Karakteristik Pelumas pertamina meditran sx sae
SISTEM PELUMASAN
Karakteristik
Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:
1. Viscosity
Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari mengalirnya bahan cair
dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard. Makin besar perlawanannya untuk
mengalir, berarti makin tinggi viscosity-nya, begitu juga sebaliknya.
2. Viscosity Index
Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap
perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil perubahan viscositynya pada penurunan atau kenaikan suhu.
Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
a. HVI (High Viscosity Index) di atas 80.
b. MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80.
c. LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.
3. Flash Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas menyala
seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard, tetapi metodenya
berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.
4. Pour Point
Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian
menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam pemakaiannya
mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin.
5. Total Base Number (TBN)
Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh pengasaman,
biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas tersebut dipakai dalam
jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk mesin bensin atau diesel,
penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang dari 1, lebih baik diganti dengan
minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak pelumas tersebut sudah tidak ada.
6. Carbon Residue
Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes
khusus.
7. Density
SISTEM PELUMASAN
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.
8. Emulsification dan Demulsibility
Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan
bersentuhan dengan air.
Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas juga
memiliki sifat-sifat penting, yaitu:
1. Sifat kebasaan (alkalinity)
Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan asamasam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.
2. Sifat detergency dan dispersancy
Sifat detergency : Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian dari mesin yang
dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
Sifat dispersancy : Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas tidak
menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam lumpur (sludge). Dengan
sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi partikel-partikel yang cukup halus
serta diikat sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak
pelumas dan dapat dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang
bisa tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau
penggantian filter elemennya.
3. Sifat tahan terhadap oksidasi
Untuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di dalam
karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi embun dan
bercampur dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak pelumas menjadi
lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air dan belerang sisa pembakaran maka
akan bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya sangat korosif.
Diantara metode perawatan untuk pemurnian minyak pelumas yang sering dilakukan adalah :
a. Penggantian sebagian minyak pelumas secara periodik.
Cara ini dilakukan dengan mengambil sebagian minyak pelumas (+/- 10 %) dari dalam
sistem pelumasan lalu menggantinya dengan yang baru.
Cara ini efisien untuk mesin-mesin kecil yang menggunakan volume pelumas sedikit, tapi
akan menjadi boros untuk sistem yang besar. Cara ini juga tidak efektif untuk minyak
pelumas yang sudah teroksidasi.
SISTEM PELUMASAN
b. Filtrasi
Metoda ini dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh minyak pelumas dari dalam
sistem pelumasan untuk selanjutnya sistem diisi minyak pelumas baru atau minyak
pelumas lama yang sudah diproses dengan menggunakan filter. Kerugian cara ini adalah
mesin harus dimatikan ketika dilakukan penggantian minyak pelumas.
c. Oil Conditioning
Oil Conditioning menggunakan Oil Conditioner yang berupa instalasi pemulih kondisi minyak
pelumas. Instalasi ini dapat terpasang secara tetap dan merupakan bagian dari sistem
pelumasan, atau instalasi mobile (dapat dipindah).
Perlengkapan yang ada di dalam instalasi Oil Conditioner diantaranya Pompa sirkulasi, Mesh
Filter, Magnetic Filter, Heater, Gas Extractor dan Centrifuges.
Instalasi Oil Conditioner hihubungkan dengan tangki minyak pelumas pada sistem pelumasan.
Secara kontinyu, sebagian kecil minyak pelumas disirkulasikan melalui instalasi Oil Conditioner.
Minyak pelumas yang sudah bersih langsung dikembalikan ke tangki, atau disimpan di dalam
tangki cadangan. Bila level minyak pelumas di dalam tangki turun, maka ditambahkan minyak
pelumas baru atau minyak pelumas yang sudah dibersihkan.
Karakteristik
Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:
1. Viscosity
Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari mengalirnya bahan cair
dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard. Makin besar perlawanannya untuk
mengalir, berarti makin tinggi viscosity-nya, begitu juga sebaliknya.
2. Viscosity Index
Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap
perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil perubahan viscositynya pada penurunan atau kenaikan suhu.
Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
a. HVI (High Viscosity Index) di atas 80.
b. MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80.
c. LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.
3. Flash Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas menyala
seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard, tetapi metodenya
berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.
4. Pour Point
Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian
menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam pemakaiannya
mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin.
5. Total Base Number (TBN)
Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh pengasaman,
biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas tersebut dipakai dalam
jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk mesin bensin atau diesel,
penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang dari 1, lebih baik diganti dengan
minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak pelumas tersebut sudah tidak ada.
6. Carbon Residue
Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes
khusus.
7. Density
SISTEM PELUMASAN
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.
8. Emulsification dan Demulsibility
Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan
bersentuhan dengan air.
Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas juga
memiliki sifat-sifat penting, yaitu:
1. Sifat kebasaan (alkalinity)
Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan asamasam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.
2. Sifat detergency dan dispersancy
Sifat detergency : Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian dari mesin yang
dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
Sifat dispersancy : Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas tidak
menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam lumpur (sludge). Dengan
sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi partikel-partikel yang cukup halus
serta diikat sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak
pelumas dan dapat dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang
bisa tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau
penggantian filter elemennya.
3. Sifat tahan terhadap oksidasi
Untuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di dalam
karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi embun dan
bercampur dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak pelumas menjadi
lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air dan belerang sisa pembakaran maka
akan bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya sangat korosif.
Diantara metode perawatan untuk pemurnian minyak pelumas yang sering dilakukan adalah :
a. Penggantian sebagian minyak pelumas secara periodik.
Cara ini dilakukan dengan mengambil sebagian minyak pelumas (+/- 10 %) dari dalam
sistem pelumasan lalu menggantinya dengan yang baru.
Cara ini efisien untuk mesin-mesin kecil yang menggunakan volume pelumas sedikit, tapi
akan menjadi boros untuk sistem yang besar. Cara ini juga tidak efektif untuk minyak
pelumas yang sudah teroksidasi.
SISTEM PELUMASAN
b. Filtrasi
Metoda ini dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh minyak pelumas dari dalam
sistem pelumasan untuk selanjutnya sistem diisi minyak pelumas baru atau minyak
pelumas lama yang sudah diproses dengan menggunakan filter. Kerugian cara ini adalah
mesin harus dimatikan ketika dilakukan penggantian minyak pelumas.
c. Oil Conditioning
Oil Conditioning menggunakan Oil Conditioner yang berupa instalasi pemulih kondisi minyak
pelumas. Instalasi ini dapat terpasang secara tetap dan merupakan bagian dari sistem
pelumasan, atau instalasi mobile (dapat dipindah).
Perlengkapan yang ada di dalam instalasi Oil Conditioner diantaranya Pompa sirkulasi, Mesh
Filter, Magnetic Filter, Heater, Gas Extractor dan Centrifuges.
Instalasi Oil Conditioner hihubungkan dengan tangki minyak pelumas pada sistem pelumasan.
Secara kontinyu, sebagian kecil minyak pelumas disirkulasikan melalui instalasi Oil Conditioner.
Minyak pelumas yang sudah bersih langsung dikembalikan ke tangki, atau disimpan di dalam
tangki cadangan. Bila level minyak pelumas di dalam tangki turun, maka ditambahkan minyak
pelumas baru atau minyak pelumas yang sudah dibersihkan.