DETERMINAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN KALIANDA

DETERMINAN PERNIKAHAN DINI
DI KECAMATAN KALIANDA
Sumardi Rahardjo 1)
Riyanti Imron 1)
1)
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
Abstrak: Determinants of Early Marriage In District Kalianda. Early marriage is a marriage by
women under the age of 19 years, and men under the age of 20 years (BKKBN, 2008). Currently the
number of early marriages in the district of South Lampung Kalianda still very high. Pre survey
results that researchers do in VAT / KUA Kalianda South Lampung District 1 September 2012, it is
known that the number of early marriages in 2010 as many as 186 weddings, (18.9) of 983 marriages,
the number of marriages increased to 201 (21%) of 953 marriages, whereas in 2012 (January-August)
the number of early marriages as marriages 192 (21.84). This study is an analytical study with nested
case-control approach, which aims to determine the determinants of early marriage in the District of
South Lampung regency Kalianda 2012. Whole population is 879 people whereas a sample taken with
the 214 control cases numbered 107 and 107 are taken. Secondary data is taken directly from the
respondents, sampling using Simple Random Sampling and collection tool was a questionnaire with
interview techniques . The analysis is univariate, bivariate statistics using Chi square test. The
research concludes with 214 respondents, of the nine variables in meticulous in getting results:
education (p value = 0.006), knowledge (p value = 0.000), behavior (p value = 0.000), occupation (p
value = 0.273), quality family environment (p value = 0.005), the quality of the public environment (p

value = 0.038), medium (p value = 0.299), socio-cultural (p value = 0.331), and economic (p value =
0.487). Expected to health care workers in order to cooperate with other agencies to improve
education about reproductive health, religion, and improve the skills of people, especially teenagers
who drop out of school, both formal and informal.
Keywords: Determinants, Early Marriage
Abstrak: Determinan Pernikahan Dini di Kecamatan Kalianda. Pernikahan dini yaitu
pernikahan yang dilakukan oleh perempuan yang berusia di bawah 19 tahun, dan laki-laki yang
berusia di bawah 20 tahun (BKKBN, 2008). Saat ini jumlah pernikahan dini di kecamatan Kalianda
Lampung Selatan masih sangat tinggi. Hasil pre survei yang peneliti lakukan di PPN/KUA
Kecamatan Kalianda Lampung Selatan pada 1 September 2012, diketahui bahwa jumlah pernikahan
dini pada tahun 2010 sebanyak 186 pernikahan, (18,9) dari 983 pernikahan, jumlah tersebut
meningkat menjadi 201 pernikahan (21%) dari 953 pernikahan, sedangkan pada tahun 2012 (JanuariAgustus) jumlah pernikahan dini sebanyak 192 pernikahan (21,84). Penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan pendekatan Case Control, yang bertujuan untuk mengetahui determinan pernikahan dini
di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012. Populasi seluruhnya adalah, 879
orang sedangkan yang diambil menjadi sampel sebanyak 214 dengan kasus berjumlah 107 dan kontrol
107 orang.data yang diambil adalah data skunder yang di ambil langsung dari responden, pengambilan
sampel menggunakan Simple Random Sampling dan alat pengumpulan data adalah kuesioner dengan
tehnik wawancara. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji statistik menggunakan
Chi square. Hasil penelitian menyimpulkan dengan 214 responden, dari sembilan variabel yang di teliti
di dapatkan hasil: pendidikan (p value=0,006), pengetahuan (p value=0,000), perilaku (p

value=0,000), pekerjaan (p value=0,273), kualitas lingkungan keluarga (p value=0,005), kualitas
lingkungan masyarakat (p value=0,038), media (p value=0,299), sosial budaya (p value=0,331),
dan ekonomi (p value=0,487). Diharapkan petugas kesehatan dapat bekerjasama dengan instansi
lain untuk meningkatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, agama dan meningkatkan
keterampilan masyarakat khususnya remaja yang putus sekolah baik formal maupun informal.
Kata Kunci: Determinan, Pernikahan Dini

357

358 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 357-363

Di Indonesia kasus pernikahan dini
berkisar 12-20% yang dilakukan pasangan baru,
biasanya pernikahan dini dilakukan pada
pasangan usia muda rata-rata umurnya 16-20
tahun. Berdasarkan Angka Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta
penduduk dengan rata-rata usia perkawinan di
Indonesia yakni 19,1 tahun. Data Badan KB

dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Lampung Selatan bulan Juni 2011 mencatat
tahun 2010, jumlah pasangan usia subur (PUS)
187.916 dan terdapat 3.591 PUS (2,01%) yang
menikah usia < 20 tahun, jumlah tersebut
meningkat menjadi 4.007 PUS (2,20%) pada
tahun 2011 dari jumlah PUS 187.916 PUS.
Hasil pre survei yang peneliti lakukan
di PPN/KUA Kecamatan Kalianda Lampung
Selatan pada 1 September 2012, diketahui
bahwa jumlah pernikahan dini pada tahun 2010
sebanyak 186 pernikahan, (18,9) dari 983
pernikahan, jumlah tersebut meningkat menjadi
201 pernikahan(21%) dari 953 pernikahan,
sedangkan pada tahun 2012 (Januari-Agustus)
jumlah pernikahan dini sebanyak 192
pernikahan (21,84) dari 874 pernikahan.
Berdasarkan latar belakang dan
fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Determinan pernikahan dini

di Kecamatan Kalianda Lampung Selatan”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik Case Control. dengan pendekatan
“retrospektif”.
Penelitian dilaksanakan di
kecamatan
Kalianda Lampung Selatan,
Populasi sebanyak 879 wanita usia subur
(WUS),
yang telah menikah. Besar sampel
214 responden yang terdiri dari 107 wanita
usia subur yang menikah dini (kasus), dan 107
tidak menikah dini. Perbandingan kelompok
kasus dan kontrol 1:1.
Data yang diambil primer dan skunder,
dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan
tehnik wawancara. Pengolahan data melalui 4
tahap, editing,coding, processing dan cleaning.
Analisis data dengan persentase, Bivariat

dengan Chi-Square

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut
Karakteristik.
Variabel

f

%

Pendidikan
Rendah
Menengah
Total

97
117

214

45,3
54,7
100

Pengetahuan
Kurang
Baik
Total

91
123
214

42,5
57,5
100

Prilaku

Negatif
positif
Total

104
110
214

48,6
51,4
100

Pekerjaan
Tdk bkerja
Bekerja
Total

113
101
214


52,8
47,2
100

Kualitas lingkungan keluarga
Mendukung
83
Tidak Mendukung
131
Total
214

38,8
61,2
100

Kualitas lingkungan masyarakat
Mendukung
90

Tidak Mendukung
124
Total
214

42,1
57,9
100

Pengaruh media
Negatif
Positif
Total

101
113
214

47,2
52,8

100

Sosial- budaya
Ada
Tidak Ada
Total

88
126
214

41,1
58,9
100

Ekonomi keluarga
Rendah
Tinggi
Total


126
88
214

58,9
41,1
100

Raharjo, Determinan Pernikahan Dini 359

Analisis Bivariat

Tabel 5. Pekerjaan Dengan Pernikahan Dini

Tabel 2. Pendidikan Dengan Pernikahan
P-v

OR
95%
Cl

64,5 0,006

2,23
(1,293,87)

Menikah Dini
Pdidikan
Rendah
Menengah
Total

Kasus
n
%
59 55,1

Kontrol
n
%
38 35,5

48

69

107

44,9
100

107

100

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa,
pada responden yang menikah dini terdapat 59
orang (55,1%) berpendidikan rendah dan pada
responden yang tidak menikah dini terdapat 38
orang (35,5%) berpendidikan rendah. Hasil uji
statistik diperoleh P-value = 0,006 dan OR 2,23
(95% CI 1,29-3,87).
Tabel 3. Pengetahuan Dengan Pernikahan
Dini
Menikah Dini

Pengeta
huan
Kurang

n
62

Kasus
%
57,9

Baik

45

42,1

Total

107

100 107

P-v

Kontrol
n
%
29
27,1
78

72,9 0,000
100

OR
95% CI

3,71
(2,096,58)

Pada tabel 3, diketahui bahwa
responden yang menikah dini terdapat 62 orang
(57,9%) berpengetahuan kurang sedangkan
pada responden yang tidak menikah dini
terdapat 29 orang (27,1%) berpengetahuan
kurang. Hasil uji statistik diperoleh P-value =
0,000 dan OR =. 3,71 (95% CI: 2,09-6,58).
Tabel 4. Prilaku Dengan Pernikahan Dini
Menikah Dini
Prilaku

P-v

negatif

Kasus
n
%
70
65,4

Kontrol
n
%
34
31,8

positif

37

34,6

73

Total

107

100 107

68,2 0,000
100

OR
95% CI

4,06
(2,307,18)

Hasil tabel 4, bahwa pada responden
yang menikah dini terdapat 70 orang (65,4%)
berprilaku negatif dan pada responden yang
tidak menikah dini terdapat 34 orang (31,8%).
Hasil uji statistik diperoleh P-value=0,000 dan
OR = 4,06 ( 95% CI: 2,30-7,18).

Menikah Dini
Pekejaan

P-v

Kasus
n
%
61
57

Kontrol
n
%
52
48,6

B’kerja

46

43

55

51,4

Total

107

100

107

100

Tdk b’kerja

0,273

Memperhatikan tabel 5, diketahui
bahwa pada responden yang menikah dini
terdapat 61 orang (57%) yang tidak bekerja dan
pada responden yang tidak menikah dini
terdapat 52 orang (48,6%) yang tidak bekerja,
dan hasil uji statistik di peroleh P-value = 0,27.
Tabel 6. Kualitas Lingk Keluarga Dengan
Pernikahan Dini
Kualitas
Lingk
Kelg

Menikah Dini
Kasus
n
%

P-v

OR
95% CI

0,005

2,32
(1,324,07)

Kontrol
n
%

T.mndkg

52

48,6

31

29

Mndkung

55

51,4

76

71

Total

107

100 107

100

Tabel
6
memperlihatkan,pada
responden yang menikah dini terdapat 52 orang
(48,6%) mempunyai kualitas lingkungan
keluarga tidak mendukung dan pada responden
yang tidak menikah dini hanya terdapat 31
orang (29%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p
value = 0,005.
Tabel 7. Kualitas Lingkungan Masyarakat
dengan Pernikahan Dini
Menikah Dini

Kualitas
Lingk
Masyrt

n

T.mndkg

53

49,5

37

Mndkg

54

50,5

70

Total

107

100 107

Kasus
%

P-v

Kontrol
n
%
34,6 0,038
65,4

OR
95% CI
1,86
(1,073,22)

100

Tabel
7
memperlihatkan,
pada
responden yang menikah dini terdapat 49,5%
kualitas lingkungan masyarakatnya tidak
mendukung dan pada responden yang tidak
menikah dini 34,6% yang mempunyai kualitas
lingkungan masyarakat tidak mendukung.

360 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 357-363

Tabel 8. Media Dengan pernikahan Dini
Menikah Dini
Media
Negatif

n
72

Kasus
%
67,3

Positif

35

32,7

Total 107

P-v

Kontrol
n
%
29
27,1
78

100 107

72,9 0,000
100

OR
95% CI

5,53
(3,089,95)

Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa
responden yang menikah dini terdapat 72 orang
(67,3%) yang mengunakan media untuk melihat
hal negatif dan pada responden yang tidak
menikah dini 29 orang (27,1%) yang
mengunakan media untuk melihat hal negatif.
Hasil uji statistik diperoleh P-value = 0,000.
Tabel 9. Sosial Budaya Dengan Pernikahan
Dini
Menikah Dini
SosBud

P-v

Ada

Kasus
n
%
48
44,9

Kontrol
n
%
40
37,4

T. Ada

59

55,1

67

62,6

Total

107

100

107

100

0,331

Hasil penelitian pada tabel 9
menggambarkan, bahwa pada responden yang
menikah dini terdapat 48 orang (44,9%) yang
ada pengaruh
sosial budaya dan pada
responden yang tidak menikah dini 40 orang
(37,4%) menyatakan ada pengaruh sosial
budaya.
Hasil uji statistik diperoleh Pvalue=0,331.
Tabel 10. Ekonomi dengan Pernikahan
Dini
Menikah Dini
SosBud
n

Kasus
%

P-v

Kontrol
n
%

Rendah

66

61,7

60

56,1

Tinggi

41

38,3

47

43,9

Total

107

100

107

100

0, 487

Diketahui dari tabel 10, bahwa pada
responden yang menikah dini terdapat 66 orang
(61,7%) ekonomi rendah dan pada responden
yang tidak menikah dini 60 orang (56,1%) yang
ekonomi rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai
P-value=0,487.

PEMBAHASAN
1. Pendidikan dengan Pernikahan Dini
Memperhatikan hasil uji statistik pada
tabel 2, diperoleh adanya hubungan antara
pendidikan dengan
pernikahan dini di
Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan tahun 2012 (P-value=0,006) dan OR
2,23 (95% CI: 1,29-3,87).
Dengan demikian berdasarkan hasil uji
statistik penelitian ini diketahui bahwa
responden yang berpendidikan rendah memiliki
risiko melakukan pernikahan dini 2,23 kali
lebih besar dibandingkan dengan yang
berpendidikan menengah.
Dlori,M, (2005) mengemukakan bahwa
pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan
dibawah umur yang target persiapannya belum
dikatakan maksimal, persiapan fisik, persiapan
mental, juga persiapan materi. Dalam hal ini
penulis menilai bahwa pendidikan merupakan
salah satu determinan pernikahan dini yang
sangat erat kaitannya dengan tingginya angka
pernikahan di masyarakat Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan.
Dalam hal ini diharapkan bagi instansi
terkait yang ada di Kecamatan Kalianda yaitu
petugas
kesehatan
dapat
memberikan
pendidikan kesehatan tentang bahaya yang
dapat ditimbulkan dari menikah dini, serta bila
pasangan menikah dini sudah terlanjur hamil
maka
dianjurkan
untuk
memeriksakan
kehamilannya secara teratur pada petugas
kesehatan, sedangkan bagi remaja dianjurkan
untuk mencari tahu dan bertanya tentang
kesehatan reproduksi dan bagi pasangan
menikah dini diharapkan dapat mempersiapkan
mental dan fisik untuk menjadi orang tua.
2. Pengetahuan dengan Pernikahan Dini
Hasil penelitian dan uji statistik ditemukan
bahwa terdapat hubungan signifikan
antara
pengetahuan dengan pernikahan dini (P value =
0,000) dan OR =. 3,71 (95% CI: 2,09-6,58).
Dengan demikian berdasarkan hasil uji
statistik penelitian ini diketahui bahwa
responden yang berpengetahuan kurang
memiliki risiko melakukan pernikahan dini 2,23
kali lebih besar dibandingkan dengan yang
berpengetahuan baik.

Raharjo, Determinan Pernikahan Dini 361

Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behaviour). Sebuah
penelitian menyimpulkan bahwa pengetahuan
responden tentang dampak pernikahan dini
terhadap kehamilan adalah baik yaitu sebanyak
80 orang (52,3%). Pengetahuan responden
tentang dampak pernikahan dini terhadap
persalinan adalah kurang baik yaitu 79 orang
(51,6%).
Hasil penelitian di atas membuktikan
bahwa
pengetahuan
seseorang
sangat
berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan
dini. Dalam hal ini diharapkan bagi instansi
terkait yang ada di Kecamatan Kalianda yaitu
petugas kesehatan dapat memberikan informasi
kesehatan tentang reproduksi sehat. Pemberian
ini bisa melalui penyuluhan disekolah-sekolah,
penyebaran pamphlet, brosur dan lain-lain.
3. Prilaku dengan Pernikahan Dini
Hasil penelitian ditemukan dan hasil uji
statistik ada hubungan signifikan antara prilaku
dengan pernikahan dini , P-value=0,000 dan OR
= 4,06 ( 95% CI: 2,30-7,18). Dengan demikian
secara statistik responden yang memiliki
prilaku negatif memiliki risiko melakukan
pernikahan dini
4,06 kali lebih besar
dibandingkan dengan yang memiliki prilaku
positif..
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian
Puspitasari
(2006)
dalam
penelitiannya tentang faktor-faktor pendorong
dan dampaknya terhadap pola asuh keluarga
(studi kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan
Leuwisari
Kabupaten
Tasikmalaya)
menyimpulkan bahwa faktor-faktor pendorong
terjadinya perkawinan pada usia muda di lokasi
penelitian antara lain : faktor ekonomi, faktor
orang tua, faktor pendidikan, faktor diri sendiri
(prilaku) dan faktor adat setempat.
Hasil penelitian di atas membuktikan
bahwa prilaku seseorang sangat berpengaruh
terhadap terjadinya pernikahan dini. Dalam hal
ini diharapkan bagi instansi terkait yang ada di
Kecamatan Kalianda yaitu petugas kesehatan
dapat memberikan informasi kesehatan tentang
reproduksi sehat di sekolah, penyebaran
pamphlet, brosur. Selain itu juga dapat
bekerjasama dengan aparat desa/kecamatan di
segala bidang untuk mengadakan atau
meningkatkan
kegiatan
positif
seperti

mengadakan kursus-kursus di kecamatan
setempat
seperti
kursus
menjahit,
pengajian/RISMA, kerajinan dan lain-lain.
4. Pekerjaan dengan Pernikahan Dini
Berdasarkan hasil penelitian dan uji
statistik ditemukan bahwa tidak ada hubungan
yang siknifikan antara pekerjaan dengan
pernikahan dini di Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010,
dimana nilai P-value = 0,273.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui
bahwa pekerjaan bukan merupakan salah satu
determinan yang mempengaruhi terjadinya
pernikahan dini di Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.
Pekerjaan ibu yang menikah dini adalah
pekerjaan yang dilakukan saat baru dan akan
menikah, baik pekerjaan halus maupun
pekerjaan kasar, Bahwa pekerjaan adalah suatu
aktivitas manusia berdasarkan pada keahlian
dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk
memenuhi
kebutuhan
dalam
kehidupannya,
dengan
keahlian
dan
pengetahuan yang dimiliki seseorang
Upaya yang perlu dilakukan untuk
mengurangi meningkatnya pernikahan dini
adalah kerjasama lintas sektoral untuk
pemberian kursus-kursus kepada masyarakat
khususnya remaja putus sekolah seperti
memasak, menjahit, otomotif dan lain-lain,
sehingga mereka bisa menciptakan lapangan
pekerjaan sendiri.
5. Kualitas Lingkungan Keluarga dengan
Pernikahan Dini
Hasil penelitian dan secara statistik
diketahui terdapat hubungan yang signifikan
antara lingkungan keluarga dengan pernikahan
dini, P value = 0,005 dan OR = 2,32 (95% CI:
1,32-4,07), dengan demikian dapat dikatakan
bahwa secara statistik responden yang memiliki
linkungan kurang mendukung memiliki risiko
melakukan pernikahan dini 2,32 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang memiliki
keluarga mendukung.
Menurut Kar dalam Notoatmodjo
(2007) dukungan sosial dari orang lain yang
relevan menjadi penentu yang luas dari sebuah
perilaku.
Puspitasari
(2006)
dalam
penelitiannya tentang faktor-faktor pendorong

362 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 357-363

dan dampaknya terhadap pola asuh keluarga
(studi kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan
Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya) menyimpulkan
bahwa
faktor-faktor
pendorong
terjadinya perkawinan
pada usia muda di
lokasi penelitian antara lain : faktor ekonomi,
faktor orang tua, faktor pendidikan, faktor diri
sendiri dan faktor adat setempat.
Setelah menelaah hasil di atas, maka
penulis menilai bahwa lingkungan keluarga
sangat
berpengaruh
terhadap
terjadinya
pernikahan dini pada sebagian masyarakat yang
ada di Kecamatan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2012. Upaya yang
perlu dilakukan untuk mengurangi meningkatnya pernikahan dini adalah menjalin
hubungan yang harmonis dalam keluarga.
Orang tua sebagai pemeran utama
agar
memberikan nilai-nilai yang positif bagi anakanaknya.
6. Kualitas
Lingkungan
dengan Pernikahan Dini

Masyarakat

Hasil penelitian dan secara statistik
diketahui terdapat hubungan yang signifikan
antara lingkungan masyarakat dengan pernikahan
dini, P value = 0,038 dan OR = 1,86 (95% CI:
1,07-3,22), dengan demikian dapat dikatakan
bahwa secara statistik responden yang memiliki
linkungan masyarakat kurang mendukung
memiliki risiko melakukan pernikahan dini 2,32
kali lebih besar dibandingkan dengan responden
yang
memiliki lingkungan masyarakat
mendukung.
Hasil penelitian tentang Faktor-faktor
Pendorong dan Dampaknya terhadap Pola Asuh
Keluarga (Studi Kasus di desa Mandalagiri
kecamatan Leuwisari kabupaten Tasikmalaya),
lingkungan di mana rata-rata masyarakatnya
banyak yang menikah muda maka akan
mempengaruhi seseorang untuk menikah muda
pula, begitu pula dengan lingkungan
pertemanan yang sama.
Mereka yang menikah muda rata-rata
merasa nyaman karena lingkungan sekitarnya
tidak ada penolakan dan komunikasi tetap baik.
Dengan keadaan lingkungan yang demikian
maka jumlah pernikahan dinipun menjadi
meningkat. Setelah menelaah hasil di atas, maka
penulis menilai bahwa lingkungan masyarakat
sangat
berpengaruh
terhadap
terjadinya

pernikahan dini pada sebagian masyarakat yang
ada di Kecamatan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2012.
Upaya yang perlu dilakukan untuk
mengurangi meningkatnya pernikahan dini
adalah kerja sama lintas sektoral. Kegiatan
karang taruna, risma dan lainya dapat
dikembangkan
lagi
untuk
memberikan
pengaruh yang postif bagi remaja.
7. Media dengan Pernikahan Dini
Hasil penelitian menunjukkan bawahwa
secara statistik terdapat hubungan yang
signifikan antara media dengan pernikahan dini,
P value = 0,000 dan OR = 5,53 (95% CI: 3,089,95), dengan demikian dapat dikatakan bahwa
secara statistik responden yang menggunakan
media untuk melihat hal-hal negatif memiliki
risiko melakukan pernikahan dini 5,53 kali
lebih besar dibandingkan dengan responden
yang menggu-nakan media untuk melihat hal-hal
positif.
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al
(1975), menunjukan bahwa frekuensi menonton
film porno/blue film yang disertai adeganadegan merangsang berkolerasi negatif dan
perilaku lain sebagi manifestasi dari dorongan
seksual yang dirasakannya. Dengan demikian
akan berakibat terjadi kehamilan, sehingga
untuk menutupi rasa malu tersebut salah
satunya adalah menikahkan anaknya yang
masih di bawah umur. Semua kondisi diatas
harusnya dapat dihindari dengan benteng agama
yang kuat di sertai dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi yang baik sehingga tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
8. Sosial Budaya dengan Pernikahan Dini
Hasil uji statistik diperoleh P-value =
0,331 sehingga p >  = 0,05, maka Ho diterima,
dengan demikian berarti tidak ada hubungan
siknifikan antara sosial budaya dengan
pernikahan dini di Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010.
Puspitasari (2006), menambahkan
faktor adat terjadinya perkawinan usia muda
disebabkan ketakutan orang tua terhadap gunjingan tetangga dekat, orang tua merasa takut
anaknya dikatakan perawan tua.
..

Raharjo, Determinan Pernikahan Dini 363

Hal ini dikarenakan lebih 75% suku di
Kecamatan Kalianda Lampung Selatan adalah
suku Lampung, dimana suku tersebut tidak ada
kebiasaan menikah dini tetapi karena Kecamatan
Kalianda terdiri dari 23 desa dan 3 kelurahan, jika
remaja sudah tidak sekolah dan bekerja akhirnya
mereka menikah dini sebelum mereka dewasa.
9. Ekonomi dengan Pernikahan Dini

Setelah menelaah, ekonomi orang tua
tidak berpengaruh terhadap menikah dini pada
sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan
Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun
2012.Hal ini disebabkan karena jika anak
perempuan sudah menikah maka akan menjadi
tanggung jawab suaminya dan berharap jika
sudah menikah dapat membantu kehidupan orang
tuanya.
SIMPULAN

Hasil penelitian ditemukan responden
yang menikah dini 61,7%
yang status
ekonominya rendah dan pada responden yang
tidak menikah dini 56,1% yang ekonominya
juga rendah. Hasil uji statistik P-value = 0,487,
maka Ho gagal ditolak, dengan demikian secara
statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara
status ekonomi dengan pernikahan dini.
Puspitasari (2006) menyebutkan bahwa
salah satu faktor yang mendorong terjadinya
kawin muda adalah ekonomi.
Dalam
penelitiannya tentang faktor-faktor pendorong dan
dampaknya terhadap pola asuh keluarga (studi
kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari
Kabupaten Tasikmalaya) menyimpulkan bahwa
faktor-faktor pendorong terjadinya perkawinan
pada usia muda di lokasi penelitian antara lain:
faktor ekonomi, faktor orang tua, faktor
pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor adat
setempat.

DAFTAR PUSTAKA
Mohammad, M. Dlori. 2005. Jeratan Nikah
Dini, Wabah Pergaulan. Jogjakarta :
Media Abadi.

Simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan distribusi frekuensi responden
dengan pendidikan menengah 54,7%,
Pengetahuan baik 57,5%, prilaku positif
51,4%, tidak bekerja 52,8%, kualitas
lingkungan keluarga tidak mendukung
pernikahan dini 61,2%, kualitas lingkungan
masyarakat tidak mendukung pernikahan
dini 57,9%, menggunakan media untuk hal
positif 52,8%, tidak ada faktor sosial budaya
yang mempengaruhi 58,9%, dan ekonomi
rendah 58,9%.
2. Terdapat
hubungan
signifikan
antara
pendidikan, pengetahun, perilaku, kualitas
lingkungan keluarga, kualitas lingkungan
masyarakat, penggjunaan media dengan
pernikahan dini.
3. Tidak terdapat hubungan signifikan antara
pekerjaan, sosial budaya, dan status ekonomi
dengan pernikahan dini.
.
Puspitasari, F. 2006. Perkawinan Usia Muda:
Faktor-Faktor
Pendorong
Dan
Dampaknya Terhadap Pola Asuh
Keluarga (Studi Kasus Di Desa
Mandalagiri Kecamatan Leuwisari
Kabupaten Tasikmalaya).