Pohon dan Ruang Terbuka Hijau (3)

Pohon-pohon Peneduh di Ruang Terbuka Hijau
Sarah Agustiorini,
Mahasiswa Pasca Sarjana Biologi IPB
Meneduhkan Kota
Matahari pagi nampak cerah, sinar terangnya menyinari Kota Hujan yang sudah
jarang di kunjungi sang hujan. Mobil hijau melaju di permukaan aspal hitam
sepanjang jalan Kapten Muslihat, rapi berebut saling mendahului. Tentu saja,
hari ini adalah Senin pagi dan semua manusia tergesa-gesa mengejar tugas dan
setoran. Hari kesibukan bermula, deadline dikejar dan dinding kantor berisik
dengan suara perdebatan saat rapat.
Tepat di ujung jalan berdiri pohon besar berdaun lebat, akarnya menjulur
kesegala arah mengusai seluruh halaman rumah putih besar yang dihuni oleh
orang nomor satu di Indonesia. Di halaman itu juga nampak rusa coklat totol
putih berkeliaran. Bukan hanya satu atau dua ekor, tapi ratusan ekor.Rusa-rusa
itu adalah penghibur sang penguasa negeri. Kala sang penguasa bosan dan
jenuh maka rusa tersebutllah yang bertugas menghiburnya, dengan kerlingan
mata bulat hitam sang rusa seakan menyihir siapapun yang mendekatinya.
Dalam sebuah kota akan selalu ada pohon-pohon kecil hingga besar yang
ditanam atau tumbuh alami di setiap taman atau jalan yang dilewati oleh para
pengendara motor atau mobil. Fungsinya untuk meneduhkan kota, dan jika
masyarakat membutuhkan penyegaran karena jenuhnya hari, bisa saja

sewaktu-waktu mereka menyambangi taman tersebut. Konsep taman kota dan
jalur hjau inilah yang mulai giat dikembangkan oleh kota Bogor dan beberapa
kota lainnya di Indonesia seperti Bandung, Surabaya, dan Samarinda, sebagai
jawaban keluhan masyarakat karena suhu kota yang semakin panas.
Ruang Terbuka Hijau (RTH), sebutan yang sering digunakan untuk lokasi
tumbuhnya pohon-pohon peneduh tersebut. Hutan Kota dan jalur hijau di sekitar
jalan kota merupakan RTH yang kerap kita jumpai. Kota-kota besar atau kecil di
Indonesia wajib memiliki RTH sebagai mandat undang-undang Nomor 26/2007
tentang Penataan Ruang Setidaknya setiap kota yang disyaratkan memiliki RTH
paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota, RTH yang terdiri dari ruang
terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Proporsi RTH publik pada
wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas wilayah kota1.
Hutan Kota2, yang merupakan salah satu model RTH memiliki fungsi sebagai
penjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan baik itu unsur
lingkungan, sosial dan budaya. Hutan Kota berfungsi sebagai penyerap emisi
karbon yang dikeluarkan oleh kendaraan dan industri. Emisi yang dikeluarkan
oleh kendaran bermotor dan kegiatan industri tersebut merupakan salah satu
alasan mengapa pemanasan global terjadi hingga salah satu dampak yang
ditimbulkan dari meningkatnya aktivitas gas-gas rumah kaca tersebut
mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat.

Hutan kota dan jalur hijau merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di atmosfir, dengan
harapan pemanasan global bisa dicegah dari tengah perkotaan.
1 Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Website: http://bapenas.go.id
2 Peraturan Pemerintah No.63 tahun 2002 tentang Hutan Kota.

Kota Bogor tahun 2015 sudah tidak sama lagi dengan Kota Bogor tahun 2000.
Saat ini Bogor hanya memiliki RTH seluas 2.207 ha (10 peren) dari luas
kotanya3. Predikat kota hujan yang dingin sudah hampir ditanggalkannya. Suhu
kota ini sudah semakin panas, kendaraan bermotor sudah memenuhi jalanan
perkotaan hingga pelosok desa, kemacetan lalu lintas hampir tidak dapat
dikendalikan setiap jam pergi dan pulang kerja, terlebih lagi pada saat hari libur
tiba, masyarakat dari luar kota akan ramai berkunjung ke kota ini sehingga
kemacetan makin tak terhindarkan.
Begitu pula dengan Kota Samarinda yang merupakan ibu Kota Kalimantan
Timur, Kota kecil yang berada di tengah hamparan hutan hujan tropis Asia
tersebut, kini suhu kotanya dapat mencapai 34 dejarat celcius. RTH yang hanya
mencapai 1,05 persen dari luas kota4 dan aktivitas pertambangan batu bara
yang mengkapling 71 persen dari luas kota5 menjadi penyebab utama mengapa
kota ini begitu panas dan banjir selalu mengunjunginya. RTH mulai dibangun di

Kota Samarinda, salah satu caranya ialah membuat taman kota. Cara paling
ekstrim yang dilakukannya adalah memindahkan dua sekolah yang terdapat
ditengah kota, dan kemudian membuat taman di lokasi bekas sekolah tersebut.
Sementara kota lainnya yang juga sekarang sedang bersemangat untuk
menjadikan kotanya hijau adalah Surabaya. Saat ini Kota Surabaya sudah
memiliki RTH seluas 26 persen dan menargetkan luas RTH kotanya bisa di atas
30 persen. Penambahan RTH tersebut bertujuan agar Surabaya bisa lebih sejuk,
minim polusi, bebas banjir karena banyaknya resapan. Pemerintah Kota
menargetkan luas RTH di Surabaya dapat mencapai 35. Dengan luas RTH
sebesar itu dapat menurunkan suhu udara rata-rata di Surabaya dari 34 derajat
celcius menjadi 32-30 derajat celcius6. Lalu kota Bandung di Jawa Barat, kota ini
sejak awal tahun 2013 lalu ramai diberitakan bahwa pemerintah kotanya
sedang serius merevitalisasi taman-taman agar dapat lebih nyaman bagi warga
kotanya. Namun luas RTH Kota Bnadung yang telah disediakan oleh kota
tersebut baru mencapai 11 persen7.
Jenis-Jenis Pohon di Ruang Terbuka Hijau
Tahukah kita asal dan jenis pohon apa saja yang telah ditanam oleh pemerintah
di kota-kota, serta pohon-pohon apa saja yang berfungsi sebagai penyerap
karbon dan pencegah banjir seperti tujuan mengapa Ruang Terbuka Hijau yang
harus mencapai 30 persen pada setiap kota.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang
pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan
perkotaan8 terdapat 101 pilihan vegetasi untuk ditanam. Pedoman tersebut juga
merekomendasikan kelompok tanaman yang ditanam seperti pohon, perdu dan
semak. Terdapat berbagai macam kategori, mulai dari pohon beraroma, pohon

3 Bogor kebut RTH, http://www.republika.co.id/berita/koran/urbana/14/10/07/nd2h0a40-bogor-kebut-bangun-rth
4 Draft Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Batubara Kota Samarinda
http://borneo2020.org/wp-content/uploads/2012/01/jatamkaltim-samarinda-naskahakademis-2.pdf

5 Deadly Coal, Jatam Kaltim, http://english.jatam.org/dmdocuments/DC persen 20ingg02.pdf
6 Luas hutan kota Surabaya ditarget 35 persen, http://www.enciety.co/luas-ruang-terbuka-hijau-surabaya-ditarget-35-persen/

7 Walhi Minta Bandung Teknopolis Dikaji Ulang, http://m.inilah.com/news/detail/2184306/walhi-minta-bandung-teknopolis-dikaji-ulang
8

Menteri Pekerjaan Umum RI, 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di
kawasan perkotaan. Jakarta.

berdaun indah dan pohon berbunga indah serta perdu dan semak memiliki

kategori yang sama seperti pohon tersebut.
Jika kita lihat isi dari lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tersebut 96
persen jenis vegetasi tanaman yang direkomendasikan bukan merupakan
tumbuhan asli yang berasal dari Indonesia. Sebagian besar tumbuhan tersebut
berasal dari wilayah Amerika, Autralia, India, Cina, Brasil, Thailand dan Afrika
serta Indo-China. Dari daftar vegetasi tersebut 37 jenis diataranya terdapat di
Kota Bogor dan Kota Samarinda yang kebanyakan terdapat di Hutan Kota9.
Angsana (Pterocarpus indicus), Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla),
Mahoni Daun Kecil (Swietenia mahagony), Glodokan (Polyalthia longifolia),
Palem Raja (Oreodoxa regia), Trembesi (Samanea saman), Bungur
(Lagerstromia elongata) dan Bintaro (Cerbera mangas) merupakan jenis pohon
yang akan selalu kita temui pada jalur hijau setiap kota. Tumbuhan tersebut
memiliki sistem perakaran yang cukup kuat dan tajuknya berfungsi sebagai
peneduh, penyerap polusi serta pemecah angin.
Ada tiga perspektif yang dipakai oleh pemerintah dalam memilih jenis vegetasi
tanaman peneduh yaitu dilihat dari bentuk tajuk, percabangan batang dan
percabangan akar. Jika memenuhi kriteria maka tanaman tersebut akan ditanam
di arealRTH. Namun sayangnya hingga saat ini, Indonesia masih memakai
tumbuhan dari luar Indonesia, padahal jika memakai tiga perspektif tersebut
ada banyak jenis tumbuhan dari wilayah Hutan Hujan Tropis ini bisa ditanam di

RTH, tanpa harus menggunakan tumbuhan dari luar Indonesia.
Menanam Pohon Peneduh Lokal
Indonesia merupakan Negara dengan Hutan Hujan Tropis yang kaya akan
kekaragaman hayati, khususnya tumbuhan. Seperempat dari jumlah total jenis
tumbuhan di dunia terdapat di Indonesia. Namun hingga saat ini pemerintah
Indonesia nampaknya belum mengetahui hal tersebut, karena jika kita lihat
pada salah satu kebijakan yang mengacu pada pemanfaatan tumbuhan untuk
mengihujaukan kota di Indonesia pemerintah merekomendasikan sejumlah jenis
tumbuhan yang rata-rata berasal dari luar Indonesia, bukan tanaman asli
Indonesia.
Banyak pahon-pohon dari hutan Indonesia yang bisa digunakan sebagai
peneduh di RTH. Pohon kweni (Mangifera odorata Griffith) dan pohon binjai
(mangifera kemanga Blume) juga merupakan kelompok pohon buah mangga
yang endemik dari Borneo dan Sumatra10, memiliki karakter yang hampir sama
dengan Pohon mangga (Mangifera indica) untuk kebutuhan peyerapan emisi
dan penghasil buah di RTH. Tajuknya yang cukup besar untuk memecah angin
dan meyerap emisi karbon, serta memiliki sistem perakaran dan cabang yang
dapat menjadi saja salah satu alternatif tumbuhan lokal yang pakai untuk
menggantikan mangga (Mangifera indica) untuk dikembangkan dan ditanam di
RTH.

Pohon-pohon yang ditanam di RTH fungsinya bukan hanya sekedar meneduhkan
atau menyerap emisi karbon semata, namun juga akan memberikan manfaat
lain dalam kehidupan sehari-hari, baik dari segi sosial, budaya dan menjadi
9 Hasil identifikasi penulis, Sarah Agustiorini
10 Verheij EWM and Coronel RE, 1992. Prosea No. 2 Edible Fruits and

Nuts.Bogor. Indonessia.

sumber pangan masyarakat. Ekologi merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam menunjang tumbuh dan berkembangnya pohon-pohon di RTH,
demi mencapai manfaat yang diharapkan. Jika keadaan ekologinya sesuai
dengan yang dibutuhkan, maka manfaat lain akan muncul dengan sendirinya,
seperti hubungan sosiologi manusia dengan alam. Hubungan inilah yang
diharapkan adanya RTH di perkotaan, rasa menghargai alam.
Budaya Menanam Pohon dan Masa Depan Hutan Kota
Sepuluh tahun terakhir pemerintah Indonesia mulai serius mengkampanyekan
budaya menanam pohon hingga keseluruh pelosok negeri. Karena lingkungan di
Indonesia saat ini dalam keadaan yang memprihatinkan dengan maraknya
bencana alam yang melanda, salah satunya adalah banjir.
Sejak 7 tahun terakhir banjir telah menjadi masalah nasional yang tak kunjung

usai, pengembangan dan pengelolaan hutan kota merupakan salah satu tradisi
awal menanam pohon yang merupakan bagian dari penataan ruang di
perkotaan untuk mewujudkan kota yang ramah lingkungan dan untuk mencegah
banjir. Hutan kota juga merupakan refleksi dari berbagai gagasan tentang
kehidupan yang aman dan sejahtera.
Ada beberapa faktor penting pendukung perluasan hutan kota sebagai salah
satu bagian RTH di Indonesia, yaitu pengembangan dan pengelolaan hutan kota
tersebut oleh lembaga yang menangani dan mengelola hutan kota. Mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemeliharaan, pemanfaatan dan
pengendalian pengembangannya. Serta pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan terutama dari kementerian pemerintah, pemerintah kota,
lembaga swadaya masyarakat, institusi akademis, pihak swasta, kelompokkelompok masyarakat dan masyarakat kota11.
Selain faktor pendukung terdapat pula faktor penghambat dalam pembangunan
hutan kota, lahan yang terbatas di kota-kota seringkali digunakan untuk
berbagai kepentingan yang lebih bersifat komersial dan alih fungsi lahan yang
sering juga terjadi, misalnya saja kota Samarinda menyusutnya luasan hutan
kota karena di alih fungsikan sebagai areal pembangunan pusat perbelanjaan
serta beberapa wilayahnya telah di jadikan kawasan pertambangan.
Pembangunan kota yang kurang terencana dengan baik telah banyak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang pada akhirnya

dapat menyebabkan turunnya kualitas lingkungan hidup kota.
Hutan Kota merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi
masalah lingkungan hidup di kota. Melalui fungsi dan peranannya yang sangat
beragam, Hutan Kota dapat membantu mengatasi pencemaran udara, meredam
kebisingan, menjaga tata air, dan melestarikan plasma nutfah, di samping dapat
juga menghasilkan udara segar serta sebagai sarana pendidikan dan rekreasi
bagi masyarakat kota.
Mulai dari hutan kota, pemerintah dan masyarakat dapat belajar bagiamana
mengenal, hingga cara mengembangkan tumbuhan endemik atau asli dari
Indonesia, untuk dimanfaatkan secara maksimal tanpa harus memakai
11 Samsoedin I dan Subiandono E. 2007. Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian.

tumbuhan dari luar Indonesia, untuk menghijaukan dan meneduhkan kotanya
seperti saat ini. Serta peraturan menteri mengenai jenis vegetasi yang ditanam
di RTH mestinya harus juga mengkaji dan merekomendasikan tumbuhan
endemik Indonesia untuk ditanam di Kota-kota Indonesia.
Table. Daftar Hasil Identifikasi Jenis Pohon Yang Dominan Terdapat Di
Hutan Kota Dan Jalur Hijau Kota Bogor Dan Samarinda.
No
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

22
23
24
25
12

Nama Lokal
Akasia daun
besar
Akasia kuning

Nama Ilmiah
Acacia mangium
Acacia
auriculaeformis
Pterocarpus indicus
Tamarindus indica
Ficus benjamina
Cerbera mangas
Bougenvillea glabra
Maniltoa grandiflora

Angsana
Asam
Beringin
Bintaro
Bogenvil
Bunga
saputangan
Bungur jepang Lagerstromea
elongata
Bungur
Lagerstromea indica
Cempaka
Michelia champaka
Camara laut
Casuarina
equisetifolia
Damar
Agathis damara
Flamboyan
Delonix regia
Glodokan
Polyathia longifolia
Jati
Tectona grandis
Kaliandra
Calliandra
haematocephala
Kembang
Caesalphinia
merak
pulcherrima
Kamboja
Plumeria rubra
merah
Kersen
Muntingia calabura
Ketapang
Terminalia cattapa
Kupu-kupu
Bauhinia purpurea
Mahony daun Swietenia
lebar
macrophylla
Mahony daun Swietenia mahagony
kecil
Mangga
Mangifera indica

Asal
Tanaman12
Australia
Australia
Malesia
India
Malesia
China
Brasil
Irian Jaya
(Indonesia)
Jepang
Malesia
India
Thailand
Philipine
Madagascar
Srilangka
Peninsula India
Amarika utara
Amerika tengah
Amarika utara
Mexico
India
Asia Tenggara
India
India
India

Lemmens RHMJ, Soerianegara I, and Wong WC. 1995. Prosea No.5 (2) Timber Trees: Minor Commercial Timbers. Bogor. Indonesia
Lemmens RHMJ, and Bunyaprahatsara N. 2003. Prosea No. 12 (3) Medicinal and Poisonus Plants 3. Backhuys Publishers, Leiden.
Oyen LPA, and Xuang Dung N. 1999. Prosea No. 19 Essential Oil Plants. Bogor. Indonesia.
Padua de LS, Bunyaprahatsara N, and Lemmens RHMJ. 1999. Prosea No. 12 (1) Medicinal and Poisonus Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden.
Samsoedin dan Waryono. 2010. Hutan kota dan keanekaragaman jenis pohon di Jabodetabek. Yayasan KEHATI Indonesia Biodiversity Foundation.
Sastrapradja S, et al. 1977. Tanaman Hias. Lembaga Biologi Nasional. Bogor.
Siemonsma JS, and Piluek K. 1994. Prosea No. 8 Vegetable. Bogor. Indonesia.
Sosep MSM, Hong LT, and Prawirohatmodjo S. 1998. Prosea No. 5 (3) Timber Trees: Lesser-Known Timbers. Jakarta. Indonesia.

26
27
28
29
30
31

Palem raja
Pinus
Soka
Tanjung
Trembesi
Lamtoro

32
33
34
35
36

Pulai
Randu
Alamanda
Melati
Puring

37

Dadap

Oreodoxa regia
Pinus merkusii
Ixora stricata
Mimusops elengi
Samanea saman
Leucaena
leucocepala
Alstonia scholaris
Ceiba petandra
Allamanda cathartica
Jasminum sambac
Codiaeum
variegatum bi.
Erythrina crystagalii

Florida (USA)
Myanmar
India
India
America selatan
Guatemala
Polynesia
AmeriKa
Brazil
Malesia
Maluku
(Indonesia)
Amerika

17 Maret 2015
Edited By: @timpakul (adefadli)