Teori Fungsionalisme media dan Kebudayaan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronislaw Malinowski (1884-1942), merupakan tokoh yang mengembangkan teori
fungsional tentang kebudayaan, atau a functional theory of culture1. Manusia sebagai
makhluk hidup yang mampu bertahan hidup dalam suatu budaya, agar dapat bertahan hidup
maka setiap orang membutuhkan pengetahuan tertentu mengenai tatakerja dan tatacara halihwal di dunia dan sekelilingnya.Sebagian pengetahuan mungkin didasarkan dari
pengalaman.Sebagian lainnya berupa pengetahuan teoritik, artinya pengetahuan yang
menjelaskan fenomena empirik. Teori bukanlah sekedar ikhtisar data ringkas, karena ia tidak
hanya mengatakan “apa” yang terjadi melainkan “mengapa” sesuatu terjadi sebagai yang
berlaku dalam kenyataan2. Inti dari teori Malinowski menjelaskan bahwa segala aktivitas
kebudayaan itu sebenarnya memuaskan suatu rangkaian kebutuhan naluri makhluk manusia
yang berhubungan dengan kehidupannya.Kebutuhan itu meliputi kebutuhan primer/biologis
maupun kebutuhan sekunder/psikologis, kebutuhan mendasar yang muncul dari kebudayaan
itu sendiri.
Teori Malinowski menegaskan definisi budaya sebagai hasil cipta, karya dan karsa
manusia.Kebudayaan mempunyai nilai pragmatis sebelum manusia mencipta, yang terlebih
dahulu ada adalah tujuan dari penciptaan itu sendiri.Pandangan fungsional atas kebudayaan
menekankan bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan
bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan
yang bersangkutan.


1 Koentjaraningrat,.Sejarah Antropologi I, Jakarta,Universitas Indonesia, 1980, hal 162
2 Kaplan, David, Teori Budaya, Yogyakarta,pustaka pelajar, 2002, Hal 15

1|Page

Budaya yang merupakan hasil belajar manusia termasuk dalam penyepakatan sebuah
budaya, dalam proses belajar masyarakat menelaah kekurangan dan kelebihan yang akan
mereka rasakan. Ketika kekurangan dari sebuah budaya terlalu banyak dan beresiko untuk
dipertahankan maka kebudayaan tersebut akan tersingkir. Dalam hal ini terori fungsi
kebudayaan akan memperinci kedudukan kebudayaan di masyarakat melalui fungsinya.
Setelah mengetahui begitu besar hubungan antara teori fungsi dengan realita
kebudayaan di masyarakat, maka dalam penulisan makalah ini akan dibahas mengenai teori
fungsionalisme dalam kebudayaandan keterkaitannya dengan rencana penelitian tesis penulis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana teori fungsionalisme kebudayaan ?
2. Bagaimana aplikasi teori fungsionalisme dalam realita kebudayaan dalam masyarakat
serta keterkaitannya dengan penelitian tesis penulis ?


C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori fungsionalisme kebudayaan.
2. Mengetahui aplikasi teori fungsionalisme kebudayaan dalam realita masyarakat serta
keterkaitannya dengan penelitian tesis penulis.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pembaca dalam
memahami teori fungsionalisme sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pembaca mengenai teori fungsionalisme kebudayaan serta aplikasinya dalam masyarakat.

2|Page

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Fungsionalisme Kebudayaan
Ada beberapa tokoh yang mengembangkan teori fungsionalisme, diantaranya
adalahB. Malinowski (1884 – 1942 ), A.R. Radcliff Brown (1881 – 1955 ), E. Durkheim
(1858 – 1917), dan T. Parson. Namun dalam pembahasan ini penulis hanya akan membahas

teori dari B.Malinowski dan A.R. Radclife Brown saja.
a.

Teori Fungsionalisme B. Malinowski
Bronislaw Malinowski (1884-1942), merupakan tokoh yang mengembangkan teori

fungsional tentang kebudayaan, atau a functional theory of culture3. Inti dari teori
Malinowski menjelaskan bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya memuaskan
suatu

rangkaian

kebutuhan

naluri

makhluk

manusia


yang

berhubungan

dengan

kehidupannya.Kebutuhan itu meliputi kebutuhan primer/biologis maupun kebutuhan
sekunder/psikologis, kebutuhan mendasar yang muncul dari kebudayaan itu sendiri.
Malinowski berpendapat bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia sama, baik itu
kebutuhan yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis dan kebudayaan pada
pokoknya memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut pendapatnya, ada tiga tingkatan yang
harus terekayasa dalam kebudayaan, yaitu:
1.

Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan pangan dan
prokreasi

2.

Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan hukum

dan pendidikan.

3.

Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian.

3 Koentjaraningrat, Sejarah Antropologi I, Jakarta,Universitas Indonesia, 1980, hal 162

3|Page

Malinowski melakukan penelitian di kepulauan Trobriant.Penelitian tersebut
menggambarkan tentang sistem Kula Ring, yakni berdagang yang disertai upacara
ritualkeagamaan, yang membawa benda suci untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
dilakoni oleh penduduk di kepulauan Trobriand dan kepulauan sekitarnya.Perdagangan
tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu kecil bercadik menuju pulau lainnya yang
jaraknya cukup jauh. Benda-benda yang diperdagangkan dilakukan dengan tukar menukar
(barter) berbagai macam bahan makanan, barang-barang kerajinan, alat-alat perikanan, selain
daripada itu yang paling menonjol dan menarik perhatian adalah bentuk pertukaran perhiasan
yang oleh penduduk Trobriand sangat berharga dan bernilai tinggi. Yakni kalung kerang
(sulava) yang beradar satu arah mengikuti arah jarum jam, dan sebaliknya gelang-gelang

kerang (mwali) yang beredar berlawanan dari arah kalung kerang dipertukarkan.
Berikut skema perdagangan di Kepulauan Trobriand meurut Malinowski :

4|Page

Karangan etnografi dari hasil penelitian lapangan tersebut tidak lain adalah bentuk
perkeonomian masyarakat di kepulauan Trobriand dengan kepulauan sekitarnya. Hanya
dengan menggunakan teknologi sederhana dalam mengarungi topografi lautan Pasifik, namun
disisi lain tidak hanya itu, tetapi yang menarik dalam karangan tersebut ialah keterkaitan
sistem perdagangan atau ekonomi yang saling terkait dengan unsur kebudayaan lainnya
seperti kepercayaan, sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang berlaku pada masyarakat
Trobriand. Dari berbagai aspek tersebut terbentuk kerangka etnografi yang saling
berhubungan satu sama lain melalui fungsi dari aktifitas tersebut. Pokok dari tulisan tersebut
oleh

Malinowski

ditegaskan

sebagai


bentuk

etnografi

yang

berintegrasi

secara

fungsional.Selain dari hasil karya etnografinya, tentunya harus diperhatikan pula upayaupaya Malinowski dalam mengembangkan konsep teknik dan metode penelitian.Sangat lugas
ditekankan pentingnya penelitian yang turun langsung ketengah-tengah objek masyarakat
yang diteliti, menguasai bahasa mereka agar dapat memahami apa yang objek lakukan sesuai
dengan konsep yang berlaku pada masyarakat itu sendiri dan kebiasaan yang dikembangkan
menjadi metode adalah pencatatan. Mencatat seluruh aktifitas dan kegiatan atau suatu kasus
yang konkret dari unsur kehidupan.Selain itu yang patut diketahui oleh para peneliti, menurut
Malinowski adalah kemampuan keterampilan analitik agar dapat memahami latar dan fungsi
dari aspek yang diteliti, adat dan pranata sosial dalam masyarakat. Konsep tersebut
dirumuskan kedalam tingkatan abstraksi mengenai fungsi aspek kebudayaan, yakni:

1.

Saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek lainnya.

2.

Konsep oleh masyarakat yang bersangkutan.

3.

Unsur-unsur dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara fungsional.

4.

Esensi atau inti dari kegiatan/aktifitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk
pemenuhan kebutuhan dasar “biologis” manusia.

5|Page

Melalui tingkatan abstraksi tersebut Malinowski kemudian mempertegas inti dari

teorinya dengan mengasumsikan bahwa segala kegiatan/aktifitas manusia dalam unsur-unsur
kebudayaan sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan
naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.Kelompok sosial
atau organisasi sebagai contoh, awalnya merupakan kebutuhan manusia yang suka berkumpul
dan berinteraksi, perilaku ini berkembang dalam bentuk yang lebih solid dalam artian
perkumpulan tersebut dilembagakan melalui rekayasa manusia.
Dalam konsep fungsionalisme Malinowski dijelaskan beberapa unsur kebutuhan pokok
manusia yang terlembagakan dalam kebudayaan dan berfungsi untuk pemenuhan kebutuhankebutuhan manusia. Seperti kebutuhan gizi (nutrition), berkembang biak (reproduction),
kenyamanan jasmani (body comforts), keselamatan dan ketahanan (safety), rekreasi
(relaxation), pergerakan (movement), dan tumbuh kembang (growth). Setiap lembaga sosial
(institution, dalam istilah Malinowski) memiliki bagian-bagian yang harus dipenuhi dalam
kebudayaan.
b.

Teori Fungsionalisme A.R. Radclife Brown
Menurut A.R. Radclife Brown fungsi dari kebudayaan ditunjukkan untuk memelihara

utuhnya dan jalannya struktur sosial.Teori-teori Struktural dalam ilmu antropologi ada
beberapa macam, tetapi konsepnya untuk pertama kali diajukan oleh A. R. Radcliff-Brown 4.
Sasaran pengkajian Radcliffe-Brown adalah sistem sosial atau proses sosial. Sistem yang

dimaksud Radcliffe-Brown adalah mengenai “hubungan nyata di antara individu”, atau lebih
tepatnya antara individu yang menduduki peranan sosial, yakni “antara persons”.Jalinan
hubungan ini menjadi “struktur sosial” yang bukan abstraksi.Struktur sosial “terdiri dari”
penjumlahan semua hubungan sosial dan individu pada saat tertentu5.
Struktur sosial menurut A.R. Radclife Brown adalah sebagai berikut :
4 Koentjaraningrat,.Sejarah Antropologi I. Jakarta, Universitas Indonesia,1980, hal 172
5 Kuper, Adam, Pokok Dan Tokoh Antropologi. Jakarta, Bhratara.1996

6|Page

1.

Perumusan berbagai macam hubungan antara individu dalam masyarakat.

2.

Struktur sosial mengendalikan tindakan individu dalam masyarakat.

3.


Struktur sosial harus diabstraksikan secara konkrit dan induksi.

4.

Hubungan interaksi antar individu adalah konkrit dan dapat diobservasikan.

5.

Melalui struktur sosial dapat diselami latar belakang kehidupan masyarakat.

6.

Struktur sosial hanya dapat diketahui dari penelitian lapangan.

7.

Struktur dapat dipakai sebagai pembatas atau pembeda dari suatu masyarakat yang lain.
Dasar-dasar analisis fungsional structural menurut A.R. Radclife Brown adalah sebagai

berikut:
1.

Pentingnya integrasi dari bagian–bagian masyarakat untuk survive.

2.

Proses–proses yang mempertahankan integritas atau solidaritas.

3.

Bentuk struktur masyarakat dapat dilihat dari krontibusinya terhadap keperluan
solidaritas.
Dasar–dasar pemikiran struktural fungsionalisme:

1.

Aspek biologi dalam ilmu sosial:
a.

Dari bentuk sederhana berkembang ke kompleks

b.

Unsur-unsurnya saling berkaitan

c.

Berkembangnya melalui adaptasi

2.

Individu/masyarakat dan organisasi:
a.

Keduanya tumbuh berkembang

b.

Pertambahan jumlah/populasi berarti pertambahan dalam kekompakan dan perbedaan.

7|Page

c.

Perkembangan atau kemajuan perbedaan dalam struktur diikuti dengan perbedaan
fungsi.

d.

Keduanya saling tergantung dengan perubahan dari satu bagian dengan bagian yang
lain.

e.

Didalamnya terdapat satuan-satuan masyarakat kecil atau mikro organisme.

f.

Seluruh kehidupan/kegiatannya dapat dihancurkan tetapi bagiannya (ideologi) akan
tetap hidup untuk sementara waktu.

B.

Aplikasi teori fungsionalisme kebudayaan dalam realita masyarakat serta
keterkaitannya dengan rencana tesis penulis

a.

Aplikasi teori fungsionalisme
Teori fungsionalisme B.Malinowski menerangkan bahwa segalaaktivitas kebudayaan

itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri
mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.Kebutuhan itu meliputi
kebutuhan primer/biologis dan sekunder/psikologis, serta kebutuhan mendasar yang muncul
dari perkembangan kebudayaan itu sendiri. Sebagai contohnya Malinowski menggambarkan
bahwa cinta dan seks merupakan kebutuhan biologis manusia yang harus dipertahankan
dalam konteks pacaran, kemudian pacaran menuju perkawinan yang menciptakan keluarga,
dan keluarga tercipta menjadi landasan bagi kekerabatan dan klan. Apabila kekerabatan
tercipta kemudian akan ada sistem yang mengaturnya. Selanjutnya akan dibahas sistem
kekerabatan dan fungsinya dalam kebudayaan.
Dalam bidang kesenian misalnya sebagai salah satu unsur kebudayaan, seni berawal
dari kebutuhan manusia yang ingin memenuhi kebutuhan nalurinya akan keindahan.Ilmu
pengetahuan juga timbul karena kebutuhan manusia untuk tahu.Terdapat juga aktivitas
kebudayaan yang tejadi karena penggabungan dari beberapa kebutuhan masyarakat.
8|Page

Contohnya budaya yang muncul akibat kepentingan kelompok masyarakat tertentu, misalnya
kelompok masyarakat petani, nelayan, atau para politikus, akademisi dan lain-lain . Masingmasing dari kelompok tersebut akan selalu berusaha menjaga eksistensinya agar dapat
menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan dari kelompoknya sendiri.
Untuk

mengembangkan

maupun

memenuhi

kebutuhannya,

manusia

harus

mengorganisasi peralatan, artefak, dan kegiatan menghasilkan makan melalui bimbingan
pengetahuan, dengan kata lain melalui proses belajar manusia dapat meningkatkan
eksistensinya. Jadi kebutuhan ilmu dalam proses belajar adalah mutlak. Selain itu tindakan
manusia juga harus dibimbing oleh keyakinan, demikian pula magik. Karena tatkala manusia
mengembangkan sistem pengetahuan ia akan terikat dan dituntut untuk meneliti asal mula
kemanusiaan, nasib, kehidupan, kematian dan alam semesta. Jadi, sebagai hasil langsung
kebutuhan manusia untuk membangun sistem dan mengorganisasi pengetahuan, timbul pula
kebutuhan akan agama.
b.

Keterkaitan teori fungsionalisme kebudayaan dengan rencana tesis penulis
Penulis berencana akan meneliti sebuah kesenian ritual yang bernama ritual hodo, di

Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Ritual Hodo
merupakan kesenian tradisi yang terkait erat dengan kehidupan masyarakat Asembagus di
Situbondo khususnya di Desa Bantal.Ritual Hodo merupakan penggambaran kehidupan yang
terkait erat dengan sistem religi dan adat istiadat. Upacara Hodo bertujuan memohon kepada
Allah.SWT, untuk meminta hujan Bentuk penyajian dari upacara Hodo terdiri dari seni
musik, seni resitasi dan seni tari yang terintegrasi dalam sebuah pertunjukan utuh. Upacara
hodo biasa diselenggarakan setiap tahun pada bulan september. Asal mula kata Hodo berasal
dari kata Do hodo yang berasal dari bahasa madura dengan arti di atas langit ada langit, dan
disempurnakan menjadi kata hodo.

9|Page

Awal kemunculan dan eksistensi kesenian hodo ini belum diketahui secara pasti,
Namun menurut narasumber, kesenian hodo muncul di Pedukuhan Pariopo Desa Bantal
Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo yang merupakan ritual dari peninggalan nenek
moyang.6Menurut cerita dari narasumber wilayah dukuh Pariopo ini adalah tempat
pesinggahan penguasa dan para pejabat kerajaan Majapahit, setelah memerangi kadipaten
Blambangan.Di padukuhan Pariopo inilah prajurit dan pejabat kerajaan singgah untuk
istirahat sejenak melepas lelah selama perjalanan berlangsung.Wilayah Dukuh Pariopo adalah
daerah yang kering dan tandus, melihat kondisi atau daerah Pariopo yang kering dan tandus,
penguasa kerajaan Raden Damarwulan prihatin.Kemudian Raden Damarwulan melakukan
persemedian di goa dekat daerah Pariopo berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa meminta
suatu petunjuk dan permohonan agar diturunkan hujan. Dapat diambil kesimpulan bahwa dari
cerita itulah yang memunculkan ritual hodo yang hingga sekarang telah mencapai lima
generasi dan tetap eksis bertahan, dan diteruskan oleh generasi berikutnya.7
Bila kita amati rencana tesis diatas menggunakan teori fungsionalisme, Ritual kesenian
hododi Desa Bantal sama halnya seperti ritual Kula ring di kepulauan Trobriand. Masyarakat
Desa Bantal melaksanakan ritual hodo juga memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan
kelompok masyarakat tersebut. Menurut pandangan Malinowski ada tiga kebutuhan manusia
yang harus terekayasa dalam suatu kebudayaan seperti yang sudah dibahas diawal.
Kebutuhan yang pertama yaitu Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis,
seperti kebutuhan akan pangan dan prokreasi. Profesi masyarakat Desa Bantal mayoritas
adalah sebagai petani dan peternak. Desa Bantal merupakan daerah yang kering dan panas
maka tidak jarang petani mengalami kesulitan dalam mengolah lahan pertaniannya, untuk
mengairi sawah saja terkadang harus membeli air dari daerah lain dengan harga yang cukup
mahal. Belum lagi sering terjadinya wabah penyakit pada tanaman serta hama yang bisa
6 Wawancara dengan Candra Noratio, selaku tim penggali atau peneliti seni tradisional Hodo sebelumnya.
7Noratio Candra, SinopsisRitual Budaya Hodo, Tarian Sakral Minta Hujan, Tim Penggali Ritual Hodo, Desa Bantal
Kec. Asembagus Kab. Situbondo Jawa Timur

10 | P a g e

menyebabkan petani gagal panen. Ritual hodo bagi masyarakat Bantal diyakini dapat
mengatasi masalah tersebut, melalui permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
meminta hujan, selamatan desa, serta wujud rasa syukur masyarakat sekitar atas keberhasilan
penen sebelumnya. Ritual hodo bagi masyarakat Desa Bantal juga menjadi ajang silaturrahmi
bertemunya antar sesama warga Desa, Sehingga warga yang dalam kegiatan sehari-hari
belum tentu bertemu, dalam ritual hodo, diharapkan menjadi salah satu upaya untuk
mempertemukannya. Selain itu, Ritual hodo juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat
Desa Bantal, karena dalam ritual tersebut terdapat beberapa bentuk seni pertunjukan yang
menarik yaitu perpaduan antara seni musik, tari dan resitasi yang terintegrasi secara utuh.
Pertunjukan tersebut jugamenjadi menarik karena pertunjukan hanya diadakan setahun sekali,
hal ini yang membuat masyarakat kemudian tidak ingin melewatkan pertunjukan tersebut.
Kebutuhan

yang

kedua

yaitu

kebudayaan

harus

memenuhi

kebutuhan

instrumental,seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan. Ritual hodo juga mengandung
unsur pendidikan didalamnya. Hal ini bisa dilihat dariunsur mantra resitasi yang digunakan,
resitasi tersebut berisi permohonan serta pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
mengingatkan kepada kita bahwa “di atas langit ada langit” sesuai dengan arti kata “do
hodo”. Ritual Hodo memberikan pendidikan kepada masyarakat bahwa kita sebagai manusia
tidak boleh sombong karena kedudukan manusia di mata Tuhan adalah sama.
Kebutuhan yang ketiga yaitu kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif,
seperti agama dan kesenian. Kesenian ritual hodo sengat erat dengan religiusitas. Dalam
ritual hodo yang merupakan warisan budaya dari nenek moyang, mendapatkan pengaruh dari
budaya islam yang dominan dalam masyarakat Desa Bantal. Hal ini yang kemudian menjadi
kesatuan integral dalam ritual tersebut antara seni, ritual dan agama. Melihat data diatas jika
dihubungkan dengan konsep kebutuhan menurut Malinowski, Ritual hodo sesuai dengan
konsep Malinowski yakni ritual tersebut dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan

11 | P a g e

masyarakatnya.Hubungan antara pemahaman atas konsep teori fungsionalisme dan
keterkaitannya dengan Ritual Hodo di Desa Bantal, dapat disimpulkan bahwa ritual hodo
bagi masyarakat Desa Bantal merupakan sebuah aktivitas untukmemuaskan suatu rangkaian
kebutuhan naluri makhluk manusia (masyarakat Desa Bantal) meliputi kebutuhan
primer/biologis maupun kebutuhan sekunder/psikologis.

12 | P a g e

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Malinowski menjelaskan bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya
memuaskan suatu rangkaian kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan
kehidupannya. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan primer/biologis maupun kebutuhan
sekunder/psikologis,

kebutuhan

mendasar

yang

muncul

dari

kebudayaan

itu

sendiri.Sedangkan menurut A.R. Radclife Brown fungsi dari kebudayaan ditunjukkan untuk
memelihara utuhnya dan jalannya struktur sosial.Teori Fungsionalisme lahir karena masih
didapatkannya kelemahan-kelemahan pada paradigma-paradigma sebelumnya,(evolusi,
difusi, dan sejarah kebudayaan). Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh
pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri
dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau
konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup.Sama halnya dengan
pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai
keteraturan sosial.
Dalam Teori Fungsionalisme dan aplikasinya dalam masyarakat, Teori tersebut
memandang bahwa aktivitas kebudayaan itu sebenarnya memuaskan suatu rangkaian
kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Namun dalam
kenyataannya untuk memenuhi setiap kebutuhan itu harus disertai faktor pendukung. Bila
kita amati dalam kehidupan masyarakat, masih banyak hal yang masih perlu diperbuat dan

13 | P a g e

diusahakan oleh setiap individu maupun masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhannya dari
tingkat paling bawah sampai ketingkatan yang teratas.

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang multikultur
dan Heterogen, hendaknya mampu untuk memahami akan budaya sekitar. Untuk memahami
kebudayaan yang semakin kompleks maka dibutuhkan berbagai teori atau pandangan untuk
mengkajinya. Oleh karena itu sebagai akademisi, kita hendaknya dapat menambah ilmu serta
bisa mengaplikasikan ilmu tersebut untuk kepentingan masyarakat. Sehingga diharapkan
dengan kontribusi tersebut bisa memberikan manfaat dan berguna untuk masyarakat.

.

14 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, David& Robert A. Manners. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koentjaraningrat, 1980.Sejarah Antropologi I.Jakarta : Universitas Indonesia.
Kuper, Adam, 1996. Pokok Dan Tokoh Antropologi. Jakarta: Bhratara.
Pramadiansyah, Firman,2009, Seni Tradisional Hodo di Desa Bantal Kecamatan
AsembagusKabupaten Situbondo Jawa Timur suatu tinjauan musikologis,Skripsi S1 Seni
Musik ISI Yogyakarta.

15 | P a g e