PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA (WORK-BASED LEARNING) DALAM RANGKA MEMBANGUN KESIAPAN KERJA DAN KECAKAPAN HlDUP GENERIK PESERTA DlDlK

PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA (WORK-BASED LEARNING)
DALAM RANGKA MEMBANGUN KESIAPAN KERJA DAN
KECAKAPAN HlDUP GENERIK PESERTA DlDlK

INTERNATIONAL SEMINAR ON VOCATIONAL AND TECHNICAL EDUCATION
THE HILLS HOTEL, BUKITTINGGI, SUNDAY, APRIL 15, 2012

OLEH:
RlJAL ABDULLAH

FAKULTAS TEKNIK
UNlVERSlTAS NEGERI PADANG
201 2

\

1

PERPUSTAKAAN
UHIV. NEGERI PADRNG I


%ILIX
(3

PEMBELAJARAN RERBASIS KERJA (WORK-BASED LEARNING)
DALAM MEMBANGUN KESIAPAN KEWA DAN
KECAKAPAN HIDUP GENERIK PESERTA DlDTK
Oleh: Rijal ~bdullah*)
BAB I. PENDAHULUAN
L a t a r Belakang Masalah
Pendidikan kejuruan (vocational education) rnerupakan pendidikan rnenengah yang rnernpersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 15). Pendidikan
vokasional atau pendidikan kejuruan juga rnempunyai misi rnernpersiapkan peserta didik untuk rnarnpu
rnenghadapi perubahan-pembahan dalam kornunitasnya. Jalius Jarna (2010: 1) rnenyatakan "Vocational
education should be responsived to the changes in society. In this era of the rapid change of technology,
vocational education must play many important roles in order to grabe roles in the world of work."
Terdapat berbagai definisi yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan. Definisi paling sederhana
orang rnengatakan vocation01 education is simply training for skill only or as a training the hands. Pada
abad kesernbilan belas dirnasukkan konsep baru, dirnana pendidikan vokasional adalah termasuk
pernberdayaan professional, sama halnya dengan pendidikan bagi profesi yang lain, seperti keinsinyuran.
kedokteran, kepzrawatan, hukurn, dan lain-lain (Vocational Instructional Services, 1989).

Evans, R. N. & Herr, E. L. 1978, Kazanas, H . C. dan Wolf, L. C. 1973 (Aljufri B, 2010) rnenyatakan
bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang rnenghubungkan, rnenjodohkan, dan rnelatih manusia
agar memiliki kernampuan untuk bekerja dan dapat rnernasuki dunia kerja sena berkernbang pada dunia
kerja tersebut. Artinya adalah bahwa kemarnpuan kerja yang diperolehnya itu dapat dipergunakan untuk
memperbaiki kesejahteraan hidupnya. Sejalan dengan ha1 itu, Ralp C. Werich (1988: 20) rnenyatakan
"vocational and technical is a program of specialized studies designed to prepare the learner for
employment in a particular occupation".
Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa tujuan pendidikan kejuruan (vocational
education) adalah rnernpersiapkan peserta didik (siswa, mahasiswa) agar rnarnpu bekerja pada bidangnya
dan dapat pula rnengembangkan dirinya dalam bidang pekejaannya tersebut.
Untuk rnernbangun kesiapan kerja dan kemarnpuan pengembangan diri seperti yang diharapkan
tersebut, model pernbelajaran berbasis kerja (work based learning) merupakan suatu pilihan tepat karena,
pada pernbelajaran berbasis kerja, suasana kerja di dunia kerja itu dihadirkan di dalam ruangan kuliah (di
laboratoriurn atau workshop).
Dalam tulisan ini pernbahasan difokuskan pada pembelajaran berbasis kerja dalam rangka
rnernbangun kesiapan kerja dan kemampuan pengembangan diri peserta didik, khususnya di lernbaga
pendidikan kejuruan (vocational education).
*)

Disajikan dalam Seminnr Infernasionol Pendidikan Teknologi dan Kejuruon "Pendidikan Serumpun

dalam Bidang Pendidikan Teknologi dun Kejuruan ". The Hills Hotel Bukittinggi, I5 April 2012.

International Seminar on Vocational and Technical Educatioh
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

PEMBELAJARAN BERRASIS KERJA (WORK-BASED LEARNING)
DALAM MEMBANGUN KESIAPAN KERJA DAN
KECAKAPAN HTDUP GENERIK PESERTA DIDIK
Oleh: Rijal ~bdullah*)
BAB I. PENDAHULUAN
L a t a r Belakang Masalah
Pendidikan kejuruan (vocational education) rnerupakan pendidikan rnenengah yang rnernpersiapkan
peserta didik terutarna untuk bekerja dalarn bidang tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 15). Pendidikan
vokasional atau pendidikan kejuruan juga rnernpunyai rnisi rnempersiapkan pesena didik untuk rnarnpu
rnenghadapi perubahan-perubahan dalarn kornunitasnya. Jalius Jarna (2010: 1) rnenyatakan "Vocational
education should be responsived to the changes in sociefy. In this era of the rapid change of technology,
vocational education must play many important roles in order to grabe roles in the world of work."

Terdapat berbagai definisi yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan. Definisi paling sederhana
orang rnengatakan vocational education is simply training for skill only or


ar

a training the handr. Pada

abad kesernbilan belas dimasukkan konsep baru, dirnana pendidikan vokasional adalah termasuk
pernberdayaan professional, sarna halnya dengan pendidikan bagi profesi yang lain, seperti keinsinyuran,
kedokteran, keperawatan, hukurn, dan lain-lain (Vocational Instructional Services, 1989).
Evans, R. N. & Herr, E. L. 1978, Kazanas, H. C. dan Wolf, L. C. 1973 (Aljufri B, 2010) rnenyatakan
bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, rnenjodohkan, dan rnelatih manusia
agar rnemiliki kemarnpuan untuk bekerja dan dapat rnemasuki dunia kerja serta berkernbang pada dunia
kerja tersebut. Artinya adalah bahwa kemampuan kerja yang diperolehnya itu dapat dipergunakan untuk
rnernperbaiki kesejahteraan hidupnya. Sejalan dengan ha1 itu, Kalp C. Werich (1988: 20) menyatakan
"vocational and technical is a program of specialized studies designed to prepare the learner for
employment in a particular occupation".

Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa tujuan pendidikan kejuruan (vocational
education) adalah rnempersiapkan peserta didik (siswa, rnahasiswa) agar marnpu bekeja pada bidangnya
dan dapat pula mengembangkan dirinya dnlarn bidang pekerjaannya tersebut.
Untuk membangun kesiapan kerja dan kernampuan pengernbangan din seperti yang diharapkan

tersebut, model pembelajaran berbasis kerja (work based learning) rnerupakan suatu pilihan tepat karena,
pada pernbelajaran berbasis kerja, suasana kerja di dunia kerja itu dihadirkan di dalam mangan kuliah (di
laboratonurn atau workshop).
Dalam tulisan ini pernbahasan difokuskan pada pernbelajaran berbasis kerja dalarn rangka
mernbangun kesiapan kerja dan kernarnpuan pengembangan din peserta didik, khususnya di lernbaga
pendidikan kejuruan (vocational education).
*)

nisajikan dalarn Seminar Infernasional Pendidikan Teknologi dun Kejuruan "Pendidikan Serumpun
dalam Bidang Pendidikan Teknologi dun Kejuruan ". The Hills Hotel Bukittinggi, 15 April 2012.

International Seminar on Vocational and Technical Educatiorl
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

A. Pengertian Dasar
Sebagaimana telah diutarakan di atas, bahwa dalam rangka membangun kesiapan kerja dan
kemampuan pengembangan din para peserta didik, khususnya pada lembaga pendidikan kejuruan,
model pembelajaran berbasis kej a (work based learning) merupakan suatu pilihan yang tepat, karena
pada pembelajaran berbasis kerja, suasana kerja di dunia kerja atau dunia industri itu dihadirkan di
dalarn ruangan kuliah (di laboratorium atau workshop). Dalarn ha1 ini Lubis (2010: 1) menyatakan:

"The concept of vocational pedagogy covers instructional strategy to teach vocational
subjects in such a way that students learning experiences exist in work setting environment. This
kind of instructional strategy must be school-based and work-based learning. The objectives of
vocational pedagogy courses are student mastery of pedagogical competencies".
Implementasi dari pembelajaran kejuruan seperti dimaksud bertujuan untuk

menciptakan

lingkungan belajar yang memberikan keleluasaan bagi pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap serta nilai-nilai yang sangat relevan dengan kenyataan pada dunia kej a sesungguhnya.
Pembelajaran pada pendidikan kejuruan seharusnya berbeda dengan pembelajaran pada lembaga
pendidikan umum, karena adanya perbedaan karakteristik subjects (mata pelajaran atau matakuliah)
serta standard outcomes yang diharapkan. Mata kuliah pada pendidikan vokasional mengaadung
pengetahuan kejuruan dan keterampilan situasional (manipulative skills) yang aplikatif dalarn dunia
kerja sesungguhnya. Oleh sebab itu pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari itu hams menjadi
fokus dari aktivitas pembelajaran pada pendidikan kejuruan. Sejalan &ngan ha1 ini, Lubis (2010: 2)
rnenegaskan:
"Vocational education is education for work. In order to reach this aim, instructional
strategies used should be directed to all requirements needed in the work place. The students
should learn the knowledge, skills, attitudes. and values which are important in doing a certain

job in such a way as they apply them in the real work setting".
Dalam Bandung Declaration on WET-Teacher Education (2008: 3), dinyatakan: "the expertice

in pedagogy of W E T should be linked to the vocational disciplines and to integrative perspectives on
school-based and workbased learning ...". Dari kutipan ini dapat dipahami bahwa salah satu strategi
pembelajaran aktual yang seharusnya diimplementasikan

pada

pendidikan

kejuruan adalah

pembelajaran berbasis kerja. Dimana pembelajaran berbasis kerja mempakan pembelajaran yang
memberikan pengalaman-pengalaman relevan dengan kondisi dunia kerja sesungguhnya, yang tujuan
akhirnya adalah mempersiapkan pesena didik untuk memasuki dunia k e j a itu. Hal ini sejalan dengan
Joe D'Amico & Ed Janus (1994: 3), yang menyatakan "work based learning as a way to prepare

studentsfor the world of work".
Kesiapan untuk memasuki dunia kerja diartikan bahwa para peserta didik menguasai berbagai

keterampilan (skills) atau kompetensi yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan yang akan
mereka hadapi di lapangan nantinya, misalnya seorang mahaqiswa teknik sipil bidang keahlian kerja
kayu hams memiliki keterampilan-keterampilan dalarn memotong, mengetam, membuat sambungan-

International Seminar on Vocational and Technical Educatioa
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

BAB IL PEMRAHASAN
A.

Pengertlan Dasar
Sebagaimana telah diutarakan di atas, bahwa dalam rangka membangun kesiapan kerja dan
kemampuan pengembangan din para peserta didik, khususnya pada lembaga pendidikan kejuruan,
model pembelajaran berbasis k e j a (work based learning) merupakan suatu pilihan yang tepat, karena
pada pembelajaran berbasis kej a , suasana kerja di dunia kerja atau dunia industri itu dihadirkan di
dalam ruangan kuliah (di laboratorium atau workshop). Dalam ha1 ini Lubis (2010: 1) menyatakan:
"The concept of vocational pedagogy covers inshuctional strategy to teach vocational
subjects in such a way that students learning experiences exist in work setting environment. This
kind of instructional strategy must be school-based and work-based learning. The objectives of
vocational pedagogy courses are student mastery of pedagogical competencies".

Implementasi dari pembelajaran kejuruan seperti dimaksud bertujuan untuk

menciptakan

lingkungan belajar yang memberikan keleluasaan bagi pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap serta nilai-nilai yang sangat relevan dengan kenyataan pada dunia kej a sesungguhnya.
Pernbeiajaran pada pendidikan kejuruan seharusnya berbeda dengan pernbelajaran pada lembaga
pendidikan umum, karena adanya perbedaan karakteristik subjects (mata pelajaran atau matakuliah)
serta sfandard outcomes yang diharapkan. Mata kuliah pada pendidikan vokasional mengandung
pengetahuan kejuruan dan keterampilan situasional (manipulative skills) yang aplikatif dalam dunia
kerja sesungguhnya. Oleh sebab itu pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari itu hams rnenjadi
fokus dari aktivitas pembelajaran pada pendidikan kejuruan. Sejalan dengan ha1 ini, Lubis (2010: 2)
menegaskan:
"Vocational education is education for work. In order to reach this aim, instructional
strategies used should be directed to all requirements needed in the work place. The students
should l e a n the knowledge, skills, attitudes, and values which are important in doing a certain
job in such a way as they apply them in the real work setting".
Dalam Bandung Declarafion on 7'VET-Teacher Education (2008: 3), dinyatakan: "the expertice
in pedagogy of TVET should be linked to the vocational disciplines and to integrative perspectives on
school-bayed and workbased learning ...". Dari kutipan ini dapat dipahami bahwa salah satu strategi

pembelajaran

aktual yang scharusnya diimplementasikan

pada pendidikan

kejuruan

adalah

pembelajaran berbasis keja. Dimana pembelajaran berbasis k e j a merupakan pembelajaran yang
memberikan pengalaman-pengalaman relevan dengan kondisi dunia k e j a sesungguhnya, yang tujuan
akhirnya adalah mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja itu. Hal ini sejalan dengan
Joe D'Amico & Ed Janus (1994: 3), yang menyatakan "work based learning as a way to prepare
studentsfor the world of work".
Kesiapan untuk memasuki dunia k e j a diartikan bahwa para peserta didik menguasai berbagai
keterampilan (skills) atau kompetensi yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan yang akan
mereka hadapi di lapangan nantinya, misalnya seorang mahasiswa teknik sipil bidang keahlian kerja
kayu hams rnemiliki keterampilan-keterampilandalam memotong, mengetam, membuat sarnbungan-


InternationalSeminar on Vocational and Technical Educatioa
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

sarnbungan kayu, sampai kepada keterampilan pekerjaan finishing kerja kayu tersebut, demikian
seterusnya.
Disarnping rnenguasai kornpetensi-kornpetensi kerja tersebut, peserta didik juga harus rnemiliki
kernampuan untuk rnengembangkan diri dalam karirnya nanti. Kemarnpuan ini lebih sering dikenal
dengan kecabpan hidup (life skill).
Kecakapan hidup (life skill) adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang sebagai hasil
pendidikannya yang sangat perlu baginya untuk eksis dan fungsionai di tengah komunitasnya.
Francis (2007: 1) memaknai kecakapan hidup sebagai:
"The abilities for adaptive and positive behavior that enable individual to deal effectively
with demands and challenges every day life (WHO). It further encompasses thinking skill, social
skill and negotiation skill. It also helps the young people to develop and grow into well behaved
adults."
Kecakapan hidup itu terbagi atas dua kelompok, yaitu kecakapan hidup untuk rnengembangkan
potensi din (generic life skill) dan kecakapan untuk bekerja dalam bidang pekerjaan yang dipelajari,
dan biasanya dengan pekejaan itu mereka memperoleh penghasilan (specific life skill). Selanjutnya
kecakapan hidup generik terdiri dari kecakapan tentang kesadaran diri dan potensi-potensi yang
dimiliki (self awareness), keterarnpilan berpikir (rhinking skill), dan kecakapan sosial (social skilo.
Sedangkan kecakapan khusus (spesific life skill), atau disebut juga dengan kompetensi spesifik
(specific competence) terdiri dari keterampilan akademik (academic skill) dan keterarnpilan kejuruan
atau keterampilan tugas tertentu (vocational skill).
Definisi berikutnya adalah seperti yang dikemukakan olch Norman & Jordan (2007: ])"Life
Skills are those comperencies ~harassist people infuncrioning well in the environrnen~sin which rhey
live." yang kemudian mereka kelornpokkan seperti pada garnbar 1 berikut.

International Seminar on Vocational and Technical Educatioa
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sundcy, Ajiri: ;;,zc ;i

sambungan kayu, sampai kepada keterampilan pekerjaan finishing kerja kayu tersebut, demikian
seterusnya.
Disamping menguasai kompetensi-kornpetensi kerja tersebut, peserla didik juga hams memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri dalam karirnya nanti. Kemampuan ini lebih sering dikenal
dengan kecakapan hidup (life skill).
Kecakapan hidup (life skill) adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang sebagai hasil
pendidikannya yang sangat perlu baginya untuk eksis dan fungsional di tengah komunitasnya.
Francis (2007: I) memaknai kecakapan hidup sebagai:
''The abilities for adaptive and positive behavior that enable individual to deal effectively
with demands and challenges every day life (WHO). It further encompasses thinking skill, social
skill and negotiation skill. It also helps the young people to develop and grow into well behaved
adults."
Kecakapan hidup itu terbagi atas dua kelompok, yaitu kecakapan hidup untuk mengembangkan
potensi diri (generic lije skill) dan kecakapan untuk bekerja dalam bidang pekejaan yang dipelajari,
dan biasanya dengan pekerjaan itu mereka memperoleh penghasilan (specific life skilo. Selanjutnya
kecakapan hidup generik terdiri dari kecakapan tentang kesadaran din dan potensi-potensi yang
dimiliki (self awareness), keterampilan berpikir (thinking skill), dan kecakapan sosial (social skill).

Sedangkan kecakapan khusus (spesific life skill), atau disebut juga dengan kompetensi spesifk
(specific competence) terdiri dari keterampilan akademik (ucudemic skill) dan keterampilan kejuruan

atau keterampilan tugas tertentu (vocational skill).
Definisi berikutnya adalah seperti yang dikemukakan oleh Norman & Jordan (2007: 1)"Life
Skills are those competencies rhar assist people infunctioning u~rllin the envirorrmerzts in which they
live." yang kemudian mereka kelompokkan seperti pada garnbar I berikut.

International Seminar on Vocational and Technical Educatioa
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

Garnbar 1 Grafik Kecakapan Hidup
Sumber :Norman &Jordan 20M

ACCIBC Australia (2002) menyimpulkan bahwa kecakapan hidup yarig mesti dirniliki oleh
mahasiswa addah:
1) Kecakapan Dasar, seperti membaca, berhitung dan rnenggunakan teknologi,

2) Kecakapan Berkolaborasi, seperti komunikasi, hubungan antar pribadi, tim kerja, pelayanan kepada
pelanggan,
3) Kecakapan Konseptual atau Berpikir, seperti rnengurnpulkan dan mengorganisasikan infonnasi,
pemecahan rnasalah, perencanaan dan pengelolaan,

4) Kecakapan tentang Bagaimana Belajar, seperti berpikir kreatif dan inovatif, serta berpikir sistematis.

5) Kecakapan Personal, seperti sikap bertanggung jawab, fleksibel, bisa rnengelola waktu, dan self
esteem,

6) Kecakapan Berbisnis, seperti kecakapan berinovasi, jiwa enterprener, dan

7) Kecakapan sebagai Masyarakat, seperti pengetahuan dan kecakapan sebagai warga negara.

International Seminar on Vocational and Technical Educatiod
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

R. Pembelajaran Berbasis Kerja
1. Pengertian

Dalam rangka memberikan bekal berupa kompetensi keahlian dalam bidangnya dan juga
sekaligus untuk rnengembangkan kecakapan hidup generiknya, peserta didik (siswa, mahasiswa)
perlu diperkenaucan dan dilatih dalam suasana ril dunia kerja. Model pernhelajaran yang demikian
inilah yang dinarnakan pembelajaran berbasis kerja (work based learning).
Pembelajaran Berbasis K e j a (work bused learning) semakin menarik bagi sektor pendidikan
tinggi, dimana ha1 ini sangat mendukung pengembangan kepnbadian dan profesionalitas para
mahasiswa. Brennan and Little dalam The Higher Education Academy (2006: 1) menyatakan:
"Work-based learning has increasingly become an area of interest for the higher
education (HE) sector. It is seen as means by which to support the personal and professional
development of students who are already in wor-k and the focus of the learning and
development tends to be on the student's workplace activities."

2. Pendekatan Pembelajaran
Terdapat berbagai kernungkinan pendekatan yang dapat ditenpkan dalarn pernbelajaran
berbasis kej a (work based learning), mulai dari bimbingan minimal di tempat kej a sarnpai pada
mentoring penuh. Dalam ha1 ini Joe D'Arnico & Ed Janus (1994) dalam Mason (1996: 3)
menyatakan:
"Traditionally, work-based o r practice-based learning has been presented in areas such
as teaching and nursing where a high level of face-to-face support, i.e. mentoring, is required.
Where a high level of face-to-face support is not required, then there is no need to incorporate
mentoring support into work-based learning courses."
Pernbelajaran berbasis kerja adalah suatu model pembelajaran yang tepat diterapkan pada
pendidikan vokasional, dengan tujuan membangun kesiapan kerja dan kernampuan pengembangan
din peserta didik. Dalam ha1 ini Joe D'Amico & Ed Janus (1994) dalam Mason (1996: 3)

rnenyatakan:
"Some educators view work-based learning as a way to prepare students for the world
of work. They believe it should be an option for all students, regardless of whether or not they
plan to attend college."
Pembelajaran berbasis kerja rnernerlukan perencanaan yang rnatang dan selalu dikernbangkan
seslrai dedgan kemajuan dad permidtaan tenaga k e j a lapangan. Joe D'Amico & Ed Janus (1994)
dalam Mason (1996) rnenyatakan:
A core of quality work-based learning pedagogy, curriculum, and delivery structures
needs to be fully developed and implemented. Substantial professional development is
required for teachers, counselors, administrators, employers, and mentors.
Dalam rangka penerapan pembelajaran berbasis kerja dapat dipakai berbagai pendekatan yang
sudah urnurn dikenal, diantaranya metode demonstrasi, rnetode diskusi, rnetode eksperimen,
pendekatan kontekstual, pendekatan berbasis rnasalah, dan pendekatan ke jasamakooperatif.

International Seminar on Vocational and Technical Educatiob
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,zorz

R. Pembelajaran Berbasis Kerja
1. Pengertian

Ddam rangka melnberikan bekal herupa kornpetensi keahlian d d a m bidangnya d m juga
sekaligus untuk mengembangkan kecakapan hidup gencriknya, peserta didik (siswa, mahasiswa)
perlu diperkenalkan dan dilatih dalam sua..ana ril dunia kerja. Model pembelajaran yang demikian
inilah yang dinarnakan pembelajaran berbasis kerja (work based learning).
Pernbelajaran Berbasis Kerja (work based learning) sernakin menarik bagi sektor pendidikan
tinggi, dimana ha1 ini sangat mendukung pengembangan kepribadian dan profesionalitas para
mahasiswa. Brennan and Little dalam The Higher Education Academy (2006: 1) menyatakan:
'Work-based learning has increasingly become an area of interest for the higher
education (HE) sector. It is seen as means by which to support the personal and professional
development of students who are already in work and the focus of the learning and
development tends to be on the student's workplace activities."

2. Pendekatan Pembelajaran
Terdapat berbagai kernungkinan pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
berbasis kerja (work bused learning), mulai dari bimbingan minimal di tempat kej a sampai pada
mentoring penuh. Dalam ha1 ini Joe D'Amico & Ed Janus (1994) dalam Mason (1996: 3)
rnenyatakan:
'Traditionally, work-based or practice-based learning has been presented in areas such
as teaching and nursing where a high level of face-tc~facesupport, i.e. rnentoring, is required.
Where a high level of face-10-face support is not required, then there is no need to incorporate
mentoring support into work-based learning courses."
Pembelajaran berbasis kerja adalah suatu model pembelajaran yang tepat diterapkan pada
pendidikan vokasional, dengan tujuan rnembangun kesiapan kerja dan kemampuan pengernbangan
din peserta didik. Dalam ha1 ini Joe D'Amico & Ed Janus (1994) dalam Mason (1996: 3)
menyatakan:
"Some educators view work-based learning as a way to prepare students for the world
of work. They believe it should be an option for all students, regardless of whether o r not they
plan to attend college."
Pembelajaran berbasis kerja memerlukan perencanaan yang matang dan selalu dikembangkan

sesuai dengan kemajuan dan penninrdan teaaga kerja lapangan. Joe D'Amico & Ed J a m s (1994)
dalam Mason (1996) menyatakan:

A core of quality work-based learning pedagogy, curriculum, and delivery structures
needs to be fully developed and implemented. Substantial professional development is
required for teachers, counselors, administrators, employers, and mentors.
Dalam rangka penerapan pembelajaran behasis kerja dapat dipakai berbagai pendekatan yang
sudah urnurn dikenal, diantaranya rnetode dernonstrasi, rnetode diskusi, metode eksperimen,
:,clidekatan konlekstual, pendekatan berbasis masalah, dan pendekatan kerjasam~~~sop:;s:if.

r - * - -.- *. : ~ - - l

..,
,

c---:--r
- . . . . . ...

.....,....,,.,.
.

.-,

nr! ! I n r n ! l c ~ dand Technical Educatiob
v

v.

.u:*

,,..,'tinggi,

Sunday, April 15,2or2

Dalanl penibelajaran, potensi yang diniiliki oleh siswa atau mahasiswa harus dapat
dikembangkan secara optimal. dirnana tlalam ha1 ini rnereka tidak hanya nierniliki kompetensi kcrja
dalam bidang yiing dipilihnya, tetapi juga harus rnemiliki kecakapan hidup generik. Dengan
kecakapan hidup generik tersebut mereka akan dapat mengembangkan diri dan keterampilan
setelah rnenyelesaikan pendidikan. Keberhasilan rneraih kompetensi dan kecakapan hidup generik
itu akan menempatkan para rnahasiswa rnenjadi orang-orang yang siap, terutama siap latih, dalarn
rnernasuki dunia kerja.
Menurut Anggrayani (2010). Work Baseti Learning adalah suatu program dimana mahasiswa
dapat belajar di dunia usaha dan industri secara bersamaan dengan di dunia pendidikan (kampus),
program pernbelajaran berbasis kerja dimaksudkan untuk rncrnbawa rnahasiswa belajar langsung
,

dalam real business untuk meneraipkan rnateri kuliah yang telah pelajilri di kelils.
Banyak strategi atau pendekatan yang dapat digunakan dalanl mengimplementasikan
pernbelajaran berbasis kerja pada lembaga pendidikan kejuruan, antara lain melalui pendekatanpendekatan Internships, Apprenticeships, Cooperative Educational Placement, School-Based

Enterprise, Service Learning, dan Job Shadowing.
biternships adalah salah satu pendekatan, dalam pembelajaran berbasis kerja, yang
mernberikan psngalarnan langsung di dunia industri dalarn waktu yang ditentukan. Pada
kenyataannya di kampus kegiatan irrterr~shiysini lebih cenderung kepada kegiatan praktek kerja
industri.

Apprerrticeships adalah kombinasi antara instruksi teknis dan akademis di kelas dengan
belajar di tempat kerjn. Pada penerapannya proprani crl?/>ret~tice.ships
ini biasanya sama dengan
kegiatan rnagang yang dilakukan oleh niahasiswa yang tujuannya untuk rnengisi waktu libur
niereka, tetapi terkadang pihak dunia usaha dan dunia industri meminta kepada Ienibaga kanipus
untuk mengirirn rnahasiswa yang rnereka inginkan untuk ditempatkan di ternpat kerjanya, terutama
untuk kegiatan pekerjaan tertentu yang mernerlukan pengerjaan yang harus segera selesai, pada
akhir tahun atau awal tahun.

Cooperative educariorl plncernerzt, melibatkan beberapa ribu rnahasiswa dalarn suatu format
masa latihan suatu keahlian. Penerapan cool>erntive eclucntion placer~rerrt di kampus binsanya
dilakukan dalam bentuk kerja sania antara sekolah dengan dunia usaha dan industri, diniana
kampus dijadikan suatu ternpat untuk rnengernbangkan sumber daya rnanusia dan pihak industri
menjediakan segala keperluan dan instruktur guna terlaksanakan program tersebut.

School Based Enterprise, kelompok mahnsiswa, dibawah bimbingan dosen dan tenaga ahli,
mengorganisir dan rnengorganisasikiln bisnis atau jas:~di lingkungan kampus sendiri. Mereki~boleh
rnenjalankan toko kanipus, percetakan dan jasn photocopy, atau nlembunt dan menjual pakaian.
Pada kenyataannya program school-based enterprise di karnpus biasanya dilakukan dalam bentuk
unit produksi, dimana dalam kegiatan unit produksi ini kegiatan praktek mahasiswa hanya terbatas
kcpnda kegiatan bisnis yang ada di lingkungan kampus.

International Seminar on Vocational and Technical Educatioh
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

Senlice Letrrning melibatkan mahasiswa dalam mengorganisir akadeniik dan mendesain
aktivitas praktis ynng terseilia untuk memenuhi kebutuhan clnri n~asyarakatmereka. Pada program
ka~npusdapat melakuknn kegiatan usaha baik dalam bentilk jejaring wirausaha, membuka bengkel
kampus, atau juga kegiatan usaha lainnya yang sifatnya membaca kebutuhan yang ada
dilingkungan sekitar rnahasisw;~itu sendiri
Job Shadowing adalah suatu pendekatan work-based leorning yang memberikan pengalaman
belajar kepada mahasiswa rnelalui pengamatan langsung pekerjaan tertentu. Program job
shadowing, atau disebut juga dengan work shadowing biasanya dilakukan dalam bentuk kunjungan
singkat ke dunia usaha dan industri. Watts (1986) dalam Herr (1991: 445) menyatakan:
"Work shadowing describes schemes in which an observer follows a worker around for
a period of time, observing the various tasks in which he or she engages, and doing so within
the context of his or her total role" (p. I). Although observation is critical to British models of
work shadowing, this elenlent does not stand alone".
Dalam melakukan observasi terdapat tiga elemen yang sangat berguna, yakni: 1) Observasi
terintegrasi dengan panduan kerja yang digunakan oleh orang yang diikuti (the worker being
shadowed), maka dalam h d ini, orang yang melakukan work shadowing harus aktif bertanya
tentang apa s a j i yang dilakukannya, 2) Berpartisiyasi dalam pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan
panduan kerja, dan 3) Kontekstualisasi, artinya mengobservasi atau bicara dengan pekerja-pekerja
lain yang ada dalam lembaga kerja tersebut.
Job shadowing, akan lebih sempurna jika dikombinasikan dengan job experience dan job
visits. Dalam ha1 ini siswa atau mahasiswa tidak hanya sekadar mengunjungi dan mengobservasi,
tetapi juga mengalami sendiri pekerjann tersebut. Herr dnn Watts (1988) dalam Herr (1991: 445)
menyaranknn bahwa:
"In work shadowing. the prime element is observation of work roles. In work experience.
the prime element is performance of job tasks. In work visit, the prime element is
contextualization and observation of the range of work processes performed within the workplace".
Jndi praktisnya dalam job shndowiny mahasiswa akan belajar tentang jenis pekerjaan (jobs)
dan bngaimann proses pelaksanaannya. serta dnpat juga langsung mencobakannya.
Pembelajaran dengan job shc~dowingseperti di atas, disamping memberikan pengetahuan dan
keterampilan, dapat pula mengembangkan aspek-aspek informal hubungan kemanusiaan mereka.
Dalam ha1 ini Herr (1 99 1 : 445) menyatakan:
"Because work shadowing focuses on the work role (s) of a particular individual (work
guide), it can provide insight into informal aspects of human relationship at work, including
power relationship. Such insights ;Ire obviously valuable within the broad context of
vocational education; but the potential learning from work shadowing can also make it a
powerful career guidance mechanism."
Selanjutnya untuk dapat menerapkan pembelajaran berbasi kerja dalam dunia pendidikan
vokasional, diperlukan kerjasama yang erat antara sekolah dengan dunia usaha atau dunia industri.

International Seminar on Vocational and Technical Educatiofi
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

lndustri sebagai penlangku kepentingan terhadap ketersediaan tenaga kerja terampil perlu membuka
rliri dan memberikan kesempatan yalig lebih luas kepada para siswa atau mahasiswa untuk berlatih.
Dengan kerjasama yang baik tersebut akan terbangun suatil hubungan yang saling
menguntungkan (rn~ltualsymbiosis) antara sekolah di satu sisi dengan dunia industri di sisi lain.
Pihak lembaga pendidikan diuntungkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran bagi siswa atau
rnahasiswanya dapat dijalankan dengan baik dan efektif karena adanya bantuan fasilitas
pembelajaran sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Sementara itu pihak dunia kerja atau
industri akan diuntungkan, yaitu berupa tersedianya tenaga kerja yang cukup baik, kalau tidak siap
pakai, setidaknya siap latih, karena rnereka mempunyai kemampuan kerja yang terjamin serta
kecakapan hidup yang tinggi.

BAB 111. PENUTUP

A. Sirnpulan
Tujuan pendidikan kejuruan (vocational education) adalah rnempersiapkan peserta didik (siswa,
rnahasiswa) agar mampu bekerja pada bidangnya dan dapat pula mengembangkan dirinya dalarn
bidang pekerjaannya tersebut.
Untuk membangun kesiapan kerja dan kemampuan pengernbangan diri seperti yang diharapkan
tersebut, model pembelajaran berbasis kerja (work bnsctl learning) merupakan suatu pilihan tepat,
karena pada work based lmr~tiing,suasana kerja di dunia kerja itu dihadirkan di dalarn ruangan kuliah
(di laboratorium atau ~\:ork.~hop).
Terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam rangka mengirnplementasikan
pembelajaran berbasis kerja pada lenlbaga pendidikan kejuruan. antara lain melalui pendekatanpendekatan

Inrerrlships, Apprerlficeshil>s, Coopertrrive Etlucntior~ol Plircenierzt, School-Btrsetl

Enrcrprise, Service Leurning, dan Job Shcldo~ving.

Penerapan pembelajaran berbasis kerja (work based learr~irlg)akan memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak, yaitu bagi lembaga pendidikan atau sekolah dan bagi dunia kerja atau dunia industri.

B. Saran
Dalam rangka penerapan pembelajaran berbasis kerja (work based learning) pada lernbaga
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Technology & Vocational Education) perlu dibangun kerjasama
yang intensif dengan dunia usaha atau dunia industri.
Dunia industri, sebngai pihak yang sangat berkepentingan terhadap adanya atau tersedianya
tenaga kerja yang handal, hams meningkatkan sumbangsihnya dan komitmennya terhadap
pengembangan pendidikan, terutama pendidikan teknologi dan kejuruan.

International Seminar on Vocational and Technical EducatioR
The Hills Hotel, Bukittinggi, Sunday, April 15,2012

DAFTAR PUSTAKA
Anggmyani, Lela. 2010. Work Based knrnirry.
h~~~://smkn1subane.sch.i~l/i1~dcx.php?op1io1i=com
co1ite1~t&view=;u.(icle&icl=XG:wo1~k&cati~l=4C):be1~ila
Diakses 0 3 Juni 2 0 11.
Australian Chamber of Commerce and Industry & Business Council of Australia. 2002. Ernployability
Skills for the Future. Department of Education, Science and Training, Canberra.
Bandung Declaration on TVET-Teacher Education. 2008.
Francis, Margaret. 2007. Life Skills Education.
h t t p : / / c t t t r t ~ _ u i n p ~ r ~ i ~ ~ ~ i . ~ . o rskills
~ / a reducation.htm
ticle
Diakses 3 1 Januari 201 1.
Herr, Edwin L & Cramer Stanley H. 1991. Career Guidarlce arid Counseling. Fourth Edition. Academic
Press. Orlando.
Iain Nixon, Kevyn Smith, Rob Stafford and Steve Camm. 2006. Work-Based Learriirig (Illrrminating the
Higher Education Lat~dscape).Final Report of The Higher Education Academy.
Jama, Jalius & Adri, M. 2010. Tsansformasi Teknologi pada Pendidikan Kejuruan. Makillah Seminar
Internasional. Aptekindo. Padang.
Lubis, Syahron. 201 1. Metodologi Penelitinn Pendidikon. Penerbit Sukabina Press. Padang.
Norman, N. Merilyn & Jordan, Joy C. 2007. Targetirlg Life Skills bl 4-H.Penerbit: University of Florida.
Florida.h1tp://411.ifn.~.i1fl.edu.
Diakses 18 Juni 2008
Sarah Mason. 1996. Critical Issue: Developitig Work-Based Learning Opportrrttities. University of
Wisconsin-Madison. ~p://www.ncrel.org/sdrs/nree~/issucs/vrmstw/sw300.1tm Diakses 29
Maret 20 10.
Syarif, Aljufri B. 2010. Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Makaleh Seminar Internasional.
Aptekindo. Padang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistern Pendidikon Nasional.
Penerbit: BP Citra Jaya. Jakarta.
Wikipedia. 2007. http://www.bsu.ed~~/web/nssessment(Go to Resources, Assessment Workbook, Chapter
2). Diakses 14 Desember 2010.

'I

1

I

I

I

I

International Seminar on Vocational and Technical Educatioh