Karakteristik Sosial Demografi dan Konsu
Karakteristik Sosial Demografi dan Konsumsi Zat Besi pada Ibu
Hamil Berdasarkan Data Studi Diet Total (SDT) Tahun 2014 di
Indonesia
Sociodemographic characteristics and iron consumption of pregnant women based on Total Dietary Study
(SDT) year 2014 in Indonesia
Safrullah Amir1, Susetyowati2, Arta Farmawati3
1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM
Departemen Gizi Kesehatan FK UGM
3
Bagian Biokimia FK UGM
2
ABSTRACT
Background: Pregnant women are the group most susceptible to iron deficiency anemia. This occurs as a
consequence of significantly increased iron intake during pregnancy. The efforts of pregnant women to
compensate for the increasing need for iron depend on various sociodemographic characteristics. Objective: to
analyze the relationship between sociodemographic characteristics with iron consumption of pregnant women
in Indonesia. Design: This research is observational study design with cross sectional appr oach using
secondary data from Total Dietary Study (SDT) year 2014. Total of 644 pregnant women who pa rticipated in
SDT fulfilling the inclusion and exclusion criteria were assessed for their level of consumption. Consumption
survey in the form of 24-hour Dietary Recall processed using Nutrisurvey software and Indonesian Food
Composition Table (TKPI) to describe the consumption of iron. The analysis continued using statistics by
including various characteristics in pregnant women. Results: The results of this study found that level of
education, employment status, economic status, and residence of pregnant women are significantly related to
iron consumption (p-value> 0,05). Conclusions: Pregnant women with high education, working status,middle to
upper economic status, and living in urban areas showed better iron consumption.
KEY WORDS: iron; pregnant women; anemia in pregnancy; iron deficiency anemia
ABSTRAK
Latar belakang: Ibu hamil merupakan kelompok paling rentan terhadap anemia defisiensi zat besi. Hal ini
terjadi sebagai konsekuensi terjadinya peningkatan kebutuhan zat besi secara signifikan selama kehamilan.
Upaya ibu hamil dalam mengimbangi peningkatan kebutuhan zat besi sangat bergantung pada berbagai
karakteristik sosial demografi. Tujuan: Menganalisis hubungan karakteristik sosial demografi dengan konsumsi
zat besi ibu hamil di Indonesia. Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional
menggunakan data sekunder Studi Diet Total (SDT) tahun 2014. Sebanyak 644 ibu hamil yang berpartisipasi
dalam SDT yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dinilai tingkat konsumsinya. Survei konsumsi berupa
hasil food recall 24 jam diolah menggunakan Software Nutrisurvey dan Tabel Komposisi Pangan Indonesia
(TKPI) untuk menggambarkan konsumsi zat besi. Analisis dilanjutkan menggunakan statistik dengan
menyertakan berbagai karakteristik pada ibu hamil. Hasil: tingkat pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi,
dan tempat tinggal ibu hamil berhubungan secara signifikan dengan konsumsi zat besi pada ibu hamil (pvalue>0,05). Simpulan: ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi, status bekerja, berada pada status ekonomi
menengah ke atas, dan berdomisili di daerah perkotaan menunjukkan konsumsi zat besi yang lebih baik.
KATA KUNCI: zat besi; ibu hamil; anemia ibu hamil; anemia defisiensi besi
Korespondensi: Safrullah Amir, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, +62-852-9838-3534, safrullah.amir@mail.ugm.ac.id
1
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
PENDAHULUAN
Anemia masih menjadi masalah kesehatan
Status
ekonomi
keluarga
berpengaruh
masyarakat global yang dialami baik negara maju
terhadap kemampuan dan daya beli dalam rumah
maupun negara berkembang. Ibu hamil merupakan
tangga. Tingkat pendapatan menentukan kualitas
salah satu kelompok yang paling rentan terhadap
dan kuantitas hidangan. Dengan kondisi ekonomi
anemia. Berbagai risiko diasosiasikan seiring
lebih baik akan memberikan jaminan terpenuhinya
meningkatnya prevalensi anemia pada ibu hamil
kebutuhan ibu hamil. Rumah tangga dengan status
(1).
ekonomi rendah memiliki kecenderungan lebih
Berbagai intervensi telah diupayakan untuk
menurunkan
prevalensi
anemia.
Meskipun
demikian, kejadian anemia masih menunjukkan
rendah pula dalam pemenuhan zat besi yang
bernilai biologis tinggi (6-8).
Pemenuhan
kebutuhan
dalam
keluarga
prevalensi yang tinggi. World Health Organization
mendorong partisipasi anggota rumah tangga untuk
(WHO)
bekerja. Keterlibatan perempuan berimbas pada
pada
tahun
2011
memperkirakan
prevalensi anemia pada ibu hamil secara global
meningkatnya
mencapai angka 38%. Selain itu, WHO juga merilis
Namun, beban kerja yang berat, lamanya waktu
sebaran anemia berdasarkan wilayah. Negara-
bekerja serta peran ganda perempuan utamanya
negara Asia Tenggara, Mediterania, dan Afrika
dalam
merupakan wilayah dengan beban anemia paling
kebutuhan zat gizi yang dapat berakibat pada suatu
berat (2).
kerentanan terhadap masalah malnutrisi dalam
sumber
keadaan
hamil
pendapatan
akan
keluarga.
meningkatkan
Indonesia merupakan salah satu negara
kehamilan. Selain itu, ibu hamil dengan aktivitas
dengan angka prevalensi anemia tertinggi pada ibu
yang padat terkadang mengalami kesulitan dalam
hamil. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
pengaturan
(Riskesdas) tahun 2013 prevalensi anemia pada ibu
mengonsumsi makanan cepat saji (6).
hamil secara nasional mencapai 37,1%. Angka ini
pola
makan
dan
cenderung
Karakteristik rumah tangga berupa banyaknya
menunjukkan prevalensi yang hampir mencapai
anggota keluarga dan
masalah kesehatan masyarakat tingkat berat (3).
memengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan
keberadaan balita turut
Tingkat konsumsi zat besi pada ibu hamil
pembagian ragam makanan yang dikonsumsi dalam
melibatkan faktor sosial, ekonomi, dan demografi.
keluarga. Ibu hamil yang memiliki anggota
Berbagai hasil penelitian menguatkan asumsi
keluarga dalam jumlah banyak dengan ketersediaan
bahwa karakteristik populasi menentukan pola,
makanan yang terbatas akan berusaha membagi
sikap, dan kebiasaan makan individu. Pendidikan
makanan sehingga jumlah asupan yang dikonsumsi
dan status ekonomi merupakan determinan utama
tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dapat
yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan
berpengaruh pada kemampuan ibu hamil untuk
pada ibu hamil. Pola makan sehat tergambar pada
mencapai tingkat asupan yang baik, utamanya zat
ibu hamil dengan level pendidikan yang lebih
besi (9).
tinggi. Hal ini terlihat pada tingkat konsumsi zat
Kondisi demografis dimana ibu hamil tinggal
besi dimana perempuan dengan level pendidikan
menentukan
lebih tinggi cenderung mengonsumsi zat besi lebih
tertentu. Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil
tinggi pula (4-5).
yang tinggal di daerah terpencil memiliki tingkat
akses
terhadap
sumber
pangan
2
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
asupan yang lebih rendah dalam zat besi. Hal ini
harus
cukup beralasan sebab masyarakat yang tinggal di
pengumpulan data food recall 24 jam dilakukan.
pedesaan memiliki akses pangan sumber nabati
Kondisi
yang baik, namun terbatas dalam pemenuhan
ditelusuri melalui kuesioner SDT. Sementara itu,
sumber protein bernilai biologis tinggi (10).
subjek penelitian yang memiliki data survei
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
konsumsi, keterangan individu, atau keterangan
berusaha menggambarkan konsumsi zat besi pada
rumah tangga yang tidak lengkap akan dieksklusi.
berada
dalam
kesehatan
kondisi
subjek
sehat
penelitian
saat
dapat
ibu hamil di Indonesia dengan mempertimbangkan
berbagai karakteristik sosial demografi.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional dengan rancangan penelitian crosssectional
untuk
menggambarkan
asosiasi
karakteristik sosial demografi dan konsumsi zat
besi pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan
data
Studi
Diet
dikumpulkan
Pengembangan
Total
oleh
(SDT)
Badan
Kesehatan
yang
telah
Penelitian
dan
(Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2014 dengan menyertakan keterwakilan ibu hamil
pada 33 provinsi di Indonesia.
Gambar 1. Bagan Penarikan Sampel
Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Variabel yang diteliti merupakan variabel
ibu hamil yang berpartisipasi dalam Studi Diet
berskala kategorik-numerik yang terbagi menjadi
Total (SDT) tahun 2014 di Indonesia dengan bagan
dua variabel utama. Variabel karakteristik sosial
penarikan sampel sebagaimana ditunjukkan pada
demografi
Gambar 1.
pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi,
ibu
hamil
meliputi
usia,
tingkat
Sampel penelitian dalam SDT menggunakan
tempat tinggal, jumlah anggota rumah tangga, dan
data rumah tangga yang sudah tersedia dalam
keberadaan balita. Variabel karakteristik sosial
Riskesdas 2013. Untuk mendapatkan sampel
demografi ibu hamil akan dihubungkan dengan
individu, rumah tangga di Blok Sensus (BS) yang
variabel dependen, yaitu konsumsi zat besi.
sudah dikunjungi saat Riskesdas 2013 diambil
Konsumsi zat besi diperoleh dari hasil food
secara acak. Di antara anggota rumah tangga yang
recall 24 jam yang dianalisis menggunakan
berhasil dikunjungi, 644 individu di antaranya
program Nutrisurvey dikombinasikan dengan Tabel
merupakan ibu hamil.
Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) dengan
Karakterisitik subjek yang akan dimasukkan
keluaran data berskala rasio yang dinyatakan dalam
dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria
mg. Sementara untuk variabel karakteristik sosial
inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Selain
demografi masing-masing diklasifikasikan untuk
merupakan ibu hamil, subjek dalam penelitian ini
memudahkan tahap identifikasi.
3
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Usia ibu hamil dinyatakan dalam tahun yang
dikategorikan
berdasarkan
menjadi
kelompok
bertujuan
untuk
melihat
perbedaan
Kecukupan Gizi (AKG) menjadi 13-15 tahun, 16-
dan status ekonomi ibu hamil yang dilanjutkan
18
dengan uji post hoc menggunakan uji Mann-
tahun,
dan
tabel
Wallis
konsumsi zat besi menurut usia, status pekerjaan,
19-29
dalam
usia
Angka
tahun,
klasifikasi
4
keberadaan balita. Sementara itu, Uji Kruskall-
30-49
tahun.
Pendidikan ibu hamil merupakan pendidikan
Whitney untuk
formal terakhir yang telah ditamatkan ibu hamil,
antarkelompok
dikategorikan rendah jika tidak menyelesaikan
ditetapkan sebasar 95% dengan nilai signifikansi
pendidikan SMA dan tinggi jika menyelesaikan
kurang dari 0,05 (p4 orang.
Total (SDT) tahun 2014 yang dilaksanakan oleh
Analisis statistik dilakukan secara univariat
dan
bivariat.
dilakukan
Kementerian Kesehatan. Sebanyak 644 ibu hamil
menggunakan distribusi frekuensi untuk variabel
diikutsertakan dalam penelitian ini. Karakteristik
kategorik dan ukuran tendensi sentral (median)
responden meliputi usia, tingkat pendidikan, status
untuk
pekerjaan, status ekonomi, tempat tinggal, jumlah
variabel
bertujuan
Analisis
numerik.
menggambarkan
univariat
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Distribusi
frekuensi
karakteristik
sosial
demografi ibu hamil dan variabel kategorik
konsumsi
enhancer
sedangkan
ukuran
dan
1.
besi
Konsumsi zat besi dalam penelitian ini
bertujuan
diperoleh dari hasil pengolahan survei konsumsi
menggambarkan nilai median variabel numerik
makanan menggunakan aplikasi Nutrisurvey. Hasil
konsumsi zat besi, enhancer zat besi, dan inhibitor
analisis
zat besi ibu hamil. Analisis bivariat menggunakan
menggunakan distribusi frekuensi. Uji sebaran data
metode Mann Whitney dan Kruskall Wallis. Uji
konsumsi zat besi pada ibu hamil di Indonesia tidak
Mann Whitney bertujuan untuk melihat perbedaan
terdistribusi normal sehingga data konsumsi zat
konsumsi zat besi berdasarkan tingkat pendidikan,
besi disajikan dalam median (min-maks). Dalam
tempat tinggal, jumlah anggota rumah tangga, dan
penelitian ini ditemukan bahwa nilai median
inhibitor
tendensi sentral
zat
ART, dan keberadaan balita disajikan dalam Tabel
diidentifikasi
secara
univariat
4
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
konsumsi zat besi ibu hamil menunjukkan angka
8,2 mg dengan rentang antara 0-65 mg/hari.
hamil.
Letak
signifikansi
pada
variabel
status
pekerjaan dan status ekonomi ditentetukan dengan
Tabel 1. Karakteristik Responden
Variabel
Usia
13-15
16-18
19-29
30-49
Tingkat Pendidikan
Rendah
Tinggi
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja
Bekerja
Sekolah
Status Ekonomi
Terbawah
Menengah Bawah
Menengah
Menengah Atas
Teratas
Tempat Tinggal
Pedesaan
Perkotaan
Jumlah ART
Besar
Kecil
Balita
Ada
Tidak
uji post hoc menggunakan uji Mann-Whitney.
n
%
3
28
336
277
0,47
4,35
52,17
43,01
373
271
57,92
42,08
436
202
6
67,70
31,37
0,93
117
115
129
149
134
18,17
17,86
20,03
23,14
20,81
351
293
54,50
45,50
265
379
41,15
58,85
memberikan kemudahan dalam penentuan tingkat
210
434
32,61
67,39
Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Berdasarkan hasil uji tersebut, perbedaan konsumsi
zat besi pada variabel status pekerjaan hanya
terlihat pada ibu hamil yang bekerja dan tidak
bekerja. Sementara untuk variabel status ekonomi,
(Sumber: Data Studi Diet Total, 2014)
ibu hamil yang berada pada kuintil ekonomi
menengah ke bawah
menunjukkan perbedaan
nyata dengan kuintil ekonomi menengah atas
hingga teratas.
BAHASAN
Data riwayat konsumsi ibu hamil yang
dianalisis menggunakan program Nutrisurvey dapat
diidentifikasi jumlah asupan zat gizinya. Hal ini
pemenuhan kebutuhan zat besi berdasarkan tabel
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun
dengan
2013, kebutuhan zat besi perempuan yang berada
menyertakan karakteristik sosial demografi ibu
pada usia reproduktif sebesar 26 mg/hari. Pada
hamil sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2.
kondisi hamil terjadi penambahan kebutuhan yang
Analisis
bivariat
dilakukan
Data awal yang diperoleh diuji sebaran data
berkisar antara 9-13 mg/hari. Merujuk pada
dan variannya untuk menentukan jenis uji statistik
kebutuhan zat besi ibu hamil dalam tabel AKG,
yang akan digunakan. Sebaran data konsumsi zat
sebanyak 626 (97,2%) responden tidak memenuhi
besi tidak normal sehingga digunakan uji alternatif.
kebutuhan minimal yang direkomendasikan. Hal
Uji
untuk
ini sejalan dengan penelitian Ferawati (2016) yang
menggambarkan hubungan tingkat pendidikan,
menemukan bahwa ibu hamil hanya mampu
tempat tinggal, jumlah anggota rumah tangga, dan
memenuhi ketercukupan Vitamin A, namun dalam
keberadaan balita dengan konsumsi zat besi.
konsumsi energi, protein, zat besi, Vitamin C, dan
Sedangkan uji Kruskall-Wallis digunakan untuk
kalsium masih berada di bawah angka kecukupan
menggambarkan hubungan usia, status pekerjaan,
gizi (11).
Mann-Whitney
digunakan
dan status ekonomi dengan konsumsi zat besi.
Konsistensi
penelitian
Ferawati
(2016)
adanya
ditegakkan oleh temuan dalam penelitian Fatimah,
hubungan bermakna (p-value
Hamil Berdasarkan Data Studi Diet Total (SDT) Tahun 2014 di
Indonesia
Sociodemographic characteristics and iron consumption of pregnant women based on Total Dietary Study
(SDT) year 2014 in Indonesia
Safrullah Amir1, Susetyowati2, Arta Farmawati3
1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM
Departemen Gizi Kesehatan FK UGM
3
Bagian Biokimia FK UGM
2
ABSTRACT
Background: Pregnant women are the group most susceptible to iron deficiency anemia. This occurs as a
consequence of significantly increased iron intake during pregnancy. The efforts of pregnant women to
compensate for the increasing need for iron depend on various sociodemographic characteristics. Objective: to
analyze the relationship between sociodemographic characteristics with iron consumption of pregnant women
in Indonesia. Design: This research is observational study design with cross sectional appr oach using
secondary data from Total Dietary Study (SDT) year 2014. Total of 644 pregnant women who pa rticipated in
SDT fulfilling the inclusion and exclusion criteria were assessed for their level of consumption. Consumption
survey in the form of 24-hour Dietary Recall processed using Nutrisurvey software and Indonesian Food
Composition Table (TKPI) to describe the consumption of iron. The analysis continued using statistics by
including various characteristics in pregnant women. Results: The results of this study found that level of
education, employment status, economic status, and residence of pregnant women are significantly related to
iron consumption (p-value> 0,05). Conclusions: Pregnant women with high education, working status,middle to
upper economic status, and living in urban areas showed better iron consumption.
KEY WORDS: iron; pregnant women; anemia in pregnancy; iron deficiency anemia
ABSTRAK
Latar belakang: Ibu hamil merupakan kelompok paling rentan terhadap anemia defisiensi zat besi. Hal ini
terjadi sebagai konsekuensi terjadinya peningkatan kebutuhan zat besi secara signifikan selama kehamilan.
Upaya ibu hamil dalam mengimbangi peningkatan kebutuhan zat besi sangat bergantung pada berbagai
karakteristik sosial demografi. Tujuan: Menganalisis hubungan karakteristik sosial demografi dengan konsumsi
zat besi ibu hamil di Indonesia. Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional
menggunakan data sekunder Studi Diet Total (SDT) tahun 2014. Sebanyak 644 ibu hamil yang berpartisipasi
dalam SDT yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dinilai tingkat konsumsinya. Survei konsumsi berupa
hasil food recall 24 jam diolah menggunakan Software Nutrisurvey dan Tabel Komposisi Pangan Indonesia
(TKPI) untuk menggambarkan konsumsi zat besi. Analisis dilanjutkan menggunakan statistik dengan
menyertakan berbagai karakteristik pada ibu hamil. Hasil: tingkat pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi,
dan tempat tinggal ibu hamil berhubungan secara signifikan dengan konsumsi zat besi pada ibu hamil (pvalue>0,05). Simpulan: ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi, status bekerja, berada pada status ekonomi
menengah ke atas, dan berdomisili di daerah perkotaan menunjukkan konsumsi zat besi yang lebih baik.
KATA KUNCI: zat besi; ibu hamil; anemia ibu hamil; anemia defisiensi besi
Korespondensi: Safrullah Amir, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, +62-852-9838-3534, safrullah.amir@mail.ugm.ac.id
1
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
PENDAHULUAN
Anemia masih menjadi masalah kesehatan
Status
ekonomi
keluarga
berpengaruh
masyarakat global yang dialami baik negara maju
terhadap kemampuan dan daya beli dalam rumah
maupun negara berkembang. Ibu hamil merupakan
tangga. Tingkat pendapatan menentukan kualitas
salah satu kelompok yang paling rentan terhadap
dan kuantitas hidangan. Dengan kondisi ekonomi
anemia. Berbagai risiko diasosiasikan seiring
lebih baik akan memberikan jaminan terpenuhinya
meningkatnya prevalensi anemia pada ibu hamil
kebutuhan ibu hamil. Rumah tangga dengan status
(1).
ekonomi rendah memiliki kecenderungan lebih
Berbagai intervensi telah diupayakan untuk
menurunkan
prevalensi
anemia.
Meskipun
demikian, kejadian anemia masih menunjukkan
rendah pula dalam pemenuhan zat besi yang
bernilai biologis tinggi (6-8).
Pemenuhan
kebutuhan
dalam
keluarga
prevalensi yang tinggi. World Health Organization
mendorong partisipasi anggota rumah tangga untuk
(WHO)
bekerja. Keterlibatan perempuan berimbas pada
pada
tahun
2011
memperkirakan
prevalensi anemia pada ibu hamil secara global
meningkatnya
mencapai angka 38%. Selain itu, WHO juga merilis
Namun, beban kerja yang berat, lamanya waktu
sebaran anemia berdasarkan wilayah. Negara-
bekerja serta peran ganda perempuan utamanya
negara Asia Tenggara, Mediterania, dan Afrika
dalam
merupakan wilayah dengan beban anemia paling
kebutuhan zat gizi yang dapat berakibat pada suatu
berat (2).
kerentanan terhadap masalah malnutrisi dalam
sumber
keadaan
hamil
pendapatan
akan
keluarga.
meningkatkan
Indonesia merupakan salah satu negara
kehamilan. Selain itu, ibu hamil dengan aktivitas
dengan angka prevalensi anemia tertinggi pada ibu
yang padat terkadang mengalami kesulitan dalam
hamil. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
pengaturan
(Riskesdas) tahun 2013 prevalensi anemia pada ibu
mengonsumsi makanan cepat saji (6).
hamil secara nasional mencapai 37,1%. Angka ini
pola
makan
dan
cenderung
Karakteristik rumah tangga berupa banyaknya
menunjukkan prevalensi yang hampir mencapai
anggota keluarga dan
masalah kesehatan masyarakat tingkat berat (3).
memengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan
keberadaan balita turut
Tingkat konsumsi zat besi pada ibu hamil
pembagian ragam makanan yang dikonsumsi dalam
melibatkan faktor sosial, ekonomi, dan demografi.
keluarga. Ibu hamil yang memiliki anggota
Berbagai hasil penelitian menguatkan asumsi
keluarga dalam jumlah banyak dengan ketersediaan
bahwa karakteristik populasi menentukan pola,
makanan yang terbatas akan berusaha membagi
sikap, dan kebiasaan makan individu. Pendidikan
makanan sehingga jumlah asupan yang dikonsumsi
dan status ekonomi merupakan determinan utama
tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dapat
yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan
berpengaruh pada kemampuan ibu hamil untuk
pada ibu hamil. Pola makan sehat tergambar pada
mencapai tingkat asupan yang baik, utamanya zat
ibu hamil dengan level pendidikan yang lebih
besi (9).
tinggi. Hal ini terlihat pada tingkat konsumsi zat
Kondisi demografis dimana ibu hamil tinggal
besi dimana perempuan dengan level pendidikan
menentukan
lebih tinggi cenderung mengonsumsi zat besi lebih
tertentu. Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil
tinggi pula (4-5).
yang tinggal di daerah terpencil memiliki tingkat
akses
terhadap
sumber
pangan
2
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
asupan yang lebih rendah dalam zat besi. Hal ini
harus
cukup beralasan sebab masyarakat yang tinggal di
pengumpulan data food recall 24 jam dilakukan.
pedesaan memiliki akses pangan sumber nabati
Kondisi
yang baik, namun terbatas dalam pemenuhan
ditelusuri melalui kuesioner SDT. Sementara itu,
sumber protein bernilai biologis tinggi (10).
subjek penelitian yang memiliki data survei
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
konsumsi, keterangan individu, atau keterangan
berusaha menggambarkan konsumsi zat besi pada
rumah tangga yang tidak lengkap akan dieksklusi.
berada
dalam
kesehatan
kondisi
subjek
sehat
penelitian
saat
dapat
ibu hamil di Indonesia dengan mempertimbangkan
berbagai karakteristik sosial demografi.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional dengan rancangan penelitian crosssectional
untuk
menggambarkan
asosiasi
karakteristik sosial demografi dan konsumsi zat
besi pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan
data
Studi
Diet
dikumpulkan
Pengembangan
Total
oleh
(SDT)
Badan
Kesehatan
yang
telah
Penelitian
dan
(Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2014 dengan menyertakan keterwakilan ibu hamil
pada 33 provinsi di Indonesia.
Gambar 1. Bagan Penarikan Sampel
Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Variabel yang diteliti merupakan variabel
ibu hamil yang berpartisipasi dalam Studi Diet
berskala kategorik-numerik yang terbagi menjadi
Total (SDT) tahun 2014 di Indonesia dengan bagan
dua variabel utama. Variabel karakteristik sosial
penarikan sampel sebagaimana ditunjukkan pada
demografi
Gambar 1.
pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi,
ibu
hamil
meliputi
usia,
tingkat
Sampel penelitian dalam SDT menggunakan
tempat tinggal, jumlah anggota rumah tangga, dan
data rumah tangga yang sudah tersedia dalam
keberadaan balita. Variabel karakteristik sosial
Riskesdas 2013. Untuk mendapatkan sampel
demografi ibu hamil akan dihubungkan dengan
individu, rumah tangga di Blok Sensus (BS) yang
variabel dependen, yaitu konsumsi zat besi.
sudah dikunjungi saat Riskesdas 2013 diambil
Konsumsi zat besi diperoleh dari hasil food
secara acak. Di antara anggota rumah tangga yang
recall 24 jam yang dianalisis menggunakan
berhasil dikunjungi, 644 individu di antaranya
program Nutrisurvey dikombinasikan dengan Tabel
merupakan ibu hamil.
Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) dengan
Karakterisitik subjek yang akan dimasukkan
keluaran data berskala rasio yang dinyatakan dalam
dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria
mg. Sementara untuk variabel karakteristik sosial
inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Selain
demografi masing-masing diklasifikasikan untuk
merupakan ibu hamil, subjek dalam penelitian ini
memudahkan tahap identifikasi.
3
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Usia ibu hamil dinyatakan dalam tahun yang
dikategorikan
berdasarkan
menjadi
kelompok
bertujuan
untuk
melihat
perbedaan
Kecukupan Gizi (AKG) menjadi 13-15 tahun, 16-
dan status ekonomi ibu hamil yang dilanjutkan
18
dengan uji post hoc menggunakan uji Mann-
tahun,
dan
tabel
Wallis
konsumsi zat besi menurut usia, status pekerjaan,
19-29
dalam
usia
Angka
tahun,
klasifikasi
4
keberadaan balita. Sementara itu, Uji Kruskall-
30-49
tahun.
Pendidikan ibu hamil merupakan pendidikan
Whitney untuk
formal terakhir yang telah ditamatkan ibu hamil,
antarkelompok
dikategorikan rendah jika tidak menyelesaikan
ditetapkan sebasar 95% dengan nilai signifikansi
pendidikan SMA dan tinggi jika menyelesaikan
kurang dari 0,05 (p4 orang.
Total (SDT) tahun 2014 yang dilaksanakan oleh
Analisis statistik dilakukan secara univariat
dan
bivariat.
dilakukan
Kementerian Kesehatan. Sebanyak 644 ibu hamil
menggunakan distribusi frekuensi untuk variabel
diikutsertakan dalam penelitian ini. Karakteristik
kategorik dan ukuran tendensi sentral (median)
responden meliputi usia, tingkat pendidikan, status
untuk
pekerjaan, status ekonomi, tempat tinggal, jumlah
variabel
bertujuan
Analisis
numerik.
menggambarkan
univariat
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Distribusi
frekuensi
karakteristik
sosial
demografi ibu hamil dan variabel kategorik
konsumsi
enhancer
sedangkan
ukuran
dan
1.
besi
Konsumsi zat besi dalam penelitian ini
bertujuan
diperoleh dari hasil pengolahan survei konsumsi
menggambarkan nilai median variabel numerik
makanan menggunakan aplikasi Nutrisurvey. Hasil
konsumsi zat besi, enhancer zat besi, dan inhibitor
analisis
zat besi ibu hamil. Analisis bivariat menggunakan
menggunakan distribusi frekuensi. Uji sebaran data
metode Mann Whitney dan Kruskall Wallis. Uji
konsumsi zat besi pada ibu hamil di Indonesia tidak
Mann Whitney bertujuan untuk melihat perbedaan
terdistribusi normal sehingga data konsumsi zat
konsumsi zat besi berdasarkan tingkat pendidikan,
besi disajikan dalam median (min-maks). Dalam
tempat tinggal, jumlah anggota rumah tangga, dan
penelitian ini ditemukan bahwa nilai median
inhibitor
tendensi sentral
zat
ART, dan keberadaan balita disajikan dalam Tabel
diidentifikasi
secara
univariat
4
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
konsumsi zat besi ibu hamil menunjukkan angka
8,2 mg dengan rentang antara 0-65 mg/hari.
hamil.
Letak
signifikansi
pada
variabel
status
pekerjaan dan status ekonomi ditentetukan dengan
Tabel 1. Karakteristik Responden
Variabel
Usia
13-15
16-18
19-29
30-49
Tingkat Pendidikan
Rendah
Tinggi
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja
Bekerja
Sekolah
Status Ekonomi
Terbawah
Menengah Bawah
Menengah
Menengah Atas
Teratas
Tempat Tinggal
Pedesaan
Perkotaan
Jumlah ART
Besar
Kecil
Balita
Ada
Tidak
uji post hoc menggunakan uji Mann-Whitney.
n
%
3
28
336
277
0,47
4,35
52,17
43,01
373
271
57,92
42,08
436
202
6
67,70
31,37
0,93
117
115
129
149
134
18,17
17,86
20,03
23,14
20,81
351
293
54,50
45,50
265
379
41,15
58,85
memberikan kemudahan dalam penentuan tingkat
210
434
32,61
67,39
Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Berdasarkan hasil uji tersebut, perbedaan konsumsi
zat besi pada variabel status pekerjaan hanya
terlihat pada ibu hamil yang bekerja dan tidak
bekerja. Sementara untuk variabel status ekonomi,
(Sumber: Data Studi Diet Total, 2014)
ibu hamil yang berada pada kuintil ekonomi
menengah ke bawah
menunjukkan perbedaan
nyata dengan kuintil ekonomi menengah atas
hingga teratas.
BAHASAN
Data riwayat konsumsi ibu hamil yang
dianalisis menggunakan program Nutrisurvey dapat
diidentifikasi jumlah asupan zat gizinya. Hal ini
pemenuhan kebutuhan zat besi berdasarkan tabel
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun
dengan
2013, kebutuhan zat besi perempuan yang berada
menyertakan karakteristik sosial demografi ibu
pada usia reproduktif sebesar 26 mg/hari. Pada
hamil sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2.
kondisi hamil terjadi penambahan kebutuhan yang
Analisis
bivariat
dilakukan
Data awal yang diperoleh diuji sebaran data
berkisar antara 9-13 mg/hari. Merujuk pada
dan variannya untuk menentukan jenis uji statistik
kebutuhan zat besi ibu hamil dalam tabel AKG,
yang akan digunakan. Sebaran data konsumsi zat
sebanyak 626 (97,2%) responden tidak memenuhi
besi tidak normal sehingga digunakan uji alternatif.
kebutuhan minimal yang direkomendasikan. Hal
Uji
untuk
ini sejalan dengan penelitian Ferawati (2016) yang
menggambarkan hubungan tingkat pendidikan,
menemukan bahwa ibu hamil hanya mampu
tempat tinggal, jumlah anggota rumah tangga, dan
memenuhi ketercukupan Vitamin A, namun dalam
keberadaan balita dengan konsumsi zat besi.
konsumsi energi, protein, zat besi, Vitamin C, dan
Sedangkan uji Kruskall-Wallis digunakan untuk
kalsium masih berada di bawah angka kecukupan
menggambarkan hubungan usia, status pekerjaan,
gizi (11).
Mann-Whitney
digunakan
dan status ekonomi dengan konsumsi zat besi.
Konsistensi
penelitian
Ferawati
(2016)
adanya
ditegakkan oleh temuan dalam penelitian Fatimah,
hubungan bermakna (p-value