk mencapai tujuan
pergerakan mahasiswa, dibutuhkan “gelombang” keinginan yang kuat agar komunikasi dari
pergerakan dapat menyentuh nurani masyarakat dan pemerintah. Maka, bertaqwalah Kepada Allah
Azza Wa Jalla, dan tetap Yakin bahwa Usaha Akan Sampai.
Jangan lupakan prinsip Islam dalam mengabarkan dan menerima sebuah informasi, teliti dan
klarifikasi.

‫أ‬
‫أ‬
‫ن‬
‫م أفا ب‬
‫أيا أي يأها ال ي ب‬
‫سقق ب بن أب أإ إ فأت أب أي يننوا أ ن‬
‫ن أ‬
‫مننوا إ ب ن‬
‫جاأءك ن ن‬
‫نآ أ‬
‫ذي أ‬
‫أ‬
‫ن‬
‫م أناد ب ب‬
‫تن ب‬
‫صب ب ن‬
‫ما ب ب أ‬
‫ما فأعأل نت ن ن‬
‫ى أ‬
‫صينبوا قأون م‬
‫جأهال أةإ فأت ن ن‬
‫مي أ‬
‫حوا ع أل ى‬
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan
membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dan klarifikasi dulu), agar jangan
sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian
akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” [Al-Hujurât/49:6] [14].
Yang Benar Datang Dari Allah. Adapun kekhilafan dan kealpaan adalah dari penulis, Billahi Tawfiq,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

SUMBER TULISAN
[ 1]
[ 2]
[ 3]
[ 4]
[ 5]
[ 6]
[ 7]
[ 8]
[ 9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]

Catatan Seorang Demonstran. Gie, Soe Hok. LP3ES, 1983
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Mulyana, Deddy. PT Remaja Rosdakarya, Bandung (2007)
Gabriel Almond
Gerakan Mahasiswa Revolusioner. http://www.marxists.org, Mandel, Ernest. (2012)
Sumber Gambar: http://gerakanmahasiswa.blogspot.co.id/2006/04/analisis-singkat-sejarah-gerakan.html (2015)
Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Crowther, Jonathan. Oxford University Press, hlm 720 (2006)
Pengantar Jurnalistik. Suhandang, Kustadi. Nuansa Press, (2010)
UU no. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Wikipedia Bahasa Indonesia (2015)
Catatan Penulis Telegram Jakarta. Kadir, Ibrahim Lathini. (Telegram Jakarta 2014)
Segitiga Gazali. Gazali, Effendi. Communication of Politics: A Study of Media Performance.
The challenges and opportunities of Social Media. Kaplan, Andreas M. Business Horizons 53(1): 59–68. (2010)
Image Source, www.idesocial.wordpress.com. (2011)
Soekarno on Majeli Islam ‘A’La Indonesia, Source: Pinterest.com (2015)
Al-Jujarât, Chapter 49 Verses 6. Al-Qur’an Al-Karim, www.quran.org. (2015)

TENTANG PENULIS
Ibrahim L. Kadir (Ibam), Owner and Co. Founder of Telegram Nusantara. Editor in Chief at
www.telegramjakarta.com (2012 – Now). Head of PR & Comm. Department at Legal Aid for
Education [LBH Pendidikan] (2011 – Now). Chairman of KMPF-UNJ (2003 – 2004). HMI-MPO
Komisariat FIS-UNJ, (2000), Civic Education Faculty of Social Science, Univ. Negeri Jakarta (1999).
Contact: +62 812 890 10 728 / Email: surat.ibam@gmail.com.