Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Di

Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi
Bangsa Sebagai Rasa Persatuan Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika
16 November 2010
yudhislibra Uncategorized Tinggalkan komentar
Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa Sebagai Rasa Persatuan
Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
1. Andreas Adi Darmawan ( 25209783 )
2. Arif Sandi (24209342 )
3. Hendra Ramadhanto ( 25209080 )
4. Taufiq Rachman ( 20209760 )
5. Yudhistira Nurnugroho ( 21209801 )
Pendidikan Pancasila
2 EB 19
Program Sarjana Akuntansi
UNIVERSITAS GUNADARMA
Tahun 2010
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah – Nya, . Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah dalam junjungan Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami segenap tim penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun yang berarti. Dalam

pembahasan makalah kali ini penyusun mencoba membahas mengenai Mengembangkan Rasa
Persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Pada mata kuliah Pendidikan Pancasila di
mana dalam makalah ini , pembaca akan mengetahui berbagai hal mengenai :
1. Membangun Moral dengan Penanaman Nasionalisme
2. Pentingnya Membangun Moral Melalui Penanaman Nasionalisme
Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan dapat mengenal lebih dalam berbagai hal
tentang Mengembangkan Rasa Persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dan juga
pentingnya menjaga integrasi Bangsa supaya tidak terjadi Disintegrasi yang berkepanjangan di
Negara kita ini. Pembaca juga dapat mengambil manfaat berupa penambahan wawasan dan dapat
mengembangkan ke dalam diskusi.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Landasan Pemikiran 1
2. Analisa Permasalahan 1
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Latar Belakang 1

2. Membangun Moral Siswa dengan Penanaman Nasionalisme 4
3. Pentingnya Membangun Moral Melalui Penanaman Nasionalisme 5
4. Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa 6
4.1 Ancaman Disintegrasi Bangsa Pasca Reformasi 7
4.2 Keaneka ragaman masyarakat Indonesia 8
4.3 Konflik-konflik Pacsa Reformasi 9
4.4 Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis 10
4.5 Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa 10
4.6 Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku 11
5. Analisis terhadap Pengaruh Lingkungan Strategi 11
6. Analisis terhadap Pengaruh Otonomi Daerah 12
BAB 3 PENYELESAIAN MASALAH
1. Solusi 15
BAB 4 PENUTUP
1. Kesimpulan 17
2. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA

21


BAB 1
PENDAHULUAN
1. Landasan Pemikiran
Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari banyaknya
permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi pemecahannya akan
berdampak pada meningkatnya eskalasi konflik menjadi upaya memisahkan diri dari NKRI.
Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada didalam
masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya
mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang
bijaksana untuk mencegah dan menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara
tuntas maka akan menjadi problem yang berkepanjangan. Oleh karena itu diperlukan landasan
pemikiran yang terkait, diantaranya :
1. Pancasila sebagai landasan Idiil.
2. UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional.
3. Wawasan Nusantara sebagai landasan visional.
4. Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konsepsional.
5. Ketetapan MPR Nomor : V / MPR / 2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional
2. Analisa Permasalahan


Dalam rangka merumuskan kebijakan, upaya dan strategi dalam menanggulangi dan mencegah
ancaman disintegrasi bangsa maka perlu mengetahui karakteristik penyebab terjadinya ancaman
disintegasi bangsa yang terjadi saat-saat ini.
Oleh karena itu maka dapat dianalisa melalui beberapa faktor diantaranya sebagai berikut :
1. Membangun Moral Siswa dengan Penanaman Nasionalisme
2. Pentingnya Membangun Moral Melalui Penanaman Nasionalisme
3. Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa
4. Ancaman Disintegrasi Bangsa Pasca Reformasi
5. Keanekaragaman masyarakat Indonesia
6. Konflik-konflik Pacsa Reformasi
7. Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis
8. Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa
9. Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku
10. Analisis terhadap Pengaruh Lingkungan Strategi
11. Analisis terhadap Pengaruh Otonomi Daerah
BAB 2
PEMBAHASAN
1.

Latar Belakang


Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak akan lepas dari tudingan masyarakat jika ada
kenakalan remaja atau tawuran antar siswa. Kemerosotan moral siswa yang kerap terjadi seakanakan merupakan kegagalan lembaga pendidikan untuk membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. Terlebih lagi guru agama dan guru PPKn, selalu menjadi sasaran empuk yang
dituduh gagal membentuk moral siswa. Sebenarnya penanaman moral sangat terkait dengan
semua guru, orang tua, dan masyarakat.
Kalau dikaji secara detail, penyebab kemerosotan moral pada diri anak bukan hanya karena
adanya penurunan akhlak dan kurangnya pemahaman terhadap nilai agama. Penyebab
kemerosotan moral sering terjadi karena kurangnya perhatian orang tua sehingga anak merasa
terabaikan. Penyebab lain yang besar peranannya terhadap kemerosotan moral siswa adalah
menurunnya rasa nasionalisme dalam diri siswa.
Di sisi lain, sibuknya pemerintah, para pejabat, pemerhati pendidikan, dan masyarakat tentang
persoalan ekonomi yang makin tidak menentu membuat kita lupa untuk terus menanamkan rasa
nasionalisme dalam diri siswa. Kenyataan ini harus kita akui karena rasa nasionalisme sangat
berpengaruh terhadap moral siswa. Dengan rasa nasionalisme yang tinggi, anak akan lebih
mencintai dirinya sendiri sehingga kecil kemungkinannya mereka akan menjerumuskan dirinya
untuk hal yang tidak berguna. Terhadap sesama teman, mereka akan merasa senasib
seperjuangan sebagai bangsa Indonesia yang utuh. Adanya rasa persatuan dan kesatuan yang
tinggi antar anak membuat salah satu di antara mereka tidak tega menyakiti yang lainnya.
Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki keaneka ragaman baik

dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat, serta kondisi faktual ini disatu
sisi merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain
yang tetap harus dipelihara. Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang

jika tidak dikelola dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa,
seperti gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan yang dapat
mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa.
Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah berkembang sedemikian kuat.
Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian masyarakat, segelintir elite politik lokal maupun
elite politik nasional dengan menggunakan beberapa issue global Issue tersebut meliputi issu
demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum serta sistem keamanan
wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan global dan regional mampu menggeser
dan merubah tata nilai dan tata laku sosial budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya
dapat membawa pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk pertahanan
keamanan.
2. Membangun Moral Siswa dengan Penanaman Nasionalisme
Manusia tidak bisa lepas dari kata “moral”. Karena hanya manusia yang mempunyai kesadaran
untuk berbuat baik atau buruk. Bahwa kata “moral” mengacu pada baik dan buruknya manusia
terkait dengan tindakannya, sikapnya dan cara mengungkapkannya. Sedangkan pengertian moral

menurut Mahendra, adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Masalah moral harus diperhatikan setiap manusia, karena baik buruknya moral setiap pribadi
menentukan kualitas suatu bangsa. Nilai moral bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara.
Karena dengan nilai-nilai Pancasila kita dapat bertindak dan bersikap sebagai makhluk Tuhan
serta sebagai bagian dari komunitas sebuah Negara. Dalam hubungannya dengan bangsa dan
negara setiap pribadi juga dituntut untuk mempunyai rasa kebangsaan atau nasionalisme.
Nasionalisme secara teoritis adalah persatuan secara kelompok dari suatu bangsa yang
mempunyai sejarah, bahasa dan pengalaman bersama. Nasionalisme bangsa Indonesia
merupakan perwujudan rasa cinta bangsa Indonesia terhadap Negara dan tanah air berdasarkan
Pancasila. Nasionalisme yang dilandasi Pancasila menuntun kita untuk memiliki sikap
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, tenggang rasa, dan merasa bahwa bangsa Indonesia
merupakan bagian dari seluruh umat manusia.
Membangun moral dengan nasionalisme harus ditanamkan sejak dini, terutama pada siswa usia
Sekolah Dasar (SD). Sebab di SD merupakan basic pendidikan, sedangkan moral merupakan
landasan utama dalam melakukan seluruh aktivitas dalam kehidupan. Pergaulan siswa SD belum
begitu komplek dibanding siswa SMP atau SMA. Oleh karena itu jika penanaman moral dimulai
sejak SD akan lebih mengakar dan tertanam dalam diri siswa.
3.


Pentingnya Membangun Moral Melalui Penanaman Nasionalisme

Arus globalisasi dan modernisasi membuat generasi muda hanyut dalam gaya hidup dan sikap
individualis, acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar dan tidak peduli dengan tangung jawab
moral. Banyak generasi muda yang hanyut dalam gemerlap dunia, mengisi waktu untuk
kesenangan pribadi tanpa memikirkan masa depannya. Lebih menyedihkan lagi jika mereka lupa
bahwa sebenarnya mereka adalah sumber kekuatan moral yang diharapkan agar selalu
menjunjung kebenaran sesuai hati nurani dan berjiwa patriotisme. Jika pembangunan moral

dengan nasionalisme ini terlaksana, kemungkinan besar siswa tidak membuang waktu untuk hal
yang tidak berguna, apalagi merugikan diri sendiri.
Rasa nasionalisme dapat mendorong mereka untuk lebih menghargai nilai kemerdekaan dan arti
hidup dengan hal-hal yang positif. Terhadap sesama teman akan ada rasa saling asih mengasih
dan semangat untuk selalu bersatu sebagai sesama anak bangsa, yang dilahirkan dan dibesarkan
di tanah air yang sama. Mereka akan merasa bangga dengan adanya kemajemukan bangsa
Indonesia sebagai kekayaan yang harus dipertahankan. Kesadaran akan persatuan dan kesatuan
bangsa penting bagi generasi muda sebagai sistem nilai sehingga secara moral mereka akan
berbuat baik dalam setiap tindakan dan gerak hati nuraninya. Lebih penting lagi mereka pandai
melihat peluang untuk mencapai eminensi dalam hidupnya, kesuksesan masa depannya.

Dampak positif nasionalisme telah tercatat sebagai prestasi gemilang dalam sejarah, yaitu dengan
lahirnya Boedi Oetomo 20 Mei dan peristiwa Sumpah Pemuda 1928, yang mengandung nilai
urgen berupa kesatuan. Selain itu Sumpah pemuda merupakan wujud pengusungan faham
nasionalisme, melalui penyatuan keinginan bersama untuk membuat negeri ini merdeka.
4. Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan lain-lainnya
ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan pemerintah pusat, dimana
segala sumber dan tatanan hukum dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk permasalahan baik
politik, agama, sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni
dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga
menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat, terutama bila kita meninjau kembali
kekeliruan pemerintah masa lalu dalam menerapkan dan mempraktekkan kebijaksanaannya.
Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan nasional dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai
dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah ancaman
disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis
dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4 . 1 Ancaman Disintegrasi Bangsa Pasca Reformasi
Ancaman Pasca reformasi berbagai bentuk kekerasan telah terjadi diberbagai tempat dalam

bingkai NKRI. Citra NKRI sebagai negara yang ramah dan penuh santun mulai luntur bahkan
hilang ditelan gelombang dan derasnya arus reformasi. Munculnya konflik yang berbasis
sentimen primordial dengan sebab-sebab yang tidak terduga telah memberikan wajah baru pada
NKRI. Konflik yang muncul tidak berada dalam ruang hampa. Namun berada diatas timbunan
dibawah karpet tebal ”kesatuan” dan ”persatuan” yang menghimpit ke Bhinekaan pada jaman
Orde Baru. Reformasi telah membuka semua saluran yang dimampatkan dengan pendekatan
keamanan, membuat beragam kepentingan yang lama terpendam mencuat keatas permukaan.
Gambarannya semakin jelas, khususnya pasca reformasi ketika relasi-relasi kekuasaan yang
semula mapan menjadi tergoyahkan dan batas-batas identitas kembali digugat. Dalam situasi
seperti ini konflik menjadi suatu keniscayaan, berbagai konflik seperti ”hal biasa” misalnya
dalam Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) dan pemekaran wilayah yang dalam banyak hal
tampaknya lebih didasari kepentingan politik daripada ketimbang kesejahteraan rakyat.
Perjalanan reformasi kadang-kadang melahirkan ketidak pastian hukum dan mempertaruhkan
esensi demokrasi itu sendiri. Munculnya Perda-perda bernuansa agama serta moralitas salah satu
hasilnya adalah lebih digunakan untuk mengalihkan perhatian dari persoalan-persoalan riil

didaerah yang tak mampu dicarikan solusinya oleh para pemimpin daerah.
Apabila hal ini dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara maka akan terbangun rasa
cinta tanah air, oleh karena itu perlu mendefinisikan kembali masa depan kebangsaan dan
demokrasi Indonesia yang menghargai keberagaman dalam berbagai perbedaan sekaligus

menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.
4 . 2 Keaneka ragaman masyarakat Indonesia
Pandangan bahwa pruralitas, suku, agama, ras dan antar golongan sebagi penyebab konflik atau
kekerasan massal, tidak dapat diterima begitu saja. Pendapat ini benar mungkin untuk sebuah
kasus, tapi belum tentu benar untuk kasus yang lain. Segala macam peristiwa dan gejolak sosial
budaya termasuk konflik dan kekerasan massal pada dasarnya tidaklah lahir begitu saja, akan
tetapi ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat yang beraneka
ragam, tetapi bukan tanpa batas dan merupakan hasil dari suatu proses sejarah yang bersifat
khusus.
Faktor lain yang terjadi dikawasan timur Indonesia memiliki komposisi keragaman etnik yang
banyak dalam bentuk kelompok suku-suku kecil dan rentan, sedang kawasan barat Indonesia di
pulau-pulau besar tinggal kelompok suku-suku yang besar yang relatif miskin sumber daya alam,
membuat mereka bergerak mengeksploitasi SDA di kawasan timur Indonesia, bahkan
nyaris menggusur partisipasi penduduk setempat.
Akibatnya terjadi kesenjangan antara pendatang dan penduduk asli. Keadaan ini membuat
penduduk setempat menjadi antipati terhadap pendatang, sementara pendatang yang sukses
justru memanfaatkan ketertinggalan penduduk setempat sebagai kelemahan mereka.
4 . 3 Konflik-konflik Pacsa Reformasi
Secara sadar kita harus mengakui bahwa pasca reformasi telah terjadi ancaman disintegrasi
bangsa yang mencakup lima wilayah.
Pertama. Kekerasan memisahkan diri di Timor-Timor setelah jajak pendapat tahun 1999 yang
pada akhirnya lepas dari NKRI, di Aceh sebelum perundingan Helsinki dan beberapa kasus di
Papua.
Kedua. Kekerasan komunal berskala besar, baik antar agama, intra agama, dan antar etnis yang
terjadi Kalimatan Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, dan Kalimatan Tengah.
Ketiga. Kekerasan yang terjadi dalam skala kota dan berlansung beberapa hari seperti peristiwa
Mei 1998, huru-hara anti Cina di Tasikmalaya, Banjarmasin, Situbondo dan Makassar.
Keempat. Kekerasan sosial akibat main hakim sendiri seperti pertikaian antar desa dan
pembunuhan dukun santet di Jawa Timur 1998.
Kelima. Kekerasan yang terkait dengan terorisme seperti yang terjadi di Bali dan Jakarta.
Semua itu belum termasuk konflik kekerasan yang diakibatkan Pilkada dan issu pemekaran yang
menggunakan rakyat sebagi objek kepentingan politik kekuasaan para elit politik baik lokal
maupun nasional.
4 . 4 Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis
Dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara kondisi stabilitas keamanan yang mantap
dan dinamis diseluruh wilayah tanah air merupakan syarat mutlak. Artinya setiap gangguan dan
ancaman yang datang disebagian wilayah NKRI pada hakekatnya ancaman bagi seluruh wilayah
NKRI. Menciptakan keamanan merupakan tanggung jawab semua pihak (Warga Negara) dengan
pihak aparat keamanan (TNI dan POLRI) sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Tanpa
adanya stabilitas keamanan di suatu daerah, sudah dapat dipastikan akan terganggu roda

pembangunan dalam banyak hal. Oleh karena itu gangguan keamanan/konflik yang terjadi di
beberapa daerah perlu dilakukan penangganan yang serius agar tidak terjadi sikap balas dendam
dan luka yang terus berlanjut bahkan dapat mengancam perpecahan bangsa.
4 . 5 Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa
Mencermati masalah keamanan dibeberapa daerah yang cukup serius dan segera harus
diselesaikan melalui langkah-langkah yang komprehensif. Guna mendorong kembalinya
semangatnya persatuan bangsa dan kesatuan wilayah yang telah dimiliki dan guna mencegah
disintegrasi bangsa tidak ada alternatif lain mengembalikan kondisi aman yang didambakan oleh
seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Stabilitas keamanan di daerah konflik yang
cenderung mengarah kepada disintegrasi bangsa harus terus diciptakan dengan pendekatan
komprehensif baik dari aspek ekonomi, sosial budaya, politik maupun dari pendekatan hukum
dengan dibantu aparat hukum yang terus melakukan tindakan konkrit dan koordinatif serta tetap
mengedepankan semangat kebersamaan dalam menciptakan keutuhan bangsa dan negara.
4 . 6 Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku
Melihat, memperhatikan dan mencermati kondisi keamanan diberbagai daerah yang rawan
konflik saat ini serta kondisi bangsa supaya tidak terjadi ancaman disintegrasi bangsa pemerintah
pusat, instansi maupun daerah dalam hal ini pihak keamanan/aparat keamanan harus
menegakkan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku serta melakukan tindakan
persuasif dan pendekatan keamanan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi daerah
masing-masing. Guna mendorong kembali semangat persatuan, kesatuan wilayah dan bela
negara sebaiknya pemerintah mencari terobosan lain untuk mensosialisasikan Pancasila agar
dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun yang paling penting adalah bagaimana contoh dan ketauladan dari semua penyelenggara
negara, tokoh formal maupun informal terhadap rakyatnya dalam berpikir, bersikap dan
bertindak yang pada berdasarkan Pancasila sebagai ideologi, pandangan hidup serta dasar
negara.
5. Analisis terhadap Pengaruh Lingkungan Strategi
a. Dalam mengatasi ancaman separatisme, gerombolan bersenjata, radikal kiri dan kanan yang
sekarang tersebar di wilayah Indonesia seperti RMS, OPM, Eks Para Napol/Tapol PKI dan lainlain yang merupakan ancaman serius yang dihadapi bangsa Indonesia walapun masalah GAM
telah terselesaikan dan teratasi tetapi dilain sisi tetap harus terus dipantau segala bentuk kegiatan
yang dilakukannya serta perlu mendapatkan perhatian khusus. Oleh karena itu pemerintah harus
tanggap dan cepat bertindak dalam menghadapi permasalahan ini, untuk itu pemerintah harus
bertindak tegas dalam menyelesaikan masalah separatis maupun sejenisnya demi keutuhan
bangsa dan negara dan tidak membiarkan kondisi ini terus berlarut-larut.
b. Sebagai bangsa yang heterogen Indonesia dengan bermacam-macam suku, budaya, agama
dan adat berpeluang terjadinya konflik komunal (SARA). Faktor-faktor keberagaman ini menjadi
celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengganggu stabilitas keamanan
dan keutuhan Indonesia. Dampak-dampak yang timbul dari konflik diatas menyebabkan
terjadinya gelombang pengungsian besar-besaran, kerugian harta benda, korban jiwa serta
kerusakan lingkungan dan infrastruktur dalam jumlah yang tidak sedikit, sehingga keamanan
nasional masyarakat didaerah konflik dan kondisi stabilitas nasional terganggu.
6. Analisis terhadap Pengaruh Otonomi Daerah
Dalam era transisi dari masa orde baru ke masa reformasi kebijakan sentralistik ke desentralistik

demokratis sebagaimana yang dituju dalam pemerintahan nasional ditandai dengan
pemberlakuan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Bab I, pasal
1, ayat 5 tentang Pemerintahan Daerah, tetapi masih ditemui beberapa kendala yang masih perlu
diatasi bersama dengan berbagai pihak yang terkait. Dari kendala-kendala yang terjadi beberapa
permasalahan yang mengandung potensi instabilitas yang dapat mengarah melemahnya
ketahanan nasional di daerah-daerah bahkan dapat memicu terjadinya disintegrasi bangsa bila
tidak egera ditangani. Kendala-kendala yang terjadi diantaranya yaitu :
a. Masalah DPRD sebagai konsekwensinya diberlakukannya UU No. 2 Tahun 1999 tentang
Partai Politik dan UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum sebagai Tuntutan
Fundamental Reformasi yang melahirkan Pemilihan Umum secara Multi Partai. Lahirnya
Lembaga Legislatif yang merupakan representasi dari partai peserta pemilu memiliki
kemampuan yang beragam. Banyak yang berpendapat bahwa kapabilitas dan kredibilitas
Anggota DPRD tidak merata bahkan ada yang kurang memahami tentang pemerintahan dan
dinilai ada beberapa pihak yang berorientasi menuntut haknya namun kurang memperhatikan apa
yang jadi kewajibannya.
b. Mengenai Perimbangan keuangan daerah dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Bab I pasal 1
ayat 3 mengatakan ”Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proposional, demokratis, transparan dan
efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan
potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan”.
c. Dampak dari agenda nasional dan pengaruh issu global terutama demokratisasi dan hak asasi
manusia, masyarakat semakin memahami akan haknya sebagai warga negara, tetapi ada
kecenderungan kurang memahami akan kewajibannya, masyarakat makin kritis, reaktif dan
proaktif dalam menuntut hak-haknya kepada pemerintah, namun kurang mau mengerti akan
kesulitan pemerintah pusat termasuk pemerintah daerah.
Oleh karena itu dalam Otonomi Daerah, Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah harus mampu
untuk mendorong dan memberdayakan masyarakat agar mampu menumbuhkan kreasinya guna
membangun suatu program atau ide yang dapat memberi kontribusi bagi daerahnya.
d. Dana bantuan dari pemerintah pusat yang diberikan kepada beberapa daerah khusus dalam
masalah pendanaan membuat para pejabat daerah yang mendapatkan dana tersebut terbuai akan
pemberian atau pencairan bantuan dana tersebut, sehingga tidak pernah memikirkan akan
pembangunan didaerahnya sendiri, dimana dana tersebut diperuntukkan untuk membiayai
kebutuhan dalam rangka pembangunan sarana maupun prasarana umum yang masih tertinggal
dari daerahnya.
Sehingga masyarakat mengangap bahwa pemerintah pusat tidak membantu dan memberikan
dana serta perhatian kepada daerah yang tertinggal.
Untuk itu pemerintah pusat harus bertindak tegas dalam masalah pemberian dana bantuan daerah
tertinggal tersebut, karena dikhawatirkan masyarakat tidak akan percaya dan menuntut kepada
pemerintah pusat akibat dari permasalahan tersebut.
BAB 3
PENYELESAIAN MASALAH
1.

Solusi

Penanaman moral melalui seruan agama sudah banyak dilakukan oleh para guru di sekolah dan
para da’i serta pemuka di lingkungan masyarakat. Tetapi membuka kembali sejarah berdirinya
bangsa dan negara Indonesia banyak terlupakan. Padahal pengalaman nenek moyang dan para
pejuang bangsa merupakan pelajaran yang tak kalah besar peranannya dalam membentuk moral,
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Juga bukan salah guru PPKn, IPS, atau agama sebagai guru yang diberi tugas menyampaikan
materi seputar akhlakulkarimah dan sejarah perjuangan bangsa. Pembentukan moral siswa
melalui penanaman semangat nasionalisme merupakan tanggung jawab semua kalangan
masyarakat. Tidak hanya di bangku sekolah sebagai lembaga pendidikan, penanaman rasa
nasionalisme dapat dimulai dari lingkungan tempat tinggal mereka. Misalnya, sering kali
memperdengarkan lagu-lagu nasional di rumah atau lingkungan masyarakat dapat mempertebal
rasa nasionalisme.
Upaya mempertebal rasa nasionalisme juga dapat dilakukan dengan penayangan film sejarah
perjuangan bangsa di televisi. Karena ternyata media televisi lebih menarik anak dari pada
ceramah yang dilakukan guru dan pemuka masyarakat. Hal ini dimaksudkan supaya anak-anak
mengerti betapa berat perjuangan bangsa ini untuk mencapai kemerdekaan.
Upaya lain misalnya dengan mengajak siswa dan memperkenalkan tempat-tempat bersejarah
seperti museum, mengakrabkan nama-nama dan gambar pahlawan pejuang bangsa, atau
mengajak siswa berziarah ke taman makam pahlawan. ziarah ke makam pahlawan perlu
dilakukan agar anak-anak menghargai jasa pahlawan dan menumbuhkan jati diri mereka sejak
dini.
Penanaman nasionalisme juga dapat diwujudkan dengan cara membiasakan memakai produk
dalam negeri sehingga timbul rasa cinta untuk menghargai hasil karya anak negeri sendiri. Dapat
dikatakan, jika nasionalisme kita kurang kuat, akan banyak produk-produk budaya luar yang
menggeser produk budaya kita. Satu hal yang tidak boleh dilupakan juga, bahwa generasi tua,
dalam hal ini guru, harus bisa menjadi panutan bagi generasi muda. Terlebih lagi anak pada usia
dini, biasanya memiliki figur yang ingin diteladani. Tidak dapat dipungkiri kalau figur tersebut
mempengaruhi pembentukan mental siswa yang sedang mencari jati diri.
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila ditinjau dari kondisi
geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa pluralitas, suku, agama, ras
dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bisa
diterima begitu saja..
Pemberlakuan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 merupakan
implikasi positif bagi masa depan pemerintahan daerah di Indonesia namun berpotensi untuk
terciptanya sikap fanatisme primodialisme yang sempit, sektarianisme dan supranasionalisme.
Kondisi ini terjadi karena tidak semua masyarakat mengetahui tujuan pemberlakuan otonomi
daerah bagi sebuah negara kesatuan RI.
PILKADA dan pertarungan elit politik yang diimplementasikan kedalam bentuk penggalangan
massa, dengan alasan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, namun sarat dengan kepentingan
pribadi atau politik yang pada akhirnya dapat menciptakan konflik horizontal maupun vertikal,

dalam penyelesaiannya tidak pernah tuntas.
Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah,
sangat menentukan dalam rangka meredam konflik yang terjadi saat ini. Sedangkan peredaman
konflik pada skala kejadiannya memerlukan tingkat profesionalisme dari seluruh aparat hukum
dan instansi terkait secara terpadu dan tidak berpihak pada sebelah pihak.
Kemerosotan moral generasi muda dapat dikurangi dengan cara menanamkan rasa nasionalisme
sejak usia dini. Rasa nasionalisme tersebut dapat diterapkan dengan sering memperdengarkan
lagu nasional, memperingati hari kemerdekaan dan hari besar nasional, memperkenalkan
gambar-gambar pahlawan pejuang kemerdekaan, mengajak ziarah ke taman makam pahlawan,
dan penayangan film sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Membentuk moral dengan menanamkan nasionalisme penting karena dapat mendorong generasi
muda untuk menghargai arti kemerdekaan dengan hal-hal yang positif, dan agar timbul
kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa sehingga secara moral mereka terdorong untuk
berbuat baik. Dalam membangun moral dengan penanaman nasionalisme diperlukan kerja sama
dan saling bahu membahu antara semua pihak, yaitu lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat
dan pemerintah. Semua pihak hendaknya bisa menjadi contoh teladan bagi siswa sebagai
generasi penerus pembangunan.
Faktor utama perekat persatuan bangsa adalah kebhinekaan budaya Indonesia dan bukan manjadi
halangan untuk mewujudkan persatuan bangsa. Justru budaya yang beraneka ragam tsb justru
amapu berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lainnya secara selaras dan serasi. Oleh
sebab itu perlu selalu disadari dan dipahami bersama bahwa bangsa Indonesia ini memang
bentuk dari suku-suku bangsa yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Langkah utama
yang perlu ditempuh dalam rangka membangun kehidupan bagi bangsa Indonesia di masa depan
adalah menggunakan konsepsi kemandirian lokal, yaitu “pendekatan kebudayaan” sebagai
bagian utama dari strategi pembangunan masyarakat dan bangsa. Implementasi pendekatan
kebudayaan dalam pembangunan bangsa diyakini akan dapat menumbuhkan kebanggan pada
setiap anak bangsa terhadap diri dan budayanya dan pada gilirannya akan menumbuhkan pula
toleransi dan pengertian akan keberadaan budaya lainnya
2. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan serta upayaupaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan beberapa langkah sebagai berikut :
• Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar didapatkan
suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi kultural dapat dijadikan ajaran untuk
mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga
negara atas kemejemukan dengan segala perbedaannya.
• Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi , dalam membuat aturan
atau kebijakan haruslah dapat memenuhi keterwakilan semua elemen masyarakat sebagai warga
negara.
• Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan tatanan yang
berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota
TNI dan tata cara penyumpahan diatur dengan Undang-undang.
• Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi pernyataan bahwa setiap warga
negara Indonesia cinta damai, persatuan dan kesatuan dan rela berkorban untuk mementingkan
kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi atau golongan.

• Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya musik atau lagu-lagu yang
mengobarkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi Bangsa Indonesia. Berdasarkan
pengalaman sejarah telah membuktikan betapa dahsyatnya sebuah lagu mempunyai pengaruh
terhadap para pejuang kemerdekaan dimasa lalu.
• Pendidikan jangka panjang harus memperkenalkan tentang perbedaan umat manusia dan
kemajemukan budaya bangsa Indonesia dari tingkat sekolah yang terendah sampai yang tertinggi
secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
• Perlu dihimbau semua insan jurnalistik/pers dengan memperkenalkan rasa nasionalisme
diatas segalanya bagi keutuhan NKRI, sehingga dapat memposisikan diri dalam keikutsertaan
meredam konflik dan bukannya memperbesar melalui berita-berita yang berdampak kebencian
dan prsangka buruk bagi setiap warga negara.
• Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu mungkin dibuat semacam
deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan tekad memelihara keutuhan persatuan dan kesatuan
NKRI. Suatu deklarasi yang tepat akan dapat menjadi pemicu tumbuhnya rasa nasionalisme.
• Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa nasionalisme sebangsa dan setanah air dalam NKRI,
harus dicari lagi terobosan lain yang dimana tugas dan fungsinya minimal sama dengan BP-7
yang telah dibubarkan namun tidak bersifat doktriner karena berdasarkan hasil penelitian
didaerah, masyarakat masih menghendaki adanya semacam penataran atau yang sejenis tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
• Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan Beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas 2001.
• Budi Utomo, Pembangunan Wilayah Perbatasan Indonesia dalam Perspektif Keamanan
Manusia,diakses tanggal 28 September 2008
• http://budiutomo79.blogspot.com/2007/09/pembangunan-wilayah-perbatasan.html
• Departemen Pertahanan RI, Buku Putih Pertahanan Negara, Jakarta, 2008
• Departemen Pertahanan RI, Doktrin Pertahanan Negara, Jakarta, 2007
• HB. Amiruddin Maula, Drs, SH, Msi, Menjaga Kepentingan Nasional Melalui Pelaksanaan
Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangsa, Jakarta, Lemhannas, 2001.
• Ketetapan MPR Nomor : V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional. Jakarta, 2000.
• Iskandar Zulkarnaen, Bung Hatta Pernah Menangis Melihat Kondisi Perbatasan, Save Our
Borneo, Jakarta, 2008, diakses tgl 3 September 2008 dari
• http://saveourborneo.org/index.php?option=com_content&task=view&id=178&Itemid=37
Tentang iklan-iklan ini

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65