Kepribadian dan Nilai Seorang Pemimpin
Kepribadian dan Nilai Seorang Pemimpin
Kepribadian (Gordon Allport) adalah organisasi dinamis dalam system psikofisiologis
individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap
lingkungannya.
Faktor-faktor penentu kepribadian sebagai berikut :
Faktor keturunan, bahwa penjelasan pokok kepribadian seseorang adalah struktur
molekul gen yang terdapat dalam kromosom
Faktor lingkungan, bahwa pembentukan karakter di lingkungan yang terdapat norma
keluarga, teman dan kelompok sosial
Sifat-sifat kepribadian adalah karakteristik umum yang melekat dalam individu yang
ditunjukan dalam berbagai situasi. Karakteristik tersebut antara lain ; malu, agresif,
patuh, malas, ambisius, setia dan takut. Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui
sifat-sifat kepribadian tersebut melaui :
Myers-Briggs Type Indicator, menilai individu dengan mengklasifikasian ke dalam
karakteristik : ekstraver atau introver, sensitif atau intuitif, pemikir atau perasa dan
memahami atau menilai
Model Lima Besar, menilai sifat-sifat individu dipengaruhi oleh faktor ; ekstraversi,
mudah akur atau mudah sepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi dan terbuka dengan
hal-hal baru
Ada beberapa cara untuk menilai kepribadian agar individu dapat dipahami dan diatur
dalam pekerjaan mereka, yaitu :
Survei mandiri, dilakukan oleh individu
Survei peringkat oleh pengamat, dilakukan oleh rekan kerja
Ukuran proyeksi, dilakukan dengan menilai respons dari hasil pengujian
Sifat kepribadaian spesifik yang menjadi indikator kuat perilaku di tempat kerja adalah
sebagai berikut ;
Evaluasi inti diri, dipengaruhi oleh harga diri dan lokus kendali (keyakinan)
Machiavellianisme, kecenderungan pada sikap pragmatis, mempertahankan jarak
emosional dan keyakinan akan pentingnya hasil dibanding proses
Narsisme, mempunyai rasa ego yang berlebih, pengakuan yang berlebih dan arogan
Pemantauan diri, merujuk kemampuan seseorang individu untuk menyesuaikan
perilaku dengan faktor-faktor situasioal eksternal
Pengambilan resiko, berpengaruh pada cepat atau lambatnya pengambilan keputusan
Kepribadian type A, cenderung memiliki dorongan, kecakapan, keagresifan dan
motivasi untuk berhasil yang tinggi
Meskipun saling berkaitan, kepribadian dan nilai tidaklah sama. Nilai lebih spesifik dan
banyak mendeskripsikan system keyakinan atau nilai tidak begitu menjelaskan
kepribadain seseorang dan kita tidak selalu bertindak dalam cara-cara yang konsisten
dengan nilai. Dalam sebuah organisasi nilai sangat penting karena dapat
mempengaruhi persepsi kita terhadap sikap dan motivasi individu juga mempengaruhi
sikap dan perilaku kita secara umum.
Pendekatan untuk mengembangkan jenis-jenis nilai yang ada di sebuah organisasi
antara lain :
Rokeach Value Survey, terdiri dari nilai terminal (keadaan akhir yang diinginkan) dan
nilai instrumental (perilaku atau cara yang lebih disukai untuk mencapai nilai terminal)
Kelompok Kerja Kontemporer, berdasarkan generasional dalam angkatan kerja
Nilai yang dimiliki individu yang berada pada posisi manajemen menengah dan atas
harus memiliki kaitan dengan seluruh iklim etis dalam sebuah organisasi karena
tindakan mereka merupakan faktor tepenting yang mempengaruhi perilaku etis dan
tidak etis dalam organisasi mereka. Seorang manajer harus mampu bekerja dengan
individu dari kultur yang berbeda-beda sehingga pemahaman mengenai perbedaan
kultur tersebut dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku karyawan. Pendekatan
untuk memahami dan menilai variasi kultur antara lain :
Kerangka Hofstede, menemukan bahwa dalam organisasi terdapat lima dimensi nilai
kultur antara lain ; jarak kekuasaan (power distance), individualisme versus
kolektivisme, maskulinitas versus femininitas, penghindaran ketidakpastian dan
orientasi jangka panjang
Kerangka Globe, mengidentifikasi ada 9 dimensi kultur yang berbeda yaitu ; ketegasan,
orientasi masa depan, perbedaan gender, penghindaran ketidakpastian, jarak
kekuasaan, individualism/kolektivisme, orientasi kerja dan orientasi kemanusiaan
Implikasi terhadap Perilaku Organisasi, mencerminkan nilai kultur yang berbeda dari
individu di negara yang berbeda dengan penentuan konsep-konsep Perilaku Organisasi
yang dapat diterapkan atau tidak dapat diterapkan secara universal pada seluruh kultur
Jenis-jenis kepribadian dan nilai seorang individu dengan tempat kerja dapat
digembarkan sebagai berikut :
Kesesuaian Individu-Pekerjaan,
karakteristik kepribadain
memadukan
persyaratan
pekerjaan
dengan
Kesesuain Individu-Organisasi, memadukan kepribadian karyawan dengan keseluruhan
kultur organisasi dengan mengesampingkan karakteristik pekerjaan
You might also like:
Modul VI : "Teori Kepemimpinan"
Perkembangan Paradigma Kepemimpinan : Gaya, Tipologi, Model ...
Pengertian Kepemimpinan (Leadership)
Linkwithin
Disunting oleh Ahmad Kurnia di Selasa, September 16, 2014 1 Komentar Anda
ke posting ini
Kategori : Kepemimpinan
Artikel
diatas :
Minggu, 10 Agustus 2014
Kepemimpinan yang menjamin Perusahaan Bahagia dan Karyawan Sejahtera
Apakah Karakter itu?
Didalam rumah, ia adalah kebaikan
Didalam bisnis, Ia adalah kejujuran
Link
Didalam masyarakat, ia adalah kesopanan
Didalam pekerjaan, ia adalah kecermatan
Didalam permainan, ia adalah sportivitas
Terhadap yang beruntung, ia memberi selamat
Terhadap yang lemah, ia menolong
Terhadap yang jahat, ia bertahan
Terhadap yang kuat, ia percaya
Terhadap yang menyesal, ia memaafkan
Dan terhadap Tuhan, ia menghormati dan mengasihi.
THE HEART OF A LEADER
KARAKTER SEORANG PEMIMPIN
7P: Tujuh hati yang membentuk karakter kepemimpinan
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENJAJAH akan memposisikan karyawan
sebagai budak tanpa nilai dan hak. Memberi pekerjaan kepada mereka dianggap
sebagai kebaikan hati yang tak terbalaskan.dia menganggap dirinya sebagai
penyelamat dan raja besar sehingga pantas untuk menerima loyalitas absolute dari
karywan, termasuk kehidupan pribadi mereka. Dalam kontek karyawan sebagai sumber
daya manusia, ia menganggap karyawan adalah daya, bukan sumber daya apalagi
manusia
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENYAMUN akan memosisikan kayawan sebagai
buruh yang hanya memiliki sedikit hak tapi menanggung segudang kewajiban. Hak
karyawan diberikan dalam konteks normatif minimal. Kewajiban dituntut scara posesif
maksimal. Karyawan dianggap sebagai daya dengan memiliki sedikit sumber yang
mudah dcari penggantinya.
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENGAWAS. Sudah memosisikan karyawan
sebagai sumber daya selain modal dan mesin yang cukup penting untuk merealisasi
hasil prouksi barang dan jasa. Ia harus dikelola secara cermat dan di beri program
pelatihan dan pengembangan agar menjadi sumber daya dengan kulitas tinggi.
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PETANI. Ia sudah memosisikan karyawan
sebangai sumber daya manusia. Ia sudah mnyeimbangkan antara kebutuhan karyawan
sebagai sumber daya dan sebagai manusia. Ia sudah mulai memikirkan aspek
kebutuhan manusia yang amat berbeda dengan sumber daya lainnya.
Pemimpin yang memilik hati sebgai PENGEMBALA. Tipe hati ke lima ini sudah memiliki
kecenderungan pada keseimbangan sisi manusia bukan pada sumber daya Ia
menganggap karyawan sebagai manusia sebagai makhluk hidup sesama ciptaan
Tuhan yang patut diberdayakan ssuai dengan kodrat Ilahinya.
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PELAYAN yang justru melihat karyawan sebagai
subjek yang harus melayani pemimpinnya.Ia melihat struktur organisasi sebagai
piramida terbalik yang menggangap pimpinan harus mendukung karyawan agar mampu
berprestasi sebaiknya untuk melayani untuk melayani pelanggan dan pemangku
kepentingan lainnya. Prinsip segitiga terbalik inilah yang membuat sisi kemanusiaan
karyawan menjadi lebih bermakna, Ia sebagai pekerja,anggota keuarga dan
masyarakat yang harus dipenuhi kebutuhannya secara simultan.
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PARENT atau memilik hati sebagai Ayah. Kondisi
hati seperti ini akan menggap karyawan sebagai anak yang harus dibesarkan, dididik
dan dikembangkan agar dapat mewarisi kepiawaian yang dimilikinnya dan kursi
kepemimpinan yang didudukinya saat ini. Karyawan tidak diperlakukan sebagai orang
lain tapi sebagai anggota keluarga yang harus dibina secara harmonis.
Diantara ketujuh hati tersebut, ada unsur antagonis dan paradox yang tidak dapat
dipertemukan. Petani ada pada titik netral. Bagi yang memiliki hati sebagai penjajah
maka ia akan selalu bertentangan dengan pemimpin berhati parent (ayah). Pemimpin
yang berhati penyamun akan selalu bersitegang dengan pemimpin berhati nelayan.
Pemimpin yang berhati pengawas akan bertolak belakang dengan pemimpin berhati
penggembala. Demikian pula dengan karyawan. Kalau karyawan memiliki hati pada sisi
kutub negative akan selalu berkonfrontasi dengan pemimpin yang berhati disisi kutub
positif demikian pula sebaliknya. Ada pertanyaan yang sering dilontarkan (frequently
asked questions) oleh para pekerja yang sering bingung
The Heart Of A Leader Itu Talenta Atau Pilihan.
Karakter yang merupakan refresentasi dari the heart of the leader adalah suatu pilihan.
Ketika seorang timbul kesadaran diri akan adanya hukum resiprokal dan hukum tabor
tunai, maka ia akan senantiasa waspada dan akan mengembangkan suatu karakter
yang bukan hanya baik bagi dirinya sendiri tapi baik bagi orang lain. Ketika ia
memberikan hati bagi orang lain, maka lambat laun seluruh manusia yang diberi hatinya
akan memberi hatinya kepadanya. Satu hati akan diganjar dengan beribu hati.
Demikian juga dalam pengelolaan perusahaan, pemimpin yang menutup hatinya bagi
manusia lain akan mendapat balasan setimpal, ia tidak mendapat penghormatan
sebagai manusia bermartabat tetapi hanya sebagai manusia yang memberi materi.
THE HEAD OF A LEADER
TALENTA SEBAGAI PONDASI KOMPETENSI
Setiap manusia dikaruniai Tuhan dengan talenta. Ada yang diaruniai lima talenta,
artinya memiliki banyak bakat dan kemampuan untuk berkarya diberbagai bidang dan
berperan di banyak peran. Ada yang dikarunia dengan tiga talenta, jumlah rata-rata
untuk bisa bertahan dipersaingan dan mendaki puncak dalam suatu jajaran organisasi.
Ada pula yang hanya dikaruniai satu talenta, satu kemampuan khusus yang kalau
dikembangkan bisa menjadi spesialis yang tak ada bandingannya.
Talenta yang diberikan kepada setiap manusiasangatlah unik dan tak ada yang bisa
mereplikasikan atau meniru dengan sempurna. Demikian uniknya sehingga manusia
yang satu dengan yang lain perlu berkolaborasi untuk menghasilkan sinergi yang luar
biasa.
Dalam konteks kepemimpinan, konsep tersebut dapat diaplikasikan dengan tujuh peran
yang berbeda yang sebenarnya satu dengan yang lain saling melengkapi. Ketujuh tipe
peran ini menunjukkan tujuh talenta dasar yang dikaruniakan Tuhan kepada setiap
orang untuk berkontribusi dalam sebuah organisasi.
Tidak ada tipe yang bisa bertahan di setiap waktu, setiap tipe peran sangat pas untuk
kondisi tertentu dan kalau dipaksakan untuk bertahan walau kondisi keadaan sudah
menuntut perubahan maka gerak organisasi menjadi amat lambat.
Tujuh Jawara bisnis MEJIKUHIBINIU
Banyak terkejut ketika keluarga sampoerna, dimotori oleh Putra dan Michael
Sampoerna, melepas saham yang selama ini menjadi ikon dan identitas mereka, yakni
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Tak ada rumor yang mampu dibaca oleh
analis, pemegang saham, dan karyawan. Sebuah transkasi menurut banyak pihak
nyaris tak terdengar. Ketika rahasia itu terungkap, banyak kalangan yang kaget dan
bertanya, mengapa dan ada apa?
Padahal dalam konteks lain yang tak sebesar HMSP, banyak pengusaha yang
melakukan terobosan nyaris sama. T.P Rahmat, mantan petinggi Astra, melepas ikon
Adira Finance ke group Danamon dan Adira mobil ke partner eksekutifnya, Stanley
Setia Atmadja.
Mengamati kiprah dua tokoh bisnis di Indonesia tersebut saya membuat rumusan
talenta dan bakat pemimpin bisnis dengan gaya dan triknya yang sangat berbeda, yang
akan membawa perusahaannya searah dengan talentanya.
PEMIMPI (The Dreamer), Pemimpi ini bukan pengkhayal. Pemimpi ini adalah pemimpin
yang bertalenta kuat mencari visi dan misi yang baru, mencoba menghidupi misi dan
visi yang dipikirkanya, dan berusaha sekuat tenaga mewujudkanya. Dalam bahasa
warna, saya simbolkan sebagai pemimpin yang berdarah MERAH, yang berani
bertualang dalam dunia id dan konsep untuk menelurkan gagasan baru yang belum
dipikirkan sebelumnya.
PERANCANG (The Architect). Kelas ini merupakan pemimpin yang bertalenta yang
bisa menerjemahkan mimpi menjadi cetak biru yang solid dan lengkap. Mampu
merangakai sistem dan infrastruktur serta tahapan pembangunan kampium bisnis yang
akan dikerjakan
THE BUILDER.Tipe pemimpin yang mampu membangun acara kokoh apa yang telah
dirancang dengan teliti. Kadang menggunakan pendekatan preman atau buldoser, dan
kadang harus keras mengangkat batu karang dengan gaya excavator dan sering pula
dengan sentuhan lembut tangan malaikatnya tangan maradona.Ini jenis pekerja keras,
tipe ketiga ini disebut sebagai pembangun (The Bulder)
THE SHOPER saat perusahaan sudah melaju pesat dan persaingan mulai ketat,
diperlukan pemimpin yang mau mempertajam business model dan business process
agar tetap unggul dalam persaingan. Pemimpin yang mampu melakukan penajaman
sisi operasional dan structural bisnis ini dipanggil sebagai The Shaper (Penajam) bukan
penujum yang mengandalkan hoki untuk menenagkan persaingan.
THE HARVESTER. ini yang paling menyenangkan setelah pohon mulai tumbuh subur,
berbunga, dan berbah lebat diperlukan seorang penuai yang cakap,yang tahu mana
yang harus di tuai, mana yang harus dibuang dan mana yang harus dibuang, dan mana
yang harus ditunggu.
THE REINVENTER. Setelah masa berbuah yang sangat lebat, timbul paradok yang
harus dihadapi. Ini Talenta seorang Reinventer (Pembaru). ini tipe yang sangat langka,
kurang dari 2%pemimpin mempunyai keberanian seperti itu.
THE OPERATOR. kalau tidak berani melakukan rombakan mendasar tetapi memilih S
kedua dengan kaizen, maka yang diperlukan adalah pemimpin yang berfungsi sebagai
(Pelaksana), yang menjaga agar pohon bisnis tetap berbuah walau pohon sudah pada
tahap matang matang (mature) dan mengarah ke penurunan (declicing Phase)
C.THE LEFT HAND OF A LEADER (THE WORKING HAND)
The Hand of a Leader menunjukan bagaimana ia berkiprah secara langsung untuk
membuktikan bahwa ia dibawah kepemimpinannya perusahaan dan karyawan akan
menggapai sukses. Sukses buat Lead to Bless Leader adalah sukses dua tujuan utama
bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan :
Perusahaan yang SEJAHTERA (FIT and PROSPER)
Karyawan yang BAHAGIA (HAPPY).
Setidaknya ada 10 key performance Indicator (KPI) yang harus senantiasa dicermati
pemimpin agar perusahaannya mampu mewujudkan misi dan visi yang diinginkannya
yang disebut dengan FIT and PROSPER
a)
Financial Saundness.Rasio keuangan perusahaan yang baik.
b)
Innovation Initiatives: inisiatif inovasi yang menghasilkan produk unggulan.
c)
Talent Management: Pengelolaan kade pemimpin mendatang
d)
Profitability :Kemampuan menghasilkan laba.
e)
Revenue: kemampuan penetrasi pasar dengan pangsa pasar yang tinggi.
f)
Organization Productivity: Produktivitas karyawan secara langsung
g)
Satisfaction of customers: kepuasan pelanggan atas produk dan perusahaan
h)
Proses Excellence.Efisiensidan proses bisnis yang terbaik
i)
Employee satisfaction: Kepuasan karyawan atas perusahaan
j)
Return To shareholders: dividend an kenaikan harga saham.
Kesepuluh KPI tadi harus menjadi focus pimpinan dalam mengelola perusahaan..
Strategi untuk mewujudkan hal tersebut dapat di rangkum dalam The 10 C of Leader’s
Focus.
1.
Cutomer atau pelanggan. Pelanggan adalah subjek utama yang harus dilayani
oleh seluruh jajaran perusahaan.Pemimpin harus sadar dari pelangganlah mengalir
uang untuk membayar gaji, membuat produk baru dan ide baru untuk mengembangkan
produk selanjutnya.
2.
Compotitiveness atau daya saing.Pemimpin harus senantiasa memeperhatikan
daya saing perusahaannya. Apa yang membuat perusahaan tetap dapat
mempertahankan daya saing lima tahun kedepan?
3.
Chanel of Distribution atau mitra kerja.mereka adalah kepanjangan tangan untuk
mengjangkau pelanggan dan pemasokagar produk yang dihasilkan sampai ketangan
pelanggan.
4.
Core Competence atau kompetensi esensial. Pemimpin harus terus
memperhatikan apa yang harus menjadi kompetensi utama perusahaan. Sampai
seberapa jauh tingkat kompetensi ini selangkah lebih baik dari pesaing.
5.
Culture and Character – Budaya dan Karakter. Budaya kerja apa yang ingin
dikembangkan agar menjadi identitas prusahaan dan kebanggaan karyawan? Samapi
seberapa jauh budaya ini menjadi keunggulan perusahaan dibanding pesaing?
6.
Collaboration – Kolaborasi. Perusahaan tidak akan mempunyai kekuatan untuk
mengembangkan segalanya secara sendiri. Membutuhkan kolaborasi dengan pihak lain
sehingga terjadi percepatan peluncuran produk dan perkembangan teknologi yang lebih
baik.
7.
Commercial – komersial jangka panjang. Perusahaan harus “on going “
karenanya focus pada keuntungan jangka pendek sangat membahayakan. Bagaimana
menyiasati keseimbangan antara jangka pendek dan jangka panjang? Apa yang harus
diinvestasikan untuk meningkatkan keuntungan jangka panjang?
8.
Community Development – pengembangan komunitas. Masyarakat disekitar dan
masyarakat luas harus menikmati kesejahteraan yang dicapai oleh perusahaan,
9.
Capital – Struktur Permodalan. Siapa yang berutang menjadi budak yang
mengutanginya. Ini adalah prinsip yang masih sohih dalam kondisi saat ini. Modal yang
kuat bak rumah dengan pondasi yang kokoh diatas batu karang bukan pasir.
10. Control – Kemandirian. Kalau kesembilan aspek tersebut mampu dikelola dengan
baik maka perusahaan akan mampu mengontrol arah dan tujuannya, bukan pihak
lembaga keuangan dan principal.
THE RIGHT HAND OF A LEADER (THE LOVING HAND)
Membuat pekerja yang berbahagia membutuhkan sentuhan bukan hanya pada aspek
financial, emosional, dan spiritual pekerja itu sendiri tapi juga mencakup seluruh
keluarganya. Itu sebabnya bisa disebut juga sebagai bagian dari tangan kanan right
hand) dan seorang pemimpin yang melambangkan ;
Kepercayaan dari pemimpin bukan pada sumber daya Lin tapi manusia sebagai harta
yang paling berharga dalam pengembangan usaha.
Kedekatan dar pribadi pemimpin dan yang dipimpin. Tangan kanan adalah tangan yang
sering digunakan untuk memeluk mengayomi dan mengasihi.
Kepemimpinan yang efektif karena dengan tangan kanan dapat digunakan untuk
menunjukjalan, menjabat tangan,member peringatan, dan umpan balik.
Ada Lima Peran Pemimpin dalam The Loving Hand
Commander. Pemimpin yang mampu menentukan arah dan tujuan organisasi dan
mampu menggerakan seluruh karyawan berjalan pada arah dan tujuan yang sama.
Communicator.Pemimpin yang mampu berkomunikasi secara terbuka dan tulus dengan
karyawannya untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.
Conductor. Pemimpin yang mampu menghasilkan sinergi antarindiidu untuk menjadi
“superteam “ yang paling kuat dan solid.
Converter. Pemimpin yang mampu mambuat karyawan biasa menjadi karyawan yang
luar biasa dan karyawan yang luar biasa menjadi jawara.
Comporter. Pemimpin yang menjadi pribadi yang menyenangkan untuk dijadikan
sahabat didalam dan di luar kerja. Ayah yang baik selalu memberikan kesempatan
kedua ketika anaknya gagal melakukan sesuatu yang diperintahkannya.
Kalau sudah begitu pemimpin menjadi seperti angin. Kadang tidk kelihatan secara fisik
tapi keberadaannya tetap dapat dirasakan. Memberikan kesejukan dan kesegaran.
Kalau pemimpin yang buruk ia adalah angin kotor, tidak kelihatan tapi meninggalkan
bau yang membuat muak karyawannya, kalaupun da yang bertahan, ingin segera pergi
karena tak kuat menahan baunya.
Ada Lima Tanggung Jawab Pemimpin
Member comprehension. Pemimpin yang mengenal pribadi dan memiliki perhatian yang
tulus dan sungguh-sungguh kepada karyawan dan keluarganya secara menyeluruh.
Member correction.Pemimpin yang mengupayakan karyawan berada pada jalan yang
benar dengan melakukan langkah koreksi untuk pengembangan dan pertumbuhan
potensi karyawan.
Membangun connection.Pemimpin yang mampu menciptakan hubungan yang baik
antar sesame pribadi, pekerjaan baik didalam dan diluar lingkungan organisasi.
Mengupayakan Celebration. Pemimpin yang menghargai kinerja karyawan mulai dari
hal yang kecil dan berupaya untuk merayakan sebagai kemenangan bersama.
Member Compensation. Pemimpin yang mengupayakan agar karyawan tidak merasa
kekurangan terhadap imbalan dan penghargaan yang diterimanya.
THE ACTION PLAN OF A LEADER
RENCANA PERBAIKAN MENUJU LEAD TO BLESS LEADER
Perubahan selalu dimulai dari adanya keinginan untuk berubah. Keinginan yang kuat
akan membentuk kemauan yang kuat, kemauan yang kuat akan melahirkan program
perubahan yang kuat dan akhirnya menghasilkan perubahan yang kuat juga.
Membentuk keinginan dan kemauan sehingga melahirkan sesuatu keunggulan yang
mendalam akan melewati tiga tahap penting yakni :
Change of Action. Adanya paradigma atau pemikiran baru yang diperoleh dari ineraksi
dengan orang lain atau bacaan atau kebutuhan orang lain akan membuat perubahan
apa yang selam ini telah dilakukan. Perubahan Paradigma membentuk keinginan untuk
melakukan sesuatu yang baru pada dirinya sendiri atau organisasi yang dipimpinnya.
Change of Mind, ketiaka perubahan itu menghasilkan keluaran yang lebih besar dari
yang diharapkan maka terjadi perubahan pikiran secara tetap.perubahan bukan
sekedar lama atau baru tapi sudah masuk ke daerah baik atau buruk. Perubahan sudah
membentuk pola piker baru bukan hnaya pola prilaku yang baru.
Change of Heart, Perubahan yang sudah membentuk karakter organisasi secara
keseluruhan yang mengakibatkan pemimpin berubah pada karakternya pula.
Empat langkah menuju ke perbaikan yang berarti
Tahap Acquire, kesadaran bahwa ada sesuatu yang harus diribah. Ada sesuatu yang
harus diperbaiki. Ada target dan sasaran baru yang harus dicapai. Ada sesuatu yang
baik yang harus dihasilkan
Tahap Apply, kesadaran yang kuat akan membentuk keinginan yang kuat dan
melahirkan program untuk melaksanakan apa yang telah dicanangkan.
Tahap Appraise, melakukan evaluasi implikasi dari perubahan itu terhadap pemangku
kepentingan yang dijadikan sumber perubahan.
Tahap Align, ketika hasil sudah sesuai dengan target dilakukan dengan aligment secara
terstruktur dan sistematik agar perubahan itu menjadi standar baru. Lalu kembali lagi
proses berikutnya denagn timbulnya new Awareness.
CASE STUDY FOR GROUP DISCUSSION
BELAJAR BERSAMA MENUJU LEAD TO BLESS LEADER
Belajar membuat orang mengerti, Berlatih membuat orang mendalami, Berpraktik
membuat orang menguasai, Berkreasi dari praktik membuat orang menjadi ahli
Lima langkah yang dapat dilakukan adalah :
Bentuk kelompok kerja bersama untuk saling memperkaya konsep ini dalam lingkup
kerja perusahaan masing-masing ini dapat dilakukan dalam satu perusahaan dennagn
peserta manager dari bidang berbeda atau pimpinan tertinggi perusahaan yang ingin
berbagi bersama dalam ‘executive sharing session’.
Bacalah seluruh buku secara lengkap terlebih dahulu, lalu buat catatan kecil untuk
didiskusikan guna memperdalam pengertian dan applikasi di tempat masing-masing.
Diskusikan Bab V dan sharing-kan apa yang dapat diapplikasikan secara langsung dan
apa yang perlu waktu dan apa yang tidak mungkin dilakukan di perusahaan karena
berbagai factor.
Diskusikan studi kasus pada bab ini dengan mengacu pada konsep yang ada dalam
Bab 1 sampai dengan bab VI serta pengalaman pribadi
Lakukan langkah konkret secara pribadi dan pertajam action plan anda.
STUDY KASUS : AT THE TOP POINT
Ketika sampai dipuncak yang paling tinggi, tidak ada lagi pemandangan diatas, yang
ada dalah panorama dibawah, disanalah tempat yang paling baik untuk berpikir, apa
yan akan diperbuat untuk yang ada dibawah?
Mencapai puncak adalah impian semua orang. Entah itu puncak kekayaan, prestasi,
posisi atau puncak gunung dalam arti harafiah. Semua berlomba mencapai puncak.
Dipuncaklah orang sering berpikir tentang kehormtan, kesuksesan, kekayaan, dan
kekuasaan yang tak ada bandingannya.
Impian tentang berada diatas puncak membuat banyak orang menghalalkan segala
cara untuk mencapainya. Keinginan hanya satu, dipuncak ia bisa melampiaskan segala
keinginan tanpa ada orang yang melawannya. Disanalah perkiraan banyak orang
tempat bertakhtanya ‘absolut power ‘ dan ‘absolut pleasure yang tak mungkin dirasakan
ketika ada di lembah atau lereng. Tunggu, kalau saya jadi presiden, bupati walikota
atau presiden direktur, “begitu impian banyak orang.
Motivasi untuk meraih kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan bagi dirinya
menyebabkan seseorang yang sudah berada dipuncak enggan turun. Jangankan
‘transfer of knowledge’ kalau ada pesaing yang akan muncul yang berpotensi
menggesernya akan segera dilakukan politik bumi hangus. Ketakutan lengser membuat
membangun berikade tembok yang sebenarnya makin mengucilkan dirinya sendiri. Ia
makin tersendiri disana. Ia berada dipuncak kesepian walau bergelimangan segala
yang dibutuhkannya. Ini adalah manusia yang terjangkit penyakit At The Top Sickness
(ATPS).
Penyakit kronis yang walaupun sudah dipuncak, matanya tetap menengadah keatas.
“diatas puncak taysan masih ada puncak Himalaya”. Begitu filosofinya. Jangankan kata
puas, ia makin merasa haus seperti meminum air laut.
Kalau pemimpin terjangkit penyakit ini, Ia tak akan pernah memikirkan bawahannya.
Pikirannya hanya diri sendiri dan kolega disekeliling yang terbiasa menjilatnya dan
membuatnya terbuai dengan angin puncak. Tak pernah terbayangkan betapa sulitnya
para bawahan untuk mendukungnya agar sampai dipuncak Buatnya ‘itu sudah
seharusnya’ atau’ mereka sudah dibayar untuk itu. Ia merasa dipuncak karena
kompetensi dan kinerjanya sendiri, yang lain hanya disebutnya sebagai ‘suporting unit’
Kalau penyakit ini sudah berubah jadi akut, maka ia akan mudah kalut ketika badai
besar melada di puncak. Ia tidak sadar bahwa semakin tinggi, angin juga bertiup
semakin kencang. Kalau topan sudah melanda, maka seluruh pendukung dan
bawahannya akan berusaha menyelamatkan diri sendiri. “kan Cuma segini bayarannya”
atau “ itu tidak termasuk dalam job description”. Senjata makan tuan. Dia menuai apa
yang ditanamnya.
Beruntung banyak pemimpin yang tak terkena penyakit ATPS ini. Salah satu tokoh yang
melegenda adalag Sir Edmund Hillary dan sekondannya Sherpa Tenzing Norgay. 29
Mei 1953 membuktikan kualitas manusia yang mencapai puncak bukan untuk dirinya
sendiri. Bertahun-tahun tertutup rapat siapa yang pertama kali menginjakan kaki ke
puncak, agar tidak menimbulkan polemic, sejarah mencatat keduanya sebagai dwi
tunggal penakluk Everest yang pertama.
Petinggi yang terjangkiti ‘Sir Edmund Hillary Spirit (SEHS), akan mengubah komunitas
dan bahkan negara secara dramatisdan revolusioner. Ia ingin berada di puncak untuk
menyejahterakan yang ada di lereng atau lembah. Ia mampu melihat peluang untuk
tampil dan berkonribusi buat pendukungnya. Tidak terpikirkan konsep “return on
investment” atas biaya pilkada yang mencekik lehernya.
Kalau ini ang dipikirkan, pilkada menjadi semakin asyik. Bukan adu janji tapi adu bukti.
Bukan pamer promosi tapi pamer prestasi. Semoga SEHS ini menjangkiti organisasi,
bahkan komunitas dan negara kita. Hanya waktu kita akan merasakan negara yang
‘adil dan makmur serta’gemah ripah loh jinawi’. Ini bukan mimpi. Selamat dating “Sir”.
sumber :
“LEAD TO BLESS” LEADER, Kepemimpinan yang menjamin Perusahaan BAHAGIA
dan Karyawan SEJAHTERA, Paulus Bambang WS, Edit.Reyandra L.Toruan, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2012.
You might also like:
PEMIMPIN YANG TIDAK MEMILIKI GELAR
SEMANGAT NAPOLEON SEBAGAI PEMIMPIN
KEPEMPINAN TRANFORMASIONAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN 0 ...
Linkwithin
Disunting oleh Ahmad Kurnia di Minggu, Agustus 10, 2014 0 Komentar Anda
posting ini
Link ke
Kategori : Kepemimpinan
Artikel
diatas :
Sabtu, 26 Juli 2014
KARAKTERISTIK PEMIMPIN PERUSAHAAN YANG IDEAL DARI SUDUT PANDANG
PSIKOLOGI ISLAM
Kondisi global yang ditandai dengan persaingan yang makin ketat serta pasar bebas
mengharuskan setiap perusahaan untuk mampu melakukan perbaikan berkelanjutan
(continues improvement) agar mampu bersaing dan selanjutnya berkembang. Setiap
perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif, kerjasama tim yang baik,
kepercayaan dan penguasaan informasi yang memadai. Namun disamping semua
faktor tersebut, faktor utama yang paling menentukan kesuksesan maupun
keberhasilan perusahaan adalah pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Sebagaimana diuraikan oleh Stephen R. Covey (1989) yang merupakan pakar psikologi
dan manajemen organisasi dalam bukunya yang sangat terkenal The 7 Habits of Highly
Effective Person bahwa faktor terpenting keberhasilan suatu organisasi sangat
ditentukan oleh pemipinnya. Pemimpin yang efektif akan dapat memotivasi seluruh
perangkat personalnya untuk memajukan organisasi dan mencapai tujuan organisasi
dengan baik. Untuk itu pemimpin harus memiliki kriteria khusus dan memegang prinsip
yang dapat menjadikannya pemimpin yang efektif.
Seorang pemimpinlah yang menentukan jalannya bisnis, sasaran-sasaran yang ingin
dicapai baik internal maupun eksternal, aset dan skill yang diperlukan, kesempatan dan
resiko yang dihadapi. Pemimpin perusahaan adalah ahli strategi yang memastikan
bahwa sasaran organisasi akan dapat tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi
tekhnologi dan meningkatnya kompetisi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh
setiap pemimpin. Oleh karena itu sangat dituntut bahwa pemimpin hendaknya memiliki
talenta yang tinggi.
Menyadari peran pemimpin yang sangat sentral dalam organisasi, para ahli berusaha
melakukan berbagai macam penelitian untuk mendapatkan kriteria-kriteria pemimpin
yang terbaik. Sudah begitu banyak teori-teori kepemimpinan yang ditulis oleh para ahli,
baik dalam maupun luar negeri. Namun cukup disayangkan aspek yang dibahas
sebagian besar hanya dari sisi manajemen dan bidang keahlian saja. Sehingga konsep
yang dihasilkan cenderung mengasingkan manusia dari manusia disekitarnya.
Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka
sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari
kodratnya yang paling utama yaitu sebagai abdi Tuhan.
Perlunya Sisi Psikologi dan Spiritual dalam Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri seorang pemimpin selain mengendalikan perusahaan harus juga
mampu mengendalikan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi
tersebut tidak hanya terbatas pada anggota dengan pimpinan, tetapi dalam arti luas
interaksi tersebut melibatkan orang-orang dengan siapa organisasi melakukan
transaksinya, yaitu dengan klien atau customer, supplier, pers, dan sebagainya.
Interaksi tersebut tentu saja tidak akan berlangsung baik dan lancar jika tidak didasari
oleh adanya penghargaan antara satu dengan yang lainnya.
Seberapa besar nilai-nilai pelayanan dan sikap positif mendasari para anggotanya akan
terbaca dalam konteks hubungan yang terjalin. Dalam hal inilah pemimpin menjadi
suatu model bagi para anggotanya. Bagaimana ia bersikap tehadap orang lain, tidak
hanya sekedar sebagai pimpinan yang memberi perintah tetapi yang terpenting adalah
kemampuannya untuk menjalin secara harmonis dengan tidak hanya mengandalkan
rasio semata tetapi mampu menempatkan emosi pada tempat yang semestinya.
Oleh karena itu kepemimpinan dalam perusahaan harus juga ditinjau dari perspektif
psikologi dan spiritual. Sebenarnya orang-orang di barat juga sudah mulai membahas
sisi spiritual dalam ilmu modern yang mereka kembangkan. Merekapun telah banyak
melakukan penelitian-penelitian yang coba menggali sisi spiritual. Diantara hasil
penelitian tersebut adalah apa yang diperoleh oleh Ludenthal dan Star yang
membuktikan bahwa penduduk yang religius resiko mengalami stres jauh lebih kecil
daripada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya. Comstock dkk.
dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan
secara teratur disertai dengan berdzikir, berdoa, ternyata dapat mengurangi resiko
kematian akibat penyakir jantung koroner, emphysema (penggelembungan paru) dan
lever sampai 50 persen.
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Harrington, Juthani, Monakow, dan
Goldstein yang mencoba mencari hubungan antara ilmu pengetahuan (neuroscientific)
dengan dimensi spiritual. Walaupun belum dapat dibuktikan secara sempurna namun
mereka dalam presentasinya yang berjudul Brain and Religion: Undigested Issues
meyakini bahwa terdapat god spot dalam susunan saraf pusat manusia. Sebagai
contoh, orang yang menderita kecemasan, kemudian diberi obat anti cemas, maka
yang bersangkutan akan menjadi tenang. Namun orang yang sama bila memanjatkan
doa dan dzikir ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa juga akan memperoleh ketenangan.
Psikologi dan Spiritual Menurut Pandangan Islam
Salah satu bidang yang paling berkembang dalam kajian spritual ini adalah bidang
psikologi, dimana munculnya istilah kecerdasan spiritual yang dikenal dengan SQ oleh
sepasang suami-isteri Danah Zohar dan Ian Marshal. Bahkan pada tahun 1984, World
Health Organization (WHO) telah menambahkan satu dimensi lagi untuk menilai
kesehatan manusia yaitu dimensi spiritual. Oleh American Psychiatric Association ini
diadopsi dengan paradigma pendekatan bio-psycho-socio-spiritual.
Akan tetapi dalam pembahasan psikologi modern yang dikembangkan oleh barat,
masalah spiritual belum dikaitkan dengan sisi agama. Seperti dapat kita lihat pada buku
SQ, Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence (Danah Zohar dan Ian Marshal :
2000) sebagaimana dikritik oleh Ahmad Faqih HN dalam tulisannya, bahwa dikatakan
tidak ada hubungan antara spiritualitas dengan religiusitas seseorang. Sampai-sampai
dikatakan seorang atheis dan agnotis sekalipun bisa menjadi seorang memiliki
kecerdasan spiritual.
Inti permasalahannya terletak pada cara pandang ilmu pengetahuan modern bahwa
rasionalitas atau pancainderalah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran ini tentu
saja berbeda dengan konsep Islam yang menempatkan wahyu disamping akal sebagai
sumber pengetahuan. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan modern termasuk
didalamnya psikologi perlu mendapat perbaikan dan disesuaikan dengan prinsip Islam,
dimana semua urusan harus dikembalikan kepada Al Qur'an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT "Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan ta'atilah Rasul , dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul ,
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama dan lebih baik akibatnya"(Qs. An-Nisaa' : 59).
Dan juga selaras dengan ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam
sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an :"Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk rahmat bagi semesta alam"(Qs. Al Anbiyaa':107). Selain itu, terkait
dengan keserbamencakupan dan kelengkapan syari'ah (Qs. Al Maidah :4), maka
syari'ah itu mesti menjadi landasan nilai sekaligus landasan legal bagi segenap aktivitas
manusia, termasuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi yang harus menjadi perhatian disini adalah dimana Islam memberi
penjelasan bahwa manusia diberi karunia akal untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan dunia. Sebagaimana hadits masyhur yang
diriwayatkan oleh Muslim dimana Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang metode
pembuahan pohon kurma oleh sahabat. Hadits itu, dalam sebagian riwayat berbunyi:
"Kalian lebih tahu tentang perkara dunia kalian"(Hadist ini diriwayatkan oleh Muslim
dalam kitab Sahih-nya, dalam kitab Al Fadlail, dari riwayat Thalhah, Rafi' bin Khudaij,
A'isyah, dan Anas r.a. (hadist-hadist no. 2361-2363) dari Shahih Muslim).
Psikologi Islam
Berangkat dari keterbatasan ilmu psikologi modern inilah yang menyebabkan para
ilmuwan muslim mulai mengembangkan psikologi Islam. Disamping itu telah diketahui
bahwa dalam sejarah Islam sendiri telah banyak para pemikir Islam yang menulis buku
berkaitan dengan ilmu kejiwaan. Misalnya konsep perkembangan moral dan rasio
seseorang bisa dibaca dalam karya klasik Ibn Thufail yang berjudul Hayy ibn Yaqzhan.
Atau konsep-konsep umum mengenai nafs, qalb, atau akal yang dikemukakan oleh
tokoh semacam al-Ghazali, Ibn Miskwaih, Ibnul Qoyyim al-Jauzi, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya sebagaimana ditulis oleh Ahmad Faqih HN dalam artikelnya
"Menggagas Psikologi Islami: Mendayung di Antara Paradigma Kemodernan dan Turats
Islam" bahwa pengembangan psikologi Islam terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok
pertama adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi modern dan
kemudian bersentuhan dengan konsep-konsep psikologi yang dibahas dalam ajaran
Islam. Mereka lalu mulai mencocokan dan mengintegrasikan ilmu psikologi yang
mereka kuasai dengan apa yang ada dalam Al Qur'an dan Hadist serta khasanah klasik
Islam, dan pada tingkat yang lebih lanjut mulai mengkritisi teori psikologi barat yang
dinilai tidak sesuai.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang memang langsung menggali
khasanah klasik Islam yang diantaranya membahas tentang ilmu kejiwaan manusia.
Misalnya, Abdul Mujib dan Achmad Mubarok. Keduanya bukanlah psikolog dan tidak
memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun mereka memiliki akses terhadap
literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar pemikiran-pemikiran
cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan psikologi.
Perkembangan kajian psikologi Islam yang cukup pesat dari kedua kelompok tersebut
memberi harapan bahwa nantinya psikologi Islam dapat digunakan sebagai mahzab
kelima psikologi setelah psikoanalisis, behavioristik, humanistik, dan transpersonal.
Akan tetapi kalau mau dicermati kedua model pengembangan tersebut masih memiliki
kelemahan-kelemahan fundamental yang harus diwaspadai jika ingin mendapatkan
hasil yang maksimal. Misalnya, apabila terlalu memfokuskan pada pendekatan modern
kemudian hanya melabelkannya dengan Islam, maka yang terjadi adalah bukan muncul
suatu ilmu, melainkan hanya menempel-nempelkan yang dianggap cocok (labeling).
Sedangkan di sisi lain adalah adanya kebutuhan akan ilmu-ilmu baru yang memang
belum ada dalam kajian para ilmuwan Islam masa pertengahan dan tidak dibahas Al
Qur'an dan Hadist secara langsung. Ilmu-ilmu tersebut misalnya manajemen
perusahaan, akuntansi modern, tekhnologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain.
Tetapi tentang hal yang tidak diketahui, secara konsep telah diberikan solusinya dalam
Al Qur'an yaitu "…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui"(An-Nahl :43).
Makna Pemimpin dan Kepemimpinan
Stogdill (1974) yang merupakan salah satu ahli yang banyak meneliti dalam bidang
kepemipinan menyatakan dalam bukunya Handbook of Leadership. A Survey of Theory
and Research bahwa definisi kepemimpinan yang ada hampir sama dengan jumlah
orang yang mendefinisikannya. Ia sendiri dalam buku yang sama mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu
kelompok organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Locke (1997) sebagaimana dirangkum oleh Th. Agung M. Harsiwi (2003)
menjelaskan kepemimpinan mencakup tiga elemen berikut :
1) Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan
hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada
pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa
para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan
berrelasi dengan para pengikut mereka.
2) Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus
melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (1986-1988)
kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang
diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar
menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3) Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan.
Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas
yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi
imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan tentang masalah
kepemimpinan ini. Pemimpin yang dalam bahasa Al Qur'an disebut khalifah sangat
sering disebutkan dan dibahas dalam Al Qur'an. Diantaranya ayat-ayat tersebut adalah :
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (Qs Al
Baqarah :30), kemudian pada ayat yang lain Allah berfirman "Sesungguhnya kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara)
diantara manusia adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
menyesatkan kamu dari jalan Allah" (Qs As Shaad:26), "Dialah yang menjadikan kami
khalifah-khalifah dimuka bumi" (Qs Al Fathir : 39), dan masih ada banyak ayat-ayat
yang lain.
Salah satu bukti pentingnya seorang pemimpin dapat kita lihat dari sebuah hadist yang
memerintahkan untuk mengangkat seorang pemimpin walaupun hanya dalam keadaan
berpergian dengan jumlah tiga orang, yaitu "Apabila ada tiga orang keluar bepergian,
maka hendaklah mereka menjadikan salah seorang sebagai pemimpin" (H.R Abu
Daud). Dan juga dapat kita lihat dari dalamnya sabda Rasululullah SAW, "Kamu
semuanya pemimpin (di tempatdan bidangnya masing-masing) dan semua kamu akan
diminta pertanggungjawabannya. Dan Imam (penguasa) itu adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggungjawabannya" (H. R. Bukhari dan Muslim).
Pemimpin Perusahaan Yang Tangguh
Semua pekerjaan baik itu besar maupun kecil harus dilakukan oleh orang yang tepat,
istilah populernya “the right man in the right place”. Rasulullah SAW beberapa abad
yang lampau telah mengingatkan "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang
bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat
kehancurannya" (H.R. Bukhari bab Ilmu).
Terlebih lagi urusan pemimpin yang memegang kendali terhadap apa yang dipimpinnya.
Dalam hal ini pemimpin perusahaan yang ditangannya terletak masa depan
perusahaan dan seluruh pihak yang merupakan stake holders perusahaan tersebut.
Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu
menyikapi perkembangan zaman. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia
yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar
kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya
mengalami keruntuhan.
Seorang pemimpin perusahaan yang ideal haruslah seorang yang mempunya
kapabilitas dan profesionalitas agar dapat memimpin dengan manajemen dan sistem
yang baik. Sudah begitu banyak buku manajemen dan psikologi yang ditulis oleh para
ahli yang mencoba merumuskan karakteristik dari pemimpin perusahaan yang tangguh
dan efektif. Dua buku yang paling populer membahas tentang ini adalah The 7 Habits of
Highly Effective Person (Stephen R Covey : 1989) dan Managing People is like Herding
Cats (Warren Bennis : 1997)
Dalam bukunya Stephen R Covey menguraikan bahwa beberapa kriteria pemimpin
organisasi yang efektif adalah :
·
Mau
terus
belajar
Pemimpin harus menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses
belajar yang
tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya
·
Berorientasi
pada
pelayanan
Seorang pemimpin yang baik akan melihat kehidupan ini sebagai misi bukan karir,
dimana ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan
melayani orang lain, karena dasar yang melandasinya kepemimpinan adalah kesediaan
untuk memikul beban orang lain.
·
Memberikan
energi
positif
Energi positif yang dipancarkan akan dapat mempengaruhi orang-orang di
sekitarnya, sehingga dapat tampil sebagai juru damai dan penengah untuk menghadapi
dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.
·
Mempercayai
orang
lain
Dengan mempercayai orang lain maka seorang pemimpin dapat menggali dan
menemukan kemampuan tersembunyi dari pekerjanya.
·
Memiliki
keseimbangan
hidup
Pemimpin efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai
diri, bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri.
·
Jujur
pada
diri
sendiri
Sikap ini ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat
keberhasilan sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan.
·
Mau
melihat
hidup
sebagai
sesuatu
yang
baru
Pemimpin yang mampu dan mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru akan
memiliki kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik.
·
Memegang
teguh
prinsip
Mampu memegang teguh prinsip dan tidak mudah dipengaruhi, namun untuk hal
harus dikompromikan dapat bersifat luwes.
·
Sinergistik
Pemimpin harus bersikap sinergistik dan menjadi katalis perubahan, sehingga setiap
situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik karena selalu produktif
dalam cara-cara baru dan kreatif.
·
Selalu
memperbaharui
diri
Pemimpin harus bersedia secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia,
yaitu fisik, mental, emosi, dan spiritual untuk memperbarui diri secara bertahap.
Sedangkan Warren Bennis (1997) sebagaimana dirangkum oleh Cahyo Pramono dalam
tulisannya di Waspada Online (26 Juli 2004) menulis dalam bukunya Managing People
is like Herding Cats yang juga telah diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia,
mensyaratkan bahwa seorang pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah
mempunyai
karakteristi-karakteristik
berikut
:
a)
Pengenalan
diri
Secara pasti mereka mengenal kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki.
Bahkan mereka sering menggunakan jasa pihak lain untuk memberikan masukan dan
pemahaman atas kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, mereka
bergerak maju memperbaiki kekurangan dan melesat jauh bersama kelebihannya.
b)
Terbuka
terhadap
umpan
balik
Pemimpin yang efektif mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang
bervariasi dan berharga mengenai perilaku dan kinerja mereka. Pemimpin yang efektif
cenderung memiliki gaya yang terbuka. Dalam proses pembelajaran tersebut kadang
pemimpin yang efektif dan dinamis menjadi sangat reflektif terhadap apa yang
dikerjakan, kendati hal tersebut membuat mereka menjadi terbuka dan rawan terhadap
kritik.
c)
Pengambil
resiko
yang
selalu
ingin
tahu
Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko dan selalu ingin tahu
bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil risiko sangat besar dan
membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi berbahaya yang mereka sadari
sebelumnya. Hampir selalu terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran,
krisis,
atau
kegagalan
dalam
kehidupan
mereka.
d) Konsentrasi
pada
pekerjaan
Mereka adalah orang-orang yang walaupun berkemampuan kecil dalam
hubungan antar pribadi, tetapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa. Mata tajam
mereka terfokus pada pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan misi misi mereka.
e) Menyeimbangkan
tradisi
dengan
perubahan
Alfred North Whitehead pernah mengatakan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin efektif, anda harus memiliki keterikatan, baik dengan budaya maupun dengan
kebutuhan akan revisi dan perubahan. Anda mesti waspada dengan tradisi, tetapi tak
terjerat olehnya.
f)
Bertindak
sebagai
model
dan
mentor
Pemimpin bangga menjadi seorang mentor dan merasakan kemenangan ketika
mereka pada akhirnya berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin
menghargai kemenangan itu dengan menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai
proses belajar, dan memanfaatkan semua pengalaman secara didaktik.
Selain 2 diatas, masih banyak lagi rumusan ciri dan karakteristik pemimpin perusahaan
yang tangguh dan efektif, diataranya adalah dati Enterprising Nation (1995), yang
mensyaratkan untuk menjadi pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah memiliki
delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d)
flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to
solve complex problem and make decisions, dan (h) ethical/high personal standards.
Sedang American Management Association (1998) dalam buku Eighteen Manager
Competencies yang mereka terbitkan sendiri, menuliskan 18 kompetensi yang harus
dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with
impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others,
(g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and
adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process,
(n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical
thought, dan (r) use of oral presentation.
Rumusan-rumusan diatas sudah mencukupi dan dapat mewakili yang lain dalam
merumuskan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dari perspektif psikologi
dan manajemen. Namun berbeda dengan konsep modern yang melihat target hanyalah
untuk mendapatkan keuntungan dunia, sebaliknya Islam lebih dari itu telah memberikan
solusi agar yang kita kerjakan juga dapat menghasilkan keuntungan akhirat disamping
dunia. Oleh karena itu konsep rumusan karakteristik pemimpin tangguh yang telah ada
harus diintegrasikan dengan perinsip-prinsip yang sangat indah dari prinsip
kepemimpinan Islam, sehingga yang didapatkan bukan hanya pemimpin perusahaan
yang tangguh tetapi betul-betul seorang pemimpin perusahaan yang ideal.
2.Pemimpin yang tangguh + Prinsip Kepemimpinan Islam = Pemimpin Ideal
Sebagai sebuah agama yang komprehensif dan secara lengkap mengatur segala aspek
kehidupan manusia, agama Islam memiliki prinsip-prinsip mendasar yang secara
khusus mengatur penjabaran visi, misi, kewajiban, fungsi, tugas, wewenang, tanggung
jawab manusia dimuka bumi ini. Tidak terkecuali dalam memimpin sebuah perusahaan,
setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai pemimpin harus tetap memegang
prinsip-prinsip Islam yang sangat mulia.
Sebagaimana firman-Nya : "Hai orang-orang
Kepribadian (Gordon Allport) adalah organisasi dinamis dalam system psikofisiologis
individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap
lingkungannya.
Faktor-faktor penentu kepribadian sebagai berikut :
Faktor keturunan, bahwa penjelasan pokok kepribadian seseorang adalah struktur
molekul gen yang terdapat dalam kromosom
Faktor lingkungan, bahwa pembentukan karakter di lingkungan yang terdapat norma
keluarga, teman dan kelompok sosial
Sifat-sifat kepribadian adalah karakteristik umum yang melekat dalam individu yang
ditunjukan dalam berbagai situasi. Karakteristik tersebut antara lain ; malu, agresif,
patuh, malas, ambisius, setia dan takut. Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui
sifat-sifat kepribadian tersebut melaui :
Myers-Briggs Type Indicator, menilai individu dengan mengklasifikasian ke dalam
karakteristik : ekstraver atau introver, sensitif atau intuitif, pemikir atau perasa dan
memahami atau menilai
Model Lima Besar, menilai sifat-sifat individu dipengaruhi oleh faktor ; ekstraversi,
mudah akur atau mudah sepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi dan terbuka dengan
hal-hal baru
Ada beberapa cara untuk menilai kepribadian agar individu dapat dipahami dan diatur
dalam pekerjaan mereka, yaitu :
Survei mandiri, dilakukan oleh individu
Survei peringkat oleh pengamat, dilakukan oleh rekan kerja
Ukuran proyeksi, dilakukan dengan menilai respons dari hasil pengujian
Sifat kepribadaian spesifik yang menjadi indikator kuat perilaku di tempat kerja adalah
sebagai berikut ;
Evaluasi inti diri, dipengaruhi oleh harga diri dan lokus kendali (keyakinan)
Machiavellianisme, kecenderungan pada sikap pragmatis, mempertahankan jarak
emosional dan keyakinan akan pentingnya hasil dibanding proses
Narsisme, mempunyai rasa ego yang berlebih, pengakuan yang berlebih dan arogan
Pemantauan diri, merujuk kemampuan seseorang individu untuk menyesuaikan
perilaku dengan faktor-faktor situasioal eksternal
Pengambilan resiko, berpengaruh pada cepat atau lambatnya pengambilan keputusan
Kepribadian type A, cenderung memiliki dorongan, kecakapan, keagresifan dan
motivasi untuk berhasil yang tinggi
Meskipun saling berkaitan, kepribadian dan nilai tidaklah sama. Nilai lebih spesifik dan
banyak mendeskripsikan system keyakinan atau nilai tidak begitu menjelaskan
kepribadain seseorang dan kita tidak selalu bertindak dalam cara-cara yang konsisten
dengan nilai. Dalam sebuah organisasi nilai sangat penting karena dapat
mempengaruhi persepsi kita terhadap sikap dan motivasi individu juga mempengaruhi
sikap dan perilaku kita secara umum.
Pendekatan untuk mengembangkan jenis-jenis nilai yang ada di sebuah organisasi
antara lain :
Rokeach Value Survey, terdiri dari nilai terminal (keadaan akhir yang diinginkan) dan
nilai instrumental (perilaku atau cara yang lebih disukai untuk mencapai nilai terminal)
Kelompok Kerja Kontemporer, berdasarkan generasional dalam angkatan kerja
Nilai yang dimiliki individu yang berada pada posisi manajemen menengah dan atas
harus memiliki kaitan dengan seluruh iklim etis dalam sebuah organisasi karena
tindakan mereka merupakan faktor tepenting yang mempengaruhi perilaku etis dan
tidak etis dalam organisasi mereka. Seorang manajer harus mampu bekerja dengan
individu dari kultur yang berbeda-beda sehingga pemahaman mengenai perbedaan
kultur tersebut dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku karyawan. Pendekatan
untuk memahami dan menilai variasi kultur antara lain :
Kerangka Hofstede, menemukan bahwa dalam organisasi terdapat lima dimensi nilai
kultur antara lain ; jarak kekuasaan (power distance), individualisme versus
kolektivisme, maskulinitas versus femininitas, penghindaran ketidakpastian dan
orientasi jangka panjang
Kerangka Globe, mengidentifikasi ada 9 dimensi kultur yang berbeda yaitu ; ketegasan,
orientasi masa depan, perbedaan gender, penghindaran ketidakpastian, jarak
kekuasaan, individualism/kolektivisme, orientasi kerja dan orientasi kemanusiaan
Implikasi terhadap Perilaku Organisasi, mencerminkan nilai kultur yang berbeda dari
individu di negara yang berbeda dengan penentuan konsep-konsep Perilaku Organisasi
yang dapat diterapkan atau tidak dapat diterapkan secara universal pada seluruh kultur
Jenis-jenis kepribadian dan nilai seorang individu dengan tempat kerja dapat
digembarkan sebagai berikut :
Kesesuaian Individu-Pekerjaan,
karakteristik kepribadain
memadukan
persyaratan
pekerjaan
dengan
Kesesuain Individu-Organisasi, memadukan kepribadian karyawan dengan keseluruhan
kultur organisasi dengan mengesampingkan karakteristik pekerjaan
You might also like:
Modul VI : "Teori Kepemimpinan"
Perkembangan Paradigma Kepemimpinan : Gaya, Tipologi, Model ...
Pengertian Kepemimpinan (Leadership)
Linkwithin
Disunting oleh Ahmad Kurnia di Selasa, September 16, 2014 1 Komentar Anda
ke posting ini
Kategori : Kepemimpinan
Artikel
diatas :
Minggu, 10 Agustus 2014
Kepemimpinan yang menjamin Perusahaan Bahagia dan Karyawan Sejahtera
Apakah Karakter itu?
Didalam rumah, ia adalah kebaikan
Didalam bisnis, Ia adalah kejujuran
Link
Didalam masyarakat, ia adalah kesopanan
Didalam pekerjaan, ia adalah kecermatan
Didalam permainan, ia adalah sportivitas
Terhadap yang beruntung, ia memberi selamat
Terhadap yang lemah, ia menolong
Terhadap yang jahat, ia bertahan
Terhadap yang kuat, ia percaya
Terhadap yang menyesal, ia memaafkan
Dan terhadap Tuhan, ia menghormati dan mengasihi.
THE HEART OF A LEADER
KARAKTER SEORANG PEMIMPIN
7P: Tujuh hati yang membentuk karakter kepemimpinan
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENJAJAH akan memposisikan karyawan
sebagai budak tanpa nilai dan hak. Memberi pekerjaan kepada mereka dianggap
sebagai kebaikan hati yang tak terbalaskan.dia menganggap dirinya sebagai
penyelamat dan raja besar sehingga pantas untuk menerima loyalitas absolute dari
karywan, termasuk kehidupan pribadi mereka. Dalam kontek karyawan sebagai sumber
daya manusia, ia menganggap karyawan adalah daya, bukan sumber daya apalagi
manusia
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENYAMUN akan memosisikan kayawan sebagai
buruh yang hanya memiliki sedikit hak tapi menanggung segudang kewajiban. Hak
karyawan diberikan dalam konteks normatif minimal. Kewajiban dituntut scara posesif
maksimal. Karyawan dianggap sebagai daya dengan memiliki sedikit sumber yang
mudah dcari penggantinya.
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENGAWAS. Sudah memosisikan karyawan
sebagai sumber daya selain modal dan mesin yang cukup penting untuk merealisasi
hasil prouksi barang dan jasa. Ia harus dikelola secara cermat dan di beri program
pelatihan dan pengembangan agar menjadi sumber daya dengan kulitas tinggi.
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PETANI. Ia sudah memosisikan karyawan
sebangai sumber daya manusia. Ia sudah mnyeimbangkan antara kebutuhan karyawan
sebagai sumber daya dan sebagai manusia. Ia sudah mulai memikirkan aspek
kebutuhan manusia yang amat berbeda dengan sumber daya lainnya.
Pemimpin yang memilik hati sebgai PENGEMBALA. Tipe hati ke lima ini sudah memiliki
kecenderungan pada keseimbangan sisi manusia bukan pada sumber daya Ia
menganggap karyawan sebagai manusia sebagai makhluk hidup sesama ciptaan
Tuhan yang patut diberdayakan ssuai dengan kodrat Ilahinya.
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PELAYAN yang justru melihat karyawan sebagai
subjek yang harus melayani pemimpinnya.Ia melihat struktur organisasi sebagai
piramida terbalik yang menggangap pimpinan harus mendukung karyawan agar mampu
berprestasi sebaiknya untuk melayani untuk melayani pelanggan dan pemangku
kepentingan lainnya. Prinsip segitiga terbalik inilah yang membuat sisi kemanusiaan
karyawan menjadi lebih bermakna, Ia sebagai pekerja,anggota keuarga dan
masyarakat yang harus dipenuhi kebutuhannya secara simultan.
Pemimpin yang memiliki hati sebagai PARENT atau memilik hati sebagai Ayah. Kondisi
hati seperti ini akan menggap karyawan sebagai anak yang harus dibesarkan, dididik
dan dikembangkan agar dapat mewarisi kepiawaian yang dimilikinnya dan kursi
kepemimpinan yang didudukinya saat ini. Karyawan tidak diperlakukan sebagai orang
lain tapi sebagai anggota keluarga yang harus dibina secara harmonis.
Diantara ketujuh hati tersebut, ada unsur antagonis dan paradox yang tidak dapat
dipertemukan. Petani ada pada titik netral. Bagi yang memiliki hati sebagai penjajah
maka ia akan selalu bertentangan dengan pemimpin berhati parent (ayah). Pemimpin
yang berhati penyamun akan selalu bersitegang dengan pemimpin berhati nelayan.
Pemimpin yang berhati pengawas akan bertolak belakang dengan pemimpin berhati
penggembala. Demikian pula dengan karyawan. Kalau karyawan memiliki hati pada sisi
kutub negative akan selalu berkonfrontasi dengan pemimpin yang berhati disisi kutub
positif demikian pula sebaliknya. Ada pertanyaan yang sering dilontarkan (frequently
asked questions) oleh para pekerja yang sering bingung
The Heart Of A Leader Itu Talenta Atau Pilihan.
Karakter yang merupakan refresentasi dari the heart of the leader adalah suatu pilihan.
Ketika seorang timbul kesadaran diri akan adanya hukum resiprokal dan hukum tabor
tunai, maka ia akan senantiasa waspada dan akan mengembangkan suatu karakter
yang bukan hanya baik bagi dirinya sendiri tapi baik bagi orang lain. Ketika ia
memberikan hati bagi orang lain, maka lambat laun seluruh manusia yang diberi hatinya
akan memberi hatinya kepadanya. Satu hati akan diganjar dengan beribu hati.
Demikian juga dalam pengelolaan perusahaan, pemimpin yang menutup hatinya bagi
manusia lain akan mendapat balasan setimpal, ia tidak mendapat penghormatan
sebagai manusia bermartabat tetapi hanya sebagai manusia yang memberi materi.
THE HEAD OF A LEADER
TALENTA SEBAGAI PONDASI KOMPETENSI
Setiap manusia dikaruniai Tuhan dengan talenta. Ada yang diaruniai lima talenta,
artinya memiliki banyak bakat dan kemampuan untuk berkarya diberbagai bidang dan
berperan di banyak peran. Ada yang dikarunia dengan tiga talenta, jumlah rata-rata
untuk bisa bertahan dipersaingan dan mendaki puncak dalam suatu jajaran organisasi.
Ada pula yang hanya dikaruniai satu talenta, satu kemampuan khusus yang kalau
dikembangkan bisa menjadi spesialis yang tak ada bandingannya.
Talenta yang diberikan kepada setiap manusiasangatlah unik dan tak ada yang bisa
mereplikasikan atau meniru dengan sempurna. Demikian uniknya sehingga manusia
yang satu dengan yang lain perlu berkolaborasi untuk menghasilkan sinergi yang luar
biasa.
Dalam konteks kepemimpinan, konsep tersebut dapat diaplikasikan dengan tujuh peran
yang berbeda yang sebenarnya satu dengan yang lain saling melengkapi. Ketujuh tipe
peran ini menunjukkan tujuh talenta dasar yang dikaruniakan Tuhan kepada setiap
orang untuk berkontribusi dalam sebuah organisasi.
Tidak ada tipe yang bisa bertahan di setiap waktu, setiap tipe peran sangat pas untuk
kondisi tertentu dan kalau dipaksakan untuk bertahan walau kondisi keadaan sudah
menuntut perubahan maka gerak organisasi menjadi amat lambat.
Tujuh Jawara bisnis MEJIKUHIBINIU
Banyak terkejut ketika keluarga sampoerna, dimotori oleh Putra dan Michael
Sampoerna, melepas saham yang selama ini menjadi ikon dan identitas mereka, yakni
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Tak ada rumor yang mampu dibaca oleh
analis, pemegang saham, dan karyawan. Sebuah transkasi menurut banyak pihak
nyaris tak terdengar. Ketika rahasia itu terungkap, banyak kalangan yang kaget dan
bertanya, mengapa dan ada apa?
Padahal dalam konteks lain yang tak sebesar HMSP, banyak pengusaha yang
melakukan terobosan nyaris sama. T.P Rahmat, mantan petinggi Astra, melepas ikon
Adira Finance ke group Danamon dan Adira mobil ke partner eksekutifnya, Stanley
Setia Atmadja.
Mengamati kiprah dua tokoh bisnis di Indonesia tersebut saya membuat rumusan
talenta dan bakat pemimpin bisnis dengan gaya dan triknya yang sangat berbeda, yang
akan membawa perusahaannya searah dengan talentanya.
PEMIMPI (The Dreamer), Pemimpi ini bukan pengkhayal. Pemimpi ini adalah pemimpin
yang bertalenta kuat mencari visi dan misi yang baru, mencoba menghidupi misi dan
visi yang dipikirkanya, dan berusaha sekuat tenaga mewujudkanya. Dalam bahasa
warna, saya simbolkan sebagai pemimpin yang berdarah MERAH, yang berani
bertualang dalam dunia id dan konsep untuk menelurkan gagasan baru yang belum
dipikirkan sebelumnya.
PERANCANG (The Architect). Kelas ini merupakan pemimpin yang bertalenta yang
bisa menerjemahkan mimpi menjadi cetak biru yang solid dan lengkap. Mampu
merangakai sistem dan infrastruktur serta tahapan pembangunan kampium bisnis yang
akan dikerjakan
THE BUILDER.Tipe pemimpin yang mampu membangun acara kokoh apa yang telah
dirancang dengan teliti. Kadang menggunakan pendekatan preman atau buldoser, dan
kadang harus keras mengangkat batu karang dengan gaya excavator dan sering pula
dengan sentuhan lembut tangan malaikatnya tangan maradona.Ini jenis pekerja keras,
tipe ketiga ini disebut sebagai pembangun (The Bulder)
THE SHOPER saat perusahaan sudah melaju pesat dan persaingan mulai ketat,
diperlukan pemimpin yang mau mempertajam business model dan business process
agar tetap unggul dalam persaingan. Pemimpin yang mampu melakukan penajaman
sisi operasional dan structural bisnis ini dipanggil sebagai The Shaper (Penajam) bukan
penujum yang mengandalkan hoki untuk menenagkan persaingan.
THE HARVESTER. ini yang paling menyenangkan setelah pohon mulai tumbuh subur,
berbunga, dan berbah lebat diperlukan seorang penuai yang cakap,yang tahu mana
yang harus di tuai, mana yang harus dibuang dan mana yang harus dibuang, dan mana
yang harus ditunggu.
THE REINVENTER. Setelah masa berbuah yang sangat lebat, timbul paradok yang
harus dihadapi. Ini Talenta seorang Reinventer (Pembaru). ini tipe yang sangat langka,
kurang dari 2%pemimpin mempunyai keberanian seperti itu.
THE OPERATOR. kalau tidak berani melakukan rombakan mendasar tetapi memilih S
kedua dengan kaizen, maka yang diperlukan adalah pemimpin yang berfungsi sebagai
(Pelaksana), yang menjaga agar pohon bisnis tetap berbuah walau pohon sudah pada
tahap matang matang (mature) dan mengarah ke penurunan (declicing Phase)
C.THE LEFT HAND OF A LEADER (THE WORKING HAND)
The Hand of a Leader menunjukan bagaimana ia berkiprah secara langsung untuk
membuktikan bahwa ia dibawah kepemimpinannya perusahaan dan karyawan akan
menggapai sukses. Sukses buat Lead to Bless Leader adalah sukses dua tujuan utama
bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan :
Perusahaan yang SEJAHTERA (FIT and PROSPER)
Karyawan yang BAHAGIA (HAPPY).
Setidaknya ada 10 key performance Indicator (KPI) yang harus senantiasa dicermati
pemimpin agar perusahaannya mampu mewujudkan misi dan visi yang diinginkannya
yang disebut dengan FIT and PROSPER
a)
Financial Saundness.Rasio keuangan perusahaan yang baik.
b)
Innovation Initiatives: inisiatif inovasi yang menghasilkan produk unggulan.
c)
Talent Management: Pengelolaan kade pemimpin mendatang
d)
Profitability :Kemampuan menghasilkan laba.
e)
Revenue: kemampuan penetrasi pasar dengan pangsa pasar yang tinggi.
f)
Organization Productivity: Produktivitas karyawan secara langsung
g)
Satisfaction of customers: kepuasan pelanggan atas produk dan perusahaan
h)
Proses Excellence.Efisiensidan proses bisnis yang terbaik
i)
Employee satisfaction: Kepuasan karyawan atas perusahaan
j)
Return To shareholders: dividend an kenaikan harga saham.
Kesepuluh KPI tadi harus menjadi focus pimpinan dalam mengelola perusahaan..
Strategi untuk mewujudkan hal tersebut dapat di rangkum dalam The 10 C of Leader’s
Focus.
1.
Cutomer atau pelanggan. Pelanggan adalah subjek utama yang harus dilayani
oleh seluruh jajaran perusahaan.Pemimpin harus sadar dari pelangganlah mengalir
uang untuk membayar gaji, membuat produk baru dan ide baru untuk mengembangkan
produk selanjutnya.
2.
Compotitiveness atau daya saing.Pemimpin harus senantiasa memeperhatikan
daya saing perusahaannya. Apa yang membuat perusahaan tetap dapat
mempertahankan daya saing lima tahun kedepan?
3.
Chanel of Distribution atau mitra kerja.mereka adalah kepanjangan tangan untuk
mengjangkau pelanggan dan pemasokagar produk yang dihasilkan sampai ketangan
pelanggan.
4.
Core Competence atau kompetensi esensial. Pemimpin harus terus
memperhatikan apa yang harus menjadi kompetensi utama perusahaan. Sampai
seberapa jauh tingkat kompetensi ini selangkah lebih baik dari pesaing.
5.
Culture and Character – Budaya dan Karakter. Budaya kerja apa yang ingin
dikembangkan agar menjadi identitas prusahaan dan kebanggaan karyawan? Samapi
seberapa jauh budaya ini menjadi keunggulan perusahaan dibanding pesaing?
6.
Collaboration – Kolaborasi. Perusahaan tidak akan mempunyai kekuatan untuk
mengembangkan segalanya secara sendiri. Membutuhkan kolaborasi dengan pihak lain
sehingga terjadi percepatan peluncuran produk dan perkembangan teknologi yang lebih
baik.
7.
Commercial – komersial jangka panjang. Perusahaan harus “on going “
karenanya focus pada keuntungan jangka pendek sangat membahayakan. Bagaimana
menyiasati keseimbangan antara jangka pendek dan jangka panjang? Apa yang harus
diinvestasikan untuk meningkatkan keuntungan jangka panjang?
8.
Community Development – pengembangan komunitas. Masyarakat disekitar dan
masyarakat luas harus menikmati kesejahteraan yang dicapai oleh perusahaan,
9.
Capital – Struktur Permodalan. Siapa yang berutang menjadi budak yang
mengutanginya. Ini adalah prinsip yang masih sohih dalam kondisi saat ini. Modal yang
kuat bak rumah dengan pondasi yang kokoh diatas batu karang bukan pasir.
10. Control – Kemandirian. Kalau kesembilan aspek tersebut mampu dikelola dengan
baik maka perusahaan akan mampu mengontrol arah dan tujuannya, bukan pihak
lembaga keuangan dan principal.
THE RIGHT HAND OF A LEADER (THE LOVING HAND)
Membuat pekerja yang berbahagia membutuhkan sentuhan bukan hanya pada aspek
financial, emosional, dan spiritual pekerja itu sendiri tapi juga mencakup seluruh
keluarganya. Itu sebabnya bisa disebut juga sebagai bagian dari tangan kanan right
hand) dan seorang pemimpin yang melambangkan ;
Kepercayaan dari pemimpin bukan pada sumber daya Lin tapi manusia sebagai harta
yang paling berharga dalam pengembangan usaha.
Kedekatan dar pribadi pemimpin dan yang dipimpin. Tangan kanan adalah tangan yang
sering digunakan untuk memeluk mengayomi dan mengasihi.
Kepemimpinan yang efektif karena dengan tangan kanan dapat digunakan untuk
menunjukjalan, menjabat tangan,member peringatan, dan umpan balik.
Ada Lima Peran Pemimpin dalam The Loving Hand
Commander. Pemimpin yang mampu menentukan arah dan tujuan organisasi dan
mampu menggerakan seluruh karyawan berjalan pada arah dan tujuan yang sama.
Communicator.Pemimpin yang mampu berkomunikasi secara terbuka dan tulus dengan
karyawannya untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.
Conductor. Pemimpin yang mampu menghasilkan sinergi antarindiidu untuk menjadi
“superteam “ yang paling kuat dan solid.
Converter. Pemimpin yang mampu mambuat karyawan biasa menjadi karyawan yang
luar biasa dan karyawan yang luar biasa menjadi jawara.
Comporter. Pemimpin yang menjadi pribadi yang menyenangkan untuk dijadikan
sahabat didalam dan di luar kerja. Ayah yang baik selalu memberikan kesempatan
kedua ketika anaknya gagal melakukan sesuatu yang diperintahkannya.
Kalau sudah begitu pemimpin menjadi seperti angin. Kadang tidk kelihatan secara fisik
tapi keberadaannya tetap dapat dirasakan. Memberikan kesejukan dan kesegaran.
Kalau pemimpin yang buruk ia adalah angin kotor, tidak kelihatan tapi meninggalkan
bau yang membuat muak karyawannya, kalaupun da yang bertahan, ingin segera pergi
karena tak kuat menahan baunya.
Ada Lima Tanggung Jawab Pemimpin
Member comprehension. Pemimpin yang mengenal pribadi dan memiliki perhatian yang
tulus dan sungguh-sungguh kepada karyawan dan keluarganya secara menyeluruh.
Member correction.Pemimpin yang mengupayakan karyawan berada pada jalan yang
benar dengan melakukan langkah koreksi untuk pengembangan dan pertumbuhan
potensi karyawan.
Membangun connection.Pemimpin yang mampu menciptakan hubungan yang baik
antar sesame pribadi, pekerjaan baik didalam dan diluar lingkungan organisasi.
Mengupayakan Celebration. Pemimpin yang menghargai kinerja karyawan mulai dari
hal yang kecil dan berupaya untuk merayakan sebagai kemenangan bersama.
Member Compensation. Pemimpin yang mengupayakan agar karyawan tidak merasa
kekurangan terhadap imbalan dan penghargaan yang diterimanya.
THE ACTION PLAN OF A LEADER
RENCANA PERBAIKAN MENUJU LEAD TO BLESS LEADER
Perubahan selalu dimulai dari adanya keinginan untuk berubah. Keinginan yang kuat
akan membentuk kemauan yang kuat, kemauan yang kuat akan melahirkan program
perubahan yang kuat dan akhirnya menghasilkan perubahan yang kuat juga.
Membentuk keinginan dan kemauan sehingga melahirkan sesuatu keunggulan yang
mendalam akan melewati tiga tahap penting yakni :
Change of Action. Adanya paradigma atau pemikiran baru yang diperoleh dari ineraksi
dengan orang lain atau bacaan atau kebutuhan orang lain akan membuat perubahan
apa yang selam ini telah dilakukan. Perubahan Paradigma membentuk keinginan untuk
melakukan sesuatu yang baru pada dirinya sendiri atau organisasi yang dipimpinnya.
Change of Mind, ketiaka perubahan itu menghasilkan keluaran yang lebih besar dari
yang diharapkan maka terjadi perubahan pikiran secara tetap.perubahan bukan
sekedar lama atau baru tapi sudah masuk ke daerah baik atau buruk. Perubahan sudah
membentuk pola piker baru bukan hnaya pola prilaku yang baru.
Change of Heart, Perubahan yang sudah membentuk karakter organisasi secara
keseluruhan yang mengakibatkan pemimpin berubah pada karakternya pula.
Empat langkah menuju ke perbaikan yang berarti
Tahap Acquire, kesadaran bahwa ada sesuatu yang harus diribah. Ada sesuatu yang
harus diperbaiki. Ada target dan sasaran baru yang harus dicapai. Ada sesuatu yang
baik yang harus dihasilkan
Tahap Apply, kesadaran yang kuat akan membentuk keinginan yang kuat dan
melahirkan program untuk melaksanakan apa yang telah dicanangkan.
Tahap Appraise, melakukan evaluasi implikasi dari perubahan itu terhadap pemangku
kepentingan yang dijadikan sumber perubahan.
Tahap Align, ketika hasil sudah sesuai dengan target dilakukan dengan aligment secara
terstruktur dan sistematik agar perubahan itu menjadi standar baru. Lalu kembali lagi
proses berikutnya denagn timbulnya new Awareness.
CASE STUDY FOR GROUP DISCUSSION
BELAJAR BERSAMA MENUJU LEAD TO BLESS LEADER
Belajar membuat orang mengerti, Berlatih membuat orang mendalami, Berpraktik
membuat orang menguasai, Berkreasi dari praktik membuat orang menjadi ahli
Lima langkah yang dapat dilakukan adalah :
Bentuk kelompok kerja bersama untuk saling memperkaya konsep ini dalam lingkup
kerja perusahaan masing-masing ini dapat dilakukan dalam satu perusahaan dennagn
peserta manager dari bidang berbeda atau pimpinan tertinggi perusahaan yang ingin
berbagi bersama dalam ‘executive sharing session’.
Bacalah seluruh buku secara lengkap terlebih dahulu, lalu buat catatan kecil untuk
didiskusikan guna memperdalam pengertian dan applikasi di tempat masing-masing.
Diskusikan Bab V dan sharing-kan apa yang dapat diapplikasikan secara langsung dan
apa yang perlu waktu dan apa yang tidak mungkin dilakukan di perusahaan karena
berbagai factor.
Diskusikan studi kasus pada bab ini dengan mengacu pada konsep yang ada dalam
Bab 1 sampai dengan bab VI serta pengalaman pribadi
Lakukan langkah konkret secara pribadi dan pertajam action plan anda.
STUDY KASUS : AT THE TOP POINT
Ketika sampai dipuncak yang paling tinggi, tidak ada lagi pemandangan diatas, yang
ada dalah panorama dibawah, disanalah tempat yang paling baik untuk berpikir, apa
yan akan diperbuat untuk yang ada dibawah?
Mencapai puncak adalah impian semua orang. Entah itu puncak kekayaan, prestasi,
posisi atau puncak gunung dalam arti harafiah. Semua berlomba mencapai puncak.
Dipuncaklah orang sering berpikir tentang kehormtan, kesuksesan, kekayaan, dan
kekuasaan yang tak ada bandingannya.
Impian tentang berada diatas puncak membuat banyak orang menghalalkan segala
cara untuk mencapainya. Keinginan hanya satu, dipuncak ia bisa melampiaskan segala
keinginan tanpa ada orang yang melawannya. Disanalah perkiraan banyak orang
tempat bertakhtanya ‘absolut power ‘ dan ‘absolut pleasure yang tak mungkin dirasakan
ketika ada di lembah atau lereng. Tunggu, kalau saya jadi presiden, bupati walikota
atau presiden direktur, “begitu impian banyak orang.
Motivasi untuk meraih kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan bagi dirinya
menyebabkan seseorang yang sudah berada dipuncak enggan turun. Jangankan
‘transfer of knowledge’ kalau ada pesaing yang akan muncul yang berpotensi
menggesernya akan segera dilakukan politik bumi hangus. Ketakutan lengser membuat
membangun berikade tembok yang sebenarnya makin mengucilkan dirinya sendiri. Ia
makin tersendiri disana. Ia berada dipuncak kesepian walau bergelimangan segala
yang dibutuhkannya. Ini adalah manusia yang terjangkit penyakit At The Top Sickness
(ATPS).
Penyakit kronis yang walaupun sudah dipuncak, matanya tetap menengadah keatas.
“diatas puncak taysan masih ada puncak Himalaya”. Begitu filosofinya. Jangankan kata
puas, ia makin merasa haus seperti meminum air laut.
Kalau pemimpin terjangkit penyakit ini, Ia tak akan pernah memikirkan bawahannya.
Pikirannya hanya diri sendiri dan kolega disekeliling yang terbiasa menjilatnya dan
membuatnya terbuai dengan angin puncak. Tak pernah terbayangkan betapa sulitnya
para bawahan untuk mendukungnya agar sampai dipuncak Buatnya ‘itu sudah
seharusnya’ atau’ mereka sudah dibayar untuk itu. Ia merasa dipuncak karena
kompetensi dan kinerjanya sendiri, yang lain hanya disebutnya sebagai ‘suporting unit’
Kalau penyakit ini sudah berubah jadi akut, maka ia akan mudah kalut ketika badai
besar melada di puncak. Ia tidak sadar bahwa semakin tinggi, angin juga bertiup
semakin kencang. Kalau topan sudah melanda, maka seluruh pendukung dan
bawahannya akan berusaha menyelamatkan diri sendiri. “kan Cuma segini bayarannya”
atau “ itu tidak termasuk dalam job description”. Senjata makan tuan. Dia menuai apa
yang ditanamnya.
Beruntung banyak pemimpin yang tak terkena penyakit ATPS ini. Salah satu tokoh yang
melegenda adalag Sir Edmund Hillary dan sekondannya Sherpa Tenzing Norgay. 29
Mei 1953 membuktikan kualitas manusia yang mencapai puncak bukan untuk dirinya
sendiri. Bertahun-tahun tertutup rapat siapa yang pertama kali menginjakan kaki ke
puncak, agar tidak menimbulkan polemic, sejarah mencatat keduanya sebagai dwi
tunggal penakluk Everest yang pertama.
Petinggi yang terjangkiti ‘Sir Edmund Hillary Spirit (SEHS), akan mengubah komunitas
dan bahkan negara secara dramatisdan revolusioner. Ia ingin berada di puncak untuk
menyejahterakan yang ada di lereng atau lembah. Ia mampu melihat peluang untuk
tampil dan berkonribusi buat pendukungnya. Tidak terpikirkan konsep “return on
investment” atas biaya pilkada yang mencekik lehernya.
Kalau ini ang dipikirkan, pilkada menjadi semakin asyik. Bukan adu janji tapi adu bukti.
Bukan pamer promosi tapi pamer prestasi. Semoga SEHS ini menjangkiti organisasi,
bahkan komunitas dan negara kita. Hanya waktu kita akan merasakan negara yang
‘adil dan makmur serta’gemah ripah loh jinawi’. Ini bukan mimpi. Selamat dating “Sir”.
sumber :
“LEAD TO BLESS” LEADER, Kepemimpinan yang menjamin Perusahaan BAHAGIA
dan Karyawan SEJAHTERA, Paulus Bambang WS, Edit.Reyandra L.Toruan, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2012.
You might also like:
PEMIMPIN YANG TIDAK MEMILIKI GELAR
SEMANGAT NAPOLEON SEBAGAI PEMIMPIN
KEPEMPINAN TRANFORMASIONAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN 0 ...
Linkwithin
Disunting oleh Ahmad Kurnia di Minggu, Agustus 10, 2014 0 Komentar Anda
posting ini
Link ke
Kategori : Kepemimpinan
Artikel
diatas :
Sabtu, 26 Juli 2014
KARAKTERISTIK PEMIMPIN PERUSAHAAN YANG IDEAL DARI SUDUT PANDANG
PSIKOLOGI ISLAM
Kondisi global yang ditandai dengan persaingan yang makin ketat serta pasar bebas
mengharuskan setiap perusahaan untuk mampu melakukan perbaikan berkelanjutan
(continues improvement) agar mampu bersaing dan selanjutnya berkembang. Setiap
perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif, kerjasama tim yang baik,
kepercayaan dan penguasaan informasi yang memadai. Namun disamping semua
faktor tersebut, faktor utama yang paling menentukan kesuksesan maupun
keberhasilan perusahaan adalah pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Sebagaimana diuraikan oleh Stephen R. Covey (1989) yang merupakan pakar psikologi
dan manajemen organisasi dalam bukunya yang sangat terkenal The 7 Habits of Highly
Effective Person bahwa faktor terpenting keberhasilan suatu organisasi sangat
ditentukan oleh pemipinnya. Pemimpin yang efektif akan dapat memotivasi seluruh
perangkat personalnya untuk memajukan organisasi dan mencapai tujuan organisasi
dengan baik. Untuk itu pemimpin harus memiliki kriteria khusus dan memegang prinsip
yang dapat menjadikannya pemimpin yang efektif.
Seorang pemimpinlah yang menentukan jalannya bisnis, sasaran-sasaran yang ingin
dicapai baik internal maupun eksternal, aset dan skill yang diperlukan, kesempatan dan
resiko yang dihadapi. Pemimpin perusahaan adalah ahli strategi yang memastikan
bahwa sasaran organisasi akan dapat tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi
tekhnologi dan meningkatnya kompetisi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh
setiap pemimpin. Oleh karena itu sangat dituntut bahwa pemimpin hendaknya memiliki
talenta yang tinggi.
Menyadari peran pemimpin yang sangat sentral dalam organisasi, para ahli berusaha
melakukan berbagai macam penelitian untuk mendapatkan kriteria-kriteria pemimpin
yang terbaik. Sudah begitu banyak teori-teori kepemimpinan yang ditulis oleh para ahli,
baik dalam maupun luar negeri. Namun cukup disayangkan aspek yang dibahas
sebagian besar hanya dari sisi manajemen dan bidang keahlian saja. Sehingga konsep
yang dihasilkan cenderung mengasingkan manusia dari manusia disekitarnya.
Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka
sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari
kodratnya yang paling utama yaitu sebagai abdi Tuhan.
Perlunya Sisi Psikologi dan Spiritual dalam Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri seorang pemimpin selain mengendalikan perusahaan harus juga
mampu mengendalikan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi
tersebut tidak hanya terbatas pada anggota dengan pimpinan, tetapi dalam arti luas
interaksi tersebut melibatkan orang-orang dengan siapa organisasi melakukan
transaksinya, yaitu dengan klien atau customer, supplier, pers, dan sebagainya.
Interaksi tersebut tentu saja tidak akan berlangsung baik dan lancar jika tidak didasari
oleh adanya penghargaan antara satu dengan yang lainnya.
Seberapa besar nilai-nilai pelayanan dan sikap positif mendasari para anggotanya akan
terbaca dalam konteks hubungan yang terjalin. Dalam hal inilah pemimpin menjadi
suatu model bagi para anggotanya. Bagaimana ia bersikap tehadap orang lain, tidak
hanya sekedar sebagai pimpinan yang memberi perintah tetapi yang terpenting adalah
kemampuannya untuk menjalin secara harmonis dengan tidak hanya mengandalkan
rasio semata tetapi mampu menempatkan emosi pada tempat yang semestinya.
Oleh karena itu kepemimpinan dalam perusahaan harus juga ditinjau dari perspektif
psikologi dan spiritual. Sebenarnya orang-orang di barat juga sudah mulai membahas
sisi spiritual dalam ilmu modern yang mereka kembangkan. Merekapun telah banyak
melakukan penelitian-penelitian yang coba menggali sisi spiritual. Diantara hasil
penelitian tersebut adalah apa yang diperoleh oleh Ludenthal dan Star yang
membuktikan bahwa penduduk yang religius resiko mengalami stres jauh lebih kecil
daripada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya. Comstock dkk.
dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan
secara teratur disertai dengan berdzikir, berdoa, ternyata dapat mengurangi resiko
kematian akibat penyakir jantung koroner, emphysema (penggelembungan paru) dan
lever sampai 50 persen.
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Harrington, Juthani, Monakow, dan
Goldstein yang mencoba mencari hubungan antara ilmu pengetahuan (neuroscientific)
dengan dimensi spiritual. Walaupun belum dapat dibuktikan secara sempurna namun
mereka dalam presentasinya yang berjudul Brain and Religion: Undigested Issues
meyakini bahwa terdapat god spot dalam susunan saraf pusat manusia. Sebagai
contoh, orang yang menderita kecemasan, kemudian diberi obat anti cemas, maka
yang bersangkutan akan menjadi tenang. Namun orang yang sama bila memanjatkan
doa dan dzikir ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa juga akan memperoleh ketenangan.
Psikologi dan Spiritual Menurut Pandangan Islam
Salah satu bidang yang paling berkembang dalam kajian spritual ini adalah bidang
psikologi, dimana munculnya istilah kecerdasan spiritual yang dikenal dengan SQ oleh
sepasang suami-isteri Danah Zohar dan Ian Marshal. Bahkan pada tahun 1984, World
Health Organization (WHO) telah menambahkan satu dimensi lagi untuk menilai
kesehatan manusia yaitu dimensi spiritual. Oleh American Psychiatric Association ini
diadopsi dengan paradigma pendekatan bio-psycho-socio-spiritual.
Akan tetapi dalam pembahasan psikologi modern yang dikembangkan oleh barat,
masalah spiritual belum dikaitkan dengan sisi agama. Seperti dapat kita lihat pada buku
SQ, Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence (Danah Zohar dan Ian Marshal :
2000) sebagaimana dikritik oleh Ahmad Faqih HN dalam tulisannya, bahwa dikatakan
tidak ada hubungan antara spiritualitas dengan religiusitas seseorang. Sampai-sampai
dikatakan seorang atheis dan agnotis sekalipun bisa menjadi seorang memiliki
kecerdasan spiritual.
Inti permasalahannya terletak pada cara pandang ilmu pengetahuan modern bahwa
rasionalitas atau pancainderalah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran ini tentu
saja berbeda dengan konsep Islam yang menempatkan wahyu disamping akal sebagai
sumber pengetahuan. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan modern termasuk
didalamnya psikologi perlu mendapat perbaikan dan disesuaikan dengan prinsip Islam,
dimana semua urusan harus dikembalikan kepada Al Qur'an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT "Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan ta'atilah Rasul , dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul ,
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama dan lebih baik akibatnya"(Qs. An-Nisaa' : 59).
Dan juga selaras dengan ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam
sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an :"Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk rahmat bagi semesta alam"(Qs. Al Anbiyaa':107). Selain itu, terkait
dengan keserbamencakupan dan kelengkapan syari'ah (Qs. Al Maidah :4), maka
syari'ah itu mesti menjadi landasan nilai sekaligus landasan legal bagi segenap aktivitas
manusia, termasuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi yang harus menjadi perhatian disini adalah dimana Islam memberi
penjelasan bahwa manusia diberi karunia akal untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan dunia. Sebagaimana hadits masyhur yang
diriwayatkan oleh Muslim dimana Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang metode
pembuahan pohon kurma oleh sahabat. Hadits itu, dalam sebagian riwayat berbunyi:
"Kalian lebih tahu tentang perkara dunia kalian"(Hadist ini diriwayatkan oleh Muslim
dalam kitab Sahih-nya, dalam kitab Al Fadlail, dari riwayat Thalhah, Rafi' bin Khudaij,
A'isyah, dan Anas r.a. (hadist-hadist no. 2361-2363) dari Shahih Muslim).
Psikologi Islam
Berangkat dari keterbatasan ilmu psikologi modern inilah yang menyebabkan para
ilmuwan muslim mulai mengembangkan psikologi Islam. Disamping itu telah diketahui
bahwa dalam sejarah Islam sendiri telah banyak para pemikir Islam yang menulis buku
berkaitan dengan ilmu kejiwaan. Misalnya konsep perkembangan moral dan rasio
seseorang bisa dibaca dalam karya klasik Ibn Thufail yang berjudul Hayy ibn Yaqzhan.
Atau konsep-konsep umum mengenai nafs, qalb, atau akal yang dikemukakan oleh
tokoh semacam al-Ghazali, Ibn Miskwaih, Ibnul Qoyyim al-Jauzi, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya sebagaimana ditulis oleh Ahmad Faqih HN dalam artikelnya
"Menggagas Psikologi Islami: Mendayung di Antara Paradigma Kemodernan dan Turats
Islam" bahwa pengembangan psikologi Islam terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok
pertama adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi modern dan
kemudian bersentuhan dengan konsep-konsep psikologi yang dibahas dalam ajaran
Islam. Mereka lalu mulai mencocokan dan mengintegrasikan ilmu psikologi yang
mereka kuasai dengan apa yang ada dalam Al Qur'an dan Hadist serta khasanah klasik
Islam, dan pada tingkat yang lebih lanjut mulai mengkritisi teori psikologi barat yang
dinilai tidak sesuai.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang memang langsung menggali
khasanah klasik Islam yang diantaranya membahas tentang ilmu kejiwaan manusia.
Misalnya, Abdul Mujib dan Achmad Mubarok. Keduanya bukanlah psikolog dan tidak
memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun mereka memiliki akses terhadap
literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar pemikiran-pemikiran
cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan psikologi.
Perkembangan kajian psikologi Islam yang cukup pesat dari kedua kelompok tersebut
memberi harapan bahwa nantinya psikologi Islam dapat digunakan sebagai mahzab
kelima psikologi setelah psikoanalisis, behavioristik, humanistik, dan transpersonal.
Akan tetapi kalau mau dicermati kedua model pengembangan tersebut masih memiliki
kelemahan-kelemahan fundamental yang harus diwaspadai jika ingin mendapatkan
hasil yang maksimal. Misalnya, apabila terlalu memfokuskan pada pendekatan modern
kemudian hanya melabelkannya dengan Islam, maka yang terjadi adalah bukan muncul
suatu ilmu, melainkan hanya menempel-nempelkan yang dianggap cocok (labeling).
Sedangkan di sisi lain adalah adanya kebutuhan akan ilmu-ilmu baru yang memang
belum ada dalam kajian para ilmuwan Islam masa pertengahan dan tidak dibahas Al
Qur'an dan Hadist secara langsung. Ilmu-ilmu tersebut misalnya manajemen
perusahaan, akuntansi modern, tekhnologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain.
Tetapi tentang hal yang tidak diketahui, secara konsep telah diberikan solusinya dalam
Al Qur'an yaitu "…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui"(An-Nahl :43).
Makna Pemimpin dan Kepemimpinan
Stogdill (1974) yang merupakan salah satu ahli yang banyak meneliti dalam bidang
kepemipinan menyatakan dalam bukunya Handbook of Leadership. A Survey of Theory
and Research bahwa definisi kepemimpinan yang ada hampir sama dengan jumlah
orang yang mendefinisikannya. Ia sendiri dalam buku yang sama mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu
kelompok organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Locke (1997) sebagaimana dirangkum oleh Th. Agung M. Harsiwi (2003)
menjelaskan kepemimpinan mencakup tiga elemen berikut :
1) Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan
hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada
pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa
para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan
berrelasi dengan para pengikut mereka.
2) Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus
melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (1986-1988)
kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang
diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar
menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3) Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan.
Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas
yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi
imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan tentang masalah
kepemimpinan ini. Pemimpin yang dalam bahasa Al Qur'an disebut khalifah sangat
sering disebutkan dan dibahas dalam Al Qur'an. Diantaranya ayat-ayat tersebut adalah :
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (Qs Al
Baqarah :30), kemudian pada ayat yang lain Allah berfirman "Sesungguhnya kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara)
diantara manusia adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
menyesatkan kamu dari jalan Allah" (Qs As Shaad:26), "Dialah yang menjadikan kami
khalifah-khalifah dimuka bumi" (Qs Al Fathir : 39), dan masih ada banyak ayat-ayat
yang lain.
Salah satu bukti pentingnya seorang pemimpin dapat kita lihat dari sebuah hadist yang
memerintahkan untuk mengangkat seorang pemimpin walaupun hanya dalam keadaan
berpergian dengan jumlah tiga orang, yaitu "Apabila ada tiga orang keluar bepergian,
maka hendaklah mereka menjadikan salah seorang sebagai pemimpin" (H.R Abu
Daud). Dan juga dapat kita lihat dari dalamnya sabda Rasululullah SAW, "Kamu
semuanya pemimpin (di tempatdan bidangnya masing-masing) dan semua kamu akan
diminta pertanggungjawabannya. Dan Imam (penguasa) itu adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggungjawabannya" (H. R. Bukhari dan Muslim).
Pemimpin Perusahaan Yang Tangguh
Semua pekerjaan baik itu besar maupun kecil harus dilakukan oleh orang yang tepat,
istilah populernya “the right man in the right place”. Rasulullah SAW beberapa abad
yang lampau telah mengingatkan "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang
bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat
kehancurannya" (H.R. Bukhari bab Ilmu).
Terlebih lagi urusan pemimpin yang memegang kendali terhadap apa yang dipimpinnya.
Dalam hal ini pemimpin perusahaan yang ditangannya terletak masa depan
perusahaan dan seluruh pihak yang merupakan stake holders perusahaan tersebut.
Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu
menyikapi perkembangan zaman. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia
yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar
kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya
mengalami keruntuhan.
Seorang pemimpin perusahaan yang ideal haruslah seorang yang mempunya
kapabilitas dan profesionalitas agar dapat memimpin dengan manajemen dan sistem
yang baik. Sudah begitu banyak buku manajemen dan psikologi yang ditulis oleh para
ahli yang mencoba merumuskan karakteristik dari pemimpin perusahaan yang tangguh
dan efektif. Dua buku yang paling populer membahas tentang ini adalah The 7 Habits of
Highly Effective Person (Stephen R Covey : 1989) dan Managing People is like Herding
Cats (Warren Bennis : 1997)
Dalam bukunya Stephen R Covey menguraikan bahwa beberapa kriteria pemimpin
organisasi yang efektif adalah :
·
Mau
terus
belajar
Pemimpin harus menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses
belajar yang
tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya
·
Berorientasi
pada
pelayanan
Seorang pemimpin yang baik akan melihat kehidupan ini sebagai misi bukan karir,
dimana ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan
melayani orang lain, karena dasar yang melandasinya kepemimpinan adalah kesediaan
untuk memikul beban orang lain.
·
Memberikan
energi
positif
Energi positif yang dipancarkan akan dapat mempengaruhi orang-orang di
sekitarnya, sehingga dapat tampil sebagai juru damai dan penengah untuk menghadapi
dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.
·
Mempercayai
orang
lain
Dengan mempercayai orang lain maka seorang pemimpin dapat menggali dan
menemukan kemampuan tersembunyi dari pekerjanya.
·
Memiliki
keseimbangan
hidup
Pemimpin efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai
diri, bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri.
·
Jujur
pada
diri
sendiri
Sikap ini ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat
keberhasilan sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan.
·
Mau
melihat
hidup
sebagai
sesuatu
yang
baru
Pemimpin yang mampu dan mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru akan
memiliki kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik.
·
Memegang
teguh
prinsip
Mampu memegang teguh prinsip dan tidak mudah dipengaruhi, namun untuk hal
harus dikompromikan dapat bersifat luwes.
·
Sinergistik
Pemimpin harus bersikap sinergistik dan menjadi katalis perubahan, sehingga setiap
situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik karena selalu produktif
dalam cara-cara baru dan kreatif.
·
Selalu
memperbaharui
diri
Pemimpin harus bersedia secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia,
yaitu fisik, mental, emosi, dan spiritual untuk memperbarui diri secara bertahap.
Sedangkan Warren Bennis (1997) sebagaimana dirangkum oleh Cahyo Pramono dalam
tulisannya di Waspada Online (26 Juli 2004) menulis dalam bukunya Managing People
is like Herding Cats yang juga telah diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia,
mensyaratkan bahwa seorang pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah
mempunyai
karakteristi-karakteristik
berikut
:
a)
Pengenalan
diri
Secara pasti mereka mengenal kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki.
Bahkan mereka sering menggunakan jasa pihak lain untuk memberikan masukan dan
pemahaman atas kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, mereka
bergerak maju memperbaiki kekurangan dan melesat jauh bersama kelebihannya.
b)
Terbuka
terhadap
umpan
balik
Pemimpin yang efektif mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang
bervariasi dan berharga mengenai perilaku dan kinerja mereka. Pemimpin yang efektif
cenderung memiliki gaya yang terbuka. Dalam proses pembelajaran tersebut kadang
pemimpin yang efektif dan dinamis menjadi sangat reflektif terhadap apa yang
dikerjakan, kendati hal tersebut membuat mereka menjadi terbuka dan rawan terhadap
kritik.
c)
Pengambil
resiko
yang
selalu
ingin
tahu
Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko dan selalu ingin tahu
bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil risiko sangat besar dan
membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi berbahaya yang mereka sadari
sebelumnya. Hampir selalu terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran,
krisis,
atau
kegagalan
dalam
kehidupan
mereka.
d) Konsentrasi
pada
pekerjaan
Mereka adalah orang-orang yang walaupun berkemampuan kecil dalam
hubungan antar pribadi, tetapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa. Mata tajam
mereka terfokus pada pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan misi misi mereka.
e) Menyeimbangkan
tradisi
dengan
perubahan
Alfred North Whitehead pernah mengatakan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin efektif, anda harus memiliki keterikatan, baik dengan budaya maupun dengan
kebutuhan akan revisi dan perubahan. Anda mesti waspada dengan tradisi, tetapi tak
terjerat olehnya.
f)
Bertindak
sebagai
model
dan
mentor
Pemimpin bangga menjadi seorang mentor dan merasakan kemenangan ketika
mereka pada akhirnya berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin
menghargai kemenangan itu dengan menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai
proses belajar, dan memanfaatkan semua pengalaman secara didaktik.
Selain 2 diatas, masih banyak lagi rumusan ciri dan karakteristik pemimpin perusahaan
yang tangguh dan efektif, diataranya adalah dati Enterprising Nation (1995), yang
mensyaratkan untuk menjadi pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah memiliki
delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d)
flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to
solve complex problem and make decisions, dan (h) ethical/high personal standards.
Sedang American Management Association (1998) dalam buku Eighteen Manager
Competencies yang mereka terbitkan sendiri, menuliskan 18 kompetensi yang harus
dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with
impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others,
(g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and
adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process,
(n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical
thought, dan (r) use of oral presentation.
Rumusan-rumusan diatas sudah mencukupi dan dapat mewakili yang lain dalam
merumuskan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dari perspektif psikologi
dan manajemen. Namun berbeda dengan konsep modern yang melihat target hanyalah
untuk mendapatkan keuntungan dunia, sebaliknya Islam lebih dari itu telah memberikan
solusi agar yang kita kerjakan juga dapat menghasilkan keuntungan akhirat disamping
dunia. Oleh karena itu konsep rumusan karakteristik pemimpin tangguh yang telah ada
harus diintegrasikan dengan perinsip-prinsip yang sangat indah dari prinsip
kepemimpinan Islam, sehingga yang didapatkan bukan hanya pemimpin perusahaan
yang tangguh tetapi betul-betul seorang pemimpin perusahaan yang ideal.
2.Pemimpin yang tangguh + Prinsip Kepemimpinan Islam = Pemimpin Ideal
Sebagai sebuah agama yang komprehensif dan secara lengkap mengatur segala aspek
kehidupan manusia, agama Islam memiliki prinsip-prinsip mendasar yang secara
khusus mengatur penjabaran visi, misi, kewajiban, fungsi, tugas, wewenang, tanggung
jawab manusia dimuka bumi ini. Tidak terkecuali dalam memimpin sebuah perusahaan,
setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai pemimpin harus tetap memegang
prinsip-prinsip Islam yang sangat mulia.
Sebagaimana firman-Nya : "Hai orang-orang