Agama dan Masyarakat Ekonomi dan Agama (1)

BAB 1
LAPORAN BUKU
1.1 PENGERTIAN EKONOMI
Pengertian

secara

istilah

(terminologi),

ilmu

ekonomi

adalah

sebagai

berikut: pertama,menurut Albert L. Meyers, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempersoalkan
kebutuhan dan pemuasan kebutuhan manusia. Kedua, menurut J.L. Meij mengemukakan bahwa

ilmu ekonomi ialah ilmu tentang usaha manusia mencapai kemakmuran, karena manusia itu
termasuk makhluk ekonomi (homo economicus). Ketiga, Samuelson dan Nordhaus berpendapat
bahwa ilmu ekonomi merupakan studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara
menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa penggunaan alternatif
penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, kemudian menyalurkannya, baik
saat ini maupun di masa depan kepada individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat. Pada
hakikat ilmu ekonomi berkaitan dengan perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam
mencapai kemakmuran dengan proses operasional, produksi dan distribusi komoditi dalam
masyarakat.1
1.2 PENGERTIAN AGAMA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal
dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".. Kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepada Tuhan.
Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa
Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa,
1 http://www.ekoonomi.com/2016/07/pengertian-ekonomi.html?m=1.diakses :selasa 21 maret,2017,

20:00

KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

1

merenungkan

hati-hati

tentang

hal-hal

ilahi,

kesalehan"

(


kemudian

selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti " ketekunan " ). Max Müller menandai banyak
budaya lain di seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang memiliki
struktur kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama kuno hari ini,
mereka akan hanya disebut sebagai "hukum".
Banyak bahasa memiliki kata-kata yang dapat diterjemahkan sebagai "agama", tetapi mereka
mungkin menggunakannya dalam cara yang sangat berbeda, dan beberapa tidak memiliki kata
untuk mengungkapkan agama sama sekali. Sebagai contoh, dharma kata Sanskerta, kadangkadang diterjemahkan sebagai "agama", juga berarti hukum. Di seluruh Asia Selatan klasik, studi
hukum terdiri dari konsep-konsep seperti penebusan dosa melalui kesalehan dan upacara serta
tradisi praktis. Medieval Jepang pada awalnya memiliki serikat serupa antara "hukum
kekaisaran" dan universal atau "hukum Buddha", tetapi ini kemudian menjadi sumber
independen dari kekuasaan.
Tidak ada setara yang tepat dari "agama" dalam bahasa Ibrani, dan Yudaisme tidak membedakan
secara jelas antara, identitas keagamaan nasional, ras, atau etnis. Salah satu konsep pusat adalah
"halakha" , kadang-kadang diterjemahkan sebagai "hukum" ",yang memandu praktik keagamaan
dan keyakinan dan banyak aspek kehidupan sehari-hari.2

1.3 TESIS WEBER “ETIKA PROTESTAN DAN SEMANGAT KAPITALISME”
Selama kurang lebih tiga dekade ini terjadi perkembangan luar biasa dalam disiplin

ekonomi. Studi hubungan antara ekonomi dan agama memiliki akar pemikiran panjang bermula
ketika Weber melontarkan tesisnya yang terkenal yakni keterkaitan antara etika protestan dan
semangat kapitalisme. Tesis Weber ini memperlakukan ekonomi sebagai fariabel dependen
sementara agama sebagai fariabel independen. Sejak tulisan Weber yang terkenal mengenai efek
etika protestan terhadap perkembangan nasional ilmuan sosial kemudian menghubungkan
protestanisme dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Faktanya protestanisme
berkolerasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Tesis Weber itu
2 http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-agama.html?m=1:diakses:selasa 21
maret 2017 :20:15
KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

2

sendiri muncul sebagai bentuk kritik terhadap pandangan Marx yang menganggap bahwa budaya
hanya merupakan ekspresi dari tatanan ekonomi yang berlaku dimasyarakat. Inti tesis Weber
ialah bahwa kapitalisme yang berkembang di dunia barat disebabkan oleh etika protestan yang di
dalamnya terdapat asketisme “dalam dunia”. Karakteristik etika tersebut ialah kerja keras, jujur,
profesional, hemat, dan penuh perhitungan. Hasilnya, surplus ekonomi yang diinvestasikan
kembali kedalam isaha-usaha ekonomi produktif sehingga menimbulkan efek ekonomi ganda.
Dalam jangka panjang, proses demikian mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Agama protestan terutama beberapa sekte di dalamnya seperti Calvinisme, puritanisme,
Metodisme, dan beberapa sekte baptis lain, memiliki ciri etika yang sama melihat bahwa takdir
manusia baik di dunia maupun di akhirat sangat ditentukan oleh sikap dan perilakunya dunia.
Hal ini sangat berbeda dengan doktrin katolik yang diwarnai oleh kecenderungan menarik
diri dari dunia. Doktrin takdir Calvinisme mengajarkan bahwa hanya sedikit umat manusia yang
terpilih Tuhan. Oleh karena itu, untuk mendapatkannya seseorang harus bekerja secara sungguhsunggu.
Etika protestan memiliki karakteristik yang berbeda dan tidak dapat ditemukan pada agama
katolik. Etika protestan merupakan rasionalisme ekonomi dari aktivitas keduniaan yang
dilakukan seseorang. Ajaran agama katolik menyatakan bahwa aktivitas keduniaan merupakan
bentuk materialisme yang harus dihindari. Etika seperti ini menjadi penghambat bagi
pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat atau negara.
Weber meneliti agama-agama besar dunia seperti Konfusianisme, Hindu, Buddha, Islam,
dan Yahudi. Studinya terhadap berbagai agama besar dunia tersebut ditunjukkan untuk
memastikan apakah dalam agama-agama tersebut terdapat etika yang menyerupai etika
protestan, kemudian dikaitkan dengan perkembangan ekonomi setiap agama. Setiap agama,
menurut Weber terdapat di dalamnya etika ekonomi, tetapi masalahnya apakah etika tersebut
diekspresikan dalam kehidupan nyata atau tidak, itulah pokok persoalan yang menyebabkan
tingkat perkembangan ekonomi berbeda antar masyarakat.

KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)


3

1.4 TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM AGAMA
Teori pilihan rasional dalam agama pada dasrnya merupakan teori yang ditujukan untuk
memahami agama melalui modal penjelasan ekonomi. Aplikasi model penjelasan ekonomi yang
diterapkan

terutama

prinsip

ekonomi,

yakni

bagaimana

manusia


dimotivasi

untuk

memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Pendekatan pilihan rasional dalam
kehidupan sosial bersumber langsung dari teori ekonomi neoklasik.
Teori ini berusaha melihat fenomena agama dalam kaitannya dengan ekonomi secara
objektif. Dalam perspektif teori pilihan rasional, derajat religiusitas , misalnya, diukur dari
kehadiran atau keterlibatan dalam aktifitas gereja, kepercayaan atas surga dan neraka, dan
kepercayaan kehidupan setelah kematian. Penurunan derajat religiositas dibeberapa Negara
menjadi fenomena umum seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi.
Teori pilihan rasional dalam agama kenyataannya merupakan teori yang lebih banyak
dipengaruhi oleh teori teori ekonomi. Beberapa ekonom berusaha mengaplikasi teori teori.
Ekonomi untuk menjelaskan berbagai fenomena sosial terutama dalam hal ini ialah agama.
Dalam teori pilihan rasional digunakan beberapa asumsi yang sama ketika menjelaskan
persoalan ekonomi, misalnya aktor diasumsikan bertindak secara rasional dalam pengertian yang
luas.
Sebagaimana teori ekonomi lain pada umumnya, teori pilihan rasional juga menghasilkan
prediksi-prediksi dari kerangka teori yang diterapkannya.
1.5 AGAMA DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Stratifikasi sosial merupakan tema utama dalam sosiologi. Stratifikas sosial dalam berbagai
studi, sosiologi diperlalkukan sebagai variable independent yang memengaruhi banyak aspek
kehidupan sosial. Stratifikasi sosial menunjuk kepada sistem pelapisan masyarakat yang
didalamnya terdapat stratum atau kelas sosial yang tersusun secara hirarkis. Sekalipun telah
banyak mendapat perhatian dari para sosiolog, masih terdapat ambiguitas berkaitan dengan
berbagai konsep yang berkaitan dengan stratifikasi sosial. Posisi sosioekonomi seringkali
didefinisikan menggunakan ukuran pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Studi empiris
berdasarkan pada kategori-kategori itu merupakan bentuk dasar analisis sosioekonomi,
sebagaimana mereka menunjukkan kesenjangan struktural yang ada dimasyarakat. Studi-studi
KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

4

sosiologis yang relevan dengan stratifikasi sosial menunjukan bahwa variable kelas sosial
merupakan variable penting dalam membentuk perilaku seseorang termasuk religiositas. Studi
yang dilakukan di Israel Katz-Gero et al. (2009), misalnya, menunjukkan bahwa kelas lebih
berpengaruh dari pada status sebagai variable determinal partisipasi kultural.
Dalam hal kaitan antara stratifikasi sosial dan agama muncul pertanyaan mendasar yang
menjadi topik banyak studi. Pertanyaan tersebut ialah apakah ketimpangan ekonomi yang terjadi
disuatu masyarakat mempunyai dampak terhadap tingkat religiositas masyarakat.

Berdasarkan uraian keterkaitan antara stratifikasi sosial dan agama dapat diperoleh beberapa
kesimpulan. Pertama, sekalipun beberapa agama dalam ajarannya bersifat egaliter, artinya
kedudukan manusia pada dasarnya sama, dalam praktiknya dimasyarakat, stratifikasi sosial tetap
terjadi. Stratifikasi sosial yang terbentuk pada umumnya berdasarkan pada keturunan. Kedua,
secara teoretis dan empiris, tidak ada penjelasan dan bukti yang meyakinkan dan konsisten untuk
menyatan apakah nilai-nilai agama mendorong, menghambat, atau netral dalam kaitannya
dengan gerakan sosial dalam kerangka perubahan struktur sosial. Ketiga, distingsi sosial yang
terjadi pada beberapa komunitas agama lebih bersifat horizontal bukan vertikal. 3

3 Sindung Haryanto, Sosiologi Agama: Dari Klasik Hingga Postmodern (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2015) hlm 131162

KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

5

BAB 2
PENDAPAT PARA AHLI DAN ANALISA KELOMPOK

2.1 Etika Protestan dalam ekonomi
 Kenneth Boulding (1970), menyatakan agama memberikan pengaruh yang tak

dapat diabaikan dalam perekonomian. Agama menentukan keputusan jenis
komoditas yang diproduksi, kelembagaan ekonomi, dan perilaku ekonomi.
Meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi, investasi, serta sumber daya alam,
merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ekonomi,
agama juga dipertimbangkan sebagai elemen penting karena berperan membentuk
etos kerja masyarakat.
 Robert N Bellah, yang terpukau dengan kemajuan ekonomi Jepang, melakukan
kajian mengenai pengaruh agama Tokugawa terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat negeri matahari terbit ini. Senada dengan Weber, dalam bukunya
Tokugawa Religion: The Values of Pre-Industrial Japan (1985), Bellah
menyatakan nilai kerja keras meraih kesuksesan di dunia juga terdapat dalam
agama Tokugawa. Menurut Bellah, nilai tersebutlah yang menjadi pondasi
bangunan

kapitalisme

Jepang

dengan


perkembangan

ekonominya

yang

menakjubkan. Lebih jauh Bellah juga menganggap kewirausahaan Cina, yang kini
masih kita rasakan hantamannya di seluruh dunia, tumbuh dan berkembang dalam
pelukan Confusianisme.4
Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa Agama sangat berpengaruh dalam system
perekonomian suatu Negara, dimana agama mampu mengatur etos kerja masyarakat. Agama
mampu memberikan arahan agar pemeluknya bisa memperlakukan ekonomi dengan sebaikbaiknya, bagaimana Jemaah mampu meminimalisir kerugian dan memaksimalkan keuntungan.
Agama dapat mempengaruhi sistem perekonomian suatu dan berdampak signifikan, apabila
agama tersebut adalah agama mayoritas disuatu Negara.
4 http://faisal-wibowo.blogspot.co.id/2013/01/ekonomi-dan-agama.html?m=1 (diakses 21 maret 2017)
KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

6

2.2 Teori pilihan rasional dalam agama
 Buchanan (1972) menjelaskan bahwa Teori Pilihan Rasional adalah teori ekonomi
neoklasik yang diterapkan pada sektor publik yang mencoba menjembatai antara
ekonomi mikro dan politik dengan melihat pada tindakan warga, politisi, dan
pelayan publik sebagai analogi terhadap kepentingan pribadi dan konsumen.
 Coleman (1994) memberikan gagasan mengenai teori pilihan rasional bahwa
“orang-orang bertindak secara purposif menuju tujuan, dengan tujuan (dan
demikian juga tindakan-tindakan) yang dibentuk oleh nilai-nilai atau preferensi”.
Dia juga menambahkan bahwa bagi aktor rasional yang berasal dari ekonomi,
dalam

memilih

tindakan-tindakan

tersebut

seorang

aktor

akan

lebih

memaksimalkan utilitas, atau pemenuhan kepuasan kebutuhan dan keinginan
mereka. Jadi pada intinya konsep yang tepat mengenai pilihan rasional adalah
ketika seseorang memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau
yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
 Heckathorn, dalam (Ritzer and Smart, 2001), memandang bahwa memilih itu
sebagai tindakan yang bersifat rasional dimana pilihan tersebut sangat
menekankan pada prinsip efisiensi dalam mencapai tujuan dari sebuah tindakan.
Asumsi pokok dalam pilihan rasional tersebut adalah sebagai berikut: Pada bagian
lain, Heckathorn juga menyatakan bahwa, dilihat dari struktur umum teori pilihan
rasional, ternyata mencakup beberapa terminologi teoritik sebagai berikut; (1)
Sekumpulan aktor yang berfungsi sebagai pemain dalam sistem, (2) Alternatifalternatif yang tersedia bagi masing-masing aktor, (3) Seperangkat hasil yang
mungkin diperoleh dari sejumlah alternatif yang tersedia bagi aktor, (3)
Seperangkat hasil yang mungkin diperoleh dari sejumlah alternatif yang tersedia
bgai aktor, (4) Pemilihan kemungkinan hasil oleh aktor dan (5) Harapan aktor
terhadap akibat dari parameter-parameter sistem.5

5 http://imasarahnabila.blogspot.co.id/2013/01/defiisi-teori-pilihan-rasional.html?m=1 (diakses 21
Maret 2017)
KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

7

Dalam teori pilihan rasional, masyarakat disini cenderung memilih mana hal yang dapat
berdampak positif baginya, agama juga termasuk didalamnya. Agama dalam pilihan rasional ini
diibaratkan sebagai produsen pasar perekonomian, dan masyarakat adalah sebagai konsumen,
jika konsumen tidak merasa puas lagi dengan apa yang diberikan oleh produsun, maka
kemungkinan besar konsumen akan beralih ke produsen yang lain yang lebih berdampak positif
baginya.
2.3 Agama dan Stratifikasi sosial
 Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk /
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
 Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification”
mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang
tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
 Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam
lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.6
Stratifikasi sosial adalah pengelompokan masyarakat menjadi kelompok-kelompok tertentu,
sesuai dengan status yang dimiliki. Stratifikasi sosial ini telah menjadi tatanan yang sulit di
dirubah dalam masyarakat. Status sosial seringkali menjadi pembanding dalam perlakuan sosial
dimasyarakat, contohnya orang yang tingkat perekonomiannya diatas rata-rata diperlakuka
istimewa dalam masyarakat, tetapi orang yang tingkat perekonomiannya dibawah garis
kemiskinan , mereka dipandang sebelah mata dalam masyarakat

BAB 3
REFLEKSI TEOLOGIS BAGI GEREJA MASA KINI
Agama adalah wadah untuk orang-orang percaya akan kehadiran yang maha kuasa,
bahwa ada sesuatu yang tertinggi, dan itulah yang disebut dengan TUHAN. Agama mengatur
6 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial (diakses 21 maret 2017
KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

8

setiap aktifitas dari para penganutnya, termasuk dalam hal pengaturan dan pengelolaan ekonomi.
Dapat dilihat dalam materi tadi, bahwa Agama sangat mempengaruhi dalam perkembangan
ekonomi suatu Negara, karena dalam Agama-Agama juga membicarakan mengenai ekonomi.
Ada banyak agama di Bumi ini dan sistem pengaturan ekonomi yang berbeda-beda, ada yang
dapat langsung meningkatkan perekonomian suatu Negara ada yang melalui tahap demi tahap,
ada pula yang malah tidak berdampak kepada Negara tersebut. Agama Protestan adalah salah
satu agama yang berdampak dalam perkembangan sistem perekonomian suatu Negara, karena
Agama Protestan

mengajarkan mengenai etika dalam bidang ekonomi, bagaimana cara

mengelola Ekonomi dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Gereja dalam hal ini yang adalah tempat untuk mengajarkan dan

mempraktekan

mengenai bagaimana cara memperlakukan ekonomi dengan baik, harus benar-benar
melakukannya sesuai dengan yang diajarkan. Gereja harus menjadi contoh yang patut diteladani
dalam hal pengelolaan ekonomi agar dapat membangun jemaat, karena ekonomi juga adalah
faktor pendukung dalam menjalankan suatu pelayanan. Tetapi banyak ditemui saat ini Gereja
justru melakukan pelanggaran-pelanggaran atau melakukan penyelewengan dalam hal
pengelolaan ekonomi, bukan hanya Gereja saja tetapi lembaga-lembaga keagamaan juga yang
telah mengetahui cara mengelola perekonomian dengan baik, malah melakukan penyelewengkan
dalam hal ekonomi tersebut dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat untuk
membenarkan penyelewengan tersebut.
Jemaat sangat membutuhkan peran Gereja dalam mengatur mereka untuk mengelola
ekonomi, jangan sampai jemaat menjadi hamba uang dan menjauhkan diri dari Gereja,
melainkan Gereja harus merangkul jemaat. Gereja jangan hanya memberitakan bagaimana cara
berbuat baik, bagaimana cara menyembah Tuhan, dan bagaimana cara bersyukur kepada Tuhan,
jika Gereja hanya begitu saja, maka Gereja akan terkudeta oleh paham-paham yang mengatur
tentang hal-hal sosial. Gereja harus membuka diri dalam hal-hal sosial dalam hal ini Ekonomi,
gereja harus mempromosikan Ekonomi dengan identitas Kekristenan dalam hal ini protestan dan
mampu berkamuflase dengan perubahan zaman.
Dalam teori pilihan rasional, melihat bahwa setiap agama dalam hal ini juga termasuk
Gereja berada dalam kondisi persaingan untuk memperebutkan sebanyak mungkin Jemaah, ini
sama seperti sistem pasar perekonomian bagaimana cara untuk mendapat keuntungan dengan
KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

9

melakukan manufer-manufer tertentu. Gereja hendaknya jangan seperti itu, jangan hanya sibuk
mengkristenkan, tetapi yang utama adalah pengajaran yang diberikan. Apa guna banyak jemaat
tetapi tidak berperilaku halnya seorang Kristen yang sesungguhnya. Gereja sama halnya dengan
Produsen Ekonomi dan jemaat adalah konsumen Ekonomi, jika konsumen tidak mendapatkan
apa yag mereka inginkan maka konsumen akan mengganti produsen yang lebih menguntungkan.
Oleh karena itu gereja harus memberikan terobosan-terobosan baru dalam hal pengajaran dan
gereja harus masuk lebih dalam dan lebih membuka diri dalam hal-hal sosial. Jika kita melihat
kedalam hal-hal yang terjadi saat ini di dalam sistem tatanan sosial masyarakat banyak terjadi
stratifikasi sosial yang terjadi seperti, orang dengan tingkat perekonomian diatas rata-rata mereka
cenderung diperlakukan lebih dalam masyarakat, tetapi orang yang tingkat perekonomiannya
rendah atau berada dalam garis kemiskinan mereka cenderung disepelekan atau dipandang
sebelah mata dalam masyarakat. Disinilah peran gereja, bagaimana gereja memberikan terobosan
baru dengan merangkul itu, dan memberikan pemahaman bahwa semua manusia itu sama di
mata Tuhan, baik yang miskin maupun yang kaya. Artinya tidak ada stratifikasi sosial karena
keselamatan yang diberikan berlaku secara Universal bukan hanya kepada strata sosial tertentu.
Gereja harus mampu memberikan transformasi terhadap pemahaman sosial yang telah menjadi
tatanan dalam masyarakat agar gereja mampu bersaing dengan perkembangan pemikiran modern
yang ada di masyarakat, jika Gereja tidak melakukan itu, maka Gereja akan termakan oleh
waktu.
Pada abad-abad pertengahan, mulai ada penolakan mengenai hal-hal yang berbau
metafisik seperti halnya mengenai hal keTuhanan dan mulai ada pertanyaan yang meragukan
kepada lembaga-lembaga dalam hal ini lembaga agama. Oleh karena itu agamapun mulai
berkamuflase dengan masuk dalam bidang-bidang sosial seperti Politik, Ekonomi dan paham
paham sosial lainya. Jika Agama tidak menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman maka
agama akan terkudeta. Oleh karena itu gereja jangan hanya fokus ke ajaran tetapi harus
membuka diri kepada setiap fenomena-fenomena sosial yang ada dan sedang berkembang.
Daftar pustaka
Haryanto Sindung, Sosiologi Agama (Dari Klasik Hingga Postmodern)Yogyakarta ARRuzz Media 2015

KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

10

Sumber internet:
http://www.ekoonomi.com/2016/07/pengertian-ekonomi.html?m=1.
http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-agama.html?m=1
http://faisal-wibowo.blogspot.co.id/2013/01/ekonomi-dan-agama.html?m=1
http://imasarahnabila.blogspot.co.id/2013/01/defiisi-teori-pilihan-rasional.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial

KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA)

11